INTERAKSI SOSIAL PADA PENDERITA DIFABEL
Risa Diana Putri1), Harry Theozard Fikri2) 1) Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang
[email protected] 2) Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi sosial pada penderita difabel. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian fenomenologis, menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas”. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, setelah itu kemudian dilakukan pengkodingan pada hasil wawancara, sehingga setiap hasil wawancara berbentuk transkrip (verbatim). Data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data model interaktif dan diinterpretasikan berdasarkan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian. Subjek penelitian diambil secara purposive sampling yang berjumlah tiga orang subjek yaitu penderita difabel. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk interaksi sosial pada penderita difabel yang mampu bekerjasama yaitu pada subjek I, II, dan III. Mampu bersaing pada subjek I dan II, melakukan pertentangan atau pertikaian pada subjek I dan II. Sedangkan subjek yang mampu melakukan akomodasi atau penyesuai diri yaitu pada subjek I, II, dan III.
Kata kunci : Interaksi sosial, Penderita Difabel
Pendahuluan
Difabel yang dialami individu pada masa pertumbuhan disebut bukan difabel bawaan karena terjadinya bukan sejak lahir, yaitu disebabkan karena penyakit seperti polio, meningitis, kanker, kusta, atau TBC kronis, difabel akibat kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja sehingga menyebabkan amputasi atau kelumpuhan sistem otot, dan
difabel akibat peperangan (Suhartono dalam Fatihatulzulfa, 2004). Difabel adalah sebutan bagi penyandang cacat. Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1997 mendefinisikan difabel adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya
untuk melakukan selayaknya, yang terdiri dari difabel fisik, difabel mental, dan difabel fisik dan mental. PPCI Sumbar mencatat pada tahun 2012 di Kota Padang jumlah penyandang disabilitas sebanyak 4.665 orang yang terdiri dari tunanetra 425 orang, tubuh 1.515 orang, tunarunggu wicara 641 dan mental 2.084. Sementara total penyandang difabel di Sumatera Barat saat ini berjumlah 25.008 orang (http://www.harianhaluan.com/Padang, 10 Maret 2014). Difabel juga membutuhkan interaksi sosial dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, yakni hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan kelompok (Soekanto dalam Reisa, 2011).Menurut Bonner (dalam Ali, 2004) interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2014, di rumah subjek berinisial AL, berusia 29 tahun. AL mengatakan sejak dirinya difabel karena amputasi tangan kanan akibat penyakit tumor ganas yang dideritanya selama tiga bulan. AL yang sebelumnya bekerja di hotel dan terpaksa berhenti karena kondisinya yang difabel sangat sulit menerima kenyataan dirinya yang biasa aktif harus terhambat aktivitasnya karena tidak memiliki tangan kanan. AL sangat membutuhkan bantuan dari kakak maupun keponakannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Selanjutnya peneliti juga
melakukan wawancara pada pada tanggal 11 Maret 2014, dengan SR berusia 38 tahun. SR sebelumnya bekerja sebagai marketing di salah satu showroom di kota Padang. SR mengalami kecelakaan motor tahun 2011 dan terpaksa berhenti bekerja karena kehilangan kaki sebelah kirinya. Menurut SR kedifabelan dirinya membuat SR kehilangan kebahagiaan hidupnya. SR harus menerima kenyataan bahwa istrinya meminta cerai dan meninggalkan SR, serta kehilangan pekerjaan. SR mengaku sempat putus asa dan menutup diri dari pergaulannya. Peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 15 Maret 2014, dengan F berusia 23 tahun. F mengaku sebelum mengalami difabel, dirinya adalah orang yang aktif di kampus, namun semenjak kecelakaan yang dialami dan F harus kehilangan kaki sebelah kanan, F menjadi pribadi yang pendiam, menutup diri, dan merasa rendah diri. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan dengan judul “Interaksi Sosial pada Penderita Difabel”. Pengertian Interaksi Sosial Menurut Soekanto (2001) interaksi sosial merupakan hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Bentuk-bentuk Interaksi sosial
Menurut Soekanto (2001) bentuk-bentuk interaksi sosial terdiri dari: 1. Kerjasama (cooperation) Kerjasama adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Timbulnya kerjasama karena kesadaran adanya kepentingan bersama. 2. Persaingan (competition) Persaingan (competition) adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan. Tipe persaingan adalah bersifat pribadi (rivalry) atau bersifat tidak pribadi. 3. Pertentangan atau pertikaian (conflict) Pertentangan atau pertikaian (conflict) adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. 4. Akomodasi atau penyesuaian diri (accommodation) Akomodasi berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Pengertian Difabel
Difabel adalah orang yang memiliki kelainan atau penyimpangan dari rata-rata anak normal dalam aspek fisik, mental dan sosial, sehingga untuk pengembangan potensinya perlu layanan pendidikan khusus sesuai dengan karakteristiknya (Pranarka dan Widyandika, dalam Rohaeti, 2009).
METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang. Penelitian ini melibatkan responden yang memiliki karakteristik: 1. Penyandang difabel 2. Dapat berkomunikasi dengan baik 3. Bersedia untuk jadi subjek penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan tape recorder. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan tape recorder untuk merekam semua jawaban subjek selama proses wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan dengan menggunakan guide interview atau pedoman wawancara. Data dari penelitian menggunakan analisis tematik. Menurut Strauss dan Corbin (dalam Poerwandari,2007) mengatakan
bahwa analisis data dilakaukan untuk membantu menggali asumsi atau fenomena yang ingin diteliti atau ditanyakan oleh peneliti. Hasil Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terlihat bahwa interaksi sosial pada subjek I yaitu subjek memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain, mampu bersaing dalam hal pekerjaan, tidak melakukan pertentangan atau pertikaian dengan orang lain yang memandang rendah subjek, dan mampu mengakomodasi atau melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Pada subjek II terlihat bahwa subjek sudah mampu bekerjasama, tidak melakukan pertentangan atau pertikaian dengan orang lain, mampu mengakomodasi atau melakukan penyesuaian diri, namun subjek belum mampu bersaing dengan kondisi subjek yang terbatas karena cacat. Sementara itu, pada subjek III subjek mampu bekerjasama dengan orang lain, bersaing dengan kondisi cacat karena memiliki keinginan untuk sukses, mampu melakukan akomodasi atau penyesuaian diri dengan kondisi subjek yang cacat, namun subjek belum mampu menghindari pertentangan atau pertikaian dengan orang yang merendahkan kondisi subjek yang cacat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kedua orang subjek dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial pada penderita difabel yang tampak pada ketiga subjek dalam penelitian ini adalah: 1. Bentuk interaksi sosial pada subjek I yaitu subjek mampu bekerjasama, subjek mampu bersaing, subjek melakukan pertentangan atau pertikaian, Subjek mampu melakukan akomodasi atau penyesuai diri. 2. Bentuk interaksi sosial pada subjek II yaitu subjek mampu bekerjasama, subjek tidak mampu bersaing, subjek melakukan pertentangan atau pertikaian, subjek mampu melakukan akomodasi atau penyesuai diri. 3. Bentuk interaksi sosial pada subjek III yaitu subjek mampu bekerjasama, subjek mampu bersaing, subjek tidak melakukan pertentangan atau pertikaian, dan subjek mampu melakukan akomodasi atau penyesuai diri.
DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Moh dan Asrori, Moh, 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara Ali. M, Asrori M. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta, PT. Bumi Aksara. Alsa, A. 2007. Pendekatan Kuntitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
http://www.harianhaluan.com/Padang, Maret 2014.
10
Hurlock, E. B. 2006. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hutapea, I. L. M. 2011. Psychological WellBeing Pada Individu Dewasa Awal Yang Mengalami Kecacatan Akibat Kecelakaan.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian. Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bank Indonesia.
Liliweri, A.. 2005. Prasangka dan Konflik. Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural. PT. LkiS. Yogyakarta.
Bungin, B. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kendana Pemuda. Media Group.
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Nurdin, dalam http://repository.usu.ac.id/ Padang, 15 Maret 2013 Poerwandari, S.K. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Fatihatuzulfa, D. 2004. Hubungan antara Bepikir Positif dengan Kebermaknaan Hidup pada Penyandang Cacat Tubuh di Lembaga Interaksi Surakarta. Skripsi. Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Gerungan. 2009. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Herdiansyah, Haris. 2010. Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika.
Metodologi Jakarta :
Roheti, Eti. 2009. Memberdayakan Mahasiswa Difabel di Perguruan Tinggi Islam. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Shaughnessy, J.J., dkk. 2007. Metodologi Penelitian Psikologi edisi ketujuh. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Solider Edisi I November-Desember. 2005. Undang-Undang Baru di Atas Kertas. Yogyakarta : SIGAB (Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel). Strauss, Anselm., dan Juliet Corbin. 2007. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2008. Metode Kuantitatif dan CV.Alfabeta: Bandung.
Penelitian Kualitatif.
Suhartini, A Halim, Imam Khambali, Abd. Rasyid. 2005. Model-model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Sunaryo. 2004. Psikologi keperawatan. Jakarta: EGC.
untuk
Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset. Soekano, Soejono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada