TAHUN 5 EDISI NO 17/2015 | Terbit Setiap Tiga Bulan
M A J A L A H I N S T I T U T P E RTA N I A N B O G O R
IPB LEADING
DALAM KOMERSIALISASI INOVASI PERGURUAN TINGGI
ISSN 977-2356-16400-2
ipb.ac.id
B RO N Z E W I N N E
R 2 01 5
Daftar Isi
TAHUN 5 EDISI NO 15/2014 | Terbit Setiap Tiga Bulan
Susunan Redaksi Pembina: Rektor IPB Pemimpin Umum: Yatri Indah Kusumastuti Pemimpin Redaksi: Siti Nuryati RedakTUR pelaksana: Nunung Munawaroh
3 Editorial
22 Mutagenesis Mikroalga untuk Biofuel
Editor: M. Isnaini
4 Fokus
24 Peneliti IPB Temukan Formula Pemutih Kulit Berbasis Ekstrak Bakau
IPB Leading dalam Komersialisasi Inovasi Perguruan Tinggi
SEKRETARIS REDAKSI: R. Suksesi Hidayati Staf Redaksi: Rio Fatahilah Siti Zulaedah Dedeh Hartati Awaludin Fotografer: Cecep Abdul Wahab Bambang Andriyanto LAYOUTER: Amax Sirkulasi: Endih Agus Budi Untung Keuangan dan umum: Istiawati Devi Rahmawati Erni Alamat Redaksi: HUMAS IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1 Kampus IPB Dramaga Telepon/Fax : (0251) 8425635 E-mail :
[email protected]
ipb.ac.id ISSN 977-235-616400-2
6 Sosok Dekan
Dr. Arif Satria, Dekan Muda Berprestasi
26 Tahun 2050, Negara Berkembang Sumbang 50% Emisi Gas Rumah Kaca 28 Program “Sea Farming” untuk Mendukung Pengentasan Kemiskinan
30 Peluang Bisnis
The Best
Al-Bana Kelinci, Hobi yang datangkan Rezeki
8
Dr Sugeng Heri Suseno, Siap 32 Pengabdian Masyarakat Wujudkan Kemandirian Minyak Mandirikan Petani Melalui Stasiun Ikan Nasional Lapang Agrokreatif 10 Gugus Air dan Listrik IPB Siap 24 Jam 34 Dinamika Mahasiswa Korps Sukarelawan (KSR) IPB Siap Setiap 12 Ikrom Belajar Ketika yang Lain Saat Tidur Nyenyak
14 Wirausaha Muda Mahasiswa
Chocoofaza: Always Make Good Mood
16 Sosok Alumni
Aling Nur Naluri: “Tak ada rotan, koran pun jadi“
18 Green Lifestyle
Green Ambasador IPB 2015
Pojok Riset
20 Budidaya Ikan Mas Mantap Mendukung Ketahanan Pangan
36 Kuliner Sehat
Roti Sehat ala IPB; Rasa Kencur dan Bawang Putih
38 Wisata Kampus
RSHP IPB Sediakan Sarana Penitipan Hewan
40 Budaya
Indahnya Berbagi Petis Madura
42 Dinamika Kampus
Tempat Jajanan Sehat ala IPB
BRONZE W I N N E
R 2 01 5
Yatri Indah Kusumastuti Pemimpin Umum
D
alam usianya yang ke-52 tahun, Institut Pertanian Bogor (IPB) terus melaju sebagai perguruan tinggi yang terdepan dalam menghasilkan inovasi. Selama tahun 2015 ini berbagai penghargaan diraih sebagai bukti atas komitmen IPB dalam membangun pertanian Indonesia. Tahun ini Institut Pertanian Bogor menerima ”Anugerah Nasional Hak Kekayaan Intelektual Tahun 2015” dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, untuk Kategori Perguruan Tinggi dengan Komersialisasi Paten Terbanyak. IPB sudah mulai memproduksi sebagian inovasi dalam skala massal agar mudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Pada bulan Oktober lalu, IPB melakukan panen perdana padi
varietas IPB 3S yang diharapkan dapat membantu memecahkan masalah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Varietas padi yang ditemukan oleh pemulia tanaman Dr Hajrial Aswidinnoor ini dapat menghasilkan produksi sebesar 13,4 ton per hektar, bersifat genjah (cepat panen), tahan terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit tungro, pulen dan rasanya eksotik. Karakteristik padi semacam ini sungguh memberi harapan bagi peningkatan produksi padi di Indonesia. Semoga IPB 3S dan inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh IPB lainnya dapat menjadi solusi nyata bagi masalah ketahanan pangan, dan berbagai masalah pertanian di Indonesia, sesuai dengan mottonya, “Mencari dan Memberi yang Terbaik”.[]
Edisi 17/2015
3
fokus IPB Leading
dal am Komersialisasi Inovasi Perguruan Tinggi
D
alam rangka memperingati Hari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sedunia Tahun 2015, Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI memberikan penghargaan untuk beberapa kategori, salah satunya adalah kategori “Perguruan Tinggi dengan Komersialisasi Paten Terbanyak”. Untuk kategori ini, IPB terpilih sebagai penerima penghargaan tersebut. Penghargaan secara resmi diserahkan oleh Menteri Hukum dan HAM RI, Yasonna H. Laoly, kepada Rektor IPB, Prof.Dr Herry Suhardiyanto, di Jakarta pada 7 Mei 2015. Direktur Riset dan Inovasi IPB Prof. Dr Iskandar Z Siregar mengatakan, sebagai perguruan tinggi
4
Edisi 17/2015
berbasis riset, IPB telah menghasilkan 323 inovasi (data sampai 2015), 69 diantaranya telah granted. Selain itu, IPB juga telah mendaftarkan 13 merk IPB, 4 diantaranya telah granted. Selama 7 (tujuh) tahun terakhir (2008-2014), IPB menyumbang 38,56 persen karya inovatif secara nasional versi Business Innovation Center (BIC). Ia menjelaskan, status IPB sebagai Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara/BHMN (PP No. 154/2000 tentang Penetapan Institute Pertanian Bogor sebagai Badan Hukum Milik Negara) yang saat ini menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum/PTN BH (PP No. 66/2013 tentang Statuta Institute Pertanian Bogor sebagai
Fokus Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum), secara terencana dan sistematis mulai melakukan upaya-upaya komersialisasi terhadap hasil riset inovasi, khususnya yang berbasis paten (HKI), baik melalui satuan usaha akademik, satuan usaha penunjang, maupun satuan usaha komersial. Sistem HKI dimanfaatkan oleh IPB sebagai instrumen bisnis dalam menjalankan siklus pengelolaan riset dan pengembangan yang berbasis HKI. Upaya mendorong paten dan inovasi IPB dikenal masyarakat dilakukan dengan mendirikan PT Bogor Life Science & Technology (BLST) tahun 2003 sebagai holding company yang diberi mandat untuk mengantarkan sains, teknologi dan inovasi yang dikembangkan IPB ke tataran komersial. Produk komersial IPB dapat diperoleh di sembilan outlet Serambi Botani yang tersebar di lima kota Indonesia (Bogor, Jakarta, Tangerang, Palembang, Surabaya). IPB mengembangkan Agribusiness Development Station (ADS), suatu model kemitraan untuk meningkatkan pendapatan petani hortikultura dengan membangun sistem yang bersinergi antara produksi dan pemasaran. Selain itu IPB secara aktif melakukan promosi inovasi baik dalam bentuk pameran, temu bisnis, kerjasama publikasi dengan media massa elektronik dan cetak, maupun bekerjasama dengan lembaga intermediasi lain seperti BIC. “Upaya IPB untuk mendorong penumbuh kembangan inovasi diantaranya melalui forum ABGC (Academic-Business-GovernmentCommunity) dan pembangunan IPB Science Park. Untuk mendorong dosen berkarya inovasi yang prospektif, IPB memberikan seed money mencapai 500 juta rupiah perinovasi untuk pendanaan start up dalam pengembangan ke skala bisnis. Selain itu juga mengembangkan sistem Technology Readiness Level (TRL) untuk menilai kesiapan hasil riset dan mengembangkan platform “Open Innovation” bekerjasama dengan PT HYVE Inovasi Indonesia,”imbuhnya. Prof. Iskandar menekankan, “Berbagai tantangan dalam upaya komersialisasi paten
menjadi pengalaman bagi IPB untuk mencari solusi dan terus berupaya lebih baik lagi. Sampai dengan saat ini, inovasi IPB berbasis paten yang telah diproduksi dan dipasarkan berjumlah sekitar 8% dari total aplikasi paten IPB. Selain berbasis paten, inovasi IPB lainnya yang telah dipasarkan adalah benih varietas tanaman yang dihasilkan para pemulia tanaman IPB, antara lain pepaya Callina yang dikenal sebagai Pepaya California, cabai CH3, dan padi sawah 3S. Beberapa inovasi berbasis science dan kepakaran IPB yang telah diterapkan dalam industri diantaranya adalah vaksin flu burung Bird Close 5.1 yang diproduksi oleh PT IPB Shigeta dan produksi biological material untuk produksi vaksin polio bekerjasama dengan PT Bio Farma Tbk,” terangnya. Harapannya, inovasi berbasis paten yang dihasilkan merupakan kontribusi nyata IPB di bidang sains dan teknologi dalam pembangunan nasional. Cepat atau lambat IPB akan terus berupaya menjawab tantangan zaman melalui riset berkualitas, paten yang unggul dan produk yang diterima masyarakat. Langkah IPB ke depan adalah mendorong paten dan produk komersial sebagai basis kekuatan institusi pendidikan untuk lebih maju dan bersaing secara global sebagai komitmen memajukan dan mensejahterakan bangsa. Untuk itu, dukungan dari stakeholder terkait sangat diperlukan, antara lain sistem insentif yang konkrit dari pemerintah dan dukungan industri untuk percepatan komersialisasi hasil riset, serta penguatan kerjasama dengan pelaku bisnis dan pemerintah untuk pengembangan inovasi bagi pembangunan daerah berbasis potensi lokal. (Awl) Edisi 17/2015
5
D
engan motto Membumi dan Mendunia, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) tak hanya ingin sekadar membagi ilmu yang bermanfaat di masyarakat, tetapi juga bisa berkiprah di dunia internasional. Itulah harapan terbesar Dekan Fema IPB, Dr. Arif Satria, SP, M.Si. Dekan termuda di IPB ini merupakan sosok yang menginspirasi dengan pencapaian dan karya-karyanya. Sosok yang menamatkan pendidikan doktoral bidang Marine Policy di Kagoshima University Jepang ini telah menghasilkan berbagai karya berupa buku diantaranya Pengantar Sosiologi Pesisir, Pesisir dan Laut Untuk Rakyat, Ekologi Politik Nelayan, Globalisasi Perikanan: Reposisi Indonesia, serta buku internasional berjudul Managing Coastal and Inland Waters yang diterbitkan Springer Belanda. Saat ini sedang mempersiapkan tiga buah buku baru yang sedang proses penerbitan. Dalam kiprahnya memimpin Fema IPB, Dr. Arif Satria dikenal dekat dengan para dosen dan menjadi idola para mahasiswa karena sosoknya sangat menginspirasi dan sering memotivasi para mahasiswa
6
Edisi 17/2015
sosok dekan melalui berbagai media, salah satunya aktif di media sosial Twitter. Fema IPB merupakan fakultas termuda di IPB yang terdiri dari tiga departemen yakni Departemen Gizi Masyarakat (GIZ), Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), dan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM). Fema IPB memiliki visi menjadi fakultas berbasis riset yang membumi dan mendunia di bidang ekologi manusia yang mendukung pengarusutamaan pertanian guna terciptanya pertanian tropika yang tangguh, pengelolaan sumberdaya alam yang lestari dan adil serta terwujudnya sumberdaya manusia berkualitas dan masyarakat yang sejahtera. Cita-citanya untuk mengubah kultur “PNS” menjadi kultur kerja “korporat” di Fema kini telah terbukti. Praktik manajemen modern berbasis teknologi informasi juga sudah diaplikasikan, baik untuk kegiatan akademik maupun administrasi. Penataan ruangan kantornya pun sudah mulai mencerminkan kultur korporat. Selain sebagai Dekan, Dr. Arif juga aktif terlibat dalam penyusunan berbagai kebijakan kelautan dan perikanan sejak tahun 2002: Penyusunan UU Perikanan No 31/2004, Revisi UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Penyusunan Konsep Ekonomi Biru, dan sejumlah Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri. Kompetensinya dalam menulis tidak diragukan lagi. Ia merupakan kolumnis ekologi-politik di media cetak nasional. Lebih dari 150 artikel dimuat di berbagai media massa di Indonesia dan puluhan kali menjadi narasumber pada talkshow di berbagai televisi. Saat setelah pemilihan presiden 2014 juga dipercaya oleh Jokowi dan Jusuf Kalla untuk menjadi Koordinator Pokja Nelayan, Perikanan, dan Lingkungan Hidup di Tim Transisi, yang tugasnya adalah merumuskan strategi dan program pembangunan di bidang perikanan 2015-2019. Selain itu, Dr. Arif aktif menulis dan me-review publikasi ilmiah. Dekan yang juga merupakan Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet...., serta Dewan Pengawas Perum
“...Lebih dari 150 artikel dimuat di berbagai media massa di Indonesia dan puluhan kali menjadi narasumber pada talkshow di berbagai televisi.” Perikanan Indonesia ini juga aktif menulis di berbagai jurnal internasional, diantaranya Journal of Marine Policy (Elsevier), Journal of Environment and Development (SAGE Publications), Journal of Environment, Development and Sustainability (Springer), Journal of Environment and Sustainable Development (Inderscience), Journal of Regional Fisheries Research, Japan, Journal of International Fisheries dan menjadi Peer Reviewer di berbagai jurnal internasional. Sosok yang juga dikenal sebagai seniman lewat lagu-lagu yang diciptakannya ini juga aktif dalam berbagai forum internasional dan kini tergabung dalam kerjasama riset internasional Community Conservation Research Network (CCRN) Kanada selama 2013-2018. Segudang penghargaan pun telah diraih oleh pria kelahiran Pekalongan, 17 September 1971 ini, diantaranya Penghargaan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa pada 2009 Bidang Ilmu Pengetahuan dari Kementerian Pendidikan Nasional, dan Penghargaan Akademisi Peduli Penyuluhan dan SDM Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan (2013). Selain penghargaan nasional, sejumlah penghargaan internasional pun pernah diraihnya yaitu The First Winner of the JIFRS Yamamoto Prize for the Best Paper, pada International Institute of Fisheries Economics and Trade (IIFET) Conference, Juli 2008, di Nha Trang Vietnam. IIFET adalah organisasi profesi bidang sosial ekonomi perikanan yang berkantor di Oregon State University, USA. (RF) Edisi 17/2015
7
the best dosen
Dr Sugeng Heri Suseno Siap Wujudkan
Kemandirian
Minyak Ikan Nasional
D
r Sugeng Heri Suseno adalah dosen Departemen Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB yang menyandang predikat Dosen Berprestasi ke 2 IPB tahun 2015. Komitmennya yang kuat untuk mewujudkan kemandirian minyak ikan nasional, ia wujudkan ketika mendapat kesempatan untuk menjadi Dosen Berprestasi di IPB. Di hadapan juri yang sebagian besar merupakan para Guru Besar IPB, ia mempresentasikan alasannya terkait Indonesia harus segera bisa membuat produk Minyak Ikan yang bisa mencerdaskan dan menyehatkan bangsa. Menurutnya, Indonesia yang memiliki keka yaan ikan yang begitu besar seharusnya bisa memproduksi minyak ikan dengan kualitas yang sangat baik dibandingkan dengan minyak impor yang beredar saat ini. “Ikan-ikan tropis memiliki kandungan omega 3 yang tidak kalah baik dengan ikan-ikan subtropis, terlebih Indonesia merupakan negara yang kaya akan ikan,” tuturnya.
8
Edisi 17/2015
the best dosen Dr. Sugeng menyampaikan bahwa saat ini Indonesia memproduksi minyak ikan masih dalam skala pakan, belum menuju ke skala pangan. Padahal jika memproduksi minyak ikan untuk skala pangan harganya akan jauh lebih mahal. “Dapat dibandingkan minyak ikan skala pakan belum ada proses pemurnian harga jualnya hanya sekitar 17 ribu rupiah per kilogram, tapi jika setelah adanya proses pemurnian, menjadi minyak ikan, harga bisa mencapai 6 juta rupiah per kilogram,” imbuhnya. Seperti sudah banyak kita ketahui minyak ikan sangat baik dikonsumsi untuk mencerdaskan otak, selain itu juga bisa mengatasi kepikunan, imunitas, rematik, melenturkan pembuluh darah dan banyak lagi manfaat lainnya. Sejak Sekolah Dasar (SD), Sugeng memang sudah berprestasi terutama dalam bidang akademik. Hal tersebut terus berlanjut hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di daerah tempat kelahirannya yaitu Blitar, Jawa Timur. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), Sugeng menjadi mahasiswa IPB di Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) FPIK dan lulus tahun 1996. Sementara untuk Pendidikan Magister ditempuh di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia, dan lulus tahun 2002. Setelah menjadi dosen tetap di Departemen THP, dengan mengampu mata kuliah Teknologi Produk Tradisional Hasil Perairan (S-1), ia juga dipercaya menjadi bagian tim pengajar dari beberapa mata kuliah lainnya. Bidang ilmu yang menjadi keahliannya adalah mengenai kimia dan proses pengolahan minyak ikan. Kiprahnya sebagai dosen pun cukup berjalan mulus, tidak sedikit penelitian hibah bersaing dari DIKTI yang dilakukannya berkaitan dengan minyak ikan. Selain itu ia telah melakukan berbagai penelitian hibah bersaing DIKTI yang mengambil topik ikan laut dalam dan pemanfaatan chitosan sebagai pengawet alami. Selain itu, Dr. Sugeng juga menjabat beberapa
jabatan struktural, diantaranya menjadi Wakil Dekan FPIK IPB sejak tahun 2012. Sebelumnya Dr Sugeng pernah menjabat sebagai Sekretaris Program Diploma Agroteknologi Hasil Perikanan (AHP), FPIK-IPB (2001-2002). Sebelum diusung menjadi Dosen Berprestasi, Dr. Sugeng juga merupakan salah satu penerima 100 inovasi Indonesia Paling Prospektif dari Kementerian Riset dan Teknologi RI pada tahun 2009. Ia juga menjadi penerima beasiswa Program Doktor Islamic Development Bank dengan nilai skor tertinggi dari Indonesia pada tahun 2007. Dijelaskannya, kelebihan beasiswa ini adalah mahasiswa bebas memilih negara mana yang akan menjadi tujuan studi. Saat itu karena pertimbangan keluarga, Dr. Sugeng memilih melanjutkan sekolah di Divisi Teknologi Pangan, School of Industrial Technology, Universiti Sains Malaysia dan lulus pada tahun 2011. Tidak hanya menjadi Dosen Terbaik ke-2 IPB, menjadi Peneliti Muda Terbaik pun pernah diraihnya, yaitu pada tahun 2005 dalam “Seminar Hasil Penelitian Dosen Muda” di IPB. Ia pun telah memiliki paten penelitian dengan nomor registrasi P00200600143 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada tahun 2006 karena hasil penemuannya terkait formula pengawet yang mengandung kitosan dan proses pembuatannya. Dr Sugeng juga sebagai pemilik paten terkait “Proses Pemurnian Minyak Ikan Sardin Menggunakan Kombinasi Perlakuan Sentrifugasi dan Adsorben Bentonit”. Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, Dr Sugeng telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di daerah untuk melakukan program pembinaan masyarakat dalam rangka pengembangan industri perikanan di daerah, dan telah mempublikasi karya ilmiah baik di level nasional maupun internasional. Dalam waktu dekat, ia akan memproduksi minyak ikan inovasinya tersebut melalui kerjasama dengan perusahaan minyak ikan yang berlokasi di Bali. (dh) Edisi 17/2015
9
the best tenaga kependidikan
“Lembur cukup tinggi sebulan. Mereka kerja 12 jam per hari. Setiap hari ada tambahan empat jam. Sekali satu bulan setiap orang melakukan itu,” ... 10
Edisi 17/2015
the best tenaga kependidikan
Gugus Air dan Listrik IPB
Siap 24 Jam B
agian Listrik dan Air Institut Pertanian Bogor (IPB) layaknya unit gawat darurat (IGD). Tim yang terdiri dari 28 staf di bawah komando Bambang Kuntadi SS, M.Si ini siap dipanggil kapan saja 24 jam jika ada keluhan terkait listrik dan air di seluruh Kampus IPB. Ya, IPB memproduksi air untuk mencukupi kebutuhan internal IPB, baik untuk hunian seperti rusunawa maupun untuk kegiatan akademik yang cukup besar. Air merupakan kebutuhan pokok kegiatan akademik dan non akademik. “Jika ada masalah sebentar saja pasti langsung protes. Listrik juga begitu. Oleh karenanya kami terapkan kerja 24 jam. Staf kami ada yang stand by. Jika sewaktu-waktu ada masalah dalam bidang listrik dan air, kami siap dipanggil dan datang untuk perbaiki,” ujar pria asal Kebumen ini. Bambang menerapkan cara kerja seperti pasukan khusus semacam pasukan gerak cepatnya IPB. Ini bertujuan agar unit air dan listrik yang dulu dipandang kurang responsif, sekarang bisa memberi respon lebih cepat. Menurutnya, dengan 28 pegawai jumlah itu sebenarnya masih kurang bila dibandingkan dengan luas area IPB. Luas area yang dikelola adalah seluruh area kampus baik di Dramaga, Baranangsiang, Jonggol dan Pelabuhan Ratu. “Lembur cukup tinggi sebulan. Mereka kerja 12 jam per hari. Setiap hari ada tambahan empat jam. Sekali satu bulan setiap orang melakukan itu,” imbuhnya.
Bambang Kuntadi SS, M.Si dan istri
Bambang menerapkan prinsip kepada para staf bahwa mereka bekerja tidak hanya sebagai kuli tapi harus memahami pekerjaan yang diemban. Dijelaskan, yang masih susah dilakukan saat ini adalah mendeteksi kebocoran pipa air yang terjadi di bawah tanah. Dengan elevasi berbeda, kedalaman pipa kadang lebih dari dua meter. “Pernah ada kasus, air yang disuplai dari PDAM tagihan yang biasanya hanya lima juta rupiah, tetapi saat itu disuruh bayar hingga 25 juta rupiah. Ini artinya ada kebocoran yang tidak terdeteksi. Pipa di gedung Fakultas Pertanian, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Fakultas Peternakan dengan instalansi zaman dulu, dimana pipa ditanam di dalam tanah banyak yang korosit. Karenanya, ke depan, efisiensi dengan perbaikan jaringan, pipa air dipasang di luar sehingga akan lebih mudah terdeteksi jika terjadi kebocoran,” pungkasnya. (zul) Edisi 17/2015
11
Ikrom Belajar
Ketika yang Lain Tidur Nyenyak
S
iapa sangka, Mahasiswa Berprestasi Institut Pertanian Bogor (IPB) 2015, Ikrom Mustofa, ternyata tak pernah berpikir bahwa suatu saat ia akan menyandang gelar mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. “Saya lulusan pesantren di Riau. Saat itu, bagi saya menjadi mahasiswa adalah hal yang luar biasa, karena ada kata “maha” yang menurut saya berarti suatu gelar keagungan yang istimewa,” ujarnya seraya mengenang masa lalu.
12
Edisi 17/2015
Allah SWT tidak hanya menjadikan Ikrom berkesempatan menjadi mahasiswa, tetapi lebih dari itu, Ia memberinya predikat mahasiswa berprestasi (Mawapres) se-IPB, dan kini tengah menuju Mawapres tingkat nasional. “Alhamdulillah, semua atas kehendak Allah,” imbuh pria kelahiran Pelalawan Riau pada 6 Oktober 1993 ini. Alumni Madrasah Aliyah (MA) Ummatan Wasathan Pesantren Teknologi Riau ini diterima
the best mahasiswa di Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) melalui program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama RI tahun 2011. “Saya siap kembali ke daerah, untuk mengembangkan dan membangun daerah tercinta,” tandas Ikrom. Ikrom bertutur, tahun pertama kuliah di IPB ia menargetkan sebagai tahun organisasi dan akademisi. Baginya, tidak cukup hanya belajar hardskill di balik meja kuliah tanpa softskill dan networking yang baik. “Kuliah ini saatnya membangun relasi sebanyak-banyaknya untuk mensupport mimpi. Alhamdulillah, sejak awal masuk IPB tahun 2011 hingga tahun 2015 ini, saya mendapat kesempatan menorehkan berbagai prestasi, mulai dari Mahasiswa Berprestasi 1 tingkat Departemen, Mahasiswa Berprestasi 1 tingkat Fakultas, dan Mahasiswa Berprestasi 1 IPB, dan kini Insya Allah menuju tingkat nasional,” paparnya. Untuk menjadi Mawapres, terangnya, persiapan yang harus dilakukan sejak pertama kali adalah akademik yang baik (kuliah, praktikum, dan tugas-tugas yang lainnya); usahakan punya target Indeks Prestasi (IP) yang akan dicapai dalam tiap semesternya, harus di atas 3.00, kemudian menjadi aktivis (berorganisasi), bisa di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), atau organisasi yang lainnya. “Berorganisasi itu banyak sekali manfaatnya, dan manfaat itu terkadang tidak ada di kuliah. Beberapa manfaat berorganisasi antara lain ukhuwah (kebersamaan), memiliki empati, jiwa leadership (kepemimpinan), disiplin, tanggungjawab, kerjasama, manajemen, strategi, relasi, informasi, dan yang pasti adalah kenangan yang tak akan pernah terlupakan. Ikuti pula kegiatan yang lainnya, yang tentunya bermanfaat dan berdampak pada pengembangan diri kita, seperti mengikuti seminar, pelatihan, atau kompetisi penalaran tentang kemahasiswaan seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan
Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Jangan lupa kemampuan berbahasa asing, minimal bahasa Inggris, juga harus ditingkatkan,” papar Ikrom yang sempat menelurkan sebuah novel berjudul “Sebuah Warna” yang bertutur tentang humaniora. Selain itu, masih ada aspek lain yang dinilai dalam pemilihan mahasiswa berprestasi, yaitu kepribadian, berupa tingkah laku supel dan sopan, bisa berbicara di forum, dapat berkomunikasi yang baik dengan orang lain, serta berpenampilan atau berpakaian yang sopan dan bisa memikat orang yang diajak bicara. Namun demikian, diakui Ikrom, kuliah di IPB bukan tanpa kendala. Dikatakan, semua mahasiswa yang kuliah di IPB adalah mereka yang berprestasi di sekolahnya, sehingga menjadi saingan berat, tetapi juga memacu untuk terus meningkatkan prestasi. “Apalagi saya berasal dari pesantren, takut tidak bisa menyesuaikan cara belajar di IPB. Ketakutan itu selalu muncul, apakah bisa berprestasi mengharumkan tanah Riau, jalan satu-satunya harus belajar dan terus belajar. Di pesantren saya biasa bangun jam dua pagi, maka itu dijadikan senjata untuk belajar pada jam-jam orang sedang tidur nyenyak,” terangnya.(Awl)
Edisi 17/2015
13
wirausaha muda mahasiswa
Chocoofaza:
Always Make Good Mood
C
okelat merupakan hasil olahan dari biji kakao. Cokelat dapat membangkitkan semangat, melindungi perkembangan sel-sel, dan kaya akan antioksidan. Cokelat juga merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat khususnya anak-anak dan remaja. Namun sayang, cokelat yang bernilai nutrisi tinggi jarang tersedia di lingkungan masyarakat. Empat orang alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) yakni Aldi Maulidiansyah, Zakki Mubarok, Famulla Royaldi, dan Taufik Nugraha Agassi membaca peluang tersebut dengan mengembangkan bisnis produk minuman cokelat dengan brand “Chocoofaza”. “Faza” sendiri adalah akronim dari keempat nama para pendiri Chocoofaza.
Saat ini, produksi kakao di Indonesia telah mencapai 800 ribu ton per tahun. Dari segi ekspor pun kakao Indonesia mengalami kenaikan signifikan, dari sekitar 100.000 ton di tahun 2009 menjadi di atas 300.000 ton pada tahun 2012. Produktivitas tersebut menempatkan Indonesia di posisi ketiga sebagai produsen kakao di dunia. Namun ekspor kakao masih dalam bentuk mentah. Sementara itu Indonesia mengimpor kembali cokelat sudah dalam bentuk jadi atau pun akan diolah kembali. Para inisiator Chocoofaza ingin generasi muda untuk terjun ke dunia wirausaha, khususnya menjadi Technopreneur, wirausaha yang berbasiskan teknologi, dengan mengolah bahan baku menjadi sebuah produk secara mandiri.
Seiring berjalannya waktu, Chocoofaza saat ini dijalani oleh tiga alumni Departemen Teknologi Industri Pertanian , Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB yakni Aldi Maulidiansyah, Zakki Mubarok, Taufik Agassi, dan mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian (Faperta) IPB, Rininta Suci. Produk ini merupakan salah satu olahan cokelat asli produksi Indonesia yang dibuat tanpa bahan sintetik sehingga memberikan rasa yang alami.
Chocoofaza memiliki tagline “Healthy, High Quality, and Happy” yang menyiratkan makna produk ini sehat, dibuat dengan kualitas terbaik dan kaya manfaat salah satunya membuat perasaan senang. “Saat ini Chocoofaza hadir dengan enam varian rasa diantaranya Black Chocolate, Chocolate Milk, Dark Chocolate, Milk Chocolate, Oat Chocolate, dan Original Chocolate. Masing-masing varian memiliki cita rasa tersendiri. Produk ini dikemas dengan berbagai ukuran diantaranya Box Kecil dengan isi 5 Sachet @ 30 gram, Stand Up Pack 210 gram, Stand Up Pack 450 gram, dan Bag 1 kilogram,” papar Aldi.
Para founder Chocoofaza ini juga mendapatkan inspirasi ketika mereka mempelajari mata kuliah “Teknologi Bahan Penyegar” pada semester lima perkuliahan di IPB. Aldi menyatakan, “Salah satu bahan penyegar yang paling populer di masyarakat Indonesia adalah cokelat dan kopi. Dengan melihat peluang pasar, akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan cokelat sebagai bahan baku. Hal tersebut didukung dengan fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil kakao (biji cokelat) terbesar di dunia”.
14
Edisi 17/2015
Untuk mendukung kelayakan produk ini, Chocoofaza telah memiliki sertifikat halal dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Chocoofaza dipasarkan hampir ke seluruh Indonesia melalui masing-masing agen di tiap-tiap kota. Bagi anda yang tertarik, dapat menghubungi SMS/WA : 089699291277untuk pemesanan. Mari support produk lokal ! (RF)
wirausaha muda mahasiswa
Edisi 17/2015
15
sosok alumni Aling Nur Naluri:
“Tak ada
Rotan,
Koran pun jadi“
T
idak mudah orang di jaman sekarang yang mau dan mampu mengubah limbah atau sampah menjadi satu hal yang berharga dan bernilai jual tinggi. Namun tidak demikian dengan Aling Nur Naluri, alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 37. Ia mampu mengubah limbah koran yang sudah tidak berharga menjadi sesuatu yang memiliki nilai tinggi. Dari limbah koran, ia bisa menyulapnya menjadi barangbarang kerajinan berupa perabotan rumah tangga, tempat tisu, bahkan tempat pensil yang unik dan indah. Ia memberikan motto “tak ada rotan, koran pun jadi“ untuk produknya. Saat ini tidak jarang Aling membawa aneka produk kerajinan limbahnya ke ajang expoexpo besar yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta, bahkan bersiap akan melakukan ekspor ke beberapa negara. Ia bertutur, ide awalnya muncul saat sekolah Taman Kanak-kanak Alam yang dikelola oleh sang suami dan sahabatnya, Tri Permana Dewi, membuat Bank Sampah untuk masyarakat. Bank Sampah ini dibuat untuk memberikan pemahaman kepada siswa bagaimana sampah-
16
Edisi 17/2015
sosok alumni
sampah tersebut dapat memiliki nilai. Namun sampah-sampah yang terkumpul amat sangat bernilai rendah, harga sekilo koran pada waktu itu diberi harga sekitar seribu rupiah, botol plastik per 50 buah dihargai Rp 2 ribu. “Saat itu mulai muncul keinginan bagaimana mengubah sampah-sampah ini supaya bisa bernilai tinggi. Pada waktu itu mulailah saya dengan Dewi mencoba membuat berbagai bentuk. Jika dihitung entah berapa puluh kali saya mencoba dan gagal. Namun berkat kesabaran dan ketekunan, akhirnya saya bisa membuat pola bagaimana limbah tersebut menjadi bentuk-bentuk yang indah dan berharga juga bisa bermanfaat. Memang yang paling dominan adalah limbah koran karena lebih diterima oleh pasar,” ungkapnya. Dalam memproduksi kerajinan limbah ini, Aling tidak sendiri. Ia memberdayakan ibuibu sekitar dan para lansia untuk sekadar melinting koran-koran bekas. Ibu-ibu, lansia bahkan para tukang ojek sambil menunggu penumpang membuat lintingan-lintingan
koran yang nantinya akan dijual ke rumah produksi yang diberi nama Rancage. Di Rancage ini lintingan karya warga masyarakat ditampung untuk dibuat bentuk-bentuk yang indah. Aling menghargai setiap lintingan Rp 25 (dua puluh lima rupiah). Menurutnya, kaum ibu yang membantunya sudah ada yang mampu membuat hingga 1.500 lintingan per minggu. Tidak hanya di sekitar rumah Aling, saat ini sudah ada sekitar tujuh RW yang melakukan dan memproduksi limbah ini untuk menambah pendapatan ekonomi keluarga. Aling juga selalu menampung keinginan konsumen dalam mengkreasikan bentukbentuk uniknya. “Saya selalu menyanggupi kemauan konsumen, meskipun saya akan menemui kesulitan setelahnya. Karena saya lebih banyak mendapatkan ide dari masukan konsumen. Satu buah produk tikar dari daur ulang yang sudah siap dipasarkan ada yang mencapai harga Rp 600 ribu, tetapi ada saja yang memesannya,” ujarnya. Aling berharap ke depan bisnis sosialnya ini bisa berkelanjutan. Dengan demikian bukan hanya keuntungan yang dihasilkan, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Ia tidak ingin orang membeli produknya hanya karena kasihan, tetapi ia ingin orang membeli produknya karena produk tersebut memang memiliki kualitas dan bagus. Ilmu yang ia ambil dari IPB saat menjadi mahasiswa dulu ternyata membuatnya dapat berpikir secara sistematis memberikan solusi terhadap masalah masyarakat sekitar dan belajar menyelesaikan masalah secara holistik.(dh) Edisi 17/2015
17
18
Edisi 17/2015
Green Ambasador IPB 2015
K
hoirul Umam, resmi menjadi IPB Green Environment Ambasador (IGEA) 2015. Penobatan Khoirul sebagai Duta Lingkungan IPB dilakukan di pelataran Grha Widya Wisuda Kampus IPB Dramaga, Minggu (7/6). Mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) ini berhasil mengalahkan 27 finalis lainnya yang berasal dari 9 Fakultas dan Sekolah Diploma IPB. IGEA 2015 mengusung tema “Penggunaan Reusable Bag dalam Menyikapi Perubahan Iklim”. IGEA 2015 merupakan gelaran yang telah dua kali dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB. IGEA adalah kegiatan kaderisasi dan pemilihan Duta Lingkungan IPB yang akan aktif menjadi inisiator kegiatan-kegiatan lingkungan di IPB dan merepresentasikan gaya hidup pro lingkungan berkelanjutan. Tujuannya adalah mendidik dan mencari duta lingkungan yang akan menjadi panutan sebagai mahasiswa ideal yang mendukung lingkungan berkelanjutan di IPB.
“Khoirul Umam terpilih karena dia berwawasan dan bisa berbagi wawasan tersebut dengan orang lain. Khoirul juga friendly dan rajin dalam mengikuti semua rangkaian IGEA. Public speaking dan tata bahasanya bagus. Walaupun project kelompoknya bukan project yang terbaik, tapi project-nya termasuk salah satu yang terbaik,” ujar Khoirul Umam, Duta Lingkungan IPB tahun 2014 yang juga Ketua Panitia IGEA 2015. Mahasiswa Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) ini
menambahkan proses karantina dilaksanakan selama tiga bulan, finalis IGEA 2015 tampil di hadapan publik dalam puncak IGEA 2015. Setelah terpilih menjadi Duta Lingkungan otomatis akan menjadi ketua komunitas pecinta lingkungan. “Duta Lingkungan terpilih akan mendapat rekomendasi resmi untuk mendaftar dalam ajang HiloGreen Leader wilayah Jabodetabek. Selain itu, diharapkan Green Ambasador akan menjadi inisiator dan berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lingkungan di IPB untuk melakukan aksi nyata dalam menjaga lingkungan di dalam kampus. Salah satu tugasnya adalah bagaimana agar timbul budaya agar setiap kantin di IPB less plastic dengan menyediakan eco bag yang dijual murah. Kita ingin budaya ini terbentuk sehingga terjadi pengurangan penggunaan plastik,” ujarnya. Keberlanjutan program ini diharapkan akan terbentuk komunitas yang beranggotakan para finalis dan volunteer yang akan terus memberikan kebermanfaatan melalui aksi nyata peduli lingkungan (dimulai dari hal-hal yang kecil) dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yg mereka dapatkan selama pendidikan untuk kepentingan bersama. Dalam kesempatan ini, salah satu juri IGEA 2015, Dr. Hangesti, juga mengumumkan Fakultas dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang terbaik dalam menjaga kebersihannya. Untuk kategori fakultas, juara pertama diraih oleh Fakultas Pertanian, untuk kategori UKM, juara pertama diraih oleh UKM IGAF, kedua oleh UKM Kemaki dan ketiga oleh UKM Sepakbola.(zul) Edisi 17/2015
19
ketahanan pangan
Budidaya Ikan Mas Mantap
Mendukung Ketahanan Pangan
P
eningkatan produksi budidaya dan konsumsi ikan akan memiliki kontribusi nyata dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Perikanan budidaya yang memiliki kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yakni komoditas ikan air tawar seperti ikan mas Mantap. Komoditas air tawar bahkan telah mampu berkontribusi sebesar 70 persen dari total produksi perikanan budidaya. Hal ini membuktikan bahwa perikanan budidaya memiliki peran penting dalam mewujudkan ketahanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat seriring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia. Demikian dikatakan peneliti dan dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Alimuddin. Dr. Alimuddin menjelaskan, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, bekerjasama dengan Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB telah berhasil membuat varietas ikan mas baru yang unggul, dan diberi nama “Ikan Mas Mantap”. Varietas ikan mas ini diproduksi melalui seleksi berbasis marka molekuler.
20
Edisi 17/2015
Ikan Mas Mantap ini dimaksudkan guna menunjang peningkatan produksi budidaya perikanan mas nasional, pendapatan para petani ikan, dan kesejahteraan pembudidaya ikan mas. Terutama untuk mendukung program nasional dalam rangka ketahanan pangan, maka perlu melepas ikan mas Mantap kepada masyarakat, terang Dr Alimuddin. Berdasarkan pertimbangan ikan mas Mantap sebagai komoditas unggulan dan disukai oleh pembudidaya di Indonesia, ikan mas Mantap telah didukung dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 24/KEPMEN-KP/2015, tentang pelepas an ikan mas Mantap kepada mayarakat. Ikan mas Mantap mengandung arti Man yaitu ikan Mas dari Majalaya, tap-nya adalah tahan penyakit (tahan infeksi KHV dan bakteri Aeromonas hydrophila). Selain tahan penyakit, pertumbuhan ikan mas Mantap pada pembesaran 2,2 gram per hari, lebih cepat daripada ikan Majalaya biasa (1,0 gram per hari). Karena itu, dari aspek ekonomi, manfaat ikan mas Mantap terhadap pembudidaya di Indonesia adalah memberikan keuntungan yang optimal. Dilihat dari aspek sosial, ikan mas Mantap bukan produk rekayasa genetik,
ketahanan pangan “...ikan mas Mantap telah didukung dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 24/KEPMEN-KP/2015, tentang pelepasan ikan mas Mantap kepada mayarakat.” sehingga mudah diterima oleh masyarakat. Sementara dari sisi lingkungan, ikan mas Mantap dapat memberikan kontribusi terhadap kelestarian alam. “Ikan mas Mantap varietas Majalaya tahan penyakit ini telah lolos evaluasi varietas/jenis ikan baru pada tahun 2014. Selanjutnya, tahun 2015 ini ikan mas Mantap bisa diperbanyak untuk disebarkan ke pembudidaya. Ikan mas Mantap varietas Majalaya tahan infeksi KHV dan bakteri A. hydrophila dikembangkan di Jawa Barat dan Sumatera, dan diharapkan juga bisa terus berkembang ke daerah lain, sehingga aktivitas budidaya dapat pulih kembali, paling tidak mendekati produktivitas sebelum terjadi serangan KHV pada tahun 2002. Pada akhirnya akan meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia,” paparnya. Ikan mas Mantap varietas Majalaya merupakan ikan mas yang paling banyak dibudidayakan karena memiliki keunggulan-keunggulan baik secara fisik, fisiologis maupun genetik. Berdasarkan keungggulan sifat-sifat genetis dan disukai oleh masyarakat luas, varietas Majalaya menjadi salah satu jenis ikan konsumsi penting bagi perikanan budidaya air tawar. Maka dengan tingginya pertumbuhan budidaya ikan mas Mantap tersebut, harus didukung oleh suplai pakan ikan, dan alangkah baiknya jika lebih banyak menggunakan bahan baku pakan lokal dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang sangat melimpah di tanah air. Pemanfaatan bahan baku pakan ikan dari dalam negeri akan sekaligus meningkatkan pendapatan pembudidaya, karena dengan demikian biaya produksi usaha budidaya perikanan tidak terlalu tergantung pada bahan baku impor yang harganya lebih mahal. Potensi menggiurkan budidaya ikan juga dipicu oleh hasil budidaya yang kerap menjadi bahan
Ikan Mas Mantap Jantan
Ikan Mas Mantap Betina
baku industri olahan makanan, yakni bisnis makanan olahan berbahan ikan. Contohnya adalah olahan abon ikan, nugget berbahan ikan patin dan lele, serta bakso ikan, otakotak, kerupuk, dan sarden. Produk olahan hasil perikanan budidaya ini memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan jika dipasarkan dalam bentuk ikan segar atau berbentuk komoditi. Dan ini bisa mendongrak ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Walau tidak sebanyak pada ikan laut, ikan air tawar termasuk ikan mas juga mengandung asam lemak omega-3. Omega-3 sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, mampu mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Dengan mengonsumsi ikan secara rutin, maka berkat omega-3 yang terkandung di dalamnya, dapat pula mengurangi risiko arthritis dan kanker. Beberapa ahli bahkan telah membuktikan bahwa omega-3 bisa membantu perkembangan otak, sehingga sangat cocok untuk dikonsumsi anak-anak dan remaja. (Awl) Edisi 17/2015
21
energi terbarukan
Mutagenesis Mikroalga
untuk Biofuel
M
ikroalga adalah mahluk hidup berukuran mikroskopis yang dapat tumbuh baik di air tawar maupun air laut. Organisme ini merupakan tumbuhan paling primitif yang lebih dikenal dengan sebutan fitoplankton. Mikroalga laut merupakan materi organik dalam laut sehingga dapat dijadikan salah satu komponen pembentukan minyak bumi di dasar laut. Mikroalga jenis Dunaliella sp. memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan maupun pangan sehingga dapat dijadikan sebagai komoditi hasil perairan alternatif. Dunaliella sp. merupakan salah satu mikroalga yang cukup banyak diteliti karena kandungan
22
Edisi 17/2015
karotenoid dan gliserolnya yang tinggi. Kandungan kimiawi seperti protein, asam amino, vitamin, polisakarida dan karbohidrat yang diekstrak dari mikroalga telah digunakan untuk bahan makanan. Selain untuk pakan maupun pangan, mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai penghasil bahan bakar alternatif atau biofuel. Kendala yang dihadapi adalah masih rendahnya produksi biomassa hasil panen mikroalga. Untuk meningkatkan produksi tersebut maka dibutuhkan teknik yang dapat diterapkan pada mikroalga. Salah satu teknik tersebut yaitu mutagenesis dengan menggunakan Etil Metan Sulfonat (EMS). EMS merupakan senyawa
energi terbarukan mutagen yang paling sering digunakan dalam mutagenesis kimia karena memiliki efektivitas mutasi dan sifat mutageniknya bisa hilang setelah mengalami reaksi hidrolisis dengan air. Salah seorang dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelatuan (FPIK), Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga peneliti senior di Surfactant and Bioenergy Research Centre (SBRC) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Dr Mujizat Kawaroe melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian EMS terhadap laju pertumbuhan, ukuran sel, kandungan asam lemak dan aktivitas antioksidan mikroalga spesies Dunaliella sp. Dr. Mujizat Kawaroe menyatakan, “Metode yang digunakan yaitu dengan cara menambahkan EMS konsentrasi 0.1 M dan 0.5 M pada tahap awal kultivasi mikroalga. Sedangkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan EMS yaitu dengan pengamatan ukuran sel, kepadatan sel, karakteristik proksimat, karakteristik asam lemak dan aktivitas antioksidan mikroalga spesies Dunaliella sp”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan konsentrasi EMS 0.1 M pada media kultivasi maka akan meningkatkan ukuran sel tiga kali lebih besar dari ukuran sel kontrol dan memiliki persentase asam lemak yang lebih tinggi. Tingginya kandungan asam lemak jenuh memiliki nilai dan stabilitas
oksidatif yang baik untuk biodiesel. Perhitungan asam lemak pada biomassa alga merupakan salah satu prosedur untuk mengindikasi lemak yang cocok untuk dikonversi menjadi biodiesel. Pemilihan fase kandungan minyak yang tinggi dan metode pemanenan yang efektif banyak dibutuhkan untuk memproduksi bioediesel dari mikroalga. “Dalam penelitian ini juga terlihat perlakuan yang ditambahkan EMS memiliki laju pertumbuhan dan aktivitas antioksidan yang rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol,” tutup Dr. Mujizat Kawaroe. (RF)
Edisi 17/2015
23
biomedis
Peneliti IPB
Temukan Formula Pemutih Kulit Berbasis Ekstrak Bakau
24
Edisi 17/2015
biomedis
S
eiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat. Kesadaran terhadap penampilan dirasa sangat penting dewasa ini, khususnya bagi para remaja, dewasa bahkan orang paruh baya. Perawatan kecantikan dapat berarti perawatan kulit tubuh maupun wajah. Saat ini banyak sekali produk – produk kecantikan yang beredar di pasaran. Namun produk tersebut sering tidak dapat dijamin keamanannya karena tidak sedikit yang berbahan baku senyawa yang memiliki efek samping. Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan sumberdaya alam. Di bumi Indonesia banyak potensi sumberdaya hayati yang dapat digali untuk dijadikan kosmetik maupun obatobatan. Salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia adalah mangrove atau bakau.
pangan dan minuman. Mangrove juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pewarna dan kosmetik. Terkait kosmetik, para Peneliti dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Gifu University, Jepang telah menemukan formula pemutih kulit berbasis ekstrak bakau. Mereka adalah Prof. Latifah K Darusman, Dr. Ir. Irmanida Batubara, Drs. Edy Djauhari MS, Dr. Min Rahminiwati, Prof. Dr. Tohru Mitsunaga dan Prof. Dr. Hideo Ohashi.
Hutan mangrove Indonesia adalah yang terluas di dunia. Luas bakau di Indonesia mencapai 25 persen dari total luas mangrove dunia. Hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Selain itu juga terdapat di pantai timur Sumatera, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di bagian timur Indonesia, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua. Salah satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami. Selain kayu, mangrove juga merupakan bahan baku produk
Formula pemutih kulit hasil racikan para peneliti ini merupakan sediaan kosmetik yang diaplikasikan dengan tujuan mencerahkan warna kulit. Selain itu formula pemutih ini akan menjadi tawaran alternatif mendapatkan kulit putih menawan yang aman bagi kesehatan. Dalam penelitian ditemukan ekstraksi metanol pada kulit kayu bakau api (Rhizopora apiculata) terdapat senyawa golongan isoflavon yang memiliki aktivitas penghambat kerja enzim tirosinase, pembentuk pigmen gelap saat kulit terpapar sinar matahari. Dengan demikian, produk hasil ekstraksi ini dapat dipakai sebagai krim pemutih yang alami dan juga memiliki aktivitas antioksidan yang baik untuk kesehatan kulit. (dh) Edisi 17/2015
25
penelitian lingkungan
Tahun 2050, Negara Berkembang Sumbang
50% Emisi Gas Rumah Kaca P
roduktivitas padi saat ini mencapai 6,2 ton per hektar, atau terjadi penurunan produktivitas akibat perubahan iklim global. Angka ini akan semakin menurun hingga 6% jika dikombinasikan dengan faktor bencana. Diperkirakan pada tahun 2020, wilayah Asia akan bertambah besar defisitnya. Sedangkan negara maju produktivitasnya akan meningkat. Saat ini, angka impor Indonesia mencapai 210 triliun rupiah hanya untuk impor pangan. “Negara berkembang kalau tetap saja berdebat tentang benar tidaknya perubahan iklim,
“Negara ng berkemba ja p sa kalau teta ng benar a t n e t t a berdeb iklim, n a h a b u r pe tidaknya akan h la a d a i d yang terja lahan yang sa meniru ke gara maju ne dilakukan ya. Edisi 17/2015 26 sebelumn
yang terjadi adalah akan meniru kesalahan yang dilakukan negara maju sebelumnya. Kita tergantung Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tidak efisien dalam mengelola alam,” ujar Guru Besar Klimatologi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr Rizaldi Boer. Prof. Rizaldi memperkirakan, pada tahun 2050 negara berkembang akan menyumbang 50% emisi dunia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Pusat Pengelolaan Peluang dan Risiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, tahun 2010 terjadi inkonsistensi antara penggunaan lahan dan kebijakan Green West Java Province Policy: 32% (sebagian besar pada lahan pertanian). Selanjutnya pada tahun 2025 inkonsistensi meningkat 57% (sebagian besar untuk lahan pertanian dan pemukiman). Diprediksi kecenderungan perubahan pada tahun 2025 adalah pemukiman meningkat 4.000 hektar per tahun dan kehilangan tutupan hutan 2.500 hektar per tahun Akibatnya perubahan iklim akan meningkatkan debit aliran maximum hulu dan hilir masingmasing sebesar 9% dan 7% serta menurunkan
penelitian lingkungan debit aliran minimum sebesar 40%. Kejadian di Sungai Citarum menggambarkan terjadinya peningkatan pada periode ulang kejadian banjir besar yang menggenangi wilayah seluas 22,725 ha meliputi 79 desa di kanan-kiri Sungai Citarum Hulu. Menurut Prof Rizaldi, salah satu cara menurunkan emisi adalah dengan mengintergrasikan adaptasi dan mitigasi. Apabila emisi gas rumah kaca terus berlanjut tanpa upaya mitigasi yang memadai, dampak perubahan iklim semakin parah dan semakin sulit untuk diatasi. “Penanganan masalah perubahan iklim harus dilakukan baik melalui mitigasi dan adaptasi. Pelaksanaan kedua upaya ini harus dilakukan secara terintegrasi. Pengurangan emisi yang besar selama beberapa dekade mendatang dapat mengurangi risiko iklim di abad ke-21, meningkatkan prospek untuk adaptasi yang efektif dan mengurangi biaya dan tantangan mitigasi dalam jangka panjang, dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan,” ujarnya. Banyak pilihan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Pelaksanaan yang efektif tergantung pada kebijakan dan kerjasama di semua skala (lokal-global) dan dapat ditingkatkan melalui respon terpadu yang menghubungkan adaptasi dan mitigasi dengan tujuan sosial lainnya. Salah satu contoh integrasi adaptasi dan mitigasi adalah pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Bandung hasil kerjasama CCROM IPB dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dari kegiatan bersama masyarakat di DAS Citarum ditemukan usulan, bahwa kelembagaan pengelolaan DAS Citarum ke depan perlu didekati oleh empat pendekatan: (1) sinergi kegiatan di tingkat masyarakat dengan, (2) pembangunan yang berbasis pengembangan sektor ekonomi, (3) kedua pendekatan ini juga perlu diperkuat dengan pelibatan bisnis, khususnya bisnis hijau, (4) bisnis hanya berkembang apabila ada kepastian rencana pemanfaatan wilayah (Tata Ruang).
Dengan pendekatan itu ada tiga prinsip strategi dalam pengembangan kelembagaan untuk pengelolaan DAS Citarum dengan fokus penanganan sumberdaya air : (1) bonding strategy yang mengikat ragam kelompok masyarakat dalam sebuah aksi kolektif, (2) upaya tersebut perlu dilanjutkan dengan bridging strategy yang menyatukan aksi-aksi kolektif dalam sebuah kerjasama produktif dalam satuan kawasan, (3) dua hal itu perlu dikuatkan lagi dengan menerapkan Creative Strategy yang mengajak kolaborasi multi pihak (Academician, Businessman, Government) “Kerangka kelembagaan yang terbangun nantinya berbentuk jejaring kerjasama membangun bentuk-bentuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim berbasis masyarakat (community development driven) yang menjembatani upaya dari berbagai pihak mulai dari sub-nasional hingga ke tingkat nasional,” ujarnya. Beberapa kegiatan berbasis masyarakat yang telah dilakukan adalah agroforestry berbasis kopi, pemanenan air hujan dan mata air, pemanfaatan sedimen waduk untuk pupuk, sistem pintu air/irigasi mengatasi instrusi air laut/salinitas, biogas limbah kota (PD Pasar Gede Bage), biogas dari limbah ternak (kelompok).(zul)
Edisi 17/2015
27
riset pengentasan kemiskinan
Program “Sea Farming” untuk Mendukung Pengentasan Kemiskinan
I
ndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 13.466 pulau, garis pantai terpanjang keempat dunia dan memiliki laut seluas 5,8 juta km2 atau sekitar 75% dari luas wilayah. Dengan kondisi seperti itu, Indonesia memiliki potensi kelautan (11 sektor) sebesar 1,2 triliun dolar per tahun atau tujuh kali lipat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 (170 miliar dolar), dengan potensi penyediaan lapangan kerja sebanyak 40 juta orang atau 1/3 total angkatan kerja Indonesia. Di sisi lain, meskipun dalam 10 tahun terakhir kinerja makro ekonomi lumayan bagus, tetapi sudah 69 tahun merdeka Indonesia masih sebagai negara berkembang dengan angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, kesenjangan antara masyarakat kaya dengan miskin kian lebar, disparitas pembangunan antar wilayah yang sangat besar, daya saing ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah. Dengan menggunakan garis kemiskinan Rp 259.250/orang/bulan, maka terdapat sekitar 28,59 juta orang miskin di negeri ini. Namun bila menggunakan garis kemiskinan versi Bank Dunia sebesar 2 dolar/ orang/hari maka terdapat sekitar 117 juta orang miskin. Ini berarti hampir 50 persen rakyat Indonesia adalah penduduk miskin.
Stasiun Penelitian Balai Sea Farming PKSPL LPPM IPB Karang Congkak
Stasiun Penelitian Balai Sea Farming PKSPL LPPM IPB Semak Daun
“Salah satu kawasan dengan potensi kelautan yang tinggi adalah Kepulauan Seribu. Di kawasan ini terdapat 110 pulau dan diperkirakan menyimpan potensi kelautan yang tinggi terutama untuk pengembangan marikultur,” kata Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Dr. Luky Adrianto. Salah satu kontribusi yang diberikan PKSPL dalam mengimplementasikan program penelitian, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat serta lebih menyentuh langsung ke masyarakat pengguna adalah program Sea Farming. Program Sea Farming merupakan program kegiatan marikultur terpadu yang menempatkan ekosistem sebagai basis pengelolaan dengan tujuan pengembangan ekonomi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dalam bentuk peningkatan pendapatan masyarakat. Pada saat yang sama mampu menjadi penopang keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya perikanan di lokasi terpilih dalam rangka mendukung pemerintah mengentaskan kemiskinan. Program Sea Farming PKSPL IPB di Kepulauan Seribu merupakan program jangka menengah (5-10 tahun) yang telah berjalan sejak tahun
28
Edisi 17/2015
riset pengentasan kemiskinan Kegiatan Anggota Kelompok Sea Farming
Kegiatan penyiapan masyarakat Kepulauan Seribu
2004 bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, mulai dari pemantapan teknis marikultur, pengembangan fishing rights dan kelembagaan ekonomi masyarakat lokal. Diharapkan program Sea Farming di Kepulauan Seribu dapat menjadi contoh sekaligus laboratorium empiris dari pengelolaan perikanan berkelanjutan di level lokal, yang terpenting dapat mengurangi pengentasan kemiskinan di Indonesia. Ia menambahkan, “Sebagai wujud nyata hadirnya inovasi PKSPL di masyarakat, maka PKSPL telah memiliki stasiun penelitian di Kepulauan Seribu, yaitu Balai Sea Farming PKSPL Semak Daun dan Balai Sea Farming PKSPL Karang Congkak. Di samping itu PKSPL memberikan pendampingan dan pembinaan terhadap sekitar 79 anggota petani/pembudidaya ikan yang tergabung dalam Kelompok Sea Farming Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Program Sea Farming yang telah diinisiasi oleh PKSPL telah diadopsi oleh masyarakat sehingga menjadi usaha (farming) yang berjalan dengan baik. Komoditas yang dicanangkan untuk dikembangkan adalah udang vannamei, ikan kerapu, rumput laut, ikan kakap putih, ikan bawal bintang, ikan bubara dan teripang”.
Penelitian Udang Vannamei
Semoga program Sea Farming ini dapat dikembangkan di seluruh Indonesia dalam rangka pengembangan budidaya laut secara nasional yang berbasis pada sumberdaya pesisir dan laut untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Terutama untuk mengurangi pengentasan kemiskinan di wilayah seluruh Indonesia. (Awl)
Kunjungan Rombongan LPPM IPB dan CSR ANTAM Halmahera Tengah di Balai Sea Farming Semak Daun
Kegiatan Praktek Lapangan Mahasiswa Diploma IPB
Kegiatan pencucian dan penghitungan benih ikan kerapu
Edisi 17/2015
29
peluang bisnis
Al-Bana Kelinci Hobi yang datangkan Rezeki H
afidz Ilman Albana,S.Pt (23) alumni Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu alumni IPB yang tetap konsisten menjalankan bisnis sesuai dengan disiplin ilmu yang ia miliki. Usia yang masih relatif muda tidak membuatnya gentar untuk menjalankan bisnis usaha peternakan yaitu usaha peternakan kelinci yang ia namakan Al-Bana Kelinci. Hafidz merintis usaha peternakan kelinci masih tergolong baru yaitu pada Januari 2015. Ide bisnis kelinci bermula dari keinginan
30
Edisi 17/2015
menyalurkan hobi, memelihara kelinci hias. Hafidz memutuskan memilih usaha kelinci hias karena menurutnya selain unik kelinci cukup aman untuk dipelihara serta harganya terjangkau. Ketika memulai usaha, ia memelihara beberapa ekor kelinci dan sedikit narsis untuk meng-upload foto-foto kelinci ke media sosial. “Ternyata respon dari masyarakat di media sosial sangat bagus dan tertarik untuk memelihara kelinci hias. Respon yang diberikan pun beragam, mulai dari menanyakan jenis kelinci, harga jual kelinci, dan investasi usaha kelinci. Mulai saat itu, munculah ide untuk
membisniskan hobi, yaitu beternak kelinci hias dan memasarkannya melalui media sosial. Pilihan memasarkan menggunakan media sosial dikarenakan ajang promosi yang mudah dan cepat tersebar ke berbagai kalangan. Di sisi lain, masyarakat umum saat ini sudah memiliki gadget dan sudah aktif di media sosial. Ini adalah keuntungan yang berharga dari bisnis online ini. Masyarakat yang mengunjungi lokasi peternakan pun mayoritas dari media sosial. Alhamdulillah, tetangga sekitar rumah memberikan respon yang positif terhadap keberadaan kelinci di lingkungan rumah,” papar Hafidz yang tinggal di Karawang Jawa Barat. Hafidz mengurai, rata-rata satu ekor indukan mampu menghasilkan lima ekor anak setiap dua bulan. Jika harga anak kelinci hias Rp 100.000 per ekor, maka pembudidaya bisa mendapatkan pemasukan Rp. 500.000 dari tiap ekor indukan. “Jika memiliki 10 ekor indukan, bisa kita hitung berapa hasil yang diperoleh,” ungkapnya. Hafidz memulai usaha kelinci hias dengan modal awal sekitar Rp 2.500.000. Usaha ini memiliki tagline yaitu Fun, Education, dan Business yang sedikit berbeda dari pebisnis kelinci lainnya. Selain itu Hafidz juga memberikan bentuk pelayanan kepada para konsumen berupa edukasi. Melalui edukasi tersebut, konsumen merasa yakin ia bisa mengurus kelincinya. Ia ingin menjadi pedagang yang dapat berbagi ilmu kepada konsumen. Kelebihan lain bisnis Hafidz, kelinci yang ia jual telah menjalani perawatan sesuai dengan Good Farming Practice (GFP). Namun bukan berarti usaha kelinci hias ini tidak memiliki tantangan. Hafidz harus
memenuhi permintaan kelinci yang cukup tinggi setiap bulannya. Rata-rata pasar besar ada di Jabodetabek. “Lokasi saya di Karawang yang dekat dengan pasar besar tersebut menjadi potensi besar yang harus saya raih. Harga anakan kelinci hias yang saya jual mulai dari Rp 80.000 – 150.000 per ekor. Sedangkan indukan kelinci hias mulai dari Rp 350.000 – Rp. 850.000 per ekor,” ujarnya. Dikatakannya, kebutuhan pakan cukup berpengaruh besar pada operasional pengeluaran usaha, karena pakan yang digunakan adalah pakan komersial. Akan lebih efisien apabila dapat memproduksi pakan sendiri. Namun kendala tersebut tidak lantas membuat Hafidz putus asa, ia masih memiliki mimpi bahwa para petani yang setiap harinya bekerja di sawah bisa diberdayakan untuk usaha tambahan dengan budidaya kelinci. Selain itu, dengan budidaya kelinci ia ingin membuka tempat wisata edukasi peternakan kepada para siswa sekolah. Saat ini ia merasa keuntungan sekitar Rp 4 juta per bulan berhasil diraupnya. Sebagai sarjana yang baru lulus, ia merasa pendapatan tersebut cukup. (dh)
Edisi 17/2015
31
pengabdian masyarakat
Mandirikan Petani Melalui Stasiun Lapang Agrokreatif
S
ebanyak 14 orang Manajer Stasiun Lapang Agrokreatif (SLAK) Institut Pertanian Bogor (IPB) 2014, telah bertugas pada sebelas sentra produksi pertanian di sembilan kabupaten di Indonesia. Sembilan kabupaten itu adalah Kabupaten Bangli, Kabupaten Malang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Tegal, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Nunukan. Mereka secara resmi dilepas oleh Rektor IPB Prof. Dr Herry Suhardiyanto di Kampus IPB Dramaga Bogor pada tanggal 17 Oktober 2014. SLAK IPB merupakan salah satu program Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam rangka membangun kemitraan untuk kemandirian masyarakat petani. Selain
32
Edisi 17/2015
itu Stasiun Lapang ini dibangun dalam rangka mengoptimalkan peran IPB dalam mewujudkan harapan kedaulatan pangan dengan cara menempatkan para sarjana lulusan IPB. Langkah ini diharapkan dapat membantu dalam penyelesaian masalah pertanian yang dialami masyarakat di berbagai daerah, bahkan diharapkan akan meningkatkan perekonomian masyarakat secara signifikan. Pada tahap awal, para Manajer Stasiun Lapang ini ditempatkan di sentra-sentra produksi pertanian selama tiga bulan. Dalam waktu tersebut, para manajer diharapkan dapat mengenal, mengidentifikasi, dan memfasilitasi perumusan alternatif solusi dalam meningkatkan pendapatan petani serta produksi komoditas yang diusahakan dalam kawasan tersebut.
pengabdian masyarakat Kepala LPPM IPB, Dr Prastowo mengatakan, SLAK IPB ini dimaksudkan untuk menghadirkan inovasi IPB di sentra produksi pertanian. Dengan demikian, dapat mendampingi masyarakat petani dalam suatu kawasan atau sentra produksi pertanian, menuju sistem produksi pertanian yang modern dan optimum melalui penerapan IPTEK IPB untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan SLAK IPB ini didukung oleh tiga program lain, yaitu Klinik Pertanian Nusantara, IPB Cyber Extension, dan Program Pengabdian pada Masyarakat oleh Mahasiswa IPB. Tugas Manajer SLAK IPB 2014 diantaranya mengenalkan kondisi wilayah (bio-fisik, sosial, budaya), mengidentifikasi potensi agribisnis (on-farm, pengolahan, tata-niaga), dan mengidentifikasi masalah pengembangan agribisnis. Selanjutnya memfasilitasi perumusan alternatif solusi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi (product development), meningkatkan pendapatan petani, dan membangun komunikasi yang efektif di antara masyarakat dengan IPB, serta memfasilitasi program pengabdian kepada masyarakat oleh IPB. Kegiatan pembekalan kepada calon manajer pendampingan Stasiun Lapang pun dilakukan secara intens. Menurut Ketua Panitia Pembekalan, Dr. Pudji Muljono, mereka
dibekali dengan berbagai pengetahuan tentang pengembangan masyarakat, konsep pengembangan wilayah, komunikasi dan negosiasi yang efektif, magang produksi dan pemasaran, serta pembangkitan motivasi melalui training dan pemaparan profil petani sukses. Mohamad Iyos Rosyid, S.Kpm, Salah satu alumni yang menjadi Manager Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Bojonegoro menyatakan, “Adanya program ini ternyata memberikan respon positif bagi para peternak. Mereka sangat terbantu dan terfasilitasi dalam proses kegiatan peternakan, apalagi program yang dibawa oleh manajer lapang untuk SPR Bojonegoro memperkuat dan mensinergikan kelembagaan”. Ia menambahkan bahwa SPR Bojonegoro merupakan salah satu wadah yang telah mengimplementasikan sinergitas Academic, Business, Government, and Community (ABGC) dan adanya sinergi ini sangat membantu meningkatkan kesejahteraan peternak. Selly Septiani, mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, yang menjadi Manajer IPB Prima Karawang menyatakan, “Manajer Stasiun Lapang bukan hanya menjadi pendamping dalam hal teknologi, tetapi juga penggerak dan penyemangat petani. Mari kita perjuangkan pertanian Indonesia menjadi lebih maju!”. (RF)
33
dinamika mahasiswa
Korps Sukarelawan (KSR) IPB Siap Setiap Saat
K
orps Sukarelawan (KSR) PMI Unit I Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), baru-baru ini kembali menggelar kegiatan donor darah di Gladiator, Taman Rektorat Kampus IPB Dramaga. KSR yang menjalin kerjasama dengan PMI ini dalam dua hari berhasil mengumpulkan 120 kantong darah dari para pendonor. Pendonor berasal dari kalangan mahasiswa dan umum. Ketua Panitia Donor Darah, Farah, mengatakan KSR dan PMI rutin menggelar kegiatan donor darah. Pada tahun 2014, kegiatan donor darah yang berlangsung selama empat hari berhasil mendapatkan 300 kantong darah. “Akhir
tahun 2015 ini diharapkan kantong darah yang dikumpulkan bisa lebih dari itu,” ujar mahasiswi Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) ini. KSR PMI Unit I IPB merupakan UKM yang mendidik para sukarelawan muda agar cepat dan tanggap dalam berbagai bencana alam maupun aksi sosial. KSR PMI Unit I IPB dahulu bernama Palang Merah Mahasiswa (PMM). PMM merupakan salah satu Unit Aktivitas Khusus (sekarang Unit Bidang Khusus) yang ada di IPB. Tokoh pendiri UKM ini yaitu Riza Irfani, Yan Listriar Adiputra, M. Lukmanul Hakim, Syaiful Zaman Tawakal, Rosniati, dan lainnya pada bulan September 1991. Nama PMM berganti menjadi KSR IPB pada tanggal 22 Maret 1992 berdasarkan keputusan pertemuan resmi yang diadakan di Ruang Persiapan 3 Kampus IPB Baranangsiang Bogor. Perubahan nama ini karena menyesuaikan dengan sistem organisasi yang telah ditetapkan dalam AD/ART PMI. Kemudian tanggal 22 Maret diperingati sebagai hari lahir KSR PMI Unit I IPB. KSR PMI Unit I IPB merupakan korps sukarela perguruan tinggi pertama (Unit I) yang dibentuk di Bogor dan disahkan keberadaannya dengan SK PMI Cabang Kotamadya Bogor No. 505/KSR15/1994. Saat ini KSR berada di bawah kendali Bayu Pranata, mahasiswa dari Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BDP FPIK). Berdasarkan tupoksinya, tanggal 21 Juni KSR menggelar kegiatan pelatihan medis bagi seluruh mahasiswa IPB yang berminat.
34
Edisi 17/2015
dinamika mahasiswa
Pelatihan medis biasanya diadakan secara lokal (per kepanitiaan). Dalam satu minggu biasanya ada dua kepanitiaan yang minta diberi pelatihan pertolongan pertama oleh KSR. “Karena mendekati masa perkenalan kampus dan fakultas bagi mahasiswa baru IPB, maka kegiatan pelatihan kami adakan secara global (tidak berdasarkan permintaan masing-masing kepanitiaan) dengan skala besar sehingga tidak menguras energi dan waktu kami. Selain itu, kami undang PMI untuk langsung memberikan pelatihan sehingga hasilnya lebih berkualitas,” tambah Farah.
“Tidak dianjurkan disadarkan dengan baubauan. Jika dikasih bau yang bikin alergi takutnya makin parah,” ujar Farah.
KSR biasanya dilibatkan dalam kegiatan upacara, pertandingan olahraga, masa perkenalan kampus maupun fakultas dan departemen. Contoh pertolongan pertama yang terjadi saat upacara adalah menghadapi orang pingsan
Contoh lain adalah Asma. Untuk kasus ini, bagi penderita yang sudah mengetahui memiliki penyakit asma biasanya sudah berpengalaman dengan diri sendiri. Kalau masih tenang kita tangani dengan komunikasi apakah mau diberi inhaler atau obat yang dibawanya.
Orang yang pingsan harus segera dijauhkan dari orang lain (pingsan terjadi disebabkan aliran oksigen ke otak kurang), tempatkan di tempat yang sejuk dan aman, naikkan kakinya 45 derajat agar darah dan oksigen naik ke otak, setelah itu biasanya akan sadar sendiri.
“Prinsip pertolongan pertama adalah hal pertama yang bisa dilakukan sebelum penderita mendapat rujukan. Tujuan kita menolong menyelamatkan jiwa, mencegah terjadinya cacat, membuat nyaman dan menunjang proses penyembuhan,” pungkasnya.(zul) Edisi 17/2015
35
kuliner sehat 36
Edisi 17/2015
kuliner sehat
Roti Sehat ala IPB;
Rasa Kencur dan Bawang Putih
R
esto Taman Koleksi yang berada di area Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Baranangsiang Bogor, kini menghadirkan menu andalan baru berupa Roti Sehat. Alasan pemberian nama Roti Sehat adalah karena bahan dasar pembuatan roti terbuat dari tepung rendah protein, tidak menggunakan telur dan margarin serta penggunaan olive oil dalam proses penggorengan rotinya. “Roti berbahan baku terigu atau gandum ini memiliki nilai khusus, yakni menyajikan aroma rempah-rempah yang sehat dan menggunakan wadah khusus untuk saos filler-nya,” ujar Trilia Gunawan selaku operasional Resto Taman Koleksi itu. Roti Sehat memiliki dua pilihan jenis, yakni roti gandum atau terigu dengan rasa kencur atau garlic (bawang putih). Hidangan Roti Sehat dapat dinikmati dengan empat rasa saos, yaitu rendang, salmon, kari dan vegetable. Saos dapat disuntikkan ke dalam Roti Sehat, atau bisa juga dicocol. “Semua saus racikan sendiri dengan bumbu pilihan dan tidak ada tambahan MSG, pengawet maupun pewarna,” katanya.
Proses pembuatannya pun sangat mudah. Tepung gandum, gula, garam, rempah dan air dicampur terus hingga kalis, diamkan selama 15 menit. Setelah dingin, adonan bisa disimpan di lemari pendingin maupun freezer. Ketika akan disantap adonan yang sudah dikeluarkan dari mesin pendingin diberi toping kemudian baru digoreng. Roti Sehat ini bisa bertahan 2-8 bulan, tergantung tempat penyimpanannya. Jika disimpan di chiller, adonan akan bertahan dua bulan. Namun jika disimpan di freezer daya tahannya bisa mencapai delapan bulan.
Harga satu paket Roti Sehat dijual Rp 24.000, terdiri atas tiga roti dan satu jenis saos (untuk saos, konsumen bebas memilih). Roti tersebut juga dapat dibeli secara satuan begitu juga pilihan saosnya. “Sejak pertama kali launching, respon pembeli bagus, bisa terjual di luar ekspektasi kami. Yang lebih banyak terjual adalah roti gandum kencur saos rendang dan saos salmon. Satu paket tiga roti dengan pilihan saos satu, kami jual dengan harga 24 ribu rupiah. Kalau mau tambah lagi kita bisa jual roti saja maupun saos saja,” ujar Lia, sapaan akrabnya. “Kuliner yang ada di Bogor sangat banyak, yang enak juga banyak. Namun bukan hanya enak yang perlu diutamakan, tapi juga sehat. Itu yang kita tonjolkan, karena untuk sehat itu mahal kan,” tambahnya. Resto Taman Koleksi berkomitmen untuk terus menawarkan menu sehat dan suasana asri, yaitu di bawah pohon-pohon rindang. Makanan pun disajikan berkonsep sehat. Selain produk baru ini, ada beragam menu sehat lain yang ditawarkan yang unik. Diantaranya menu yang diracik dari hasil inovasi peneliti IPB. “Menu unik yang kita kembangkan berdasarkan hasil inovasi para peneliti IPB diantaranya beras analog dan mie jagung. Untuk beras analog, kita kembangkan Nasi Analog Nusantara dan Bubur Manado Analog. Untuk mie jagung kami kembangkan mie hotplate, ifu mie, serta mie jagung goreng. Untuk produk minuman, resto ini memanfaatkan inovasi jamu-jamuan dari Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB, serta madu IPB,” pungkasnya. (zul)
Edisi 17/2015
37
wisata kampus
RSHP IPB
Sediakan Sarana Penitipan Hewan
R
umah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (RSHP FKH IPB) berdiri sejak tahun 2000 dan memulai pelayanan kesehatan hewan pada tahun 2001. RSHP FKH IPB memiliki beberapa tugas dan fungsi. Pertama, RSHP IPB menunjang program pendidikan sarjana
38
Edisi 17/2015
dan pendidikan profesi dokter hewan. Kedua, RSH IPB memberikan pelayanan kesehatan kepada hewan selaku pasien dan masyarakat pemilik hewan serta lingkungan. Ketiga, RSHP IPB memberikan fasilitas untuk penelitian bagi dosen/mahasiswa IPB dan di luar IPB dengan penelitian yang terkait penggunaan hewan. Kepala RSHP FKH IPB, Prof.drh. Deni Noviana, Ph.D mengatakan, sampai dengan tahun 2014, pengelola RSHP IPB bertanggung jawab langsung kepada pusat yaitu Rektor IPB. Pada tahun 2015 ini, dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi rumah sakit hewan sebagai sarana bagi pendidikan profesi kedokteran hewan, terjadi perubahan tata kelola yaitu manajemen rumah sakit hewan dilakukan di bawah FKH IPB. Selain memiliki fungsi pendidikan, RSHP FKH IPB hingga saat ini telah memberikan pelayanan kesehatan hewan dengan baik.
wisata kampus Dalam fungsi pelayanan, terdapat pelayanan rutin, rawat jalan, dan rawat inap yang sifatnya sehat (penitipan hewan). “Setiap tahunnya, RSHP FKH IPB melakukan pelayanan penitipan hewan yang ingin menitipkan hewan pada hari raya tertentu seperti Idul Fitri dan Natal. Hewan yang selama ini dititipkan di sini adalah kucing dan anjing dengan presentase lebih banyak yang menitipkan kucing dibanding anjing,” ujarnya. “Di daerah Bogor sudah banyak penitipan hewan, tapi yang memiliki fasilitas yang besar dan memadai khususnya untuk anjing hanya ada di RSHP FKH IPB. Penitip tidak hanya dari pemilik, tapi dari dokter-dokter hewan di sekitar Bogor yang memiliki keterbatasan tempat,” imbuhnya. Salah satu Dokter Hewan tetap RSHP IPB, drh. Arni Diana Fitri menyatakan fasilitas yang ada di RSHP IPB sangat baik dan memadai, memiliki lebih dari seratus kandang kucing stainless dan dua bangunan atau lebih dari empat puluh kandang anjing besar. Dokter Hewan di rumah sakit terluas seIndonesia ini memaparkan, “RSHP IPB memiliki fasilitas penunjang lebih banyak, udara lebih sejuk dan tempat bermain bagi hewan yang luas. Tarif yang ditawarkan pun cukup murah. Tarif di RSHP FKH IPB diukur berdasarkan berat badan hewan yang akan dititipkan. Jasa
“Selain memiliki fungsi pendidikan, RSHP FKH IPB hingga saat ini telah memberikan pelayanan kesehatan hewan dengan baik.” Prof.drh. Deni Noviana, Ph.D
“RSHP IPB memiliki fasilitas penunjang lebih banyak, udara lebih sejuk dan tempat bermain bagi hewan yang luas. Tarif yang ditawarkan pun cukup murah...” drh. Arni Diana Fitri
Konsultasi juga ditawarkan secara on call pada Senin-Minggu jam 08.00-15.30 WIB, dan untuk emergency kasus dapat dilayani 24 jam”. RSHP IPB juga sering menerima kunjungan dari berbagai sekolah dan tamu institusi. “Saat ini RSHP IPB sering menerima kunjungan siswa dari berbagai jenjang pendidikan dan tamu institusi. Biasanya mereka datang ke RSHP IPB untuk belajar terkait perawatan hewan dan menjadi sarana pendidikan tentang hewan sejak dini seperti kesehatan hewan, cara memperlakukan hewan dan tanggung jawab mereka sebagai pemelihara hewan,” papar drh. Arni Diana Fitri. Bagi pemilik hewan yang ingin menitipkan hewan peliharaannya pada hari raya dapat mengunjungi RSHP FKH IPB di Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor atau telp ke (0251) 8425503. “Mudah-mudahan pelayanan di RSHP IPB lebih baik lagi dan semakin banyak masyarakat yang aware terhadap kesehatan hewan. Selain itu, kami berharap ke depan RSHP IPB dapat menunjang dan menjadi rujukan pendidikan dokter spesialis bagi dokter hewan dan kami juga terus meningkatkan kerjasama dengan dokter-dokter hewan di Bogor karena kami memiliki fasilitas alat yang baik dan agar intensitas penggunaan alat-alat di RSHP IPB dapat lebih optimal,” pungkas Prof Deni. (RF) Edisi 17/2015
39
Indahnya Berbagi
Petis Madura
R
ahmatul Jannah, mahasiswa Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu mahasiswa asal Madura yang berhasil masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Awalnya tidak terlintas di benak Rahma untuk kuliah di IPB, karena menurutnya lokasi IPB cukup jauh dari tempat tinggalnya. Namun sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Madura (GASISMA) memotivasinya untuk tidak takut masuk IPB walaupun berada nun jauh dari tempat tinggalnya. Ia banyak diyakinkan oleh kakak kelas angkatannya yang telah lebih dulu masuk IPB. Betul saja saat penerimaan mahasiswa baru, kakak angkatan yang tergabung dalam organisasi Mahasiswa Madura telah
40
Edisi 17/2015
menyiapkan begitu rapi persiapan adik-adiknya untuk berangkat ke IPB. Menurut Rahma, ia dan mahasiswa baru lainnya dikumpulkan dan diberi penjelasan bagaimana teknis keberangkatan ke Bogor, sehingga ia merasa tidak sendiri. Sesampainya di IPB, ternyata kakak angkatannya telah menyiapkan segala sesuatu yang ia dan orangtuanya perlukan, seperti penginapan dan sebagainya. Saat satu tahun berada di Tingkat Persiapan Bersama (TPB ), Rahma satu kamar dengan Astria asal Bandung dan Sumayah asal Tangerang. Ketika Astria bercakap-cakap dengan sesama orang Bandung, Rahma seringkali tertegun tidak mengerti bahasa Sunda yang disampaikan Astria, begitu juga dengan Astria, sering tidak mengerti bahasa yang disampaikan Rahma yang asal Madura.
budaya
Terkait bahasa pernah suatu waktu Rahma ingin menirukan bahasa yang dipakai kedua temannya, “Ngareunghap heula” yang artinya nafas dulu, tetapi usaha Rahma ini malah menjadi tertawaan temannya karena logat dan gayanya berbeda. Giliran Astria menirukan gaya bahasanya saat mendapat telpon dari kedua orangtuanya dalam bahasa Madura, “badha dimmah?” yang artinya ada dimana nih? Tidak hanya itu, dalam setiap diskusi dengan teman-temannya, Rahma yang merasa gaya bicaranya biasa-biasa saja, sering kali diminta untuk menurunkan volume suaranya, karena dianggap terlalu lantang sehingga menurut mereka ia marah-marah. “Padahal saya bicara tidak marah. Saya mengambil kesimpulan, mungkin karena bahasa sehari-hari saya di Madura yang memiliki intonasi tinggi,” ujarnya. Terkait makanan, Rahma kurang bersemangat ketika pertama kali makan di sekitar kampus IPB, karena ikan-ikannya tidak sesegar ikan di daerahnya. Karena tempat tinggalnya sangat dekat dengan laut, ikan yang dimasak orangtuanya merupakan ikan-ikan yang segar,
sehingga ia bisa membedakan mana ikan segar dan tidak. Namun di sini jarang ikan yang segar seperti di kampungnya. Rahma juga merasa aneh ketika merasakan makan rujak dengan memakai gula merah. Karena di daerahnya ngerujak biasa memakai sambal petis. Sambal petis merupakan sambal dengan menggunakan bahan dari minyak ikan. Ketika merasa kangen dengan masakan asal daerahnya, ia pun mencari warung yang menyiapkan masakan Madura. “Di sini paling yang sering ditemui adalah sate. Namun tetap saja beda,” imbuhnya. Rahma kini banyak belajar dari banyaknya perbedaan yang ia jumpai saat jauh dari kampung halaman. Ia bahkan mengaku senang, karena kini lidahnya semakin terbiasa merasakan makanan khas nusantara lainnya. Saat pulang ke Madura, tak jarang ia bawa serta makanan khas Bandung atau Bogor sebagai oleh-oleh untuk orang rumah. Sebaliknya, ia pun berbagi petis Madura untuk temantemannya di IPB. (dh)
Edisi 17/2015
41
dinamika kampus
K
ampus Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki sejumlah tempat jajanan yang bersih dan sehat, yang dikelola oleh Direktorat Pengembangan Bisnis IPB. Direktorat ini menata para penjual makanan yang ada di lingkungan IPB dengan baik dan terarah. Sebelumnya, para penjual makanan tidak terkoordinir dengan baik, mereka berjualan di sembarang tempat, yang mengakibatkan lingkungan kampus kumuh dan kotor.
Perlahan namun pasti, pada kisaran tahun 2008 penataan dilakukan dengan benar. Semua ini dalam rangka memberikan pelayanan bagi warga kampus untuk mendapatkan pelayanan makanan yang sehat, ditunjang dengan kebersihan yang baik, mudah aksesnya, dan harga terjangkau.
Untuk ini, pengelola menyediakan sejumlah corner yang dijadikan kantin, sehingga para penjual bisa tenang dan nyaman untuk berjualan dan memberikan sajian makan yang bersih dan sehat. Begitu pula para pembeli dapat menikmati makanan dengan sehat.
Tempat Jajanan Sehat Ala IPB
42
Edisi 17/2015
dinamika kampus Program ini bisa jadi pemicu supaya tumbuh kesadaran di lingkungan kampus akan arti penting dari hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu, program corner dan kantin sehat akan terus dikembangkan. Pengembangan corner dan kantin sehat, termasuk pemberian bimbingan teknis pengelola corner dan kantin, pada dasarnya merupakan bagian dari pembentukan budaya sehat. Setiap pedagang di corner dan kantin di lingkungan kampus mendapatkan pelatihan dan pemahaman tentang corner dan kantin sehat, bersih dan halal. Sanksi pun ditegakkan jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tata laksana corner dan kantin sehat, bersih dan halal, mulai dari teguran lisan, teguran tertulis dan pencabutan ijin jualan di lingkungan kampus.
Rektor IPB menginginkan ke depan semua bahan baku dari kantin dan corner berasal dari kebun IPB. Semua penjual harus membeli produk yang dihasilkan oleh IPB dan desa-desa binaan IPB. Di Kampus IPB Darmaga ada beberapa titik corner dan kantin. Penamaan lokasi ini berdasarkan warna dasar dari tiap corner, seperti Blue Corner di samping Gor lama IPB, Red Corner di depan SMA Kornita, Yellow Corner di depan Grha Widya Wisuda, Purple Corner di lingkungan Asrama Putri. Sementara itu, kantin ada di sekitar Asrama Putri, kantin Geulis di depan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), dan kantin Makjan dekat Danau LSI. Semua corner dan kantin diawasi langsung, dimonitor dan diberikan pembinaan agar produk makanan benar-benar sehat. Makanan yang disajikan harus dari sumber yang terpercaya, sehat, dan tidak mengandung bahan pengawet. Kantin-kantin yang ada di tiap fakultas, pengelolaannya oleh dekanat. Direktorat Pengembangan Bisnis IPB, hanya melakukan monitoring dan pembinaan terhadap kantin yang ada di fakultas. (awl)
Edisi 17/2015
43
Bogor Agricultural University
IPB Buka Program
Sarjana Bisnis
“Creating New Entrepreneurs and New Ventures”
di Sekolah Bisnis
Setelah berkiprah lebih dari 23 tahun Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB (MB-IPB) berhasil membangun reputasi yang sangat baik sebagai salah satu lembaga pendidikan bisnis di Indonesia. Pada tahun 2013 MB-IPB bahkan dinobatkan sebagai Sekolah Bisnis terbaik se-CIVETS (Colombia, Indonesia, Vietnam, Egypt, Turkey, South Africa) dan terbaik kedua se-ASEAN versi Webometrics. Dalam rangka pengembangan kelembagaan, IPB mengelevasi MB-IPB menjadi full- fledged Sekolah Bisnis yang menawarkan program Sarjana, Magister sampai dengan Doktoral. Pada Tahun Akademik 2015/2016 Program Studi Sarjana (S1) Bisnis mulai dibuka sebagai bagian dari Sekolah Bisnis IPB (SBIPB). Program studi ini dirancang untuk merespon tuntutan bangsa dan pasar agar lahir para wirausahawan muda yang handal, yang mampu mengelola kekayaan sektor pertanian, kelautan dan bio-sains tropika yang dimiliki oleh Indonesia secara profesional dan berkelanjutan. Jumlah wirausahawan muda dalam bidang bisnis dan industri berbasis pertanian, kelautan dan bio-sains tropika, saat ini dinilai masih sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan bangsa. Bekal ilmu pengetahuan yang komprehensif dan implementatif belum cukup dalam mempersiapkan para mahasiswa untuk menjadi entrepreneur. Untuk itu, di SB-IPB mahasiswa diyakinkan bahwa bisnis merupakan jalan karir mereka yang menjanjikan. Dimulai sejak dalam proses pendidikan, mahasiswa diajarkan untuk mendirikan dan menjalankan bisnis secara riil. Alasan memilih Program Sarjana Bisnis IPB Program Sarjana Bisnis merupakan pengembangan terakhir dari Program Magister dan Doktor yang selama ini telah mempunyai reputasi yang sangat baik diantaranya: 1. Diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dengan reputasi yang sangat baik. 2. Sumberdaya pengajar yang berpengalaman termasuk pengalaman bisnis yang nyata. 3. Memiliki link & match dengan industri/perusahaan ternama (studi banding, magang, employment opportunity). 4. Program kemahasiswaan yang khas (CEO Talk Series and Entrepreneurial Development, Field Trips, Klub Kewirausahaan dan Kompetisi Ide Bisnis) 5. Berkesempatan mengikuti Dual Degree Program dengan berbagai universitas ternama di dunia
Program S1 Bisnis IPB dirancang untuk menghasilkan lulusan yang bermoral, berjiwa entrepreneur, berpikir strategis, bertindak taktis dan berkarya inovatif. Dengan kompetensi tersebut, setiap lulusan dididik untuk : 1. Mampu melihat peluang dan memiliki keberanian untuk memulai bisnis. 2. Memiliki kemampuan manajerial dalam mengelola bisnis. 3. Mampu berkomunikasi secara efektif dalam menjalankan bisnis. 4. Mampu berpikir analitis untuk mengambil keputusan bisnis dan pengembangan potensi pribadi. 5. Mampu memutuskan dan berpikir strategis serta berani mengambil risiko. 6. Memiliki kepedulian dan rasa tanggung jawab yang besar terhadap aspek lingkungan dan etika dalam menjalankan bisnis. Untuk mencapai kompetensi tersebut, racikan kurikulum yang inovatif disampaikan oleh pengajar dan praktisi yang berpengalaman serta didukung dengan fasilitas lengkap. Kuliah dan praktikum di kelas diperkaya dengan praktik-praktik bisnis dan kunjungan serta benchmarking ke berbagai perusahaan ternama. Selain itu mahasiswa mendapatkan pendidikan soft-skills mengenai cara mengorganisasi diri sendiri maupun orang lain, bekerja dalam tim, kemampuan dalam bidang strategi komunikasi, serta bagaimana mengambil keputusan sulit di tengah kondisi yang rumit, baik secara klasikal maupun melalui kegiatan ekstra kurikuler di dalam atau di luar kampus. Kurikulum dirancang secara komprehensif untuk membekali para mahasiswa belajar bagaimana mengidentifikasi peluang pasar, strategi eksekusi solusi yang inovatif, pengelolaan sumberdaya perusahaan yang efisien, mitigasi risiko dan isuisu kelayakan berdasarkan prinsip creating shared values. Lulusan S1 Bisnis akan bergelar Sarjana Bisnis (S.Bns). Program ini akan menghasilkan seorang entrepreneur, yang tidak hanya handal dalam keahlian manajemen tapi juga memiliki mentalitas seorang entrepreneur. Peluang karir untuk lulusan Sarjana Bisnis antara lain menjadi entrepreneur yang mampu mendirikan perusahaan atau usaha sendiri, menempati posisi-posisi strategis dalam manajemen dan eksekutif di berbagai instansi atau perusahaan, maupun menjadi konsultan bisnis yang handal. Info: Kampus IPB Darmaga Bogor - Jawa Barat 16680 Telp/Fax. 0251-8425635, 0251-8313813, Hp. 08111108358 Email:
[email protected],
[email protected]
Follow us on twitter: @sbipb facebook: Sekolah Bisnis IPB
Institut Pertanian Bogor www.admisi.ipb.ac.id BogorAgriculturalUniversity @ipbofficial
Mencari dan Memberi Yang Terbaik
ipb.ac.id A. Fakultas Pertanian:
- Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan - Program Studi Agronomi dan Hortikultura - Program Studi Proteksi Tanaman - Program Studi Arsitektur Lansekap
B. Fakultas Kedokteran Hewan: - Program Studi Kedokteran Hewan
C. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan:
- Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya - Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Program Studi Teknologi Hasil Perairan - Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap - Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan
D. Fakultas Peternakan:
- Program Studi Teknologi Produksi Ternak - Program Studi Nutrisi dan Teknologi Pakan
E. Fakultas Kehutanan:
- Program Studi Manajemen Hutan - Program Studi Teknologi Hasil Hutan - Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata - Program Studi Silvikultur
F. Fakultas Teknologi Pertanian:
- Program Studi Teknik Mesin dan Biosistem - Program Studi Teknologi Pangan - Program Studi Teknologi Industri Pertanian - Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan
G. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: - Program Studi Statistika - Program Studi Meteorologi Terapan -Program Studi Biologi - Program Studi Kimia - Program Studi Matematika - Program Studi Ilmu Komputer - Program Studi Fisika - Program Studi Biokimia
H. Fakultas Ekonomi dan Manajemen:
- Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan - Program Studi Manajemen - Program Studi Agribisnis - Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan - Program Studi Ekonomi Syariah
I. Fakultas Ekologi Manusia:
- Program Studi Ilmu Gizi - Program Studi Ilmu Keluarga dan Konsumen - Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
J. Program Pendidikan Diploma
K. Sekolah Bisnis
INFORMASI: Kampus Institut Pertanian Bogor Edisi 17/2015 Jl. Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Jawa Barat, Indonesia Telp/Faks. 0251-8625763 . Email :
[email protected],id
45