Bab 2 Data dan Analisa
2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber terpercaya antara lain: 1.
Data elektronik maupun non elektronik berupa artikel media cetak (versi cetak dan online/ internet).
2.
Wawancara khusus dari nara sumber terpercaya yang berasal dari pihak terkait : Pak Biem selaku putra ke tiga dari Benyamin S, Pak Haji Zainin selaku sahabat dari Benyamin S , Staf Ben’ s Radio yang merupakan radio kepunyaan dari sang Almarhum Benyamin S dan Putra dari Almarhum Benyamin S .
3.
Pencarian data dari buku- buku yang sebelumnya pernah terbit dan digunakan untuk menjadi faktor pendukung dalam pengumpulan data.
4.
Data dan Publikasi yang didapat dengan Seijin dari pihak Keluarga Almarhum, Ben’s Radio dan dari penulis buku ” Kompor Meleduk”
2.2 Data Dalam buku publikasi tentang Almarhum Benyamin S ini adalah sebuah buku autobiografi yang memiliki isi atau cerita tentang kehidupan perjalanan seorang Benyamin S baik dari masa kecil beliau, masa remaja, masa keemasan yang merupakan masa saat beliau mencapai sesuatu yang sangat luar biasa, masa masa usia lanjut dan sampai masa sebelum beliau meninggal dunia sebagai seorang tokoh yang memiliki
4
dedikasi luar biasa untuk kita dari segi seni, segi panggung hiburan dan segi manusia seutuhnya yang bisa kita jadikan teladan. Buku biografi ini akan menceritakan dari awal sampai akhir perjalanan seorang Legenda betawi. Dengan data atau informasi potongan cerita sebagai berikut : Benyamin Sueb (1939-1995) Seniman Betawi Serba Bisa Benyamin lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939. Benyamin Sueb memang sosok panutan. Kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung. Lebih dari 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan tersebut. Ia menjadi figur yang melegenda di kalangan masyarakat Betawi khususnya karena berhasil menjadikan budaya Betawi dikenal luas hingga ke mancanegara. Celetukan ‘muke lu jauh’ atau ‘kingkong lu lawan’ pasti mengingatkan masyarakat pada Benyamin Sueb, seniman Betawi serba bisa yang sudah menghasilkan kurang lebih 75 album musik, 53 judul film serta menyabet dua Piala Citra ini. Sejak kecil, Benyamin Sueb sudah merasakan getirnya kehidupan. Bungsu delapan bersaudara pasangan Suaeb-Aisyah kehilangan bapaknya sejak umur dua tahun. Karena kondisi ekonomi keluarga yang tak menentu, si kocak Ben sejak umur tiga tahun diijinkan ngamen keliling kampung dan hasilnya buat biaya sekolah kakak-kakaknya. Benyamin sering mengamen ke tetangga menyanyikan lagu Sunda Ujang-Ujang Nur sambil bergoyang badan. Orang yang melihat aksinya menjadi tertawa lalu memberikannya recehan 5 sen dan sepotong kue sebagai ‘imbalan'. Penampilan Benyamin kecil memang sudah beda, sifatnya yang jahil namun humoris membuat Benyamin disenangi teman-temannya. Seniman yang lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939 ini sudah terlihat bakatnya sejak anak-anak. 5
Bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang kakek, dua engkong Benyamin yaitu Saiti, peniup klarinet dan Haji Ung, pemain Dulmuluk, sebuah teater rakyat menurunkan darah seni itu dan Haji Ung (Jiung) yang juga pemain teater rakyat di zaman kolonial Belanda. Sewaktu kecil, bersama 7 kakak-kakaknya, Benyamin sempat membuat orkes kaleng. Benyamin bersama saudara-saudaranya membuat alat-alat musik dari barang bekas. Rebab dari kotak obat, stem basnya dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit. Dengan ‘alat musik’ itu mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu. Kelompok musik kaleng rombeng yang dibentuk Benyamin saat berusia 6 tahun menjadi cikal bakal kiprah Benyamin di dunia seni. Dari tujuh saudara kandungnya, Rohani (kakak pertama), Moh Noer (kedua), Otto Suprapto (ketiga), Siti Rohaya (keempat), Moenadji (kelima), Ruslan (keenam), dan Saidi (ketujuh), tercatat hanya Benyamin yang memiliki nama besar sebagai seniman Betawi. Benyamin memulai Sekolah Dasar (dulu disebut Sekolah Rakyat) Bendungan Jago sejak umur 7 tahun. Sifatnya yang periang, pemberani, kocak, pintar dan disiplin, ditambah suaranya yang bagus dan banyak teman, menjadikan Ben sering ditraktir teman-teman sekolahnya. SD kelas 5-6 pindah ke SD Santo Yusuf Bandung. SMP di Jakarta lagi, masuk Taman Madya Cikini. Satu sekolahan dengan pelawak Ateng. Di sekolah Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika akan kenaikan kelas, ia mengancam, “Kalau gue kagak naik lantaran aljabar, awas!” Lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran. Sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, tapi tidak tamat. 6
Benyamin mengaku tidak punya cita-cita yang pasti. “Tergantung kondisi,” kata penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini. Benyamin pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang ibunya. Ia akhirnya menjadi pedagang roti dorong. Pada 1959, ia ditawari bekerja di perusahaan bis PPD, langsung diterima . “Tidak ada pilihan lain,” katanya. Pangkatnya cuma kenek, dengan trayek Lapangan Banteng - Pasar Rumput. Itu pun tidak lama. “Habis, gaji tetap belum terima, dapat sopir ngajarin korupsi melulu,” tuturnya. Korupsi yang dimaksud ialah, ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan. Ia sendiri mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa. Sialnya, tertangkap basah ketika ada razia. Benyamin tidak berani lagi muncul ke pool bis PPD. Kabur, daripada diusut. Baru setelah menikah dengan Noni pada 1959 (mereka bercerai 7 Juli 1979, tetapi rujuk kembali pada tahun itu juga), Benyamin kembali menekuni musik. Bersama teman-teman sekampung di Kemayoran, mereka membentuk Melodyan Boy. Benyamin nyanyi sambil memainkan bongo. Bersama bandnya ini pula, dua lagu Benyamin terkenang sampai sekarang, Si Jampang dan Nonton Bioskop. Sebenarnya selain menekuni dunia seni, Benyamin juga sempat menimba ilmu dan bekerja di lahan yang ‘serius’ diantaranya : 1.
Kursus
Lembaga
Pembinaan
Perusahaan
dan
Pembinaan
Ketatalaksanaan (1960). 2.
Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964).
3.
Bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960).
4.
Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969). 7
5.
Dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969).
Dari berkesenian, hidup Benyamin (dan keluarganya) berbalik tak lagi getir. Debutnya Si Jampang, mengalir setelah itu Kompor Mleduk belakangan dinyanyikan ulang oleh Harapan Jaya, Begini Begitu (duet Ida Royani), Nonton Bioskop (dibawakan Bing Slamet) dan puluhan lagu karya Benyamin yang lain. Tidak puas dengan hanya menyanyi, Benyamin lalu main film. Benyamin tidak selalu menjadi bintang utama di setiap filmnya. Seperti layaknya semua orang, ada proses dimana Benyamin "hanya" menjadi figuran atau paling mentok menjadi aktor pembantu. Dalam hal ini, paling tidak ada dua nama yang patut disebut, yaitu Bing Slamet dan Sjuman Djaya. Walau sudah merintis karir sebagai "bintang film" lewat film perdananya, Banteng Betawi (Nawi Ismail,1971) yang merupakan lanjutan dari Si Pitung (Nawi Ismail, 1970), tetapi kedua nama besar itulah yang mempertajam kemampuan akting Benyamin. Dalam "berguru" dengan Bing Slamet, Benyamin tidak saja bekerja sama dalam hal musik - seperti dalam lagu Nonton Bioskop dan Brang Breng Brong. Tapi dalam hal film pun dilakoninya. Terlihat dengan jelas, di film Ambisi (Nya Abbas Acup, 1973) sebuah "komidi musikal" yang diotaki oleh Bing Slamet - Benyamin menjadi teman sang aktor utama, Bing Slamet menjadi penyiar Undur-Undur Broadcasting. Di film ini, sudah terlihat gaya "asal goblek" Benyamin yang penuh improvisasi dan memancing tawa. Di sini, dia berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Tukang Sayur. Tetapi, sebenarnya, setahun sebelumnya, Benyamin juga diajak ikutan main Bing Slamet Setan Djalanan (Hasmanan, 1972). Karena itulah, saat sahabatnya itu wafat pada 17 Desember 1974, Benyamin tak dapat menahan tangisnya.
8
Dengan Sjuman Djaya, Benyamin diajak main Si Doel Anak Betawi (Sjuman Djaya, 1973). Dirinya menjadi ayah si Doel, yang diperankan oleh Rano Karno kecil. Perannya serius tapi, seperti stereotipe orang Betawi, kocak dan tetap "asal goblek". Adegan terdasyat film ini adalah saat pertemuan antara abang-adik yang diperankan oleh Benyamin dan Sjuman Djaya sendiri, terlihat ketegangan dan kepiawaian akting keduanya yang mampu mengaduk-aduk emosi penonton. Talenta itu direkam oleh ayah dari Djenar Maesa Ayu dan Aksan Syuman, dan dua tahun kemudian Benyamin pun main film sekuelnya, Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975). Kali ini Benyamin menjadi bintang utamanya, dan meraih Piala Citra. Yang menarik, lebih dari dua puluh tahun kemudian Rano Karno membuat versi sinetronnya. Castingnya nyaris sama: Rano sebagai Si Doel, Benyamin sebagai ayahnya - selain theme song-nya dan settingnya yang hanya diubah sedikit saja. Lagi-lagi Benyamin menjadi aktor pendukung, tapi kehadirannya sungguh bermakna. Sebenarnya ada satu lagi film yang dirinya bukan aktor utama, tetapi sangat dominan bahkan namanya dijadikan subjudul atawa tagline: Benyamin vs Drakula. Film itu adalah Drakula Mantu, karya si Raja Komedi Nyak Abbas Akub tahun 1974. Film bergenre komedi horor itu "memaksa" Benyamin beradu akting dengan Tan Tjeng Bok, si aktor tiga zaman. Begitulah, meski beberapa kali pernah tidak "menjabat" sebagai aktor utama, tetapi kehadirannya mencuri perhatian penonton saat itu. Penyanyi Beneran Tahun 1992, saat sibuk main sinetron dan film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) Benyamin mengutarakan keinginannya pada Harry Sabar, "Gue mau dong rekaman kayak penyanyi beneran."
9
Maka, bersama Harry Sabar, Keenan Nasution, Odink Nasution, dan Aditya, jadilah band Gambang Kromong Al-Haj dengan album Biang Kerok. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut. Inilah band dan album terakhir Benyamin. "Di lagu itu, entah kenapa, Ben menyanyi seperti berdoa, khusuk. Coba saja dengar Ampunan," jelas Harry, sang music director. "Mungkin sudah tahu kalau hidupnya tinggal sebentar," imbuhnya. Memang betul, setelah album itu keluar, Benyamin sakit keras, dan rencana promosi ditunda dan tak pernah lagi terwujud kecuali beberapa pentas. Di album ini, Benyamin menyanyi dengan "serius". Tetapi, lagi-lagi, seserius apa pun, tetap saja orang-orang yang terlibat tertawa terpingkal-pingkal saat Benyamin rekaman lagu I’m a Teacher dan Kisah Kucing Tua dengan penuh improvisasi. Sementara lagu Dingin Dingin Dimandiin dan Biang Kerok bernuansa cadas. Dan Ampunanmu kental dengan progressive rock, diantaranya nuansa Watcher of the Sky dari Genesis era Peter Gabriel. Yang menarik, masih menurut Harry, saat Benyamin menonton Earth, Wind, and Fire di Amerika - saat menjenguk anaknya yang kuliah di sana - dia langsung komentar, "Nyanyi yang kayak gitu, asyik kali ye?", dan nuansa itu pun hadir di beberapa lagu di album itu, salah satunya dengan sedikit sentuhan Lady Madonna dari The Beatles. Dari aktor dan pelawak yang pernah tampil dalam variety show Benjamin Show sambil tour dari kota ke kota sampai Malaysia dan Singapura ini muncul banyak idiom atau celetukan yang sampai kini masih melekat di telinga masyarakat, khususnya warga Jakarta. Sebut saja, aje gile, ma'di kepe, atau ma'di rodok, yang semuanya lahir dari lidah Benyamin. 10
Benyamin yang telah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung Ia bukan lagi sekadar sebagai tokoh masyarakat Betawi, melainkan legenda seniman terbesar yang pernah ada. Karena itu banyak orang merasa kehilangan saat dirinya dipanggil Yang Maha Kuasa. Dari data dan cerita yang didapat merupakan kutipan dari buku Kompor Meleduk dan Muka Kampung Rejeki Kota . Foto publikasi yang didapat berasal dari Keluarga Almarhum dengan Izin yang sudah dilampirkan dan disetujui oleh pihak keluarga, ada juga foto publikasi yang berasal dari Bens radio yang masih merupakan bersangkut paut dengan keluarga almarhum dan Penulis buku Kompor Meleduk Mba Yuni dan semuanya didapat melalui beberapa pihak diatas dengan izin yang disetujui oleh pihak pemberi data beserta foto foto yang didapat dari media lainnya. Berikutnya alur penulisan buku diatas adalah seuai dengan nama topiknya yaitu ”Perjalanan Sang Legenda Betawi” yaitu perjalanan dari beliau masa kanak-kanak, beranjak dewasa menjadi remaja menuju ke masa keemasannya lalu masa tua beliau yang sukses dan menjadi panutan dan sampai terakhir beliau meninggal dunia dipanggil Yang Kuasa. Target dari Publishing “ Biograpi Benyamin S si Biang Kerok “ ini adalah sebagai berikut: Psikografi: Tingkat sosial : B - A Gaya hidup : Santai, suka membaca dan menyukai sesuatu yang unik. Kepribadian : Berkepribadian cukup modern dan menyukai hal yang baru. 11
Perilaku : Menyukai buku dan mencintai seni. Demografi: Usia : 20- 45 tahun Jenis kelamin : pria maupun wanita Biografi: Domisili : Daerah kota dan sekitarnya. Wilayah : DKI JAKARTA dan sekitarnya. Kepadatan : Pusat kota dan di daerah.
Untuk saat ini kompetitor buku autobiografi visual dan penulis belum terlalu padat, terutama untuk penulis dan pencipta buku yang menulis tentang Almarhum Benyamin S ini masih tidak terlalu banyak. Karena itu untuk masalah kompetitor belum terlalu banyak, mungkin karena sekarang ini mereka lebih banyak menulis tentang tema tema sosial yang banyak terjadi dan akhirnya penulis jarang membahas tentang autobiografi dari seorang tokoh saat ini. Keunggulan dari Publikasi ini adalah sebuah tema dan tokoh yang kemungkinan jarang diangkat dan juga unsur betawi beserta mood yang diangkat diharapkan mampu menjadi faktor pendukung yang bisa membuat tema ini menjadi menarik dari tema tema lainnya. Strength ( Kekuatan ) 1. Benyamin S adalah seorang tokoh masyarakat betawi yang luar biasa yang menarik untuk menjadi sebuah topik. 2. Buku publikasi tentang tokoh benyamin ini akan mengangkat sifat yang berkarakter dari seorang Benyamin yang kuat. 12
3. Banyak dari kita yang tertarik pada beliau dan masih menunggu sesuatu dari beliau yang menarik. Weakness (Kelemahan) 1. Termasuk artis lawas, sehingga banyak yang kurang tertarik. Opportunity ( Kesempatan ) 1. Cukup banyak diantara kita yang masih tertarik pada sosok Beliau sebagai sosok yang menarik, bukan sekedar dari sisi sang seniman tapi lebih ke arah pribadi sang Tokoh Benyamin S ini. 2. Dari beberapa kalangan yang mencintai dan menghargai seni memiliki tingkat apresiasi yang cukup baik sehingga memungkinkan untuk menarik peminat terhadap buku biografi ini. 3. Adanya Fans Club dari Benyamin S dan beberapa forum betawi yang sampai sekarang masih menunggu apresiasinya terhadap Benyamin S ini. 4. Ben’s radio merupakan bukti awal untuk Benyamin untuk menyatakan, Benyamin masih mengudara dan ada disekitar kita. Threat ( Ancaman ) 1. Minat baca yang kurang dari kebanyakan masyarakat kita yang mungkin akhirnya berefek kurang baik untuk publikasi dari sebuah buku karena dianggap oleh pebisnis tidak menguntungkan dan menjadi bisnis mati. 2. Kurangnya minat dari pihak percetakan atau sponsor untuk berani menerbitkan buku ini karena takut tidak laku karena sekarang ini kebanyakan pasar lebih memilih buku cerita atau novel dibandingkan buku biografi dari sebuah tokoh. 3. Banyaknya kalangan modern sekarang lebih mencari tokoh tokoh mancanegara yang sekarang ini sedang menjadi trend dan terkenal di dunia, mungkin seperti 13
biografi penyanyi, artis ataupun otlet bola atau yang lainnya yang sekarang ini menjadi superstar terutama di kalangan masyarakat muda. 4. Kurangnya minat muda mudi terhadap artis lokal yang termasuk jajaran artis atau aktor paparan jaman dulu, yang terkesan sama sekali tidak funky dan tidak modern.
14