INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
FAKTOR PENYEBAB IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS DI PUSKESMAS SAMBI KECAMATAN SAMBI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012 Oleh : Siti Muliawati AKBID CITRA Medika Surakarta ABSTRAK Latar Belakang: Dari data Puskesmas Sambi I tahun 2011 - 2012 terdapat peningkatan ibu hamil Kurang Energi Kronis yaitu dari 13 menjadi 20 ibu hamil yang memeriksakan di puskesmas sambi 1. Tujuan : Penelitian ini memberikan gambaran faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, di wilayah puskesmas sambi Kecamatan Sambi Kabupaten boyolali. Metode penelitian : Rancangan penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan case control. Analisa data univariate. Jumlah sampel sebanyak 30 responden. Hasil penelitian : berdasarkan gambaran faktor Penyebab ibu hamil kurang energi kronis : yaitu Pendapatan sebagian besar ibu adalah berpendapatan sedang berjumlah 16 responden (53,3%). Faktor Pendidikan ibu hamil kurang energi kronis sebagian besar berpendidikan SMP yaitu 12 orang (40%). Faktor Umur ibu hamil kurang energi kronis sebagian besar berumur antara 21 – 35 tahun berjumlah 27 ibu hamil (90%). Fktor Paritas ibu hamil yang mengalami kurang energi kronis sebagian besar paritas 1s/d2 anakberjumlah 23 ibu hamil (76,7%). Faktor Pola Konsumsi makan ibu hamil yang mengalami kurang energi kronis sebagian besar pola konsumsi baik berjumlah 18 ibu hamil (60%). Faktor Penyakit Infeksi ibu hamil sebagian besar tidak memiliki infeksi sebanyak 26 ibu hamil (86,7%). Simpulan Faktor yang Melatarbelakangi Ibu Hamil Mengalami KEK paling banyak disebabkan Pendapatan ibu yang sebagian besar berpendapatan sedang yaitu 16 responden dengan prosentase 53,3%. Saran : Diharapkan masyarakat berpartisipasi dalam peningkatan kesehatan ibu hamil dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan pihak Puskesmas. Kata kunci: Faktor Penyebab ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis PENDAHULUAN Di Indonesia banyak terjadi kasus Kekurangan Energi Kronis terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan protein), sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Pada Ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronis mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
40
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak, (Lubis, 2003; h. 21). Di jawa tengah banyak terjadi kasus AKI yang disebabkan oleh kekurangan energi kronis. Pada 2002, 17,6 persen ibu hamil menderita Kekurangan Energi Kronis . Penyebab tak langsung kematian ibu antara lain anemia, Kurang Energi Kronis dan “4 terlalu” (terlalu muda/tua, sering dan banyak), (DEPKES, 2007). Puskesmas sambi merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali, data penelitian tahun 2011 terdapat ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis sebanyak 13 ibu hamil dan pada tahun 2012 terdapat 20 ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis, dapat disimpulkan ada peningkatan dari 13 orang menjadi 20 orang ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis TINJAUAN PUSTAKA Ibu Hamil Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengalami perubahan anatomi dan fisiologi dimulai segera setelah fertilisasi (proses bertemunya sel telur dan seperma) dan terus berlanjut selama kehamilan (Manuaba 2004,h 12). Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan berkembang sampai janin lahir, lamanya hamill normal 37-32 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan menurut bulannya dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Kehamilan matur yaitu berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300hari). 2. Kehamilan premature yaitu kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu. 3. Kehamilan postmature yaitu kehamilanlebih dari 43 minggu Kurang Energi Kronis Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung menahun Seseorang dikatakan menderita risiko Kurang Energi Kronis bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm. LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis ( wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti risiko Kekurangan Energi Kronis dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko Kekutangan Energi Kronis (Lubis, 2003; h. 6). Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2002; h. 79).
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
41
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
Penilaian Setatus Gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian antropometri (KMS) ibu hamil terdiri dari: 1. Tinggi Badan Pada Ibu hamil Pengukuran status gizi dengan tinggi badan tidak dapat dilakukan karena biasanya tinggi badan pada wanita hamil sudah tidak dapat bertambah lagi. Tinggi badan pada wanita hamil dapat digunakan untuk mengukur status gizi sebelum terjadi kehamilan. Tinggi badan ibu hamil minimal 145 cm yang dapat dijadikan sebagai salah satu syarat status gizi ibu hamil yang baik. pengaukuran tinggi badan dapat menggunakan pita ukur (metlin). 2. Berat Badan Metode pemantauan status gizi yang umum dipakai ialah mencatat pertambahan berat badan secara teratur selama kehamilan dan membandingkannya dengan berat badan saat sebelum hamil, bila informasi tersebut tersedia. Status gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. Yaitu pada trimester pertama kenaikanya kurang dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua kurang lebih 3 kg dan trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg. Metode untuk untuk mengetahui status gizi ibu hamil melalui pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan adalah penting untuk mengetahui BMI (Body Mass Index) wanita prekehamilan. Rekomendasi tentang pertambahan berat badan total selama kehamilan ditentukan oleh BMI prekehamilan. Pertambahan berat badan mingguan yang yang dianjurkan pada trimester 2 dan 3 adalah 0,75 kg/minggu. Asupan kalori ditentukan dengan cara mengalikan berat badan optimal wanita tidak hamil dalam kg dengan 35 kal dan kemudian tambahkan 300 kkal ke jumlah total (Varney, 2002; h. 113). 3. Lingkar Lengan Atas (LILA) Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia subur. Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko Kekurangan Energi Kronis adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur (metlin). Apabila Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko Kekurangan Energi Kronis dan sebaliknya apabila Lingkar Lengan Atas (LILA) lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut (Supariasa, 2002 ; h. 48). 4. Gizi atau nutrisi Ibu Hamil Gizi disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari perihal makanan serta hubungannya dengan kesehatan. Gizi dalam masa kehamilan sangat penting, bukan saja karena makanan yang diperoleh mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga berpengaruh saat menyusui nanti. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambah kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
42
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
5.
ISSN : 2086 - 2628
tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil, (Lubis, 2003; h. 120). Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Zat-zat gizi penting yang dibutuhkan ibu selama hamil sebesar 2500 kalori per hari, terdiri dari : a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi utama dalam susunan menu sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada umumnya kandungan karbohidrat ini berkisar 60-70% dari total konsumsi energi. Kebutuhan energi bagi ibu hamil adalah 300 sampai 500 kalori lebih banyak dari masa sebelum hamil. Energi tambahan ini untuk memenuhi metabolisme basal yang meningkat, aktivitas fisik yang semakin boros energi dan penimbunan lemak untuk cadangan energi. Kebutuhan kurang lebih 1292 kalori atau sama dengan 323 gr karbohidrat setara 5 piring nasi. Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Energi tambahan pada trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Pada trimester III, energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I dan 350 kkal selama trimester II dan III. b. Protein Protein merupakan komponen terbesar yang terdapat di dalam tubuh setelah air. Protein sebagai zat pembangun atau pembentuk jaringan baru. kekurangan asupan protein dapat menghambat pertumbuhan janin Dibutuhkan lebih banyak protein selama kehamilan dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini dikarenakan protein diperlukan untuk pertumbuhan jaringan pada janin. Ibu hamil membutuhkan sekitar 75 gram protein setiap harinya, lebih banyak 25 gram dibandingkan wanita yang tidak hamil. Mengkonsumsi makanan berprotein merupakan cara yang efektif untuk menambah kalori sekaligus memenuhi kebutuhan protein. Produk hewani seperti daging, ikan, telur, susu, keju, dan hasil laut merupakan sumber protein. Selain itu protein juga bisa didapat dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, dan lainnya. c. Lemak Lemak merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh. Berfungsi sebagai cadangan energi tubuh bagi ibu saat melahirkan, pelarut vitamin A, D, E, K dan asam lemak. Asam lemak omega 3 dan 6 juga diperlukan untuk perkembangan sistem syaraf, fungsi penglihatan dan pertumbuhan otak bayi juga sebagai bantalan bagi organ-organ tertentu seperti biji mata dan ginjal. Konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 25 kalori dalam porsi makanan sehari-hari dari total kebutuhan energi. Sumber lemak antara lain : daging, susu, telur, mentega dan minyak tumbuhan. d. Vitamin Vitamin dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis dalam tubuh. vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
43
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
embrio. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Oleh karena itu, bisa diberikan vitamin A dosis rendah pada ibu hamil (tidak lebih dari 2500 IU per hari). Vitamin B1, B6 dan B12 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian protein tubuh dan vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah Vitamin B12 penting sekali bagi tumbuh kembang janin dan berfungsinya sel-sel sumsum tulang, sistem persarafan dan saluran cerna. Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari kerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen dan menghantarkan sinyal kimia di otak. Wanita hamil setiap harinya disarankan mengkonsumsi 85 mg vitamin C per hari. Sumber vitamin C dari makanan seperti tomat, jeruk, strawberry, jambu biji, dan brokoli. Makanan yang kaya vitamin C juga membantu penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga dapat mencegah anemia. Vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium dan bahan dasar pembentukan tulang dan gigi janin. Kekurangan vitamin D selama hamil dapat menimbulkan gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Perhatian khusus perlu diberikan pada masyarakat yang tidak minum susu, misalnya kelompok vegetarian. Maka perlu diberi suplementasi kalsium sebanyak 5-10 g per hari. Sumber vitamin antara lain : sayuran, buah dan susu. e. Kalsium Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk untuk menunjang tulang dan gigi serta persendian. Untuk bayi kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi. Kalsium juga diperlukan untuk mengantarkan sinyal saraf, kontraksi otot, dan sekresi hormon. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu, sehingga mengakibatkan tulang ibu keropos atau osteoporosis. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sekitar 1000 mg per hari. Sumber kalsium dari makanan diantaranya produk susu seperti ikan teri, susu, keju dan yogurt. Tablet kalsium dari puskesmas atau klinik juga bisa membantu terpenuhinya kebutuhan kalsium. Kekurangan kalsium selama hamil akan meningkatkan tekanan darah ibu meningkat. Asam folat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan sel, memproduksi hem (salah satu zat pembentuk hemoglobin), pertumbuhan saraf dan tulang belakang serta otak janin (Manuaba 2004 h. 82-99). f. Zat besi Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin (protein di sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh). Selama kehamilan, volume darah bertambah untuk menampung perubahan tubuh ibu dan pasokan darah bayi. Hal ini menyebabkan kebutuhan zat besi bertambah sekitar dua kali lipat. Jika kebutuhan zat besi tidak tercukupi, ibu hamil akan mudah lelah dan rentan infeksi. Risiko melahirkan bayi tidak cukup umur dan bayi dengan berat badan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
44
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
lahir rendah juga lebih tinggi. Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil yaitu sekitar 56 mg sehari, Kebutuhan akan zat besi erat kaitannya dengan anemia (kekurangan sel darah merah), sebagai bentuk adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin, Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita. Sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi atau mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya Kebutuhan zat besi tiap trimester pada masa kehamilan: 1) Trimester 1 : Kebutuhan zat besi kurang lebih 1 mg / hari (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah. 2) Trimester 2 : Kebutuhan zat besi kurang lebih 5 mg /hari (kehilangan basal 0,8 mg / hari) ditambah kebutuhan pembentukan sel darah merah 300 mg sehingga kebutuhan janin 115 mg. 3) Trimester 3 : Kebutuhan zat besi 5 mg / hari (kehilangan basal 0,8 mg / hari) ditambah kebutuhan pembentukan sel darah merah 150 mg dan kebutuhan janin 223 mg. Wanita yang sedang hamil membutuhkan gizi lebih banyak daripada wanita Yang tidak hamil. Kebutuhan gizi bagi ibu hamil sering dikenal dengan istilah menu seimbang empat sehat lima sempurna, yang dikelompokkan menjadi tiga fungsi utama yaitu zat energi, zat pembangun, dan zat pengatur. Sumber zat energi adalah hidrat arang : padi-padian, tepung, umbi, sagu, dan lain- lain. Sumber zat pengatur : sayuran berwarna hijau, jingga, dan buah-buahan Sumber zat pembangun : ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan (Almatsier, 2003; h. 127). Bahaya kekurangan gizi Pada ibu hamil Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin. Tambahan makanan untuk ibu hamil dapat diberikan dengan cara meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas makanan ibu hamil sehari-hari, bisa juga dengan memberikan tambahan formula khusus untuk ibu hamil. Apabila makanan selama hamil tidak tercukupi maka dapat mengakibatkan kekurangan gizi sehingga ibu hamil mengalami gangguan. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu hamil, antara lain anemia, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena infeksi. Pada saat persalinan gizi kurang dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan, serta operasi persalinan. Pada janin Untuk pertumbuhan janin yang baik diperlukan zat-zat makanan yang adekuat, dimanan peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan tersebut. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang tumbuh tergantung pada
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
45
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Gangguan suplai makanan dari ibu mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), bayi lahir mati (kematian neonatal), cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Prawiroharjo 2008 h 65). Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis Faktor Pendapatan Keluarga Masyarakat makin lama makin tumbuh dan kompleks. Sedikit sekali diantara kita yang menanam makan kita sendiri. Banyak makanan yang harus dibeli dari pasar. Perilaku konsumsi makan merupakan refleksi dari interaksi antara faktor ekonomi dengan faktor sosial budaya. Faktor ekonomi berhubungan dengan tingkat pendapatan dan melahirkan daya beli seseorang atau sekelompok orang apabila tingkat pendapatan tersebut seimbang dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi bebannya. Besarnya suatu keluarga serta komposisi dari suatu keluarga dan tingkat pendapatan keluarga berasosiasi dengan kualitas dan kuantias diet yang berlaku didalam keluarga. Pendapatan keluarga dalam hal ini merupakan semua penghasilan atau permintaan dari semua anggota keluarga yang diperoleh baik yang berupa upah atau gaji, dan dapat dinilai dalam Tinggi > Rp.850.000,-, Sedang = Rp.450.000,- Rp.850.000,- dan Rendah < Rp.450.000,(BPS, 2008) Faktor Pendidikan Ibu Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek-praktek pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi. Pendidikan ibu dalam penelitian ini di bagi dalam tingkatan dari SD, SMP, SMA/MA, dan S1 (Harahap 2002, h 48). Faktor Umur Ibu Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004; h. 3). Pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendirii yang masih dalam masa pertumbuhan. Umur ibu dalam kehamilan yang sekarang diukur dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21-35 tahun, > 35 tahun (Supariasa, 2002; h. 187). Faktor Paritas Paritas adalah berapa kali seorang ibu telah melahirkan. Dalam hal ini ibu dikatakan terlalu banyak melahirkan adalah lebih dari 3 kali. Manfaat riwayat obstetrik ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh Ibu (Prawiroharjo 2008,h 23). Untuk paritas yang paling baik adalah 2 kali Jarak melahirkan yang
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
46
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu, ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri karena ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya. Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi bagi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. Berapa kali seorang ibu pernah melahirkan Bayi (parietas) diukur dalam Baik jika 2 kali, dan Buruk jika ≥ 3 kali (Baliwati, 2004; h. 3- 6). Faktor Pola Konsumsi makanan Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung menahun terutama pada wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri yaitu upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buahbuahan. Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu, (Supariasa, 2002; h. 187). Jumlah pola konsumsi makanan selama 1 hari dalam makanan diukur dengan Baik jika makan dengan porsi 4 sehat 5 sempurna, Cukup jika hanya 4 sehat, dan kurang jika hanya nasi dan lauk saja (Almatsier, 2003; h.13 -15). Faktor Riwayat Penyakit insfeksi sebelum hamil Riwayat Penyakit sebelum hamil dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Kaitan penyakit dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberculosis, lambung, tipes dan DM (Supariasa, 2002; h. 187). METODE PENELITIAN Penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2002; h. 138). Pendekatan penelitian cross sectional (potong lintang) yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama (Hidayat, 2007; h. 44) Populasi penelitian ini adalah: seluruh ibu hamil yang periksa di PUSKESMAS Sambi sebanyak 30 orang. Sampel sebagian ibu hamil yang periksa di PUSKESMAS Sambi. Besarnya Sampel semua populasi dipakai sebagai sample sebanyak 30 orang. Tehnik sampling yang digunakan Non probability sampling dan sampling aksidental. Tekhnik pengumpulan data ada 2 macam yaitu data primer dan sekunder. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis data univariat. Untuk menghitung angka – angka dalam prosentase masing – masing data secara manual menggunakan rumus distribusi frekuensi relatif yaitu :
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
47
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
P
ISSN : 2086 - 2628
f 100 % N
Keterangan : P = Presentase f = Frekuensi N = Jumlah seluruh observasi (Budiarto, 2002; h. 37). 2. Katagori Pengetahuan : Untuk mengetahui katagori tingkat pengetahuan responden ditentukan : Baik ( B ) : Jawaban kuesioner benar 76 % - 100 % Cukup ( C ) : Jawaban kuesioner benar 56% - 100 % Kurang ( K ) : Jawaban kuesioner benar > 56 % ( Arikunto, 2006; h 103 ) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Faktor penyebab Ibu hamil kurang energi dari pendapatan sebagian besar pendapatan keluarga berpendapatan sedang 16 0rang (54%) dan paling sedikit ibu yang berpendapatan rendah yaitu sebanyak 8 ibu hamil 20%. Faktor penyebab ibu hamil kurangan Energi Kronis dari pendidikan yang tertinggi adalah SMP ada 12 orang (40%), terendah PT,4 orang1(3,3 %). Faktor Penyebab Ibu hamil Kekurangan Energi Kronis dari faktor paritas, baik 76,7% dan minoritas prosentase buruk 6,6 % dengan jumlah 2 orang. Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis dari umur ibu mayoritas 21 – 35 tahun, 27 orang(90%), minoritas berumur < 35 th 3 orang (10%). Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis berdasarkan pola konsumsi, prosentase tertinggi yaitu pola konsumsi baik 60% dengan jumlah 18 ibu hamil, Pola komsumsi cukup 12 ibu hamil ( 40%), tidak terdapat pola komsumsi buruk. Faktor Penyebab Ibu hamil kurang Energi Kronis berdasarkan penyakit infeksi sebelum hamil prosentase tertinggi adalah yang tidak memilikipenyakit infeksi 86,7% yaitu 26 ibu hamil dan prosentase terendah yaitu ada penyakit infeksi dengan prosentase 13,3 % dngan jumlah 4 ibu hamil. Pembahasan Pendapatan Faktor ekonomi berhubungan dengan tingkat pendapatan dan melahirkan daya beli seseorang atau sekelompok orang apabila tingkat pendapatan tersebut seimbang dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi bebannya. Besarnya suatu keluarga serta komposisi dari suatu keluarga dan tingkat pendapatan keluarga berasosiasi dengan kualitas dan kuantias diet yang berlaku didalam keluarga itu (Mulyanto 2003,h 20). Hasil penelitian kategori berpendapatan sedang (Rp.450.000.,- Rp.850.000.,) yang berjumlah 16 orang 53,3 % dan paling sedikit ibu yang berpendapatan rendah sebanyak 8 orang dengan prosentase 20%.Sehingga faktor penyebab hamil kurang energi, menunjukkan pendapatan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
48
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
sedang tapi tidak mau mencukupi kebutuhan nutrisi yang telah berlangsung lama sebelum ibu hamil mungkin karena diet. Pendidikan Ibu Faktor penyebab ibu hamil yang kurang energi kronis mayoritas berpendidikan SMP12 orang 40 % minoritas adalah yang berpendidikan PT dengan prosentase 13,3 % berjumlah 4 orang ibu hamil. Makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Notoatmojo 2005, h 135). Pendidikan paling banyak sekolah menengah pertama sehingga pengetahuan dan pengalaman kurang. Umur Ibu Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kalori Mayoritas umur ibu antara 21 – 35 tahun dengan jumlah 27 ibu hamil (90 %). Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Kusmiati,Yuni 2008,h 6). Parietas Ibu Faktor penyebab ibu hamil Kekurangan Energi Kronis berdasarkan parietas paling banyak parietas 1s/d 2 76,7% 23 ibu hamil dan minoritas ibu hamil prosentase buruk yaitu 6,6 % dengan jumlah 2 ibu hamil. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu, ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri karena ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya. Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi bagi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung (Baliwati, 2004; h. 3). Pola Konsumsi Faktor penyebab ibu hamil yang kurang Energi Kronis mayoritas pola konsumsi baik yaitu 60% dengan jumlah 18 ibu hamil. Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu, (Supariasa, 2002; h. 187). Penyakit infeksi sebelum hamil Faktor penyebab Kekurangan Energi Kronis mayoritas tidak memiliki penyakit infeksi sebelum hamili dengan jumlah prosentase 86,7% yaitu 26 ibu hamil. Riwayat Penyakit dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi. (Manuaba 2004, h 67). KESIMPULAN 1. Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari factor pendapatan sebagian besar ibu hamil berpendapatan sedang (Rp.450.000.,- Rp.850.000.,) yang berjumlah 16 responden dengan prosentase 53,3%.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
49
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
2.
3.
4.
5.
6.
ISSN : 2086 - 2628
Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari factor Pendidikan ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebagian besar adalah berpendidikan SMP yaitu 12 orang dengan prosentase 40%. Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari factor Parietas ibu yang Kekurangan Energi Kronis sebagian besar adalah parietas baik (1-2 kali hamil) 23 ibu hamil prosentase 76,7%. Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari Umur Kekurangan Energi Kronis seblagian besar adalah umur ibu antara 21 – 35 tahun dengan jumlah 27 ibu hamil yaitu 90%. Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis, dari Faktor Pola Konsumsi makan ibu yang Kekurangan Energi Kronis sebagian besar adalah pola konsumsi baik dengan jumlah 18 ibu hamil dan prosentase 60%. Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis dari.Faktor penyakit sebelum hamil sebagian besar tidak memiliki penyakit sebelum hamil 86,7%.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Pusat Statistik RI. 2008. Rata-rata Upah Riil Per Bulan Buruh Tahun 2008. Baliwati, Yayuk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Budiarto, Eko. (2002). Biostastika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional. 2007 Jakarta: EGC Harahap, Heryudarini. (2002). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Wanita Usia Subur (WUS). Bogor: Departemen Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial. Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Kusmiati, yuni. (2008). Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). yogyakarta: Pitramaya Lubis, Zulhaida. (2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya terhadap Bayi yang Dilahirkan: Semarang. IKM-UNNES Manuaba, I. G. B. (2004). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawiroharjo,S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Supariasa, I Dewa Nyoman. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Varney, Helen. (2001). Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
50
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
TINJAUAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT TYPHOID FEVER DI RSUD BANYUDONO BOYOLALI TAHUN 2012 Oleh : Sri Wahyuningsih Nugraheni, Yasinta Ruslinawati APIKES Citra Medika Surakarta Email :
[email protected] ABSTRAK Rekam Medis merupakan dokumen legal yang mengandung isian tentang identitas pasien, diagnose, terapi, pemeriksaan, pengobatan dan semua pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Salah satu cara untuk menilai pelayanan rekam medis rumah sakit yaitu dengan analisis kuantitatif. Berdasarkan hasil survey pendahuluan di RSUD Banyudono, Boyolali diketahui bahwa dari 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever diambil secara acak yaitu terdapat 70% dokumen yang tidak lengkap, maka dari itu peneliti tertarik untuk meninjau kelengkapan dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever tahun 2012. Selain itu, penyakit typhoid fever merupakan salah satu 10 besar penyakit mengalami kenaikan selama tahun 2012. Penelitian ini menggunakan cara penelitian non eksperimental, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, pendekatan cross sectional dengan populasi 312 dokumen dan sampelnya 176 dokumen. Identifikasi variabel meliputi dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever tahun 2012, review informasi identitas pasien, bukti rekaman, keabsahan rekaman, tata cara pencatatan dan dokumen yang lengkap dan tidak lengkap, instrumen yang digunakan pedoman wawancara, pedoman observasi dan checklist. Hasil penelitian 4 review dokumen rekam medis diperoleh pada review informasi identitas pasien ketidaklengkapan sebanyak 149 (84.66%), bukti rekaman ketidaklengkapan sebanyak 159 (90.34%), keabsahan rekaman ketidaklengkapan sebanyak 159 (90.34%), tata cara pencatatan ketidaklengkapan sebanyak 38 (21.59%). Hasil perhitungan keseluruhan dokumen yang terisi lengkap sebanyak 0 (0.00%) sedangkan yang tidak terisi lengkap sebanyak 176 (100.00%). Dari pernyataan tersebut penulis memberikan saran sebaiknya protap tentang kelengkapan dokumen rekam medis harus dijalankan dengan optimal, perlu adanya peningkatan koordinasi, kerjasama, evaluasi dan pengontrolan dokumen rekam medis yang melibatkan dari hasil kerja semua petugas yang bertanggungjawab. Kata kunci : Analisis kuantitatif, typhoid fever, kelengkapan dokumen. PENDAHULUAN Rumah sakit menurut WHO rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, rumah sakit juga
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
51
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial. (Citra, 2011). Rumah sakit merupakan salah satu sarana penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, rumah sakit mempunyai prosedur komplek yang melibatkan pelayanan yang menyeluruh. Kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat antara lain kegiatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Setiap rumah sakit berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Hal tersebut dapat diwujudkan salah satunya perlu didukung adanya rekam medis. Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnose serta segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat (DepKes RI, 2006). Rekam medis harus dibuat secara tertulis lengkap dan jelas atau secara elektronik. Rekam medis harus dibuat segera mungkin dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan. Pembuatan rekam medis dilakukan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain. Salah satu cara untuk menilai pelayanan rekam medis rumah sakit yaitu dengan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah untuk menilai kelengkapan rekam kesehatan (RK) rawat inap dan rawat jalan yang dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan. (Hatta, 2002) RSUD Banyudono Boyolali beralamat di Jalan Raya Solo-Boyolali KM. 10, Kuwiran, Banyudono, Boyolali. Rumah sakit ini bertipe D yang mempunyai unit pelayanan dasar yaitu Unit Rawat Inap, Unit Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat, dan pelayanan penunjang lainnya. Di RSUD Banyudono Boyolali, jumlah pasien rawat inap dengan kasus typhoid fever cenderung naik turun setiap tahunnya. Pada tahun 2012 termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit pasien rawat inap. Pada survei pendahuluan pada tanggal 28 Desember 2012 penulis mengambil 10 dokumen rekam medis rawat inap dengan penyakit typhoid fever. Dari 10 penyakit tersebut diatas diambil secara acak dalam pengisian sesuai dengan 4 review komponen kuantitatif, yaitu review identitas pasien, review bukti rekaman, review keabsahan rekaman dan review tata cara pencatatan yaitu terdapat 70% dokumen yang tidak lengkap pada review bukti rekaman dan review keabsahan rekaman item formulir asuhan keperawatan, penempelan salinan resep dan kwitansi pembebanan pasien. Selain itu penulis juga melakukan survei awal terhadap 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap dengan penyakit GEA yang berada pada urutan pertama terdapat 60% dokumen yang tidak lengkap pada review keabsahan rekaman item formulir anamnese, perjalanan penyakit dan asuhan keperawatan. Maka dari itu peneliti lebih cenderung memilih meneliti dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever yang menduduki urutan kedua dan tingkat ketidaklengkapannya paling tinggi.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
52
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
LANDASAN TEORI Rumah Sakit Rumah sakit menurut UU Pasal 1 No. 44 tahun 2009 adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayananan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan di rumah sakit antara lain Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ), Unit/Instalasi Rawat Jalan (URJ), Unit/Instalasi Rawat Inap (URI), Unit/Instalasi Gawat Darurat (UGD), Unit/Instalasi Rekam Medis (URM), Instalasi Pemeriksaan Penunjang (IPP). (Shofari, 2002) Unit Rawat Inap Unit rawat inap atau instalasi rawat inap adalah salah satu bagian pelayanan klinis yang melayani pasien karena keadaannya harus dirawat satu hari atau lebih dengan berbagai jenis di dalam suatu ruangan dengan kelas perawatan yang berbeda. (Shofari, 2002) Unit Rekam Medis Unit rekam medis merupakan pelayanan terdepan pada sebuah rumah sakit. Ruang lingkup unit rekam medis dimulai dari penerimaan pasien sampai dengan penyajian informasi kesehatan. Tugas unit rekam medis dimulai dari pengumpulan data, pemrosesan data dan penyajian informasi kesehatan. Data yang dikumpulkan berupa data sosial dan data medis. Data sosial didapatkan ketika pasien mendaftar sebagai pasien, sedangkan data medis didapatkan setelah pasien mendapat pemeriksaan dari tenaga kesehatan. (Citra, 2011) Rekam Medis itu sendiri menurut pasal 1 Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III tahun 2008 adalah berkas yang berisikan catatatan dan dokumen tentang identifikasi pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Tujuan dari rekam medis adalah menunjang terciptanya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengolahan rekam medis yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan didalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes, RI 2006). Rekam medis bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes RI, 2006). Asembling Assembling berarti merakit, tetapi untuk kegiatan assembling berkas rekam medis di fasilitas pelayanan kesehatan tidaklah hanya sekedar merakit atau mengurut satu halaman ke halaman yang lain sesuai dengan aturan yang berlaku. Beberapa parameter yang dapat dilihat untuk mengetahui mutu rekam medis dirumah sakit khususnya yang melibatkan kegiatan assembling menurut (Citra, 2011) diantaranya:
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
53
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
1. Ketepatan waktu pengembalian 2. Kelengkapan formulir pada berkas rekam medis 3. Kelengkapan pengisian pada berkas rekam medis. Analisis Kelengkapan Dokumen Analisis kuantitatif adalah untuk menilai kelengkapan rekam kesehatan (RK) rawat inap dan rawat jalan yang dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan. Komponen dasar analisis kuantitatif tersebut mencakup review catatan medis yang meliputi Review Informasi Identitas Pasien, Review Bukti Rekaman, Review Keabsahan Rekaman, dan Review Tata Cara Mencatat.(Hatta, 2008) Typhoid Fever Diagnosis typhoid fever merupakan infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih rendah yaitu salmonella paratyphi. Demam typhoid saat ini masih sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Lebih dari 13 juta orang terinfeksi kuman ini di seluruh dunia dan 500.000 diantaranya meninggal dunia. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk negara dengan pendapatan yang rendah, terutama pada daerah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. Kasus demam typoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar 354 - 810/100.000 per tahun. Penyakit demam typoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003 menempati urutan ke 21 dari 22 (4,6 %) dari penyakit yang tercatat. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini endemik diseluruh daerah di provinsi ini dan merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. (Depkes RI, 2008). Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi usus halus. Sinonim dari demam tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdominalis. Deman paratifoidmenunjukkan manifestasi yang sama dengan tifoid, namun biasanya lebih ringan. Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteritidis, yaitu S. enteretidis bioserotipe paratyphi A, S. enteretidis bioserotipe paratyphi B, S. enteretidis bioserotipe paratyphi C. Kuman- kuman ini lebih dikenal dengan nama S.paratyphi A, S. Schottmuelleri, dan S. Hirschfeldii. Demam tifoid dan paratifoid endemik di Indonesia. Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak. Terdapat dua sumber penularan S.typhi, yaitu pasien dengan demam tifoid dan lebih sering, karier. Di daerah endemik, transmisi terjadi melalui air yang tercemar S. typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupakan sumber penularan di daerah non endemik. (Aesculapius, 2000)
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
54
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
Filing Menurut (Shofari, 2002) bagian filing adalah suatu bagian dalam unit rekam medis sebagai tempat penyimpanan dokumen rekam medis yang telah dilengkapi sesuai prosedur tetap oleh petugas rekam medis. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan cara penelitian non eksperimental, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan tentang kelengkapan dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 dalam bentuk hasil analisis kuantitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi dalam penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan. (Notoatmodjo S, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh formulir dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012, dengan total populasi sebanyak 312 dokumen yang diperoleh dari indeks penyakit. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin, diperoleh sampel yang akan diteliti sebanyak 176 dokumen dari 312 total populasi. Teknik pengambilan sampel dengan random sample atau acak dengan jenis pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan melakukan undian (untung-untungan) terhadap populasi penyakit typhoid fever tahun 2012. (Arikunto, 2010; Notoatmodjo S, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil RSUD Banyudono Boyolali mempunyai 11 pelayanan URJ terdiri dari IGD 24 jam, poli spesialis bedah, dalam, anak, kebidanan dan kandungan (obsgyn), kulit, saraf, umum, fisioterapi, dan okupasi terapi. Untuk pelayanan URI RSUD Banyudono Boyolali mempunyai 6 bangsal perawatan yaitu Anggrek, Melati, Kenanga, Anyelir, Mawar, dan Dahlia, dengan 4 kelas perawatan yaitu kelas VIP, I, II, dan III dengan jumlah tempat tidur keseluruhan 77. Organisasi rekam medis ini dikepalai oleh kepala unit rekam medik yaitu seseorang yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang yang kegiatannya dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Sub Bagian rekam medis yang membawahi 4 urusan yaitu urusan perencanaan, melakukan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, melakukan fungsi pengawasan, penilaian dan pengendalian dan melakukan tugas lain dengan izin atau dengan penugasan. Koordinator urusan rekam medis mempunyai tanggungjawab dan wewenang dalam menyelenggarakan pengelolaan kegiatan pelayanan rekam medik di rumah sakit, agar sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas rekam medis di RSUD Banyudono Boyolali tanggal 2 Februari 2013 jam 10.00 WIB sebagai berikut : 1. Ketidaklengkapan dokumen di RSUD Banyudono dipengaruhi beberapa hal yaitu kurangnya sumber daya manusia karena petugas rekam medik jumlah petugasnya ada 7 orang, sedangkan pasien yang berkunjung untuk berobat Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
55
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
sangat banyak, jumlah kunjungan pasien rawat inap ± 30 pasien/hari, kurangnya koordinasi antar petugas jaga instalasi guna mendukung peningkatan pelayanan kesehatan, kurangnya ketelitian petugas dalam melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam medis pasien sehingga menyebabkan kualitas informasi yang dihasilkan menjadi rendah, dan kurangnya kesadaran dokter, perawat dan tenaga medis untuk mengisi ketidaklengkapan dokumen rekam medis sehingga sering mengabaikan item yang seharusnya diisi. 2. Di RSUD Banyudono Boyolali sudah ada protap yang mengatur tentang kelengkapan pengisian dokumen rekam medis, tetapi petugas belum melaksanakannya dengan baik, dikarenakan kurangnya kerjasama antara petugas medis (dokter, perawat dan tenaga medis) dan kurangnya kesadaran akan pentingnya dokumen rekam medis diisi secara lengkap. 3. Ketidaklengkapan dokumen rekam medis dapat mempengaruhi suatu mutu pelayanan. Di RSUD Banyudono Boyolali, dokumen rekam medis merupakan suatu berkas yang berisikan data-data penting pasien yang wajib dilengkapi, guna pencapaian dari pelaksanaan protap yang berlaku di rumah sakit tersebut, selain itu sebagai standar keputusan yang ditetapkan untuk selalu dijalankan petugas serta arsip penting apabila ada gugatan hukum atau penyidikan dari pihak luar yang membutuhkan informasi dari pasien, dokumen rekam medis dapat menjadi bukti tertulis untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misal tuduhan malpraktek maka dokumen rekam medis harus lengkap dan akurat. Hasil Observasi di RSUD Banyudono Boyolali mengenai kelengkapan dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever yaitu: 1. Sumber daya manusia di RSUD Banyudono Boyolali khususnya petugas rekam medik jumlah petugas ada 7 orang yaitu pada bagian pendaftaran 4 orang petugas dan kebanyakan lulusan SMA, hanya ada 1 orang petugas yaitu lulusan D3 Keperawatan. Bagian filing hanya 1 orang petugas yaitu lulusan SMA dan 2 orang petugas lainnya di Instalasi Rekam Medik yaitu lulusan D3 Rekam Medis yangtugasnya merangkap semua bagian (assembling, coding, indexing, pelaporan dan analising), oleh sebab itu dalam menyelesaikan tugasnya kurang optimal. Rerata kunjungan per hari pada tahun 2012 yaitu ±30 pasien/hari 2. Adapun 13 jenis formulir penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali, antara lain ringkasan masuk dan keluar, anamnesa, grafik, perjalanan penyakit, rencana keperawatan, catatan tindakan dan perkembangan, asuhan keperawatan, resume keperawatan pasien keluar, ringkasan keluar, hasil pemeriksaan laboraturium dan x-ray/ foto, daftar pemakaian infus, penempelan, salinan resep dan kwitansi pembebanan pasien. 3. Kegiatan yang dilakukan di RSUD Banyudono mengenai analisis kelengkapan dokumen rekam medis rawat inap belum dilakukan secara optimal, selain itu alur dokumen rekam medis yang kembali dari bangsal, tidak sesuai dengan alur yang telah ada, seharusnya dokumen dianalisisterlebih dahulu kelengkapannya, sedangkan pada kenyataannya dokumen tersebut meskipun belum lengkap langsung dikembalikan ke filing setelah selesai pelayanan. Kegiatan ini perlu
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
56
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
adanya penanganan lebih lanjut, untuk penyelesaian dokumen rekam medis rawat inap yang masih tidak lengkap. 4. Berdasarkan Prosedur tetap (Protap) mengenai kelengkapan dokumen rekam medis di RSUD Banyudono Boyolali sudah ada, dokumen rekam medis merupakan suatu berkas yang berisikan data-data penting pasien yang wajib dilengkapi, namun petugas belum menjalankan secara optimal sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan rumah sakit guna pencapaian dari pelaksanaan protap yang berlaku di rumah sakit tersebut, selain itu sebagai standar keputusan yang ditetapkan untuk selalu dijalankan oleh petugas. Hasil Analisis Kuantitatif Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Pasien Typhoid Fever di RSUD Banyudono Boyolali Tahun 2012 berdasarkan 4 review analisis kuantitatif sebagai berikut : 1. Review Identitas Pasien Menilai bagian tertentu dari isi rekam medis sehingga mengetahui prosentase kelengkapan dan ketidaklengkapan dalam pengisian sesuai dengan beberapa item identitas pasien yaitu nomor rekam medis, nama lengkap, umur, alamat, jenis kelamin, agama dan ruang. Kelengkapan tertinggi pada formulir ringkasan masuk keluar dan anamnese sebanyak 176 formulir dengan prosentase 100.00%. Ketidaklengkapan tertinggi pada item agama terdapat pada formulir ringkasan keluar sebanyak 149 formulir dengan prosentase 84.66%. Berdasarkan hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap pada review informasi identitas pasien sebanyak 176 (100.00%) 2. Review Bukti Rekaman Menilai bagian tertentu dari isi rekam medis sehingga mengetahui prosentase kelengkapan dan ketidaklengkapan dalam pengisian sesuai dengan beberapa item yaitu tanggal, jam, dan laporan yang seharusnya ada. Kelengkapan tertinggi pada item tanggal dan jam terdapat pada formulir ringkasan masuk keluar sebanyak 176 formulir dengan prosentase 100.00% sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item jam terdapat pada formulir rencana keperawatan sebanyak 159 formulir dengan prosentase 90.34%. 3. Review Keabsahan Rekaman Menilai bagian tertentu dari isi rekam medis sehingga mengetahui prosentase kelengkapan dan ketidaklengkapan dalam pengisian sesuai dengan beberapa item yaitu tanda tangan dan nama terang. Kelengkapan tertinggi pada item tanda tangan terdapat pada formulir ringkasan masuk dan keluar sebanyak 176 formulir dengan prosentase 100.00% sedangkan ketidaklengkapan tertinggi padaitem nama terang terdapat pada formulir catatan tindakan dan perkembangan sebanyak 159 formulir dengan prosentase 90.34%. Berdasarkan hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap pada review keabsahan rekaman sebanyak 176 (100.00%)
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
57
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
4. Review Tata Cara Pencatatan Menilai bagian tertentu dari isi rekam medis sehingga mengetahui prosentase kelengkapan dan ketidaklengkapan dalam pengisian sesuai dengan beberapa item yaitu cara penghapusan (tipe-x), coretan tanpa paraf dan kejelasan kata. Kelengkapan tertinggi pada item tipe-x, coretan tanpa paraf dan kejelasan kata terdapat pada formulir ringkasan masuk keluar, anamnese, grafik dan hasil lab. dan x-ray/ foto sebanyak 176 formulir dengan prosentase 100.00% sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item coretan tanpa paraf terdapat pada formulir daftar pemakaian infuse sebanyak 38 formulir dengan prosentase 21.59%. Dokumen tidak lengkap pada review tata cara pencatatan sebanyak 176 (100.00%) 5. Hasil Analisis Kuantitatif yang Lengkap dan Tidak Lengkap. Dokumen rekam medis pasien Typhoid Fever yang lengkap dengan prosentase 0.00% sedangkan dokumen rekam medis pasien Typhoid Fever yang tidak lengkap dengan prosentase 100.00% Banyudono Boyolali Tahun 2012. Pembahasan Adapun hasil analisis kuantitatif pada dokumen rekam medis rawat inap pasien typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali Tahun 2012, berdasarkan 4 review adalah sebagai berikut: Review Informasi Identitas Pasien Berdasarkan hasil analisis kuantitatif review informasi identitas pasien pada dokumen rekam medis pasien rawat inap typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 yaitu kelengkapan tertinggi pada item no.rm, nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama dan ruang terdapat pada formulir ringkasan masuk keluar dan anamnese dengan prosentase sebesar 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen terisi lengkap sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item agama terdapat pada formulir ringkasan dengan prosentase 84.66% artinya dari 176 dokumen yang diteliti 149 dokumen tidak terisi lengkap. Berdasarkan hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap pada review informasi identitas pasien sebanyak 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak terisi lengkap. Faktor ketidaklengkapan adalah karena item-item tersebut sudah ada pada formulir sebelumnya saat petugas mendaftar sehingga petugas medis menganggap bahwa item tersebut tidak perlu dicantumkan lagi. Disamping itu juga kurangnya sumber daya manusia karena tenaga kerjanya terbatas serta kurangnya ketelitian petugas instalasi rekam medis dalam melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam medis pasien sehingga menyebabkan kualitas informasi yang dihasilkan menjadi rendah. Padahal identitas pasien tersebut sangat penting guna melengkapi identitas pasien dan kesinambungan pelayanan, jika formulir ada yang tercecer, petugas akan kesulitan menemukan dokumen yang akan dicari. Adapun cara yang dilakukan oleh para petugas untuk mengurangi ketidaklengkapan dalam review identifikasi ini mencetak label identitas pasien dan akan ditempelkan pada formulir dan hal ini dilakukan tidak pada semua
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
58
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
formulir. Menurut Hatta (2008) bahwa identitas merupakan identitas yang melekat pada pribadi pasien dan sangat penting, misalnya nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat dan lain-lain termasuk nomor rekam medis yang diberikan kepadanya. identitas yang jelas dan lengkap merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasien yang telah mendapatkan berbagai hasil pemeriksaan dan pengobatan disarana pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu item identitas pasien yang telah disediakan dalam setiap formulir agar diisi dengan lengkap. Review Bukti Rekaman Berdasarkan hasil analisis kuantitatif kelengkapan pengisian menunjukan bahwa dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 yaitu kelengkapan tertinggi pada item tanggal dan jam terdapat pada formulir ringkasan masuk keluar dengan prosentase 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen terisi lengkap sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item jam terdapat pada formulir rencana keperawatan dengan prosentase 90.34% artinya dari 176 dokumen yang diteliti 159 dokumen tidak terisi lengkap. Berdasarkan hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap pada review bukti rekaman sebanyak 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak terisi lengkap. Faktor ketidaklengkapan yaitu kurangnya kesadaran ataupun ketelitian petugas medis untuk menyertakan tanggal dan jam pelayanan setiap melakukan pemeriksaan terhadap pasien sehingga masih ada yang tidak lengkap atau masih banyak yang kosong pada item tanggal dan jam pelayanan pada kolom yang disediakan dalam setiap lembar formulir serta kurangnya sosialisasi adanya protap yang berlaku di rumah sakit. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya bukti rekaman sebagai petunjuk perjalanan penyakit seorang pasien dan penentuan tindakan kepada pasien, misalnya saat melakukan operasi. Menurut Hatta (2008), bahwa setiap melakukan pelayanan pasien harus menyertakan bukti rekaman adanya jam, tanggal dan laporan-laporan yang seharusnya ada dengan kelengkapan adanya hasil dan pencatatan yang lengkap dan akurat sangat membantu dalam pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan dan penentuan diagnosis pasien serta kesinambungan pelayanan. Hal tersebut sangat penting karena untuk mengetahui kapan dan jam berapa pasien tersebut dilakukan pemeriksaan serta laporan apa saja yang harus ada sesuai perjalanan panyakit pasien. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka dapat berakibat informasi yang terkandung dalam dokumen rekam medis pasien kurang akurat karena laporan tersebut tidak jelas kapan dan jam berapa pasien tersebut dilakukan pemeriksaan. Review Keabsahan Rekaman Berdasarkan hasil analisis kuantitatif kelengkapan pengisian menunjukan bahwa dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 yaitu kelengkapan tertinggi pada item tanda tangan terdapat pada formulir ringkasan masuk dan keluar dengan prosentase 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen terisi
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
59
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
lengkap sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item nama terang terdapat pada formulir catatan tindakan dan perkembangan prosentase 90.34% artinya dari 176 dokumen yang diteliti 159 dokumen tidak terisi lengkap. Berdasarkan hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap pada review keabsahan rekaman sebanyak 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak terisi lengkap. Faktor ketidaklengkapan dokumen dipengaruhi oleh ketidaklengkapan item tanda tangan dan nama terang yang sering tidak terisi, sesuai hasil pengamatan hal ini menyebabkan dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 menjadi tidak lengkap karena kurangnya ketelitian petugas instalasi rekam medis dalam melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam medis pasien. Selain itu tingginya beban kerja dokter, perawat atau tenaga medis yang lainnya. Banyaknya pasien berobat setiap harinya yang menjadi faktor ketidaklengkapan dalam membubuhkan nama dan tanda tangan atau paraf disetiap formulir. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya keabsahan rekaman sebagai bukti otentik telah diberikannya pelayanan kepada pasien, sehingga kualitas pelayanan yang dihasilkan tidak akurat. Menurut Hatta (2008), bahwa para dokter, perawat atau tenaga medis harus membubuhkan tanda tangan dan nama terang setiap melakukan pencatatan hasil pemeriksaan terhadap pasien setelah menerima pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kewenangan yang telah ada serta berfungsi sebagai tanda bukti otentik yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Review Tata Cara Pencatatan Berdasarkan hasil analisis kuantitatif kelengkapan pengisian menunjukan bahwa dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 yaitu kelengkapan tertinggi pada item cat penghapus (tipe-x), coretan tanpa paraf dan kejelasan kata terdapat pada formulir ringkasan masuk keluar, anamnese, grafik dan hasil lab. dan x-ray/ foto prosentase 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen terisi lengkap sedangkan ketidaklengkapan tertinggi pada item coretan tanpa paraf terdapat pada formulir daftar pemakaian infuse dengan prosentase 21.59% artinya dari 176 dokumen yang diteliti 38 dokumen tidak terisi lengkap. Berdasarkan hasil rekapan per review dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 didapat dokumen tidak lengkap pada review tata cara pencatatan sebanyak 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak terisi lengkap. Faktor ketidaklengkapan antar item-item tersebut karena kurangnya kesadaran petugas medis dalam melakukan pencatatan sesuai protap yang ditentukan oleh Rumah Sakit. Selain itu pihak dokter, perawat atau tenaga medis lainnya menuliskan kata-kata dalam formulir pemeriksaan kurang jelas sehinga sulit dibaca dan dimengerti oleh orang lain, terkadang harus bertanya antara satu sampai dua orang untuk bisa membacanya. Hal ini menyebabkan dokumen tersebut menjadi tidak lengkap. Menurut Depkes (2006), bahwa semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter, perawat atau tenaga medis lainnya sesuai
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
60
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
dengan kewenangannya setelah menerima pelayanan di rumah sakit dan membubuhkan nama terang serta diberi tanggal, penghapusan dengan cara apapun tidak diperbolehkan, karena perbaikan kesalahan merupakan aspek yang sangat penting dalam dokumentasi. Hasil Analisis Kuantitatif yang Lengkap dan Tidak Lengkap. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif tabel 4.5 menunjukkan bahwa kelengkapan dokumen rekam medis pasien typhoid fever sebesar 0.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak lengkap sedangkan ketidaklengkapan dokumen rekam medis pasien typhoid fever sebesar 100.00% artinya dari 176 dokumen yang diteliti semua dokumen tidak lengkap. Faktor ketidaklengkapan tersebut disebabkan dari 4 review komponen analisis kuantitatif dapat dipastikan setiap dokumen rekam medis pasien yang diteliti ada salah satu review yang tidak lengkap. Selain itu petugas instalasi rekam medis kurang teliti dalam melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam medis pasien sehingga prosedur tetap yang ada belum dapat terlaksana dengan optimal. Kurangnya kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap kelengkapan pengisian dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali. Apabila faktor-faktor tersebut tidak segera diatasi atau dicegah dalam meneliti kelengkapan dokumen rekam medis maka dapat mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan kelengkapan dokumen rekam medis pasien rawat inap penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2012 dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu 1. Hasil penelitian 4 review dokumen rekam medis diperoleh pada review informasi identitas pasien ketidaklengkapan sebanyak 149 (84.66%), bukti rekaman ketidaklengkapan sebanyak 159 (90.34%), keabsahan rekaman ketidaklengkapan sebanyak 159 (90.34%), tata cara pencatatan ketidaklengkapan sebanyak 38 (21.59%). Hasil perhitungan keseluruhan dokumen yang terisi lengkap sebanyak 0 (0.00%) sedangkan yang tidak terisi lengkap sebanyak 176 (100.00%). 2. Faktor ketidaklengkapan disebabkan dari 4 review komponen analisis kuantitatif dapat dipastikan setiap dokumen rekam medis pasien yang diteliti ada salah satu review yang tidak lengkap. Selain itu petugas instalasi rekam medis kurang teliti dalam melakukan penelitian kelengkapan dokumen rekam medis pasien sehingga prosedur tetap yang ada belum dapat terlaksana dengan optimal. Kurangnya kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap kelengkapan pengisian dokumen rekam medis pasien rawat inap pada penyakit typhoid fever di RSUD Banyudono Boyolali. DAFTAR PUSTAKA Aesculapius, Media. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
61
INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013
ISSN : 2086 - 2628
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Citra, B. S. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Quantum Sinergis Media. Yogyakarta. DepKes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Revisi II. Jakarta. Hatta, Gemala R. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia. Jakarta. Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Shofari, Bambang. 2002. Pengelolaan Rekam Medis Dan Dokumentasi Rekam Medis. Semarang : PORMIKI.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
62