FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMARMATA KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2013 Ira Primona1, Rasmaliah2, Hiswani2 1
Mahasiswa Peminatan Epidemiologi FKM USU 2 Staf Pengajar Epidemiologi FKM USU ABSTRACT
Diarrhea is a condition where there is abnormal defecation frequency (more than 3 times / day) as well as changes in the content (more than 200 garm / day) and liquid stool consistency. According to Indonesia Health Profile (2010) diarrhea and gastroenteritis ranks first on the pattern of 10 main diseases in hospitalized patients in the hospital, with CFR 1.79%. This study aims to determine the factors related with diarrhea in children aged 0-59 months in the Simarmata Public Health Center Simanindo Samosir in 2013 . Design of this study was crosssectional . The population in this study were all children aged 0-59 months in the Simarmata Public Health Center and samples taken at random is by simple random sampling , amounting to 126 people . Data obtained from interviews using questionnaires and observation . Data analysis includes univariate and bivariate analyzes . The results of this research got the proportion of diarrhea in children aged 0-59 months in the Simarmata Public Health Center Simanindo Samosiy in 2013 was 36% . Results of the bivariate analysis showed significant association between age (p = 0.018; RP = 1.998 ) , sex ( p = 0.018 ; RP = 1.761 ), personal hygiene (p = 0,037 ; RP = 1,625 )with diarrhea in children aged 0-59 months and there is no significant relationship between mother educational ( p = 0.759 ; RP = 1.075 ) mother job (p= 0,296 ; RP = 0,623 ), waste management ( p = 0.491 ; RP = 1.188 ) , sewerage ( p = 0.064 ; RP = 1,615 ) , availability of latrines ( p = 0.389 ; RP = 1.277 ) , breastfeeding status exclusive ( p = 0.117 ; RP = 0.652 ) , nutritional status ( p = 0.172 ; RP = 1.472 ), measles immunization status (p = 0,970 ; RP = 0,533 ) with diarrhea in children aged 0-59 months . It is suggested that the Simarmata Public Health Center Simanindo Samosir to improve education and prevention about diarrhea such as to improve nutritional status, exclusive breastfeeding, and personal hygiene. Keywords : Diarrhea , Children Aged 0-59 Months , Environment (lebih dari 3 kali/hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 garm/hari) dan konsistensi feses cair. Penyakit diare merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat terutama bayi dan balita. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. 2,3
PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan akan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap anggota masyarakat dan harus selalu diupayakan peningkatan secara terusmenerus. Oleh karena itulah selalu dilakukan berbagai upaya dalam menanggulangi berbagai masalah kesehatan.1 Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal 1
Bertahun-tahun pemberantasan penyakit diare sudah dilakukan namun hingga saat ini KLB diare masih sering terjadi. Strategi penanggulangan diare yang telah dilakukan selama ini dimaksimalkan dengan memanfaatkan kerja sama lintas program dan ataupun kerja sama lintas sektor. 1,3 Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDG’s) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada tahun 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. 4 Berdasarkan data WHO tahun 2010, pada Weekly Morbidity and Mortality Report (WMMR) IDP husting and crisis affected districts, Kyberpakhtunkhwa, Pakistan, dilaporkan bahwa pada minggu ke-22 (29 Mei-4 Juni 2010) dari semua jumlah kunjungan pasien 12% diantaranya adalah kasus penyakit diare dan dari semua jumlah kunjungan pasien 23% diantaranya adalah balita, dimana yang menderita penyakit diare adalah 9% dari semua jumlah kunjungan pasien balita.5 Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2010) diare dan gastroenteritis menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit, dengan CFR 1,79%. Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di 11 provinsi dengan CFR 1,74%. Jumlah CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009. Angka CFR diare pada periode 2006-2010 yaitu tahun 2006 2,26%, tahun 2007 1,79%, tahun 2008 2,94%, tahun 2009 1,74%, tahun 2010 1,74%. Tedapat peningkatan CFR yang cukup signifikan antara tahun 2007 dan tahun 2008 dari 1,79% menjadi 2,94% dan pada tahun 2009 dan 2010 angka ini mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh adanya perbaikan penatalaksanaan diare.6 Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 didapatkan
13,7% balita mengalami diare dalam waktu dua minggu sebelum survei, 3% lebih tinggi dari temuan SDKI 2002-2003 (11 %). Prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan (20,7%), diikuti umur 6-11 bulan (17,6%) dan umur 23-45 bulan(15,3%).7 Berdasarkan Survei Morbiditas Diare kejadian diare mempunyai trend yang semakin naik pada periode tahun 1996-2006. Sedangkan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 terjadi sedikit penurunan angka kesakitan, yaitu dari 423 menjadi 411 per 1.000 penduduk. Untuk angka kesakitan diare balita tahun 2000-2010 tidak menunjukkan pola kenaikan maupun pola penurunan (berfluktuasi). Pada tahun 2000 angka kesakitan balita 1.278 per 1.000 turun menjadi 1.100 per 1.000 pada tahun 2003 dan naik lagi pada tahun 2006 menjadi 1.330 per 1.000 kemudian turun pada tahun 2010 menjadi 1.310 per 1.000. Sekalipun tidak ada peningkatan yang sifnifikan bahkan di beberapa tahun ada penurunan, namun kejadian diare di Indonesia masih tetap dikatakan tinggi sehingga masih perlu mendapat perhatian khusus. 8 Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara 2007, dilaporkan bahwa di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Utara terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare. Di Tapanuli Tengah terjadi KLB diare dengan CFR 1,26%. Di Nias terjadi KLB diare dengan CFR 3,77%. Di Tapanuli Utara terjadi KLB dengan CFR 7,60%.9 Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Tebing Tinggi 2008, dilaporkan dari semua kejadian diare 50,49% diantaranya terjadi pada anak balita Sementara tahun 2007 dari semua kejadian diare 49,90% diantaranya terjadi pada anak balita. 10 Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Pada tahun 2008 ditemukan kasus diare sebanyak 4.223 kasus, dimana sebanyak 1.668 penderita diare pada anak balita dan telah mendapat penanganan. Angka kesakitan diare di Kabupaten Samosir sebesar 32,10%. Sementara jika dilihat dari pola gambaran 10 penyakit terbesar diare berada pada peringkat kelima. 11
2
h.
Mengetahui hubungan status ASI eksklusif dengankejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. i. Mengetahui hubungan status imunisasi dengankejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. j. Mengetahui hubungan status gizi dengankejadian diare pada anak usia 059 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. k. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengankejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. l. Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak usia 059 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013 m. Mengetahui hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata tahun 2013. n. Mengetahui hubungan SPAL dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. o. Mengetahui hubungan PAB dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. p. Mengetahui hubungan ketersediaan jamban dengan kejadian diarepada anak usia 0-59
Rumusan Masalah Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013. Tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Mengetahui distribusi proporsi anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo berdasarkan kejadian diare tahun 2013. b. Mengetahui karakteristik anak usia 0-59 bulan meliputi umur, jenis kelamin, ASI eksklusif, status imunisasi, dan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. c. Mengetahui karakteristik ibu anak usia 059 bulan meliputi pendidikan dan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. d. Mengetahui karakteristik lingkungan tempat tinggal anak usia 0-59 bulan meliputi pengelolaan sampah, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), Penyediaan Air Bersih (PAB), ketersediaan jamban, dan higiene peorangan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. e. Mengetahui proporsi kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013. f. Mengetahui hubungan umur anak usia 059 bulan dengan kejadian diare pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. g. Mengetahui hubungan jenis kelamin anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013.
bulan
q.
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013. Mengetahui hubungan higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak usia 059 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo tahun 2013.
Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada Puskesmas Simarmata Kecamatan 3
2.
3.
Simanindo Kabupaten Samosir dalam Berusia si keja rangka pencegahan diare pada anak 0-59 bulan. Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 059 bulan dan sebagai kesempatan bagi penulis untuk menyampaikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di FKM USU kepada masyarakat. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM USU dan penelitian selanjutnya.
No 1
4
5
Karakteristik Anak Usia 0-59 Bulan Umur 0-36 bulan 37-59 bulan Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif Ya ASI Eksklusif Jumlah Status Imunisasi Tidak mendapatkanimunisasi lengkap Ya mendapatkan imunisasi lengkap Jumlah Status Gizi Status gizi tidak baik Status gizi baik Jumlah
f
%
85 41 126
67,5 32,5 100
62 64 126
49,2 50,8 100
85 41 126
67,5 32,5 100
11 115
8,7 91,3
126
100
20 106 126
15,9 84,1 100
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi anak yang berumur 0-36 bulan yaitu 67,5% dan 37-59 bulan yaitu 32,5%.Proporsi anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif yaitu 67,5%, sedangkan yang mendapat ASI Eksklusif yaitu 32,5%. Proporsi anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap yaitu 8,7%, sedangkan yang mendapat imunisasi lengkap yaitu 91,3%. Proporsi anak yang memiliki status gizi baik yaitu 84,1%, sedangkan yang tidak memiliki status gizi baik yaitu 15,9%. Tabel 3. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja PuskesmasSimarmata Tahun 2013 No
Tabel 1. Distribusi Proporsi Anak Usia 0- 59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan Kejadian Diare f 46 80
100
Tabel 2. Distribusi Proporsi Karakteristik Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Tahun 2013.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diare Tidak Diare
126
Proporsi kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan berdasarkan hasil penelitian dalam satu bulan terakhir adalah 36,5%.
2
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Waktu penelitian ini dilakukan mulai Maret sampai Agustus 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 0-59 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian anak usia 0-59 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013. Data primer diperoleh dari responden yaitu ibu yang memiliki anak usia 0-59 bulan dan hasil pengamatan melalui observasi. Data sekunder diperoleh dari :Puskesmas Simarmata tentang jumlah anak usia 0-59 bulan bulan tahun 2013 dan data umum sebagai data demografi lokasi penelitian. Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menghitung rasio prevalens. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.
No 1. 2.
Jumlah
1
% 36,5 63,5
2
4
Karakteristik Ibu Anak Usia 0-59 Bulan Pendidikan Pendidikan rendah Pendidikan tinggi Jumlah Pekerjaan
f
%
58 68 126
46,0 54,0 100
Bekerja Tidak bekerja Jumlah
122 4 126
96,8 3,2 100
Analisis Bivariat Tabel 5. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Umur Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu anak yang memiliki pendidikan rendah yaitu 46,0%, sedangkan yang memiliki pendidikan tinggi yaitu 54,0%. Proporsi ibu balita yang bekerja yaitu 96,8%, sedangkan yang tidak bekerja yaitu 3,2%.
Umur
0-36 bulan 37-59 bulan
Tabel 4. Distribusi Proporsi Kategori Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Tahun 2013 No
Karakteristik Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan 1 Pengelolaan Sampah Buruk Baik Jumlah 2 SPAL Buruk Baik Jumlah 3 Penyediaan Air Bersih Buruk Baik Jumlah 4 Ketersediaan Jamban Buruk Baik Jumlah 5 Higiene Perorangan Buruk Baik Jumlah
f
%
80 46 126
63,5 36,5 100
77 49 126
61,1 38,9 100
3 123 126
2,4 97,6 100
93 33 126
73,8 26,2 100
48 78 126
38,1 61,9 100
Diare f 37
% 43,5
Tidak diare f % 48 56,5
9
22,0
32
78,0
Jumlah F 85
% 100
41
100
5,556/ 0,018
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 0-36 bulan adalah 43,5% dan pada anak usia 37-59 bulan adalah 22,0%. Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Faktor penyebab kejadian diare lebih tinggi pada anak usia 0-36 bulan adalah psikiologi perkembangan anak. Pada usia ini anak memiliki ciri khas yang cenderung melakukan gerakan-gerakan yang tidak disadari seperti menggerak-gerakkan kaki dan tangannya, mengedipkan mata, dan memasukkan tangan atau benda-benda lain ke dalam mulut.12 Tabel 6. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata
Berdasarkan tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa proporsi pengelolaan sampah yang buruk yaitu 63,5%, sedangkan pengelolaan sampah yang baik yaitu 36,5%. Proporsi saluran pembuangan air limbah yang buruk yaitu 61,1%, sedangkan saluran pembuangan air limbah yang baik yaitu 38,9%. Proporsi penyediaan air bersih yang buruk yaitu 2,4%, sedangkan penyediaan air bersih yang baik yaitu 97,6%. Proporsi ketersediaan jamban yang buruk yaitu 73,8%, sedangkan ketersediaan jamban yang baik yaitu 26,2%. Proporsi higiene perorangan yang buruk yaitu 38,1%, sedangkan higiene perorangan yang baik yaitu 61,9%.
Jenis kelami n Lakilaki Perem puan
Diare
Tidak diare
Jumlah
F
%
f
%
F
%
29
46,8
33
53,2
62
100
17
26,6
47
73,4
64
100
5,550/ 0,018
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 059 bulan dengan jenis kelamin laki-laki adalah 46,8% dan pada anak usia 0-59 bulan dengan jenis kelamin perempuan adalah 26,6%. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan 5
b
kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Tabel 7.
Status ASI Eksklusif Tidak Ya
Tabel 8.
Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status ASI Eksklusif Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Diare
Tidak diare
f
%
35 11
41,2 26,8
f 50 30
Status Imuni sasi Tidak Ya
Jumlah
%
f
%
58,8 73,2
85 41
100 100
Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status Imunisasi Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Diare f 7 39
% 63,6 33,9
Tidak diare f % 4 36,4 76 66,1
Jumlah f 11 115
% 100 100
3,82/ 0,97
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan dengan status imunisasi tidak lengkap adalah 63,6% dan dengan status imunisasi lengkap adalah 33,9%. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Salah satu faktor risiko yang berpengaruh pada terjadinya penyakit diare adalah status imunisasi.2
2,456/ 0,117
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan yang tidak ASI Eksklusif adalah 41,2% dan pada anak usia 0-59 bulan yang ASI Eksklusif adalah 26,8%. Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata.). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai anak berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan baru anak diperkenalkan dengan makanan lain. Jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan anak apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai berumur 6 bulan. Pada saat usia 6 bulan sistem pencernaan anak mulai matur. Jaringan pada usus halus anak pada umumnya seperti saringan pasir, pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein atau pun kuman langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus anak ini baru akan tertutup rapat setelah anak berusia 6 bulan. Dengan demikian, usus anak setelah berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi atau pun kuman yang masuk. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI Eksklusif jauh lebih sehat dari yang mendapat ASI hanya sampai 4 bulan dan frekuensi terkena diare jauh lebih kecil.13
Tabel 9.
Status Gizi Tidak baik Baik
Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status Gizi Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Diare f 10
% 50
Tidak diare f % 10 50
36
34
70
66
Jumlah F 20
% 100
106
100
1,86/ 0,172
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan dengan status gizi tidak baik adalah 50,0% dan dengan status gizi baik adalah 34%. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Status gizi memiliki keterkaitan dengan etiologi beberapa jenis penyakit. Kesimpulan ini telah menghasilkan konsep tentang gizi optimal. Gizi optimal merupakan jumlah asupan yang diperlukan bagi pemeliharaan kondisi kesehatan yang baik, penurunan risiko penyakit kronik, pencegahan defisiensi gizi berat dan risikonya bagi kesehatan. Mencapai 6
status gizi optimal/baik dapat dilakukan dengan pemberian makanan suplementer, fortifikasi makanan. Namun untuk anak usia 0-6 bulan tidak dianjurkan untuk diberikan makanan suplementer atau pun fortifikasi makanan, hanya ASI saja. Ibu si anak yang dianjurkan untuk mencapai status gizi optimal sehingga akan dihasilkan ASI yang berkualitas baik.14
hidup dalam keadaan buruk tetap saja anak memiliki resiko untuk mengalami diare. Tabel 11. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pekerjaan Ibu Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Pekerjaa an Ibu Bekerja Tidak bekerja
Tabel 10. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pendidikan Ibu Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Pendidi kan Ibu Rendah Tinggi
Diare f 22 24
% 37,9 35,3
Tidak diare f % 36 62,1 44 64,7
% 100 100
f 4 6 0
% 37, 7 0
Tidak diare f % 7 62, 6 3 4 100
Jumlah f 122 4
% 100 100
2,375/ 0,296
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 059 bulan pada ibu yang bekerja adalah 37,7% dan pada ibu yang tidak bekerja 0%. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Dalam penelitian ini sebagain besar ibu anak bekerja (96,8%), hanya sebagian kecil saja yang tidak bekerja/ibu rumah tangga (3,2%). Ibu yang bekerja pada umumnya selalu membawa anaknya ke tempat dimana mereka bekerja sehingga anak tetap dalam pengawasan ibu baik dari segi pola makannya atau pun lingkunga bermainnya. Sementara ibu yang bekerja yang tidak dapat membawa anaknya ke tempat kerja mereka biasanya menitipkan anaknya kepada keluarga seperti nenek sehingga anak tetap dalam pengawasan
Jumlah f 58 68
Diare
0,094/ 0,759
Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi anak usia 0-59 bulan dengan tingkat pendidikan ibu dalam kategori rendah adalah 37,9% dan dengan tingkat pendidikan ibu dalam kategori tinggi adalah 35,3%. Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Pendidikan yang tinggi akan berdampak pada pengetahuan seseorang. Demikian halnya dengan tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh pada seberapa besar tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada anaknya. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi kemungkinan besar juga memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang kejadian diare. Pada penelitian ini didaptkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan. Seorang ibu bisa saja memiliki tingkat pendidikan atau pengetahuan yang tinggi namun belum tentu ibu tersebut memiliki pola perilaku yang sama dengan tingkat pendidikan atau pengetahuannya. Dalam penelitian ini dapat diasumsikan walaupun ibu dengan tingkat pendidikan tinggi akan tetapi memiliki pola perilkau yang sama terhadap kesehatan dan memiliki fasilitas lingkungan
Tabel 12. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pengelolaan Sampah di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Pengelolaan Sampah Buruk Baik
Diare f 31 15
% 38,8 32,6
Tidak diare f 49 31
% 61,2 67,4
Jumlah f 80 46
% 100 100
0,475/ 0,491
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 059 bulan dengan pengelolaan sampah dalam kategori buruk adalah 38,8% dan dengan pengelolaan sampah dalam kategori baik adalah 32,6%. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengelolaan sampah 7
dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Pusekesmas Simarmata. Pencapian Visi Indonesia Sehat ditentukan oleh Visi Pembangunan Kesehatan tiap provinsi yaitu Provinsi Sehat. Ada 16 indikator pencapaian Provinsi Sehat, salah satunya adalah membuang sampah pada tempat yang disediakan/memiliki pengelolaan sampah yang baik. Banyak penyakit yang ditularkan karena cara-cara atau pengelolaan sampah yang buruk. Rendahnya mutu pengelolaan sampah merupakan keadaan yang potensial untuk menjadi sumber penularan penyakit diare.15 Akan tetapi dalam penelitian ini pengelolaan sampah tidak berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan. Hal ini diasumsikan bahwa anak usia 0-59 bulan yang terkena diare bukan karena pengelolaan sampah yang buruk.
dimiliki oleh warga adalah SPAL yang terbuka. Tabel 14. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Penyediaan Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata
Diare
Buruk Baik
f 33 13
% 42,9 26,5
Tidak diare
Jumlah
f 44 36
f 77 49
% 57,1 73,5
% 100 100
Diare
Buruk Baik
f 0 46
Tidak diare % 0 37,4
f 3 77
Jumlah % 100 62,6
f 3 123
% 100 100
1,767/ 0,299
Berdasarkan tabel 14 di atas dapat dilihat bahawa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan dengan penyediaan air bersih dalam kategori buruk adalah 0% dan dengan penyediaan air bersih dalam kategori baik adalah 37,4%. Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ada 3 faktor yang mempengaruhi kualitas air bersih yaitu faktor fisik, bakteriologis, dan kimiawi. Dalam penelitian ini hanya dapat dilihat dari faktor fisik saja. Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit 10m dari sumber air. Dalam penelitian ini, sumber air bersih bagi masyarakat berasal dari sumur gali dan dari sumber air alami (danau, mata air).
Tabel 13. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Saluran Pembuang Air Limbah di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata SPAL
PAB
3,443/ 0,064
Berdasarkan tabel 13 di atas dapat dilihat bahawa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan dengan saluran pembuangan air limbah dalam kategori buruk adalah 42,9% dan dengan saluran pembuangan air limbah dalam kategori baik adalah 26,5%. Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Dalam penelitian ini 61,1% anak memiliki SPAL dalam kategori buruk. Ketersediaan SPAL berhubungan juga dengan ketersediaan jamban. Jika tidak memiliki jamban maka keluarga tersebut tidak memiliki SPAL dan ada juga beberapa keluarga yang memiliki jamban namun tidak memiliki SPAL. SPAL yang dimiliki pun belum tentu memenuhi syarat. Pada penelitian ini ada 38,9% anak yang memiliki SPAL dalam kategori baik. Kebanyakan SPAL yang
Tabel 15. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Ketersediaan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Ketersediaan Jamban Buruk Baik
Diare f % 36 38,7 10 30,3
Tidak diare f % 57 61,3 23 69,7
Jumlah f % 93 100 33 100
Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 059 bulan dengan ketersediaan jamban dalam kategori buruk adalah 38,7% dan dengan ketersediaan jamban dalam kategori baik adalah 30,3%. ` Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan 8
yang bermkana antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap penyakit diare. Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik pada jamban memnuhi syarat kesehatan (Haryoto, 1983).
tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada pendidikan dalam kategori tinggi 54,0% dan status pekerjaan dalam kategori bekerja 96,8%. 3. Karakteristik lingkungan anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada pengelolaan sampah dalam kategori buruk 63,5%, SPAL dalam kategori buruk 61,1%, penyediaan air bersih dalam kategori baik 97,6%, ketersediaan jamban dalam kategori buruk 73,8%, dan higiene perorangan dalam kategori baik 61,9%. 4. Proporsi kejadian diare pada anak usia 059 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 adalah 36,5%. 5. Ada hubungan umur dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p = 0,018) 6. Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,018) 7. Tidak ada hubungan status ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,117) 8. Tidak ada hubungan status imunisasi dengan kejadian diare pada anak usia 059 bulan di wilayah kerja Puskesmas SimarmataKecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p = 0,097) 9. Tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p = 0,172) 10. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p = 0,296)
Tabel 16. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Higiene Perorangan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Higiene Perorangan Buruk Baik
Diare f 23 23
% 47,9 29,5
Tidak diare f % 25 52,1 55 70,5
Jumlah f 48 78
% 100 100
4,354/ 0,037
Berdasarkan tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 059 bulan dengan higiene perorangan dalam kategori buruk adalah 47,9% dan dengan higiene perorangan dalam kategori baik adalah 29,5%. Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermkana antara higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Higiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003). Rendahnya cakupan higiene perorangan sering menjadi faktor risiko terjadinya diare.4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik anak usia 0-59 bulan diwilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada anak yang berumur 0-36 bulan 67,5%, jenis kelamin perempuan 50,8%, yang tidak ASI Eksklusif 67,5%, yang mendapat imunisasi lengkap 91,3%, dan yang memiliki status gizi baik 84,1% 2. Karakteristik ibu anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir 9
11. Tidak ada hubungan pendidikan ibu anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p = 0,759) 12. Tidak ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,491) 13. Tidak ada hubungan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,064) 14. Tidak ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas SimarmataKcamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,299) 15. Tidak ada hubungan ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,389) 16. Ada hubungan higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,037) Saran 1. Kepada pihak Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang pola asuh anak yang harus disesuaikan dengan umur anak. 2. Kepada pihak Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir diharapkan untuk memberikan penyuluhan tentang higiene perorangan
Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing 3 Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologis, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga Medical Series 4 Depkes RI, 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Diare 5 WHO, 2010. Pakistan: IDP hosting and crisis affected districts, Khyber, Pakhtunkhwa, week 21, 22-28 May 2010. Weekly Morbidity and Mortality Report 6 Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010 7 Depkes RI, 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 8 Depkes RI, 2008. Survei Morbiditas Diare 2007 9 Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Sumatra Utara 2007 10 Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Kota Tebing Tinggi 2008 11 Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Samosir 2008 12 Sujanto, Agus, 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta 13 Purwanti, HS, 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 14 Barasi, Mary, 2009. Ilmu Gizi At a Glance. Jakarta: Erlangga Medical Series 15. Efendi, Ferry, 2005. Keperawatan Kesehatan Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA 1 Kemenkes RI, Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009. 2 Haryono, Rudi, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem 10