INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
KEPUASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III DI LAHAN PRAKTIK Elin Supliyani Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Program Studi Kebidanan Bogor email :
[email protected] ABSTRAK Praktik klinik kebidanan dirancang untuk mempersiapkan lulusan yang kompeten dan mahir dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif. Dalam pembelajaran praktik klinik, masih banyak keluhan mahasiswa yang merasa tujuan pembelajarannya kurang tercapai. Hal tersebut berkaitan dengan kepuasan mahasiswa. Telah dilakukan penelitian dari tanggal 24 April-22 Juli 2006 terhadap 25 orang mahasiswa Prodi Kebidanan Bogor semester VI yang sedang praktik klinik kebidanan III. Penelitian ini menggunakan metoda survey untuk mengetahui gambaran kepuasan mahasiswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran praktik klinik kebidanan III, berdasarkan dimensi tangibles, responsiveness, emphaty, reliability dan assurance. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala likert. Analisa data dilakukan secara deskriptif kuantitatif, importance-performance analysis dan uji Mann Withney U. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan mahasiswa terhadap dimensi tangibles dirasakan tidak puas. Untuk dimensi responsiveness, emphaty, dan assurance secara umum dirasakan puas, dan untuk dimensi reliability dirasakan cukup puas. Secara uji statistik, terdapat perbedaan yang bermakna antara yang dirasakan dengan yang diharapkan mahasiswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran praktik klinik kebidanan III (P < 0,05). Untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran praktik klinik dan menimbulkan kepuasan mahasiswa, disarankan untuk mengidentifikasi terlebih dahulu lahan praktik yang akan digunakan. Selain itu disarankan untuk menggunakan sistem mentoring karena sistem tersebut ternyata lebih baik dari sistem bimbingan biasa. Kata kunci : kepuasan, mahasiswa, praktik klinik kebidanan PENDAHULUAN Dalam kurikulum program Diploma III Kebidanan disebutkan bahwa proses pembelajaran terdiri dari 40 % teori, yang umumnya dilakukan di kelas dan 60 % praktik, yang dapat di lakukan di laboratorium dan lahan praktik. Pembelajaran tersebut baik di kelas maupun di lahan praktik (pengalaman klinik) dirancang untuk mempersiapkan lulusannya yang kompeten dan proficient/mahir dalam memberikan atau menyediakan asuhan kebidanan yang komprehensif. Setiap lulusan dituntut untuk memiliki kompetensi esensial sebagai seorang bidan, sehingga proses pendidikan harus realistis dan menekankan pada integritas teori dan praktik.
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
57
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan maka mahasiswa perlu melaksanakan praktik klinik di lapangan. Dengan praktik klinik dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengalami dan mempraktikan serta mencoba secara nyata pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pada setiap tahap pendidikan disertai sikap profesional. Setelah mengikuti proses belajar klinik di kelas dan laboratorium, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya di lahan praktik. Praktik Klinik Kebidanan (PKK) III merupakan mata kuliah yang memberikan kemampuan untuk melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif sebagai kandidat bidan dengan pokok kegiatan memberikan asuhan kepada wanita sepanjang daur kehidupan, neonatus, bayi, balita baik yang normal maupun yang bermasalah secara mandiri dan kolaborasi dengan pendekatan manajemen kebidanan di semua tatanan pelayanan kesehatan baik di institusi kesehatan maupun di komunitas, serta mempraktikan sistem manajerial sebagai manifestasi dari peran bidan sebagai manajer dan peneliti. PKK III ini dilaksanakan pada semester VI untuk Jalur Umum. Adapun tujuan PKK III ini adalah melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif dan mandiri kepada wanita sepanjang daur kehidupan, neonatus, bayi, balita baik yang normal maupun yang bermasalah, mengintegrasikan, melengkapi, dan meningkatkan penguasaan seluruh kompetensi yang telah diperoleh pada semester sebelumnya, serta untuk memberikan pengalaman professional sebagai bidan. Diharapkan melalui proses praktik komprehensif ini, mahasiswa mampu dan bertanggungjawab melakukan praktik profesi kebidanan secara mandiri. Pendidikan menentukan bagaimana strategi atau mekanisme yang diambil untuk pelaksanaan praktik. Bila kondisi pendidikan, dana, daya dan lingkungan mendukung untuk pelaksanaan proses pembelajaran di lapangan, maka hendaknya dipilih lahan praktik yang memungkinkan tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan dengan kualitas optimal. Secara tradisinal praktik klinik kebidanan dilaksanakan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan masyarakat/Puskesmas. Dengan demikian lahan praktik tersebut perlu dipersiapkan agar peserta didik memperoleh pengalaman praktik sesuai kebutuhan (Tarjuman, 2004). Mengingat pentingnya proses pembelajaran klinik, maka diperlukan lahan praktik dengan fasilitas yang memadai, bimbingan yang efektif dan efisien serta manajemen pengelolaan praktik mahasiswa yang baik. Apabila sarana dan prasarana serta bimbingan pembelajaran klinik kurang maksimal dan tidak sesuai, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran klinik dan lulusan tidak akan kompeten sesuai dengan yang diharapkan. Pada kenyataannya, seringkali diketemukan keluhan mahasiswa tujuan pembelajaran praktik klinik kurang tercapai secara maksimal karena banyaknya mahasiswa yang praktik, alat kurang lengkap, dan target tidak tercapai. Pembimbing dari lahan jarang melakukan pre dan post klinik, maupun memanfaatkan waktu kosong untuk diskusi (Hyre, 2004). Laporan preseptor Prodi
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
58
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Kebidanan Bandung (Januari, 2006) menyebutkan bahwa masih ada hambatan dalam pelaksanaan praktik klinik, diantaranya masih ada mahasiswa yang kurang terfasilitasi untuk melakukan asuhan kebidanan, bimbingan tidak dilakukan pada setiap kesempatan, karena kesibukan masing-masing pembimbing. Hal tersebut menggambarkan ketidakpuasan mahasiswa dengan proses pembelajaran di lapangan, karena tujuan pembelajarannya belum tercapai. Apabila kebutuhan dan harapan mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran praktik dapat terpenuhi maka akan timbul kepuasan, sebaliknya bila kebutuhan dan harapan itu tidak terpenuhi maka akan timbul rasa tidak puas. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakkan penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa Prodi kebidanan Bogor terhadap pencapaian tujuan pembelajaran PKK III. Melalui kajian ini dapat memberikan gambaran tentang kepuasan mahasiswa kebidanan Bogor dalam pencapaian tujuan pembelajaran praktik klinik kebidanan III, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi pendidikan dan pertimbangan dalam perencanaan praktik klinik pada masa-masa selanjutnya. Selain itu dapat menjadi bahan kajian bagi institusi lahan praktik dalam memfasilitasi mahasiswa praktik guna pemenuhan kebutuhan kepuasan mahasiswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran praktik. TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kenyataan kinerja/hasil yang diperolehnya dengan harapannya (Oliver, 1980) dalam (Supranto, 2001). Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara pengalaman/kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila pengalaman/kinerja yang diperolehnya dibawah harapan, maka akan timbul rasa kecewa. Bila pengalaman yang didapatkannya sesuai dengan harapan, maka akan dirasakan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, maka akan dirasakan sangat puas. Dalam (Aritonang, 2005) juga disebutkan bahwa definisi kepuasan adalah hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya. Jika harapannya lebih tinggi daripada kinerjanya, maka akan merasa tidak puas. Sebaliknya, jika harapannya sama atau lebih rendah daripada kinerjanya, maka akan merasa puas. Untuk menuju pada kepuasan mahasiswa, pendidikan harus menciptakan dan mengelola suatu sistem yang menunjang dihasilakannya lulusan yang kompeten. Dalam persaingan yang semakin tajam di antara institusi pendidikan kebidanan saat ini, maka kepuasan mahasiswa menjadi prioritas utama dimana tingkat kepentingan dan harapan mahasiswa haruslah menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan institusi pendidikan. Institusi harus memperhatikan hal-hal yang dianggap penting oleh para mahasiswa, agar mereka merasa puas. Di dalam memberikan jasa pelayanan yang baik, terdapat lima kriteria penentu kualitas jasa pelayanan yaitu : reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (keyakinan), emphaty serta tangible, yang dapat dirincikan sebagai berikut (Philip Kotler 1994: 561) dalam (Supranto, 2001 :
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
59
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
231):1) Keandalan (reliability): kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. 2) Keresponsifan (responsiveness): kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. 3) Keyakinan (assurance): pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. 4) Empati (emphaty): syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan. 5) Berwujud (tangible): penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media komunikasi. Praktik lapangan merupakan proses pembelajaran dalam situasi nyata, sebagai inti dari pendidikan kebidanan. Praktik lapangan adalah proses pembelajaran yang berlangsung dalam tatanan nyata yang sama dengan tempat kerja bila mereka telah lulus pendidikan. Proses pembelajaran di lapangan merupakan kebutuhan pengajaran sesuai dengan filsafat dan tujuan pendidikan serta kompetensi yang akan dicapai, yakni pengintegrasian antara pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperagakan dalam suatu kegiatan profesional. (Tarjiman, 2004) Reilly dan Oermann sebagaimana dikutip dari hasil Sister SchoolProgram (Pusdiknakes, 2005) menyatakan bahwa pengalaman pembelajaran praktik (laboratorium kelas, rumah sakit, komunitas dan unit pelayanan kesehatan lainnya) merupakan bagian penting dalam program pendidikan kesehatan. Hal tersebut memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan pada situasi nyata. Melalui pembelajaran praktik, mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Pengalaman belajar klinik di lahan praktik lebih difokuskan kearah penerapan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional dengan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berfikir kritis selama melakukan tindakan. Untuk itu dalam pengalaman belajar di lahan praktik lebih diarahkan pada pemberian kesempatan kepada mahasiswa agar dapat mengintegrasikan pengetahuan yang telah didapat dengan keterampilan profesional berdasarkan standar profesi melalui proses pembelajaran dalam situasi nyata (Pusdiknakes, 2005). Untuk pencapaian tujuan proses belajar mengajar secara efektif dibutuhkan berbagai model pengembangan pembelajaran, termasuk metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan fasilitas baik di kelas atau di tatanan nyata (klinik) yang kondusif. Untuk mewujudkan hal ini sangat dibutuhkan peran pembimbing klinik. Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, praktik klinik yang efektif memerlukan suatu kombinasi dari komponen-komponen kunci: 1) Pengawasan yang mendukung pencapaian tujuan-tujuan belajar yang jelas, umpan balik, penilaian kemajuan dan lingkungan belajar yang positif. 2) Lokasi-lokasi praktik klinis yang berkualitas tinggi sehingga memungkinkan mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku baru. 3) Struktur rotasi yang memungkinkan mahasiswa untuk mempraktikkan, menerapkan, dan mengintegrasikan semua keterampilan di bidang kebidanan. (Hyre, 2003).
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
60
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metoda survey, dilakukan pada bulan April sampai Juli 2006. Subjek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Kebidanan Bogor. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu mahasiswa Program Studi Kebidanan Bogor semester VI yang sedang praktik klinik Kebidanan III di Rumah Sakit dan Puskesmas, dengan jumlah sampel sebanyak 25 responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan skala likert. Data dianalisis secara univariat, bivariat (Mann Whitney U Test) dan importance-performance analysis. HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Dan Harapan Mahasiswa Program Studi Kebidananan Bogor Terhadap Dimensi Tangibles. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kesenjangan antara yang Dirasakan dengan yang Diharapkan Mahasiswa Program Studi Kebidanan Bogor terhadap Indikator Dimensi Tangibles No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indikator
Skor yang dirasakan
Ruangan tempat anda praktik bersih dan 71 nyaman Ada ruangan khusus untuk anda berdiskusi 85 Peralatan yang tersedia di ruangan lengkap 66 Perlengkapan/bahan yang tersedia di 70 ruangan lengkap Di lahan praktik tersedia model/phantoom 53 untuk anda berlatih Kasus yang ada di tempat anda praktik 92 bervariasi Kasus yang ada dapat memenuhi target 86 pencapaian praktik Jumlah pembimbing lahan seimbang 77 dengan jumlah mahasiswa yang praktik Jumlah mahasiswa yang praktik seimbang dengan 76 jumlah kasus yang ada Rata-rata 75.11
Skor yang Diharap -kan
Rata-rata skor yang dirasakan(n=25)
Rata-rata Skor yang diharapkan (n=25)
Kesenjangan
123
2.8
4.9
2.1
108 121
3.4 2.6
4.3 4.8
0.9 2.2
121
2.8
4.8
2.0
108
2.1
4.3
2.2
123
3.7
4.9
1.2
123
3.4
4.9
1.5
118
3.1
4.7
1.6
119
3.0
4.8
1.7
118.22
3.0
4.7
1.7
Berdasarkan tabel tersebut kesenjangan tertinggi yaitu sebesar 2.2 mengenai kelengkapan peralatan yang tersedia di lahan praktik, dan mengenai tersedianya model/phantoom di lahan praktik untuk berlatih. Untuk melihat unsurunsur dari setiap dimensi kepuasan yang perlu perbaikan, berikut gambaran diagram kartesius dari dimensi tangibles.
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
61
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
5 4,9 4,8 y=4.7 4,7 4,6 4,5 4,4 4,3 4,2
Harapan
Prioritas Utama A 3
ISSN : 2086 - 2628
1
7
4
6
Pertahankan B
9 8
Prioritas Rendah C
Berlebihan D
5
2
2
2,4
x =3.0
2,8 3,2 Pengalaman
3,6
4
Gambar 1. Diagram Kartesius Dimensi Tangibles Dari gambar diagram kartesius 1, terdapat tiga indikator yang perlu menjadi fokus untuk perbaikan guna pencapaian kepuasan mahasiswa yakni kebersihan dan kenyamanan ruangan tempat praktik, peralatan serta perlengkapan yang tersedia di lahan praktik Ketiga indikator tersebut merupakan prioritas utama dilakukan pembenahan. Untuk indikator-indikator yang dinilai sudah baik dimana kenyataan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan yakni pada variasi dan banyaknya kasus yang ada di lahan praktik yang dapat memenuhi target pencapaian praktik, jumlah pembimbing dirasakan mahasiswa sudah seimbang dengan jumlah mahasiswa yang praktik, dan jumlah mahasiswa lain yang praktik di lahan tersebut sudah seimbang dengan jumlah kasus yang ada. Dari 9 indikator pada variabel tangibles terdapat satu indikator yang terletak pada kuadran prioritas rendah yakni mengenai tersedianya phantoom/model di lahan praktik bagi mahasisiwa dirasa biasa saja, karena mahasiswa tidak begitu mengharapkan di lahan praktik tersedia phantoom. Sehingga indikator ini bukan menjadi prioritas. Hal ini karena sebelum menerjunkan mahasiswa ke lahan praktik harus sudah kompeten pada model. Namun demikian hal ini tetap penting diperhatikan supaya bisa dipakai mahasiswa untuk berlatih kembali di lahan praktik. Sedangkan indikator yang terletak pada kuadran prioritas rendah yaitu mengenai ruangan khusus yang tersedia di lahan praktik untuk mahasiswa berdiskusi.
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
62
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Penilaian Dan Harapan Mahasiswa Terhadap Dimensi Responsivenes Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kesenjangan antara yang dirasakan dengan yang diharapkan mahasiswa Prodi Kebidanan Bogor terhadap dimensi Responsiveness Skor Skor dirasakan diharapkan
No
Item Pertanyaan
10
Pembimbing lahan praktik siap membantu kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam hal praktik Pembimbing langsung memberikan bimbingan apabila ada mahasiswa yang belum kompeten melakukan tindakan Pembimbing mendiskusikan apa yang akan anda lakukan Pembimbing mengevaluasi tindakan yang telah anda lakukan Staf lain siap membantu anda apabila membutuhkan Pembimbing cepat menanggapi apabila mahasiswa konsultasi makalah untuk presentasi kasus Memberikan informasi/penjelasan dengan jelas dan mudah dimengerti Rata-rata
11 12 13 14 15 16
Rata-rata Ratadirasakan( diharapkan( n=25) n=25)
Kesenja ngan
85
119
3.4
4.8
1.4
79
122
3.2
4.9
1.7
81
113
3.2
4.5
1.3
87
113
3.5
4.5
1.0
75
116
3.0
4.6
1.6
86
118
3.4
4.7
1.3
82
119
3.3
4.8
1.5
82.14
117.14
3.3
4.7
1.4
Berdasarkan tabel di atas kesenjangan tertinggi yaitu mengenaipernyataan pembimbing langsung memberikan bimbingan apabila ada mahasiswa yang belum kompeten melakukan tindakan. Untuk melihat unsur-unsur dari setiap dimensi kepuasan yang perlu perbaikan, berikut gambaran diagram kartesius dari dimensi responsiveness. 11 Prioritas Utama
A
10 16
y= 4.7
14 Prioritas Rendah
C
12
Pertahankan
B 15
Berlebihan 13 D
X=
Gambar 2. Diagram kartesius Dimensi Responsiveness
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
63
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Dari diagram 2, menunjukan bahwa yang menjadi prioritas utama untuk dibenahi adalah mengenai ketanggapan pembimbing yang langsung memberikan bimbingan pada mahasiswa yang belum kompeten dan kejelasan pembimbing dalam memberikan informasi. Hal ini dirasakan mahasiswa sangat penting, namun pada kenyataannya belum sesuai seperti yang diharapkan. Untuk indikatorindikator yang perlu dipertahankan yaitu mengenai ketanggapan pembimbing dalam membantu kesulitan mahasiswa dan ketanggapan pembimbing dalam konsultasi untuk presentasi kasus. Kedua indikator tersebut dirasakan mahasiswa sudah sesuai dengan apa yang diharapkannya. Indikator kebiasaan pembimbing mendiskusikan yang akan mahasiswa lakukan dan kesiapan staf lain untuk membantu mahasiswa dirasakan mahasiswa cukup/biasa saja, karena harapan dan yang dirasakannya rendah, sehingga bukan menjadi prioritas dalam mencapai tujuan pembelajaran praktik. Pada kuadran prioritas rendah yakni mengenai kebiasaan pembimbing mengevaluasi tindakan yang telah mahasiswa lakukan dirasakan mahasiswa sudah tinggi namun sebenarnya tidak begitu diharapkan. Penilaian Dan Harapan Mahasiswa Terhadap Dimensi Empathy Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kesenjangan antara yang dirasakan dengan yang diharapkan mahasiswa Prodi Kebidanan Bogor terhadap dimensi Empathy No
Item Pertanyaan
17
Komunikasi anda dengan pembimbing terjalin dengan baik pembimbing memberikan perhatian dalam hal pencapaian target Pembimbing lahan sabar dalam membimbing dan mengarahkan anda Pembimbing mengingatkan anda supaya hati- hati dalam melakukan tindakan Pembimbing tidak membatasi /menjaga jarak dengan mahasiswa Pembimbing tidak membeda-bedakan mahasiswa Pembimbing dapat dihubungi setiap saat Rata-rata
18 19 20 21 22 23
Rata-rata tingkat Skor Skor yang Tingkat Yang Tingkat dirasakan dirasakan Harapan X¯ (n=25)
Ratarata tingkath Kesenarapan jangan y (n=25)
93
120
3.7
4.8
1.1
89
120
3.6
4.8
1.2
90
121
3.6
4.8
1.2
94
120
3.8
4.8
1.0
90
120
3.6
4.8
1.2
88
121
3.5
4.8
1.3
83 89.57
115 119.57
3.3 3.6
4.6 4.8
1.3 1.2
Berdasarkan tabel di atas kesenjangan tertinggi yaitu mengenai perlakuan pembimbing yang tidak membeda-bedakan mahasiswa dan kesiapan pembimbing untuk dihubungi setiap saat.
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
64
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
PrioritasUtama
A
22
ISSN : 2086 - 2628
19 18
Pertahankan
21
17
B 20
y= 4.8 PrioritasRendah
Berlebihan
C
D
23
X = 3.6
Gambar 3. Diagram Kartesius Dimensi Empathy Pada diagram 3, terlihat ada dua indikator yang perlu diperbaiki yaitu mengenai sikap pembimbing tidak membeda-bedakan mahasiswa yang praktik. Hal ini dirasakan mahasiswa belum sesuai dengan yang sebenarnya diharapkan. Sehingga perlu mendapatkan prioritas untuk dilakukan pembenahan. Begitu juga mengenai sikap pembimbing dalam memberikan perhatian dalam hal pencapaian target praktik harus menjadi prioritas untuk dibenahi meskipun berada pada garis prioritas rendah. Hal-hal yang perlu dipertahankan yakni mengenai komunikasi pembimbing dengan mahasiswa, kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan mahasiswa, perhatian pembimbing dalam mengingatkan untuk berhati-hati dalam melakukan tindakan dan pembimbing tidak menjaga jarak dengan mahasiswa. Hal tersebut dirasakan mahasiswa sudah sesuai dengan yang diharapkan dan harus dipertahankan supaya kepuasan mahasiswa tetap dirasakan. Untuk dimensi empathy ini tidak ada indikator yang dirasakan berlebihan oleh mahasiswa namun ada satu idikator yang termasuk kedalam prioritas rendah, apa yang dirasakan mahasiswa dirasa biasa saja karena harapannya rendah yakni mengenai sikap pembimbing yang bisa dihubungi setiap saat.
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
65
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Penilaian Dan Harapan Mahasiswa Terhadap Dimensi Reliability Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kesenjangan antara yang dirasakan dengan yang diharapkan Mahasiswa Program Studi Kebidanan Bogor terhadap Indikator Dimensi Reliability Rata-rata Skor Rata-rata Skor yang Yang yang dirasaHarapan diharapkan(n dirasakan kan(n=25) =25)
No
Item Pertanyaan
24
Ada pertemuan pre dan post klinik dengan pembimbing lahan
25
Pembimbing menyampaikan tujuan pembelajaran praktik Pembimbing memberikan contoh melakukan tindakan kepada pasien sesuai dengan teori. Pada saat presentasi kasus pembimbing hadir tepat waktu
26 27
Kesenjangan
66
113
2.6
4.5
1.9
70
112
2.8
4.5
1.7
77
118
3.1
4.7
1.6
78
115
3.1
4.6
1.5
28
Pembimbing Tepat waktu apabila merencanakan diskusi
73
114
2.9
4.6
1.6
29
Pembimbing mau menerima kritik/saran dari mahasiswa
78
115
3.1
4.6
1.5
73.67
114.50
3.0
4.6
1.6
Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas kesenjangan tertinggi yaitu mengenai kebiasaan. pembimbing lahan mengadakan pertemuan pre dan post klinik. 26 Prioritas Utama
Pertahankan
A
B
Prioritas Rendah
y= 4.6 24
28
27 29
Berlebihan
C
D 25 X = 3.0
Gambar 4. Diagram Kartesius Dimensi Reliability
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
66
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Dari diagram 4, menunjukan bahwa untuk indikator reliability sudah dirasakan mahasiswa sesuai dengan harapannya. Ada tiga indikator yang dianggap mahasiswa bukan merupakan prioritas karena dirasa sudah cukup atau biasa saja, yaitu mengenai adanya pre dan post klinik dengan pembimbing, pembimbing menyampaiakan tujuan pembelajaran praktik dan ketepatan waktu pembimbing dalam merencanakan diskusi, karena harapan dan yang dirasakannya rendah. Dimensi ini perlu dipertahankan agar kepuasan mahasiswa dapat terus dirasakan sehingga menunjang dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian Dan Harapan Mahasiswa Terhadap Dimensi Assurance Tabel 5.Distribusi Frekuensi Kesenjangan antara yang dirasakan dengan yang diharapkan Mahasiswa Program Studi Kebidanan Bogor terhadap Indikator dimensi Assurance Rata-rata Skor Skor yang Yang Harapan dirasadirasakan kan(n=25)
No
Item Pertanyaan
30
Pembimbing lahan praktik memberikan penjelasan secara ilmiah Pembimbing lahan tidak galak Pembimbing lahan tidak judes kepada mahasiswa Pembimbing menguasai materi /kasus yang didiskusikan Pembimbing mampu menciptakan suasana praktik yang kondusif Pembimbing lahan menghargai mahasiswa yang praktik Rata-rata
31 32 33 34 35
Rata-rata diharap- Kesenkan(n=25 jangan )
80
118
3.2
4.7
1.5
95 95
119 120
3.8 3.8
4.8 4.8
1.0 1.0
87
117
3.5
4.7
1.2
86
119
3.4
4.8
1.3
86
118
3.4
4.7
1.3
88.17
118.50
3.5
4.7
1.2
Berdasarkan tabel di atas kesenjangan tertinggi yaitu mengenai pembimbing lahan praktik memberikan penjelasan secara ilmiah. 4.90 H a r 4.80 a y= 4.7 p a 4.70 n
PrioritasUtama
Pertahankan
A
B 32
34 30
31
35 Berlebihan
33
PrioritasRendah
D
C
4.60 3.10
3.20
3.30
3.40
X = 3.5
3.50
3.60
3.70
3.80
3.90
Pengalaman Gambar 5. Diagram Kartesius Dimensi Assurance
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
67
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Dari diagram 5, menunjukan bahwa menurut mahasiswa penjelasan yang diberikan pembimbing secara ilmiah, kemampuan pembimbing menciptakan suasana praktik yang kondusif dan sikap pembimbing dalam menghargai mahasiswa yang praktik, merupakan hal yang sangat penting tetapi pada kenyataannya belum sesuai dengan yang diharapkan, sehingga menjadi prioritas utama untuk dilakukan pembenahan. Indikator yang dirasa mahasiswa sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu mengenai sikap pembimbing yang tidak galak dan tidak judes kepada mahasiswa. Sehingga kedua indikator tersebut harus dipertahankan agar kepuasan mahasiswa tetap dapat dirasakan. Untuk indikator mengenai pembimbing menguasai materi/kasus yang didiskusikan dirasa cukup/biasa saja karena kenyataan dan harapannya rendah dan dianggap bukan merupakan prioritas utama dalam menunjang pencapaian tujuan pembelajaran praktik. Untuk dimensi assurance ini tidak ada indikator yang dianggap mahasiswa berlebihan. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kesenjangan antara yang dirasakan dengan yang diharapkan mahasiswa Program Studi Kebidanan Bogor Variabel
Total skor yang dirasakan
Total skor harapan
75.1
118.2
82.1 89.6 73.7 88.2
117.1 119.6 114.5 118.5
81.7
117.6
Ratarata skor yang dirasaka n 3.0
Ratarata skor harapan
3.3 3.6 3.0 3.5 3.3
4.7 4.8 4.6 4.7 4.7
4.7
Tangibles(1) Responsiveness(2) Empathy (3) Reliability (4) Assurance (5) Rata-rata
Gap antara yang dirasakan dengan harapan 1.7 1.4 1.2 1.6 1.2 1.4
Tabel 6 menunjukkan kesenjangan item-item pada seluruh dimensi kepuasan mahasiswa Program Studi Kebidanan Bogor dalam Pencapaian Tujuan Pembelajaran Praktik Klinik Kebidanan di Lahan Praktik. Kesenjangan tertinggi yaitu sebesar 1.7 berada pada dimensi tangibles.
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
68
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Tabel 7 Hasil Uji Statistik terhadap Dimensi Kepuasan Dimensi Kepuasan Mean Rank Z hitung Kenyataan Harapan Tangibles 0.05 3.0 4.7 -5.148
p 0.000
Responsiveness
3.3
4.7
-5.129
0.05
0.000
Empathy
3.6
4.8
-4.852
0.05
0.000
Reliability
3.0
4.6
-5.366
0.05
0.000
Assurance
3.5
4.7
-5.148
0.05
0.000
Keterangan :p =Mann Whitney U Test
Berdasarkan uji statistik terlihat bahwa nilai p 0.05, artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara kenyataan dan harapan mahasiswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran praktik klinik kebidanan III di lahan praktik. Berikut hasilimportance-performance analysismengenaikepuasanmahasiswaterhadappencapaian tujuan pembelajaran praktik klinik kebidanan di lahan praktik:
Harapan
4,85 4,8 Priritas Utama Pertahankan 4,75 4,7 2 5 A B 1 4,65 y= 4.7 Berlebihan 4,6 Priritas Rendah 4 4,55 D C 2,75 3,25X= 3.3
3
Kenyataan
Gambar 6. Diagram Kartesius Dimensi Kepuasan Dari diagram di atas, terlihat bahwa dimensi tangibles terletak pada kuadran prioritas utama, hal ini berarti dimensi tersebut perlu mendapat prioritas untuk dibenahi atau diperbaiki karena dirasakan masih belum memenuhi harapan mahasiswa untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran praktik klinik. Untuk dimensi responsiveness, empathy dan assurance terlihat pada diagram kartesius teletak pada kuadran pertahankan. Dimensi reliability berada pada kuadran prioritas rendah. KESIMPULAN 1. Kepuasan mahasiswa terhadap dimensi tangibles dirasakan tidak puas. Berdasarkan importance-performance analysis dalam diagram kartesius hal-hal yang dirasakan tidak sesuai dengan yang diharapkannya yaitu mengenai
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
69
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
kebersihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan dan perlengkapan yang tersedia di lahan praktik. 2. Berdasarkan importance-performance analysis kepuasan mahasiswa berdasarkan dimensi kepuasan responsiveness, emphaty, dan assurance secara umum dirasakan puas, sedangkan untuk dimensi reliability dirasakan cukup puas. 3. Secara uji statistik, terdapat perbedaan yang bermakna antara yang dirasakan dengan yang diharapkan mahasiswa Prodi Kebidanan Bogor dalam pencapaian tujuan pembelajaran praktik klinik kebidanan III di lahan praktik. DAFTAR PUSTAKA Ambar, T. S., & Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Graha Ilmu. Aritonang R., Lerbin R. 2005. Kepuasan Pelanggan Pengukuran dan Penganalisisandengan SPSS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Depkes, BPSDM, Pusdiknakes. 2005. Standar Pembelajaran Praktik Kebidanan. Jakarta : Pusdiknakes Hyre, Anne. ; Ilyas, Jumiarni. & Rostati, Hasan. 2004.Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pembelajaran Praktek Klinik Bagi Mahasiswa Program DIII Kebidanan.United States Agency for International Development-Indonesia JH-PIEGO. 2000. Buku Acuan Pelatihan Keterampilan Melatih. Jakarta Juariah. 2006. Keterampilan Melatih di Klinik. Metodik Khusus. Bandung : tidak dipublikasikan. MNH., Prodi Kebidanan Poltekkes Bandung. 2003. Penilaian Program Preseptor dan Mentor pada Program Studi Kebidanan Politeknik Kesehatan Bandung. Bandung : tidak dipublikasikan Mohamad, Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bogor: Pustaka Bani Quraisy Notoatmodjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Poltekkes Bandung. 2005. Panduan Pengenalan Program Studi. Bandung : tidak dipublukasikan Prodi Kebidanan Bogor. 2006. Kerangka Acuan Praktik Klinik Kebidanan III Jalur Umum. Bogor : tidak dipublikasikan. Prodi Kebidanan Cirebon. 2003. Buku Panduan Preseptor. Poltekkes Tasik Malaya. Cirebon : tidak dipublikasikan Riduwan, M.B.A. 2004. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta CV. Singgih, Santoso. 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14. Jakarta : Gramedia. Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
70
INFOKES, VOL.4 NO.2 September 2014
ISSN : 2086 - 2628
Tarjuman. 2004. Tatanan Klinik/Lahan Praktik dalam Pembelajaran Klinik. Disampaikan pada pelatihan instruktur klinik keperawatan Program Studi Keperawatan Bandung. Tjiptono, F., G. Chandra. 2005. Service,Quality Satisfaction. Manajemen KepuasanPelanggan. Yogyakarta: Andi
JurnalIlmiahRekamMedisdanInformatikaKesehatan
71