perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Oleh: DESE PURNAMASARI K3208028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Dese Purnamasari
NIM
: K3208028
Jurusan/ Program Studi
: PBS/ Pendidikan Seni Rupa
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK
ELVIE
DI
DUKUH
SAYANGAN
DESA
MELIKAN
KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Dese Purnamasari
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN
Oleh DESE PURNAMASARI NIM. K3208028
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Januari 2013
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. M.Y. Ning Yuliastuti, M. Pd
Drs. Margana, M. Sn
NIP: 19580705 198702 2 001
NIP: 19600612 199103 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Senin
Tanggal
: 21 Januari 2013
Tim Penguji Skripsi:
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Rencanakanlah yang anda akan lakukan, dan lakukanlah yang telah anda rencanakan” (Mario Teguh) “Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis” (Aristoteles) “Sebelum menolong orang lain, saya harus dapat menolong diri sendiri. Sebelum menguatkan orang lain, saya harus bisa menguatkan diri sendiri dahulu” (Petrus Claver) “Sebelum menulis, belajarlah berpikir dulu” (Boileau)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini kepada: “Ibunda dan Ayahanda Tercinta” Terimakasih atas doa yang tiada terputus, kerja keras yang tiada henti, pengorbanan dan kasih sayang yang tak terbatas. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu. “Kakak-kakakku, Adikku serta Keponakanku Tersayang” Terimakasih karena senantiasa disampingku, mendorong langkahku dengan perhatian dan semangat disaat ku tegar berdiri maupun saat ku jatuh dan terluka.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Dese Purnamasari. INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. (2) Proses produksi kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. (3) Jenisjenis produk yang dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Penelitian ini dilaksanakan di Elvie Keramik yang terletak di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus tunggal terpancang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan sumber data berupa informan, dokumen, dan kepustakaan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi data dan review informan. Teknik analisis data menggunakan analisis model mengalir. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Latar belakang berdirinya Elvie Keramik adalah karena industri ini merupakan warisan turuntemurun dan keterbatasan modal yang dimiliki sedangkan sumber daya manusia yang memadai. (2) Proses produksi kerajinan keramik Elvie dilaksanakan melalui tahap persiapan (desain, alat, bahan, teknik), tahap proses (proses pembentukan, pengeringan, dan proses pembakaran), dan tahap finishing (cat dan kelambu). (3) Jenis produk yang dihasilkan berupa alat rumah tangga (Gentho, Wajan, Piring, Layah, Empluk, Mangkok dan Lepek, Mangkok Ronde), benda-benda hias (vas bunga), dan benda-benda praktek anak sekolah Kata kunci: Industri, Kerajinan, Keramik, Elvie
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Dese Purnamasari. ELVIE CERAMIC INDUSTRIAL CRAFT IN SAYANGAN HAMLET MELIKAN VILLAGE WEDI SUBDISTRICT KLATEN REGENCY. Thesis, Surakarta: Theacher Training and Education Faculty. Sebelas March University Surakarta, January 2013. The aim of this research is to know: (1) Historycal of Elvie Ceramic Industrial Craft at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency. (2) Elvie Ceramic production process at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency. (3) Kinds of Elvie Ceramic Production at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency. This research was done at Elvie Ceramics that is located at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency began August until November 2012. This research used qualitative descriptive method with embedded research strategy. The data of this research was used qualitative data with informant, document, and literature as a data source. The sample is gained by using purposive sampling technique. To collect data was used observation, interview, and documentation with data triangulation and informant review as a data validity and data analysis technique was used flow model of analysis. Based on the result of research, it can concluded that: (1) Elvie Ceramics history is the industry are passed on from their parents and financial limidness while sufficient anough of human ruce source. (2) production process of Elvie Ceramics was done by pass through preparation stage (design, tool, material, technique), process (making process, drying, and burning process), and finishing stage (acrylic paint and kelambu). (3) The kinds of commodity result is household tool (Gentho, Wok, Plate, Mortar, Empluk, bowl and dranched, Ronde bowl), decorate things (flower vase), and student practice things. Key word: Industry, Craft, Ceramic, Elvie
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL …………………………..……………………………… HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………..
i ii
HALAMAN PENGAJUAN ……………...…………………………………… iii HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………...
iv
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………
v
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………… vi HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….... vii HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………....... viii DAFTAR ISI …………………………..……………………………………… ix DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xiv DAFTAR BAGAN …………………………………………………………… xx DAFTAR LAMPIRAN .……………………………………………………… xxi KATA PENGANTAR ...……………………………………………………... xxii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ...……………………………………..
1
B.
Perumusan Masalah ...………………………………………...
2
C.
Tujuan Penelitian ...………………………………………........
3
D.
Manfaat Penelitian ...…………………………………………..
3
BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Industri .....………………...…………….………..….
4
1. Pengertian Industri ………………………………………...
4
2. Klasifikasi Industri …….……………….….…. .………….
5
B.
Tinjauan Kerajinan …………………………………………….
7
C.
Tinjauan Keramik ...………..…………………………….…….
8
1. Pengertian Keramik ...…………….…………….…………. commit to user
8
A.
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Jenis Keramik ...……………………………………………
9
3. Alat dan Bahan ...………….………………….…………… 11 4. Teknik Pembuatan Keramik …………………………..…... 14 D.
Kerangka Pemikiran …………….…….……………………..... 22
BAB III METODE PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian …….……………..……………. 23
B.
Pendekatan dan Jenis Penelitian …………….…………..…….. 23
C.
Data dan Sumber Data ………………………………………... 25
D.
Teknik Pengambilan Sampel ………………………………….. 26
E.
Pengumpulan Data …..………………………………………... 27
F.
Uji Validitas Data ……………………………………………... 29
G.
Analisis Data ………………………………………………….. 30
H.
Prosedur Penelitian ………………………………………….... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Lokasi Desa Melikan ………………………………. 34
B.
Latar Belakang Berdirinya Industri Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten …………………………..
C.
37
Proses Produksi Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten ………………………..……………………. 42 1. Persiapan ………………………………………………….. 42 a. Desain …………………………………………………. 42 b. Alat ……………………………………………………. 46 c. Bahan ……………………………………………….....
52
d. Teknik ……………………………………………….... 56 2. Proses ……………………………………………………... 57 a. Mbodi …………………………………………………. 58 b. Mbubut ………………………………………………... 76 c. Mblabur ……………………………………………….. 80 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Ngelus ………………………………………………… 82 e. Nglambu ………………………………………………. 86 3. Finishing…………………………………………………… 90 a. Motif Tembaga ………………………………………... 90 b. Motif Batu …………………………………………….. 92 c. Motif Marmer …………………………………………. 93 d. Motif Lurik ……………………………………………. 93 e. Motif Bunga (Lukis) ………………………………….. 94 D.
Jenis Produk Yang Dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten …………………………….……………….. 95
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A.
Simpulan ……………………………………………………… 105
B.
Implikasi ………………………………………………………. 107
C.
Saran …………………………………………………………... 107
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….... 109 LAMPIRAN …………………………………………………………………... 111
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan benda keramik ……… 11 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Melikan berdasarkan Kelompok Usia Tenaga Kerja ………………………………………………….. 35 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa melikan Menurut Jenis Mata Pencaharian ... 36
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Pilin …………….. 14 Gambar 2.2 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Pijit Jari …………. 15 Gambar 2.3 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Slab ……………... 16 Gambar 2.4 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Putar …………….. 17 Gambar 2.5 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Cetak Tekan …….. 18 Gambar 2.6 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Cetak Tuang …….
19
Gambar 4.1 Peta Desa Melikan …..………………………………………….... 34 Gambar 4.2 Desain Air Mancur ………………………………………………. 43 Gambar 4.3 Desain Guci ……………………………………………………… 44 Gambar 4.5 Desain Guci ……………………………………………………… 44 Gambar 4.6 Skrap ……………………………………………………………... 46 Gambar 4.7 Besi Janur ..………………………………………………………. 47 Gambar 4.8 Botol Bekas Handbody ..…………………………………………. 48 Gambar 4.9 Botol Bekas Infus …..……………………………………………. 48 Gambar 4.10 Kain Kelambu ………………………………………………….. 49 Gambar 4.11 Meja Putar Tegak/Datar ………………………………………... 49 Gambar 4.12 Meja Putar Miring …………………………………………….... 50 Gambar 4.13 Contoh Cetakan dari Gips …………………………………........ 50 Gambar 4.14 Tungku Pembakaran Keramik ………………………………….. 51 commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.15 Tungku Pembakaran Keramik ………………………………….. 51 Gambar 4.16 Tanah Liat Hitam ………………………………………………. 52 Gambar 4.17 Tanah Liat Merah ………………………………………………. 53 Gambar 4.18 Pasir …………………………………………………………….. 53 Gambar 4.19 Mesin Penggiling ……………………………………………….
55
Gambar 4.20 Penyimpanan Tanah Liat ……………………………………….. 55 Gambar 4.21 Kayu Bakar ……………………………………………………... 56 Gambar 4.22 Ngeplok ……………………………………………………........ 58 Gambar 4.23 Proses Center …………………………………………………… 59 Gambar 4.24 Plotot …………………………………………………………… 59 Gambar 4.25 Membentuk Tanah Liat menjadi bulat memanjang (foto kiri) ……………………………………….……………... 60 Penambahan Tanah Liat (foto kanan) ………………………… 60 Gambar 4.26 Hasil Penambahan Tanah Liat ………………………………….. 60 Gambar 4.27 Proses Ngurat …………………………………………………... 61 Gambar 4.28 Pengukuran ……………………………………………………... 62 Gambar 4.29 Proses Pembasahan …………………………………………….. 63 Gambar 4.30 Proses natap bagian atas (foto kiri) …………………………….. 63 Proses natap bagian bawah (foto kanan) ……………………… 63 Gambar 4.31 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Datar ……………………….. 64 commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.32 Plotot …………………………………………………………… 65 Gambar 4.33 Ngurat …………………………………………………………... 66 Gambar 4.34 Proses Awal Natap ……………………………………………... 66 Gambar 4.35 Proses Mengurangi Ukuran …………………………………….. 67 Gambar 4.36 Meratakan Badan Keramik ……………………………………... 67 Gambar 4.37 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Miring ……………………… 68 Gambar 4.38 Tanah Liat hasil proses Ngeplok ……………………………….. 69 Gambar 4.39 Proses mengurangi tanah liat (foto kiri) ………………………... 69 Tanah liat sesuai ukuran (foto kanan) ……………………….... 69 Gambar 4.40 Proses pemotongan tanah liat (foto kiri) ……………………….. 70 Pengambilan tanah liat hasil pemotongan (foto kanan) ………. 70 Gambar 4.41 Abu Gosok ……………………………………………………..
71
Gambar 4.42 Proses pemberian abu gosok ………………………………........ 71 Gambar 4.43 Proses menutup pori-pori tanah ………………………………… 72 Gambar 4.44 Meletakkan tanah liat diatas cetakan ………………………........ 72 Gambar 4.45 Membentuk kaki benda keramik dengan cara menekan permukaan atas ………………………………………………...
73
Gambar 4.46 Proses pemotongan ……………………………………………... 73 Gambar 4.47 Menutup permukaan tanah liat yang sebelumnya di tekan …….. 74 Gambar 4.48 Menghaluskan permukaan tanah liat dengan menggunakan commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tangan (foto kiri) ……………………………………………… 74 Menghaluskan permukaan tanah liat dengan menggunakan plastik (foto kanan) …………………………………………… 74 Gambar 4.49 Pemberian penopang dari tanah liat (foto kiri) …………………. 75 Penutupan dengan papan kayu (foto kanan) ………………….. 75 Gambar 4.50 Proses pengambilan cetakan ……………………………………. 75 Gambar 4.51 Hasil setelah cetakan gips diangkat …………………………….. 76 Gambar 4.52 Pemberian tanah liat pada meja putar sebagai alas dalam proses mbubut (foto kiri) ………………………………. 76 Penutupan tanah liat dengan menggunakan kain (foto kanan) ... 76 Gambar 4.53 Proses mbubut benda keramik tanpa tangkai ………………….. 77 Gambar 4.54 Alas proses mbubut benda tangkai ……………………………... 77 Gambar 4.55 Meletakkan benda keramik …………………………………….. 78 Gambar 4.56 Prose ngerok ……………………………………………………. 79 Gambar 4.57 Hasil ngerok ……………………………………………………. 79 Gambar 4.58 Menghaluskan ………………………………………………….. 80 Gambar 4.59 Saringan ………………………………………………………… 81 Gambar 4.60 Tanah liat merah ………………………………………………... 81 Gambar 4.61 Benda keramik sebelum di blabur (foto kiri) …………………... 82 Benda keramik setelah di blabur (foto kanan) ………………... 82 commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.62 Benda keramik ………………………………………………….. 82 Gambar 4.63 Ngelus permukaan bagian dalam ……………………………….. 83 Gambar 4.64 Ngelus permukaan benda keramik bagian luar ……………….... 84 Gambar 4.65 Ngelus permukaan bawah ………………………………………. 85 Gambar 4.66 Hasil setelah di lus …………………………………………….... 85 Gambar 4.67 Proses nglambu ……………………………………………….... 86 Gambar 4.68 Hasil proses nglambu ………………………………………....... 87 Gambar 4.69 Proses pengeringan benda keramik …………………………….. 88 Gambar 4.70 Daun Munggur …………………………………………………. 89 Gambar 4.71 Motif Tembaga …………………………………………………. 91 Gambar 4.72 Motif Batu ……………………………………………………… 92 Gambar 4.73 Motif Marmer …………………………………………………... 93 Gambar 4.74 Motif Lurik …………………………………………………….. 94 Gambar 4.75 Motif Bunga (Lukis) ..………………………………………….. 95 Gambar 4.76 Wajan dengan tangkai ………………………………………….. 96 Gambar 4.77 Wajan Serabi atau Baskom …………………………………….. 97 Gambar 4.78 Piring Makan ………………………………………………….... 98 Gambar 4.79 Piring Daun Pisang ……………………………………………... 98 Gambar 4.80 Piring Talas …………………………………………………….. 99 Gambar 4.81 Piring Pincuk ………………………………………………….... 100 commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.82 Piring Pare ……………………………………………………… 100 Gambar 4.83 Layah …………………………………………………………… 101 Gambar 4.84 Empluk ………………………………………………………….. 102 Gambar 4.85 Mangkuk Sup dan Lepek ….……………………………………. 102 Gambar 4.86 Mangkuk Ronde ………………………………………………... 103 Gambar 4.87 Benda Hias ……………………………………………………... 104 Gambar 4.88 Benda Praktek anak sekolah ……………………………………. 104
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Skema Kerangka Berpikir ………………………………………….. 22 Bagan 3.1 Analisis Data Model Mengalir …………………………………...... 31
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan Ijin Research/ Try Out ...…………………………… 112 Lampiran 2 Surat Izin Menyusun Skripsi …………………………………….. 113 Lampiran 3 Surat Keputusan Dekan FKIP.……………………………………. 114 Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian ……………………………….. 115 Lampiran 5 Surat Keterangan dari Desa Melikan …………………………….. 117 Lampiran 6 Surat Keterangan dari Elvie Keramik ……………………………. 118 Lampiran 7 Data Monografi Desa Melikan …………………………………... 119 Lampiran 8 Daftar Pertanyaan dengan Bapak Triyono ……………………….. 123 Lampiran 9 Daftar Pertanyaan dengan Ibu Suparni ………………………….. 125 Lampiran 10 Daftar Pertanyaan dengan Mas Erwin ………………………….. 126 Lampiran 11 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Mujiati ……………………...... 127 Lampiran 12 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Endang ……...……………….. 128 Lampiran 13 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Danik ………………………… 129 Lampiran 14 Daftar Pertanyaan dengan Mas Suharno ……………………….. 130 Lampiran 15 Wawancara dengan Bapak Triyono …………………………….. 131 Lampiran 16 Wawancara dengan Ibu Suparni ………………………………... 131 Lampiran 17 Wawancara dengan Mas Erwin ………………………………… 132 Lampiran 18 Wawancara dengan Mbak Mujiati ……………………………… 132 Lampiran 19 Wawancara dengan Mbak Endang ……...……………………… 133 Lampiran 20 Wawancara dengan Mbak Danik ……………………………….. 133 Lampiran 21 Wawancara dengan Mas Suharno ……………………………..... 134 Lampiran 22 Elvie Keramik ……………………..…………………………..... 134 Lampiran 23 Suasana Bengkel Kerja Elvie Keramik ...........………………..... 135 Lampiran 24 Kayu untuk meletakkan keramik sebelum dibakar ..…………..... 136 Lampiran 25 Benda-benda Produksi Elvie Keramik ………………………..... 136 commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberikan ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Rupa, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Ketua Pogram Pendidikan Seni Rupa Jurusan pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 5. Drs. Margana, M.Sn, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 6. Drs. Sudarsoso, M. Hum (Alm) yang telah memberikan banyak masukan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Pemilik Elvie Keramik, yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian 8. Bapak Triyono, Ibu Suparni, Mas Erwin, Mbak Endang, Mbak Danik, Mbak Mujiati, dan Mas Suharso atas kerjasamanya dalam pengumpulan data observasi maupun wawancara. 9. Intan, Mbak Tia, Tiara, Nureka, Naning, Wien, Yeni, dan teman-teman Pendidikan Seni Rupa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya 10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,
Januari 2013
Penulis
commit to user xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris. Namun, tanah yang merupakan sumber utama masyarakat semakin menyempit. Luas tanah yang semakin berkurang membuat petani berpikir untuk bekerja di bidang lain. Salah satu pilihan yang tepat bagi masyarakat ialah dengan bekerja di bidang industri kecil dan kerajinan rakyat. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga menjadi bagian yang sangat penting bagi masyarakat sebagai mata pencaharian hidup untuk mencukupi kekurangan pendapatan keluarga. Berdirinya industri kecil mendorong terjadinya pola kehidupan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, sehingga muncul ide-ide pembaharuan dan modernisasi. Di Indonesia industri kecil dan kerajinan rumah tangga jumlahnya sangat banyak dan menjadi sektor penempung tenaga kerja paling banyak, salah satunya ialah industri kerajinan keramik. Keramik merupakan salah satu dari karya seni yang memiliki nilai estetika, yang sudah dikenal dari jaman prasejarah, dan sampai masa kini manusia tidak dapat dipisahkan dengan produk keramik. Semula keramik hanya digunakan untuk kepentingan upacara adat atau religius, akan tetapi saat ini berkembang untuk benda-benda guna seperti peralatan rumah tangga sampai benda-benda hias atau seni (Ponimin, 2011:1). Demikian pula yang terjadi di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, kerajinan keramik ini sudah ada sejak dari jaman nenek moyang, yang kepandaiannya didapatkan masyarakat secara turun-temurun. Semula kerajinan keramik di Desa Melikan hanya dikerjakan oleh para wanita saja, sedangkan bahan (tanah liatnya) diambil dari desa tersebut juga yang pengambilannya dilakukan oleh para pria. Namun sekarang baik pria maupun wanita keduanya mengerjakan kegiatan membuat kerajinan keramik, dan Desa Melikan terkenal sebagia salah satu desa wisata kerajinan keramik. commit to user 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keramik Desa Melikan mengalami perkembangan dari waktu kewaktu mulai dari desain yang bervariasai dan unik, teknik pembuatan, teknik pembakaran yang disertai pengasapan, sampai pada pemasaran yang tidak lagi hanya menjangkau kota-kota besar disekitar klaten saja melainkan sudah menjangkau mancanegara. Dukuh Sayangan merupakan salah satu sentra kerajinan keramik yang terletak di Desa Melikan, yang sebagian besar warganya terjun ke dalam industri kerajinan keramik, baik itu sebagai pengusaha maupun buruh. Akan tetapi tidak banyak dari para pengrajin yang telah memiliki nama usaha sendiri. Salah satu yang telah memiliki nama usaha ialah Elvie Keramik. Elvie Keramik, walaupun letaknya tidak berada dipinggir jalan dan tidak mempunyai show-room untuk memajang hasil produksinya, namun ternyata banyak yang telah mengenalnya, mulai dari konsumen keramik kelompok lain sampai tamu dari kelurahan yang sebagian besar merupakan kunjungan kerja dari instansi pendidikan yang ingin belajar secara langsung pembuatan keramik dari pengrajin. Elvie Keramik juga telah berhasil memasarkan hasil produksinya keluar negeri seperti Australia. Dengan melihat latar belakang tersebut diatas, penulisan ilmiah ini ingin mengungkapkan tentang “Industri Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian seperti pada latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten? 2. Bagaimanakah proses produksi kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten? 3. Jenis-jenis produk keramik apa saja yang dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten? commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan
permasalahan
yang dihadapi
dan kemuingkinan–
kemungkinan yang dapat dicapai dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. 2. Untuk mengetahui proses produksi kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. 3. Untuk mengetahui jenis-jenis produk keramik yang dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan pertimbangan dan permasalahan diatas, diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai masukan dalam bidang kesenirupaan. 2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan
bagi
masyarakat
umum
melestarikan seni kerajinan keramik.
commit to user
serta
mengembangkan dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian
pustaka
pada
dasarnya
merupakan
pengkajian
terhadap
pengetahuan ilmiah yang ada. Sedangkan yang dikaji berupa teori-teori yang ada hubungannya dengan fenomena-fenomena yang akan diteliti. Masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain: (1) Tinjauan tentang industri (2) Tinjauan tentang kerajinan (3) Tinjauan tentang keramik. A. Tinjauan Industri 1. Pengertian Industri Industri identik dengan semua kegiatan mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga bernilai lebih dengan maksud untuk dijual. Kristanto (2002: 166) berpendapat bahwa “Industri merupakan suatu kegiatan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output)”. Dalam kegiatan memproses atau mengolah barang tersebut dengan menggunakan sarana dan peralatan. Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu “industria” yang artinya buruh atau tenaga kerja, sedangkan dalam bahasa inggris “industrious” ialah bidang mata pencaharian yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja. Industri menurut Oxlay (2011) adalah “Semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup”. Kegiatan industri yang telah ada sejak lama dalam tingkat yang sangat sederhana, seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, kemudian tumbuh dan berkembang semakin kompleks. Jumlah dan macam industri berbeda-beda pada tiap daerah tergantung pada tingkat perkembangan perindustrian di daerah tersebut, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. commit to user
4
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Walaupun industri kecil dan kerajinan rakyat sifatnya hanya merupakan pekerjaan sambilan, tetapi keberadaannya dapat dipakai sebagai salah satu pemecehan masalah lapangan pekerjaan, dimana terjadi persaingan dan tantangan bagi para tenaga kerja yang mengharuskan adanya peningkatan mutu produk dan kualitas pekerjaan tenaga kerja. 2. Klasifikasi Industri Pengelompokan industri secara sederhana dapat dibagi kedalam 3 kelompok (Kristanto, 2002: 157), yaitu: a. Industri primer Industri primer merupakan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, yang biasanya akan digunakan untuk industri yang lain. b. Industri sekunder Industri sekunder merupakan industri yang mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung digunakan oleh konsumen. c. Industri tersier Industri tersier merupakan industri yang mengolah bahan industri sekunder yang sebagian besar merupakan industri jasa dan industri perdagangan. Masih menurut Kristanto yang menyebutkan bahwa salah satu klasifikasi dalam konsep industri adalah industri kecil, dimana dalam penggunaan maupun proses produksinya masih sederhana dan bersifat padat karya. Sedangkan menurut Saleh (1986: 4) industri kecil didefinisikan sebagai unit usaha industri yang mepekerjakan antara 5 sampai 19 orang tenaga kerja. Tenaga kerja biasanya berasal dari lingkungan sekitar, baik dari anggota keluarga maupun tetangga.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terkait dengan industri kecil ini terdapat pengklasifikasian kembali, menurut Saleh (1986: 50-51) berdasarkan eksistensi dinamikanya industri kecil di Indonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu: 1) Industri lokal Indusri
lokal
merupakan
kelompok
jenis
industri
yang
menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas serta lokasinya tersebar. Industri berskala sangat kecil ini memiliki target pemasaran yang sangat terbatas dan dalam pemasaran hasil produksinya ditangani sendiri, sehingga tidak memerlukan jasa perantara. 2) Industri sentra Industri sentra merupakan satuan usaha berskala kecil yang membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Dalam proses pemasaran industri sentra membutuhkan peranan dari pedagang perantara, karena
jangkauan pasar yang lebih luas dibandingkan
industri lokal. 3) Industri mandiri Industri mandiri pada dasarnya merupakan kelompok jenis industri yang mempunyai sifat industri kecil, namun industri mandiri telah mampu untuk mengadaptasi teknologi produksi yang canggih dan dalam pemasaran pun tidak bergantung pada peran pedagang perantara. Dari beberapa teori diatas, industri kerajinan keramik termasuk kedalam industri berskala kecil dengan modal yang relatif kecil pula dimana tenaga kerjanya rata-rata berjumlah dibawah 20 orang. Dilihat dari modal yang terbatas menyebabkan terhambatnya perkembangan industri krajinan keramik. Industri kerajinan keramik di desa Melikan merupakan tumpuan hidup masyarakat yang tidak hanya mampu menyerap banyak tenaga kerja, namun juga turut berkontribusi dalam proses pembangunan pedesaan. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Tinjauan Kerajinan Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki beraneka ragam kesenian daerah. Tiap daerah memperlihatkan corak dan jenis seni yang berbeda dengan daerah lain. Kekayaan seni kerajinan Indonesia mencerminkan bermacammacam kebudayaan etnik yang tersebar di kepulauan Nusantara. Tiap daerah di setiap jaman menghasilkan karya seni kerajinan dengan watak tertentu karena pengaruh kebudayaan yang selalu berkembang. Kerajinan berasal dari suku kata “rajin” yang berarti suka bekerja, dan “kerajinan” itu sendiri merupakan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Sedangkan dalam bahasa Inggris “craft” mempunyai arti energi atau kekuatan. Menurut Soegeng Toekio M (2004: 7) “kerajinan dapat diartikan sabagai suatu tindakan yang hanya memerlukan rutinitas atau hanya sekedar kerja tangan atau motorik”. Meskipun demikian, kerajian merupakan karya seni karena didalamnya telah tercurah ide, pikiran, dan juga gagasan dari para pengrajin. Kerajinan merupakan bagian dari seni kriya. Seni kriya adalah seni tinggi yang bisa menghasilkan karya yang mempunyai nilai estetika dan filosofi tinggi. Kriya berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya perbuatan atau pekerjaan atau membuat. Walaupun demikian, antara kriya dan kerajinan mempunyai beberapa perbedaan. Kriya dijalani oleh seseorang yang disebut empu. Empu menghasilkan senjata, perhiasan, dan pernak-pernik bagi semua kalangan istana dengan bertapa serta mensucikan diri terlebih dahulu. Sedangkan kerajinan dilakukan oleh pandhe yang menghasilkan sabit, cangkul, pikulan, gerobak, gerabah, dan perlengkapan rakyat lainnya dengan besimbah peluh sepanjang hari. Seperti diungkapkan SP Gustami bahwa kriya berbasis budaya keraton yang halus, ngremit, mengandung makna filosofis dan mempunyai mitos-mitos tertentu, sedangkan kerajinan berbasis budaya pedesaan yang kasar dan vulgar (2007: 146). Akan tetapi dalam masa sekarang kerajinan sangat berperan penting erat kaitannya dengan komoditi perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri. Kerajinan sekarang tidak lagi merupakan benda utama untuk bekerja namun sudah menjadi benda pelengkap dalam kehidupan yang modern. Kerajinan sebagai commit to user hiasan dan barang pajangan, seperti cangkul atau sabit yang dulu dipakai bertani
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekarang sudah digantikan dengan alat modern sehingga cangkul dan sabit menjadi barang antik yang bagus jika digantung di dinding rumah. Sehingga kerajinan mendapatkan tempat sebagai penghasil devisa negara. C. Tinjauan Keramik 1. Pengertian Keramik Jika kita berbicara mengenai keramik maka yang terbayang adalah alatalat rumah tangga, bahan bangunan atau guci keramik. Keramik sebenarnya merupakan bentuk aktivitas dan sekaligus produk kebudayaan yang paling tua yang teknologi pembuatannya dibawa oleh nenek moyang bangsa Austronesia dan China Selatan pada saat zaman Neolitikum (Guntur, 2005: 102). Pada zaman Neolitikum pula, di Indonesia ditemukan pecahan-pecahan kecil tembikar di bukit kulit kerang di Sumatera, meskipun pecahan tersebut kecil dan berkeping-keping namun sudah terlihat adanya usaha untuk membuat suatu wadah dengan cara menekan keras pada saat tembikar atau keramik masih dalam keadaan basah (Suwardono, 2002: 12). Dapat disimpulkan bahwa keramik merupakan kerajinan tangan yang dibantu dengan peralatan yang masih sederhana dan menjadi salah satu sarana dan produk budaya yang memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dengan masa lalu. Keramik yang dulunya dibuat untuk memenuhi kebutuhan religius seperti tempat penguburan, bekal kubur, dan alat upacara adat, kini seiring perkembangan jaman mulai berkembang sebagai benda hias atau seni dan ekspresi yang memprioritaskan nilai-nilai estetika dan artistik. Kata keramik sendiri berasal dari bahasa Yunani “keramos” yang berarti periuk atau belanga yang terbuat dari tanah liat. Secara sederhana keramik adalah suatu benda atau barang yang terbuat dari tanah liat atau lempung yang mengalami proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi. Secara sederhana keramik adalah suatu benda atau barang yang terbuat dari tanah liat atau lempung yang diproses sedemikian rupa dan kemudian dibakar, sesuai dengan pendapat Agus Mulyadi Utomo (2012) yang commit to user mengungkapkan bahwa keramik merupakan tanah liat yang mengalami proses
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
panas (pembakaran) sehingga mengeras. Hal ini menunjukkan bahwa keramik itu hanya dapat dibuat dari tanah liat atau lempung, padahal saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat, melainkan mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat yang bersifat tradisional sampai modern atau canggih sesuai dengan perkembangan teknologi. Hartomo A.J menyatakan bahwa: Pembuatan antara gerabah-keramik tradisional dengan keramik modern atau canggih tidak terlalu berbeda, karena keramik canggih juga dibuat dengan proses kalsinasi pada suhu tinggi, yang melibatkan tahap sintering yaitu suatu cara memadatkan-kompakkan bubuk oksida, karbida atau nitrida halus dengan sintesis berbahan baku lempung kuarsa, kaolin, dan feldspar selaku basisnya (1992: 1). Secara keseluruhan, keramik merupakan seni industri atau kelompok seni yang menghasilkan objek yang benar-benar bermanfaat dan dekoratif. Pada umumnya keramik banyak digunakan sebagai perabot rumah tangga. Selain itu banyak pula yang menggunakan keramik sebagai barang seni hias dan dekorasi serta untuk bahan-bahan bangunan. 2. Jenis Keramik Sampai saat ini, telah bermacam-macam keramik yang dihasilkan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Berdasarkan teknik pembuatannya (2010), keramik dibedakan atas dua jenis, yaitu : a. Keramik kuno Keramik jenis ini biasanya berupa peralatan rumah tangga yang dibuat dengan teknik yang sederhana dan tradisional dengan bahan baku tanah liat. b. Keramik Modern atau canggih (Fine Ceramics) Keramik modern secara teknis diproses untuk keperluan teknologi tinggi seperti konstruksi dan elektronika dengan bahan tertentu selain tanah liat.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan suhu bakarnya (Fahbasna,2011), keramik dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : 1. Gerabah (Earthenwar) Earthenware merupakan jenis keramik yang memiliki suhu matang antara 900–1100 °C. Keramik jenis ini bersifat rapuh, kasar dan berpori. 2. Keramik Batu (Stoneware) Stoneware memiliki sifat halus dan kokoh seperti batu, dengan suhu matang sekitar 1200 °C. 3. Porselen (porcelain) Keramik jenis porselen memiliki suhu matang yang tinggi yaitu sekitar 1260 °C. Bahan ini banyak digunakan untuk bahan industry bangunan karena kekerasan dan kestabilannya. Walaupun tampak begitu rapuh, porselen memiliki struktur dan tekstur yang rapat dank keras.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Alat dan Bahan a. Alat Pembentuk Keramik Dalam proses pembuatan bahan keramik, dibutuhkan beberapa peralatan yang bisa mempermudah pengerjaannya. Alat-alat tersebut digunakan baik dalam pembentukan maupun dekorasi benda keramik, seperti ditunjukkan pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan benda keramik No
Nama
Bahan
Fungsi
Gambar
1
Butsir Kawat Kawat stainless steel (Wire modelling Tangkai kayu sawo Tools)
merapikan, menghaluskan mengerok, membentuk detail, dan membuat tekstur benda keramik
2
Butsir Kayu Kayu sawo (Wood modeling Tools)
menghaluskan, membentuk detail, merapikan, membuat dekorasi, dan menghaluskan benda keramik
3
Ribbon Tolls
Stainless steel Tangkai kayu
mengerok, menghaluskan, dan merapikan benda keramik
4
Kawat Pemotong (wire cutter)
Kawat stainless steel
memotong ujung bibir, dasar benda keramik, dan memotong tanah liat Plastis
5
Pisau Pemotong
6
Potter Rib
kayu, plat stailess, Karet
7
Spon
busa
8
Sponge Stick
Sponge stick menghaluskan bagian dalam commit to user benda kerja
memotong, mengiris lempengan tanah liat menghaluskan dan membentuk permukaan luar benda kerja menyerap kandungan air, menghaluskan benda kerja, dan membersihkan handtool serta cetakan gips
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
Nama
Bahan Jarum
Fungsi
Gambar
9
Jarum
10
Throwing Stick kayu
membentuk, menghaluskan, Merapikan bagian dalam Benda keramik
11
Kaliper
alumunium, plastik,
mengukur diameter benda keramik
12
Rol Kayu
kayu
membuat lempengan tanah
13
Putar Tangan
besi, alumuniun Atau semen
membentuk benda keramik dengan teknik putar
14 Alat Putar Kaki
memotong bibir, menusuk Gelembung udara, dan Menggores benda kerja
membentuk benda keramik dengan teknik putar
(Sumber gambar: Budiyanto, 2008: 205-208) b. Bahan Bahan keramik secara garis besar digolongkan kedalam dua kategori, yaitu bahan lunak yang terdiri dari tanah dan bahan keras yang terdiri dari batu-batuan. Tanah liat atau lempung sebagai bahan pokok dalam pembuatan keramik merupakan salah satu bahan yang kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah didapat dimana sebagian besar dari kulit bumi terdiri dari batuan yang merupakan sumber tanah liat, dan biasanya masyarakat memanfaatkan tanah liat atau lempung sebagi bahan bakupembuatan keramik. Hugo J & Horn J menyatakan bahwa “Tanah liat merupakan beberapa anasir yang berasal dari erosi bumi, yang berkembang menjadi partikel-partikel kecil dalam berbagai ukuran”(1986: 15). commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan menurut Saraswati, tanah liat merupakan semacam produk dari batu, yang disebabkan oleh pengaruh cuaca menjadi kehilangan sifat litanya dan menjadi padat (2011: 8). Tanah liat memiliki sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Tanah liat dikategorikan kedalam dua jenis yaitu tanah liat residu (tanah liat primer) dan tanah liat endapan (tanah liat sekunder). Dalam membuat benda keramik, tanah liat sebagai bahan harus memenuhi persyaratan agar benda keramik yang dibuat tidak mengalami kesuliatan, persyaratan tersebut seperti diungkapkan Budiyanto(2008: 216) diantaranya adalah: 1) Plastisitas Plastisitas
tanah
liat
sangat
pembentukan
benda
keramik
mempengaruhi
dan
mencegah
proses
terjadinya
perubahan bentuk, retak maupun runtuh. 2) Homogen Tingkat plastisitas tanah liat yang akan digunakan haruslah homogen (seragam), dalam arti merata dan tidak ada yang keras atau lembek. 3) Bebas dari gelembung udara Tanah liat yang bebas dari gelembung udara meminimalisir terjadinya
retak
atau
pecah
saat
proses
pembakaran
berlangsung. 4) Memiliki kemampuan bentuk Yang dimaksud tanah memiliki kemampuan bentuk disini adalah saat proses pembentukan sapai selesai, benda keramik tidak mengalami perubahan bentuk, yang berarti tanah berfungsi sebagai penyangga. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Teknik Pembuatan Keramik Secara umum proses produksi keramik dilakukan secara bertahap dan tidak bisa dilakukan secara berasamaan. Tahapan tersebut adalah tahap pembentukan, tahap pengeringan, dan tahap pembakaran. Ada beberapan cara atau teknik pembentukan keramik (Ponimin, 2008: 56-61), yaitu : a. Teknik Coiling (Lilit Pilin) Keramik dibuat dari susunan pilinan-pilinan yang disambung. Ketebalan pilinan yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan benda yang akan dibuat. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah ketika menyambung pilinan, permukaan pilinan yang akan disambung hendakknya dibasahi dengan air atau „dilem‟ memakai lumpur tanah liat, dan diberi goresan lebih dahulu agar lebih kuat.
Gambar 2.1 Pembentukan benda keramik dengan teknik pilin (Sumber: 2008: 228-230) commit to Budiyanto, user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Teknik Pijit Jari Pembentukan dengan tangan (handbuilding) merupakan salah satu keteknikan di dalam pembuatan keramik dimana benda langsung dibentuk dengan tangan. Teknik ini merupakan keteknikan bagi pemula dalam membentuk sebuah benda keramik.
Gambar 2.2 Pembentukan benda keramik dengan teknik pijit jari (Sumber: Budiyanto, 2008: 222) c. Teknik Slab (Lempengan) Cara pembentukan dengan teknik lempengan merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentukbentuk yang diinginkan dan tidak selalu simetris.
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.3 Pembentukan benda keramik dengan teknik slab (Sumber: Budiyanto, 2008: 235-238) d. Teknik Putar Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentrasentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.4 Pembentukan benda keramik dengan teknik putar (Sumber: Budiyanto, 2008: 250-252) e. Teknik Cetak Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips. Pembentukan teknik cetak digolongkan menjadi dua yaitu teknik tekan (pres plastis) dan teknik tuang (slip). Teknik cetak tekan dilakukan dengan cata menekan-nekankan tanah liat pada cetakan gips. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.5 Pembentukan benda keramik dengan teknik cetak tekan (Sumber: Budiyanto, 2008: 237-239) Sedangkan untuk teknik pembentukan dengan teknik cetak tuang dilakukan dengan cara menuangkan adonan tanah liat kedalam cetakan gips seperti pada gambar 2.6 dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6 Pembentukan benda keramik dengan teknik cetak tuang (Sumber: Budiyanto, 2008: 338-339) Setelah melalui tahap pembentukan, keramik harus melalui tahap pengeringan terlebih dulu, karena jika masih basah memungkinkan terjadinya ledakan uap air saat dibakar sehingga menimbulkan keratakan. Keretakan bisa pula disebabkan oleh tingkat kering yang tidak merata pada bagian-bagian keramik. Pengeringan dilakukan agar kandungan air pada benda keramik tersebut menguap. Adapun hal yang haruscommit diperhatikan to userdalam proses pengeringan barang-
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
barang keramik adalah penguapan air dan difusi air dari barang-barang basah (Razak, 1992: 105). Cara pengeringannya cukup sederhana yaitu cukup disimpan di atas rak terbuka dan diangin-anginkan. Pada umumnya, pengeringan zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lainnya dari bahan padat, sehingga mengurangi kadar zat cair di dalam zat padat. Dalam proses pengeringan ini biasanya diikuti pula dengan proses penyusutan benda keramik, maka dari itu saat proses pengeringan, kadar air dalam benda keramik tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan benda keramik melengkung. Setelah kering, barulah keramik akan melalui tahap selanjutnya, yaitu tahap pembakaran. Budiyanto (2008: 485), menyatakan bahwa Membakar benda keramik merupakan tahapan cukup kritis namun menyenangkan dimana merupakan salah satu tahapan yang sangat penting pada proses pembuatan benda keramik, karena tanpa melalui proses pembakaran maka benda keramik belum dapat disebut produk keramik. Temperatur kematangan untuk suatu tanah liat berbeda-beda sesuai dengan jenis tanah liatnya. Dalam proses pembakaran ini tanah liat akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi menjadi keramik yang keras, kuat, dan padat yang tidak lagi bisa hancur oleh air. Proses membakar benda yang terbuat dari tanah liat tidaklah mudah, untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan teknik dan media yang tepat. Hal ini dilakukan pada keramik atau gerabah yang telah dibuat agar tidak mengalami keretakan atau bahkan pecah dan rusak. Proses pembakaran tersebut dapat dilakukan dengan cara langsung ataupun menggunakan alat lain berupa tungku (oven/ kiln). Tungku keramik bervariasi tipe dan bahan bakarnya. Masing-masing tungku memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun tipe tungku keramik menurut Suwardono (2002: 97-104), yaitu: (1) Tipe tungku ladang Tipe tungku ladang merupakan tipe tungku dimana saat akan melakukan proses pembakaran benda keramik, benda-benda tersebut hanya diletakkan diatas tanah dan kemudian ditimbun dengan dedaunan kering ataupun ranting-ranting pohon lalu dibakar. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Tipe tungku bak Tipe tungku bak berbentuk segi empat dengan dinding terbuat dari bata merah atau lempung yang pada kedua sisi dinding biasanya dibuat lubang untuk membakar bahan bakar. (3) Tipe tungku botol Tipe tungku botol mempunyai bentuk silindris menyerupai boto yang pada bagian tertentu terdapat lubang untuk bakan bakar. (4) Tipe tungku api berbalik Tipe tungkuapi terbalik ada yang berbentuk bulat dan ada juga yang berbentuk segi empat. Tungku api terbalik ini merupakan tipe tungku yang paling baik untuk industri keramik. Karena begitu bervariasinya tungku pembakaran keramik, maka bahan bakar yang digunakan pun bervariasi. Ada yang berbahan bakar listrik, minyak tanah, kayu bakar, bahkan bahan bakar gas. Para perajin keramik tradisional di desa Melikan biasa menggunakan tipe tungku bak pada saat proses pembakaran benda keramik dengan menggunakan bahan bakar kayu, karena ketersediaan kayu yang cukup banyak dan harganya pun relatif murah.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Kerangka Berpikir Industri kerajinan merupakan salah satu alternatif mata pencaharian masyarakat dukuh Sayangan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Keramik sabagai salah satu benda peninggalan nenek moyang terus dikembangkan mulai dari fungsi maupun bentuknya. Semula penggunaan keramik hanya untuk keperluan upacara adat atau religius, akan tetapi saat ini mulai berkembang keramik untuk benda-benda peralatan rumah tangga, bahkan sampai benda-benda hiasan atau seni. Dari segi bentuk juga mengalami perkembangan, yaitu dari bentuk tradisional menjadi bentuk yang lebih modern. Latar Belakang
Elvie Keramik
Bahan
Proses
Desain/ Bentuk
Jenis Barang
Finishing
Produk
Bagan 2.1 Skema Kerangka Berpikir
commit to user
Teknik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata “metode” yang berarti cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan “logos” yang berari ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi yaitu ilmu mengenai cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, yang dimaksud dengan tepat adalah dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian merupakan kegiatan mencari kebenaran. Jadi metodologi penelitian adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana cara mencari kebenaran, yaitu dapat dilakukan dengan cara mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya berdasarkan fakta-fakta yang ada. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Elvie Keramik yang terletak di dukuh Sayangan, desa Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten Klaten, dimana Elvie Keramik terletak di Desa Melikan merupakan desa yang terkenal sebagai desa wisata kerajinan keramik yang berkualitas baik dengan produk yang variatif dan unik. 2. Waktu Penelitian Aktivitas penelitian mengenai Industri Kerajinan Keramik Elvie ini secara keseluruhan dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan November 2012. B. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian mengenai Industri Kerajinan Keramik Elvie ini ialah pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif jenis temuan penelitian tidak berupa statistik atau bentuk hitungan lainnya, melainkan to user berupa ungkapan dalm bentuk commit kata-kata. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
23
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian kualitatif sebagai prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang terobservasi (1993: 30). Karena mempunyai objek tunggal, maka pendekatan dilakukan dengan strategi studi kasus tunggal terpancang (embedded research). Disebut dengan tunggal karena penelitian diadakan pada satu lokasi saja, sedangkan disebut terpancang karena sebelum diadakan penelitian sudah direncanakan. Sesuai dengan pendapat Sutopo (2002: 112) yang menyatakan bahwa, “Penelitian terpancang merupakan suatu langkah sebelum melakukan penelitian harus memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya namun tetap terbuka dengan sifat interaktif dan variabel utamanya”. 2. Jenis Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang ada dan agar penelitian ini berjalan dengan lancar maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Dimana dalam penelitian deskriptif peneliti diharapkan pandai menerangkan atau menjelaskan mengenai fenomena-fenomena yang telah ditemukan. Penelitian deskriptif menurut Narbuko dan Achmadi yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
data-data,
menyajikan
data,
menganalisis
data,
dan
menginterpretasikan data yang bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat populasi (2003: 44). Jadi, deskriptif merupakan jenis penelitian yang digunakan menjelaskan keadaan objek yang diteliti pada saat sekarang sebagaimana adanya saat penelitian dilakukan berdasarkan fakta yang ada dan mencoba untuk menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dilapangan
.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Data dan Sumber Data 1. Data Data merupakan segala informasi baik lisan maupun tulisan, bahkan bisa berupa gambar atau foto yang berperan dalam penelitian untuk menjawab permasalaham yang telah dinyatakan dalam rumusan masalah, yaitu mengenai latar belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi keramik, dan jenis barang yang dihasilkan Elvie Keramik. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka, melainkan berupa penjabaran-penjabaran yang rinci dan jelas sehingga dapat ditarik kesimpulan. 2. Sumber Data Sumber data merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian. Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Lofland dan Lofland ialah berupa kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2000: 112) Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Informan Informan merupakan aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikannya. Maka dari itu peneliti harus pandai dalam memilih informan yang benarbenar mengerti mengenai masalah yang diteliti, karena bila terjadi kesalahan dalam memilih informan mengakibatkan informasi atau data tidak lengkap. Informan dalam penelitian ini terdiri dari pihak Elvie Keramik, yaitu Bapak Triyono beserta Ibu Suparni selaku pemilik usaha dan para karyawan.. Untuk melengkapi data peneliti harus pandai dalam menggali informasi dengan membangun kepercayaan, keakraban, dan kerjasama sehingga didapat data yang benar-benar dibutuhkan.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Dokumen Dokumen merupakan semua sumber data, baik sumber tertulis maupun sumber lisan yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas yang terjadi dimasa silam yang bisa mendukung proses penelitian ini, yaitu tentang latar belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi keramik Elvie, dan jenis barang yang dihasilkan Elvie keramik. Nasution (1988: 85-86) menyatakan bahwa: Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, dan merupakan bahan utama dalam penelitiann historis. Dokumen itu sendiri terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi. 3. Kepustakaan Kepustakaan yaitu buku-buku yang berhubungan tentang keramik dan buku-buku acuan lainnya. D. Teknik Pengambilan Sampel (Cuplikan) Sampel menurut Prof. Sutrisno Hadi, MA, adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian (Narbuko & Achmadi, 2003: 7). Sedangkan cuplikan atau sampling menurut Sutopo merupakan suatu bentuk khusus atau suatu proses yang umum dalam pemusatan atau pemilihan dalam riset yang mengarah pada seleksi (1988: 21). Teknik sampling (cuplikan) merupakan proses pemilihan atau penentuan sampel untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber untuk merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik sehingga menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul (Bungin (2003), Moleong (2000)). Taknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik non random sampling, dimana dalam pengambilan sampel, tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan jenis sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang cenderung memilih informan berdasarkancommit tujuanto user penelitian. Proses pemilihan dan
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembatasan ini dimaksudkan untuk memilih informan yang dipandang paling mengetahui masalah yang diteliti secara dalam, dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap, pilihannya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam mengumpulkan data, sehingga mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya dari sumber informasi dalam penelitian . Seperti pendapat Patton dalam Sutopo (2007: 64) yang mengatakan bahwa: Teknik sampling dengan menggunakan purposive sampling memiliki kecenderungan peneliti untuk memilih informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data sesuai dengan sifat penelitian yang lentur dan terbuka, pilihan informan dan jumlahnya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Pemilihan sampel ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui: latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie, proses produksi keramik Elvie, dan jenis-jenis barang keramik yang dihasilkan di Elvie keramik. E. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan penelitian. Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian tersebut dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian (Gulo, 2003: 116). Dalam kegiatan observasi, informasi tidak hanya didapat dari penglihatan peneliti, melainkan juga dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
pndengaran maupun penciuman dalam rangka mencari bukti untuk menjawab masalah penelitia. Observasi dalam penelitian ini dilakukan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi objek yang diobservasi dengan cara mencatat, merekam, dan bahkan memotret. Pencatatan dilakukan secara mendetail mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, sehingga dapat memperoleh data-data dari objek yang diteliti dan juga mendapatkan data yang otentik, sehingga dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi observasi partisipasi pasif dimana peneliti tidak terlibat dalam peran apapun, namun kehadiran peneliti dilokasi penelitian diketahui oleh yang diamati. Penelitian ini akan dilaksanakan di Elvie Keramik, Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. 2. Wawancara Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan metode pengumpulan data memiliki peranan penting, karena sebagian besar data diperoleh melalui wawancara. Wawancara adalah percakapan antara dua belah pihak dengan maksud tertentu (Moleong: 135). Proses percakapan dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dan informan. Wawancara dilakukan dengan cara yang luwes, akrab, dan terbuka. Seperti diungkapkan Herdiansyah (2010: 117), bahwa “Wawancara tidak melulu harus berlatar formal, tetapi dapat dilakukan dalam latar apapun dan dengan siapapun”. Dalam melakukan wawancara juga tidak melulu harus dengan tatap muka, melainkan dengan memanfaatkan media telekomunikasi yang ada. Penelitian ini menggunakan wawancara secara mendalam (in-depth interview), dimana wawancara mendalam dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan keperluan peneliti dalam waktu dan konteks yang dianggap tepat untuk mengungkapkan dan mendapatkan data yang rinci, jujur, dan mendalam dari informan dengan cara tanya jawab secara bebas dalam artian meskipun ada pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya, tetapi tidak commit toyang user ketat melainkan terbuka dengan dilakukan dengan struktur pertanyaan
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semakin memfokus sehingga informasi yang diperoleh semakin lengkap dan mendalam. Dari wawancara yang dilakukan diperoleh data tentang latar belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi Elvie Keramik, dan juga jenis barang yang dihasilkan Elvie Keramik. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan kumpulan informasi atau data, baik berupa foto, gambar, maupun catatan yang diperoleh, yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek yang bersangkutan melalui suatu media. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan foto, gambar, dan catatan dilapangan. Foto dan catatan dilapangan diambil saat penelitian berlangsung, baik itu saat observasi maupun saat wawancara. Gambar diambil dari buku-buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. F. Uji Validitas Data Validitas data dalam penelitian ini sangat diperlukan, agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Seperti yang diungkapkan Nasution (1988: 105) mengemukakan bahwa “validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi”. Agar data-data dari penelitian ini benar-benar valid, maka pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: 1. Triangulasi Data Penelitian
ini
menggunakan
triangulasi
sumber
sabagai
cara
mempertinggi kebenaran data, dimana peneliti membandingkan atau mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber yang berbeda akan tetapi mengenai masalah yang sama sehingga data akan saling melengkapi, seperti diungkapkan Patton (1984), dalam triangulasi data peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama (Sutopo, 1988: 31). commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Review Informant (Recheck) Review
informant
(Recheck) merupakan
upaya meneliti
atau
memeriksa kembali data hasil wawancara dari informan. Review informan menurut Sutopo
bertujuan untuk mengetahui apakah yang ditulis
merupakan sesuatu yang dapat disetujui mereka (1988: 32). Dengan kata lain review informan digunakan untuk memperoleh tingkat kebenaran dan perbaikan data dari informan yang telah dimintai informasi, jika memang ada kesalahan atau ketidaklengkapan hasil informasi sebelumnya maka wajib adanya perbaikan. G. Analisis Data Setelah data yang telah di kumpulkan di edit, maka langkah selanjutnya adalah analisis terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh. Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan dan merupakan langkah pemikiran lebih lanjut dari peneliti untuk mencari jawaban dan kesimpulan dari berbagai data yang diperoleh sehingga mendapatkan data yang valid. Secara keseluruhan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis mengalir (flow model of analysis) yang saling berkaitan antara tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya, serta pengumpulan data di lapangan. 1. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi semua jenis informasi yang tertulis lengkap di dalam catatan lapangan. Menurut Sutopo (2006: 114) “Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”. Proses reduksi data berlangsung secara terus menerus sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya sudah diawali sebelum pelaksanaan
pengumpulan
data
dilapangan.
Reduksi
data
sudah
berlangsung sejak peneliticommit mengambil to userkeputusan (meski mungkin tidak
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disadari sepenuhnya), yaitu seleksi, memfokuskan, menyederhanakan, dan membuang data-data yang tidak perlu, sehingga diperoleh data yang sesuai dengan rumusan masalah. 2. Sajian Data (Display) Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan (Sutopo, 2006: 114). Dalam mendeskripsikan informasi yang diperoleh disajikan dengan menggunakan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mempermudah dalam menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi data Penarikan kesimpulan atau verifikasi data merupakan salah satu langkah
terakhir dalam menganalisis data. Dalam tahap ini peneliti
ditekankan memeriksa kembali kesimpulan-kesimpulan awal sejak pengumpulan data sampai merumuskan kesimpulan akhir. Kesimpulan yang mulanya masih sangat kabur dan diragukan akan menjadi lebih mendasar dan jelas dengan bertambahnya data, karena verifikasi dapat dilakukan dengan cara mencari data baru ataupun lebih mendalami penelitian. Komponen analisis model mengalir (flow model of analysis) tersebut menurut Miles & Huberman digambarkan sabagai berikut: masa pengumpulan data
Antisipasi
REDUKSI DATA Selama Pasca PENYAJIAN DATA Selama Pasca PENARIKAN KESIMPULAN/ VERIFIKASI Selama
Pasca
Bagan 3.1 Analisis data model mengalir commit to user (Sumber: Miles & Huberman, 1992: 18)
= ANALISIS
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian berfungsi untuk mempermudah dalam penulisan laporan penelitian yang dilakukan penulis, atau disebut juga tahap-tahap atau langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu penelitian. Untuk memperleh hasil penelitian yang diharapkan maka peneliti menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapangan atau Persiapan Pada tahap ini penulis melakukan tahap persiapan sebelum terjun ke lapangan dan membuat rencana penelitian dan mempersiapkan semua alat dan materi yang akan dibutuhkan dalam penelitian. Pada tahap ini peneliti berkunjung ke Perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat melaksanakan penelitian, yaitu Elvie Keramik yang terletak di dukuh Sayangan, desa Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten Klaten dan menemui pemilik Elvie Keramik bapak Triyono. Peneliti meminta ijin kapada bapak Triyono untuk mengadakan penelitian di Elvie Keramik. Pada tahap ini peneliti juga menemui para karyawan untuk mempersiapkan survei awal untuk membangun keakraban. 2. Tahap Observasi Pada tahap ini peneliti meliput segala aktivitas di lapangan, untuk mengetahui keadaan objek penelitian secara langsung. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan pengrajin dengan maksud: a. memahami latar belakang penelitian serta persiapan diri b. mendapatkan data yang lengkap dan akurat dengan cara melibatkan secara langsung dalam penelitian tersebut. 3. Tahap Analisis Data Pada proses pencarian data sebelumnya meliputi, observasi lapangan dilanjutkan dengan analisis data yang diperoleh setelah data secara global dan masih mentah dikumpulkan dari lapangan, dan pada tahap berikutnya adalah pengolahan data tersebut kemudian akan dianalisis. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian a. Menyusun laporan awal, pada tahap ini peneliti menyususn laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian b. Review laporan c. Perbaikan laporan serta menyusun laporan akhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Dekripsi Lokasi Desa Melikan Kabupaten Klaten terbagi menjadi 23 Kecamatan. Desa Melikan merupakan salah satu desa di Kecamatan Wedi yang terletak ± 13 kilometer sebelah tenggara dari Kabupaten Klaten. Desa Melikan merupakan desa paling timur di kecamatan Wedi yang terletak di kaki pegunungan Jabalkat.
Luas
wilayah Desa Melikan mencapai 167,6280 Hektar yang terbagi kedalam 15 pedukuhan. Luas desa tersebut dibatasi oleh desa-desa yang ada disekitarnya. Desa-desa yang membatasinya antara lain: sebelah utara Desa Paseban (Kecamatan Bayat), sebelah selatan Desa Kaligayam (Kecamatan Wedi), sebelah barat Desa Brangkal (Kecamatan Wedi), sebelah timur Desa Paseban (Kecamatan Bayat).
Gambar 4.1 Peta Desa Melikan (Sumber: Dokumentasi Intan Kusuma W, 2012) commit to user 34
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dilihat dari kondisi geografisnya, Desa Melikan merupakan dataran rendah yang terletak pada ketinggian ±126 meter dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata yang melingkupi Desa Melikan berkisar antara 22°C – 32°C. Berdasarkan data monografi desa Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten Klaten pada tahun 2012 tercatat jumlah penduduk sebanyak 3.604 orang yang terdiri dari 1.782 orang laki-laki dan 1.822 orang perempuan yang secara keseluruhan terbagi menjadi 1.055 kepala keluaga. Khusus mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok tenaga kerja yang ada di Desa Melikan pada tahun 2012 dapat dilihat pada table 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Melikan berdasarkan Kelompok Usia Tenaga Kerja No
USIA (TAHUN)
JUMLAH (ORANG)
1
10 – 14
3
2
15 – 19
25
3
20 – 26
268
4
27 – 40
354
5
41 – 56
162
6
57 – keatas
39
Sumber: Monografi Desa Melikan Jumlah penduduk menurut kelompok usia kerja di Desa Melikan memang cukup besar, akan tetapi tidak semua penduduk usia kerja tersebut bekerja dikarenakan masih harus menyelesaikan sekolahnya. Sebaliknya, penduduk Desa Melikan yang tidak termasuk usia produktif yaitu usia kurang dari 14 tahun dan lebih dari 60 tahun tersebut bekerja dikarenakan kesulitan di bidang ekonomi sehingga memaksa mereka untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Komposisi Jumlah Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian Desa Melikan No 1
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah
Karyawan a. PNS
38
b. Swasta
39
2
Wiraswasta
189
3
Tani
186
4
Pertukangan
79
5
Buruh Tani
350
6
Pensiunan
36
7
Pemulung
1
8
Jasa
27
Sumber: Monografi Desa Melikan Tahun 2012 Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas keberadaan industri kerajinan keramik tidak diterangkan lebih rinci melainkan dimasukkan dalam kategori wiraswasta. Di Desa Melikan industri kerajinan keramik merupakan salah satu mata pencaharian penunjang kehidupan sehari-hari karena tersedianya sumber daya manusia yang terampil dalam pembuatan keramik, sehingga menjadi hal yang wajar apabila masyarakat memilih bekerja di bidang industri kerajinan keramik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
B. Latar Belakang Berdirinya Industri Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten Industri merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Dimana dalam kegiatan industri tersebut terjadi pemindahan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen dengan menggunakan alat tukar yang sah. Keberadaan industri sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mastarakat khususnya di Desa Melikan yang tidak semua warganya mempunyai lahan untuk pertanian. Maka dari itu menjadi hal yang sangat wajar apabila masyarakat Desa Melikan memilih terjun kedalam bidang industri kerajinan keramik karena sumber daya manusia yang cukup memadai dimana keterampilan atau kepandaian yang dimiliki masyarakat didapatkan secara turun-temurun. Keramik merupakan salah satu bentuk aktivitas dan sekaligus produk kebudayaan manusia yang paling tua, dimana terjadi proses mengolah bahan baku (tanah liat) menjadi produk jadi (benda keramik). Desa Melikan terkenal dengan produk keramiknya yang khas yaitu berwarna merah kehitaman. Warna tersebut bukan karena di cat, melainkan warna asli yang didapat dari proses pengasapan. Sedangkan untuk munculnya keramik tradisional pertama kali di desa Melikan, Bapak Triyono tidak mengetahui secara pasti, akan tetapi beliau menuturkan bahwa kerajinan keramik ini didapat secara turun-temurun dari nenek moyang. Adanya kerajinan keramik di Desa Melikan tidak dapat dilepaskan dari cerita mengenai Sunan Pandanaran atau yang sering juga disebut sebagai Sunan Tembayat atau Pangeran Mangkubumi, yang merupakan tokoh penyebar agama Islam yang dalam pengembaraannya, sampailah beliau di daerah Wedi tepatnya di desa Melikan dan membangun sebuah masjid sebagai wujud syiar Islam. Dalam masjid tersebut beliau tempatkan sebuah tempat yang terbuat dari tanah liat untuk menampung air wudhu yang disebut genthong. Dari bentuk genthong tersebut kemudian berkembang menjadi bentuk-bentuk lain. Dahulu keramik tradisional atau sering disebut gerabah hanya commit to user memproduksi kendi dan celengan. Barulah pada sekitar tahun 1990
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditemukan proses baru dengan bakaran hitam. Produk yang dihasilkan pun bervariasi tidak hanya kendi dan celengan saja, melainkan alat rumah tangga dan souvenir-souvenir (wawancara dengan Bapak Triyono tanggal 31 oktober 2012). Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa kerajinnan keramik didapat secara turun-temurun, begitu pula Elvie Keramik yang berdiri sejak tahun 2000, yang sebenarnya merupakan warisan dari orang tua Ibu Suparni. Ibu Suparni telah belajar membuat kerajinan keramik sajak duduk dibangku kelas III SD yang kemudian menikah dengan Bapak Triyono. Setelah Ibu Suparni menikah dengan Bapak Triyono, usaha kerajinan keramik yang telah dirintis oleh orang tua ibu Suparni mulai diteruskan bersama Bapak Triyono. Bapak Triyono berasal dari daerah Pedan yang merupakan lulusan STM, jenjang pendidikan yang sangat jauh dari profesi pengrajin keramik. Akan tetapi karena kecintaan beliau pada kesenian membuat beliau setelah lulus memilih bekerja sebagai pengrajin keramik untuk menyalurkan bakatnya. Bapak Triyono dulu bekerja pada sebuah Industri Kerajinan Keramik yang pemiliknya merupakan Sarjana dibidang kesenirupaan. Begitu pula dengan Bapak Triyono yang telah mendapatkan banyak pengalaman mengenai keramik dari tempat dulu beliau bekerja. Karena tuntutan ekonomi yang semakin melambung tinggi dan keterbatasan modal yang dimiliki, setelah menikah Bapak Triyono memilih keluar dari tempat kerja sebelumnya dan meneruskan usaha orang tua ibu Suparni
yaitu
Industri
Kerajinan
Keramik
sebagai
langkah
awal
meningkatkan taraf hidup keluarga, dimana keterampilan dalam membuat keramik sudah tidak dapat diragukan lagi karena pengalaman mereka yang sudah cukup banyak. Dengan bermodalkan pengalaman serta kepandaian yang didapat sebelumnya untuk mengelola dan mengembangkan usaha yang diberi nama Elvie Keramik. Elvie merupakan nama anak dari Bapak Triyono dan Ibu Suparni yang nantinya diharapkan akan menjadi penerus usaha, sehingga to user sudah dikenal masyarakat dancommit memiliki pelanggan tetap.
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Elvie Keramik terletak di Dukuh Sayangan Rt. 01 Rw. 01 Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Elvie Keramik tidak terletak dipinggir jalan, melainkan harus memasuki gang. Bangunan atau bengkel kerja Elvie Keramik berada terpisah dengan rumah utama akan tetapi masih dalam satu pekarangan yang terletak tepat didepan rumah utama, dimana bengkel kerja berbentuk rumah limasan tanpa sekat atau batas-batas dinding didalamnya sehingga tampak lebih luas dan cukup memadai sebagai tempat pembuatan benda keramik. Karena telah mamiliki bengkel kerja sendiri, maka semua kegiatan produksi benda keramik mulai dari pengolahan bahan baku, proses pembuatan benda keramik, proses pengeringan, sampai dengan proses pembakaran benda keramik dilakukan dibengkel tersebut. Walaupun tidak ada penyekat berupa dinding, akan tetapi bangunan tersebut terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan tempat yang digunakan untuk membuat badan keramik dan penyimpanan tanah liat, sedangkan pada bagian kedua digunakan sebagai tempat untuk proses selanjutnya yaitu mulai dari mbubut (penyempurnaan badan), blabur (pemberian warna), ngelus (menghaluskan), nglambu (menghaluskan dengan kain klambu), pengeringan sampai dengan tahap pembakaran. Dalam melaksanakan proses produksi keramik di Elvie Keramik, adanya tempat atau bengkel kerja merupakan faktor yang sangatlah penting. Bengkel kerja berfungsi sebagai tempat dimana perajin membuat atau memproduksi benda keramik. Pada tahun 2003 Elvie Keramik mulai mempekerjakan tenaga kerja. Saat ini jumlah tenaga kerja sebanyak 5 orang tenaga kerja tetap yang merupakan tenaga kerja yang berhubungan langsung dalam pelaksanaan pembuatan benda keramik. Tenaga kerja tersebut berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda dan bekerja pada tiap bagian masing-masing diantaranya
pembuatan
mbodi
(membuat
badan
keramik),
mbubut
(menyempurnakan badan keramik), mblabur (memberi warna), ngelus commit to user dengan kain klambu). Setiap (menghaluskan), nglambu (menghaluskan
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
tenaga kerja yang masuk Elvie Keramik terlebih dahulu wajib untuk diberikan training selama 1 sampai 2 minggu. Elvie Keramik memiliki jam kerja yang harus ditepati yaitu masuk mulai dari pukul 08.00 pagi sampai dengan pukul 16.00 sore dengan jeda istirahat selama satu jam dari pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 yang biasanya dimanfaatkan untuk sholat dan makan siang. Walaupun terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi, hubungan antara tenaga kerja dan pemilik (majikan) tetap bersifat luwes dan akrab serta adanya kepercayaan diantara mereka. Selain tenaga kerja tetap, Elvie Keramik juga memiliki tenaga kerja tidak tetap yang dalam melaksanakan pekerjaannya tidak dilakukan setiap hari dan bekerja berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain tergantung perusahaan mana yang sedang membutuhkan jasa. Tenaga kerja tidak tetap biasanya merupakan orang yang menjual bahan baku, ataupun orang yang membantu mengolah tanah secara masinal dengan menggunakan mesin molen, karena Elvie Keramik tidak memiliki mesin penggiling sendiri. Dalam hal upah Elvie Keramik menggunakan 2 sistem upah, yaitu upah harian untuk tenaga kerja tidak tetap dan upah borongan untuk tenaga kerja tetap. Untuk upah harian tenaga kerja tidak tetap dalam penyediaan bahan baku tanah adalah Rp 130.000, ngluluh (mengaduk atau mencampur tanah) Rp 200.000 dan untuk nyelep (menggiling) menggunakan mesin molen Rp 570.000. Sedangkan untuk tenaga kerja tetap digunakan sistem upah borongan, dimana dalam sistem upah borongan tenaga kerja mendapatkan upah berdasarkan kemampuan menghasilkan suatu barang dalam waktu sebulan. Upah yang didapat tiap bulan antara tenaga kerja satu dan yang lain berbeda-beda jumlahnya tergantung pada bagian masing-masing tenaga kerja. Adapun besar kecilnya upah yang didapat tiap tenaga kerja didasarkan pada mudah atau susahnya bagian yang dikerjakan. Upah tiap satu barang untuk bagian mbodi dihargai Rp 1250, nangkai (member tangkai) Rp 400, mbubut (menyempurnakan badan) Rp 250- Rp 300, blabur (pemberian warna merah) commit to userbagian dalam Rp 400 dan ngelus Rp 200- Rp 250, ngelus (menghaluskan)
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
bagian luar Rp 200, sedangkan untuk bagian ngerok Rp 250. Upah tersebut akan diberikan antara tanggal 1 sampai dengan tanggal 5 tiap bulannya. Dalam hal modal yang digunakan dalam usaha Industri Kerajinan keramik Elvie dapat dibagi kedalam dua kelompok modal, yaitu modal tetap dan modal lancar. Modal tetap merupakan modal yang tidak habis dipakai, yaitu berupa alat-alat produksi yang digunakan dalam proses produksi benda keramik, yang sejak permulaan hingga sekarang telah mengalami perkembangan karena adanya kemajuan tekhnologi. Modal tetap yang dimiliki Elvie Keramik pada tahun 1997 hanyalah sebuah perbot datar dengan harga berkisar Rp 50.000- Rp 75.000, akan tetapi sekarang telah bertambah menjadi 10 buah perbot dengan harga Rp 200.000- Rp 300.000. Dari 10 perbot tersebut salah satunya merupakan perbot miring. Selain perbot adapun blabak (papan kayu) yang berfungsi sebagai alas dalam menata benda-benda keramik yang telah selesai dibentuk dan selanjutnya diletakkan pada rak-rak yang telah tersedia guna diangin-anginkan. Dalam proses pembuatan benda keramik dibutuhkan pula alat bantu seperti cangkul yang digunakan untuk mengaduk tanah, barbagai bentuk besi janur, plastik-plastik bekas, kain kelambu, dan skrap. Dalam proses pembakaran benda keramik alat yang digunakan yaitu tungku bakar. Tungku bakar yang digunakan berbentuk segi empat yang terbuat dari batu-bata. Sedangkan modal lancar merupakan modal yang terus berjalan seiring proses produksi keramik, yaitu berupa uang. Uang tersebut digunakan untuk membeli bahan baku, bahan bakar, serta upah tenaga kerja. Dalam memperoleh uang tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dari hasil pemasaran (penjualan) benda keramik. Pemasaran merupakan kegiatan memindahkan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen yang terjadi karena produsen telah menyediakan barang produksi untuk diperjualbelikan. Kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan jalur pemesanan. Pemesan biasanya merupakan pemilik showroom yang ada dipinggir jalan yang mendapatkan pesanan benda commit to user keramik dari para konsumennya. Tak jarang pula konsumen dari berbagai
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daerah datang sendiri ke Elvie Keramik untuk sekedar memesan barang. Pemesanan bisa dilakukan setiap hari dengan ataupun tanpa uang muka. C. Proses Produksi Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten Untuk memperoleh sebuah produk keramik ada tiga tahap yang harus dilalui yaitu persiapan, proses pembentukan, dan yang terakhir adalah finishing dimana ketiganya akan dijabarkan sebagai berikut. 1. Persiapan Dalam proses produksi benda keramik ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, antara lain: bahan, desain, dan teknik a. Desain Dalam proses persiapan, desain keramik juga tak kalah penting. Adanya desain
akan
sangat
membantu
pengrajin dalam proses
pembentukan benda keramik. Benda keramik yang dihasilkan di Elvie Keramik berdasarkan desain yang dibuat oleh Bapak Triyono. Beliau menuturkan bahwa desain merupakan hal yang sangatlah penting, dimana dalam proses pembuatan benda keramik pengrajin haruslah tahu bagaimana bentuk dan ukuran yang diingankan konsumen melalui desain. Adapun desain yang dibuat merupakan modifikasi dari desain yang telah ada sebelumnya, ataupun rekomendasi dari pihak konsumen. Desain produk keramik yang paling diminati saat ini adalah alat rumah tangga dan piring hias yang biasa dipesan dari hotel-hotel dan rumah makan. Adapun beberapa contoh desain keramik yang dibuat oleh Bapak Triyono dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.2 Desain Air Mancur (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Desain air mancur dibuat 4 tingkat dengan ukuran masing-masing tempat penampungan air (baskom) yang berbeda. Baskom pada tingkat pertama (paling bawah) berukuran 100 x 40 cm, baskom tingkat kedua berukuran 60 x 30 cm, sedangkan baskom pada tingkat ketiga berukuran 30 x 20 cm, dan baskom keempat (paling atas) berukuran paling kecil yaitu 20 x 10 cm. Pada bagian bawah air mancur terdapat motif daun dan disetiap bibir penampung air (baskom) dibuat permukaan yang bergelombang
seperti
gelombang
pada
daun
sehingga
terjadi
keseimbangan bentuk dan kesatuan diantara keduanya dan menghasilkan desain yang baik.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.3 Desain Guci (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Guci dengan diameter terluar berukuran 79 cm ini dibuat dengan desain yang sudah sangat umum dibuat pengrajin keramik Desa Melikan, dimana tidak terdapat motif sama sekali pada permukaan benda sehingga benda keramik terlihat sederhana. Selain desain dari Bapak Triyono seperti gambar diatas, adapun desain yang telah dibawa oleh konsumen. Desain-desain tersebut menurut Bapak Triyono terkadang tidak diketahui secara pasti nama dan fungsinya. Dibawah ini merupakan contoh gambar desain guci dengan berbagai macam bentuk dan ukuran yang diperoleh dari konsumen.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.4 Guci (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Guci dengan ukuran diameter terluar 27 cm dan tinggi 45 cm ini dibuat dengan desain yang sangat tidak biasa, dengan permukaan bawah yang terkesan terpotong begitu saja menjadikan guci terlihat tidak seimbang antara kedua bagiannya (atas dan bawah).
Gambar 4.5 Guci commit to user (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Desain guci pada gambar 4.5 dengan ukuran diameter terluar 20 cm dan tinggi 30 cm ini dibuat dengan desain yang sederhana, akan tetapi pada desain kedua ini keseimbangan bentuk jelas terlihat diantara bagianbagiannya bila dibandingkan dengan desain guci sebelumnya. Walaupun demikian, dengan desain yang tidak umum sekalipun, Bapak Triyono menuturkan bahwa yang penting adalah adanya ukuran pasti yang tercamtum dalam gambar desain tersebut sehingga perajin lebih mudah dalam pengerjaannya. b. Alat Peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang ada di Elvie Keramik merupakan peralatan sederhana yang dibuat sendiri dari barangbarang bekas antara lain: 1) Skrap Skrap merupakan suatu alat yang terbuat dari besi dengan tangkai kayu. Skrap digunakan sebagai alat untuk membersihkan tanah liat yang menempel pada alat putar.
Gambar 4.6 Skrap (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Senar Pancing Senar pancing digunakan untuk memotong atau mengiris tanah liat dan umtuk memisahkan benda keramik dari meja putar. 3) Besi Janur Besi janur biasa digunakan sebagai alat dalam proses mbubut (penyempurnaan badan) yang berfungsi untuk ngerok (mengurangi) benda keramik sehingga menjadi benda keramik sesuai ukuran yang diinginkan. Besi janur tersebut dibuat dengan berbagai macam ukuran yang dalam penggunaannya sesuai dengan badan keramik.
Gambar 4.7 Besi Janur (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 4) Plastik Plastik biasanya dibuat dari potongan-potongan plastik botol bekas handbody dan botol bekas infus. Plastik ini digunakan untuk menghaluskan benda keramik.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.8 Botol bekas Handbody (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.9 Botol bekas Infus (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 5) Kain Kelambu Kain kelambu merupakan kain yang biasa digunakan sebagai kain penutup tempat tidur. Dalam proses pembuatan benda keramik, kain kelambu digunakan untuk mengkilapkan benda keramik.
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.10 Kain Kelambu (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 6) Meja Putar Ada dua jenis meja putar yang digunakan yaitu meja putar tegak atau datar dan meja putar miring, yang keduanya berbahan semen yang di cor. Fungsi meja putar tegak maupun meja putar miring adalah sama yaitu untuk membuat badan keramik.
Gambar 4.11 Meja Putar Tegak/Datar (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.12 Meja putar miring (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 7) Alat Cetak Alat cetak terbuat dari gips, yang digunakan dalam pembuatan benda keramik dengan cara dicetak.
Gambar 4.13 Contoh cetakan dari gips (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 8) Tungku Bakar Tungku bakar merupakan suatu tempat atau ruangan yang dibuat guna membakar benda keramik. Tungku bakar yang digunakan adalah tungku yeng terbuat dari batu bata dengan bentuk segi empat dan commit to user tungku berbentuk silinder. Tungku bakar berbentuk segi empat
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan dalam pembakaran jumlah banyak, sedangkan tungku bakar berbentuk silinder digunakan dalam keadaan darurat dimana benda keramik yang akan dibakar sedikit jumlahnya akan tetapi harus segera dibakar karena keterkaitan deadline.
Gambar 4.14 Tungku Pembakaran Keramik (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.15 Tungku Pembakaran Keramik to userDese Purnamasari, 2012) (Sumber: commit Dokumentasi
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Bahan Dalam proses produksi benda keramik, adanya ketersediaan bahan merupakan hal yang paling utama yang harus dipersiapkan. Bahan yang maksud disini ialah tanah liat atau sering disebut lempung. Tanah liat atau lempung merupakan bahan baku utama dalam pembuatan benda keramik. Adapun tanah liat yang digunakan Elvie Keramik ada dua macam, yaitu: 1) Tanah liat hitam Tanah liat hitam merupakan tanah liat yang berwana hitam. Tanah liat hitam bersifat liat (lembut dan lengket) akan tetapi tidak terlalu kuat. Apabila dalam membuat benda keramik hanya mempergunakan tanah jenis ini, dikhawatirkan benda keramik mudah retak.
Gambar 4.16 Tanah Liat Hitam (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 2) Tanah liat merah Tanah liat merah merupakan tanah liat berwana merah, yang tingkat keliatannya dibawah tanah liat hitam. Akan tetapi untuk tingkat kekuatan, tanah liat merah ini lebih unggul daripada tanah liat hitam. Tekstur tanah liat merah cenderung lebih kasar. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.17 Tanah Liat Merah (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Sebelum digunakan sebagai bahan baku, tanah liat harus diolah dahulu sampai plastis sehingga mudah dibentuk. Selain tanah liat, adapun bahan lain yang biasa digunakan sebagai campuran ialah pasir yang digunakan sebagai pengikat.
Gambar 4.18 Pasir (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Bahan baku tanah liat didapat dari kas desa, sedangkan untuk pasir didapat dari sungai yang berada didekat desa. Bahan-bahan baku tersebut commit to user didapat dengan cara membeli dengan ukuran tiap satu gerobak. Harga
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanah liat satu gerobak antara satu pengrajin dengan pengrajin lain berbeda, tergantung pada jarak yang harus ditempuh penjual dari tempat pengambilan tanah ke rumah-rumah para pengrajin. Untuk Elvie Keramik sendiri tanah liat maupun pasir, satu gerobak didapat dengan harga Rp 12.500. Dalam kegiatan membuat benda keramik, antara bahan baku maupun
bahan
pengikat
akan
melalui
proses
pengolahan
atau
pencampuran sehingga menjadi plastis dan halus yang kemudian siap digunakan.
Dalam
pengolahan
bahan
tersebut,
Elvie
Keramik
menggunakan dua teknik pengolahan, yaitu teknik manual kemudian dilanjutkan dengan teknik masinal. Adapun proses pengolahan bahan tersebut adalah sebagai berikut: a) Teknik Manual Teknik manual dilakukan dengan tangan maupun kaki dengan tujuan untuk memisahkan kotoran atau batu-batuan kerikil dari tanah. Perbandingan yang digunakan antara tanah liat dan pasir adalah 10: 2, yaitu 10 gerobak untuk tanah liat dan pasir 2 gerobak. 10 gerobak tanah liat tersebut terdiri dari 5 gerobak tanah liat berwarna hitam dan 5 gerobak tanah liat warna merah. Langkah pertama dalam proses tanah liat dengan teknik manual yaitu meratakan tanah liat 10 gerobak tersebut di atas permukaan rata kemudian diberi air secukupnya, barulah masukkan pasir 2 gerobak kemudian diinjak-injak dan diaduk dengan menggunakan cangkul sampai merata. Setelah campuran tersebut merata dan gelembung udara telah hilang kemudian diberi air secukupnya agar tanah menjadi ulet, tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh terlalu sedikit. b) Teknik Masinal Teknik
masinal
ialah
teknik
pengolahan
tanah
dengan
menggunakan bantuan mesin. Mesin penggiling tersebut sering disebut dengan mesin molen. Teknik masinal dilakukan setelah tahapan pada commitdimana to user tanah telah menjadi ulet. Tanah teknik manual telah selesai
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut kemudian digiling menggunakan mesin molen sebanyak 4 kali penggilingan sampai halus.
Gambar 4.19 Mesin Penggiling (molen) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah tanah melaui dua proses pengolahan manual maupun masinal, maka tanah liat tersebut siap digunakan ataupun disimpan. Dalam penyimpanan tanah liat dibentuk bulat seperti bola dan kemudian dibungkus atau ditutup dengan menggunakan plastik agar tanah liat tersebut tetap terjaga keplastisannya dan tidak cepat kering.
Gambar 4.20 Penyimpanan Tanah Liat commit to user (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain bahan baku diperlukan pula bahan bakar untuk proses pembakaran. Bahan bakar yang digunakan Elvie Keramik adalah kayu bakar, karena dalam proses pembakaran menggunakan tungku bakar. Kayu bakar tersebut biasanya terdiri dari jenis kayu jati, kayu akasia, dan kayu mangga.
Gambar 4.21 Kayu Bakar (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) d. Teknik Dalam proses pembentukan barang keramik di Elvie Keramik menggunakan dua macam teknik yaitu teknik pembentukan dengan alat putaran atau perbot dan dengan teknik cetakan. Teknik putaran merupakan teknik pembuatan benda keramik dengan menggunakan alat bantu berupa meja putar. Ada dua jenis meja putar yang dipakai yaitu meja putar tegak (teknik putar datar) dan meja putar miring (teknik putar miring). 1) Teknik Putar Tegak atau Datar Teknik putar datar merupakan teknik putar dimana meja putar terletak datar sejajar garis tanah. Proses pembuatan benda keramik menggunakan teknik putar tegak biasa digunakan untuk membuat benda keramik berukuran besar antara lain berupa vas bunga dan guci dengan ukuran ketinggian diatas 15 centimeter dan lebar lebih dari 20 commit to user centimeter.
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
2) Teknik Putar Miring Teknik putar miring merupakan teknik pembuatan benda keramik yang dikhususkan bagi perajin keramik wanita. Bisa dilihat dari desain alat meja putar yang dimiringkan yang dimaksudkan agar pada saat perajin wanita dalam berproses membuat benda keramik posisi kaki tidak dalam keadaan membuka paha. Karena wanita dalam posisi tersebut dianggap tidak sopan. Karena alat putar miring dikhususkan untuk perajin wanita maka barang yang dihasilkan pun relatif kecil dengan ukuran maksimal 20cm. ukuran yang kecil tersebut dimaksudkan agar beban dan diampu kaki si perajin tidak terlalu berat. Contoh benda keramik yang dihasilkan dengan menggunakan teknik putar miring seperti piring, mangkok dan tempat buah. Selain kedua teknik putar tersebut adapun satu teknik lagi yang dipakai Elvie Keramik dalam proses produksi benda keramik, yaitu dengan menggunakan teknik cetak. Teknik cetak ialah teknik pembuatan benda keramik dimana sebelumnya perajin harus membuat negatif atau cetakan bentuk yang diinginkan dengan menggunakan gips. Ada dua macam teknik cetak yaitu teknik cetak tekan dan teknik cetak tuang. Akan tetapi hanya satu yang dipakai disini yaitu teknik cetak tekan. Teknik cetak tekan merupakan teknik pembuatan benda keramik dengan cara menekan-nekan tanah liat kedalam cetakan (gips) yang telah dibuat sebelumnya. Keunggulan menggunakan teknik cetak adalah dari segi ukuran benda yang dihasilkan pasti sama dan bisa menghasilkan benda keramik dengan bentuk non bulat. Untuk di Elvie Keramik, teknik cetak tekan ini biasa digunakan dalam pembuatan piring-piring hias dengan bentuk-bentuk yang menarik. 2. Proses Proses disini meliputi proses pembuatan, proses pengeringan, sampai proses pembakaran dan pengasapan. Karena dalam proses pengeringan commit to user maupun pembakaran benda keramik akan mengalami penyusutan, maka
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ukuran benda keramik yang akan dibuat dalam proses pembentukan produk biasanya lebih 1centimeter dari ukuran yang diinginkan atau ukuran yang tertera pada desain. Oleh sebab itu adanya desain sangat berpengaruh terhadap kinerja pengrajin dan hasil produksinya. Secara umum, untuk menjadikan sebuah produk keramik dalam pembuatannya harus melalui lima tahapan antara lain proses mbodi, mbubut, mblabur, ngelus, dan nglambu. a. Mbodi Mbodi merupakan tahap pertama pembuatan produk keramik. Yang dimaksud dengan mbodi adalah suatu proses membentuk badan keramik mulai dari tanah liat sampai menjadi benda keramik sesuai bentuk yang diinginkan. Dalam proses mbodi ini digunakan tiga macam teknik yaitu: 1) Teknik Putaran Tegak atau Datar Pembentukan badan keramik menggunakan teknik putaran datar ada 4 proses yaitu: a) Ngeplok Ngeplok merupakan suatu proses dari pengambilan tanah liat yang kemudian dibentuk bulat seperti bola.
Gambar 4.22 Ngeplok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses pembentukan bulat seperti bola ini dimaksudkan agar benda keramik yang dibuat bisa center (tepat pada titik tengah)
Gambar 4.23 Proses Center (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) b) Plotot Plotot merupakan tahap pembentukan setelah proses center. Tanah yang berbentuk bulat tersebut di plotot atau ditekan sehingga membentuk dasar benda keramik yang kemudian akan tambah tanah liat lagi.
Gambar 4.24 Plotot commit to user (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam proses penambahan tanah liat, sebelumnya tanah liat dibuat bulat memanjang kemudian barulah ditambahkan dari arah dalam seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.25 Membentuk tanah liat menjadi bulat memanjang (foto kiri) Penambahan tanah liat (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.26 Hasil penambahan tanah liat (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) c) Ngurat Ngurat adalah proses selanjutnya dimana tangan mulai menipiskan tanah liat agar bisa beranjak naik. Dalam proses ini commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bibantu dengan peralatan berupa kain yang dibasahi dengan air yang bertujuan mempermudah proses ngurat.
Gambar 4.27 Proses Ngurat (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah tanah hasil dari proses ngurat tersebut meninggi, barulah kemudian diukur sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Apabila pada proses ngurat ketinggian melebihi ukuran yang diinginkan, biasanya pengrajin akan mengurangi ketinggian dengan cara menekan tanah liat ke arah bawah.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.28 Pengukuran (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) d) Natap Natap adalah membentuk keseluruhan badan keramik, walaupun pada tahap selanjutnya badan keramik tersebut masih harus melalui proses penyempurnaan. Pada proses natap, pertamakali yang harus dilakukan adalah menghaluskan bagian atas benda keramik dengan menggunakan kain yang telah dibasahi dengan air.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.29 Proses Pembasahan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah permukaan bagian atas dibasahi, barulah dimulai proses natap atau pembentukan badan. Pembentukan badan keramik bagian atas dan bawah dilakukan dengan bantuan kedua tangan, kain basah, dan plastik untuk mengurangi tanah sedikit demi sedikit.
Gambar 4.30 Proses natap bagian atas (foto kiri) Proses commit to user natap bagian bawah (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses natap selesai setelah badan keramik terbentuk sesuai benda yang diinginkan dan dengan ukuran yang telah ditentukan.
Gambar 4.31 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Datar (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 2) Teknik Putaran Miring Pembuatan teknik putaran miring sama dengan pembuatan teknik putaran datar yang harus melalui 4 proses yaitu ngeplok, plotot, ngurat, dan natap. Teknik putaran miring digunakan untuk membentuk benda keramik dengan ukuran kecil seperti lepek, berikut uraiannya: a) Ngeplok Proses ngeplok (membuat tanah liat menjadi bulat bola) pada teknik putar miring sama persis dengan proses ngeplok pada teknik putar datar dimana tanah dibuat bulat bola agar bisa menemui titik tengan yang akan mempermudah proses selanjutnya menggunakan kedua tangan. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Plotot Kegiatan mlotot pada teknik putaran miring dilakukan dengan menekan tanah liat dengan tujuan agar tanah liat bisa berbentuk memanjang keatas
Gambar 4.32 Plotot (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) c) Ngurat Ngurat adalah menipiskan tanah liat agar bisa naik, seperti gambar dibawah ini ngurat dilakukan dengan kedua jempol menekan bagian tengah tanah liat dan jari-jari yang lain mulai menipiskan tanah liat.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.33 Ngurat (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) d) Natap Natap merupakan proses terakhirdalam pembuatan sebuah benda keramik, dimana pada proses natap merupakan kegiatan untuk membentuk badan keramik.
Gambar 4.34 Proses Awal Natap (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Pada proses awal natap badan keramik harus diukur sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Apabila melebihi ukuran maka harus dikurangi dengan menggunakan senar.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.35 Proses Mengurangi Ukuran (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah ukuran sesuai, maka permukaan yang telah dikurangi harus dihaluskan atau diratakan dengan menggunakan tangan yang telah dibasahi dengan air.
Gambar 4.36 Meratakan Badan Keramik (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.37 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Miring (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 3) Teknik Cetak Tekan Pada teknik cetak tekan, proses pembentukan badan keramik agak sedikit berbeda. Walaupun begitu terdapat pula teknik ngeplok tanah yang apabila pada teknik putaran datar dan putaran miring beratri membuat tanah liat menjadi bulat bola, akan tetapi pada teknik cetak tekan ini yang dimaksud dengan ngeplok adalah membentuk tanah liat menjadi bulat memanjang (silindir) keatas.
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.38 Tanah Liat Hasil Proses Ngeplok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah proses ngeplok kemudian tanah dikurangi dengan mengguanakan papan kayu sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
Gambar 4.39 Proses Mengurangi Tanah liat (foto kiri) Tanah liat sesuai ukuran (foto kanan) commit to user (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah ukuran tanah liat sesuai, maka dimulai tahap selanjutnya yaitu memotong atau mengiris tanah liat tersebut dengan ukuran ketebalan 1 centimeter menggunakan bantuan senar.
Gambar 4.40 Proses Pemotongan Tanah liat (foto kiri) Pengambilan tanah liat hasil pemotongan (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah proses pemotongan tanah liat selesai barulah memulai proses mencetak. Langkah pertama yaitu menyiapkan cetakan pada meja putar dan kemudian pada permukaan cetakan tersebut dibubuhi atau ditaburi dengan abu gosok atau pasir dengan tujuan agar tanah liat tidak lengket pada cetakan.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.41 Abu Gosok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.42 Proses Pemberian Abu Gosok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah cetakan diberi abu gosok barulah kemudian langkah kedua yaitu mengambil tanah liat yang telah dipotong untuk di cetak dengan cara ditekan-tekan. Akan tetapi sebelumnya permukaan tanah liat tersebut harus dihaluskan menggunakan plastik dengan tujuan menutup pori-pori tanah. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.43 Proses Menutup Pori-Pori Tanah (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Proses pencetakan diawali dengan meletakkan potongan tanah liat diatas permukaan cetakan, kemudian pada bagian tengah di tekan agar membentuk kaki benda yang di cetak.
Gambar 4.44 Meletakkan tanah liat diatas cetakan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.45 Membentuk kaki benda keramik dengan cara menekan permukaan atas (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah proses awal mencetak kemudian permukaan pinggir tanah
liat
dipotong
sesuai
dengan
ukuran
cetakan
dengan
menggunakan senat pancing.
Gambar 4.46 Proses Pemotongan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
Pada tahap ketiga, setelah dipotong bagian tanah liat yang sebelumnya di tekan ditutup kembali dengan tanah liat agar ketebalannya sama kemudian diratakan dengan tangan dan dihaluskan dengan plastik. Tahapannya akan diuraikan pada gambar berikut ini:
Gambar 4.47 Menutup permukaan tanah liat yang sebelumnya ditekan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.48 Menghaluskan permukaan tanah liat dengan menggunakan tangan (foto kiri) Menghaluskan permukaan tanah liat dengan mengguanakan plastik (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Pada tahap terakhir proses pembuatan badan keramik dengan teknik cetak tekan adalah memisahkan tanah liat dari cetakan. Sebelum diambil pada badan tanah liat terlebih dahulu diberikan penopang dari tanah liat dengan tujuan agar tidak jatuh saat cetakan commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibalik karena tanah maasih dalam keadaan basah. Setelah diberi penopang barulah cetakan tersebut ditutup menggunakan papan kayu untuk kemudian digunakan sebagai dasar saat cetakan dibalik.
Gambar 4.49 Pemberian penopang dari tanah liat (foto kiri) Penutupan dengan papan kayu (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Proses pemisahan atau pengambilan cetakan dari tanah liat dilakukan dengan cara melepaskan satu persatu bagian dari cetakan tersebut.
Gambar 4.50 Proses pengambilan cetakan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.51 Hasil setelah cetakan gips diangkat (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) b. Mbubut Mbubut merupakan proses menyempurnakan badan keramik. proses penyempurnaan ini dilakukan dengan cara mengerok badan keramik dengan menggunakan besi janur. Pada tahap ini benda keramik diletakkan diatas meja putar yang sebelumnya telah diberi alas tanah yang kemudian ditutup dengan kain.
Gambar 4.52 Pemberian tanah liat pada alat putar sebagai alas dalam proses mbubut (foto kiri) Penutupan tanah liat dengan menggunakan kain (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.53 Proses Mbubut Benda Keramik tanpa Tangkai (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Sedangkan untuk mbubut benda keramik yang bertangkai alas yang digunakan lebih tinggi.
Gambar 4.54 Alas commit toProses user mbubut Benda bertangkai (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahapan proses mbubut pada benda keramik bertangkai adalah sebagai berikut: 1) Meletakkan benda keramik yang akan disempurnakan badannya pada alas yang telah disediakan.
Gambar 4.55 Meletakkan benda Keramik (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 2) Mulai mengurangi benda keramik dengan menggunakan besi janur sampai badan keramik tersebut sempurna.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.56 Proses Ngerok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.57 Hasil Ngerok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Menghaluskan benda keramik hasik pengurangan (pengerokan)
Gambar 4.58 Menghaluskan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) c. Mblabur Mblabur adalah proses pemberian warna merah pada benda keramik. Proses ini bertujuan agar benda keramik setelah dibakar berwarna kemerahan. Pada proses pemberian warna, warna yang digunakan berasal dari tanah liat merah yang telah disaring dan diberi air. Proses mblabur tersebut dilakukan dengan cara menguaskan saringan tanah liat merah pada seluruh permukaan benda keramik atau dengan cara mencelupkan benda keramik kedalam bak yang telah berisi adonan tanah liat merah.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.59 Saringan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.60 Tanah liat merah (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.61 Benda keramik sebelum di blabur (foto kiri) Benda keramik sesudah di blabur (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) d. Ngelus Ngelus merupakan proses menghaluskan benda keramik. pada tahap ngelus, yang dihaluskan mulai dari permukaan dalam sampai permukaan luar benda keramik. sebelum proses ngelus dimulai, terlebih dahulu disiapkan alas sama dengan alas yang digunakan saat proses mbubut, yaitu meja putar yang diatasnya telah diberi tanah liat dan kemudian ditutup dengan kain. Adapun langkah-langkah ngelus adalah sebagai berikut: 1) Meletakkan benda keramik pada alas yang telah tersedia
Gambar 4.62 Benda Keramik commit to user Dese Purnamasari, 2012) (Sumber: Dokumentasi
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Memutar meja putar sambil menghaluskan lekukan benda keramik bagian luar dan kemudian diteruskan menghaluskan bagian dalam. Pada proses ngelus digunakan alat bantu berupa plastik bekas botol infuse dengan berbagai ukuran disesuaikan dengan bentuk benda keramik.
Gambar 4.63 Ngelus permukaan bagian dalam (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 3) Ngelus
permukaan luar benda keramik, dimana pada permukaan
bagian dalam telah selesai di haluskan.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.64 Ngelus permukaan badan keramik bagian luar (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Ngelus permukaan bawah benda keramik.
Gambar 4.65 Ngelus permukaan bawah (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.66 Hasil Setelah di Lus (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Nglambu Nglambu merupakan proses mengkilapkan benda keramik yang telah dihaluskan dengan menggunakan kain kelambu. Proses nglambu dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan kain kelambu pada seluruh permukaan benda keramik sampai mengkilap.
Gambar 4.67 Proses Nglambu (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Hasil dari proses nglambu kemudian dikeringkan untuk selanjutnya akan dibakar.
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.68 Hasil Proses Nglambu (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah proses pembentukan atau pembuatan benda keramik selesai, maka tibalah saatnya dimulai proses pengeringan. Proses pengeringan merupakan salah satu tahapan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembakaran. Dimana dalam proses pengeringan ini diusahakan benda-benda keramik tidak terkena sinar matahari secara langsung karena dikhawatirkan akan menyebabkan benda keramik pecah. Pengeringan benda keramik sebaiknya dilakukan dengan cara diangin-anginkan dengan waktu pengeringan kira-kira 4 hari sampai dengan 1 minggu tergantung pada cuaca.
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.69 Proses pengeringan benda keramik (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah
benda
keramik
benar-benar
kering,
barulah
akan
dilaksanakan proses pembakaran. Untuk melaksanakan proses pembakaran terlebih dahulu harus disiapkan bahan bakar dan tungku bakar. Ada empat tahap dalam pembakaran benda keramik yang didalamnya termasuk pula tahap pengasapan, dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut: a. Penyusunan atau penataan Penyusunan atau penataan benda keramik harus dilakukan sebelumnya agar tidak kesulitan dalam pembongkaran. b. Ngintir (api kecil) Ngintir yaitu pembakaran dengan menggunakan api kecil yang dilakukan selama 6 jam sampai 9 jam yang dimaksudkan supaya kandungan air yang masih tersisa saat proses pengeringan menjadi habis. c. Api besar Pembakaran dengan menggunakan api besar dilakukan saat setelah ngintir. Tujuan pembakaran ini adalah membuat benda keramik menjadi keras, kuat dan padat sehingga tidak hancur jika terkena air, karena sifat tanah liat yang akan lembek jika tekena air. Proses pembakaran dengan api commit2tojam user besar biasanya dilakukan selama sampai 3 jam.
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pengasapan Tahap pengasapan merupakan tahap akhir dalam pembakaran benda keramik sebelum pembongkaran. Adanya tahap pengasapan dimaksudkan untuk memberi warna merah kehitaman pada benda keramik. Dalam proses pengasapan ini dibutuhkan waktu 2 jam sampai 3 jam pula layaknya proses pembakaran api besar. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah daun munggur. Daun munggur merupakan sejenis daun dari pohon trembesi yang banyak terdapat dihutan. Selain daun munggur, daun pisang dan daun kelapa bisa juga digunakan dalam proses pengasapan akan tetapi karena lebih boros maka Elvie Keramik menggunakan daun munggur sebagai bahan bakar dalam proses pengasapan.
Gambar 4.70 Daun Munggur (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah langkah-langkah dalam tahap pembakaran selesai, maka saatnya untuk proses pembongkaran. Proses pembongkaran benda keramik dilakukan setelah benda keramik menjadi dingin.
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Finishing Finishing merupakan tahapan terakhir dalam pembuatan benda keramik. Dalam tahap ini biasa digunakan cat ataupun glasir, akan tetapi di Industri Kerajinan Keramik Elvie finishing dilakukan dengan menggunakan cat, dimana tahap finishing ini akan dilaksanakan apabila memperoleh pesanan khusus dari konsumen yang menginginkan finishing cat. Selain karena ada permintaan khusus, finishing cat merupakan siatat dalam menutupi kerusakan pada benda keramik sehingga benda keramik tersebut tetap bisa dipasarkan. Adapun cat yang biasa digunakan adalah cat akrilik. Yang dimaksud dengan cat akrilik disini adalah tembok dengan air sebagai bahan pencampurnya karena harga cat tembok jauh lebih murah dibandingkan dengan cat akrilik. Antara cat dan air tidak ditentukan perbandingan secara tepat, jadi tingkat kekentalan maupun keenceran hanya diperkirakan sesuai dengan kebutuhan. Dalam finishing cat, benda keramik dibakar tanpa melalui proses nglambu yang mengakibatkan cat tidak bisa lengket dan tanpa melalui pengasapan karena akan mempengaruhi hasil pewarnaan. Ada beberapa motif finishing yang biasa dibuat diantaranya motif tembaga, motif batu, motif marmer, dan motif lurik. a. Motif Tembaga Untuk menghasilkan benda keramik dengan finishing motif tembaga, dibutuhkan cat mobil dengan langkah sebagai berikut: 1) Setelah benda keramik matang (dibakar), benda keramik tersebut dibuat bertekstur kasar dengan menggunakan campuran lem dan semen. 2) Diberi warna dasar hitam. 3) Dikuas secara pelan-pelan dengan warna cat yang diinginkan, dengan tujuan agar hanya pada bagian tekstur yang timbul yang terkena warna. 4) Agar warna cat lebih kuat dan tahan lama langkah terakhir adalah dimelamin commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.71 Motif Tembaga (Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Motif Batu Untuk menghasilkan finishing cat dengan motif batu dilakukan dengan cara mengamplas terlebih dahulu benda keramik yang telah dibakar, barulah diberi warna dasar abu-abu, kemudian dipercikkan secara perlahan cat warna hitam dengan menggunakan kompresor atau sikat gigi sehingga membentuk bintik-bintik. Selanjutnya dipercikkan lagi cat warna putih dan bila dirasa belum sesuai dengan benda yang diinginkan bisa ditambahkan lagi cat sesuai warna yang diinginkan. Setelah pengecatan selesai barulah di beri melamin.
Gambar 4.72 Motif Batu (Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Motif Marmer Cat yang diperlukan dalam finishing motif marmer adalah cat akrilik (cat tembok).
Gambar 4.73 Motif Marmer (Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012) d. Motif Lurik (Shampo) Untuk membuat benda keramik dengan finishing motif lurik digunakan campuran antara cat akrilik (cat tembok) dengan detergen atau shampoo (yang menghasilkan busa) yang sebelumnya benda keramik yang telah matang dihaluskan dengan menggunakan amplas dan diberi warna dasar.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.74 Motif Lurik (Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012) e. Motif Bunga (Lukis) Finishing cat dengan motif bunga seperti terlihat pada gambar 4.78 merupakan teknik finishing cat yang paling mudah, dimana dilakukan dengan cara melukis motif yang kita inginkan pada permukaan benda keramik dengan menggunakan cat akrilik (cat tembok) kemudian divernis.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.75 Motif Bunga (Lukis) (Sumber: Dokumentasi Tiara Angginadi P, 2012) Sedangkan untuk benda keramik tanpa finishing cat biasanya hanya di gosok-gosok menggunakan kain kelambu saat belum dibakar yaitu pada proses nglambu, sehingga setelah proses pembakaran benda keramik akan menjadi mengkilap. D. Jenis Produk Yang Dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten Jenis produk yang dihasilkan Elvie Keramik belakangan ini lebih banyak berupa alat-alat rumah tangga, sedangkan untuk benda-benda hias seperti vas tidak lagi diproduksi secara kecuali ada pemesanan khusus dengan harga yang cocok. Alasan produksi barang hias dihentikan menurut penuturan ibu Suparni adalah karena harga dipasaran yang tidak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan saat proses pembuatan sehingga sering membuat Elvie keramik merugi. Sedangkan untuk jenis produk berupa peralatan rumah tangga masih diproduksi karena permintaan dari konsumen yang cukup banyak dengan harga yang sesuai. Produk tersebut adalah: 1.
Gentho Gentho dibuat dengan teknik putar tegak atau datar dengan finishing tanpa cat dengan warna merah kehitaman, commit to userdimana berfungsi sebagai tempat
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dawet. Gentho dibuat kedalam tiga ukuran (diameter x tinggi) yaitu ukuran besar (38 x 28) cm, ukuran sedang (32 x 25) cm, dan ukuran kecil (27 x 22) cm. Gentho ini dijual dengan harga tiap tiga satuan yaitu Rp 45.000. 2.
Wajan Wajan merupakan sebuah peralatan rumah tangga dimana berfungsi sebagai alat penggorengan. Ada dua jenis wajan yang diproduksi Elvie keramik yaitu Wajan dengan tangkai dan wajan serabi. a. Wajan dengan tangkai Wajan dengan tangkai ini terdiri dari tiga ukuran (diameter) yaitu ukuran besar (38 cm), sedang (32 cm), dan ukuran kecil (25 cm). Untuk ukuran besar dan ukuran sedang dibuat dengan menggunakan teknik putar datar, sedangkan wajan dengan ukuran paling kecil dibuat dengan teknik putar mirin, akan tetapi ketiganya menggunakan teknik finishing yang sama yaitu finishing tanpa cat sahingga berwarna merah kehitaman. Fungsi dari produk ini sendiri biasanya digunakan sebagai tempat penyajian makanan di rumah makan, sehingga terlihat lebih alami. Harga satuan wajan berbeda antara satu dengan yang lain tergantung pada ukuran. Wajan ukuran besar dijual dengan harga Rp 13.000, wajan ukuran sedang dijual dengan harga Rp 11.000, dan wajan berukuran kecil adalah Rp 6.000
Gambar 4.76 Wajan dengan tangkai commit to user (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Wajan Serabi Wajan serabi berfungsi untuk membuat serabi. Bentuk wajan serabi yang diproduksi Elvie keramik lebih menyerupai baskom yang dibuat dalam dua ukuran (diameter) yaitu, ukuran besar ( 32 cm) dan ukuran kecil (25 cm). Wajan Serabi ini dibuat dengan menggunakan teknik putar datar dengan teknik finishing tanpa cat dan berwarna merah kehitaman. Harga wajan serabi ukuran besar adalah Rp 10.000 sedangkan wajan serabi ukuran kecil adalah Rp 7.000
Gambar 4.77 Wajan Serabi atau Baskom (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 3.
Piring Ada beberapa bentuk piring yang diproduksi Elvie keramik dengan teknik yang berbeda, yaitu: a. Piring Makan Piring makan dibuat dengan teknik putar miring dengan teknik finishing tanpa cat dimana warna yang dihasilkan adalah merah kehitaman. Piring makan dibuat dengan ukuran diameter 24 cm, yang dijual dengan harga Rp 3.000 untuk sebuah piring. Sesuai dengan nama produk, fungsi dari piring ini yaitu piring untuk makan, yang dibuat sangat sederhana tanpa terdapat detail motif pada permukaan benda. commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.78 Piring Makan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) b. Piring Daun Pisang Piring daun pisang dibuat dengan teknik cetak tekan dengan bentuk cetakan menyerupai bentuk daun pisang. Piring daun pisang berwarna merah kehitaman yang dibuat dengan teknik finishing tanpa cat. Piring ini biasa digunakan sebagai tempat lauk pauk ataupun tempat buah. Dengan ukuran 33 x 23 cm, harga sebuah piring daun pisang ini adalah Rp 8.000
Gambar 4.79 Piring Daun Pisang (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Piring Talas Proses pembuatan piring talas ini sama dengan proses pada pembuatan piring daun pisang yaitu dengan menggunakan teknik cetak tekan, dimana cetakan yang digunakan berbentuk daun talas. Piring daun talas berwarna merah kehitaman dengan teknik finishing tanpa cat dengan ukuran 33 x 24 cm. Piring daunt alas dijual dengan harga Rp 7.000 tiap buah. Piring ini berfungsi sebagai tempat penyajian lauk pauk dan buah.
Gambar 4.80 Piring Talas (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) d. Piring Pincuk Piring pincuk dibuat dengan teknik cetak tekan, dengan bentuk cetakan menyerupai pincukan daun pisang. Ada dua ukuran piring pincuk (panjang x labar) cm, yaitu ukuran besar (32 x 30) cm, dan ukuran kecil (24 x 22) cm. Piring pincuk dibuat dengan menggunakan teknik finishing tanpa cat sehingga berwarna merah kehitaman. Harga piring pincuk ukuran besar adalah Rp 11.000, sedangkan piring pincuk ukuran kecul Rp 7.000. Fungsi dari piring ini biasanya digunakan untuk penyajian makanan.
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.81 Piring Pincuk (Sumber: Dokumentasi Tiara A P, 2012) e. Piring Pare Piring pare merupakan piring dengan motif daun pare pada permukaan atasnya yang dibuat dengan cara di gambar sesuai dengan ukuran daun pare yang telah tersedia, kemudian pada sisi-sisinya diberi tekstur titik-titik. Piring pare dibuat dengan teknik putar datar dengan teknik finishing tanpa cat, sehingga piring berwarna merah kehitaman. Piring pare tersedia dalam dua ukuran, yaitu ukuran besar dengan diameter 38 cm, dan ukuran sedang dengan diameter 32 cm. Piring pare biasa berfungsi sebagai tempat buah.
Gambar 4.82 Piring Pare commit to user (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Layah Layah atau cobek diberfungsi untuk menghaluskan bumbu masak. Layah dibuat dengan teknik cetak tekan dengan warna merah kehitaman karena menggunakan teknik finishing tanpa cat . Bentuk dari layah ini lebih menyerupai piring dengan ukuran diameter 24 cm yang dijual dengan harga Rp 2.000 tiap sebuah layah.
Gambar 4.83 Layah (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 5.
Empluk Empluk berfungsi sebagai wadah
atau tempat gudeg yang
pembuatannya dengan menggunakan teknik putar miring, sedangkan finishing menggunakan teknik finishing tanpa cat sehingga berwarna merah kehitaman. Satu set empluk yang berisi tiga ukuran (diameter x tinggi) yaitu ukuran besar (21 x 20) cm yang dijual dengan harga Rp 8.500, ukuran sedang (18 x 15) cm dijual dengan harga Rp 6.000, dan ukuran paling kecil (16 x 12) cm dijual dengan harga Rp 4.000.
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.84 Empluk (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) 6.
Mangkuk Sup dan Lepek Mangkuk sup beserta lepek dibuat dengan menggunakan teknik putaran miring dengan bentuk sederhana tanpa motif pada permukaannya. Mangkuk dengan ukuran diameter 14 cm dan tinggi 7 cm ini berfungsi sebagai penyaji sup ataupun sayur yang berkuah. Mangkuk sup berwarna merah kehitaman yang dibuat dengan teknik finishing tanpa cat. Harga sebuah mangkuk sup beserta lepek adalah Rp 7.500.
Gambar 4.85 Mangkuk Sup (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.
Mangkuk Ronde Mangkuk ronde beserta tutupnya dibuat dengan teknik putaran miring dengan warna merah kehitaman yang dihasilkan melelui teknik finishing tanpa cat. Mangkuk ronde biasanyadigunakan sebagai tempat menyajikan wedang ronde (minuman hangat khas jawa). Mangkuk ini dibuat dengan ukuran diameter 11 cm da tinggi 6 cm yang dijual dengan harga Rp 5.000 tiap buah.
Gambar 4.86 Mangkuk Ronde (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Sedangkan untuk benda-benda hias yang diproduksi berupa vas-vas bunga dengan berbagai bentuk dan ukuran dengan berbagai macam motif finishing cat.
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.87 Benda hias (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Selain dari bendahias diatas adapula benda-benda hias yang biasa digunakan untuk praktek dari sekolah-sekolah yang mengunjungi Elvie Keramik. benda-benda ini biasanya dibakar tanpa melalui finishing kelambu maupun cat.
Gambar 4.88 Benda praktek anak sekolah (Sumber: Dokumentasi Desa Purnamasari, 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai latar belakang berdirinya Industri Kerajinan Keramik Elvie, proses produksi kerajinan keramik Elvie, dan jenis produk yang dihasilkan Elvie Keramik, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Keramik merupakan suatu benda atau barang yang terbuat dari tanah liat atau lempung yang kemudian mengalami proses pengerasan melalui pembakaran suhu tinggi. Kerajinan keramik merupakan produk budaya yang memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dengan masa lalu, yang mana telah ada sejak jaman neolitikum. Elvie Keramik yang terletak di Dukuh Sayangan Rt.01 Rw. 01 Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten telah berdiri pada tahun 2000 yang merupkan warisan turun-temurun dari orang tua Ibu Suparni yang kemudian dilanjutkan bersama sang suami yaitu Bapak Triyono. Berdirinya Elvie Keramik dilatarbelakangi oleh keterbatasan modal yang dimiliki dan adanya sumber daya manusia yang cukup memadai, disamping itu kecintaan Bapak Triyono pada kesenian juga merupakan hal utama yang melatarbelakangi berdirinya Elvie Keramik sehingga melahirkan ide-ide baru dan keramik dengan kualitas yang baik. Elvie itu sendiri diperoleh dari nama sang anak yang diharapkan kelak dapat mewarisi industri kerajinan ini. 2. Proses produksi keramik di Elvie Keramik melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan, proses, dan tahap finishing. Tahap persiapan meliputi persiapan desain, alat, bahan, dan persiapan teknik. Desain biasanya
merupakan
kreativitas
dari
bapak
Triyono
ataupun
rekomendasi dari konsumen, persiapan alat meliputi skrap, senar pancing, besi janur, plastik, kain kelambu, dan meja putar (datar dan commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
miring) serta alat cetakan yang terbuat dari gips dan tungku bakar. Persiapan bahan berupa campuran tanah liat (merah dan hitam) serta pasir yang diolah melalui teknik manual dan teknik masinal. Yang terakhir adalah persiapan teknik yang akan digunakan dalam proses produksi keramik yaitu teknik putar tegak atau datar dan teknik putar miring serta teknik cetak tekan. Pada tahap proses, yaitu proses pembuatan, proses pengeringan sampai proses pembakaran. Proses pembuatan produk baik itu teknik putar tegak atau datar, teknik putar miring maupun teknik cetak tekan harus melalui lima proses yaitu: Mbodi, Mbubut, Mblabur, Ngelus, dan Nglambu. Pada proses mbodi dengan menggunakan teknik putaran datar dan putaran miring dilakukan dalam 4 tahap yaitu: ngeplok, plotot, ngurat, dan natap, sedangkan untuk cetak tekan ngeplok disesuaikan dengan pola cetakan yang kemudian diiris dan siap ditekan dalam cetakan tertentu. Setelah benda keramik selesai dibuat maka tahap selanjutnya adalah tahap pengeringan yang dilakukan dengan cara diangin-anginkan selama 4 sampai 7 hari. Lama tidaknya proses pengeringan dipengaruhi oleh cuaca. Setelah benada keramik benar-benar kering, barulah siap dibakar dengan menggunakan tungku pembakaran berbahan bakar kayu melalui proses penyusunan atau penataan, ngintir (api kecil) api besar, dan pengasapan dengan menggunakan daun munggur. Tahapan terakhir dalam proses produksi adalah finishing yang biasanya dilakukan menggunakan finishing cat (bila memperoleh pesanan khusus dari konsumen.) dan finishing kelambu (tanpa cat) 3. Jenis produk yang dihasilkan di Elvie Keramik meliputi produk peralatan rumah tangga, benda hias, dan benda yang biasanya dibuat untuk praktek kunjungan dari sekolah-sekolah. Produk peralatan rumah tangga yang dihasilkan yaitu: Gentho (wadah atau tempat user serabi(baskom), Piring Makan, dawet), Wajan dengancommit tangkai,to Wajan
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Piring Daun Pisang, Piring Talas, Piring Pincuk, Piring Pare, Layah (Cobek), Empluk (tempat gudeg), Mangkuk Sup beserta Lepek, dan Mangkuk Ronde. Sedangkan produk benda hias yang dihasilkan adalah berupa vas-vas bunga dengan berbagai bentuk dan ukuran. B. IMPLIKASI Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adanya Industri Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk terus menggali potensi daerahnya yang harus dikembangkan. C. SARAN Berdasarkan implikasi dari penelitian mengenai Industri Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten diatas maka dapat diberikan saran yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Pengrajin a. Perlu menjaga keseimbangan produk dengan membuat strategi produksi antara produk dengan desain konvensional dengan desain baru b. Perlu mencantumkan label perusahaan pada produk keramik. c. Perlu menambah strategi pemasaran dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai terobosan baru seperti pemanfaatan website sebagai media pemasaran secara online. 2. Bagi Pemerintah a. Perlu adanya bantuan baik teknis maupun manajemen untuk meningkatkan permodalan, manajemen, produktivitas pengrajin keramik di Desa Melikan. b. Perlu
mengadakan
pelatihan
yang
kontinyu
mengenai
pengembangan desain dan teknik pembuatan keramik sehingga dapat menghasilkan desain yang lebih variatif dengan kualitas produk yang dapat dipercaya sekaligus marketable. commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bagi Sekolah a. Perlu memasukkan mata pelajaran keramik sebagai kegiatan apresiasi anak. b. Perlu mengadakan kunjungan yang kontinyu ke pengrajin untuk belajar teknik pembuatan keramik secara langsung.
commit to user