Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 26 BANJARMASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) DALAM SETTING PENGAJARAN LANGSUNG Sally Ahliha, Mastuang, Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
[email protected]
ABSTRAK: Kegiatan belajar mengajar cenderung menerapkan metode ceramah membuat siswa menjadi pasif, inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah serta kemampuan analisis matematis yang kurang juga menjadi salah satu sebab rendahnya hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) keterlaksanaan RPP, (2) hasil belajar siswa, dan (3) keterampilan pemecahan masalah siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart, dimana setiap siklus penelitian ini terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitiannya siswa kelas VIII E yang berjumlah 32 siswa. Data diperoleh dari tes hasil belajar dan lembar pengamatan. Teknik analisis data menggunakan skor rata-rata dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving) dalam setting pengajaran langsung (1) keterlaksanaan RPP pada siklus I dan II berkategori baik, dan pada siklus III berkategori sangat baik,(2) ketuntasan hasil belajar siswa meningkat, secara berturut-turut persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 62,5%, pada siklus II sebesar 75%, dan pada siklus III sebesar 93,75%, (3) keterampilan pemecahan masalah siswa meningkat, secara berturut-turut rata-rata nilainya yaitu siklus I sebesar 62 berkategori terampil, pada siklus II sebesar 72 berkategori terampil, dan pada siklus III sebesar 93 berkategori sangat terampil. Diperoleh simpulan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan cara yaitu menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving). Kata kunci: Hasil belajar, problem solving, pengajaran langsung
IMPROVING THE RESULT OF STUDY VII E GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 26 BANJARMASIN USING PROBLEM SOLVING METHOD IN DIRECT INTRUCTION SETTING ABSTRACT: The learning process of teaching and learning tend to implemented lecture method makes students become passive learner, the process of passive learner and lack of mathematical analysis cause lower result of learning. The aims of this study are (1) implementation of RPP, (2) result of study by students, and (3) students ability in problem solving. The method of this study is using classroom action research method Kemmis and Mc Taggart class, which every cycle consist of planning, action, observing, and reflection. The subject of this study is 32 students VII E grade. Data obtained from test of result study and observation sheets. The technique of collecting data is result of study test, observation sheet, and documentation. The result of the study show that using problem solving method in direct teaching setting (1) implementation of RPP on cycle I and II as good category, and on cycle III as a very-good category, (2) mastery learning
123
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
result of students improve, respectively percentage of mastery classical on cycle I 62,5%, on cycle II 75%, and on cycle III 93,75%, (3) students ability in problem solving improve, respectively percentage mastery classical on cycle I 62 as ability category , on cycle II 72 as ability category, and on cycle III 93 as a very-ability category. We can conclude that improving the result of students study can be done using problem solving method. Keywords: The Result of Study, Problem Solving, Direct Intruction
Berdasarkan peraturan tersebut di atas
PENDAHULUAN Proses
pembelajaran
pada
maka
dengan
menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
pembelajaran
(KTSP) 2006 diatur dalam Peraturan
diharaapkan mampu membantu siswa
Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005
untuk memahami pembelajaran dan
berisi
membantu
tentang
Pendidikan
Standar
yang
Nasional
diperjelas
dengan
yang
siswa
benar
model
untuk
maka
mencapai
ketuntasan dalam belajar.
sebuah Peraturan Menteri Pendidikan
Berdasarkan hasil diskusi yang
Nasional Nomor 19 tahun 2007 tanggal
dilakukan dengan pengajar IPA kelas
23
VIII SMP Negeri 26 Banjarmasin di
Mei
2007
tentang
Pengelolaan
Pendidikan
Menengah.
Dalam
Standar
Dasar
dan
peraturan
ini
peroleh data bahwa: (1) Sekolah tersebut mempunyai
perangkat
dikemukakan bahwa mutu pembelajaran
berupa
di
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tetapi
sekolah
dengan
baiknya
dikembangkan
menggunakan
model
silabus
pembelajaran
dan
Rancangan
RPP tersebut sering tidak digunakan
pembelajaran yang acuanya berdasarkan
sebagai
pada standar proses, melibatkan siswa
pembelajaran. (2) Siswa yang kurang
secara
mendidik,
aktif dan analisis matematis siswa yang
memotivasi, mendorong kreatifitas, dan
masih kurang sehingga menyababkan
dialogis, dengan harapan siswa nantinya
hasil
mencapai
dan
Rendahnya hasil belajar yang diperoleh
mengamukakan
siswa dapat terlihat berdasarkan nilai
aktif,
kebebasan
demokratis,
pola
pikirannya
dalam
penuntun
belajarnya
dalam
masih
proses
kurang.
mampu
hasil ulangan semester Tahun Ajaran
melaksanakan aktivitas intelektual yang
2015/2016 untuk mata pelajaran IPA
berupa
berargumentasi,
Terpadu, dari 32 siswa kelas tersebut
mengkaji,
hanya 15,63% atau 5 siswa yang
pikirannya
sehingga
berpikir,
mempertanyakan,
menemukan, dan memprediksi yang
mendapatkan
pada dasarnya membantu terpenuhinya
ketuntasan
hasil
Terpadu yang ditetapkan sekolah yaitu
belajar
yang
lebih
tinggi.
nilai minimal
di
atas (KKM)
kriteria IPA
124
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
sebesar 60, sedangkan sisanya 84,37%
langsung
atau 27 siswa mendapatkan nilai di
keterampilan-keterampilan dasar yang
bawah KKM. (3) Kegiatan pengajaran
sangat berorientasi pada tujuan serta
cenderung menerapkan metode ceramah,
lingkungan
hal inilah yang membuat siswa pasif dan
secara ketat.
hanya
menunggu
dijelaskan
oleh
diajarkan
belajar
tentang
yang
Berdasarkan
terstruktur
latar
belakang
gurunya, pengetahuan yang diperoleh
yang dipaparkan tersebut, oleh karena
siswa
itu peneliti tertarik melakukan penelitian
hanya
sebatas yang
mampu
disampaikan oleh guru. Padahal yang
tindakan
seharusnya terjadi adalah pembelajaran
judul“Meningkatkan
terfokus pada siswa, dimana siswa
Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 26
menjadi subjek belajar yang berperan
Banjarmasin
secara aktif dan kreatif selama dilakukan
Metode Pemecahan Masalah (Problem
proses pembelajaran.
Solving)
Oleh dilakukan
karena
suatu
usaha
itu
perlu
agar
dapat
kelas
dengan
Hasil
Dengan
Dalam
mengangkat Belajar
Menggunakan
Setting
Pengajaran
Langsung”. Adapun
rumusan
masalah
meningkatkan hasil pembelajaran siswa,
berdasarkan paparan latar belakang di
penggunaaan metode yang tepat bisa
atas
dijadikan salah satu komponen yang
“Bagaimanakah cara meningkatkan hasil
dapat meningkatkan keberhasilan siswa.
belajar siswa kelas VIII E di SMP
Penggunaan metode pemecahan masalah
Negeri
(problem
penggunaan metode pemecahan masalah
solving)
pengajaran
dalam
langsung
setting
diharapkan
nantinya mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Metode
adalah
sebagai
26
(problem
berikut:
Banjarmasin
solving)
melalui
dalam
setting
pengajaran langsung?”
pemecahan
Adapun rumusan pertanyaan
masalah merupakan salah satu cara
yang berkenaan dengan rumusan umum
penyajian
di atas adalah sebagai berikut:
pelajaran
yang
mampu
mendorong siswa dalam menemukan
a.
Bagaimana
keterlaksanaan
RPP
dan memecahkan permasalahan dalam
melalui metode pemecahan masalah
rangka pencapaian tujuan pembelajaran
(problem solving) dalam setting
(Hamdani, 2011).
pengajaran langsung?
Salah
satu
upaya
untuk
b.
Bagaimana
meningkatkan hasil belajar siswa ialah
setelah
dengan menggunakan model pengajaran
pemecahan
langsung.
Dalam
model
hasil
belajar
menggunakan masalah
siswa metode
(problem
pengajaran
125
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
c.
solving) dalam setting pengajaran
keterampilan
langsung?
berorientasi pada tujuan pembelajaran
Bagaimana
awal
dimana
hal
ini
keterampilan
dan lingkungan yang tersusun secara
pemecahan masalah siswa selama
ketat. Singkatnya, model pengajaran
menggunakan metode pemecahan
langsung ini dirancang agar dapat
masalah (problem solving) dalam
mengajarkan
setting pengajaran langsung?
pengetahuan yang terurut dengan benar
siswa
terhadap
Berdasarkan rumusan masalah
dan bisa diajarkan secara bertahap.
di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
Model ini tidak dimaksudkan untuk
pada penelitian ini adalah meningkatkan
mengembangkan
hasil belajar siswa kelas VIII E di SMP
dan berpikir tingkat tinggi. Model
Negeri
melalui
pengajaran langsung ini membutuhkan
penggunaan metode pemecahan masalah
persiapan yang seksama dari guru dan
(problem
sebuah
26
Banjarmasin
solving)
dalam
setting
keterampilan
lingkungan
belajar
yang
pengajaran langsung. Tujuan penelitian
berorientasi
secara khusus adalah:
pengajaran langsung bertujuan untuk
a.
b.
Mendeskripsikan
tugas.
Model
keterlaksanaan
mencapai dua tujuan utama siswa yaitu
RPP melalui metode pemecahan
untuk penuntasan konten akademik yang
masalah (problem solving) dalam
terstruktur
setting pengajaran langsung.
memperoleh semua jenis keterampilan.
Mendeskripsikan hasil belajar siswa
Model pengajaran langsung dapat juga
setelah
dijadikan
menggunakan
pemecahan
c.
pada
sosial
masalah
metode
secara
tepat
dan
untuk
suatu cara yang dianggap
(problem
mampu untuk mengajarkan keterampilan
solving) dalam setting pengajaran
dan informasi dasar kepada siswa.
langsung.
Model
Mendeskripsikan
pengajaran
langsung
bisa
keterampilan
dikuasai dengan waktu singkat. Model
pemecahan masalah siswa selama
inilah merupakan suatu “keharusan”
menggunakan metode pemecahan
berada dalam koleksi model yang harus
masalah (problem solving) dalam
dipunyai guru atau calon pendidik (Nur.
setting pengajaran langsung.
2008). Metode pengajaran yang bisa
TINJAUAN PUSTAKA Model pengajaran langsung
dijadikan pemecahan
solusi masalah
adalah
metode
Wankat
dan
merupakan sebuah pendekatan yang
Oreovocz. Metode pemecahan masalah
mengajarkan
ini terdiri atas 7 tahapan pelaksanaan
tentang
keterampilan-
126
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
yaitu,
dimana
tahap
(1)
saya
(classroom action research) pada siswa
mampu/bias adalah tahapan motivasi.
kelas
Tahap (2) mendefinisikan, merupakan
Banjarmasin melalui metode pemecahan
tahapan dimana perlu menuliskan hal
masalah (problem solving) dalam setting
apa yang diketahui serta tidak diketahui.
pengajaran
Tahap (3) mengeksplorasi, adalah tahap
meningkatkan hasil belajarnya siswa.
yang awalnya hilang dari metode tetapi
Model PTK yang digunakan ialah model
ditambahkan
Kemmis & Mc Taggart.
lagi
ketika
tahap
ini
dianggap
penting
untuk
pemecahan
masalah
menjadi
jelas.
Tahap
VIII
E
SMP
langsung
Negeri
dalam
26
usaha
(4)
merencanakan, marupakan tahap dimana logika
formal
difungsikan
untuk
mengatur langkah-langkah dari masalah. Tahap (5) mengerjakan, merupakan tahap mengerjakan yang melibatkan nilai
dan
menghitung
jawaban.
Pemisahan tahap 4 dan 5 ini dapat memudahkan untuk memeriksa hasil dan (Arikunto, 2010)
untuk menggeneralisasikan. Tahap (6) mengoreksi
kembali
adalah
memeriksa hasil yang secara otomatis bagian dari metode pemecahan masalah. Memeriksa kembali sangat bermanfaat untuk membandingkan jawaban yang ditentukan
dalam
langkah
mengeksplorasi. Dan terakhir tahap (7) generalisasi adalah tahap yang hampir tidak pernah dilakukan oleh pemula kecuali
mereka
diperintahkan
secara
untuk
Subyek penelitian adalah 32
tahap
eksplisit
lakukan
orang siswa kelas VIII E SMP Negeri 26 Banjarmasin yang terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Mereka rata-rataikgtucjm umur 13 sampai 14 tahun. Penelitian dilaksanakan
di
SMP
Negeri
26
Banjarmasin yang berlokasi di Jalan Ayani Km 2,8 Banjarmasin dimulai dari bulan Maret 2016. Teknik yang digunakan pada
itu saat
(Wankat & Oreovicz, 1993).
pengumpulan
data
dalam
penelitian adalah sebagai berikut: 1)
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
Observasi, digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan
merupakan
penelitian tindakan kelas berbasis kelas
aktivitas
guru.
Observer
adalah
teman sejawat dan atau guru fisika
127
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
SMP Negeri 26 Banjramasin. 2) Tes,
rata-rata setiap aspek, rumus yang
digunakan
digunakan sebagai berikut.
untuk
mengetahui
peningkatan ketuntasan belajar secara keseluruhan pada materi ajar fisika. Tes dilakukan pada setiap akhir
=
pertemuan disetiap siklus. Hal ini dilakukan
untuk
mengetahui
ketuntasan siswa terhadap materi
Skor diperoleh
rata-rata
kemudian
berdasarkan
kriteria
yang
telah
dikategorikan berikut
ini
yang telah disampaikan guru di kelas. Keterlaksanaan
RPP
dicari
dengan menggunakan perhitungan skor . Tabel 1. Kriteria keterlaksanaan RPP Rumus X > X i + 1.8 x sbi
X i + 0.6 x sbi< X ≤ X i + 1.8 x sbi
Rerata skor
Kriteria
X > 3,2 Sangat baik 2,4 < X ≤ 3,2 Baik
X i - 0.6 x sbi < X ≤ X i + 0.6 x sbi
1,6 < X ≤ 2,4 Cukup
X i - 1.8 x sbi < X ≤ X i - 0.6 x sbi
0,8 < X ≤ 1,6 Kurang
X < X i - 1.8 x sbi
X ≤ 0,8
Sangat kurang
(Adaptasi Widoyoko,2015:238) Keterangan: (rerata ideal) = ½ (skor maksimum ideal + skor minimum ideal) sbi (simpangan baku ideal) = 1/6 (skor maksimum ideal – skor minimum ideal) X= skor empiris Tingkat reliabilitas keterlaksanan RPP dapat
diketahui
dengan
melakukan
perhitugan berdasarkan rumus Kappa Cohen sebagai berikut: K Keterangan: K = Koefisien kesepakatan pengamatan = Proporsi frekuensi kesepakatan = Kemungkinan sepakat (change agreement). Peluang kesesuaian antar pengamat.
Tabel 2. Interpretasi nilai Kappa Nilai K ≤ 0,20 0,21 - 0,40 0,41 - 0,60 0,61 - 0,80 0,81 -1,00
Kekuatan Kesepakatan Buruk Kurang dari sedang Sedang Baik Sangat baik (Murti, 2011)
Tabel 3. Kriteria ketuntasan belajar Kriteria Ketuntasan Lebih dari atau sama dengan 60 Kurangdari 60
Kualifikasi Tuntas Tidak Tuntas
128
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
Untuk
menentukan
persentase
Keterampilan
pemecahan
ketuntasan belajar siswa (individual)
masalah dilihat dari tes hasil belajar
menggunakan persamaan berikut:
siswa.
KB =
menggunakan rumus:
x 100
Keterangan: KB= Ketuntasan belajar T = Jumlah skor yang diperoleh siswa Tt = Jumlah skor total Ketuntasan
klasikal
siswa
keterampilan
ini
Keterangan: NA= Nilai akhir = skor yang diperoleh N= skor maksimum
dihitung
Tabel 4. Kriteria keterampilan pemecahan masalah
dengan menggunakan rumus: (p)k =
Penilaian
x100%
No
Keterangan: (p)k = Proporsi ketuntasan belajar siswa secara klasikal (%) N = Banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan ≥ 60 NI = Banyaknya siswa dalam kelas
Nilai Siswa 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100
1 2 3 4 5
Kriteria Tidak terampil Kurang terampil Cukup terampil Terampil Sangat terampil
(Adaptasi Ratumanan, 2003: 106) Ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh SMP Negeri 26 Banjarmasin adalah 80.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 5. Hasil pengamatan keterlaksanaan RPP Siklus I Pendahuluan
Rata-rata
Fase 1
Kategori
2.3
Baik
Fase 2
2.78
Baik
Fase 3
2.63
Baik
Fase 4
2.75
Baik
Fase 5
2.75
Baik
Penutup
2.17
Cukup
Reliabilitas
0.3
Kurang dari sedang
Kegiatan inti
Berdasarkan
tabel
diatas
baik. Masih ada aspek dengan kategori
terlihat bahwa tidak seluruh aspek
cukup
yaitu
pembelajaran terlaksana dengan kategori
Penyebabnya
di
bagian
karena
pada
penutup. bagian
129
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
penutup si peneliti masih kurang dalam
diketahui
hal memberi bimbingan ke siswa untuk
keterlaksanaan RPP dapat dikatakan
menyimpulkan
baik.
pembelajaran.
bahwa
secara
umum
Berdasarkan hasil tersebut di atas,
Tabel 6 Tes hasil belajar siswapada siklus I No
Uraian
Hasil THB siklus I 62.56
1
Nilai rata-rata
2 3
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas
20 orang 12 orang
4 5
Persentase siswa yang tuntas Persentase ketuntasan klasikal
62,5% 80%
6
Kategori
Tiadak tuntas
Tabel diatas memperlihatkan
minimal 80%.
bahwa dari 32 orang siswa, terdapat 22
Hasil penilaian keterampilan
orang siswa mencapai ketuntasan KKM
pemecahan masalah siswa untk siklus
menurut sekolah sebesar 60 dan 12
pertama berdasarkan hasil penilaian
orang yang tidak mencapai ketuntasan.
terdapat pada Tabel 7 di bawah, pada
Persentase
tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai
siswa
yang
mencapai
ketuntasan diperoleh sebesar 62,5%
rata-rata
keterampilan
pemecahan
maka dapat dinyatakan bahwa tidak
masalah siswa pada siklus I berkategori
tuntas secara klasikal, sebab persentase
terampil.
ketuntasan yang ditetapkan sekolah Tabel 7 Keterampilan pemecahan masalah siswa pada siklus I No 1 2 3 4 5 6
Uraian
Hasil siklus I
Jumlah siswa Jumlah siswa yang cukup terampil Jumlah siswa yang terampil Jumlah siswa sangat terampil Rata-rata nilai akhir semua siswa Kategori Berikut
hasil
refleksi
dan
rencana tindakan yang nantinya akan
32 orang 12 orang 17 orang 3 orang 64 Terampil dilakukan pada siklus II bisa dilihat pada Tabel 8 berikut.
130
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
Tabel 8. Hasil refleksi siklus I No.
Refleksi siklus I
Rencana perbaikan siklus II
1
Pada fase 1, guru lupa mengabsen siswa sehingga tidak ada nilainya. Kemudian pada fase 3, guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Pada bagian penutup guru kurang membimbing dalam menyimpulkan pembelajaran.
Pada siklus selanjutnya diharapkan guru mengecek kehadiran siswa, memberi kesempatan lebih banyak untuk bertanya dan lebih memberikan bimbingan dalam menyimpulkan pembelajaran.
2
Hasil THB siswa pada siklus I diketahui bahwa ada 12 siswa yang tidak mencapai KKM. Penyebab hal ini adalah siswa dalam merencanakan penyelesaian masih ada yang belum bisa, dalam hal mengoreksi masih kurang dan dalam menyatakan hasil penyelesaian juga banyak yang belum menjawab karena terbiasa tanpa menyatakan hasil penyelesaian
Mendorong siswa dan memberikan perhatian yang lebih agar siswa bias termotivasi untuk mencapai KKM, serta memberikan latihan-latihan agar siswa mahir dalam mengerjakan soal.
3
Keterampilan pemecahan masalah siswa pada siklus 1 sudah dalam kategori terampil, namun masih banyak keterampilannya berkategori cukup terampil, hal ini di karenakan siswa belum terampil dalam mengerjakan sosl-soal yang berdasarkan pemecahan masalah.
Dalam hal ini guru perlu melatih kemampuan siswa supaya terbiasa terhadap soal-soal yang berdasarkan pemecahan maslah.
Tabel 9. Hasil pengamatan keterlaksanaan RPP Siklus II Pendahuluan Fase 1 Kegiatan inti Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5 Penutup Reliabilitas
Pertemuan 2 3.3
Pertemuan 3 3.4
Rata-rata 3.35
Sangat baik
3.18 3.32 3 3.25 3.33 0,17
3.39 3.25 3 3 3.5 0,19
3.29 3.29 3 3.13 3.41 0,18
Sangat baik Sangat baik Baik Baik Sangat baik Buruk
Berdasarkan
tabel
diatas
terdapat aspek dengan
Kategori
kategori baik
terlihat bahwa tidak seluruh aspek
yaitu pada fase 4 dan fase 5 dan pada
pembelajaran
bagian penutup.
kategori
yang
terlaksana sangat
berdasarkan baik.
Masih
131
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
Tabel 10. Tes hasil belajar siswa pada siklus II No
Uraian
Hasil tes belajar siklus II 69.13
1
Nilai rata-rata
2 3
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas
24 orang 8 orang
4 5
Persentase siswa yang tuntas Persentase ketuntasan klasikal
75% 80%
6
Kategori Tabel
Tidak tuntas
diatas
meperlihatkan
Hasil penilaian keterampilan
bahwa dari 32 orang siswa, terdapat 24
pemecahan masalah siswa pada siklus II
siswa yang telah mencapai ketuntasan
berdasarkan hasil penilaian dapat dilihat
dengan KKM menurut sekolah sebesar
pada Tabel 11 di bawah, pada tabel
60 dan 8 orang siswa tidak mencapai
terlihat bahwa keterampilan pemecahan
ketuntasan.
masalah
Persentase
siswa
yang
pada
siklus
ini
masih
memenuhi ketuntasan diperoleh sebesar
berkategori terampil meskipun nilai rata-
75% sehingga dikatakan bahwa tidak
ratanya sudah meningkat dari siklus I.
tuntas secara klasikal, karena persentase
Jadi siklus II juga telah memenuhi
ketuntasan klasikal yang ditetapkan
indikator
keberhasilan
dimana
sekolah minimal 80%.
keterampilan
ini
berhasil
dikatakan
apabila memenuhi kategori minimal terampil.
Tabel 11 Keterampilan pemecahan masalah siswa pada siklus II No
Uraian
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah siswa Jumlah siswa kurang terampil Jumlah siswa yang cukup terampil Jumlah siswa yang terampil Jumlah siswa yang sangat terampil Rata-rata nilai akhir semua siswa Kategori
Berikut hasil refleksi untuk siklus kedua dan rencana tindakan yang
Hasil siklus II 32 orang 1 orang 7 orang 15 orang 9 orang 72 Terampil
nanti akan dilaksanakan pada siklus III pada Tabel 12 berikut
.
132
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
Tabel 12. Hasil refleksi siklus II No. 1
2
Refleksi siklus II Hasil THB siswa pada siklus ini dapat dilihat bahwa ada 8 siswa yang tidak bisa mencapai KKM. Sebab dari hal ini adalah siswa masih terbiasa dengan penyelesaian soal yang singkat tanpa ada tahapan mengoreksi kembali dan menyatakan hasil penyelesaian. Sehingga pada siklus II masih berkategori tidak tuntas. Keterampilan pemecahan masalah masih termasuk dalam kategori terampil, hal ini disebabkan siswa belum terbiasa menyelesaikan soslsoal yang berdasarkan pemecahan masalah. Hasil analisis data pada siklus
kedua
ini
,
menunjukkan
bahwa
Rencana perbaikan siklus III Mendorong siswa dan memberikan perhatian yang lebih agar siswa bias termotivasi untuk mencapai KKM, serta memberikan latihan-latihan agar siswa mahir dalam mengerjakan soal.
Dalam hal ini guru perlu melatih kemampuan siswa agar supaya terbiasa dengan soal-soal yang berdasarkan pemecahan maslah.
keterampilan pemecahan masalah sudah berkategori terampil, namun karena tes
keterlaksanaan RPP berkategori baik,
hasil
ketuntasan tes hasil belajar belum
ketuntasan klasikal maka oleh hal itu
mencapai ketuntasan klasikal sesuai
penelitian dilanjutkan sampai siklus III.
yang
ditetapkan
sekolah,
belajar
belum
memenuhi
dan
Tabel 13 Hasil pengamatan keterlaksanaan RPP Siklus III Pendahuluan
Rata-rata 3.7
Fase 1 Kegiatan inti Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5 Penutup Reliabilitas Berdasarkan terlihat
bahwa
pembelajaran
3.64 3.66 3.88 3.75 3.84 0,30
Kategori Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Kurang dari sedang
tabel
diatas
bahwa keterlaksanaan RPP secara umum
seluruh
aspek
dapat
terlaksana
dikatakan
sangat
baik.
Jadi
dengan
keterlaksanan RPP pada siklus ketiga
memenuhi kategori sangat baik, dapat
mampu mencapai indikator keberhasilan
diartikan kalau setiap siklusnya selalu
dimana keterlaksanaan RPP minimal
terjadi peningkatan hasil. Berdasarkan
harus berkategori baik.
hasil perhitungan tersebut, diketahui
133
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
Tabel 14. Tes hasil belajar siswa pada siklus III No 1 2 3 4 5 6
Uraian Nilai rata-rata Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa tidak tuntas Persentase siswa yang tuntas Persentase ketuntasan klasikal Kategori
Hasil THB siklus III 88.50 30 orang 2 orang 93,75% 80% Tuntas
Tabel diatas memperlihatkan bahwa dari 32 orang siswa, terdapat 30
Hasil penilaian keterampilan
orang yang bisa mencapai ketuntasan
pemecahan masalah siswa pada siklus
dengan KKM menurut sekolah sebesar
III berdasarkan hasil penilaian terdapat
60 dan ada 2 orang siswa belum bisa
pada Tabel 15 di bawah, pada tabel
mencapai ketuntasan. Persentase siswa
menunjukkan keterampilan pemecahan
yang berhasil tuntas diperoleh sebesar
masalah siswa pada siklus III masuk
93,75%%
dalam kategori sangat terampil. Jadi
sehingga
kesimpulan
bahwa
dapat
diambil
tuntas
secara
siklus
III
memenuhi
indikator
klasikal, karena persentase ketuntasan
keberhasilan dimana kategorinya sudah
klasikal yang telah ditetapkan sekolah
melebihi keberhasilan minimalnya.
minimal 80%. Tabel 16. Keterampilan pemecahan masalah siswa pada siklus III No 1 2 3 4 5 6
Uraian Jumlah siswa Jumlah siswa yang cukup terampil Jumlah siswa yang terampil Jumlah siswa yang sangat terampil Rata-rata nilai akhir semua siswa Kategori
Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan siklus I ditinjau
Hasil siklus III 32 orang 1 orang 3 orang 28 orang 93 Sangat terampil
keterlaksanaan RPP sudah berkategori baik namun masih ada aspek dengan
dari segi keterlaksanaan RPP metode
kategori
cukup
yaitu
pemecahan masalah (problem solving)
pentup. Untuk tes hasil belajar siklus I
dalam settimg pengajaran langsung,
masuk dalam kategori tidak tuntas hal
hasil belajar siswa dan keterampilan
ini terjadi disebabkan karena ada 12
pemecahan masalah siswa sebenarnya
siswa yang belum tuntas sehingga
sudah memenuhi aspek. Pada siklus I
persentase
ketuntasan
pada
siswa
bagian
tidak
134
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
mencapai persentase ketuntasan secara
dalam
klasikal yang di tetapkan sekolah (80%).
mempengaruhi persentase ketuntasan
Pada siklus I dari segi keterampilan
siswa. Adapun persentase ketuntasan
pemecahan
dalam
yang dapat diperoleh pada siklus II ialah
kategori terampil meskipun rata-rata
75% hal ini belum memenuhi persentasi
nilai akhir siswa masih rendah adapun
ketuntasan secara klasikal ditetapkan
penyebab hal ini adalah masih banyak
sekolah.
siswa kurang bisa menyelesaiakan soal
masalah
berdasarkan
pemecahan
keberhasilan karena sudah masuk dalam
masalah, siswa masih terbiasa dengan
kategori terampil, dengan rata-rata nilai
penyelesaian soal secara langsung tanpa
akhir semua siswa yang didapat adalah
mengoreksi kebenaran jawaban dan
72 (terampil). Sama halnya dengan
menyatakan hasil penyelesaian. Jadi
siklus sebelumnya hal ini disebabkan
pada siklus I yang bisa mencapai
masih
banyak
yang
tidak
indikator
menyelesaiakan
soal
berdasarkan
masalah
masuk
tahapan
keberhasilan
hanya
pada
tes
hasil
belajar
Keterampilan telah
sehingga
pemecahan
memenuhi
pemecahan
indikator
keterampilan pemecahan masalahnya
tahapan
saja, sedangkan tes hasil belajar minimal
masih terbiasa melakukan penyelesaian
harus berkategori tuntas sehingga harus
soal
dilanjutkan dengan siklus berikutnya
mengoreksi kebenaran jawaban dan
yaitu siklius kedua.
menyatakan hasil penyelesaian. Jadi
dengan
cara
masalah,
bisa
langsung
siswa
tanpa
Pada siklus II, seluruh aspek
siklus II belum mencapai indikator
mengalami peningkatan namun masih
keberhasilan dimana tes hasil belajar
ada yang belum memenuhi indikator
harus
keberhasilan namun reliabilitas RPP
sehingga harus dilanjutkan ke siklus
pada siklus ini buruk karena persamaan
selanjutnya.
yang
digunakan
berkategori
tuntas
faktor
Pada siklus III, seluruh aspek
koreksi di dalammnya. Faktor koreksi
memenuhi indikator keberhasilan. Tes
ini
nilai
hasil belajar mengalami peningkatan
reliabilitas pada siklus ini rendah, karena
dibandingkan terhadap siklus I serta
adanya
siklus II, dan berkategori tuntas, adapun
lah
yang
faktor
mengakibatkan
memasukan
minimal
menyebabkan
koreksi mengotori
dapat koefisien
persentase
ketuntasannya Keterampilan
sebesar
reliabilitas. Aspek yang tidak dapat
93,75%.
memenuhi indikator keberhasilan yaitu
masalah
tes hasil belajar. Pada siklus ini ada 8
terampil, dengan rata-rata nilai yang
orang yang tidak memenuhi ketuntasan
didapat ialah 93 (sangat terampil). Jadi
siswa
pemecahan
berkategori
sangat
135
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
siklus III telah memenuhi indikator
masalah
keberhasilan
keterlaksanaan
memperlihatkan kepada siswa bahwa
RPP minimal berkategori baik,tes hasil
setiap mata pelajaran terutama IPA,
belajar siswa berkategori tuntas dan
pada umumnya adalah jalan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah masuk
sesuatu yang siswa harus mengerti, tidak
dalam kategori sangat terampil sehingga
hanya bergantung pada belajar dari guru
tidak harus dilanjutkan lagi karena sudah
atau
memenuhi indikator keberhasilan.
masalah (problem solving) merupakan
dimana
Teori penelitian
ini
Fahriyatie
(problem
buku-buku
solving)
saja.
bisa
Pemecahan
didukung
oleh
suatu teknik yang dianggap efektif untuk
(2015)
yang
memahami pelajaran. Karena siswa
menunjukkan bahwa penerapan metode
langsung
pemecahan masalah melalui pengajaran
permasalahan dan realita kehidupan
langsung
dalam
nyata, maka apa yang telah dipelajari
mengembangkan siswa agar merika
akan bermakna. Pembelajaran yang
dapat berpikir secara ilmiah dan mampu
bermakna ini tidak akan memberi
mengembangkan daya nalar mereka
kesulitan
untuk
dalam
untuk memahami konsep dan prinsip
pembelajaran serta bisa memajukan
yang dipelajari secara utuh. Dengan
kualitas proses serta hasil belajar siswa.
adanya metode pemecahan masalah
Hasil penelitian Surya Haryandi (2012)
(problem
dan Herman (2013) juga menunjukkan
mempermudah
bahwa penerapan metode pemecahan
mengeksplor pengetahuan baru yang ia
masalah
miliki dan dapat bertanggung jawab
sangat
mengatasi
sangat
efektif
masalah
efektif
dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
dan
keterampilan
kepada
dan percepatan bagi siswa
solving)
maka siswa
bisa dalam
terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Meningkatnya keterlaksanaan RPP
dihadapkan
Disamping itu, juga mampu mendorong
pemecahan
mereka melakukan evaluasi sendiri baik
maslah siswa berdampak pada tes hasil
untuk hasil ataupun proses belajar. Salah
belajar siswa, dimana bisa diketahui dari
satu faktor penyebab meningkatnya
tiap siklus bahwa tes hasil belajar siswa
hasil belajar ialah dipengaruhi oleh
mengalami
seiring
penggunaan model pengajaran langsung.
meningkatnya keterlaksanaan RPP dan
Menurut (Nur, 2008) dalam bukunya
keterampilan pemecahan masalah siswa.
menjelaskan bahwa model pengajaran
Hal ini
pemikiran
langsung merupakan suatu model yang
Suriyansyah (2014) dalam bukunya
dirancang untuk mengajarkan siswa
bahwa
terhadap pengetahuan yang tersruktur
peningkatan
cocok terhadap
dengan
melalui
pemecahan
136
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
dan bisa diajarkan secara berurutn.
sungguh-sungguh
Model ini sangatlah sesuai digunakan
memberikan dampak untuk hasil
untuk
belajarnya.3) Fase 3: Membimbing
metode
pemecahan
masalah
yaitu
maka
akan
(problem solving) Wankat & Oreovocz,
pelatihan
guru
meminta
sebab metode ini perlu diajarkan tahap
siswanya untuk menyelesaikan soal
demi tahap kepada siswa.
pada LKS bersama teman sebangku dan berkeliling sambil membing siswa.4)
SIMPULAN
Fase
4:
Mengecek
Berdasarkan penjabaran hasil
pemahaman dan memberi umpan
penelitian yang telah diperoleh, maka
balik yaitu guru meminta siswa
dapat
bahwa
mengerjakan soal latihan mandiri dan
meningkatkan hasil belajar siswa bisa
mencek hasil jawaban siswa.5) Fase
melakukan cara dengan menggunakan
5:
metode pemecahan masalah (problem
melakukan
solving)
penerapan yaitu guru memberikan
diambil
dalam
simpulkan
setting
pengajaran
langsung dapat dilakukan dengan cara
Memberi
kesempatan
latihan
lanjutan
untuk dan
penugasan untuk siswa.
sebagai berikut: 1) Fase 1: Mempersiapkan peserta didik dan menyampaikan tujuan, yaitu meberi
motivasi
kepada
siswa
dengan memberikan sebuah sebuah kasus sederhana dalam kehidupan sehari-hari, menuliskan judul materi dan menyampaikan tujuan apa saja yang mau dicapai. 2) Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yaitu guru menjelaskan materi
dengan
memberikan
sebaik-baiknya,
contoh
soal
mendemonstrasikan penyelesaianya
dan
serta cara
inilah
yang
Arikunto,
S.
(2010).
Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fahriyatie. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Impuls dan Momentum Menggunakan Metode Pemecahan Masalah Melalui Pengajaran Langsung di SMA Negeri 5 Banjarmasin. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak Dipublikasikan. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
memberikan
mereka kesempatan bertanya. Pada fase
DAFTAR PUSTAKA
harus
lebih
ditekankan karena pada fase ini, bila siswa tidak memperhatikan dengan
Herman. Wati, M. & Suyidno . (2013). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII D SMP Negeri 13 Banjarmasin pada Materi Ajar Gerak Lurus Melalui Pengajaran Langsung
137
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5 no.1, Februari 2017
dengan Metode Problem Solving. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, Vol 2, No 2 (2014), 194-207. Diakses 13 Februari 2016. Haryandi, S. (2012). Meningkatkan Kemampuan Analisis Sintetis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Banjarmasin pada Materi Ajar Perpindahan Kalor Melalui Penerapan Pengajaran Langsung dengan Metode Problem Solving. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, Vol 1, No 3 (2013), 104-113. Diakses 13 Februari 2016. Murti,
B. (2011). Validitas dan Reliabilitas Pengkuran. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Nur, M. (2008). Model Pengajaran Langsung. Jawa Timur: PSMS.
Ratumanan, T G & Theresia L. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University Press. Suriansyah, A, dkk. (2014). Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wankat, P. C & Oreovicz. (1993). Teaching Engineering. New York: Mc. Graw-Hill. https://engineering.purdue.edu/ ChE/AboutUs/Publications/Te achingEng/Book.pdf. Diakses, 25 Februari 2016. Widoyoko, E P. (2015). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tanggal 23 Mei 2007 Tentang Standar Pengalolaan Pendidikan Dasar dan Menengah
.
138