ISBN 978-979-18361-3-5
BUKU AJAR TEKNOLOGI SEHAT BUDIDAYA PISANG: Dari Benih Sampai Pasca Panen
PUSAT KAJIAN HORTIKULTURA TROPIKA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
© Pusat Kajian Hortikultura Tropika, LPPM-IPB 2012 Teknologi Sehat Budidaya Pisang
Cetakan Pertama 2012 ISBN 978-979-18361-3-5 Penyusun: Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi Dr. Ir. Sobir, MSi Heri Harti, SP, MSi
Penerbit: Pusat Kajian Hortikultura Tropika, LPPM-IPB Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Raya Pajajaran Bogor Telp : (0251) 8326881;8382201 Fax : (0251) 8326881 E-mail :
[email protected],
[email protected] Web : http://www.pkht.ipb.ac.id http://www.pkht.or.id
Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak seluruh atau sebagian karya tulis ini dalam bentuk dengan cara apapun termasuk fotokopi tanpa ijin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR Produksi pisang Indonesia pada tahun 2009 menduduki tempat keenam setelah India, Cina, Filipina, Ekuador, Brasil, dengan besaran 6.273.060 ton atau 6 persen dari produksi dunia (FAO, 2011). Dari segi nutrisi, pisang merupakan salah satu komoditas yang berpeluang sangat tinggi untuk diversifikasi bahan pangan pokok di Indonesia. Tingkat produktivitas pisang juga sangat tinggi dibandingkan dengan sumber karbohidrat yang lain, beberapa pisang yang unggul dapat mencapai produktivitas 30 - 40 ton/ha/tahun. Apabila dikonversi dengan jumlah karbohidrat, dengan asumsi kandungan pati sebesar 25 persen, maka pisang unggul dapat memproduksi karbohidrat sebesar 7.5 – 10 ton/ha/tahun. Pisang memiliki daya adaptasi luas dan secara teknis dapat tumbuh baik pada lahan kering atau daerah dengan curah hujan rendah. Pada tahun 2010 produksi pisang Indonesia mengalami penurunan sebesar 618.460 ton (Deptan, 2011). Penurunan produksi pisang tersebut telah mengakibatkan semakin rendahnya ketersediaan suplai pisang domestik. Permasalahan utama dalam penurunan produksi pisang di Indonesia adalah tingginya serangan penyakit serta belum diterapkannya prinsip Teknologi Sehat Budidaya Pisang. Teknologi yang diterapkan meliputi semua sistem produksi untuk menghasilkan buah yang bermutu, aman bagi konsumen serta menjaga kelestarian lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, perlu dilakukan pengelolaan kebun pisang secara baik melalui penerapan Teknologi Sehat Budidaya Pisang. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar dan acuan dalam budidaya pisang yang dikelola secara baik dan benar. Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang membiayai penelitian sehingga tersusun buku ajar ini . Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan buku ini sangat kami harapkan.
Bogor, Februari 2012 Pusat Kajian Hortikultura Tropika LPPM-IPB
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..........................................................................................
i
DAFTAR TABEL .................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv PENDAHULUAN ..................................................................................
1
PELUANG PASAR PISANG BAGI INDONESIA ..............................
3
PISANG DAN MAMFAATNYA .......................................................... 4 KEADAAN SENTRA PRODUKSI PISANG INDONESIA ................
6
Pola Pembudidayaan dan Sentra Produksi Pisang di Indonesia .......
6
Pembudidayaan Pisang Skala Kecil ..................................................
6
Pola Pembudidayaan Pisang Skala Perkebunan .................................
7
BUDIDAYA PISANG ...........................................................................
9
Syarat Tumbuh ...................................................................................
9
Varietas Pisang Komersial .................................................................
9
Kegiatan Budidaya Pisang ................................................................. 11 Penyediaan Benih/Bibit .................................................................. 11 Penyiapan Lahan ........................................................................... 13 Penanaman .................................................................................... 14 Irigasi/Pengairan............................................................................. 18 Penjarangan Anakan ...................................................................... 19 Pemupukan dan Pembumbunan .................................................... 21 Sanitasi Lahan ............................................................................... 23 Pembungkusan (Pembrongsongan) dan Pemotongan Jantung ...... 26 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Pisang ............. 27 Panen ............................................................................................. 40
PASCA PANEN PISANG ..................................................................... 43 Penyisiran ........................................................................................... 43 Sortasi dan pengkelasan ..................................................................... 43 Pengemasan ....................................................................................... 46 Pengangkutan ...................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 52
DAFTAR TABEL Nomor 1. Sentra Produksi di Indonesia ......................................................
Halaman 7
2. Standar mutu buah beberapa varietas pisang ............................. 45
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Pohon industri pisang .................................................................
5
2. Beberapa jenis pisang komersial di Indonesia ...........................
9
3. Jenis bibit pisang ........................................................................ 11 4. Jenis anakan pisang .................................................................... 12 5. Beberapa cara pengaturan jarak tanam pisang ........................... 14 6. Lubang tanam yang sudah diberi perlakuan dolomite ............... 15 7. Perlakuan solarisasi pada lubang tanam ..................................... 16 8. Penanaman pisang dengan baris tunggal dan baris ganda ......... 17 9. Pengairan pada tanaman pisang ................................................. 19 10. Tanaman yang akan dilakukan penjarangan ............................. 20 11. Kondisi tanaman yang sudah dilakukan penjarangan ................ 21 12. Jadwal dan dosis pemupukan pisang .......................................... 22 13. Aplikasi pupuk kandang ............................................................. 23 14. Lahan yang belum dilakuan sanitasi dan lahan yang sudah dilakukan sanitasi ....................................................................... 25 15. Daun pisang yang perlu dibuang dari pertanaman ..................... 25 16. Pembungkusan jantung pisang ................................................... 26 17. Saat pemotongan jantung ........................................................... 27 18. Larva dan Imago (Cosmopolitus sordidus) dan gejala serangan pada bonggol ............................................................... 28 19. Larva dan gejala serangan pengerek batang pisang (Odoiparus longicolis) ............................................................... 29 20. Gejala serangan ngengat kudis (Odoiparus longicolis) pada jantung dan buah pisang ........................................................... 31 21. Larva dan Imago dan gejala serangan ulat penggulung
daun pisang ................................................................................. 32 22. Gejala serangan layu fusarium pada pisang ............................... 35 23. Gejala penyakit layu darah pada tanaman pisang ...................... 36 24. Gejala penyakit Sigatoka pada tanaman pisang ........................ 38 25. Gejala penyakit kerdil atau Bunchy Top pada tanaman pisang . 40 26. Indeks kematangan pisang ......................................................... 42 27. Pengemasan buah pisang dengan keranjang bambu, peti kayu dan kotak karton ......................................................................... 50
1
PENDAHULUAN Tanaman pisang (Musa spp.) merupakaan tanaman hortikultura penting karena kaya akan nilai gizi dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman pisang juga dapat diolah menjadi produk olahan dan bagian tananam lainnya dapat dimanfaatkan untuk bahan industri seperti pasta gigi dan serat. Pisang merupakan komoditas kelompok buah-buahan tropis yang sangat penting dalam perdagangan dunia, karena kontribusinya yang nyata terhadap kebutuhan gizi dan kesehatan masyarakat. Produksi pisang di Indonesia pada tahun 2007 mencapai sekitar 5.2 juta ton per tahun yang merupakan campuran berbagai jenis pisang. Dari produksi pisang yang dihasilkan di Indonesia 90% untuk konsumsi dalam negeri, sedangkan sisanya adalah untuk ekspor. Konsumsi pisang pada tahun 2005 mencapai 7.85 kg/kapita/tahun atau sekitar 30% dari total konsumsi buah/kapita/tahun (Deptan, 2007). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan manfaat buah sebagai sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan gizi lainnya, konsumsi pisang mengalami trend meningkat dari waktu ke waktu. Selain itu pisang juga merupakan salah satu komoditi yang berpeluang sangat tinggi untuk diversifikasi pangan di Indonesia. Volume ekspor pisang Indonesia untuk pasar manca negara mulai tahun 1995 sampai dengan 2000 mengalami peningkatan. Peningkatan nilai ekspor ini selain disebabkan oleh meningkatnya volume pisang yang di minta juga oleh bertambahnya negara pengimpor pisang dari Indonesia. Akan tetapi terjadi penurunan nilai ekspor sejak tahun 2001 – 2002 dan kembali meningkat pada tahun 2003-2006. Pasang surut nilai ekspor pisang Indonesia terutama disebabkan oleh hancurnya perkebunan pisang di Halmahera dan lampung akibatnya produksi pisang nasional Indonesia menjadi turun dratis. Adanya
2 penanaman baru di sentra-sentra produksi baru mendorong produksi pisang nasional kembali mengalami peningkatan. Dalam pengembangan pisang di Indonesia ditemukan beberapa permasalahan dalam budidaya tanaman antara lain: Bertambahnya permintaan pasar terhadap buah pisang tidak di imbangi oleh peningkatan produksi pisang di Indonesia. Beberapa kendala permasalahan yang menyebabkan kurang berkembangnya produksi pisang di Indonesia, adalah : 1. Pola pembudidayaan yang belum jelas dan teratur. 2. Kurangnya penerapan teknologi budidaya pisang secara benar pada tingkat petani. 3. Kultivar pisang yang di tanam masih beragam. 4. Ketersediaan dan penggunaan bibit pisang yang sehat dari kultivar unggul masih terbatas. 5. Penyebaran hama dan penyakit penting tanaman pisang yang cukup luas di sentra produksi pisang.
3
PELUANG PASAR PISANG BAGI INDONESIA Produksi pisang dunia dari sekitar 120 negara di perkirakan di atas 68 juta ton pertahun. Pisang merupakan jenis buah yang paling penting di kawasan Asia Tenggara termasuk peringkat pertama dalam produksi buah-buahan di Filipina, Indonesia dan Thailand, baik mengenai luas lahannya maupun produksinya. Total produksi pisang Indonesia pada tahun 2007 adalah 5,270,131 ton. Produksi pisang Indonesia 90% diserap oleh pasar dalam negeri. Peluang pasar dalam negeri masih cukup lebar terutama untuk konsumsi hotel-hotel berbintang dan pasar swalayan yang membutuhkan pisang dengan kualitas yang tinggi. Berkembangnya pariwisata di Indonesia dan bertambahnya wisatawan asing yang datang ke Indonesia menjadikan peluang pasar buah pisang semakin meningkat. Keluhan yang datang dari pengusaha hotel-hotel berbintang adalah belum ada supplier yang menyediakan buah-buahan salah satunya adalah pisang dengan kualitas yang tinggi . walaupun pengiriman rutin sudah mulai dirintis oleh beberapa supplier ke berbagai pasar swalayan dan hotel, namun kualitasnya masih rendah. Peluang pasar ke luar negeri sama cerahnya seperti pasar dalam negeri, walaupun pasar luar negeri sudah dikuasai pengusaha pisang internasional. Satu cara untuk dapat masuk ke pasar luar negeri adalah dengan mengembangkan kemitraan dengan pengusaha internasional, seperti yang telah dirintis oleh PT. Nusantara Tropical Fruits (NTF) dengan Del Monte, Ekspor pisang Indonesia ke berbagai negara berasal dari produksi perkebunan besar seperti PT. NTF dan PT.Global Agronusa Indonesia (GAI)
4
PISANG DAN MAMFAATNYA Tanaman pisang merupakan tanaman yang
serbaguna , mulai dari akar
(rhizome) sampai daun dapat dimanfaatkanoleh manusia. Bonggol pisang banyak mengandung air dan pati yang kaya karbohidrat, jika dikeringkan menjadi abu akan menghasilkan soda yang di gunakan sebagai bahan baku sabun dan pupuk kalium. Air yang terkandung dalam bonggol secara tradisional dapat di gunakan sebagai obat anti sakit perut, dan pendarahan pada usus. Batangnya dapat digunakan sebagai penghasil serat untuk bahan baku kain dan sebagai makanan ternak.
Daunnya dapat di gunakan untuk
pembungkus berbagai makanan seperti nasi, makanan kecil dan lain-lain. Produk utama tanaman pisang adalah buahnya. Buah pisang dimanfaatkan dalam keadaan segar sebagai buah meja atau olahan. Buah pisang dapat diproses menjadi tepung pisang, pure, bir, cuka, kripik, sale, dodol dan saus. Jantung pisang atau bunga pisang dari beberapa kultivar tertentu dapat di manfaatkan sebagai sayuran. Di beberapa Negara Amerika dan Afrika, buah pisang tidak hanya digunakan sebagai makanan tambahan namun sudah dikonsumsi sebagai buah segar atau buah olahan sebagai makanan pokok . Nilai nutrisi yang terkandung dalam buah pisang cukup tinggi . Kadungan gizi per 100 gram daging buah adalah energi (116-128 kcal), protein (1%), lemak (0.3%), karbohidrat (27%), mineral (Ca_15 mg, K_ 380 mg, Fe_0.5 mg, Na_1.2 mg), dan vitamin (Vit. A_0.3 mg, Vit. B1_0.1 mg; B2_0.1 mg, B6_0.7 mg, Vit. C_20 mg). Kandungan Ca pada buah pisang dapat menetralisir efek menetralisir efek garam dan MSG, K dapat menjaga keseimbangan air tubuh, kenormalan tekanan darah, fungsi jantung dan kerja otot dan vitamin B6 dan asam folat dapat berfungsi untuk perkembangan otak dan mencegah kanker usus.
5
Pisang
Batan g
Tali
Perme n
Pati
Buah
Segar
Keripik
Daun
Membungk us
Olahan
Sale
Pasta
Tepun g Snack
Sari buah Roti
Gambar 1. Pohon industri pisang
6
KEADAAN SENTRA PRODUKSI PISANG INDONESIA Pola Pembudidayaan dan Sentra Produksi Pisang di Indonesia Secara umum di Indonesia terdapat empat pola budidaya pisang di Indonesia, yaitu: 1) pertanaman pekarangan, 2) sistem tumpasari,3) kebun pisang petani gurem skala komersial dan 4) perkebunan pengusaha pisang. Pertanaman pekarangan, sistem tumpasari dan kebun pisang petani gurem skala komersial digolongkan pada pola pembudidayaan skala kecil karena skala luasan kebunnya kurang dari 20 ha. Sedangkan perkebunan pengusaha pisang terdiri dari dua golongan yaitu perkebunan skala menengah dan perkebunan skala besar.
Pembudidayaan Pisang Skala Kecil Pertanaman pisang di pekarangan dan sistem tumpasari di kebun petani banyak tersebar di wilayah Indonesia. Tanaman pisang yang ditanam di pekarangan digunakan untuk konsumsi keluarga dengan memanfaatkan masukan modal yang minimal, sedangkan kelebihan hasilnya dijual ke pasar. Kultivar pisang yang ditanam beragam, tergantung daerahnya. Pada sistem tumpasari, pisang biasanya digunakan sebagai tanaman perawat atau naungan untuk tanaman muda coklat, kopi, lada dan sebagainya. Tanaman pisang juga digunakan sebagai tanaman sela pada perkebunan karet dan kelapa sawit yang baru di bangun atau di tanam di bawah pohon kelapa yang sudah dewasa. Tanaman pisang yang di tanam sebagai tanaman utama, biasanya ditumpasarikan dengan tanaman semusim seperti sayuran atau palawija. Pada kebun buah milik petani gurem, pisang di tanam sebagai tanaman monokultur di lahan yang luasnya berkisar antara 1- 20 ha. Pemilihan kultivar tergantung kepada permintaan konsumen dan kesesuaian dengan keadaan
7 agroklimat yang berlaku di daerah tersebut. Pengelolaan pada tanaman pisang sudah lebih baik dari pengelolaan tanaman pisang pekarangan dan tanaman pisang tumpasari. Pola pertanaman tumpasari dan kebun pisang petani gurem tersebar di seluruh sentra produksi pisang di Indonesia (Tabel 1) Tabel 1 .Sentra Produksi di Indonesia Propinsi
Lokasi
Banten
Serang
Jawa Barat
Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bogor, Indramayu, Purwakarta
Jawa Tengah
Demak,
Kudus,
Pati,
Banyumas,
Cilacap
dan
Purbalingga Jawa Timur
Banyuwangi, Malang dan Sampang
Sumatra Utara
Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Deli Serdang Padang Sidempuan dan Asahan
Sumatra Barat
Tanah Datar dan Pariaman
Sumatra Selatan
Lahat, Lematang Ilir, Ogan Kumering Ilir, Ogan Kumering Ulu dan Musi Rawas
Jambi
Batanghari
Lampung
Lampung Tenggara dan Lampung Selatan
Bali
Buleleng, Karangasem, Jembrana dan Tabanan
Pola Pembudidayaan Pisang Skala Perkebunan Pembudidayan pisang skala perkebunan di Indonesia terdiri dari dua golongan yaitu perkebunan skala menengah dan perkebunan skala besar perkebunan skala menengah memiliki luasan lahan 50-100 hektar. Salah satu perkebunan skala menengah di usahakan di Mojokerto Jawa Timur yaitu PT. Horti
8 Nusantara dengan luasan 100 ha. Jenis pisang yang di tanam adalah kultivar Cavendish dengan tujuan pasar dalam negeri. Selain bertanam pisang, PT. Horti Nusantara memproduksi bibit pisang asal kultur jaringan yang dapat dijual ke luar perkebunan. Perkebunan pisang skala besar terdapat di Lampung (PT. Nusantara Tropikal Fruits) dan Maluku Utara (PT. Global Agronusa Indonesia) dengan target pengembangan lahan seluas 2000 -5000 ha. Produksi pisang yang di hasilkan oleh perkebunan tersebut setiap tahunnya di atas 100 000 ton dengan produktivitas lebih dari 100 ton/ha. Jenis pisang yang diusahakan adalah kultivar cavendish dengan tujuan utama untuk ekspor.
9
BUDIDAYA PISANG Syarat Tumbuh Suhu
: Optimum pada kisaran 26-28C.
Altitude
: Di bawah 800 m dpl, tapi masih mungkin sampai 1000 m dpl.
Pengairan : Perlu air teratur 20-60 mm/minggu Tanah
: pH 4.5-8.5, kedalaman solum >75 cm, kedalaman air > 120 cm, kemiringan 15%<, peka tanah salin. Terbaik pada tanah dengan solum dalam, berdrainase baik, dengan kandungan humus tinggi seperti tanah vulkanik atau tanah aluvial. Hindari tanah tergenang.
Lokasi
: Dekat dengan industri pendukung atau jalur agribisnis Varietas Pisang Komersial
Varietas pisang komersial di dunia adalah: Cavendish, Baby banana, Monkey banana. Varietas pisang komersial di Indonesia : Ambon, Raja, Tanduk, Barangan, Uli, Mas, dll. Koleksi pisang Indonesia sekitar 420 jenis.
Gambar 2. Beberapa jenis pisang komersial di Indonesia
10 Alur Agribisnis Pisang Penentuan dan Penyiapan Lahan
Penentuan dan Penyediaan Bibit Penanaman Pengairan
Penjarangan anakan Pemupukan
Sanitasi lahan
Pembungkusan Buah Pengendalian HPT Panen Pencucian dan desinfeksi Sortasi dan Pengkelasan Pangemasan Distribusi
11 Kegiatan Budidaya Pisang Kegiatan budidaya pisang dimulai dari penyediaan benih dan bibit sampai panen sesuai dengan alur agribisnis pisang di atas. Setelah kegiatan panen perlu juga dilakukan kegiatan pasca panen yang baik sampai pisang dipasarkan.
Langkah-langkah kegiatan budidaya pisanga dalah sebagai
berikut: Penyediaan Benih/Bibit Sumber bibit harus diperoleh dari induk yang sehat dan diperoleh dari lahan yang bebas penyakit terutama penyakit layu fusarium dan layu bakteri serta penyakit bunchy top. Sumber bibit dapat berasal dari anakan, bonggol (cormit /bits) dan kultur jaringan.
Pada umumnya petani menggunakan bibit yang
berasal dari anakan dan belahan bonggol. Bibit yang siap ditanam berukuran 40-50 cm bila dari kultur jaringan, atau anakan berumur 6 bulan.
G Gambar 3. Jenis bibit pisang. A. anakan; B. bonggol dan C. kultur jaringan A
B
C
Gambar 3. Jenis bibit pisang. A. anakan; B. bonggol dan C. kultur jaringan
12
A. Sistem Penyediaan Benih dari Anakan
Gambar 4. Jenis anakan pisang
1.
Pilih tanaman induk yang sudah berbuah dan sehat
2. Pilih tanaman dari lahan yang bebas penyakit terutama penyakit layu fusarium dan layu bakteri 3. Pilih anakan pedang bukan anakan air 4.
Pisahkan anakan dari bonggol induknya
5. Benih dikumpulkan di tempat yang teduh, akar dibersihkan dari tanah, daun dikurangi 6.
Buang mata tunas yang timbul
7.
Benih diseleksi menurut besar dan tinggi untuk mendapatkan benih yang seragam
8. Sebelum ditanam ditanam ke polibag, benih direndam dengan campuran agens antagonis bakteri (Pseudomonas fluurescens + Bacillus substilis)
13 selama 24 jam atau boleh juga direndam dengan fungisida Benlate atau Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/liter air selama 2 jam
B. Penyediaan Benih dari Bonggol 1. Pilih bonggol dari tanaman yang dewasa, sehat serta bebas dari hama dan penyakit 2. Bersihkan bonggol dan buang akarnya dengan tidak merusak mata tunas 3. Belah bonggol menurut ukuran mata tunas dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm 4. Bonggol yang sehat adalah bila dibelah berwarna putih 6. Untuk mengurangi serangan penyakit sebelum ditanam ke polibag, rendam bonggol dalam campuran agens antagonis bakteri (Pseudomonas fluurescens + Bacillus substilis) selama 2 jam atau boleh juga direndam dengan fungisida Benlate atau Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/liter air selama 2 jam C. Benih dari Kultur Jaringan 1. Pilih bahan explan yang dari induk yang disertifikasi bebas penyakit sistemik. 2. Diperbanyak dengan penggunaan ZPT yang berimbang. 3. Planlet tidak melebihi subkultur ke V. 4. Diaklimatisasi dalam media yang bebas penyakit tular tanah. 5. Off-type kurang dari 5%. Penyiapan Lahan Pembersihan lahan. Lahan harus dibersihkan dari dari hal-hal yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman. Lahan dibersihkan mulai dari membuang batu besar, gulma, tunggul batang dan sebagainya yang
14 dapat menganggu sistem perakaran tanaman dan penyerapan unsur hara. Selain itu juga disiapkan bedengan dan akses jalan. Pengaturan jarak tanam. Jarak tanam tergantung varietas, varietas ukuran kecil sekitar 2X2.5 m, besar 3X3. Bisa juga berupa barisan 1.52 X 4-6 m. Populasi tanaman per ha, tergantung dari layout tanah. Arah barisan dalam pengaturan jarak tanam harus sejajar dengan arah terbit metahari. Matahari Terbit
3m
3m
3m
3m
A
3m
3m
3m
3m
2m
2m 3m
3m
2m
3m 2m
3m B Gambar 5. Beberapa cara pengaturan jarak tanam pisang, A. Pola tanam sejajar dan teratur, jarak tanam 3 x 3 meter; B. Pola tanam berseling, jarak tanam 3 x 2 m Penanaman Pembuatan lubang tanam.
15 Pembuatan lubang tanam diperlukan untuk memperbaiki lingkungan perakaran pisang agar bibit pisang yang ditanam mampu tumbuh dengan cepat.
Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan 2-3 minggu
sebelum tanam. Ukuran lubang tanam kira-kira 50 x 50 x 50 cm. Pada saat pembuatan lubang tanam harus dipisahkan tanah lapisan atas (arak kiri) dan tanah lapisan bawah arah kanan.
Apabila tanah masam,
sebaiknya pada lubang tanam diberi kapur/dolomite sebanyak 200-500 g/lubang. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 2 minggu dengan tujuan member kesempatan tanah menyerap oksigen dan sinar matahari. Sebaiknya lubang tanam diberi perlakuan solarisasi yaitu menutup lubang tanam dengan plastik PVC selama 2-3 minggu. Tujuan dilakukan solarisasi adalah untuk mematikan mikrorganisme yang merugikan tanaman pisang.
Kapur/dolomit
Gambar 6. Lubang tanam yang sudah diberi perlakuan dolomite dan dibiarkan terbuka
16
Gambar 7. Perlakuan solarisasi pada lubang tanam Penutupan lubang tanam. Penutupan lubang tanam dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan kelembaban tanah ke kondisi semula. Penutupan lubang tanam dapat dilakukan 2-3 hari sebelum tanam. Pada saat penutupan lubang tanam ditambahkan
pupuk kandang yang sudah dicampur agensia hayati
sebanyak 10 – 20 kg per lubang tanam. Satu minggu sebelum penutupan lubang tanam, pupuk kandang dicampur dengan agensia hayati Trichoderma sp. Sebanyak 100 – 200 g Trichoderma sp dicampur dengan 10 kg pupuk kandang.
Setelah dicampur pupuk kandang
dimasukkan ke dalam karung dan diperam selama 1 minggu dalam keadaan lembab. Pada saat penutupan lubang pupuk kandang yang sudah dicampur dengan agensia hayati, setengah bagian dimasukan kedalam lubang tanam dan setengah bagian dicampurkan dengan tanah bagian atas (top soil). Pada saat penutupan lubang tanam, tanah bagian atas (top soil) dimasukkan terlebih dahulu baru disusul tanah bagian bawah (sub soil).
17
Penanaman Penanaman dilakukan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau, agar tanaman pada saat pertumbuhan awal tidak mengalami kekeringan. Sebelum ditanam bibit yang sudah disiapkan terlebih dahulu diberi perlakuan dengan cara merendam dalam agens antagonis seperti bakteri Pseudomonas fluorescens dan Bacillus substilis dengan konsentrasi 109/ml selama 24 jam. Kalau agens antagonis sulit diperoleh, bibit dapat direndam dulu ke dalam larutan fungisida Benlate atau Duthane M-45 selama 2 jam. Sementara menunggu bibit direndam, lubang tanam yang sudah ditutup, dilubangi kembali seukuran dengan bonggol atau bibit.
Setelah bibit direndam, bibit siap ditanam. Bibit
dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi tegak dan ditanam sampai sebatas 5 – 10 cm di atas pangkal tanah, kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah galian.
Penanaman pisang dapat dilukukan
dengan baris tunggal dan baris ganda.
A B Gambar 8. Penanaman pisang dengan baris tunggal (A) dan baris ganda (B)
18 Irigasi/Pengairan Pengairan dilakukan untuk membantu penyediaan air yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam penyediaan air adalah air yang digunakan untuk penyiraman tidak tercemar zat berbahaya dan limbah pabrik serta bibit penyakit. Pengairan harus disesuaikan dengan musim, umur tanaman dan fase pertumbuhan tanaman. Pengairan dapat dilakukan dengan penyiraman, irigasi sprinkle, irigasi tetes dan pembuatan selokan di antara bedengan tanaman. Namun biasanya teknik pengairan yang banyak dilakukan adalah dengan penyiraman. Irigasi tetes dan sprinkle banyak digunakan untuk perkebunan besar. Pengairan lahan harus dilakukan paling lambat 3 – 4 hari setelah tanam jika ditanam pada saat tidak turun hujan. Penyiraman dilakukan dengan gembor atau selang dari atas permukaan tanah sekitar pohon sampai tanah terlihat basah pada kedalaman minimal 20 cm. Penyiraman dapat dilakukan pada pagi atau sore hari, sekurang-kurangnya 2 kali seminggu apabila tidak turun hujan.
Tanaman pisang yang kekurangan air dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat. Kekurangan air pada fase pertumbuhan vegetative dapat mempengaruhi kecepatan perkembangan daun dan jumlah bunga menjadi sedikit, sehingga produksi buah menjadi rendah. Kekurangan air pada fase pembungaan dapat menurunkan jumlah buah dan kekurangan air pada periode pembentukan buah dapat mempengaruhi ukuran dan kualitas buah, tandan buah pendek dan ukuran kecil.
19
Gambar 9. Pengairan pada tanaman pisang Penjarangan Anakan Penjarangan anakan dilakukan dengan tujuan mengurangi persaingan hara antar tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas hasil. Membiarkan anakan pada tanaman pisang dapat mengurangi produksi.
Saat penjarangan juga berperan penting dalam managemen
produksi. Ada dua tipe anakan yang dihasilkan yaitu anakan muda dengan daun yang sempit (anakan pedang) dan anakan dengan daun yang lebar (anakan air). Satu rumpun maksimum dengan 1-2 anakan yang berbeda umur. Penjarangan dilakukan setiap 3 bulan. Anakan yang dibuang adalah yang tumbuhnya mengarah pada jalan kebun. Anakan yang dipilih untuk dipelihara adalah anakan yang berdaun pedang, tingginya 20-40 cm, pertumbuhan kuncup daun baik. Dengan pembuangan anakan ini pohon induk akan berbuah
20 dengan arah pertumbuhan buah ke jalan untuk memudahkan pemanenan. Anakan berumur 6 bulan dapat dijadikan sebagai bahan tanaman untuk inisiasi kebun baru. Penjarangan anakan dapat dilakukan dengan cara mematikan anakan dengan metode sebagai berikut: a) Potong anakan sebatas permukaan tanah, congkel bagian tengah batang lalu tuangkan 2 – 3 ml (½ sendok teh) minyak tanah. b) Dapat juga menggunakan 2,4 – D 50% sebanyak 2 – 12 tetes pada batang semu anakan yang telah mencapai tinggi 30 – 60 cm. Anakan yang lebih kecil dosisnya dapat dikurangi.
Anakan yang dipelihara (anakan pedang)
Anakan yang dibuang (anakan air)
Gambar 10. Tanaman yang akan dilakukan penjarangan
21
Gambar 11. Kondisi tanaman yang sudah dilakukan penjarangan Pemupukan dan Pembumbunan Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan unsure hara tanaman dan mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum, produksi yang tinggi dan kualitas yang baik sesuai dengan standar yang ditetapkan serta memperkuat pertumbuhan tanaman pisang. Jenis pupuk yang digunakan adalah: Bahan organik: pupuk kandang, kompos Pupuk kimia yang terdiri dari N (urea, ZA, KNO3, NPK), N (urea, Za, KNO3, NPK), P (TSP, SP-36) dan K (KCl, KNO3) Pemupukan dilakukan dengan cara: Membuat parit di sekeliling rumpun dengan jarak minimal 50 cm dari pohon dengan kedalaman 10-15 cm Pupuk ditebarkan disepanjang parit sesuai dosis
22 Setelah pupuk diberikan parit ditutup dan dilanjutkan dengan pembumbunan Lingkaran tajuk diusahakan bersih dari rumput/gulma Aplikasi pupuk organik dilakukan pada saat penyiapan lubang tanam dengan dosis 10-20 kg/lubang tanam. Sedangkan aplikasi pupuk kimia dilakukan tiga sampai empat kali dalam satu tahun. Pemupukan I : satu bulan setelah tanam (Urea 150g, SP-36 100g, KCl 200g), pemupukan II, III & IV selang 3 bulan dari pemupukan sebelumnya (Urea 150g, SP-36 100g dan KCl 450g.
KEGIATAN
1 1
2
PEMUPUKAN KE DAN BULAN 2 3 3 4 5
6
4
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pemupukan - Organik - Urea - TSP - KCl
20 kg/lubang 150 g/tanaman 100 g/tanaman 200 g/tanaman
150 g/tanaman 100 g/tanaman 450 g/tanaman
150 g/tanaman
150 g/tanaman
100g/tanaman
100 g/tanaman
450 g/tanaman
450 g/tanaman
23 Gambar 12. Jadwal dan dosis pemupukan pisang
Gambar 13. Aplikasi pupuk kandang Sanitasi Lahan Sanitasi lahan dilakukan bertujuan untuk membersihkan gulma dan tanaman sakit di sekitar pertanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal. Gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman pisang kalau tidak dibersihkan dapat menimbulkan persaingan hara antara gulma dan tanaman, sehingga akan mengurangi suplai hara ke tanaman. Sementara tanaman yang sakit kalau tidak dibersihkan dapat menjadi sumber penyakit bagi tanaman lainnya. Pengendalian gulma penting dilakukan pada 3 bulan pertama. Pengendalian gulma pada tanaman pisang umumnya dilakukan secara manual atau mekanis. Pengendalian secara manual dilakukan dengan membuang gulma minimal 100 cm sekeliling tanaman pisang. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti cangkul, kored dan parang. Parang yang digunakan untuk memotong tanaman yang sakit tidak boleh digunakan lagi
24 untuk tanaman sehat, kecuali parang tersebut dibersihkan dahulu dengan klorox ataupun bayclin agar penyakit tidak menular ke tanaman yang sehat. Pengendalian secara manual atau mekanis harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai perakaran tanaman. Untuk perkebunan skala luas, dengan alas an pertimbangan ekonmi penyiangan
dapat
dilakukan
dengan
penyemprotan
herbisida.
Penyemprotan herbisida dapat dilakukan apabila tanaman sudah cukup tinggi (1- 1.5 m) dan apabila tanaman sudah ada yang terserang layu fusarium. Penyemprotan dengan herbisida dapat dilakukan 4-5 kali dalam satu tahun. Herbisida yang digunakan dari herbisida yang berbahan aktif Ametryne, simazine, diuron, paraquat dan glyphosate. Pemelihan masingmasing bahan aktif tergantung pertumbuhan tanaman. Umur tanaman 1 – 4 bulan dapat menggunakan ametryne, umur tanaman 5 – 6 bulan menggunkan paraquat, umur diatas 6 bulan menggunakan glyphosate. Kegiatan penyiangan sebaiknya diikuti dengan pembersihan kebun, terutama pemotongan daun-daun yang telah tua dan juga daun-daun yang kering. Hal ini dilakukan untuk memberikan sirkulasi udara dan masuknya cahaya matahari yang baik ke dalam pertanaman. Daun yang dibuang adalah daun dengan lebih dari 50% terserang bercak penyakit, daun tua yang telah menguning dan daun yang menaungi dan menggesek jantung dan atau buah yang dalam masa tumbuh dan berkembang.
25
A
B
C Gambar 14. Lahan yang belum dilakuan sanitasi (A), lahan yang sudah dilakukan sanitasi (B dan C) Daun yang perlu dibuang
Gambar 15. Daun pisang yang perlu dibuang dari pertanaman
26 Pembungkusan (Pembrongsongan) dan Pemotongan Jantung Tujuan dilakuan pembungkusan buah adalah untuk mencegah timbulnya serangan hama dan penyakit pada buah pisang, terutama hama kudis dan penyakit darah. Pembungkusan dilakukan pada saat seludang pisang pertama belum membuka dan jantung sudah mulai merunduk. Sebelum dibungkus sebaiknya jantung pisang disemprot terlebih dahulu dengan pestisida, untuk mencegah berdiamnya serangga pada jantung
pada saat jantung sudah
dibungkus. Pembungkusan dapat dilakukan dengan plastik plastik berwarna biru (polyethilen) atau plastik dursban, yang diikatkan ke pangkal tandan dengan mengusahakan seludang atas tidak masuk ke dalam plastik brongsong. Jika plastik polyethilen biru tidak ada bisa juga digunakan karung bekas maupun plastik biasa. Secara berkala harus dilakukan pemeriksaan untuk mencegah tersangkutnya seludang yang sudah terlepas agar tidak membusuk pada tandan buah.
Gambar 16. Pembungkusan jantung pisang Pemotongan ontong dilakukan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah. Pemotongan dilakukan bila buah terakhir yang normal sudah melengkung ke atas. Pemotongan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau ataupun parang.
Setelah memotong satu jantung,
parang harus dibersihkan dengan bayclin atau dicuci dengan detergen
27 sebelum digunakan untung memotong jantung yang lainnya.
Bekas
potongan jantung diolesi dengan bakterisida seperti Agrept, untuk menghindari penyakit layu bakteri.
Gambar 17. Saat pemotongan jantung (A), buah pisang yang ibungkus dengan plastik berwarna biru (B) dan buah pisang yang dibungkus dengan karung plastik biasa Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Pisang Hama penting pada tanaman pisang dan cara pengendaliannya 1. Penggerek bonggol Cosmopolitus sordidus (Germ) (Colepotera: Curculionidae) Gejala: Larva kumbang moncong menggerek dan membuat loronglorong pada bonggol dan batang pisang dan menjadi pupa atau kepompong di lorong-lorong yang dibuatnya. Kemudian larva memakan ujung akar dan jaringan pengangkut. Sebagian besar jaringan bonggol akan rusak, akibatnya akan menurunkan kemampuan pengambilan air dan hara sehinggan mengakibatkan daun pisang akan layu dan pelepahnya mudah patah. Apabila batang ditebang, akan tampak lorong-lorong yang dibuat oleh serangga ini.
28 Pengendalian: 1. Cara kultur teknis: kumbang penggerek dapat bertahan selama 9 bulan pada batang pisang. Oleh karena itu, lakukan pembersihan tempat berlindung dan tempat makan serangga dewasa dengan sanitasi kebun dan membersihkan pelepah, memusnahkan batang pisang yang telah dipanen atau terserang hama ini . Untuk memerangkap dan menarik serangga betina meletakkan telur dapat digunakan perangkap umpan rhizom. Setelah itu umpan dimusnahkan dengan dibakar. 2. Cara mekanis: kumbang yang ada dalam batang/bonggol pisang dimatikan 3. Cara Biologi: dengan musuh alami yaitu dengan predator larva Plaesius javanicus Er, Hololepta sp, Chrysophilus ferrugineus dan Ceromasra
sphenopori
dan
pengendalian
dengan
parasitoid
Beauveria bassiana dan Metarrhizium sp 4. Cara kimia: dengan insektisida sistemik seperti karbofuran
A
B
C Gambar 18. Larva dan Imago Cosmopolitus sordidus (A dan B) dan gejala serangan pada bonggol (C)
29 2. Penggerek Batang (Odoiparus longicolis Oliver) (Colepotera:Curculionidae). Gejala: Secara umum infestasi dimulai pada tanaman umur 5 bulan. Gejala awal dari infestasi adalah adanya lubang gerekan pada batang. Kumbang menyerang batang tanaman pisang. Tanaman menjadi layu, bila batangnya dibelah terlihat adanya lubang gerek yang memanjang. Larva dan imagonya merusak batang. Pengendalian: 1. Sanitasi kebun dengan memotong batang pisang yang terserang sampai ke permukaan tanah, kemudian dipotong kecil-kecil dan dibenamkan ke dalam tanah. 2. Penggunaan musuh alami yaitu predator Plaesius sp 3. Penggunaan insektisida seperti karbofuran
Gambar 19. Larva dan gejala serangan pengerek batang (Odoiparus longicolis)
pisang
30 3 Ngengat Kudis Pisang (Nacoleia octasema Meyr. ) (Lepidoptera: Pyralidae) Gejala: Larva hidup berkelompok, makan dan berkembang pada bunga dan kulit buah pisang yang masih muda. Serangannya menyebabkan perkembangan buah menjadi terlambat dan dapat menimbulkan terjadinya kudis pada kulit buah pisang, terutama sering ditemukan pada sisir yang terakhir pada tandan pisang yang terserang. Serangan berat akan menurunkan kualitas buah dan buah menjadi abnormal. Serangga ini juga dapat menjadi vektor penyakit layu bakteri (penyakit darah).
Pengendalian: 1. Cara mekanis: membungkus tandan pisang dengan kantong plastik dusrban sejak fase pembungaan hingga panen.. Pemotongan jantung pisang yang sudah tidak produktif lagi dilakukan untuk membuang sisa larva yang bersembunyi di dalamnya. 2. Cara biologi: dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya berupa parasitoid dari famili Tachnidae dan Braconidae. 3.
Cara kimia: dilakukan dengan menggunakan insektisida yaitu menyuntikkan insektisida pada tangkai tandan buah pisang yang baru mekar.
31
Gambar 20. Gejala serangan ngengat kudis (Odoiparus longicolis) pada jantung dan buah pisang 4. Penggulung Daun Pisang (Erionata thrax Linnaeus) (Lepidoptera: Hesperidae) Gejala: Daun yang diserang ulat biasanya digulung menyerupai tabung, dan apabila dibuka akan ditemukan larva di dalamnya. Larva memotong bagian tepi daun kemudian digulung mengarah ke dalam. Larva yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka larva akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yag besar. Larva ditutupi oleh semacam lilin berwarna putih. Apabila serangan
32 berat, daun akan habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun sehingga dapat menurunkan produksi pisang.
A
B
C
Gambar 21. Larva dan Imago (A, B) dan gejala serangan ulat penggulung daun pisang (Erionata thrax) (D) Pengendalian: 1. Cara mekanis: Daun pisang yang terserang dipotong, kemudian larva yang ada di dalamnya dimatikan atau dimusnahkan. 2. Cara biologi: dengan menggunakan parasitoid telur Oencyrtus erionatae Ferr, parasitoid larva muda Apanteles erionatae Wlk, parasitoid pupa Xanthopimpia gampsara dan parasitoid lainnya yaitu Agiommatus spp., Anastatus sp., Brachymeria sp dan Pediobius erionatae
33 3. Cara kimia: dengan insektisida kontak maupun racun perut misalnya insektisida yang mengandung bahan aktif diazinon, endosulfan, dieldrin dan dimethoat. Penyemprotan dilakukan saat telur menetas.
Penyakit penting pada tanaman pisang dan cara pengendaliannya 1. Layu fusarium/Panama Penyebab : Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense Gejala : Gejala yang menyolok dari layu fusarium pada awalnya adalah terjadi penguningan tepi daun pada daun-daun yang lebih tua. Gejala menguning berkembang dari daun tertua menuju ke daun termuda. Daun-daun yang terserang secara berangsur-angsur layu pada tangkainya atau lebih umum pada dasar ibu tulang daun dan menggantung ke bawah menutupi batang semu. Ratarata lapisan luar batang palsu terbelah dari permukaan tanah atau terjadi retakan memanjang pada batang semu. Pada bagian dalam apabila dibelah, terlihat garis-garis coklat atau hitam menuju ke semua arah, dari batang (bonggol) ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal daun dan tangkai. Daun-daun termuda menampakkan gejala yang paling akhir dan seringkali berdiri tegak. Pengendalian: 1. Budidaya: a. Hindarkan penanaman pisang pada lahan yang pernah terserang penyakit layu Fusarium. b. Pada lubang tanaman ditaburi arang sekam untuk menghambat penyebaran cendawan.
34 c. Gunakan bibit yang sehat bebas dari cendawan (kalau memungkinkan gunakan bahan perbanyakan hasil kultur jaringan) d. Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit layu Fusarium. e. Mensterilkan
alat-alat pertanian dengan disenfektan seperti
detergen dan bayclin
2. Mekanis : a. Eradikasi tanaman terserang.
Untuk tanaman dalam rumpun,
tanaman dimatikan dengan suntikan minyak tanah sebanyak 5 cc dan area dengan kisaran 1,5 m dari tanaman/rumpun ditaburkan arang sekam. b. Untuk isolasi kawasan, lahan baru dipisahkan dari lahan yang terserang dengan dibuatkan parit sedalam Rhizosphere (perakaran) pisang lalu arang sekam ditaburkan ¾ tinggi parit dan dibuat drainase yang tidak mempengaruhi kebun baru. 3. Biologis : Pemanfaatan musuh alami seperti Pseudomonas florescens, Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dengan aplikasi : Aplikasi 1 : diberikan pada 2 minggu sebelum tanam dengan dosis : Trichoderma sp dan Gliocladium sp sebanyak 100 g/5 kg kompos jadi yang setara dengan konsentrasi 108 spora/cell atau 100-200 gr/ 10-20 kg pupuk kandang Pseudomonas florescens sebanyak 100 cc/5 kg kompos padi jadi yang setara dengan konsentrasi 108 CFU (Cell Fraction Unit). Aplikasi 2 : diberikan 3-4 bulan setelah tanam (bersamaan dengan penjarangan anakan) dengan dosis :
35 Trichoderma sp dan Gliocladium sp sebanyak 50 g/5 kg kompos padi jadi yang setara dengan konsentrasi 108 spora/cell atau 50 gr/10 kg pupuk kandang Pseudomonas florescens sebnayak 100 cc/5 kg kompos padi jadi yang setara dengan konsentrasi 108 CFU (Cell Fraction Unit). 4. Cara Kimia yaitu untuk melakukan sterilisasi permukaan seperti penggunaan beberapa jenis fungisida. Sebelum ditanam bibit pisang diberi perlakuan dengan cara merendam bibit dengan fungisida sistemik ataupun desinfektan.
Gambar 22. Gejala serangan layu fusarium pada pisang 2. Penyakit Darah (Blood Disease) Penyebab: Blood Disease Bacterium (BDB) Gejala: Daun menguning terkulai, buah busuk dan bila disayat tampak bercak coklat kemerahan pada daging buah atau membusuk berlendir. Kelayuan menyeluruh terjadi pada tanaman muda.
36 Pada sayatan batang atau bonggol terlihat coklat berlendir merah menyerupai darah, dan tanaman mati mengering. Bila infeksi terjadi saat keluar jantung, maka tanaman segera layu tanpa didahului penguningan daun dan buah tidak terbentuk. Serangan pada tanaman yang telah membentuk buah menyebabkan pembusukan pada buah.
Gejala luar penyakit
layu bakteri ini hampir sama dengan layu fusarium. Keduanya dapat dibedakan dengan memperhatikan gejala dalam. Pada penyakit darah, batang yang dipotong mengeluarkan lendir kemerahan dan terjadi perubahan warna pada bagian dalam buah.
Gambar 23. Gejala penyakit layu darah pada tanaman pisang
37 Pengendalian: 1. Budidaya: a. Gunakan bibit yang sehat bebas dari bakteri (kalau memungkinkan gunakan bahan perbanyakan hasil kultur jaringan).
Jika
menggunakan anakan maka dianjurkan untuk mengambil anakan dari rumpun sehat yang terletak minimal radius 20 m dari rumpun asal bibit tidak ada pisang sakit b. Segera potong jantung setelah sisir terakhir terbentuk. c. Penutupan tandan pisang hingga menutupi bekas potongan jantung (pembrongsongan) d. Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit layu bakteri. e. Mencuci alat-alat pertanian dengan fungisida. f. Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya selama tiga tahun g. Menghindari terjadinya luka pada akar 2. Mekanis : Eradikasi tanaman terserang dengan Untuk tanaman/rumpun, tanaman dimatikan dengansuntikan minyak tanah sebanyak 5 cc. 3. Biologi Pemanfaatan agen antagonis seperti Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sustilis dengan atau tanpa kompos. Aplikasi dilakukan pada saat tanam dan secara periodik selama pertumbuhan tanaman. 4. Kimia Penyemprotan insektisida sistemik pada waktu keluarnya bunga pada tandan bunga. Hal ini untuk mencegah penularan penyakit darah melalui serangga yang mengisap nektar bunga.
38 3. Penyakit Sigatoka Penyebab: Mycospaerella musicola Mulder Gejala: Timbul bintik-bintik kuning atau hijau kecoklatan (sejajar dengan tulang daun) pada daun ke-3 dan ke-4. Bercak ini kemudian berubah menjadi coklat tua sampai hitam. Pusat bercak berwarna keabu-abuan, sedangkan tepi bercak berwarna coklat atau hitam yang dikelilingi oleh halo berwarna kuning. Pada umumnya penyakit tidak mematikan tanaman, tetapi penyakit menyebabkan daun pisang lebih cepat menjadi kering, sehingga jumlah daun kurang dari kebutuhan tanaman pisang agar dapat berkembang dengan baik.
Pengendalian: 1. Budidaya: a. Gunakan bibit yang sehat bebas dari cendawan M. musicola. b. Menanam pisang di lahan yang tidak miskin hara. Kesuburan tanah harus dipertahankan dengan pemupukan yang tepat c. Perbaikan drainase dan mengurangi anakan agar iklim mikro disekitar tanaman tidak terlalu lembab. d. Mencuci alat-alat pertanian dengan fungisida. 2. Mekanis Untuk mengurangi sumber infeksi daun-daun mati disekeliling pohon dipotong dan dibakar 3. Kimia Penyemprotan fungisida mankozeb (Dithane M-45) atau propineb (antracol)
39
Gambar 24. Gejala penyakit Sigatoka pada tanaman pisang
4. Penyakit kerdil pisang Penyebab: Virus Banchy top (Banana Bunchy Top Virus (BBTV)) Gejala: Daun muda tampak lebih tegak, pendek, lebih sempit dan tangkainya lebih baik dari yang normal. Daun menguning dan menjadi
rapuh/mudah
patah.
Tanaman
terlambat
pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsunya. Vektor pembawa virus adalah kutu Pentalonia nigronervosa. Pengendalian: 1. Budidaya: a. Gunakan bibit yang sehat bebas dari BBTV (kalau memungkinkan gunakan bahan perbanyakan hasil kultur jaringan). b. Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit BBTV. c. Sanitasi kebun dari tanaman inang kutu seperti Heliconia sp, Canna sp dan Musa textillis.
40 2. Mekanis Eradikasi tanaman terserang dengan membongkar dan membakarnya, untuk tanaman dalam rumpun, tanaman dimatikan dengan suntikan minyak tanah sebanyak 5 cc. 3 Kimia Untuk memberantas vektor, gunakan insektisida sistemik terutama pada tanaman di pembibitan.
Gambar 25. Gejala penyakit kerdil atau Bunchy Top pada tanaman pisang
Panen Kegiatan panen yang baik dilakukan bertujuan untuk mendapatkan buah segar dengan kualitas semaksimal mungkin.
Sebelum melakukan
pemanenan terbaik dahulu harus diketahui indikator atau petunjuk bahwa
41 pisang tersebut sudah dapat dipanen. Beberapa indikator panen pisang diantaranya adalah umur sejak muncul jantung, pola lingkar buah, kuran dan kekerasan buah. Contoh kriteria panen untuk pisang Cavendish dengan tujuan pemasaran pasar lokal: - Tepi buah pisang tidak bersudut tetapi rata - Buah tampak berisi/padat - Bunga yang mengering pada ujung buah muda dipatahkan - Warna kulit buah dari hijau muda menjadi hijau tua - Daun bendera pada tanaman sudah mengering - Pisang seperti ini akan matang penuh dalam waktu 1 – 2 minggu Secara umum pada dataran rendah waktu panen pisang berkisar 85 – 100 hari setelah muncul jantung, sedangkan di dataran tinggi dapat mencapai 98 – 115 hari setelah muncul jantung. Cara pemanenan pisang yang baik adalah sebagai berikut: 1. Untuk panen pisang digunakan parang/golok yang tajam dan bersih 2. Panen dilakukan pada waktu pagi (7.00 – 10.00) atau sore (15.00 – 17.00) dalam keadaan cerah 3. Kayu/bambu penyangga pohon diturunkan perlahan-lahan 4. Batang ditebang setinggi 2/3 dari tinggi batang agar tandan tidak menyentuh tanah 5. Tandan dipotong pada sebelah atas buku tandan atau kira-kira 30 cm diatas sisir pertama 6. Setelah dipotong, tandan dibalikan supaya getah yang menetes keluar tidak mengenai buah 7. Tandan pisang diangkut dengan gerobak atau alat angkut lainnya ke tempat pengumpulan. Waktu pengangkutan, letakan posisi tandan pisang tegak lurus
42 (posisi tangkai buah menghadap ke bawah). Diantara tandan diberi sekat busa atau daun pisang kering. 8. Pada tempat pengumpulan tandan pisang diberi alas untuk menghindari buah rusak/tergores Standar kematangan buah dapat ditentukan dengan beberapa indeks kematangan:
Indeks 1 (bentuk buah terisi penuh, warna hijau segar, 100-200 hari setelah bunga mekar)
Indeks 2 ( warna buah hijau terang)
Indeks 3 (warna buah hijau semburat kuning)
Indeks 4 (warna buah kuning semburat hijau)
Indeks 5 (warna buah kuning dengan ujung hijau)
Indeks 6 (warna buah kuning merata)
Gambar 26. Indeks kematangan pisang
43
PASCA PANEN PISANG Dalam perencanaan operasional suatu pertanaman peranan sistem penanganan pasca panen haruslah menjadi salah satu pertimbangan penting karena pada rantai penanganan pasca panen inilah produk yang dihasilkan harus memperoleh sentuhan akhir sebelum disodorkan kepada konsumen. Disamping akan memberikan nilai tambah dari produk, penanganan pasca panen juga sangat berperan dalam hal mempertahankan mutu serta mengurangi susut panen yang biasanya menjadi ciri khas dari produk hortikultura yang bersifat mudah rusak (perishable). Peranan penanganan pasca panen juga sangat erat terkait dalam aktivitas agribisnis, karena kemampuan dalam menembus saingan pasar sangat terkait bukan hanya pada mutu produk, tetapi juga kepada kemampuan membuat penjadualan pasokan pasar serta terkait juga kemampuannya dalam perluasan jangkauan pasar. Penanganan pasca panen pisang meliputi beberapa kegiatan yaitu: 1. Penyisiran Penyisiran dilakukan dengan pisau yang tajam dengan memotong batang tandan di sekitas sisiran buah. Penyisiran sebaiknya dilakukan mulai dari sisir paling bawah, terus ke atas. Pada saat penyisiran harus dihindari pelukaan pada buah agar kemulusan buah tetap terjaga. Irisan bekas sisiran harus dirapikan setelah itu sisiran diberi daun atau kertas koran untuk menghindari agar getah buah tidak menetes pada buah. 2. Sortasi dan pengkelasan Sortasi dilakukan dengan memisahkan buah yang rusak, cacat, memar, busuk dan berukuran sangat kecil dari buah yang utuh dan bermutu. Pengkelasan dilakukan untuk memisahkan pisang menjadi beberapa kelas berdasarkan ukuran, warna dan kematangan yang seragam. Pengkelasan buah pisang
44 Dalam perdagangan Internasional, buah pisang dikelompokkan menjadi tiga kelas mutu yaitu kelas super, kelas A dan kelas B. Buah untuk kelas Super dan A pada umumnya banyak dipasarkan untuk ekspor dan supermarket. Sedangkan buah kelas B merupakan buah yang tidak termasuk kelas super dan A, tetapi masih memenuhi syarat untuk diperdagangkan. Buah kelas B hanya untuk konsumen lokal. Kelas Super Pisang yang masuk dalam kelas ini haruslah berkualitas super. Buah harus sesuai dengan karakteristik varietas, memiliki bentuk sempurna, bebas dari cacat kecuali cacat yang sangat kecil pada permukaan yang tidak tampak serta tidak mempengaruhi penampilan umum, kualitas, kualitas simpan dan keberadaan produk dalam kemasan. Kelas A Pisang dalam kelas ini haruslah berkualitas baik dan berkarakter sesuai dengan varietas dan memiliki bentuk sempurna. Kerusakan kecil sebagai berikut yang masih dapat ditoleransi pada buah. - Kerusakan pada bentuk dan warna buah, asal tidak mempengaruhi penampilan umum, kualitas dan penampilan dalam kemasan. - Kerusakan kulit buah seperti lecet dan goresan tidak lebih dari 2% dari total permukaan. - Seluruh cacat dan kerusakan tidak boleh mempengaruhi daging buah. Kelas B Pisang yang masuk dalam kelas ini adalah pisang yang tidak masuk Kelas Super dan Kelas A tapi masih memenuhi kriteria minimum. Kerusakan sebagai berikut masih diperbolehkan asalkan tidak mempengaruhi penampilan umum, kualitas, dan penampakan kemasannya.
45 -
Kerusakan pada bentuk dan warna, selama masih mempertahankan sifat-sifat varietasnya
-
Kerusakan kulit buah seperti goresan, memar, burik asalkan tidak melebihi 5% dari total permukaan
- Seluruh kerusakan tidak boleh mempengaruhi daging buah. Ketentuan Mengenai Ukuran Ukuran ditentukan berdasarkan rata-rata panjang jari buah, dengan panjang minimum 5 cm, sesuai dengan tabel berikut. Kode Ukuran I II III IV
Panjang Jari Buah (cm) ≥ 20.0 15.0 – 19.9 10.0 – 14.9 5.0 – 9.9
Tabel 2. Standar mutu buah beberapa varietas pisang No Varietas Panjang Diameter Berat sisir jari (cm) (cm) (kg) 1
2 3 4 5 6 7 8 9
Pisang Barangan Merah Pisang Barangan Putih Pisang Ambon kuning Pisang Ambon Lumut Pisang Ambon Putih Pisang Cavendish Pisang Raja Bulu Pisang Raja Sere Pisang Susu
Jumlah jari/sisir (buah) – 12 – 20
12 – 18
3–4
1.45 1.86
13 – 15
3 – 3.5
11.5 – 2
15 – 21
16 – 20
4–6
1.9 – 2.5
15 – 22
15 – 20
3 – 3.5
1.9 – 2.5
15 – 22
15 – 20
3.5 – 4
1.5 – 1.7
14 – 24
13 – 20
3.5 – 5.0
2.0 – 2.5
16 – 24
15 – 20
3.5 – 4.5
1.4 – 2.0
13 – 17
10 – 15
3–4
1 – 1.9
13 – 18
8 – 15
3–5
0.9 – 1.6
6 – 13
46 3. Pengemasan Pengemasan dilakukan untuk menjaga mutu buah, khususnya pada saat pengangkutan dan penyimpanan. Pengemasan merupakan suatu usaha untuk melindungi produk dari penurunan mutu dan kerusakan mekanis, fisik, kimia serta mikrobiologi, sehingga tetap memiliki nilai jual yang tinggi pada saat diterima oleh konsumen. Adanya wadah atau pembungkus dapat mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Wadah Kemasan Wadah yang digunakan dalam industri buah segar dan pengalengan pada saat itu adalah keranjang-keranjang besar berbentuk silinder atau kotakkotak. Ukuran wadah-wadah ini terutama ditentukan oleh bobot yang dapat diangkat seorang dengan tangan. Kemasan untuk wadah pengiriman harus dapat melindungi produk dari kerusakan mekanik, memungkinkan pertukaran panas dan menghilangkan panas dari kebun serta panas respirasi. Beberapa sifat kemasan distribusi yang baik adalah: 1. Sesuai dengan produk yang dikemas. 2. Cukup kuat untuk melindungi produk dari resiko yang terjadi selama pengangkutan dan penyimpanan. 3. Memiliki lubang ventilasi yang cukup. 4. Mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan. 5. Menyediakan informasi terhadap produk yang dikemas, tempat produsen dan tujuan pengiriman. Bentuk bahan kemasan buah pisang berbeda sesuai dengan tujuan pengiriman. Perdagangan antar daerah biasanya digunakan keranjang bambu, perdagangan antar pulau dengan menggunakan peti kayu dan
47 perdagangan bergelombang.
antar
negara
biasanya
menggunakan
peti
karton
Beberapa wadah kemasan yang dapat digunakan di
Indonesia adalah keranjang bambu, peti kayu dan kardus (kotak karton). Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kemasan Keranjang Bambu Keranjang bambu merupakan alat pengemasan pisang yang sering digunakan di daerah Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Namun pada setiap daerah tersebut berbeda bentuk dan ukurannya. Dua macam ukuran alat kemas yang digunakan adalah: Keranjang bambu dengan diameter bagian atas 36 cm, diameter bagian bawah 25 cm yang dapat memuat sisiran pisang sebanyak satu tandan. Keranjang dengan diameter bagian atas 50 cm, diameter bagian bawah 40 cm dan tingginya 40 cm, mempunyai kapasitas 60-70 kg. Biasanya keranjang bambu mempunyai kapasitas berkisar antara 40-100 kg atau lebih. Umumnya keranjang bambu kurang kuat dan tidak sanggup melindungi produk yang dikemas terhadap tekanan yang datang dari berbagai arah, sehingga mengakibatkan produk tersebut mengalami banyak kerusakan. Kemasan Peti Kayu Peti kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia. Kemasan peti kayu tetap memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara berkembang di masa mendatang, meskipun masalah lingkungan dan pembuangan semakin meningkat sehubungan dengan penggunaan kemasan kayu dalam pengangkutan ke negara-negara industri.
48 Peti kayu merupakan bentuk rusuk-rusuk kayu terbuka, dapat memberikan perlindungan pada produk namun tidak dapat digunakan untuk melindunginya dari kondisi iklim pada saat berada di tempat penyimpanan. Peti kayu memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
Memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan dengan kemasan lain.
Kekuatan peti kayu tidak dipengaruhi oleh air dan kelembaban udara.
Dapat digunakan lagi hingga 10-20 kali tanpa kehilangan kekuatan. Namun, peti kayu memiliki kelemahan yaitu dengan banyaknya ventilasi pada peti dapat membahayakan produk yang dikemas. Kemasan peti kayu cukup ekonomis untuk tujuan pengangkutan jarak jauh maupun jarak dekat, serta dapat mempertahankan kondisi buah segar selama pengangkutan dan penyimpanan.
Kemasan Kotak Karton Kotak karton bergelombang (corrugated fibre box) banyak digunakan di dalam pengemasan dengan tujuan ekspor. Pisang diatur dalam kotak karton dalam bentuk sisir dengan derajat ketuaan masih hijau tapi sudah cukup tua (green mature), bukan dalam keadaan matang (sudah berwarna kuning). Kemasan kotak karton memiliki kekurangan yaitu jika dalam kondisi lembab kekuatannya akan berkurang. Sedangkan beberapa kelebihan dari kemasan tersebut adalah:
Memiliki bobot yang lebih ringan.
Memiliki permukaan yang halus.
Memiliki sifat meredam getaran yang baik.
Mudah untuk dirakit dan ringkas dalam penyimpanan.
Mudah didaur ulang untuk dapat digunakan kembali.
49 Bahan Pengisi Kerusakan mekanik pada pengemasan pisang dapat diminimalkan dengan pemberian bahan pengisi yang tepat, seperti daun pisang yang diletakkan di antara sisir buah dan dinding kemasan. Bahan pengisi digunakan untuk mengurangi terjadinya kememaran buah selama pengisian. Beberapa di antaranya hanya berupa susunan perintang (penyekat) untuk mencegah laju bergeraknya buah yang terlalu tinggi sehingga dapat menghindarkan terjadinya kememaran. Bahan pengisi yang sering digunakan oleh petani adalah daun pisang kering. Pemilihan bahan pengisi tergantung kepada nilai ekonomi dan ketersediaan bahan. Bahan pengisi yang sering digunakan untuk pisang tujuan pasar lokal adalah daun pisang, kertas bekas atau karung untuk melindungi buah dari tepi kemasan yang kasar.
50
Gambar 27. Pengemasan buah pisang dengan keranjang bambu, peti kayu dan kotak karton
51 4. Pengangkutan Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Pengangkutan melalui darat merupakan pengangkutan yang paling penting dan akan tetap menjadi sarana pengangkutan utama yang digunakan oleh negara-negara berkembang di daerah tropik. Buah-buahan seperti pisang memiliki sifat sangat mudah rusak. Kerusakan dipercepat dengan adanya luka dan memar selama proses pengangkutan dari produsen sampai ke tangan konsumen. Buah pisang tidak boleh menguning ataupun menjadi matang selama pengangkutan. Bila dalam pengangkutan ada kemasan yang 5 % dari isinya menjadi matang, perlu diadakan perbaikan untuk mencegah hal ini. Pengangkutan pisang untuk tujuan pasar domestik tidak melibatkan pengggunaan sistem alat pendingin. Pisang diangkut ke pasar lokal dalam bentuk curahan maupun dalam wadah kemasan, umumnya dengan menggunakan angkutan jeep, truk atau bus. Pada saat pengangkutan tandan pisang diletakkan dalam posisi tegak lurus (posisi tangkai buah menghadap ke bawah) dan antara satu tandan dengan tandan lainnya diberi penyekat.
52
DAFTAR PUSTAKA Agrilink. 1999. Tropical Banana Information Kit. Key Issues p 36 – 37. Queensland Departemen Pertanian. 1993. Buku Petunjuk Teknis dan Pelabelan Jeruk Bebas Penyakit dan Pisang Kultur Jaringan. Jakarta Departemen Pertanian. 1994. Penuntun Budidaya Buah-Buahan (Pisang). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta. 126 hal. Direktorat Budidaya Tanaman Buah Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Tahun 2003. Indeks Kematangan Buah Pisang. Jakarta Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura. Pertanian. 2006. Pedoman Mutu Pisang. Jakarta
Departemen
Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura. Departemen Pertanian. 2006. Kebun Buah Percontohan Pisang . Jakarta http//www. deptan.go.id. 2006. Pedoman Teknis Irigasi Tekan. Jakarta J.C. Robinson. 1999. Bananas and Plantations. CABI York. 238 p.
Publishing, New
Kalsoven, L.G.E. 1981. The pest on crops in Indonesia. P.T. Ichtiar BaruVan Hoeve. Jakarta. 710 hal Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. 2001. Studi Pengembangan Komoditas Unggulan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mitchell, F. G. 1992. Cooling horticultural commodities, p:53-68. In: A. A. Kader (Ed.). Postharvest Technology of Horticultural Crops. University of California Division of Agricultural and Natural Resources, Oakland, California. 296 p. Noer, C. G. S., Grace, J. 1998. Mempelajari Pengaruh Jenis Kemasan dan Cara Pengemasan terhadap Mutu Tomat Segar (Lycopersicum esculentum Mill) Selama Pengangkutan di Daerah Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. 65 hal. O’Brien, M. 1986. Penanganan secara curahan, hal. 388-420. Dalam Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
53 Paine, F. A. 1977. The Packing Media. Blackie and Son. LTD, Great Britanian. Pantastico, Er. B. 1980. Technical consultation on refrigeration and packaging of fruits and vegetables within the cooperative marketing system in the Philippines. PHTRC-UPLB Report No. PHI/76/001 FAO/UNDP. Pantastico, Er. B., H. Subramanyam, M. B. Bhatti, N. Ali dan E. K. Akamine. 1986. Petunjuk-petunjuk untuk pemanenan hasil, hal. 91-119. Dalam Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 904 hal. Peleg, K. 1985. Produce Handling Packing and Distribution. The AVI Publishing Comp. Inc. Westport, Connecticut. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 1998. Desain dan Analisis Investasi Agribisnis Pisang. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 1987. Produksi Pisang di Indonesia. Jakarta. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Eksplorasi Bakteri dari Tanaman Famili Graminae dan Potensinya sebagai Pengendali Hayati Penyakit Layu Fusarium Pisang. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Pemanfaatan Trichoderma dan Gliocladium. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Kajian Pemanfaatan Bakteri Rizosfer Pseudomonas Kelompok Fluorescence dan Bacilus sp. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2004. Uji Antagonisme Jamur Endofit terhadap F. oxysporum f.sp. cubense in vitro. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor Pusat Kajian Buah-buahn Tropika. 2005. Laporan RUSNAS Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia. Bogor Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2005. Pengembangan Agens Biokontrol Pseudomonas dan Bacillus terhadap Penyakit Darah. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2006. Produksi Pisang Raja berdasar Standar Prosedur Operasional (SPO) di Cianjur. Laporan RUSNAS Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor.
54 Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2006. Pengembangan Agen Antagonis untuk Pengendalian Penyakit Layu pada Pisang. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2006. Pengendalian Hayati Fusarium oxysporum f.sp.cubense dengan Solarisasi dan Agen Antagonis. Laporan Rusnas Pengembangan Buah Unggulan Indonesia. Bogor Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2007. Pelatihan Aspek Penting Benih Tanaman Buah. Bogor Rancangan Standardisasi Nasional Indonesia Pisang. 2007. Sacharow, S. and Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI Publishing Comp. Inc. Westport, Connecticut. Stover. R.H dan Simmonds, N.W. 1987. Bananas. Bristol. Longman. Suhartanto. M.R, Sobir, Heri Harti. Pengembangan Pisang sebagai Penopang Ketahanan Pangan. 2010. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional. Bogor Sunarjono, H., Ismiyati, S. Kusumo dan Wardah. 1989. Produksi Pisang di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. 120 hal. Syarief, R., S. Santausa dan St. I. Budiwati. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor. 604 hal. Subijanto, S., C. P. Yik, O. K. Bautista and P. Mohd. Salleh. 1990. Handling practices of banana for the local market, p: 126-135. In: Hassan, A. and Er. B. Pantastico (Eds.). Banana, Fruit Development, Postharvest Physiology, Handling & Marketing in ASEAN. ASEAN Food Handling Bureau, Mala ysia. 147p