Implementasi Prinsip Larangan Praktik Monopoli Dalam Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Murni Dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura Email :
[email protected] Abstrak Salah satu larangan yang dapat dikualifikasikan sebagai pelanggaran UUPU adalah melakukan tindakan praktik monopoli. Ketentuan Pasal 17 UUPU menjadi parameter yuridis untuk mengkualifikasikan suatu tindakan termasuk praktik monopoli atau bukan. Pertimbangan hakim (ratio decidendi) komisioner untuk menetapkan pelanggaran terhadap prinsip larangan praktik monopoli jika terdapat unsur-unsur pasal 17 ayat (2) UUPU yang meliputi: a) non substitution; b) barrier to entry; c) dan market share. Implemetasi prinsip larangan praktik monopoli dalam putusan KPPU harus didasarkan pada ada tidaknya kepentingan umum (public interest) yang dirugikan oleh pelaku usaha. Kata Kunci : Putusan KPPU, Larangan Praktik Monopoli, Persaingan Usaha. Abstract One of the restrictions that can be qualified as a violation UUPU is taking action monopolistic practices . The provisions of Article 17 UUPU become juridical parameters to qualify an act including monopolistic practices or not Consideration of judges ( ratio decidendi ) commissioner to establish a violation of the principle of prohibition of monopolistic practices if there are elements of article 17 paragraph ( 2 ) UUPU which include: a) non- substitution ; b ) barrier to entry ; c ) and market share . Implementation of the principle of the prohibition of monopolistic practices in the Commission 's decision should be based on the existence of public interest (public interest) are harmed by business actors. Keywords :KPPU decision, The prohibition of monopolistic practices, Bussiness Competition Pendahuluan
praktik monopoli” juga bukan kata
Laranganpraktik monopoli ditem-
yang tanpa makna. Bagi pelaku
patkan oleh pembentuk undang-un-
usaha kata tersebut cukup berarti
dang sebagai bagian dari judul
terhadap peletakan strategi bisnis
Undang-undang Persaingan Usaha
dalam perusahaan. Dalam tataran
Nomor 5 Tahun 1999 (selanjutnya
yuridis dalam UUPUterdapat dua
disebut dengan UUPU) bukan tanpa
kata memiliki kemiripan yang digu-
sebab dan alasan. Kata ”Larangan-
nakan secara berganti-ganti, yakni 18
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
kata ”monopoli” dan ”praktik mono-
19
Usaha (selanjutnya disebut KPPU).
poli”. Kendatipun demikian, dari
Dari beberapa larangan yang
segi makna kedua istilah tersebut
diatur dalam UUPU, terdapat salah
terkandung perbedaan yang cukup
satu larangan yang dapat dikualifi-
mendasar. Kata “praktik monopoli”
kasikan sebagai pelanggaran UUPU
menjadi
adalah melakukan tindakan praktik
prinsip
larangandalam
UUPU sementara itu ”monopoli”
monopoli.
tidak dijadikan sebagai prinsip lara-
UUPU adalah parameter yuridis
ngan dalam UUPU. Hal ini menun-
untuk
jukkan bahwa pada dua kata tersebut
tindakan termasuk praktik monopoli
memang memiliki arti dan makna
atau bukan. KetikaKPPU menemu-
yang berbeda.
kan salah satu dari kriteria pasal
Mengingat sudah menjadi karak-
Ketentuan
Pasal
mengkualifikasikan
17 suatu
tersebut telah dilakukan oleh pelaku
ter bagi setiap pelaku usaha jika
usaha, maka KPPU
selalu ingin menguasai pasar dan
melakukan penyidikan dan penyeli-
memenangkan persaingan didalam
dikan kepada pelaku usaha yang
pasar,
maka
tidak
bersangkutan. Sebagai lembaga pe-
pelaku
usaha
melakukan
segan-segan tinda-
ngawas
kegiatan
berhak untuk
pelaku
usaha,
kan-tindakan yang cenderung meng-
KPPU memiliki kewenangan yang
abaikan kode etik yang lazim dite-
cukup besar terhadap segala bentuk
rapkan dalam bisnis bahkan tidak
perilaku pelaku usaha yang melang-
peduli umtuk melanggar aturan
gar Pasal 35 UUPU.
hukum. Oleh sebab itu, tidak jarang
KPPU
memiliki
kewenangan
beberapa pelaku usaha dihadapkan
menangani perkara yang berbeda
pada persoalan pelanggaran aturan
dengan pengadilan perdata yang
hukum, khususnya hukum
persai-
menangani hak-hak perorangan yang
ngan usaha dan menjadi pihak yang
bersifat privat, karena perkara yang
harus mempertanggung jawabkan
ditangani KPPU bersifat publik. Hal
segala
pelanggarannya
ini sesuai dengan tujuan Hukum
dihadapan badan yang mengawasi
persaingan usaha yang tercantum
perilakupelaku usaha di Indonesia,
dalam Pasal 3 huruf a, yaitu untuk
yaitu Komisi Pengawas Persaingan
”menjaga kepentingan umum dan
tindakan
20
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
meningkatkan
efisiensi
ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat” (Anggara, 2009 : 163). Sehingga tugas KPPU harus menjaga kondisi perekonomian nasionalagar tercipta iklim persaingan usaha yang sehat melalui putusan-putusan yang dibuatnya
tidak
terdistorsi
oleh
kepentingan kelompok tertentu saja. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan berikut, bagaimanakah implementasi prinsip larangan praktik monopoli dalam putusan KPPU (melalui putusan hakim komisioner) ? Untuk mengkajinya dapat dicermati dari pertimbangan hakim komisioner (ratio decidendi) dalam putusannya.
Mencermati rumusan Pasal 17 di atas memberi pemahaman bahwa pelaku usaha akan dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran jika perilakunya memenuhi kualifikasi unsur-unsur dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a, b,
Pembahasan 1.
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), apabila: a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya;atau b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau c. pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Praktik
atau c. Unsur-unsur itu bersifat alter-
Parameter yang digunakan oleh
satu unsur saja seorang pelaku usaha
Prinsip
Larangan
Monopoli Dalam UUPU UUPU untuk mengetahui pelaku usaha melakukan monopoli atau tidak, terdapat dalam Pasal 17 UUPU, disebutkan bahwa, (1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
natif artinya cukup terdapat salah sudah dapat dikualifikasikan sebagai telah melakukan kegiatan praktik monopoli. Pada
asasnya
segala
bentuk
kegiatan maupun perjanjian yang dilakukan pelaku usaha jika mengkibatkan
praktik
monopoli
dan
21
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
persaingan usaha tidak sehat adalah
tanpa kendali dan pengawasan dari
dilarang. Monopoli tidak dilarang
negara, tidak lagi mempertimbang-
sepanjang
kan aspek ekonomi, akhirnya yang
tidak
mengakibatkan
praktik monopoli dan persaingan
terjadi
usaha tidak sehat, karena tidak
mematikan, yang kuat menghancur-
semua monopoli merugikan ada juga
kan
monopoli
menguntungkan
persaingan yang seharusnya mem-
(aspek positif monopoli). Sedangkan
beri kesejahteraan yang maksimal
yang dimaksud dengan aspek negatif
kepada masyarakat dan kesempatan
monopoli adalah pengertian dari
yang sama kepada pelaku usaha
praktik monopoli itu sendiri, yakni
tidak dapat terwujud.
yang
kegiatan monopoli yang senantiasa menimbulkan
inefesiensi
persaingan
yang
lemah,
yang maka
saling tujuan
Berdasarkan pengertian monopoli
sumber
yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1
daya dan kerugian pada masyarakat.
UUPU, terkandung dua unsur pen-
Monopoli dan persaingan sebagai
ting dalam monopoli, yaitu (1)
dua konsep yang memiliki sisi positif
adanya penguasaan atas produk, dan
bagi persaingan dan sisi negatif bagi
atau pemasaran barang dan atau atas
monopoli hal itu merupakan pandan-
penggunaan jasa tertentu, (2) dilaku-
gan yang sangat sederhana. Kalau
kan oleh satu pelaku usaha atau satu
dikaji lebih jauh, kedua konsep itu
kelompok pelaku usaha.
saling memiliki aspek-aspek positif
Adapun bentuk kegiatan pengua-
maupun aspek negatif, tergantung
saan atas produksi dan pemasaran
sasaran apa yang hendak dicapai dari
yang dilarang itu memiliki kriteria
masing-masing. Misalnya, monopoli
sebagai berikut : (1) penguasaan atas
yang dilakukan untuk melindungi
produksi,
sumber daya yang vital dari eksploi-
pemasaran produksi atau jasa, (3)
tasi pihak-pihak yang mencari keun-
barang dan jasa yang berada di
tungan sendiri, maka monopoli itu
bawah penguasaan itu tidak ada
dianggap sebagai sisi positif dari
substitusinya di pasar, (4) praktik
monopoli. Sebaliknya, persaingan
tersebut mengakibatkan terjadinya
yang berkonotasi baik bisa beraspek
monopoli atau persaingan usaha
negatif, jika persaingan itu terjadi
tidak sehat (Ginting, 2001 : 68)
(2)
penguasaan
atas
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
22
Hal ini artinya penguasaan atas
Konsep praktik monopoli menga-
produk dan pemasaran suatu produk-
rah
si tidak dilarang oleh undang-undang
kekuatan ekonomi, artinya terdapat
sepanjang tidak meniadakan atau
korelasi antara praktik monopoli
mengurangi persaingan di pasar
dengan pemusatan ekonomi. Pemu-
(lessen competition), seperti kasus
satan kekuatan ekonomi jangkauan-
paling aktual saat ini yang dilakukan
nya lebih luas daripada sekedar
oleh Carrefour.
penguasaan pasar (bidang pemasa-
pada
pengertian
pemusatan
Didalam Pasal 1 ayat (2) UUPU
ran) karena menyangkut juga pada
memuat pengertian dari praktik
bidang produksi. Penguasaan pasar
monopoli, yang mengandung unsur-
mengakibatkan berkurangnya per-
unsur : (1) Terjadinya pemusatan
saingan (lessen competition) uji
kekuatan ekonomi pada satu atau
materiilnya melalui struktur pasar
lebih pelaku usaha, (2) Terdapat
sedangkan
penguasaan
atau
ekonomi menimbulkan konglomera-
pemasaran barang atau jasa tertentu,
si batu ujinya melalui perilaku pasar.
(3) Terjadinya persaingan usaha
Untuk membuktikan unsur-unsur
tidak sehat, (4) Tindakan tersebut
yang terdapat didalam Pasal 17 ayat
merugiakan
(2)UUPU harus dapat dipenuhi,
atas
produksi
kepentingan
umum
(Kagramanto, 2007 : 181)
pemusatan
kekuatan
yakni : (1) Tidak terdapat produk
Jika dibandingkan dengan kriteria
substitusinya, (2) Pelaku usaha lain
praktik monopoli terdapat dalam
sulit masuk kedalam pasar persai-
Pasal 17 ayat (2), yang memuat
ngan terhadap produk yang sama
unsur-unsur : (1) Melakukan perbua-
dikarenakan hambatan masuk yang
tan penguasaan atas suatu produk, (2)
tinggi, (3) Pelaku usaha lain tersebut
Melakukan perbuatan atas pemasa-
adalah pelaku usaha yang mempu-
ran suatu produk, (3) Penguasaan
nyai kemampuan bersaing yang
tersebut dapat mengakibatkan terjad-
signifikan dalam pasar bersangkutan,
inya praktik monopoli, (4) pengua-
(4) Satu atau satu kelompok pelaku
saan tersebut dapat mengakibatkan
usaha telah menguasai lebih dari
terjadinya persaingan usaha tidak
50% pangsa pasar suatu jenis produk
sehat.
(Winardi, 1996 : 457)
23
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
Pengertian
unsur-unsur
akan
tidak terjadi persaingan. Pasar
dijelaskan sebagai berikut :
yang tidak persaingan, pelaku
1. Produk substitusi
usaha
Didalam Kamus Ekonomi, substitutional
goods
benda-benda
pengganti,
cenderung
menentukan
harga sesuai dengan kehendak-
artinya
nya. Sehingga konsumen tidak
yaitu
memperoleh harga murah yang
adanya hubungan antara dua
lebih kompetitif dibandingkan
benda atau lebih, demikian rupa
dengan harga yang ditetapkan.
hingga benda x dapat mengganti-
Istilah substitusi juga ditemu-
kan benda y. Dengan demikian
kan
pengertian ini dapat dibedakan
bersangkutan yang terdapat pada
dengan pengertian benda-benda
Pasal 1 angka 10 UUPU, disebut-
komplementer. Benda komple-
kan bahwa:
menter berfungsi sebagai benda
”Pasar bersangkutan adalah pasar
pelengkap dari benda utama,
yang berkaitan dengan jangkauan
tetapi tidak menggantikan fung-
atau daerah pemasaran tertentu
sinya.
oleh pelaku usaha atas barang dan
didalam
definisi
pasar
Beranjak dari pengertian di
atau jasa yang sama atau sejenis
atas, terjadinya praktik monopoli
atau substitusi dari barang dan
didalam pasar ditandai dengan
atau jasa tersebut”.
adanya satu jenis produk dalam
Untuk menilai sifat substitusi
pasar yang bersangkutan, tidak
dari suatu produk dengan produk
ditemukan barang pengganti yang
yang lain dapat digunakan dengan
menjadi alternatif bagi konsumen
menggunakan pendekatan terha-
untuk memilih jenis lainnya yang
dap elastisitas permintaan dan
lebih murah. Akibatnya penjual
penawaran melalui analisis prefe-
produk tersebut dapat memainkan
rensi konsumen. Dalam melaku-
harga karena pasarnya berada
kan analisis preferensi konsumen
dalam penguasaannya.
digunakan tiga parameter utama
Oleh karena pasar hanya dikuasai
satu
jenis
sebagai alat pendekatan, yaitu
barang
harga, karakter, dan kegunaan
tertentu, maka didalam pasar
(fungsi) produk.(Assahinur, 2009
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
24
: 18) Produk dalam suatu pasar
alami industri yang merupakan
tidak harus bersifat perfect substi-
natural monopoly.
tutes, karena sulit untuk menemukannya, oleh sebab itu bisa dengan konsep close substitutes.
3.
Penguasaan Pasar (Market Share) Menjadi
penguasa
dalam
Produk dalam suatu pasar tidak
suatu jenis pasar merupakan hara-
harus memiliki kualitas yang
pan dari setiap pelaku usaha,
sama, oleh sebab itu, sepanjang
dengan menjadi penguasa yang
konsumen menentukan bahwa
nyata atas suatu pasar berarti
produk terkait memiliki karakter
pemusatan
dan fungsi yang sama, maka
telah berada dalam genggaman
produk tersebut dapat dikatakan
pelaku usaha tersebut. Dengan
sebagai substitusi satu dengan
kekuatan pasar yang dimilikinya
lainnya. Untuk menerapkan Pasal
itu pelaku usaha dapat menentu-
1 angaka 10 telah dikeluarkan
kan harga barang atau jasa dan
peraturan KPPU No.3 Tahun
dampak selanjutnya adalah keun-
2009 tentang Pedoman Penerapan
tungan yang optimal pasti akan
Pasal 1 Angka 10 Tentang Pasar
dapat diraihnya. Adapun wujud
Bersangkutan.
penguasaan
kekuatan
pasar,
ekonomi
dilakukan
dengan cara: 1). Jual rugi (preda2.
Barrier to entry
tory Pricing) dengan maksud
Bentuk Barrier to entry dapat
untuk mematikan pesaingnya, 2).
berasal dari dua hal, yaitu dari sisi
Melalui pratik penetapan biaya
perusahaan dari sisi kebijakan
produksi secara curang serta
publik dari sisi perusahaan strate-
biaya lainnya yang menjadi kom-
gi yang diterapkan tidak hanya
ponen harga barang, serta, 3).
untuk menjaga kekuatan pasarnya
Perang harga maupun persaingan
melainkan juga mempertahankan
harga (Fahmi, 2009 : 139).
laba monopolisnya. Sedangkan yang
berasal
dari
kebijakan
Berbagai bentuk tindakan penguasaan
pasar
seperti
ini
pemerintah biasanya memiliki
hanya mugkin
dilakukan oleh
tujuan tertentu, seperti kondisi
pelaku
yang
usaha
memiliki
25
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
market
power.
Tolok
ukur
Persaingan Usaha yang selanjutnya
penguasaan pasar tidak harus
disebut Komisi”, dan didalam Pasal
menguasai
100%,
30 ayat (3) disebutkan bahwa,
penguasaan sebesar 50% atau
”Komisi bertanggung jawab kepada
75% saja sudah dapat dikatakan
Presiden”. Selanjutnya Pasal 34 ayat
memiliki market power.
(1) menegaskan bahwa, ”Pembentu-
sebesar
Seperti didalam Pasal 17,
kan Komisi serta susunan organisasi,
kriteria menguasai pasar diberi-
tugas, dan fungsinya ditetapkan
kan batas lebih dari 50%, pelaku
dengan Keputusan Presiden”. Ak-
usaha yang menguasai pasar sebe-
hirnya KPPU didirikan pada tanggal
sar 50% dapat diduga atau diang-
8 Juli 1999 berdasarkan Keputusan
gap melakukan praktik monopoli
Presiden Republik Indonesia Nomor
yang
75 Tahun 1999 tentang Komisi
merugikan
kepentingan
umum. Pasal 17 bersifat rule of
Pengawas
reason, untuk dapat membuktikan
Dengan
adanya kerugian masyarakat perlu
Hukum
dilakukan berbagai penelitian dan
pengawasan terhadap pelaku usaha
kajian dari ahli hukum dan ahli
berada dalam kewenangan KPPU.
ekonomi.
Persaingan demikian,
penegakan
Persaingan
Sebagai
Usaha.
Usaha
lembaga
serta
pengawas
kegiatan pelaku usaha, KPPU memi2.
KPPU Sebagai Lembaga
Pengawasan
Kegiatan
Pelaku
Usaha
liki kewenangan yang cukup besar terhadap segala bentuk perilaku pelaku usaha. Kewenangan tersebut meliputi
Di
Indonesia
berwenang
lembaga
menjalankan
penyidikan,
penuntutan,
yang
konsultasi, memeriksa, mengadili,
fungsi
dan memutus perkara pelanggaran
pengawasan kegiatan pelaku usaha
hukum
adalah Komisi Pengawas Persaingan
usaha. Namun bukan berarti tidak
Usaha atau disingkat dengan KPPU.
ada lembaga lain yang berwenang
Pasal 30 ayat (1) UUPU menyebut-
menangani perkara monopoli dan
kan,”Untuk mengawasi Undang-un-
persaingan usaha, Pengadilan Negeri
dang ini dibentuk Komisi Pengawas
(PN) dan Mahkamah Agung (MA)
persaingan
oleh
pelaku
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
26
juga diberi wewenang untuk mena-
perkara yang bersangkutan.
ngani perkara persaingan. Penga-
Untuk menjaga independensi dan
dilan Negeri diberi wewenang untuk
integritas anggota Komisi,
menangani keberatan terhadap putu-
syaratan
san KPPU. dan menangani pelangga-
Komisi telah dirumuskan dalam
ran hukum persaingan yang menjadi
Pasal 31 sampai dengan Pasal 34.
perkara pidana karena tidak dijalan-
Dalam persyaratan tersebut dikehen-
kannya putusan KPPU yang sudah in
daki anggota-anggota terpilih dan
kracht.
terpercaya
Sedangkan
MA
diberi
untu
menjadi
(credible).
per-
anggota
Integritas
kewenangan untuk menyelesaikan
moral dan kepercayaan untuk memi-
perkara pelanggaran hukum persai-
lih seseorang adalah unsur penting
ngan apabila terdapat keberatan atas
yang sangat menentukan apalagi
putusan PN tersebut dengan menga-
sebagai anggota komisi yang terkait
jukan kasasi. Putusan MA harus
dengan dunia bisnis dan pelaku
dijatuhkan dalam waktu 30 hari sejak
usaha, maka kepribadian dan integri-
permohonan kasasi diterima.
tas memegang peranan kunci (plays
Pada Pasal 30 ayat (2) menegaskan bahwa, ”Komisi adalah suatu
a key role) dalam menangani perkara persaingan.
Lembaga Independen yang terlepas
Atas dasar peran KPPU sebagai
dari pengaruh dan kekuasaan Peme-
lembaga pengawas, maka tugas
rintah serta pihak lain”. Hal ini berar-
yang disandang oleh KPPU didalam
ti bahwa KPPU merupakan lembaga
Pasal 35. Sebagai tindak lanjut atas
yang independen. Hal ini ditegaskan
tugas yang dibebankan, KPPU juga
lagi dalam Keppres nomor 75 Tahun
mempunyai wewenang yang terca-
1999 yang terdapat pada Pasal 6 ayat
kup dalam Pasal 36. Jika dicermati
(2) bahwa, anggota Komisi yang
tugas dan wewenang KPPU dalam
menangani perkara dilarang:
pasal-pasal tersebut,
a. mempunyai hubungan sedarah
kewenangan KPPU hanya terbatas
sebenarnya
atau semenda sampai derajat ke
pada
tiga dengan salah satu pihak yang
meskipun terdapat kewenangan yang
berperkara; atau
mirip badan penyidik, namun tugas
b. mempunyai kepentingan dengan
kewenangan
administratif,
penyidikan, penuntutan dan pemutus
27
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
itu dalam rangka memberikan sanksi
mencari kebenaran materiil diperlu-
hukuman
semata.
kan keyakinan KPPU bahwa pelaku
Demikian juga dengan kekuatan
usaha melakukan atau tidak melaku-
hukum dari putusan KPPU mempu-
kan perbuatan yang menyebabkan
nyai kekuatan eksekutorial, yaitu
terjadinya praktik monopoli dan
keputusan yang sederajat dengan
persaingan tidak sehat. (Wibowo dan
keputusan hakim, oleh sebab itu
Sinaga, 2005 : 365)dan KPPU mulai
putusan
langsung
melakukan pemeriksaan (pendahulu-
dimintakan eksekusi (Fiat Excecutie)
an) jika terdapat salah satu indikasi
pada
yang
dari perbuatan berikut ini : (1) Atas
berwenang tanpa harus beracara
inisiatif Komisi sendiri apabila ada
sekali lagi di pengadilan tersebut.
dugaan telah terjadinya pelanggaran
(Pasal 46 ayat (2) UUPU).
Undang-undang Anti Monopoli, (2)
administrasi
KPPU Pengadilan
dapat
Negeri
Proses penyelidikan dan pemerik-
Atas laporan tertulis dari pihak yang
saan merupakan salah satu bagian
merasa dirugikan;setiap orang yang
dari proses beracara di KPPU.
mengetahui atau patut diduga telah
Hukum acara di KPPU ditetapkan
terjadi pelanggaran terhadap Un-
pertama kali melalui Surat Keputu-
dang-undang Anti Monopoli, (3)
san Nomor 05/KPPU/Kep/IX/2000,
Atas laporan tertulis dari setiap orang
tentang Tata Cara Penyampaian
yang mengetahui atau patut diduga
Laporan dan Penanganan Dugaan
telah terjadi pelanggaran terhadap
Pelanggaran Terhadap UU No.5
Undang-undang
Tahun 1999. Surat Keputusan terse-
(Fuady, 1999 : 104).
Anti
Monopoli
but telah diubah menjadi Peraturan
Berdasarkan hasil pemeriksaan
Komisi No.1 Tahun 2006, tentang
pendahuluan yang diperoleh, jika
Tata Cara Penanganan Perkara di
hasilnya adalah penetapan untuk
KPPU yang mulai efektif berlaku
melakukan pemeriksaan lanjutan,
pad tanggal 18 Oktober 2006.
maka
akan
dilakukan
tindakan
Proses penyelidikan dan pemerik-
penyelidikan dan pemeriksaan. Pihak
saan merupakan prosedur yang dike-
yang melaporkan harus memberikan
nal dalam hukum pidana yaitu proses
identitasnya kepada KPPU dan wajib
mencari kebenaran materiil. Dalam
dirahasiakan identitas pelapor oleh
28
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
KPPU.
disimpulkan
Mekanisme pemeriksaan perkara
terhadap
adanya Hukum
pelanggaran Persaingan.
oleh KPPU pada prinsipnya sama
Mekanismenya, KPPU akan mem-
dengan
pemeriksaan
bentuk suatu Majelis Komisi untuk
dalam hukum acara pidana, namun
melakukan pemeriksaan terhadap
terdapat sedikit perbedaan dalam hal
pelaku usaha dan saksi. Dalam
siapa yang dimaksud dengan subyek
pemeriksaan tersebut majelis Komisi
pelapor dalam perkara persaingan
dibantu oleh staf komisi. Jika peme-
usaha. Dalam pemeriksaan perkara
riksaan perkara dilakukan atas dasar
yang didasarkan atas dasar laporan
inisiatif komisi, maka pada penulisan
adalah pemeriksaan yang dilakukan
nomor perkara adalah sama hanya
karena adanya laporan dari ma-
saja menggunakan tanda I (Inisiatif).
pengertian
syarakat atau pelaku usaha yang
Pemeriksaan
perkara
dalam
persaingan
usaha
dirugikan oleh tindakan pelaku usaha
hukum
yang dilaporkan. Setelah menerima
terdapat 2 (dua) jenis, yaitu pemerik-
laporan, KPPU menetapkan majelis
saan pendahuluan dan pemeriksaan
komisi yang akan bertugas memerik-
lanjutan. Untuk melakukan pemerik-
sa dan menyelidiki pelaku usaha
saan pendahuluan ini harus didasar-
yang dilaporkan. Dalam menjalan-
kan pada laporan masyarakat, pihak
kan tugas, majelis komisi dibantu
yang dirugikan atau pelaku usaha.
oleh staf komisi. Pemeriksaan perka-
Berdasarkan
ra yang dilakukan atas dasar laporan
KPPU menetapkan apakah perlu
menggunakan
perkara:
dilakukan pemeriksaan lanjutan atau
Nomor perkara/KPPU-L (laporan)/
tidak. Jika dianggap perlu, maka
Tahun, sedangkan perkara yang
KPPU akan melakukan pemeriksaan
diperiksa bukan atas dasar laporan
kepada pelaku usaha yang dilapor-
pada nomor perkara tidak terdapat
kan. KPPU juga dapat mendengakan
kode L (laporan).
keterangan saksi, saksi ahli atau
nomor
acara
laporan
masyarakat
Pemeriksaan atas dasar inisiatif
pihak lain yang dianggap memiliki
KPPU didasarkan karena adanya
keterangan yang diperlukan. Namun
dugaan atau indikasi dari hasil
dalam melaksanakan tugas pemerik-
pengamatan dan persepsi sendiri
saan itu KPPU wajib melengkapi
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
dirinya dengan surat tugas.
ngan pemeriksaan lanjutan tersebut
Di dalam Pasal 41 Hukum Persaingan
Usaha
29
dan juga tidak dijelaskan lebih lanjut
menekankan
apa akibat hukumnya jika jangka
bahwa selama melaksanakan tugas
waktu 60 hari dan tambahan 30 hari
penyelidikan (pemeriksaan pendahu-
tersebut tidak dapat dipenuhi oleh
luan)
KPPU.KPPU
dan
pemeriksaan
lanjutan
dalam
melakukan
pelaku usaha atau pihak lain yang
pemeriksaan melalui beberapa taha-
diperiksa
pan, yaitu: 1). Panggilan, 2). Peme-
mempunyai
kewajiban
menyerahkan alat bukti yang diperlukan dan dilarang menolak untuk
riksaan, 3). Pembacaan Putusan. Tahap
pemanggilan
kepada
diperiksa, dilarang menolak mem-
pelaku usaha, saksi, atau pihak lain
berikan informasi, dan dilarang
yang
menghambat proses penyelidikan
proses pemeriksaan dilaksanakan.
dan pemeriksaan (lanjutan) yang
Surat panggilan mengundang yang
dilakukan KPPU, oleh sebab itu, jika
bersangkutan untuk hadir dalam
terdapat penolakan dari pelaku usaha
proses pemeriksaan. Dalam surat
atau pihak lain maka yang bersang-
panggilan memuat tanggal, hari, jam
kutan akan diserahkan kepada pe-
sidang serta tempat persidangan
nyidik untuk selanjutnya diproses
dilangsungkan. Jika terdapat pelaku
sesuai
usaha atau saksi yang dipanggil
dengan
ketentuan
yang
berlaku.
terkait
dilakukan
sebelum
tetapi tidak hadir dalam persidangan
Adapun jangka waktu dalam pemeriksaaan
lanjutan
dapat diancam dengan tindakan tidak
diberikan
kooperatif yang melanggar Pasal 42,
oleh Pasal 43 selambat-lambatnya 60
selanjutnya perkara akan dilimpah-
(enam puluh) hari sejak dilakukan
kan ke kepolisian (Pasal 41) dengan
pemeriksaan lanjutan. Namun jika
demikian perkara tersebut sudah
diperlukan tambahan waktu karena
berubah menjadi perkara pidana.
pemeriksaan dirasakan belum selesai masih
dapat diperpanjang paling
Pada prinsipnya terhadap perkara apapun, pidana, perdata maupun
lama 30 (tiga puluh) hari. Tidak
persaingan
dijelaskan
undang-undang
dilarang menghambat proses pe-
apakah alasan dilakukan perpanja-
nyelidikan atau pemeriksaan dengan
dalam
usaha,
setiap
orang
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
30
tidak bersedia memberikan informasi
terdapat dua tahapan yaitu, pertama,
atau alat bukti yang dapat men-
pemeriksaan oleh KPPU. Kedua,
dukung
pemeriksaan.
pemberian kesempatan pada pelaku
Demikian juga dengan pelaku usaha
usaha untuk menyampaikan keteran-
tidak boleh menolak memberikan
gan atau dokumen. Pemeriksaan
informasi maupun alat bukti baik itu
pembuktian menetapkan bahwa yang
berupa dokumen atau surat-surat
dapat dijadikan alat bukti dalam
yang menurut KPPU diperlukan
pemeriksaan terdiri dari: keterangan
dalam penyelidikan atau pemerik-
saksi, keterangan ahli, surat dan atau
saan.
dokumen,
jalannya
petunjuk,
keterangan
Sebelum dilakukan pemeriksaan,
terlapor/saksi pelaku usaha. Ketera-
KPPU wajib menjelaskan selengkap
ngan saksi ahli diperlukan bilamana
mungkin dokumen dan alat bukti apa
perkara yang diperiksa termasuk
saja yang dibutuhkan dalam pemer-
katagori perkara rumit. (Fahmi, 2009
iksaan tersebut sehingga pelaku
: 209). Apa yang dapat dijadikan
usaha dapat bersikap lebih kooperatif
sebagai ukuran bahwa suatu perkara
dengan mempersiapkan dokumen
termasuk ’perkara rumit’ tidak ter-
yang diperlukan tepat pada saat
dapat pedoman yang dapat dijadikan
diperlukan. Demikian juga dengan
sebagai acuan dalam mengukur ting-
timbal balik dari sikap kooperatif
kat kerumitan suatu perkara oleh
dari pelaku usaha, maka KPPU dian-
KPPU.
jurkan pula untuk sesegera mungkin
Dalam pemeriksaan pembuktian
mengembalikan dokumen data peru-
ini diperlukan sikap yang kooperatif
sahaan kepada pelaku usaha.
dari pihak-pihak yang diperiksa oleh
Tahap
pemeriksaan
meliputi
KPPU.
Apabila
tidak
terdapat
pemeriksaan administratif, pemerik-
kerjasama antar pihak yang diperiksa
saan pokok perkara, pemeriksaan
dengan KPPU, maka pemeriksaan
pembuktian. Prosedur pemeriksaan
akan diserahkan kepada badan pe-
administratif
nyidik umum untuk dilakukan pe-
adalah
pemeriksaan
identitas dan pembacaan hak-hak
nyidikan
pelaku usaha, saksi atau pihak lain.
untuk diperiksa oleh KPPU sekaligus
Pemeriksaan terhadap pokok perkara
juga diselidiki pelanggarannya terha-
terhadap
penolakannya
31
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
dap hukum persaingan usaha. Kalau
3. Putusan KPPU Yang Terkait
sudah dilimpahkan kepada penyidik
Dengan Praktik Monopoli.
umum, maka akan merubah status
3.1. Perkara
hukum perkara yang ditangani dari
PU-I/2003 tentang Jasa Peti
perkara administrasi (kasus persai-
Kemas Oleh PT. Jakarta
ngan dengan ancaman hukuman
International Cargo Terminal
administrasi) menjadi kasus pidana
Kasus ini berawal dari hasil moni-
(terkena ancaman hukuman pidana).
toring yang dilakukan oleh KPPU
Setelah dilakukan tahapan peme-
terhadap
Nomor
kegiatanusaha
04/KP-
dalam
riksaan dan pemeriksaan lanjutan
bidang jasa terminal pelayanan bong-
telah
rangkaian
kar muat petikemas di Pelabu-
proses pemeriksaan sebelum dijatuh-
hanTanjung Priok Jakarta Utara
kan putusan oleh KPPU. Keseluru-
yang dilakukan oleh PT. JAKARTA
han proses tersebut memakan waktu
INTERNATIONAL
60 (enam puluh) hari atau setelah
TERMINAL, disingkat dengan PT
diperpanjang selama 30 (tiga puluh)
JICT dan KERJA SAMA OPERASI
hari lagi. Putusan KPPU tentang
TERMINAL PETIKEMAS KOJA,
adanya pelanggaran praktik monopo-
disingkat dengan KSOTPK KOJA,
li dan persaingan usaha tidak sehat
terhadap PT. (PERSERO) PELABU-
harus dibacakan dalam sidang yang
HAN INDONESIA II, disingkat
dinyatakan terbuka untuk umum oleh
dengan PT. PELINDO II.
selesai
seluruh
CONTAINER
majelis Komisi yang beranggotakan
Dari hasil monitoring KPPU, di
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
anggota
putusan
Utara diduga terjadi praktikmonopoli
KPPU harus segera diberitahukan
dan atau persaingan usaha tidak sehat
kepada pelaku usaha yang diputus
dalam
melanggar tersebut berupa petikan
pelayananbongkar muat petikemas.
putusannya, dan menurut Pasal 43
Fakta-fakta yang diperoleh di lapan-
ayat (4), yang dimaksud dengan
gan menunjukkan bahwa kegiatan
pemberitahuan itu adalah menyam-
usaha jasa terminal pelayanan bong-
paikan petikan putusan KPPU).
karmuat petikemas di Pelabuhan
Komisi.
Hasil
bidang
jasa
terminal
Tanjung Priok Jakarta Utara jika
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
32
dihubungkan dengan Pasal 26 ayat
wewenangnya agar klausuldi dalam
(1)Undang-undang Nomor 21 Tahun
authorization agreement dihilangkan
1992 tentang Pelayaran,yang mene-
atau disesuaikan dengan jiwa,sema-
tapkan bahwa, ”penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada BadanUsaha Milik Negara, yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku”
ngat serta tujuan Hukum Persaingan.
Sedangkan didalam Pasal 26 ayat (2)dinyatakan bahwa, ”badan hukum Indonesia dapat diikutsertakan dalam penyelenggaraan pelabuhan umum atas dasar kerja sama dengan BUMN yangmelaksanakan pengusahaan pelabuhan” Berdasarkan penjelasan Pasal 26 ayat (2)
Undang-Undang
Nomor
21
Tahun 1992, bahwa, ”keikutsertaan badan hukum Indonesia dalam bekerja sama dengan BUMN dalam penyelenggaraan pelabuhan umumantara lain terhadap kegiatan jasa unit terminal peti kemas di pelabuhan, lapanganpenumpukan, penundaan, dan lain sebagainya. Sedangkan kegiatan penyediaanjasa kolam pelabuhan dalam rangka keselamatan hanya dapat dilakukan olehBUMN”
PT PELINDO III adalah pemegang hak pengelolaan pelabuhan umum sebagaimana diaturdidalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1991, telah memberikan konsesi pengelolaan terminal petikemas kepada PT JICT dengan jaminan bahwa tidak akanada pembangunan terminal petikemas sebagai tambahan dari Unit TerminalPetikemas I, Unit Terminal Petikemas II, dan Unit Terminal Petikemas III sebelumtercapainya throughput sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari kapasitas rancangbangunnya sebesar 3,8 juta. Adanya
klausul
authorization
agreement tersebut termasuk salah satu bentuk
perjanjian
ekslusif
yang dilarang oleh undang-undang sebab dapat menimbulkan hambatan strategis yang nyata bagi para pelaku usaha baru yangakan memasuki
KPPU telah menyampaikan saran
pasar bersangkutan pelayanan bong-
kepadaMeneg BUMN tertanggal 19
kar muat petikemas di pelabu-
Pebruari 2003 yang pada pokoknya
hanTanjung Priok. Hal ini ditegaskan
mengharapkanMenteri bersangkutan
bahwauntuk mendapatkan pelayanan
menggunakan segala pengaruh dan
bongkar muat petikemasdi pelabu-
33
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
han Tanjung Priok mereka harus
untuksecara bersama-sama melaku-
mengikatkan diri pada kontrak yang-
kan penguasaan produksi dan atau
bersifat
adanya
pemasaran barangdan atau jasa
kontrak yang mengikat tersebut,
yang dapat mengakibatkan praktik
maka mereka tidakakan dilayani PT
monopoli dan atau persainganusaha
JICT
tidak sehat”
ekslusif.
dan
Berdasarkan
KSO
Tanpa
TPK
fakta-fakta
KOJA. tersebut
Selanjutnya menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa PT JICT telah
PT JICT secara sah dan meyakinkan
melakukan penguasaan pasar pada
telah melanggar Pasal 17 ayat (1) dan
pasar
bersangkutansebagaimana
Pasal 25 ayat (1) huruf c.Mencermati
dimaksud pada Pasal 17 ayat (2)
pengaturan pasal tentang monopoli
huruf c.
dan penyalahgunaan posisi dominan
Berdasarkan pertimbangan terse-
yang terdapat dalam Hukum Persai-
but, maka Majelis Komisi menilai
ngan Usaha masing-masing diatur
dan berpandanganbahwa esensi dari
dalam Pasal 17 dan Pasal 25. Dengan
Agreement
menggunakan pendekatan rule of
bukan merupakancerminan kerjasa-
reason larangan penguasaan pangsa
ma sebagaimana dimaksud di dalam
pasar sebesar 50% didalam Pasal 17
Pasal 26 ayat (2) melainkan bentuk
dan 59% serta 75% didalam Pasal 25
transaksi pelimpahan kewenangan
dirasakan terlalu besar(Anggraini,
ataupun transaksi pelimpahan Hak
2010 : 474). Sebab penguasaan pasar
Monopoli dengan memberikan jami-
bukan
nan untuk menguasai 75% (tujuh
hukum anti monopoli, jika
puluh lima persen) pangsa pasar pada
tersebut dapat juga diraih melalui
pasar bersangkutan.dari PT PELIN-
aktivitas monopoli alamiah atau legal
DO sebagai BUMN.
berdasarkan persaingan pasar yang
klausul
Authorization
KPPU mempertimbangkan unsur-
merupakan
pelanggaran posisi
fair dan sehat(Gellhor dan Kovacic,
unsur pelanggaran Hukum Persai-
1994 : 121-122)
ngan yang terdapat dalam Pasal 4,
3.2. Perkara Nomor 03/KPPU-L
yaitu
/2004 tentang Pengadaan Holo-
”pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
gram Pita Cukai oleh PT. Pura Nusapersada
34
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
Kasus ini berawal dari laporan
yang sejenis sulit masuk menjadi
yang diterima KPPU tertanggal 19
pemasok hologram pita cukai kepada
Januari
perusahaan
Perum Peruri. Ini artinya didalam
sebagai terlapor I dan II diduga
pasar bidang cetak hologram pitacu-
melakukan
dalam
kai telah terjadi hambatan masuk
pengadaan hologram pita
(barrier to entry) yang diciptakan
cukai. Terlapor I adalah Perusahaan
oleh pelaku usaha yang sangat berpe-
Umum Percetakan Uang Republik
luang menimbulkan terjadinya prak-
Indonesia (Perum Peruri) dan Ter-
tik monopoli dan atau persaingan
lapor II adalahPT Pura Nusapersada.
usaha tidak sehat yang dilarang oleh
Kedua perusahaanmembuat kesepa-
hukum persaingan usaha.
rangka
2004.
Dua
kesepakatan
katan bahwa pasokan hologram pita
Oleh sebab itulah KPPU kemudi-
cukai kepada Perum Peruri selama
an melakukan serangkaian pemerik-
ini akan dilakukan olehPT Pura Nu-
saan pendahuluan untuk mendapat-
sapersada saja.
kan bukti-bukti yang diperlukan.
Kesepakatan mereka buat pada
Setelah dilakukan beberapa kali
tanggal9 Mei 1995 tertuang dalam
pemeriksaan pendahuluan yaitu pada
Surat Perjanjian Nomor SP-302/V/
tanggal 17 Maret 2004, 19 Maret
1995/204/DM/V/95. Kesepakatan itu
2004, dan 1 April 2004 Tim Pemerik-
tidak ada batas waktunya serta telah
sa
mendapat
pelanggaran
persetujuan
dari
oleh
menemukan
adanya
terhadap
indikasi ketentuan
Ditjen Bea dan Cukai pada tahun
Pasal 17 ayat (1), Pasal17 ayat (2)
1995. Adanya perjanjian tersebut
huruf b dan Pasal 25 ayat (1) huruf c
menyebabkan penguasaan produksi
UUPU.
hologrampita cukai rokok terpusat
Pemeriksaan pendahuluan dilaku-
pada satu pelaku usaha saja yaitu PT
kan terhadap Pelapor, Terlapor I dan
Pura Nusapersada. Akibatnya PT
Terlapor II.dan Ditjen Bea dan
Pura Nusapersada akan menjadi
Cukai. Dari serangkaian pemerik-
pemasok tunggal hologram pitacukai
saan pendahuluan tersebut dapat
pada Perusahaan Umum Percetakan
disimpulkan bahwa 1). Pelapor me-
Uang Republik Indonesia (Perum
rupakan badan usaha yang mempro-
Peruri) sementara pelaku usaha lain
duksi hologram tetapi masih mulai
35
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
memasarankan dan belum melaku-
Pasal , 17 ayat (2) huruf b dan Pasal
kan usaha komersiil, 2). Terlapor I
25 ayat (1) huruf c UUPU. Pasal 17
mempunyai tugas untuk mencetak
menentukan adanya praktik monopo-
uang kertas dan uang logam serta
li dan Pasal 25 tentang penyalahgu-
mencetak dokumen sekuriti yang
naan posisi dominan oleh Terlapor I
menyangkut keamanan negara.Ter-
dan Terlapor II.
lapor I mengikutsertakan Terlapor II
Oleh karena itu, Tim Pemeriksa
dalam hal mencetak dan melekatkan
merekomendasikan agar pemerik-
hologram pada pita cukai, 3). Ter-
saan dilanjutkan ke Pemeriksaan
lapor II memiliki kegiatan mempro-
Lanjutan
duksi hologram pitacukai dan memi-
kegiatan yang dilakukanoleh PT Pura
liki pesaing potensial
Nusapersadasebagai
PT Mitra
dengan
alasan
bahwa
Terlapor
II
Sakti, PT Sumber Cakung, PT Royal
adalah akibat adanya perjanjian
Standar, PT Semarang Packaging
kerjasama pengadaan hologrampita
Industry. Terlapor II tidak keberatan
cukai antara Perum Peruri danPT
jika
dalam
Pura Nusapersadatelah menyebab-
pengadaan hologram pita cukai, 4).
kan timbulnya hambatan masuk
Ditjen Bea dan Cukai menyatakan
(entry barrier) bagi produsenholo-
bahwa perjanjian tersebut dapat
gram lain yang berpeluang menim-
dibatalkan
melalui
bulkan praktik monopoli. Atas dasar
tender dengan syarat-syarat tertentu
rekomendasi Tim Pemeriksa terse-
asalkan ada jaminan kepastian keter-
but, KPPU mengeluarkan Penetapan
sediaan pita cukai. Ditjen Bea dan
Komisi
Cukai
bahwa
PU/IV/2004 tanggal 6 April2004
pengadaan pita cukai berhologram
untuk melanjutkan Perkara Nomor
tidak dilakukan melalui konsorsium
03/KPPU-L/2004 ke Pemeriksaan
karena pengawasannya sulit.
Lanjutanterhitung sejak tanggal 6
dilakukan
juga
tender
selanjutnya
menegaskan
Setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, akhirnya Tim Pemeriksa berkesimpulan bahwa terdapat
Nomor
08/PEN/KP-
April 2004 sampai dengan tanggal 2 Juli 2004. Pemeriksaan
Lanjutan
telah
indikasi adanya pelanggaran terha-
beberapa dilakukan oleh Komisi
dap ketentuan Pasal 17 ayat (1),
antara lain pada tanggal 17 Mei
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
36
2004, 24 Mei 2004, 31 Mei 2004, 8
cetak dan pelekatan hologram pada
Juni 2004,9 Juni 2004,dan 10 Juni
Terlapor I dengan alasan Terlapor II
2004.
tidak dapatmengembangkan teknolo-
Selama tahap pemeriksaan
lanjutan diperiksa tiga buah perusa-
gi
haan hologram pitacuka sebagai
inefisiensi serta sebenarnya tidak
saksi, Ditjen Bea dan Cukai dan
keberatan untuk mengubah perjanji-
Botasupal (Badan Koordinasi Pem-
an Tahun 1995 apabila bertentangan
berantasan
Dari
dengan Undang-undang Nomor 5
serangkaian pemeriksaan lanjutan
Tahun1999, 4). Terlapor I, Terlapor II
dapat disimpulkan berikut ini : 1).
dan Ditjen Bea dan Cukai serta PT
Para Saksi
pada umumnya adalah
KertasPadalarang telah mengadakan
perusahaan yang bergerak dalam
pertemuan yang menyepakati peru-
bidang usaha percetakan hologram
bahanperjanjian Pengadaan Holo-
pitacukai dan atau percetakan biasa,
gram untuk Cetakan Pita Cukai.
Uang
Palsu).
percetakan dokumen sekuriti seperti
hologram
Proses
dan
akan
produksi
pita
terjadi
cukai
materai, akte perkawinan dan buku
berhologram dalam praktiknya tidak
nikah serta percetakan hologram
efisien karena pita cukai berholo-
untuk plat nomor kendaraan bermo-
gram tidak dibuat sepenuhnya oleh
tor
dimensi,
Terlapor I, tetapi ada bagian seperti
2).Botasupal memiliki tugas dan
hologramdibuat oleh Terlapor II dan
wewenang melakukan pengawasan
pada bagian kertas pita cukai dibuat
dan pembinaan terhadap percetakan
oleh PT Kertas Padalarang. Perma-
dokumen sekuriti serta memberikan
salahan
ijin dan rekomnedasi kepada produ-
pengadaan pita cukai berhologram
sen dan distributor hologram. Bota-
sebenarnya lebih banyak karena
supal belum memberikan rekomen-
keterlambatan pengiriman dan atas
dasi ijin usaha/operasi dokumen
keterlambatantersebut Perum Peruri
sekuriti
dengan
dikenakan penalti sehingga Ditjen
alasan Pelapor masih mengambil
Bea dan Cukai sebenarnya setuju
mesin master dari luar negeri, 3).
apabila pengadaan hologram pita
Terlapor II menerangkan bahwa
cukai terbuka melalui tender namun
tidak bersedia menempatkan mesin
kendalanya adalah adanya perjanjian
dan
cap-cap
kepada
tiga
Pelapor
pokok
dalam
dalam
37
Murni : Implementasi Prinsip Larangan Praktik...
ekslusif antara Terlapor I dan Ter-
Selanjutnya memerintahkan kepada
lapor II, sedangkan kewenangan
Terlapor I dan Terlapor II untuk
untuk membatalkan perjanjian terse-
menghentikan kegiatanyang menga-
but bukan beradapada Ditjen Bea dan
kibatkan terjadinya praktik monopoli
Cukai tetapi berada pada kedua pihak
dan atau persaingan usaha tidaksehat
yang melakukan perjanjian..
dalam pengadaan hologram pada pita
Botasupal
telah
memberikan
cukai dengan cara membatalkan
ijin
usaha/operasi
SuratPerjanjian Nomor SP-302/V/
dokumensekuriti kepada 5 (lima)
1995. Juga memerintahkan kepada
perusahaan
PT
Terlapor I untuk membuka pasar
Sumber Cakung, PTKarya Aroma
pengadaan hologram pada pita cukai
Sejati, PT Royal Standar, PT Pura
dengan
Barutama dan PT Pura Nusapersada
yang sama kepada setiap pelaku
selaku pabrik hologram serta satu
usaha
agen hologram yaitu PT. Mitra
pengadaan hologram pada pita cukai
Sakti.. Sedangkan perusahaan holo-
melalui tender yang terbuka dan
gram yang dapat memenuhi seluruh-
transparan, selambat-lambatnya un-
kebutuhan hologram pita cukai yang
tuk pengadaan hologram pada pita
berjumlah 17 (tujuh belas) Milyar
cukai tahun anggaran 2005.
rekomendasi
hologram
yaitu
memberikan untuk
turut
kesempatan serta
dalam
keping hanya 2 (dua) perusahaan
Analisis putusan dari perkara
yaitu PT Pura Nusapersada dan PT
diatas sebagai berikut : 1). Perum
Karya Aroma Sejati.
Peruri dan PT Pura Nusapersada
Berdasarkan bukti-bukti dan fakta
terbukti melakukan praktik praktik
hukum yang ada, maka Majelis
monopoli, 2). Perum Peruri dan PT
Komisi menutuskan : Perum Peruri
Pura Nusapersada melanggar Pasal
sebagai Terlapor I dan PT Pura Nu-
17 ayat (1 dan (2) huruf b, 3). Perum
sapersada sebagai Terlapor II terbuk-
Peruri dan PT bagi pelaku usaha lain
ti secara sah dan meyakinkan me-
yang Pura Nusapersada menciptakan
langgar pasal 17 ayat (1) dan ayat (2)
hambatan masuk hendak ikut tender.
huruf b Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, namun tidak terbukti
Simpulan
melanggar pasal 25 ayat (1) huruf c.
Implementasi
putusan
KPPU
38
Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015
terhadap prinsip larangan praktik monopoli dalam memutus perkara persaingan usaha didasarkan pada ada tidaknya kepentingan umum (public interest) yang dirugikan oleh pelaku usaha. Pertimbangan hakim (ratio decidendi) komisioner untuk menetapkan pelanggaran terhadap prinsip larangan praktik monopoli adalah adanya unsur pasal 17 ayat (2) UUPU yang meliputi: a)non substitution; b) barrier to entry; c) dan market share. Dalam beberapa perkara persaingan usaha KPPU telah menerapkan prinsip tersebut sebagai pertimbangan hukum dalam memutus. Daftar Rujukan A.F. Lubis, et. al., 2009, Hukum Persaingan Usaha, Antara Teks dan Konteks, Indonesia :Support of Deutsche Gesellschaft fuur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH.
D. Wibowo dan H. Sinaga, 2005, Hukum Acara Persaingan Usaha, Jakarta :Raja Grafindo Persada. E. Gellhorn & W. E. Kovacic, 1994, Antitrust Law and Economic, Minnesota :West Publishing Co. E. R. Ginting, 2001, Hukum Antimonopoli Indonesia, Analisis dan Perbandingan UU Nomor 5 Tahun 1999, Bandung : Citra Aditya Bakti. L. B. Kagramanto, 2007, Persekongkolan Tender Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha, Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Winardi, 1996, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), Bandung: Mandar Maju Stefino Anggara, Komisi Pengawas Persaingan Usaha dan Peradilan Khusus (Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman), Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 1 Tahun 2009, Jakarta