LEGAL AND GOVERNMENTAL INFRASTRUCTURE FOR NUCLEAR, RADIATION, RADIOACTIVE WASTE AND TRANSPORT SAFETY
INFRASTRUKTUR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
SAFETY REQUIREMENTS
SAFETY STANDARDS SERIES No. GS-R-1
INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY VIENNA, 2000
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR 2005
CONTENTS
DAFTAR ISI
1. INTRODUCTION Background (1.1–1.2) Objective (1.3) Scope (1.4–1.8) Structure (1.9) 2. LEGISLATIVE &GOVERNMENTAL RESPONSIBILITIES General (2.1–2.3) Legislative (2.4–2.6) 3. RESPONSIBILITIES & FUNCTIONS OF THE REG. BODY (3.1–3.5) 4. ORGANIZATION OF THE REG. BODY General (4.1–4.5) Staffing and training of the regulatory body (4.6–4.8) Advisory bodies to the regulatory body (4.9) Relations between the regulatory body and the operator (4.10) International co-operation (4.11) 5. ACTIVITIES OF THE REG. BODY General (5.1–5.2) Authorization (5.3–5.6) Review and assessment (5.7–5.11) Inspection and enforcement (5.12–5.24) Development of regulations and guides (5.25– 5.28) 6. SPECIFIC INFRASTRUCTURE General (6.1) Infrastructure for emergency preparedness (6.2–6.6) Infrastructure for radioactive waste management (6.7–6.13) Infrastructure for intervention (6.14–6.16) Infrastructure for services (6.17)
1. PENDAHULUAN Latar belakang (1.1 – 1.2) Sasaran (1.3) Ruang lingkup (1.4 – 1.8) Struktur (1.9) 2. TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAN HUKUM Umum (2.1 – 2.3) Hukum (2.4 – 2.6) 3. TANGGUNG JAWAB & FUNGSI BADAN PENGAWAS (3.1 – 3.5) 4. ORGANISASI BADAN PENGAWAS Umum (4.1 – 4.5) Penempatan & pelatihan pegawai badan pengawas (4.6 –4.8) Komisi penasehat badan pengawas (4.9) Hubungan antara badan pengawas dengan Pengguna (4.10) Kerjasama Internasional (4.11) 5.KEGIATAN BADAN PENGAWAS Umum (5.1 – 5.2) Perizinan (5.3 – 5.6) Review dan penilaian (5.7 – 5.11) Inspeksi dan penegakan hukum (5.12-5.24) Pengembangan peraturan dan pedoman (5.25 – 5.28) 6. INFRASTRUKTUR SPESIFIK Umum (6.1) Infrastruktur tanggap darurat (6.2 – 6.6) Infrastruktur manajemen limbah radioaktif (6.7 – 6.13) Infrastruktur intervensi (6.14 – 6.16) Infrastruktur pelayanan (6.17)
APPENDIX: REVIEW AND ASSESSMENT DURING THE LIFE CYCLE OF A NPP REFERENCES GLOSSARY CONTRIBUTORS TO DRAFTING AND REVIEW ADVISORY BODIES FOR THE ENDO RSEMENT OF S.TY STANDARDS
LAMPIRAN REVIEW DAN PENILAIAN SIKLUS HIDUP PLTN ACUAN PERBENDAHARAAN KATA
SELAMA
1. INTRODUCTION
1. PENDAHULUAN
BACKGROUND 1.1. The safety of nuclear facilities and sources of ionizing radiation, radiation protection, the safe management of radioactive waste and the safe transport of radioactive material are of great importance to individuals and society and to the environment in the State of use and in other States. 1.2. This Safety Requirements publication establishes the basic requirements for legal and governmental infrastructures for nuclear, radiation, radioactive waste and transport safety. It should be used in conjunction with the International Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation and for the Safety of Radiation Sources [1] and the Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material [2]. It supersedes both the Code on the Safety of Nuclear Power Plants: Governmental Organization (Safety Series No. 50-C-G (Rev. 1) (1988) and the safety standard on Establishing a National System for Radioactive Waste Management (Safety Series No. 111-S-1 (1995)).
LATAR BELAKANG 1.1 Keselamatan fasilitas nuklir dan sumber radiasi pengion, proteksi radiasi, keselamatan pengelolaan limbah radioaktif dan pengangkutan zat radioaktif merupakan hal yang sangat penting bagi individu, masyarakat dan lingkungan suatu negara pengguna dan negara lainnya.
OBJECTIVE 1.3. The objective of this Safety Requirements publication is to specify requirements related to the legal and governmental infrastructure for the safety of nuclear facilities and sources of ionizing radiation, radiation protection, the safe management of radioactive waste and the safe transport of radioactive material, which must be satisfied in order to achieve the objectives and apply the principles that are presented in the Safety Fundamentals publications [3–5].
SCOPE 1.4. This publication establishes requirements for legal and governmental responsibilities in respect of the safety of nuclear facilities, the safe use of sources of ionizing radiation, radiation protection, the safe management of
1.2 Publikasi ini menetapkan persyaratan dasar infrastruktur hukum dan kepemerintahan bagi keselamatan nuklir, radiasi, limbah radioaktif dan pengangkutan. Buku ini digunakan bersama dengan Standar keselamatan Internasional dasar untuk perlindungan terhadap radiasi pengion dan keselamatan sumber radiasi [1] dan Peraturan keselamatan pengangkutan zat radioaktif [2]. Buku ini mengganti buku Ketentuan keselamatan PLTN: Organisasi kepemerintahan (Safety series No. 50-C-G Rev.1 (1988) dan Standar keselamatan tentang penetapan system nasional pengelolaan limbah radioaktif (Safety series No. 111-S-1(1995))
SASARAN 1.3 Sasaran buku ini adalah untuk menjelaskan persyaratan yang terkait dengan hukum dan infrastruktur kepemerintahan bagi keselamatan fasilitas nuklir, sumber radiasi pengion, proteksi radiasi, keselamatan pengelolaan limbah radioaktif dan pengangkutan zat radioaktif yang harus dapat dilaksanakan dengan baik, untuk mencapai sasaran dan menerapkan prinsip-prinsip yang tercantum pada publikasi Safety fundamental [3-5] RUANG LINGKUP Buku ini menetapkan persyaratan hukum dan tanggungjawab pemerintah dalam kaitan dengan keselamatan fasilitas nuklir, keselamatan penggunaan radiasi pengion, proteksi radiasi, keselamatan pengelolaan
limbah radioaktif dan keselamatan pengangkutan zat radioaktif. Dalam hal ini mencakup pengembangan kerangka hukum pendirian/penetapan badan pengawas dan tindakan lain untuk mencapai pengawasan yang efektif terhadap fasilitas dan kegiatan nuklir. Tanggungjawab lain yang juga dicakup seperti pengembangan infrastruktur pendukung yang diperlukan untuk keselamatan, keterlibatan dalam memastikan tanggungjawab ganti rugi sebagai kompensai kerusakan/kecelakaan bagi pihak ke-3 dan tanggap darurat. Buku ini menetapkan hukum dan tanggung 1.5. This publication establishes legal and governmental responsibilities which are jawab pemerintah yang bersifat umum bagi common to a broad range of facilities and fasilitas dan kegiatan nuklir, meliputi hal-hal berikut; activities including the following: radioactive waste and the safe transport of radioactive material. Thus, it covers development of the legal framework for establishing a regulatory body and other actions to achieve effective regulatory control of facilities and activities. Other responsibilities are also covered, such as those for developing the necessary support for safety, involvement in securing third party liability and emergency preparedness.
Activities (1) Sources of ionizing radiation; their production, use (e.g. in industrial, research and medical applications), import and export; (2) transport of radioactive materials; (3) mining and processing of radioactive ores (e.g. uranium and thorium ores), and close-out of associated facilities; (4) site rehabilitation; and (5) activities in radioactive waste management (such as discharge and clearance).
Kegiatan (1) Sumber-sumber radiasi pengion; pembuatannya, penggunaannya (contoh; pada industri, penelitian dan aplikasi medis), impor dan ekspor; (2) Pengangkutan zat radioaktif; (3) Pertambangan dan pemrosesan bahan galian (contoh; bahan galian uranium dan thorium), dan penutupan fasilitas yang terkait; (4) Rehabilitas tapak; dan (5) Kegiatan pengelolaan limbah radioaktif (seperti pelepasan dan clearance).
Facilities (1) Enrichment and fuel manufacturing plants; (2) nuclear power plants; (3) other reactors (such as research reactors and critical assemblies); (4) spent fuel reprocessing plants; (5) radioactive waste management facilities (such as treatment, storage and disposal facilities); (6) nuclear and irradiation facilities for medical, industrial and research purposes; and (7) decommissioning or closure of nuclear facilities and site rehabilitation.
Fasilitas (1) Instalasi pengkayaan dan fabrikasi bahan bakar; (2) Pembangkit listrik tenaga nuklir; (3) Reaktor lain (seperti reaktor penelitian dan perangkat kritikalitas); (4) Instalasi proses ulang bahan bakar bekas; (5) Fasilitas pengelolaan limbah radioaktif (spt fasilitas pengerjaan, penyimpanan dan pembuangan); (6) Fasilitas nuklir dan iradiasi utk tujuan medis, industri dan penelitian; (7) Dekomisioning atau penutupan fasilitas nuklir dan rehabilitasi tapak.
1.6. This publication establishes all the legal and governmental requirements for the entire range of facilities and activities, from the use of a limited number of radiation sources to a major nuclear power programme. Not all the
1.6. Buku ini menetapkan seluruh persyaratan hukum dan pemerintahan untuk seluruh fasilitas dan kegiatan, mulai dari penggunaan sumber radiasi yang terbatas sampai dengan program nuklir daya. Tidak semua persyaratan
safety requirements will apply for all States. Each State shall identify the requirements to apply as appropriate, taking into account the State’s particular circumstances, the potential magnitude and nature of the hazard presented by the facilities and activities concerned, and the guidance provided in related Safety Standards Series publications.
keselamatan akan diterapkan bagi masingmasing negara. Masing-masing negara harus mengidentifikasi persyaratan yang cocok dengan mempertimbangkan kondisi khusus negaranya, besar dan sifat bahaya yang ditimbulkan oleh fasilitas dan kegiatan.
1.7. This publication addresses all phases of the life cycle of facilities or the duration of activities, and any subsequent period of institutional control until there is no significant residual radiation hazard. For a facility, these phases usually include siting, design, construction, commissioning, operation and decommissioning (or close-out or closure).
1.7. Buku ini diperuntukkan untuk seluruh fase siklus hidup fasilitas atau selama kegiatan, dan periode berikutnya dari Pengawasan Institusi sampai dengan sisa bahaya radiasi tidak berarti lagi. Untuk fasilitas hal ini meliputi penentuan tapak, disain, konstruksi, komisioning, operasi dan dekomisioning (penghentian atau penutupan).
1.8. This publication concentrates on legal and 1.8. Buku ini dititikberatkan pada aspek governmental aspects, with due emphasis on hukum dan pemerintahan dengan tekanan pada regulatory control. Other Safety Standards pengawasan. Series publications cover in more detail requirements for the pengguna responsible for facilities and activities. STRUCTURE 1.9. Section 2 establishes requirements for legislative and governmental responsibilities. The responsibilities and functions of the regulatory body are established in Section 3, its organization is outlined in Section 4, and its activities are set forth in Section 5. The supporting infrastructure is addressed in more detail in Section 6. Additional requirements specific to nuclear power plants are given in the Appendix. A Glossary gives definitions of terms used in the text which apply for the purposes of the present publication. 2. LEGISLATIVE AND GOVERNMENTAL RESPONSIBILITIES GENERAL 2.1. Facilities and activities cover a broad and diverse range, from the use of a single low energy radiation source to the operation of complex facilities such as nuclear power plants or spent fuel reprocessing plants. The regulatory regime shall be structured and resourced in a manner commensurate with the
STRUKTUR 1.9. Bab 2 menetapkan persyaratan hukum dan tanggung jawab pemerintah. Bab 3 menetapkan Tanggungjawab dan fungsi-fungsi badan pengawas, Bab 4 menetapkan Organisasi dan penjabarannya, Bab 5 tentang Kegiatan badan pengawas. Bab 6 tentang Infrastruktur pendukung. Persyaratan tambahan khusus untuk PLTN tercantum pada Lampiran. Perbedaharaan kata memberikan definisi istilah yang digunakan pada buku ini.
2. HUKUM DAN TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH UMUM 2.1. Fasilitas dan kegiatan nuklir mencakup perihal yang luas dan beragam, mulai dari penggunaan satu sumber radiasi dengan energi rendah sampai pengoperasian fasilitas rumit seperti PLTN atau instalasi pemroses ulang bahan bakar bekas. Sistem organisasi badan pengawas harus terstruktur dan mempunyai
potential magnitude and nature of the hazard to sumber daya yang memadai, sesuai dengan besar dan sifat potensi bahaya yang di awasi. be controlled. 2.2. There are certain prerequisites for the safety of facilities and activities. These give rise to the following requirements for the legislative and governmental mechanisms of States: (1) A legislative and statutory framework shall be established to regulate the safety of facilities and activities. (2) A regulatory body shall be established and maintained which shall be effectively independent of organizations or bodies charged with the promotion of nuclear technologies or responsible for facilities or activities. This is so that regulatory judgements can be made, and enforcement actions taken, without pressure from interests that may conflict with safety.
(3) Responsibility shall be assigned to the regulatory body for authorization, regulatory review and assessment, inspection and enforcement, and for establishing safety principles, criteria, regulations and guides. (4) The regulatory body shall be provided with adequate authority and power, and it shall be ensured that it has adequate staffing and financial resources to discharge its assigned responsibilities. (5) No other responsibility shall be assigned to the regulatory body which may jeopardize, or conflict with, its responsibility for regulating safety. (6) Adequate infrastructural arrangements shall be made for decommissioning, close-out or closure, site rehabilitation, and the safe management of spent fuel and radioactive waste. (7) Adequate infrastructural arrangements shall be made for the safe transport of radioactive material. (8) An effective system of governmental emergency response and intervention capabilities shall be established and emergency preparedness shall be ensured. (9) Adequate infrastructural arrangements shall be made for physical protection, where these
2.2. Terdapat pra-syarat tertentu bagi keselamatan fasilitas dan kegiatan nuklir. Hal ini menumbuh kembangkan persyaratanpersyaratan berikut bagi mekanisme hukum dan kepemerintahan: (1) Kerangka hukum dan perundang-undangan harus ditetapkan untuk mengawasi fasilitas dan kegiatan nuklir. (2) Badan pengawas harus ditetapkan dan dipelihara, yang secara efektif harus bersifat independen terhadap organisasi yang bertanggungjawab terhadap promosi teknologi nuklir atau Pengguna. Dengan demikian keputusan badan pengawas dapat dibuat dan tindakan penegakan hukum dilakukan tanpa tekanan dari pihak yang berkepentingan yang mungkin menimbulkan beda kepentingan dengan keselamatan. (3) Badan pengawas harus bertanggung jawab dalam hal otorisasi (perijinan), review dan penilaian, inspeksi dan penegakan hukum dan penetapan prinsip, kriteria, peraturan dan pedoman keselamatan. (4) Badan pengawas harus diberi cukup kekuasaan dan kekuatan, dan hal ini diyakinkan dengan mempunyai staf dan sumber keuangan yang cukup untuk melaksanakan tanggungjawabnya. (5) Tidak ada tanggungjawab lain yang harus diterima oleh badan pengawas yang mungkin dapat berlawanan (jeopardise, or conflict) dengan tanggung jawab mengawasi keselamatan. (6) Pengaturan Infrastruktur yang cukup harus ditetapkan untuk dekomisioning, pemberhentian atau penutupan, rehabilitasi lapangan dan keselamatan pengelolaan bahan bakar bekas dan limbah radioaktif. (7) Pengaturan Infrastruktur yang cukup harus ditetapkan untuk keselamatan pengangkutan material radioaktif. (8) Sistem pemerintahan yang efektif dalam merespon kedaruratan dan kemampuan intervensi harus ditetapkan dan kesiapsiagaan kedaruratan harus dipastikan. (9) Pengaturan Infrastruktur yang cukup harus ditetapkan untuk proteksi fisik dimana hal
influence safety. (10) Adequate financial indemnification arrangements shall be made for third parties in the event of a nuclear or radiation accident in view of the damage and injury which may arise from an accident. (11) The technological infrastructure necessary for ensuring the safety of facilities and activities shall be provided, where this is not provided by other organizations.
ini mempengaruhi keselamatan. (10) Peraturan ganti rugi keuangan yang cukup harus ditetapkan bagi pihak ketiga pada kejadian kecelakaan radiasi atau nuklir sehubungan dengan adanya kerusakan atau luka yang ditimbulkan dari kecelakaan. (11) Infrastruktur teknologi yang diperlukan untuk memastikan keselamatan fasilitas dan kegiatan harus disediakan apabila hal ini tidak disediakan oleh organisasi lain.
2.3. The prime responsibility for safety shall be assigned to the pengguna. The pengguna shall have the responsibility for ensuring safety in the siting, design, construction, commissioning, operation, decommissioning, close-out or closure of its facilities, including, as appropriate, rehabilitation of contaminated areas; and for activities in which radioactive materials are used, transported or handled. Organizations which generate radioactive waste shall have responsibility for the safe management of the radioactive waste that they produce. Since during the transport of radioactive material, primary reliance for safety is put on the use of approved packaging, it is the responsibility of the consignor to ensure appropriate selection and use of packaging. Compliance with the requirements imposed by the regulatory body shall not relieve the pengguna of its prime responsibility for safety. The pengguna shall demonstrate to the satisfaction of the regulatory body that this responsibility has been and will continue to be discharged.
2.3. Tanggungjawab utama atas keselamatan melekat pada Pengguna. Pengguna harus mempunyai tanggung jawab untuk memastikan keselamatan pada tahap tapak, disain, konstruksi, komisioning, operasi, dekomisioning, pemberhentian atau penutupan fasilitas, termasuk rehabilitasi daerah yang terkontaminasi; dan untuk kegiatan dimana zat radioaktif digunakan, di angkut atau ditangani. Organisasi yang menimbulkan limbah harus mempunyai tanggung jawab untuk keselamatan pengelolaan limbah yang mereka hasilkan. Karena selama pengangkutan zat radioaktif, kepercayaan utama keselamatan terletak pada penggunaan bungkusan yang sudah disetujui, adalah merupakan tanggung jawab pengirim dalam hal pemilihan dan penggunaan bungkusan. Kesesuaian dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh badan pengawas tidak melepaskan Pengguna dari tanggung jawab utamanya terhadap keselamatan. Pengguna harus memperagakan secara memuaskan kepada badan pengawas bahwa tanggung jawab keselamatan ini sedang dan akan berlanjut di emban.
LEGISLATIVE 2.4. Legislation shall be promulgated to provide for the effective control of nuclear, radiation, radioactive waste and transport safety. This legislation:
HUKUM 2.4. Peraturan Perundang-undangan harus diumumkan untuk memberikan pengawasan yang efektif terhadap keselamatan nuklir, radiasi, limbah radioaktif dan pengangkutan. Peraturan Perundang-undangan (1) harus menetapkan sasaran untuk perlindungan individu, masyarakat dan lingkungan dari bahaya radiasi, baik pada saat sekarang maupun yang akan datang; (2) harus menguraikan fasilitas, kegiatan dan material yang tercakup dalam ruang lingkup perundang-undangan dan lingkup apa yang
(1) shall set out objectives for protecting individuals, society and the environment from radiation hazards, both for the present and in the future; (2) shall specify facilities, activities and materials that are included in the scope of the legislation and what is excluded from the
(9) shall allow for the creation of independent advisory bodies to provide expert opinion to, and for consultation by, the government and regulatory body; (10) shall set up a means whereby research and development work is undertaken in important areas of safety;
tidak tercakup dalam persyaratan perundangundangan tertentu. (3) harus menetapkan otorisasi (perijinan) dan proses-proses lain (seperti notifikasi dan pengecualian/exemption) dengan pertimbangan besarnya potensi dan sifat bahaya berkaitan dengan fasilitas dan kegiatan, dan harus menjelaskan langkah-langkah proses otorisasi (perijinan); (4) harus menetapkan badan pengawas dengan wewenang seperti tercantum pada butir 2.6; (5) harus mengatur keuangan badan pengawas yang cukup; (6) harus menjelaskan proses penghentian fasilitas dan kegiatan dari pengawasan badan pengawas; (7) harus menetapkan suatu prosedur review dan naik banding atas keputusan badan pengawasan (tanpa adanya kompromi dengan keselamatan); (8) harus memberikan kesinambungan tanggung jawab ketika kegiatan dilaksanakan oleh beberapa Organisasi Penanggungjawab secara berurutan dan perekaman tanggung jawab pengalihan; (9) harus memperbolehkan kreatifitas komisi penasehat independen untuk memberikan pendapat ahli kepada dan untuk konsultasi oleh pemerintah dan badan pengawas; (10) harus menetapkan suatu cara dimana penelitian dan pengembangan dilakukan untuk lingkup keselamatan yang penting;
(11) shall define liabilities in respect of nuclear damage; (12) shall set out the arrangements for provision of financial security in respect of any liabilities; (13) shall set out the responsibilities and obligations in respect of financial provision for radioactive waste management and decommissioning; (14) shall define what is an offence and the corresponding penalties; (15) shall implement any obligations under international treaties, conventions or agreements; (16) shall define how the public and other bodies are involved in the regulatory process; and
(11) harus mendefinisikan ganti rugi dalam hal terjadi kerusakan nuklir; (12) harus menetapkan pengaturan bagi pemberian jaminan keamanan keuangan berkenaan dengan tanggung ganti rugi; (13) harus menetapkan tanggung jawab dan kewajiban berkenaan dengan pasal-pasal tentang keuangan untuk pengelolaan limbah radioaktif dan dekomisioning; (14) harus mendefinisikan pelanggaran dan hukumannya; (15) harus melaksanakan kewajiban tertentu yang tercantum di dalam traktat, konvensi dan persetujuan internasional; (16) harus mendifinisikan bagaimana badan publik atau lainnya terlibat dalam proses pengawasan.
requirements of any particular part of the legislation; (3) shall establish authorization and other processes (such as notification and exemption), with account taken of the potential magnitude and nature of the hazard associated with the facility or activity, and shall specify the steps of the processes; (4) shall establish a regulatory body with the authority outlined in para. 2.6; (5) shall arrange for adequate funding of the regulatory body; (6) shall specify the process for removal of a facility or activity from regulatory control; (7) shall establish a procedure for review of, and appeal against, regulatory decisions (without compromising safety); (8) shall provide for continuity of responsibility when activities are carried out by several penggunas successively and for the recording of the transfers of responsibility;
(17) shall specify the nature and extent of the (17) harus menjelaskan sifat dan jangkauan application of newly established requirements penerapan persyaratan yang baru ditetapkan terhadap fasilitas dan kegiatan yang sedang to existing facilities and current activities. berlangsung. 2.5. If other authorities, which may fail to meet the requirement of independence set out in item (2) of para. 2.2, are involved in the granting of authorizations, it shall be ensured that the safety requirements of the regulatory body remain in force and are not modified in the regulatory process.
2.5. Apabila instansi lain ikut berperan dalam pemberian izin yang akan dapat membuat persyaratan kemandirian sepertiyang tercantum pada (2) butir 2.2 gagal dipenuhi, hal ini harus dipastikan bahwa persyaratan keselamatan tetap ditegakkan dan proses pengawasan tidak dimodifikasi.
2.6. The regulatory body shall have the authority: (1) to develop safety principles and criteria; (2) to establish regulations and issue guidance;
2.6. Badan pengawas memiliki wewenang : (1) mengembangkan prinsip dan kriteria keselamatan; (2) menetapkan dan menerbitkan Peraturan dan Pedoman; (3) mensyaratkan Pengguna melaksanakan penilaian keselamatan; (4) mensyaratkan Pengguna memberikan informasi yang diperlukan, termasuk informasi dari Pemasoknya, meskipun informasi ini adalah merupakan hak milik; (5) menerbitkan, merubah, menunda atau menarik kembali izin dan menetapkan kondisi izin; (6) mensyaratkan Pengguna melaksanakan penilaian ulang keselamatan secara sistematik atau penilaian-ulang keselamatan secara periodik selama waktu hidup fasilitas; (7) memasuki lapangan atau fasilitas kapan pun untuk melaksanakan inspeksi; (8) menegakkan persyaratan peraturan; (9) mengkomunikasikan secara langsung kepada penguasa pemerintahan tingkat yang lebih tinggi, bila komunikasi dipertimbangkan perlu untuk melaksanakan fungsi-fungsi badan pengawas secara efektif; (10) memperoleh dokumen dan pendapatpendapat dari swasta atau organisasi publik atau perorangan bila diperlukan; (11) mengkomunikasikan secara independen persyaratan pengawasan, keputusan dan pendapat dan dasar pemikirannya kepada publik; (12) mampu menyediakan informasi tentang insiden dan kejadian tidak normal dan informasi lain kepada badan pemerintahan lain, organisasi nasional, internasional dan publik;
(3) to require any pengguna to conduct a safety assessment; (4) to require that any pengguna provide it with any necessary information, including information from its suppliers, even if this information is proprietary; (5) to issue, amend, suspend or revoke authorizations and to set conditions; (6) to require an pengguna to perform a systematic safety reassessment or a periodic safety review over the lifetime of facilities; (7) to enter a site or facility at any time to carry out an inspection; (8) to enforce regulatory requirements; (9) to communicate directly with governmental authorities at higher levels when such communication is considered to be necessary for exercising effectively the functions of the body; (10) to obtain such documents and opinions from private or public organizations or persons as may be necessary and appropriate; (11) to communicate independently its regulatory requirements, decisions and opinions and their basis to the public; (12) to make available, to other governmental bodies, national and international organizations, and to the public, information on incidents and abnormal occurrences, and
other information, as appropriate; (13) to liaise and co-ordinate with other governmental or non-governmental bodies having competence in such areas as health and safety, environmental protection, security, and transport of dangerous goods; and (14) to liaise with regulatory bodies of other countries and with international organizations to promote co-operation and the exchange of regulatory information.
(13) menjalin kerjasama dan koordinasi dengan badan pemerintah lain atau badan Nonpemerintahan yang mempunyai kompetensi seperti kesehatan dan keselamatan, perlindungan lingkungan, keamanan dan pengangkutan barang berbahaya; dan (14) menjalin kerjasama dengan badan pengawas nuklir negara lain dan dengan organisasi internasional untuk mempromosikan kerjasama dan pertukaran informasi regulasi.
3. RESPONSIBILITIES AND FUNCTIONS OF THE REGULATORY BODY 3.1. In order to fulfil its statutory obligations, the regulatory body shall define policies, safety principles and associated criteria as a basis for its regulatory actions.
3. TANGGUNGJAWAB DAN FUNGSIFUNGSI BADAN PENGAWAS 3.1. Untuk memenuhi kwajiban perundangundangan badan pengawas harus mendefinisikan kebijakan, prinsip keselamatan dan kriteria yang menyertainya sebagai dasar kegiatan pengawasannya. 3.2. Untuk memenuhi kewajiban perundangundangan, badan pengawas : 1) harus menetapkan, mempromosikan atau mengadopsi peraturan dan pedoman sebagai dasar kegiatan pengawasan; 2) harus melakukan review dan penilaian keselamatan atas pengajuan izin dari Pengguna baik sebelum pemberian izin maupun selama operasi secara periodik apabila diperlukan; 3) harus melakukan penerbitan, pengubahan, penundaan atau penarikan izin, hal-hal untuk kondisi-kondisi yang dipersyaratkan dinyatakan secara jelas, tidak mendua dan harus menyebutkan paling sedikit hal-hal berikut: (i) fasilitas, kegiatan atau inventarisasi sumber-sumber yang dicakup pada izin; (ii) mensyaratkan untuk memberitahu kepada badan pengawas terhadap modifikasi apapun yang berkaitan dengan keselamatan; (iii) kewajiban Pengguna terhadap fasilitas, peralatan, sumber-sumber radiasi dan personel;
3.2. In fulfilling its statutory obligations, the regulatory body: (1) shall establish, promote or adopt regulations and guides upon which its regulatory actions are based; (2) shall review and assess submissions on safety from the penggunas both prior to authorization and periodically during operation as required; (3) shall provide for issuing, amending, suspending or revoking authorizations, subject to any necessary conditions, that are clear and unambiguous and which shall specify (unless elsewhere specified): (i) the facilities, activities or inventories of sources covered by the authorization; (ii) the requirements for notifying the regulatory body of any modifications to safety related aspects; (iii) the obligations of the operator in respect of its facility, equipment, radiation source(s) and personnel; (iv) any limits on operation and use (such as dose or discharge limits, action levels or limits on the duration of the authorization); (v) conditioning criteria for radioactive waste processing for existing or foreseen waste management facilities; (vi) any additional separate authorizations that
(iv) batas operasi dan penggunaan (seperti batas dosis dan batas pelepasan, tingkatan kegiatan atau batas waktu perizinan); (v) kriteria pengkondisian untuk pemprosesan limbah yang ada atau pengelolaan faslitas limbah yang akan datang; (vi) izin tambahan yang terpisah dimana
the pengguna is required to obtain from the regulatory body; (vii) the requirements for incident reporting; (viii) the reports that the pengguna is required to make to the regulatory body; (ix) the records that the operator is required to retain and the time periods for which they must be retained; and (x) the emergency preparedness arrangements.
Pengguna disyaratkan untuk memperolehnya dari badan pengawas. (vii) persyaratan untuk pelaporan insiden; (viii) laporan-laporan yang harus dibuat oleh Pengguna dan diserahkan ke badan pengawas; (ix) rekaman-rekaman yang harus di simpan oleh Pengguna dan periode penyimpanannya.
(4) shall carry out regulatory inspections; (5) shall ensure that corrective actions are taken if unsafe or potentially unsafe conditions are detected; and (6) shall take the necessary enforcement action in the event of violations of safety requirements.
(4) harus melaksanakan inspeksi (5) harus memastikan bahwa tindakan koreksi dilakukan jika kondisi tidak selamat atau tidak selamat potensial terdeteksi; (6) harus melakukan tindakan penegakan hukum yang diperlukan pada kejadian adanya pelanggaran persyaratan keselamatan.
3.3. In order to discharge its main responsibilities, as outlined in para. 3.2, the regulatory body: (1) shall establish a process for dealing with applications, such as applications for the issuing of an authorization, accepting a notification or the granting of an exemption, or for removal from regulatory control; (2) shall establish a process for changing conditions of authorization; (3) shall provide guidance to the pengguna on developing and presenting safety assessments or any other required safety related information;
3.3. Untuk melaksanakan tanggungjawab utamanya; seperti tercantum pada pasal 3.2, badan pengawas : (1) harus menetapkan proses, berkaitan dengan aplikasi, seperti aplikasi otorisasi (perijinan), penerimaan notifikasi atau pemberian pengecualian (exemption) atau pemberhentian dari pengendalian badan pengawas; (2) harus menetapkan proses tentang perubahan kondisi izin pada otorisasi (perijinan); (3) harus memberikan pedoman untuk Pengguna dalam pembuatan dan penilaian keselamatan atau informasi lain yang diperlukan yang berkaitan dengan keselamatan; (4) harus memastikan bahwa informasi kepemilikan harus dilindungi; (5) harus memberikan penjelasan alasan-alasan penolakan pengajuan izin; (6) harus mengkomunikasikan dengan dan memberikan informasi kepada badan pemerintah lain yang berkompeten, organisasi internasional dan masyarakat; (7) harus memastikan bahwa pengalaman pengoperasian dianalisis dengan tepat dan pelajaran yang diperoleh didesiminasikan; (8) harus memastikan bahwa rekamanrekaman yang berkaitan dengan keselamatan kegiatan dan fasilitas harus dijaga dan mudah di peroleh; (9) harus memastikan bahwa prinsip dan kriteria pengawasan adalah cukup dan masih
(4) shall ensure that proprietary information is protected; (5) shall provide an explanation of the reasons for the rejection of a submission; (6) shall communicate with, and provide information to, other competent governmental bodies, international organizations and the public; (7) shall ensure that operating experience is appropriately analysed and that lessons to be learned are disseminated; (8) shall ensure that appropriate records relating to the safety of facilities and activities are retained and retrievable; (9) shall ensure that its regulatory principles and criteria are adequate and valid, and shall
(x) penyusunan kesiapsiagaan dan kedaruratan;
take into consideration internationally endorsed berlaku dan harus mengacu pada pertimbanganpertimbangan yang diakui dan standards and recommendations; direkomendasikan oleh internasional; (10) shall establish and inform the operator of (10) harus menetapkan dan memberitahu any requirements for systematic safety Pengguna atas persyaratan untuk penilaian ulang keselamatan secara sistematik atau reassessment or periodic safety review; review keselamatan secara periodik. (11) shall advise the government on matters (11) Harus memberi nasehat kepada pemerintah related to the safety of facilities and activities; tentang hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan atas fasilitas dan kegiatan nuklir; (12) shall confirm the competence of personnel (12) harus memastikan kompetensi personel responsible for the safe operation of the facility yang bertanggungjawab untuk keselamatan operasi fasilitas atau kegiatan; or activity; and (13) shall confirm that safety is managed (13) harus memastikan bahwa keselamatan dikelola secara cukup oleh Pengguna. adequately by the operator. 3.4. The regulatory body shall co-operate with other relevant authorities, advise them and provide them with information on safety matters in the following areas, as necessary:
(1) environmental protection; (2) public and occupational health; (3) emergency planning & preparedness; (4) radioactive waste management (including determination of national policy); (5) public liability (including implementation of national regulations & int’l conventions concerning third party liability); (6) physical protection & safeguards; (7) water use & consumption of food; (8) land use and planning; and (9) safety in the transport of dangerous goods.
3.5. The regulatory body may also have additional functions. Such functions may include: (1) independent radiological monitoring in & around nuclear facilities; (2) independent testing & quality control measurements; (3) initiating, co-ordinating and monitoring safety related research and development work in support of its regulatory functions; (4) providing personnel monitoring services and conducting medical examinations;
3.4. Badan pengawas harus bekerjasama dengan badan penguasa lain yang relevan, memberi nasehat dan informasi kepada mereka tentang cakupan keselamatan nuklir dan radiasi. Badan penguasa lain yang relevan antara lain di bidang sebagai berikut, bila diperlukan; (1) perlindungan lingkungan; (2) kesehatan masyarakat dan pekerja; (3) perencanaan kedaruratan dan kesiapsiagaan; (4) pengelolaan limbah radioaktif (termasuk penetapan kebijakan nasional); (5) ganti kerugian masyarakat (termasuk pelaksanaan peraturan nasional dan konvensi internasional berkaitan dengan ganti kerugian pihak ketiga; (6) proteksi fisik dan safeguard; (7) penggunaan air dan konsumsi makanan; (8) penggunaan dan perencanaan pertanahan; (9) keselamatan pengangkutan barang-barang berbahaya 3.5. Badan pengawas dapat juga memiliki fungsi tambahan. Fungsi-fungsi ini dapat meliputi (1) pemantauan radiologi independen di dalam dan di luar fasilitas; (2) pengujian dan pengukuran kendali mutu independen; (3) inisiasi, koordinasi dan pemantauan pekerjaan penelitian dan pengembangan berkaitan dengan keselamatan dalam rangka membantu fungsi-fungsi pengawasan; (4) pemberian jasa pemantauan personel dan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan;
(5) monitoring of nuclear non-proliferation; (6) regulatory control of industrial safety.
(5) pemantauan NPT (6) pengawasan keselamatan industri.
When such functions are undertaken, care shall be taken by the regulatory body to ensure that any conflict with its main regulatory functions is avoided and that the prime responsibility of the operator for safety is not diminished.
Ketika fungsi-fungsi di atas dilaksanakan oleh badan pengawas, perhatian harus diberikan oleh badan pengawas untuk memastikan bahwa konflik dengan fungsi utama pengawasan dihindari dan tanggungjawab utama Pengguna tentang keselamatan tidak berkurang.
4. ORGANIZATION OF THE REGULATORY BODY
4. ORGANISASI BADAN PENGAWAS
GENERAL 4.1. The regulatory body shall be structured so as to ensure that it is capable of discharging its responsibilities and fulfilling its functions effectively and efficiently. The regulatory body shall have an organizational structure and size commensurate with the extent and nature of the facilities and activities it must regulate, and it shall be provided with adequate resources and the necessary authority to discharge its responsibilities. The structure and size of the regulatory body are influenced by many factors, and it is not appropriate to require a single organizational model. The regulatory body’s reporting line in the governmental infrastructure shall ensure effective independence from organizations or bodies charged with the promotion of nuclear or radiation related technologies, or those responsible for facilities or activities.
UMUM 4.1. Badan pengawas harus terstruktur, hal ini untuk memastikan bahwa organisasi mampu mengemban tanggungjawab dan memenuhi fungsi-fungsi nya secara efektif dan efisien. Badan pengawas harus mempunyai struktur organisai dan ukuran yang memadai sesuai dengan jangkauan fasilitas dan kegiatan yang diawasi, dan badan pengawas harus diberikan sumber daya dan kekuasaan yang cukup untuk mengemban tanggungjawabnya. Struktur dan ukuran badan pengawas dipengaruhi oleh banyak faktor dan bukanlah hal yang tepat untuk mensyaratkan satu model organisasi. Garis pelaporan badan pengawas di dalam infrastruktur pemerintahan harus memastikan secara efektif independen terhadap organisasi atau badan-badan yang bertanggungjawab terhadap promosi teknologi nuklir dan radiasi , atau pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap fasilitas atau kegiatan. 4.2. Apabila badan pengawas terdiri dari lebih dari satu instansi, pengaturan yang efektif harus dilakukan untuk memastikan bahwa tanggungjawab dan fungsi-fungsinya terdefinisi dengan jelas dan terkordinasi, agar supaya menghindari terabaikan atau duplikasi yang tidak perlu dan untuk mencegah adanya persyaratan yang saling berlawanan bagi Pengguna. Fungsi utama review dan penilaian , inspeksi dan penegakan hukum harus diorganisasikan sedemikian rupa untuk mencapai konsistensi dalam rangka memperoleh umpan balik dan pertukaran informasi. Selain itu instansi-instansi yang
4.2. If the regulatory body consists of more than one authority, effective arrangements shall be made to ensure that regulatory responsibilities and functions are clearly defined and co-ordinated, in order to avoid any omissions or unnecessary duplication and to prevent conflicting requirements being placed on the operator. The main functions of review and assessment and inspection and enforcement shall be organized in such a way as to achieve consistency and to enable the necessary feedback and exchange of information. In addition, the authorities responsible for the different disciplines
concerned in the regulatory process, such as those responsible for nuclear, radiation, radioactive waste and transport safety, shall be effectively co-ordinated.
4.3. If the regulatory body is not entirely selfsufficient in all the technical or functional areas necessary to discharge its responsibilities for review and assessment or inspection, it shall seek advice or assistance, as appropriate, from consultants. Whoever may provide such advice or assistance (such as a dedicated support organization, universities or private consultants), arrangements shall be made to ensure that the consultants are effectively independent of the operator. If this is not possible, then advice or assistance may be sought from other States or from international organizations whose expertise in the field concerned is well established and recognized.
4.4. The use of consultants shall not relieve the regulatory body of any of its responsibilities. In particular, the regulatory body’s responsibility for making decisions and recommendations shall not be delegated. 4.5. The regulatory body shall establish and implement appropriate arrangements for a systematic approach to quality management which extend throughout the range of responsibilities and functions undertaken. STAFFING AND TRAINING OF THE REGULATORY BODY 4.6. The regulatory body shall employ a sufficient number of personnel with the necessary qualifications, experience and expertise to undertake its functions and responsibilities. It is likely that there will be positions of a specialist nature and positions needing more general skills and expertise. The regulatory body shall acquire and maintain the competence to judge, on an overall basis, the safety of facilities and activities and to make the necessary regulatory decisions.
bertanggungjawab untuk disiplin-displin yang berbeda dalam kaitan dengan proses pengawasan seperti pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap nuklir, radiasi, limbah radioaktif dan keselamatan pengangkutan harus dikoordinasikan secara efektif. 4.3. Jika badan pengawas tidak mencukupi secara keseluruhan, di dalam lingkup seluruh teknik atau fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mengemban tanggungjawabnya melakukan review dan penilaian atau inspeksi, badan pengawas harus mencari nasehat atau bantuan dari konsultan secara tepat. Siapapun yang dapat memberikan nasehat dan bantuan (seperti organisasi penunjang yang berdedikasi, Universitas atau konsultan swasta) pengaturan harus dibuat untuk memastikan bahwa konsultan adalah independen terhadap Pengguna. Jika dari dalam negeri tidak dimungkinkan maka nasehat atau bantuan dapat dicari dari luar negeri atau organisasi internasional yang telah mapan baik dan dikenal pada bidang yang diperlukan. 4.4. Penggunaan konsultan tidak melepaskan tanggungjawab badan pengawas untuk pembuatan keputusan dan rekomendasi. (tanggungjawab ini tidak dapat didelegasikan) 4.5. Badan pengawas harus menetapkan dan melaksanakan system manajemen mutu yang dijabarkan dari batasan tanggungjawab dan fungsi yang diemban.
PENEMPATAN DAN PELATIHAN PEGAWAI BADAN PENGAWAS 4.6. Badan pengawas harus mempekerjakan sejumlah personil yang cukup sesuai dengan kualifikasi, pengalaman dan keahlian untuk melaksanakan fungsi dan tanggungjawab nya. Hal yang mungkin adalah adanya posisi-posisi bagi para spesialis, pakar dan posisi-posisi dengan keahlian yang lebih umum. Badan pengawas harus memperoleh dan memelihara kompetensi untuk memutuskan di atas dasar yang menyeluruh terhadap keselamatan fasilitas dan kegiatan nuklir dan untuk membuat keputusan-keputusan pengawasan yang diperlukan.
4.8. In undertaking its own review and assessment of a safety submission presented by the operator, the regulatory body shall not rely solely on any safety assessment performed for it by consultants or on that conducted by the operator. Accordingly, the regulatory body shall have a full time staff capable of either performing regulatory reviews and assessments, or evaluating any assessments performed for it by consultants.
4.7. Untuk memastikan bahwa keahlian yang tepat diperoleh dan tingkat kompetensi yang mencukupi dipenuhi dan dipelihara, badan pengawas harus memastikan bahwa anggota stafnya mengikuti program pelatihan yang terdefinisi dengan baik. Pelatihan ini seharusnya memastikan bahwa staf akan tertarik dengan perkembangan teknologi dan konsep, prinsip keselamatan yang baru. 4.8. Dalam pelaksanaan review dan penilaian keselamatan yang diajukan oleh Pengguna, badan pengawas tidak semata-mata mengandalkan penilaian keselamatan dari konsultan atau yang telah dinyatakan oleh Pengguna. Oleh sebab itu badan pengawas harus mempunyai staf penuh waktu dan mampu untuk melakukan review dan penilaian badan pengawas atau peng-evaluasi-an hasil penilaian yang dilakukan oleh konsultan.
ADVISORY BODIES TO THE REGULATORY BODY 4.9. The government or the regulatory body may choose to give formal structure to the processes by which expert opinion and advice are provided to the regulatory body; the need or otherwise for such formal advisory bodies is determined by many factors. When the establishment of advisory bodies is considered necessary, on a temporary or permanent basis, such bodies shall give independent advice. The advice given may be technical or non-technical (in advising, for example, on ethical issues in the use of radiation in medicine). Any advice offered shall not relieve the regulatory body of its responsibilities for making decisions and recommendations.
KOMISI PENASEHAT BADAN PENGAWAS 4.9. Pemerintah atau badan pengawas dapat memilih untuk membuat struktur formal bagi proses-proses dimana pendapat atau nasehat ahli diberikan kepada badan pengawas, kebutuhan pembuatan struktur formal dipengaruhi oleh banyak factor. Apabila komisi penasehat dipertimbangkan perlu, baik permanen maupun temporer, komisi ini harus memberikan nasehat yang independen. Nasehat yang diberikan mungkin teknis maupun non teknis (sebagai contoh nasehat etika penggunaan radiasi dalam bidang kesehatan). Nasehat yang diajukan tidak melepaskan tanggungjawab badan pengawas untuk membuat keputusan dan rekomendasi.
4.7. In order to ensure that the proper skills are acquired and that adequate levels of competence are achieved and maintained, the regulatory body shall ensure that its staff members participate in well defined training programmes. This training should ensure that staff are aware of technological developments and new safety principles and concepts.
RELATIONS REGULATORY OPERATOR
BETWEEN BODY AND
THE HUBUNGAN ANTARA BADAN THE PENGAWAS DENGAN PENGGUNA
4.10. Mutual understanding and respect between the regulatory body and the operator, and a frank, open and yet formal relationship, shall be fostered.
4.10. Saling memahami dan menghargai antara badan pengawas dan Pengguna, dan harus dibangun hubungan yang tegas, terbuka dan tidak kaku.
INTERNATIONAL CO-OPERATION HUBUNGAN INTERNASIONAL 4.11. The safety of facilities and activities is of 4.11. Keselamatan fasilitas dan kegiatan nuklir international concern. Several international adalah kepentingan internasional. Beberapa
conventions relating to various aspects of safety are in force. National authorities, with the assistance of the regulatory body, as appropriate, shall establish arrangements for the exchange of safety related information, bilaterally or regionally, with neighbouring States and other interested States, and with relevant intergovernmental organizations, both to fulfil safety obligations and to promote cooperation.
konvensi internasional berkaitan dengan berbagai aspek keselamatan sedang berjalan. Pemerintah dengan bantuan badan pengawas dengan tepat harus membuat pengaturan bagi pertukaran informasi yang berkaitan dengan keselamatan secara bilateral maupun regional dengan negara tetangga dan negara lain yang berkepentingan dan dengan organisasi antarnegara yang relevan, baik untuk memenuhi kewajiban maupun kerjasama.
5. ACTIVITIES OF THE REGULATORY BODY GENERAL 5.1. The main functions of the regulatory body, as described in para. 3.2, are carried out within, and are dependent upon, the national legal framework. The regulatory process continues throughout the life cycle of a facility or the duration of an activity. The day to day activities of an established regulatory body in discharging its functional responsibilities will be those relating to authorization, review and assessment, and inspection and enforcement. Other functions, such as establishing, updating or adopting safety principles, regulations and guides, will be undertaken less frequently.
5. KEGIATAN BADAN PENGAWAS
5.2. For all facilities and activities, a prior authorization, a notification or an exemption shall be in force. Alternatively, activities of a particular type may be authorized in general to be performed in strict accordance with detailed technical regulations (such as the routine shipment of radioactive materials in packages approved under detailed transport safety regulations). AUTHORIZATION 5.3. Prior to the granting of an authorization, the applicant shall be required to submit a detailed demonstration of safety, which shall be reviewed and assessed by the regulatory body in accordance with clearly defined procedures. The extent of the control applied shall be commensurate with the potential magnitude and nature of the hazard presented. Thus, for example, a dental X ray machine may require only registration with the regulatory
UMUM 5.1. Fungsi utama badan pengawas yang dijabarkan pada paragraph 3.2. diselenggarakan di dalam dan bergantung pada kerangka kerja hukum nasional. Proses pengawasan berlanjut selama siklus hidup fasilitas atau masa kegiatan. Kegiatan sehari-hari badan pengawas yang sudah mapan dalam mengemban tanggungjawab dan fungsi-fungsinya adalah hal-hal yang berkaitan dengan otorisasi (perijinan) , review dan penilaian, inspeksi dan penegakan hukum. Fungsi lainnya seperti penetapan, pembaharuan atau adopsi prinsip keselamatan, peraturan dan pedoman jarang dilakukan. 5.2. Semua fasilitas dan kegiatan, sebelumnya harus memperoleh izin, notifikasi atau pengecualian. Secara alternatif pada umumnya kegiatan jenis tertentu diberi izin secara “strict” sesuai dengan peraturan teknis (seperti pengapalan rutin material radioaktif dalam kemasan yang disyahkan di bawah peraturan pengangkutan yang rinci).
OTORISASI (PERIJINAN) 5.3. Sebelum pemberian izin pemohon harus disyaratkan untuk menyampaikan demonstrasi keselamatan rinci, yang harus di review dan di nilai oleh badan pengawas sesuai dengan prosedur yang jelas. Jangkauan pengawasan yang diterapkan harus memadai dengan sifat dan besarnya potensi bahaya yang akan dihasilkan. Jadi, sebagai contoh, mesin sinar-X untuk Gigi hanya membutuhkan registrasi ke badan pengawas, namun untuk pembuangan
5.5. The regulatory review and assessment will lead to a series of regulatory decisions. At a certain stage in the authorization process, the regulatory body shall take formal actions which will result in either: (1) the granting of an authorization which, if appropriate, imposes conditions or limitations on the operator’s subsequent activities; or (2) the refusal of such an authorization. The regulatory body shall formally record the basis for these decisions.
limbah radioaktif perlu proses otorisasi (perijinan) yang bertahap (multi stage authorization). 5.4. Badan pengawas harus menerbitkan pedoman tentang format dan isi dokumen yang harus disampaikan kepada badan pengawas oleh Pengguna dalam mendukung permohonan izin. Pengguna diharuskan menyampaikan atau menyediakan semua informasi yang harus dijelaskan atau diminta kepada badan pengawas, sesuai dengan batas waktu yang disetujui. Untuk fasilitas yang rumit seperti PLTN, otorisasi (perijinan) diselenggarakan secara bertahap, masing-masing memerlukan titik tunda, persetujuan atau izin terpisah. Pada kasus demikian, setiap tahap ijin sebagai subyek yang harus di review dan dinilai dengan mempertimbangkan tahap sebelumnya sebagai umpan balik. 5.5. Review dan penilaian badan pengawas akan berakibat sederetan keputusan badan pengawas. Pada tahap tertentu proses otorisasi (perijinan), badan pengawas harus mengambil keputusan yang berakibat : (1) pemberian izin dengan mengajukan batasbatas atau kondisi-kondisi terhadap kegiatan Pengguna selanjutnya; atau (2) penolakan pemberian izin. Badan pengawas harus merekam dasar-dasar pertimbangan keputusan secara formal.
5.6. Any subsequent amendment, renewal, suspension or revocation of the authorization shall be undertaken in accordance with a clearly defined and established procedure. The procedure shall include requirements for the timely submission of applications for renewal or amendment of authorizations. For amendment and renewal, the associated regulatory review and assessment shall be consistent with the requirements of para. 5.3.
5.6. Amandemen , pembaharuan, penundaan atau izin berikutnya harus dilakukan sesuai dengan definisi yang jelas dan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur harus mencantumkan persyaratan waktu pengajuan untuk pembaharuan, atau amandemen otorisasi (perijinan). Untuk amandemen dan pembaharuan review dan penilaian yang menyertainya harus konsisten dengan persyaratan yang tercantum pada paragraph 5.3.
REVIEW AND ASSESSMENT 5.7. Review and assessment shall be performed in accordance with the stage in the regulatory process and the potential magnitude and nature of the hazard associated with the particular facility or activity. 5.8. In connection with its review and
REVIEW DAN PENILAIAN 5.7. Review dan penilaian harus dilakukan sesuai dengan tahap proses pengawasan , sifat, dan besarnya potensi bahaya yang terkandung pada fasilitas atau kegiatan tertentu.
body, whereas for a radioactive waste repository a multistage authorization process may be required. 5.4. The regulatory body shall issue guidance on the format and content of documents to be submitted by the operator in support of applications for authorization. The operator shall be required to submit or make available to the regulatory body, in accordance with agreed time-scales, all information that is specified or requested. For complex facilities (such as a nuclear power plant) authorization may be carried out in several stages, each requiring hold points, separate permits or licences. In such cases, each stage of the process shall be subject to review and assessment, with account taken of feedback from the previous stages.
5.8. Sehubungan dengan kegiatan review dan
assessment activities, the regulatory body shall define and make available to the operator the principles and associated criteria on which its judgements and decisions are based.
penilaian, badan pengawas harus mendefinisikan dan menyampaikan ke Pengguna tentang prinsip dan kriteria pengambilan keputusan badan pengawas.
5.9. A primary basis for review and assessment is the information submitted by the operator. A thorough review and assessment of the operator’s technical submission shall be performed by the regulatory body in order to determine whether the facility or activity complies with the relevant safety objectives, principles and criteria. In doing this, the regulatory body shall acquire an understanding of the design of the facility or equipment, the safety concepts on which the design is based and the operating principles proposed by the operator, to satisfy itself that:
5.9. Basis utama review dan penilaian adalah informasi yang diajukan oleh Pengguna. Review dan penilaian yang teliti dan menyeluruh atas pengajuan teknis dari Pengguna harus dilakukan oleh badan pengawas untuk menentukan apakah fasilitas atau kegiatan sesuai dengan tujuan, prinsip dan kriteria keselamatan yang relevan. Dalam melakukan hal ini badan pengawas harus memperoleh pemahaman tentang disain fasilitas atau peralatan, konsep keselamatan dimana sebagai dasar dari disain dan prinsip pengoperasian yang diusulkan oleh Pengguna untuk memenuhi persyaratan bahwa : (1) informasi yang tersedia memperagakan keselamatan fasilitas atau kegiatan yang diajukan; (2) informasi yang terkandung dalam pengajuan Pengguna adalah akurat dan cukup untuk memberikan konfirmasi kesesuaian dengan ketentuan badan pengawas. (3) Solusi teknik dan pada hal-hal yang baru tertentu, sudah terbukti atau terkualifikasi dengan pengalaman atau pengujian atau keduaduanya, dan mampu untuk mencapai tingkat keselamatan yang dipersyaratkan. 5.10. Badan pengawas harus menyiapkan program review dan penilaian sendiri atas fasilitas dan kegiatan untuk memeriksa secara rinci hasil perhitungan oleh Pengguna. Badan pengawas harus mengikuti perkembangan fasilitas dan kegiatan sebagaimana perlu, dari sejak seleksi penentuan tapak awal, disain, konstruksi, komisioning dan operasi, dekomisioning, penghentian dan penutupan fasilitas. Persyaratan tambahan untuk review dan penilaian PLTN tercantum pada Lampiran. 5.11. Modifikasi apapun terhadap aspek yang berkaitan dengan keselamatan fasilitas atau kegiatan (atau yang mempunyai hubungan tidak langsung tetapi berpengaruh berarti terhadap aspek keselamatan) harus di review dan dinilai, termasuk juga dipertimbangkan sifat dan besar potensi bahaya nya.
(1) the available information demonstrates the safety of the facility or proposed activity; (2) the information contained in the operator’s submissions is accurate and sufficient to enable confirmation of compliance with regulatory requirements; and (3) the technical solutions, and in particular any novel ones, have been proven or qualified by experience or testing or both, and are capable of achieving the required level of safety. 5.10. The regulatory body shall prepare its own programme of review and assessment of the facilities and activities under scrutiny. The regulatory body shall follow the development of a facility or activity, as applicable, from initial selection of the site, through design, construction, commissioning and operation, to decommissioning, closure or closeout. Additional requirements for the review and assessment of a nuclear power plant are given in the Appendix. 5.11. Any modification to safety related aspects of a facility or activity (or having an indirect but significant influence on safety related aspects) shall be subject to review and assessment, with the potential magnitude and nature of the associated hazard being taken into account.
INSPECTION AND ENFORCEMENT 5.12. Regulatory inspection and enforcement activities shall cover all areas of regulatory responsibility. The regulatory body shall conduct inspections to satisfy itself that the operator is in compliance with the conditions set out, for example, in the authorization or regulations. In addition, the regulatory body shall take into account, as necessary, the activities of suppliers of services and products to the operator. Enforcement actions shall be applied as necessary by the regulatory body in the event of deviations from, or noncompliance with, conditions and requirements. 5.13. The main purposes of regulatory inspection and enforcement are to ensure that: (1) facilities, equipment and work performance meet all necessary requirements; (2) relevant documents and instructions are valid and are being complied with; (3) persons employed by the operator (including contractors) possess the necessary competence for the effective performance of their functions; (4) deficiencies and deviations are identified and are corrected or justified without undue delay; (5) any lessons learned are identified and propagated to other operators and suppliers and to the regulatory body as appropriate; and (6) the operator is managing safety in a proper manner. Regulatory inspections shall not diminish the operator’s prime responsibility for safety or substitute for the control, supervision and verification activities that the operator must carry out.
Inspection 5.14. The regulatory body shall establish a planned and systematic inspection programme. The extent to which inspection is performed in the regulatory process will depend on the potential magnitude and nature of the hazard associated with the facility or activity. 5.15. Inspection by the regulatory body, both announced and unannounced, shall be a
INSPEKSI DAN PENEGAKAN HUKUM 5.12. Kegiatan inspeksi dan penegakan hukum harus mencakup seluruh tanggungjawab badan pengawas. Badan pengawas harus melakukan inspeksi untuk memastikan bahwa Pengguna telah patuh dengan persyaratan izin yang diberikan, dan peraturan. Selain itu, bila perlu badan pengawas juga harus mempertimbangkan kegiatan pemasokan barang dan jasa oleh pemasok kepada Pengguna. Kegiatan penegakan hukum harus diterapkan seperlunya oleh badan pengawas pada kejadian adanya penyimpangan atau ketidak sesuaian terhadap kondisi izin dan peraturan. 5.13. Tujuan utama inspeksi dan penegakan hukum adalah untuk memastikan bahwa : (1) fasilitas, peralatan dan unjuk kerja memenuhi semua persyaratan yang diperlukan; (2) dokumen dan instruksi yang relevan adalah benar dan memenuhi syarat; (3) personil yang dipekerjakan oleh Pengguna (termasuk kontraktor) memiliki kompetensi yang diperlukan untuk unjuk kerja yang efektif bagi fungsi-fungsi mereka. (4) Kekurangan dan penyimpangan dikenali dan dikoreksi atau dibenarkan tanpa ditundatunda; (5) Segala pelajaran yang didapat, dikenali dan disebarkan kepada Pengguna lainnya, pemasok dan kepada badan pengawas sebagaimana mestinya; dan (6) Bagi Pengguna yang telah mengelola keselamatan dengan benar. Inspeksi badan pengawas harus tidak mengurangi tanggungjawab utama Pengguna atas keselamatan atau mengganti pengawasan, supervisi dan verifikasi kegiatan –kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Pengguna. Inspeksi 5.14. Badan pengawas harus menetapkan program inspeksi secara terencana dan sistematik. Jangkauan inspeksi yang dilakukan di dalam proses pengawasan bergantung pada sifat dan besarnya potensi bahaya fasilitas atau kegiatan. 5.15. Inspeksi oleh badan pengawas, baik yang diberitahu maupun yang tanpa
continuing activity. If the regulatory body uses the services of consultants for the inspections, then it shall have the responsibility for taking any actions on the basis of these inspections.
5.16. In addition to routine inspection activities, the regulatory body shall carry out inspections at short notice if an abnormal occurrence warrants immediate investigation. Such regulatory inspection shall not diminish the responsibility of the operator to investigate any such occurrence immediately. 5.17. Regulatory inspectors shall be required to prepare reports of their inspection activities and findings, which shall be fed back into the regulatory process. Enforcement 5.18. Enforcement actions are designed to respond to non-compliance with specified conditions and requirements. The action shall be commensurate with the seriousness of the non-compliance. Thus there are different enforcement actions, from written warnings to penalties and, ultimately, withdrawal of an authorization. In all cases the operator shall be required to remedy the non-compliance, to perform a thorough investigation in accordance with an agreed time-scale, and to take all necessary measures to prevent recurrence. The regulatory body shall ensure that the operator has effectively implemented any remedial actions.
5.19. Deviations from, or violations of, requirements, or unsatisfactory situations which have minor safety significance, may be identified at facilities or in the conduct of activities. In such circumstances, the regulatory body shall issue a written warning or directive to the operator which shall identify the nature and regulatory basis of each violation and the period of time permitted for taking remedial action. 5.20. If there is evidence of a deterioration in the level of safety, or in the event of serious violations which in the judgement of the
pemberitahuan, harus merupakan kegiatan yang berlanjut. Jika badan pengawas menggunakan jasa konsultan untuk inspeksi, maka badan pengawas harus ber tanggungjawab untuk mengambil tindakan tertentu dengan dasar hasil inspeksi. 5.16. Selain kegiatan inspeksi rutin, badan pengawas harus melakukan inspeksi dengan segera jika terjadi ketidak normal-an untuk melakukan investigasi mendadak. Inspeksi badan pengawas ini harus tidak mengurangi tanggungjawab Pengguna untuk menyelidiki apapun kejadian sesegera mungkin. 5.17. Inspektur badan pengawas harus disyaratkan untuk menyiapkan laporan kegiatan inspeksi dan temuannya, yang harus menjadi umpan balik proses pengawasan. Penegakan hukum 5.18. Tindakan penegakan hukum dirancang untuk merespon ketidak sesuaian dengan kondisi izin dan peraturan yang telah ditetapkan. Tindakannya harus sesuai dengan tingkat keseriusan pelanggaran. Jadi terdapat tindakan penegakan hukum bertahap , mulai dari peringatan tertulis hingga penalti dan diakhiri dengan pencabutan izin. Pada seluruh kasus Pengguna harus disyaratkan untuk memperbaiki ketidak sesuaian, untuk melakukan penyelidikan yang seksama sesuai dengan waktu yang telah disetujui, dan mengambil tindakan untuk mencegah berulangnya kejadian. Badan pengawas harus memastikan bahwa Pengguna telah melaksanakan kegiatan perbaikan secara efektif. 5.19. Penyimpangan atau pelanggaran peraturan, atau situasi yang tidak memuaskan yang mempunyai keselamatan minor negatif yang berarti, kemungkinan dapat diidentifikasi pada fasilitas atau pada pelaksanaan kegiatan. Pada keadaan demikian, badan pengawas harus menerbitkan peringatan tertulis atau pengarahan kepada Pengguna agar mengidentifikasi sifatsifatnya dan dasar peraturan dari masingmasing pelanggaran dan periode waktu yang diizinkan untuk mengambil tindakan perbaikan. 5.20. Jika terdapat bukti berkurangnya tingkat keselamatan, atau terjadi pelanggaran yang serius yang menurut pandangan badan
regulatory body pose an imminent radiological hazard to workers, public or environment, the regulatory body shall require the operator to curtail activities and to take any further action necessary to restore an adequate level of safety.
5.21. In the event of continual, persistent or extremely serious non-compliance, or a significant release of radioactive material to the environment due to serious malfunctioning at or damage to a facility, the regulatory body shall direct the operator to curtail activities and may suspend or revoke the authorization. The operator shall be directed to eliminate any unsafe conditions. 5.22. All enforcement decisions shall be confirmed to the operator in writing. 5.23. The extent of the authority of the regulatory inspectors to take on the spot enforcement actions shall be determined by the regulatory body. 5.24. Where on the spot enforcement authority is not granted to individual inspectors, the transmission of information to the regulatory body shall be suited to the urgency of the situation so that necessary actions are taken in a timely manner; information shall be transmitted immediately if the inspectors judge that the health and safety of workers or the public are at risk, or the environment is endangered.
pengawas akan menimbulkan bahaya dalam waktu dekat terhadap pekerja, masyarakat atau lingkungan, badan pengawas harus mensyaratkan Pengguna untuk menghentikan segala kegiatan dan mengambil tindakan lebih lanjut yang diperlukan untuik mengembalikan tingkat keselamatan yang mencukupi. 5.21. Pada kejadian yang berlanjut, tetap buruk atau ketidak sesuaian serius yang ekstrim, atau keluarnya material radioaktif ke lingkungan disebabkan oleh malfungsi yang serius atau kerusakan fasilitas, badan pengawas harus mengarahkan Pengguna untuk membenahi kegiatan dan dapat menunda atau mencabut izin. Pengguna harus diarahkan untuk menghilangkan kondisi apapun yang menyebabkan tidak selamat. 5.22. Semua keputusan penegakan hukum harus diberitahukan secara tertulis kepada Pengguna. 5.23. Jangkauan kewenangan inspektur badan pengawas untuk menetapkan tindakan penegakan hukum di lapangan harus ditetapkan oleh badan pengawas. 5.24. Apabila kewenangan penegakan hukum di lapangan tidak diberikan kepada individu Inspektur, transmisi informasi kepada badan pengawas harus cocok terhadap urgensi situasi sehingga tindakan yang diperlukan di ambil pada waktu yang sesuai; informasi harus di kirim segera jika inspektur menetapkan bahwa kesehatan dan keselamatan pekerja atau masyarakat pada kondisi beresiko atau lingkungan dalam keadaan berbahaya.
DEVELOPMENT OF REGULATIONS AND PENGEMBANGAN GUIDES PEDOMAN 5.25. The system of regulations and guides shall be chosen so as to suit the legal system of the State, and the nature and extent of the facilities and activities to be regulated. Where regulations are not issued by the regulatory body, the legislative and governmental mechanisms shall ensure that such regulations are developed and approved in accordance with appropriate time-scales. 5.26. The main purpose of regulations is to establish requirements with which all operators must comply. Such regulations shall provide a
PERATURAN
DAN
5.25. Sistem peraturan dan pedoman harus dipilih sehingga cocok dengan sistem hukum negara, sifat-sifat dan jangkauan fasilitas dan kegiatan-kegiatan yang diawasi. Apabila peraturan tidak diterbitkan oleh badan pengawas, mekanisme perundang-undangan dan pemerintahan harus memastikan bahwa peraturan tersebut dikembangkan dan disetujui dalam jangka waktu yang sesuai. 5.26. Tujuan utama peraturan adalah untuk menetapkan persyaratan yang harus dipatuhi oleh semua Pengguna. Peraturan harus
framework for more detailed conditions and requirements to be incorporated into individual authorizations. 5.27. Guides, of a non-mandatory nature, on how to comply with the regulations shall be prepared, as necessary. These guides may also provide information on data and methods to be used in assessing the adequacy of the design and on analyses and documentation to be submitted to the regulatory body by the operator. 5.28. In developing regulations and guides, the regulatory body shall take into consideration comments from interested parties and the feedback of experience. Due account shall also be taken of internationally recognized standards and recommendations, such as IAEA safety standards.
6. SPECIFIC INFRASTRUCTURE GENERAL 6.1. In order to safely derive the benefits of the exploitation of nuclear and radiation related technologies, governments must provide for both an effective regulatory regime and an appropriate supporting infrastructure. The regulatory regime has been considered in the preceding sections of this Safety Requirements publication. Requirements in respect of the supporting infrastructure are presented in this section. INFRASTRUCTURE FOR EMERGENCY PREPAREDNESS 6.2. Despite all the precautions that are taken in the design and operation of nuclear facilities and the conduct of nuclear activities, there remains a possibility that a failure or an accident may give rise to an emergency. In some cases, this may give rise to the release of radioactive materials within facilities and/or into the public domain, which may necessitate emergency response actions. Such emergencies may include transport accidents. Adequate preparations shall be established and maintained at local and national levels and, where agreed between States, at the international level to respond to emergencies.
memberikan kerangka kerja untuk kondisi izin yang lebih rinci yang dicantumkan dalam masing-masing otorisasi (perijinan) . 5.27. Pedoman, yang bersifat tidak wajib, tentang bagaimana atau cara untuk memenuhi peraturan harus disiapkan sebagaimana perlu. Pedoman ini dapat juga memberikan informasi data dan metode yang akan digunakan dalam menilai kecukupan disain dan dalam analisis dan dokumentasi yang harus diserahkan oleh Pengguna kepada badan pengawas. 5.28. Dalam membuat peraturan dan pedoman , badan pengawas harus mempertimbangkan masukan dari pihak terkait dan juga berdasarkan pengalaman. Dan juga harus diperhatikan standar dan rekomendasi yang telah diakui, seperti Safety Standar IAEA.
6.
INFRASTRUKTUR SPESIFIK
UMUM 6.1. Dalam upaya memperoleh keuntungan penggunaan teknologi yang berkaitan dengan nuklir dan radiasi dengan selamat, pemerintah harus menyediakan baik sistem peraturan yang efektif maupun infrastruktur pendukung yang memadai. Sistem peraturan telah dibahas dalam paragraf sebelumnya. Persyaratan yang berkaitan dengan infrastruktur pendukung dijelaskan pada bab ini . INFRASTRUKTUR KESIAPSIAGAAN NUKLIR 6.2. Walaupun kehati-hatian telah diambil dalam disain dan operasi fasilitas nuklir dan pelaksanaan kegiatan nuklir, masih mungkin terjadinya kegagalan atau kecelakaan yang menyebabkabn timbulnya kedaruratan nuklir. Dalam beberapa kasus, dapat menimbulkan terjadinya pelepasan bahan radioaktif di dalam fasilitas dan/atau ke masyarakat, yang mungkin memerlukan tindakan tanggap darurat nuklir. Kedaruratan nuklir ini dapat juga terjadi karena kecelakaan transportasi. Persiapan yang cukup harus dibuat dan dipelihara pada tingkat lokal dan nasional dan, bila disetujui antara beberapa negara, pada tingkat internasional untuk menanggapi kedaruratan tersebut.
6.3. The arrangements for emergency response actions both within and outside facilities, if applicable, or elsewhere under the control of the operator, are dealt with through the regulatory process. Government shall ensure that competent authorities have the necessary resources and that they make preparations and arrangements to deal with any consequences of accidents in the public domain, whether the accident occurs within or beyond national boundaries. These preparations shall include the actions to be taken both in and after an emergency. 6.4. The nature and extent of emergency arrangements shall be commensurate with the potential magnitude and nature of the hazard associated with the facility or activity. 6.5. The emergency arrangements shall include a clear allocation of responsibility for notification and decision making. They shall ensure an effective interface between the operator and the competent authorities and shall provide for effective means of communication. The arrangements of all parties shall be exercised on a periodic basis and shall, where appropriate, be witnessed by the regulatory body. 6.6. In planning for, and in the event of, emergencies, the regulatory body shall act as an adviser to the government and competent authorities in respect of nuclear safety and radiation protection.
6.3. Pengaturan tindakan tanggap darurat baik di dalam maupun di luar fasilitas, atau dimana saja di dalam pengendalian Pengguna, dilaksanakan dalam rangka proses pengawasan. Pemerintah harus memastikan pihak-pihak yang berkompeten telah memiliki sumber daya yang cukup dan mereka telah membuat persiapan dan pengaturan untuk menangani akibat kecelakaan pada masyarakat , baik kejadian terjadi di dalam maupun di luar batas wilayah. Persiapan tersebut harus meliputi tindakan yang di ambil baik pada saat maupun setelah kedaruratan.
INFRASTRUCTURE FOR RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT 6.7. Radioactive waste generated in nuclear facilities and activities may necessitate special considerations, particularly in view of the long time-scales and different organizations which may be involved from its generation through to its final disposal and the closure of a repository. Continuity of responsibility between the organizations involved shall be ensured. Consequently, national policies and implementation strategies for the safe management of radioactive waste shall be developed, in accordance with the objectives and principles set out in the IAEA Safety Fundamentals publication on The Principles of
INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF. 6.7. Limbah radioaktif yang dihasilkan oleh fasilitas dan kegiatan nuklir memerlukan pertimbangan khusus, terutama dalam hal jangka waktu yang panjang dan berbagai macam organisasi yang terlibat, dari mulai timbulnya limbah radioaktif sampai ke pembuangan terakhir dan penutupan tempat pembuangan. Kesinambungan tanggungjawab antara organisasi yang terlibat harus dipastikan. Akibatnya, kebijakan nasional dan penerapan strategi untuk pengelolaan limbah radioaktif harus dibuat sesuai dengan tujuan dan prinsip yang tertulis di dalam dokumen Safety Fundamental IAEA The principal of
6.4. Sifat dan jangkauan penataan kedaruratan harus sesuai dengan besarnya potensi dan tingkat bahaya yang berkaitan dengan fasilitas dan kegiatan nuklir. 6.5. Pengaturan kedaruratan harus meliputi pembagian tanggungjawab yang jelas dalam hal pemberitahuan (notifikasi) dan pengambilan keputusan. Pengaturan ini harus memastikan kerjasama yang efektif antara pihak-pihak yang berkompeten dan Pengguna dan pengaturan ini juga harus memberikan cara komunikasi yang efektif. Pengaturan semua fihak-fihak yang terlibat harus diadakan uji coba secara periodik , jika perlu , disaksikan oleh badan pengawas. 6.6. Di dalam perencanaan, dan kejadian kedaruratan, badan pengawas harus bertindak sebagai penasehat pemerintah sebagai pihak yang berkompeten dalam hal keselamatan nuklir dan proteksi radiasi.
Radioactive Waste Management [4]. These strategies shall take into account the diversity between types of radioactive waste and shall be commensurate with the radiological characteristics of the waste. The regulatory body shall ensure that an appropriate waste classification scheme is established accordingly. 6.8. Prior to the granting of an authorization for activities that generate radioactive waste or for radioactive waste management facilities, the regulatory body shall ensure that interdependences among all steps in the generation and management of radioactive waste are appropriately taken into account. In planning the management of radioactive waste, account shall be taken of all safety aspects and needs at all the various steps, and of the fact that decisions made concerning one step may foreclose alternatives or may have other significant consequences for other steps. No step shall be considered in isolation.
Radioactive waste management (4). Strategi ini juga harus mempertimbangkan keragaman limbah radioaktif dan sesuai dengan sifat radiologis limbah tersebut. Badan pengawas harus memastikan skim klasifikasi limbah yang baik telah ditetapkan.
6.9. Prior to the authorization of activities that generate radioactive waste, the regulatory body shall ensure that: (1) appropriate consideration is given to making provision for the necessary capacity for processing and storage of the anticipated radioactive waste; (2) the processed waste and waste packages are compatible with the anticipated nature and duration of storage, with account taken of the strategy for regular surveillance of waste and the need for retrievability of waste from storage for further processing or disposal.
6.9. Sebelum mengizinkan kegiatan yang menghasilkan limbah radioaktif, badan pengawas harus memastikan bahwa (1) Pertimbangan telah diambil sesuai dengan kebutuhan akan kapasitas proses dan penyimpanan bahan radioaktif. (2) Limbah dan paket limbah radioaktif yang terproses sesuai dengan sifat dan nama penyimpanan, dengan mempertimbangkan strategi kepengawasan limbah dan penyimpanan untuk proses lebih lanjut atau pembuanagn.
6.10. Government shall ensure that adequate arrangements are made for the safe storage and disposal of radioactive waste. Responsibilities shall be delineated and assigned to ensure that any transfer of responsibility for waste is adequately managed. 6.11. Government shall ensure that the regulations provide for establishing an inventory of existing and anticipated radioactive waste, including its location and radionuclide content and other physical and chemical characteristics significant to the safety of its management; and for preventing
6.10. Pemerintah harus memastikan bahwa penataan yang cukup telah dibuat untuk penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif yang aman. Tanggungjawab harus dibagi dan diberikan untuk memastikan pemindahan tanggungjawab limbah telah dikelola dengan baik. 6.11. Pemerintah harus memastikan bahwa peraturan tersedia untuk pembuatan inventarisasi limbah radioaktif yang saat kini dan yang akan datang, termasuk tempat dan isi radionuklida dan karakteristik fisik dan kimiawi yang berkaitan dengan keselamatan,
6.8. Sebelum mengizinkan kegiatan yang menghasilkan limbah radioaktif atau fasilitas pengelolaan limbah radioaktif, badan pengawas harus memastikan ke saling tergantungan dalam setiap langkah-langkah penghasilan dan pengelolaan limbah radioaktif telah diperhatikan. Dalam merencanakan pengelolaan limbah radioaktif, perlu juga dipertimbangkan segala aspek keselamatan dan kebutuhan dalam berbagai tahap, dan kenyataan bahwa keputusan yang diambil dalam satu tahap bisa menutup alternatif lain atau menimbuilkan akibat pada tahap lain. Tidak ada tahap yang dipertimbangkan sendiri-sendiri.
and reducing the generation of radioactive waste and promoting the reuse and recycle of equipment and materials and the reuse of buildings. 6.12. If institutional control after closure of a repository is deemed necessary, responsibility for carrying out institutional control shall be clearly assigned. 6.13. Government shall ensure that appropriate research and development programmes for radioactive waste disposal are implemented, in particular for long term safety.
pencegahan dan pengurangan penghasilan limbah radioaktif dan pemasyarakatan penggunaan ulang dan daur ulang, alat dan bahan dan penggunaan ulang bangunan. 6.12. Jika pengawasan institusi setelah penutupan pembuangan limbah itu diperlukan, tanggungjawab dalam melaksanakan pengawasan institusi harus jelas penugasannya 6.13. Pemerintah harus memastikan program riset dan pengembangan yang sesuai tentang pembuangan radioaktif telah dilaksanakan dengan benar, terutama yang berkaitan dengan keselamatan jangka panjang.
INFRASTRUCTURE FOR INTERVENTION
INFRASTRUKTUR INTERVENSI
6.14. Fasilitas dan kegiatan nuklir dan radisai akan menyebabkan paparan radiasi. Hal ini dapat dikontrol secara selamat dalam disain dan operasi. Walaupun begitu, situasi mungkin terjadi dimana intervensi diperlukan untuk mengurangi atau menghindari paparan atau potensi paparan yang disebabkan oleh kecelakaan atau dari praktek yang terhenti atau kurang terkontrol dengan baik, atau dari bahan alam beradiasi tinggi. Dalam situasi ini pemerintah harus menunjuk organisasi yang bertanggung jawab dalam hal pengaturan pelaksanaan intervensi untuk memastikan bahwa tindakan penyelamatan telah diambil untuk melindungi masyarakat, pekerja dan lingkungan. Organisasi intervensi harus memiliki sumber daya dan wewenang yang cukup dalam mengemban tugasnya. 6.15. Badan pengawas harus memberikan masukan yang sesuai dalam proses intervensi. Masukan tersebut bisa berbentuk nasehat kepada pemerintah atau pengawasan kegiatan intervensi. 6.16. Principles and criteria for intervention 6.16. Prinsip dan kriteria tindakan intervensi actions shall be established and the regulatory harus dibuat dan badan pengawas harus body shall provide any necessary advice in this memberikan nasehat yang sesuai dalam hal ini. regard. 6.14. Nuclear and radiation facilities and activities will give rise to some radiation exposure. This can be safely controlled by design and operational measures. However, circumstances may arise in which intervention is needed to reduce or avert exposure or potential exposure to radiation arising from an accident or from a discontinued or inadequately controlled practice, or to radiation occurring naturally at unusually high levels. In such situations the government shall appoint organizations to be responsible for making the necessary arrangements for intervention to ensure that remedial action is taken to protect the public, workers and the environment. The intervening organization shall have the necessary resources and authority to fulfil its function. 6.15. The regulatory body shall provide any necessary input to the intervention process. Such input may be advice to the government or regulatory control of intervention activities.
INFRASTRUCTURE FOR SERVICES 6.17. The achievement of a high level of nuclear, radiation, radioactive waste and transport safety in States depends on operators discharging their prime responsibility for the safety of their facilities and activities, and on
INFRASTRUKTUR UNTUK JASA 6.17. Pencapaian keselamatan tingkat tinggi atas nuklir, radiasi, limbah dan pengangkutan zat radioaktif pada suatu negara bergantung pada pemenuhan tanggungjawab utama Pengguna terhadap keselamatan fasilitas dan
the regulatory body being competent, efficient and adequately resourced. Achievement of a high level of safety will be greatly facilitated by an adequate supporting infrastructure for nuclear, radiation, radioactive waste and transport related activities. Government and, as appropriate, concerned organizations shall therefore pay attention to, and provide for, among other things, the following: (1) training and education; (2) dosimetry services; (3) calibration and radioanalytical services; (4) special emergency equipment; (5) appropriate medical resources; and (6) international co-operation.
kegiatan, dan bergantung pada badan pengawas yang kompeten dengan sumber daya yang cukup dan efisien. Pencapaian keselamatan tingkat tinggi sangat difasilitasi dengan infrastruktur pendukung yang memadai bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan nuklir, radiasi, limbah dan pengangkutan zat radioaktif. Pemerintah dan organisasi-organisasi yang berkepentingan harus menaruh perhatian dan memberikan antara lain sebagai berikut: (1) pendidikan dan pelatihan; (2) jasa dosimetri; (3) kalibrasi dan jasa radio analisis; (4) peralatan khusus kedaruratan (5) sumber daya medik yang sesuai; dan (6) kerjasama internasional
Appendix REVIEW AND ASSESSMENT DURING THE LIFE CYCLE OF A NUCLEAR POWER PLANT A.1. Before authorizing or licensing the construction of a nuclear power plant, the regulatory body shall review and assess: (1) the competence and capability of the applicant or licensee to meet the authorization or licence requirements; (2) the site characteristics, in order to confirm the acceptability of the site and the related data used in the design of the proposed plant; (3) the basic design of the proposed plant, in order to confirm that it can meet the safety requirements; (4) the quality assurance organization and programmes of the applicant/licensee and vendors; (5) the design features related to physical protection which are important for safety; (6) research and development plans or programmes related to demonstration of the design, where applicable; and (7) arrangements for decommissioning and for management of radioactive waste.
LAMPIRAN REVIEW DAN PENILAIAN SELAMA WAKTU HIDUP PLTN A1. Sebelum pemberian izin konstruksi PLTN, badan pengawas harus me-review dan menilai: (1) kompetensi dan kemampuan pemohon atau pemegang izin untuk memenuhi persyaratan otorisasi (perijinan); (2) karakteristik tapak, untuk memastikan kemampuan terima tapak dan data terkait yang digunakan dalam disain pembangkit yang diajukan; (3) disain dasar pembangkit yang diajukan, untuk memastikan bahwa hal ini dapat memenuhi persyaratan keselamatan; (4) program jaminan mutu organisasi pemohon/pemegang izin dan pemasok; (5) fitur disain yang berkaitan dengan proteksi fisik yang penting untuk keselamatan; (6) rencana riset dan pengembangan yang terkait dengan demonstrasi disain bila diperlukan (7) penataan dekomisioning dan pengelolaan limbah radioaktif.
A.2. During construction, the regulatory body shall review and assess: (1) on a systematic basis, the development of the design of the plant as demonstrated in the
A2. Selama kontruksi, badan pengawas harus me-review dan menilai: (1) dengan dasar yang sistematik, pengembangan disain pembangkit seperti
safety documentation submitted by the applicant or licensee in accordance with an agreed programme; and (2) the progress of research and development programmes relating to demonstration of the design, if applicable. A.3. Before the beginning of commissioning, the regulatory body shall review and assess the commissioning programme and, if appropriate, establish hold points for review and assessment.
didemonstrasikan di dalam dokumen keselamatan yang disampaikan pemohon atau pemegang izin sesuai dengan program yang disepakati; dan (2) kemajuan program riset dan pengembangan terkait dengan demonstrasi disain, jika diperlukan. A3. Sebelum awal komisioning, badan pengawas harus me-review dan menilai program komisioning dan jika perlu, menetapkan titik tunda untuk review dan penilaian.
A.4. Before authorizing the loading of nuclear fuel or initial criticality, as appropriate, the regulatory body shall complete the review and assessment of: (1) the as-built design of the plant; (2) the results of non-nuclear commissioning tests; (3) the limits and conditions for operation during commissioning; (4) the provisions for radiological protection; (5) the adequacy of operating instructions and procedures, especially the main administrative procedures, general operating procedures and emergency operating procedures; (6) the recording and reporting systems; (7) the arrangements for ensuring training and qualification of plant personnel, including staffing levels and fitness for duty; (8) the quality assurance organization and programme for operation; (9) on-site and off-site emergency preparedness; (10) the accounting measures for nuclear and radioactive materials; (11) the adequacy of the physical protection arrangements important for safety; and (12) the arrangements for periodic testing, maintenance, inspection, control of modifications and surveillance.
A.4. Sebelum pemberian izin pemasukan bahan bakar atau awal kekritisan bila perlu, badan pengawas harus menyelesaikan review dan penilaian : (1) disain utuh pembangkit (as built design); (2) hasil-hasil pengujian komisioning nonnuklir; (3) batas dan kondisi operasi selama komisioning; (4) ketentuan tentang proteksi radiologi; (5) kecukupan atas prosedur dan instruksi kerja, terutama prosedur administrasi, prosedur kerja umum dan prosedur operasi tanggap darurat; (6) sistem pelaporan dan rekaman; (7) penataan untuk memastikan pelatihan dan kualifikasi personel pembangkit, termasuk tingkat penempatan dan kecocokan tugas; (8) program jaminan mutu organisasi untuk operasi; (9) tanggap darurat di dalam dan di luar fasilitas; (10) akutansi material nuklir dan radioaktif; (11) penataan proteksi fisik yang memadai yang penting untuk keselamatan; dan (12) penataan untuk pengujian, pemeliharaan, inspeksi, kontrol modifikasi dan surveilance secara berkala.
A.5. Before authorizing or licensing routine operation at full power, the regulatorybody shall complete the review and assessment of: (1) the results of commissioning tests; and (2) the limits and conditions for operation.
A.5. Sebelum pemberian izin operasi rutin pada daya penuh, badan pengawas harus menyelesaikan review dan penilaian: (1) hasil-hasil pengujian komisioning; dan (2) batas dan kondisi operasi.
A.6. In the operation of the plant, changes in
A.6. Pada saat
pembangkit beroperasi,
operational limits and conditions or significant safety related modifications may be necessary because of operating experience feedback, advances in reactor technology, plant modifications proposed by the operator or new regulatory requirements. The regulatory body shall review and assess such proposed changes or modifications prior to their authorization.
adanya perubahan batas operasi dan kondisi atau modifikasi yang berarti terkait dengan keselamatan mungkin diperlukan karena umpan balik pengalaman operasi, adanya kemajuan teknologi reaktor, modifikasi pembangkit yang diajukan oleh pengguna atau persyaratan peraturan baru. Badan pengawas harus melakukan review dan penilaian perubahanperubahan atau modifikasi yang diajukan sebelum pemberian izin.
A.7. In the operation of a nuclear power plant, the regulatory body may require a periodic safety review. In such cases, the regulatory body shall first review and assess the operators’ strategy and the safety factors to be evaluated. The regulatory body shall subsequently review and assess the completed periodic safety review.
A.7. Pada saat PLTN beroperasi badan pengawas dapat mensyaratkan review keselamatan secara berkala (periodic safety review-PSR). Pada kasus demikian yang pertama, badan pengawas harus melakukan review dan penilaian strategi Pengguna dan faktor keselamatan yang harus dievaluasi. Selanjutnya badan pengawas harus melakukan review dan penilaian PSR secara menyeluruh.
A.8. Before authorizing the decommissioning of the nuclear power plant, the regulatory body shall review and assess the proposed procedures for demonstrating nuclear and radiation safety and the safe management of radioactive waste.
A.8. Sebelum pemberian izin dekomisioning PLTN, badan pengawas harus melakukan review dan penilaian prosedur yang memperagakan keselamatan radiasi dan nuklir dan pengelolaan keselamatan limbah radioaktif.
ACUAN
REFERENCES [1] FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION, OECD NUCLEAR ENERGY AGENCY, PAN AMERICAN HEALTH ORGANIZATION, WORLD HEALTH ORGANIZATION, International Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation and for the Safety of Radiation Sources, Safety Series No. 115, IAEA, Vienna (1996). [2] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material (1996 Edition (Revised)), Safety Standards Series No. TS-R1 (ST-1, Revised), IAEA, Vienna (2000). [3] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Safety of Nuclear Installations,
1. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, INTERNATIONAL LABOURORGANISATION, OECD NUCLEAR ENERGY AGENCY, PAN AMERICANHEALTH ORGANIZATION, WORLD HEALTH ORGANIZATION, International Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation and for the Safety of Radiation Sources, Safety Series No. 115, IAEA, Vienna (1996). 2. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material (1996 Edition (Revised)), Safety Standards Series No. TS-R1(ST-1, Revised), IAEA, Vienna (2000). 3. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Safety of Nuclear Installations,Safety Series No. 110, IAEA,
Safety Series No. 110, IAEA, Vienna (1993). [4] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Principles of Radioactive Waste Management, Safety Series No. 111-F, IAEA, Vienna (1995). [5] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Radiation Protection and the Safety of Radiation Sources, Safety Series No. 120, IAEA, Vienna (1996).
Vienna (1993). 4. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Principles of Radioactive WasteManagement, Safety Series No. 111-F, IAEA, Vienna (1995). 5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Radiation Protection and the Safety of Radiation Sources, Safety Series No. 120, IAEA, Vienna (1996).
PERBENDAHARAAN KATA GLOSSARY authorization. The granting by a regulatory or other governmental body of written permission for an operator to perform specified activities. Authorization could include, for example, licensing, certification, registration, etc. facilities and activities. A general term encompassing nuclear facilities, uses of all sources of ionizing radiation, all radioactive waste management activities, transport of radioactive material and any other practice or circumstances in which people may be exposed to radiation from naturally occurring or artificial sources. institutional control. Control of a radioactive waste site by an authority or institution designated under the laws of a country. This control may be active (monitoring, surveillance, remedial work) or passive (land use control) and may be a factor in the design of a nuclear facility (e.g. near surface repository). operator. Any organization or person applying for authorization or authorized and/or responsible for nuclear, radiation, radioactive waste or transport safety when undertaking activities or in relation to any nuclear facilities or sources of ionizing radiation. This includes, inter alia, private individuals, governmental bodies, consignors or carriers, licensees, hospitals, self-employed persons, etc. regulatory body. An authority or a system of authorities designated by the government of a State as having legal authority for conducting
otorisasi (perijinan). Pemberian izin tertulis oleh badan pengawas atau badan pemerintah lain kepada pengguna untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Otorisasi dapat mencakup, sebagai contoh lisensi, sertifikasi, registrasi dan lain-lain. fasilitas dan kegiatan. Suatu terminologi umum yang mencakup fasilitas nuklir, pemakaian seluruh radiasi peng-ion, seluruh kegiatan pengelolaan limbah radioaktif, pengangkutan zat radioaktif dan praktek lain apapun atau suatu keadaan dimana masyarakat terkena paparan radiasi baik dari sumber sumber alam maupun buatan. pengawasan institusi . Pengawasan tapak limbah radioaktif oleh badan pengawas atau institusi yang ditunjuk berdasarkan peraturan perundang-indangan. Pengawasan ini dapat berbentuk aktif (pemantauan, surveilan, pekerjaan perbaikan) atau pasif (pengaturan tata guna tanah) dan dapat menjadi faktor dalam disain suatu fasilitas nuklir (sebagai contoh dekat permukaan tempat penyimpanan/gudang). pengguna. Suatu oganisasi atau perorangan yang mengajukan permohonan memperoleh otorisasi atau yang berwenang dan/atau bertanggungjawab atas keselamtan nuklir, radiasi, limbah radioaktif atau pengangkutan saat melakukan kegiatan terhadap fasilitas nuklir atau sumber radiasi pengion. Meliputi, antara lain swasta individu, badan pemerintah, pengirim atau pengangkut, pemegang izin, rumah sakit, pekerja tunggal dan lain-lain. badan pengawas. Penguasa atau system penguasa yang ditunjuk oleh pemerintah suatu negara yang mempunyai kekuasaan secara hukum untuk melasanakan proses pengawasan,
the regulatory process, including issuing authorizations, and thereby regulating nuclear, radiation, radioactive waste and transport safety. The national competent authority for the regulation of radioactive material transport safety is included in this description. regulatory inspection. An examination, observation, measurement or test undertaken by or on behalf of the regulatory body to assess structures, systems, components and materials, as well as operational activities, processes, procedures and personnel competence. safety. The achievement of proper operating conditions, prevention of accidents or mitigation of accident consequences, resulting in protection of workers, the public and the environment from undue radiation hazards.
termasuk penerbitan otorisasi (perijinan), mengatur keselamatan nuklir, radiasi, limbah radioaktif dan pengangkutan. Penguasa nasional yang berkompeten untuk mengatur keselamatan pengangkutan zar radioaktif juga termasuk dalam definisi ini. inspeksi pengawasan. Suatu pemeriksaan, observasi, pengukuran atau pengujian yang dilakukan oleh atau atas nama badan pengawas untuk menilai struktur, system, komponen dan material, dan kegiatan operasi, proses, prosedur dan kompetensi personil. keselamatan. Pencapaian kondisi operasi yang baik, pencegahan kecelakaan atau pengurangan akibat kecelakaan, yang menghasilkan perlindungan terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan dari bahaya radiasi.