FORUM TEKNIK VOL. 29, NO. I, JANUART
7l
2OO5
Implementasi Piezoelektrik Sebagai Sensor Identifikasi Kendaraan yang Melintasi Jembatan Sunarno Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik, UGM Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281
ABSTMCT
to measure trafrc density information is an important thing to hsve. Piezoelectric is a sensor that is used to change vibration into an electrical signal. This characteristic is used to identifu vibration in a bridge that is occurced because of vehicles Telemetry system
dynamic motion. This research has been done wftich combine a piezoelectric, capasitor, spiral spring, and pendulum. Sensors are placed over the bridge's sidewalk area when used to gel dsta. Output signal
from sensors is fed into a mic compressor (pre amp) to get amplification. The mic compressor output is fed into a computer through sound cards' Iine in. Data from the experiment is recorded and is analyzed by Cool Edit Pro version 2.0. The amplification
from mic compressor depends on frequency of the input wave. The mic
compressor will give higher gain to the input with higher frequency. Vehicles average vibration is represented by amplitude depends on the mass and type of vehicles. In this case,
it
X,^r* )
7
nr,
)
7
uR "o,
ruu,rh,k"
Keywords: amplitude, bridge, piezoelectric, vehicle, vibration
1. Pendahuluan
Sistem informasi penyajian langsung (real time) merupakan suatu kebutuhan yang penting dewasa ini. Salah satu informasi yang mendesak untuk langsung diketahui adalah informasi arus lalu lintas. Dengan diketahuinya tingkat kepadatan arus lalu lintas pada jalan yang akan dituju, kita dapat memutuskan apakah akan melanjutkan perjalanan dengan tetap melewati jalan tersebut atau mencarijalan alternatif lain. Sistem informasi arus lalu lintas memerlukan sensor yang dapat mendeteksi tingkat kepadatan lalu lintas agar sistem manajemen transportasi yang dilaksanakan sesuai dengan fakta yang ada.
Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang keberadaannya diperlukan untuk menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh berbagai kondisi, misalnya sungai, lembah, dan lain-lain. Jembatan akan berosilasi dengan ISSN:0216-7565
amplitudo tertentu jika menerima beban yang bergerak sesuai dengan besar gaya yang diterimanya. Karakteristik jembatan inilah yang akan dimanfaatkan untuk mendeteksi jenis kendaraan yang melintasi suatu jembatan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
L
Pembuatan sensor yang digunakan untuk mendeteksi getaran di jembatan yakni piezoelektrik dan mic compressor sebagai rangkaian penguatnya.
2.
Penggunanan kartu suara(sound card) sebagai
sistem antarmuka dan Cool Edit Pro versi 2.0 sebagai perangkat lunak.
3.
Pengambilan data dilaksanakan Krasak sebelah timur.
Penelitian
ini
di jembatan
bertujuan untuk merancang
bangun piezoelektrik agar dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis kendaraan yang melintasi
Terakreditasi BAN DIKTI No :49/DIKTVKEP/2003
FORUM TEKNIK VOL.29, NO. I,JANUARI 2005 suatu jembatan. Data sinyal getaran yang diperoleh
selama penelitian, diolah dan dianalisis dengan menggunakan program Cool Edit Pro versi 2'0'
Keberhasilan penelitian ini nantinya dapat dipergunakan untuk mendukung sistem pemantauan kepadatan lalu lintas suatu jembatan sehingga informasi arus lalu lintas dapat langsung disajikan.
Penelitian penggunaan sensor piezoelektrik
pernah dilakukan
oleh Rumono (2004).
Piezoelektrik digunakan memantau getaran pada instalasi nuklir. Pada penelitian tersebut juga diteliti pengaruh penggunaan pegas sebagai bahan tambahan pada sensor piezoelektrik. Pengujian beban dinamik telah dilakukan di jembatan Milnikek, Grand Mere dan Omerville
yang terletak
di
propinsi Quebec,
Canada.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Patrick Paultre, Jean Proulx, dan Martin Talbot (1995). Penelitian yang berjudul Tata Cara Pengujian Dinamik untuk
Jembatan Menggunakan Beban Lalu Lintas tersebut bertujuan untuk mengevaluasi faktor penguatan dinamik jembatan. Respon percepatan vertikal diperoleh pada kondisi lalu lintas normal dan terencana menggunakan sensor, kendaraan dan pola beban yang berbeda-beda. Sensor yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah accelerometer, strain gauge, LVDT (linear variable diferential transformers) dan sinar laser. Data deformasi dan perpindahan digunakan untuk mendapatkan nilai faktor penguatan dinamik, sedangkan data percepatan digunakan untuk memperoleh sifat dinam ik.
Dari kedua hasil penelitian di atas, dipandang perlu melakukan penelitian tentang identifikasi kendaraan di jembatan menggunakan piezoelektrik. Identifikasi dilakukan dengan memanfaatkan getaran yang terjadi pada jembatan akibat beban dinamik yang diterimanya dari kendaraan. Sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi getaran adalah piezoelektrik. 2. Fundamental
jika
menerima gaya eksternal,
kemampuan jembatan ketika menerima gaya pemampatan (compression) dan peregangan (tension) akibat menerima gaya eksternal sehingga tidak terjadi penekukan jembatan (buckling) dan keretakan jembatan (snapping). Pemampatan adalah gaya yang mengakibatkan suatu benda menjadi lebih pendek, sedangkan
yang mengakibatkan suatu benda menjadi lebih panjang. Penekukan terjadijika gaya yang diterima jembatan melebihi peregangan adalah gaya
batas kemampuan penerimaan gaya pemampatan jembatan tersebut. Keretakan terjadi jika gaya yang diterima jembatan melebihi batas kemampuan penerimaan gaya peregangan jembatan tersebut. Gaya eksternal yang diterima pada suatu
titik di
sesuai
jembatan akan dihilangkan
atau
indahkan. Pen gh i I ang an gay a di I akukan dengan menyebarkan gaya yang diterima titik tersebut ke
d ip
wilayah yang lebih luas. Pemindahan gay^ dilakukan dengan memindahkan Eaya yang diterima di suatu titik ke daerah lebih kuat yang memang dirancang untuk meredam gaya. Pada Gambar I tampak kondisi terjadinya pemampatan dan peregangan suatu jembatan (Brown, 2004). 6oya Pgrionpdt6tl
{ laKondsi Nonoal&nbdm
il
+-"
letcaotgol
.-D
Pemorydlo|
1b Kondd Jcn$dan Kctra
Marciim Grya Eld€rnal
Gambar
l.
Kondisi jembatan
Besarnya gaya eksternal yang diterima jembatan akibat beban dinamis dari perpindahan benda yang membebaninya dirumuskan
F=ma
:
(l)
adalah gaya yang diterima jembatan, m adalah masa beban, dan o adalah percepatan yang dengan
Jembatan akan berosilasi dengan amplitudo
tertentu
yang perlu diperhatikan ketika merancang suatu jembatan adalah penghitungan besarnya batas
F
dimilikioleh beban.
dengan besar gaya eksternal yang diterimanya. Hal ISSN:0216-7565
Terakreditasi BAN DIKTI No : 49/DIKTUKEP2003
FORUM TEKNIK VOL. 29; NO.
I' JANUARI2005
73
Terjadinya pemampatan dan peregangan pada
Dari Cambar 2 tampak bahwa
jembatan tersebut menirnbulkan getaran atau gelombang. Gelombang mempunyai getaran sebagai sumbernya. Sumber getaran menyebar
:
An* = At* + Az* = 41 cos 0r + Az cos Any
02
- A,, * Az, = Ar sin 01 + 42 sin 02
melewati medium dalam bentuk gelombang. Pada perambatan gelombang terjadi perpindahan energi yang mengakibatkan partikel berosilasi di sekitar titik kesetimbangannya (Kanginan, 1997).
Dengan demikian Ax dapat dicari dari:
Ada empat besaran yang merupakan besaran dasar sebuah gelombang, yaitu: periode (T), frekuensi $), panjang gelombang (l), dan cepat rambat gelombang (v). Hubungan keempat besaran dasar gelombang ditunjukkan dalam Persamaan (2) dan (3).
Superposisi untuk dua getaran dengan f-rekuensi yang berbeda adalah xa xt + x2 = Ap(t)
f=l/TatauT=l/f
(2)
v=l,f=)t/T
(3)
Proses superposisi getaran merupakan proses
penjumlahan simpangan dari masing-masing getaran saat demi saat (Vierck, 1995). Proses penjumlahan getaran dipengaruhi oleh arah dan frekuensi getaran.
Superposisi dua getaran dengan frekuensi I x2 : Ap cos (at + 1fl. Dengan metode fasor dapat diperoteh besarnya amplitudo superposisi lp. yang sama adatah xR = xr
An2=An*24A*r'
lo = Ar2+4r'+2ArLr"os(0r-oz)
(4)
:
cos 0n0. Dengan metode fasor diperoleh amplitudo superposisi
[An(t)]2 = Ar2
*
:
Az2
+ 2 Ar Az cos [(ro1t +
0r)-(orzt+02)l
(s)
Amplitudo gelombang biasanya akan mengeterjadi karena adanya redaman. Redaman biasanya disebabkan oleh hambatan udara dan gesekan internal pada sistem yang berosilasi. Energi yang kemudian dikeluarkan sebagai energi panas
cil jika menjauhi sumber getar. Hal ini
ditunjukkan dengan amplitudo osilasi yang berkurang. Tiga kasus umum sistem teredam adalah overdamped di mana peredaman sedemikian besar sehingga memerlukan waktu lama untuk sampai ke kesetimbangan. Critical damping,
di mana kesetimbangan
dicapai dengan cepat.
Underdamped di mana sistem melakukan beberapa kali ayunan sebelum berhenti.
ke
Gelombang membawa energi dari satu tempat tempat yang lain. Sementara gelombang
merambat melalui medium, energi dipindahkan sebagai energi getaran dari partikel ke partikel pada medium tersebut. Besarnya energi yang dibawa gelombang adalah:
E=2nzmP42 di
mana
E adalah energi
(6) gelombang,
m
adalah massa partikel dalam medium, adalah frekuensi gelombang, dan A adalah amplitudo gelombang
f
(Giancoli, 1998). Piezoelektrik merupakan suatu sensor yang mengubah getaran mekanik menjadi sinyal listrik Gambar 2. Superposisi getaran secara vektor (Rumono, 2004)
ISSN:
02'16 - 7565
dan sebaliknya. Peregangan dan pemampatan akan membangkitkan tegangan dengan polaritas yang berlawanan. Munculnya tegangan akibat pemam-
Terakreditasi BAN DIKTI No :49|DIKTVKEP/2003
FORUM TEKNIK VOL,29, NO. I, JANUARI2OOS
patan dan peregangan
ini
dinamakan efek piezoelektrik. Sebaliknya, salah satu kutub listrik, material tersebut diberi medan tegangan akan memanjang atau memendek menurut polaritas medan listrik. Efek ini kemudian dinamakan kebalikan efek piezoelekterik. Efek piezoelektrik pertama kali diamati oleh Jacques dan Pierre Curie pada tahun 1880. Tegangan yang dihasilkan pada efek piezoelektrik disebabkan kaiena adanya ion agak bebas (semi mobile ion) yang memiliki beberapa posisi keadaan kuantum stabil di dalam sel. Gaya eksternal yang diberikan
jika
pada kristal piezoelektrik akan mengakibatkan ion-
ion agak bebas dalam piezoelektrik bergerak sehingga terjadi perubahan tegangan pada piezoelektrik (Johnson, 1993). Pada Gambar 3 tampak perubahan yang terjadi pada piezoelektrik jika diberi tekanan atau tegangan. Pada Gambar 3.b, piezoelektrik akan membangkitkan tegangan dengan polaritas yang searah dongan tegangan piezoelektrik j ika dimampatkan. Jika d iregan gkan, piezoelektrik akan membangkitkan tegangan
dengan polaritas yang berlawanan
dengan
tegangan piezoelektrik seperti yang tampak pada Gambar 3.c. Pada Gambar 3.d tampak piezo-
elektrik yang diberi tegangan searah dengan tegangan piezoelektrik akan menyebabkan piezoelektrik menjadi lebih tebal. Pada Gambar 3.e tampak piezoelektrik yang diberi tegangan berlawanan dengan tegangan piezoelektrik akan menyebabkan piezoelektrik menjadi lebih tipis.
Muatan induksi pada kristal itu sebanding dengan gay a y ang besarnya adalah
Q=d dengan
dan
F
e\
Q dalam muatan induksi, F adalah gaya, konstanta proporsionalitas (tetapan
kesebandingan)
d disebut konstanta piezoelektrik
Qtiezoelectric constant). Tegangan keluaran kristal
diberikan oleh
E=gtp
(8)
dengan I adalah tebal kristal dalam meter,
p
adalah
tekanan yang diberikan dan g disebut kepekaan tegangan (voltage sensitivity) dan diberikan oleh g
=red
(9)
d adalah
konstanta piezoelektrik dan e adalah banyaknya muatan dalam tiap tegangan. dengan
3. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental.
Perangkat keras yang digunakan adalah piezoelektrik. Piezoelektrik yang digunakan dalam penelitian ini memiliki rentang frekuensi yang masih lebar, sehingga diperlukan filter untuk menyaring frekuensi agar piezoelektrik hanya mendeteksi frekuensi pada gejala yang diamati. Filter yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapasitor yang besarnya
l0 nF. Kapasitor dipasang
secara seri dengan piezoelektrik.
gancEtr
t-T
|r--
&ifi,r.
+
.,ial
. .i,t
+',il* ,[
: "i-
,*..1!lh;il-# (.1
di.l rtLr pold'riloO {F]ngl
+ l-t'
lbl itld( oomF...G.t ern'rmd vallTlo lrla r.lrn pohtlly
rl polhe wltrga
Gamb
ISSN:0216-7565
'
-nroio| v6lr.g. t l nDill.d irEltigl' i...rm. pol.iitt lr pohrfty .. polllrg roltrgc: oppo.ll. lhll ot drk lrnstrrenr
(dl rppEad
fJfEnl"rl*ff'
ar 3. E fe k Pie me le ktrik (www.ame ricanpie a com) .
Terakreditasi BAN DIKTI No :49|DIKTVKEP/2003
foRu i r,
twf Ti$fl
e{IK vol"li 29;Iiro.,4iJAnu.JAm li?0s3
l i; Fitaoelektikrry.dn,$,
i
,,, *,,Pgqangfaf,, lun1k,,, y.4lg
di gunakan r dala.m : :'p€ n e-
:
p.
;in
i, adal ah Coo
Cool Edit Pro versi 2.0 dalam penelitian ini digunakan untuk merekam, menyimpan dan menganalisis data yang diperoleh setama percobaan. Cool Edit Pro versi 2.0 harus diatur teflebih dahulu sebelum digunakan untuk
akan
menaikkan beda tegdngan antara pelat aluminium
dan kistal (Rumono,'2004). Selain itu,
enBl it,ian
merekam, gelombang memanipulasi, dan memproses bentuk mono dan stereo.
r
yang pada akhirnya
digllle,he$,,,.931u.
dipakai untuk memainkan,
:
besar,,;"
I
I Ed it Pro verqi .2,Q: r,-"e,.o.,9,! program komputer yang dap.g! Edit Prq adalah
titianiini ;diborii pegasyang,pada, bagian'' ujungny,a diberi': pentbelat; berupa, sekrup ;'.uiltuk menaikkan sensitifitas,s€nsor;,;Pegas yang' menemPel,di atas piezoelektrik,akan,;ikut berosilasi sesuai, dengan frektrensi piezoelektrik. Os i lasi pegas men gaki bat: kan p lat e lektroda, piezoelektri k mend apatka n gay ?,
yang lebih
:"
pegas
diglpakan,untuk mgiiggqser bandwidth frekuensi dari frekunsiaudio kedalam fiekuensi rendah.
merekam data.
-lrl:J
aarm ?sM4
l04Ma
I rl',a24fi€
.: : -.t i ltiew Coal EditFfo 2.0 4. Benfukrenviromhent multitrack Gai,nbar -,. :
..,.,,i"'
3 '
i.
g-in-iiF-l-l ,
I
H
istosram I
.
Mono
Minlmum S.mple Valu6: Mikimr'tm Samplc Vcluc:
Fosaibly Ctippcd Samplcs: DC Olfsct:
rotat FIMS Po*"r, ActuatlBit Dppth, .
.
lU 1
I
794 Z
|ffi-liE-
--
*' ii't,or. t,_ l(.: . f.
.
Copy Oata to CtipUoara I
Gambar 5. lltweform Statistics pada Cool Edit Pro 2.0 IESN{tOl,,l6.i ?5,66i
#si1;
FORUM TEKNTK VAL.29, NO. I, JANUARI2005
Pengambilan data dilaksanakan
di
Jembatan
Krasak sebelah timur. Jembatan Krasak terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jembatan Krasak memiliki panjang 224 metet.
Data keluaran kedua sensor dimasukkan ke dalam komputer melalui jalur masukan (line in) kartu suara. Data, yang berupa sinyal kontinyu, disimpan melalui program Cool Edit Pro versi 2'0.
Pengambilan data dilakukan dengan berbagai variasi sensor, antara lain: sensor lengkap, sensor
tanpa bandul, sensor tanpa kawat, dan piezoelektrik. Pada Gambar 7 tampak variasi sensor yang digunakan dalam penelitian ini. Pada waktu pengambilan data, sensor diberi pelindung berupa boks plastik untuk menangkal pengaruh angin.
Cool Edit Pro versi 2.0 dijalankan dalam
environment Multitrack View. Ttack I digunakan untuk sensor l, Track 2 digunakan untuk sensor sensor 2, dan Track 3 digunakan untuk mikropon. Track I dan Track 2 menggunakan jalur masukan kartu suara on board sedangkan mikropon menggunakan
jalur mikropon (line mic)
Sound
Blaster. Mikropon dalam penelitian ini digunakan untuk merekam suara nama jenis kendaraan yang
€
{-
E+ J./
Piezoelektrik
l*
lr H-
sedang melintasi sensor l. Mikropon yang digunakan dalam penelitian ini dihubungkan
b;lZcm
-
7.a. Sensor lengkap
dengan sistem telemetri karena tempat pengamatan
berada di atas jembatan sedangkan komputer pengolah data berada di kolong jembatan' Penempatan sensor ketika dilakukan pengambilan data terlihat pada Gambar 6.
t82m
.
17m
,. Sasor
I
Satsr
,t* {-
E:
Piezoelektrik
4FL. I
rr o
a
Pegas
2
lr n
#
Gambar 6a. Posisi sensor-sensor ketika pengambilan
D=
lzcm.
7.b. Sensor tanpa bandul
data
Pegas I
ropasnor-+ dhT
@
#PiezoelEktrik
7.c. Sensor tanpa kawat
O#FiezoelEklrik 7.d. Piezoelektrik penempatan sensor ketika pengam' , ,C,,qgtbt.6.d. f"b.to li .) ; bitan data qi4
"
.:
+l
I
Gambar
7.
Variasi sensor yang digunakan dalam penelitian
l,ri
ISSN:0216-7565
Terakreditasi BAN DIKTI No : 49IDIKTUKEP/2003
FORUM TEKNIK VOL.29, NO. I, JANUARI
2OO5
itu dapat dihilangkan dengan filter yang tersedia
4. Hasil dan Pembahasan
pada software Cool Edit Pro versi 2.0.
Sensor lengkap Berdasarkan data hasil identifikasi dari sensor lengkap, diperoleh nilai amplitudo rata-rata untuk
masing-masing 26,31
dB,bis:
jenis kendaraan yakni, truk = -27,59 dB dan mobil
:
-32,67 dB.
Sensor tanpa bandul Berdasarkan data hasil identifikasi dari sensor tanpa bandul diperoleh nilai amplitudo rata-rata untuk masing-masing jenis kendaraan yakni, truk
= -28,94 dB, bis = -30,44 dB, mobil = -32,03 dB dan motor = -38,00 dB.
Pembahasan
Dari data yang diperoleh selama pengambilan data di lapangan diketahui bahwa untuk sensor lengkap, sensor tanpa bandul dan sensor tanpa kawat nilai rerata jenis kendaraan akan meningkat mengikuti besar massanya. Makin besar massa dari jenis kendaraan, nilai rerata amplitudonya makin besar. Hal ini sesuai dengan Persamaan (1) di mana gaya merupakan hasil perkalian antara massa benda dan percepatannya. Pada waktu diadakan pengambilan data di lapangan, kendaraan
yang melintasi jembatan bergerak dengan Sensor tanpa kawat Berdasarkan data hasil identifikasi dari sensor tanpa kawat diperoleh nilai amplitudo rata-rata untuk masing-masing jenis kendaraan yakni, truk = -25,12 dB, bis = -25,80 dB, mobil = -27,51 dB dan motor = -32,46 dB.
Piezoelektrik
Berdasarkan data hasil identifikasi dari piezoelektrik diperoleh nilai amplitudo rata-rata untuk masing-masing jenis kendaraan yakni, 34,28 dB untuk mobil dan -27,61 dB untuk motor. Penghilangan noise (sinyal aliasing)
kecepatan yang hampir sama sehingga pengaruh percepatan dalam penelitian ini dapat diabaikan.
Amplitudo yang diperoleh selama pengambilan data di lapangan untuk jenis kendaraan dan sensor yang sama memiliki besar yang bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan besar amplitudo ini antara lain :
a. Perbedaan massa tiap jenis kendaraan b. Perbedaanjarak kendaraan dengan sensor. c. Adanyasuperposisigelombang. Dengan mengabaikan perolehan data dari piezoelektrik, diketahui bahwa perbandingan besar amplitudo rerata untuk truk, bis dan motor yaitu I fsensor tanpa ka*at
Penghilangan noise perlu dilakukan karena
Sedangkan perbandingan besar amplitudo rerata
sinyal yang terekam ketika pengambilan data ternyata bukan sinyal murni hasil getaran di
untuk mobil adalah I
jembatan karena pengaruh kendaraan yang lewat.
fsensor
Hal ini dibuktikan dengan adanya sinyal
tanpa
bandul
)
Xsensor lengkap
X..nso,
tanp"
k"*at
,
yang
Sensor tanpa kawat menghasilkan amplitudo
terekam di Cool Edit Pro versi 2.0 ketika tidak ada
rerata yang lebih tinggi dibandingkan variasi sensor yang lain karena penggunaan kawat mengakibatkan jarak yang ditempuh gelombang
kendaraan yang melintasi jembatan. Sinyal inilah yang kemudian disebut noise. Noise terjadi karena
jembatan ternyata memiliki frekuensi alami dan berosilasi pada titik kesetimbangannya meskipun dengan simpangan yang kecil. Besar kecilnya simpangan jembatan dari
titik
kesetimbangannya
dipengaruhi oleh panjang, lebar, struktur dan material jembatan. Simpangan jembatan akan makin besar jika jembatan makin panjang dan akan makin keciljika jembatan makin lebar. Noise ISSN:0216-7565
dari sumber getaran menuju sensor menjadi lebih jauh sehingga mengakibatkan peredaman lebih besar. Peredaman yang besar amplitudo meng0cil.
Pada truk, bis dan motor nilai rerata sensor lengkap lebih besar dari amplitudo rata-rata sensor tanpa bandul bandul pada sensor lengkap memberikan gaya Terakreditasi BAN DIKTI No :49|DIKTUKEP/2003
FORUM TEKNIK VOL.29. NO. I. JANUARI2OOS
pada kawat sehingga piezoelektrik akan berosilasi
dengan simpangan yang lebih besar. Pada mobil, nilai amptitudo rata-rata sensor tanpa bandul lebih
Penggunaan bandul mengakibatkan kawat
berosilasi dengan simpangan yang lebih besar dalam waktu yang lebih lama.
besar dari pada nilai amplitudo rata'rata sensor lengkap dengan jumlah data mobil pada sensor lengkap sebanyak dua buah mobil.
digunakan untuk mendeteksi jenis kendaraan yang melintasi suatu jembatan.
5. Kesimpulan
Ucapan Terima Kasih
Metode yang telah dilaksanakan
dapat
Besar nilai amplitudo r&ta'rata untuk masing-
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
masing jenis kendaraan pada sencor lEngkap, sensor tanpa bandul dan sensor tanpa kawat akan meningkat menurut besar massanya' Dalam hal ini X,^n t Xo,. ) X,nou' ) X'o,o, .
terima kasih kepada Khusnul Khotimah, S.T., Memory M. Waruwu, S.T., Martinus K. H., S.T., Rony Wijaya, S.T. dan rekan-rekan peneliti lainnya yang telah membantu terlaksananya
Besar amplifirdo rala-rata pada sensor lengkap
untuk masing-masing kendaraan yaitu =26'31 dB untuk truk, -27,59 dB untuk bis dan '32,67 dB untuk mobil. Besar amptitudo rata'r gta Pad,a sensor tanpa bandul untuk masing-masing kendaraan yaitu 28,94 dB untuk truk, -30,44 dB untuk bis, '32'03 dB untuk mobil dan -38,00 dB untuk motor. Besar amplitudo rata-rata pada sensor tanPa kawat untuk masing-masing kcndaraan yaitu 25,12 dB untuk truk, -25,80 dB untuk bie, .?7'51 dB untuk mobil dan '32,46 dB untuk motor. Besar amplitudo rata-rata pada piezoelektrik adalah {.4,28 dB untuk mobil dan -27,61 dB
untuk motor. Hal ini menunjukan bahwa piezoelektrik murni yang digunakan dalpm penelitian ini tidak bisa digunakan sebagai sensor
untuk mengidentifikasi jenis kendaraan
di
jembatan.
Perbedaan amplitudo pada
jenis
penelitian ini.
Dqftar Pugtaks Brown, G., 2004, Bridge, HowStuffWork, Inc., Atlanta, http://computer. Howstuffivorks.com/ sound-card.htm
Giansoli,
D. e,,
1998, Fisika, Edisi Kelima,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
C., 1993, Process Control Instrumentatian Technalogt, Fourth edition, Prentice
Johnson,
Hall, New JerseY.
Kanginan,
M., 1997, Fisika,
Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Paultre, P., Proulx, J., And Talbot, M., 1995, Dynamic Testing Procedures for Highway Bridges Using Traffic Loads, Journal of Structural Engineering, Vol. l2l, No. 2, Februari : 362-37
5.
Rumono, 2004, Perancangan Sistem Pemantau kendaraan
dan sensor yang sama disebabkan karena perbedaan massa, perbedaan jarak kendaraan dengan sensor dan karena adanya superposisi gelombang.
Nuklir
Berbasis
Mikroprosesor, Slcripsi, FT UGM, Yogyakarta.
Vierck, R. K., 1995, Analisis Getaran, diterjemahkan oleh: Dr. lr, Dicky Rezady Munaf, MS,MSCE., Penerbit PT. Eresco, Bandung.
Penggunan kawat akan mengkibatkan jarak yang ditempuh gelombang dari sumber geteran
menuju sensor menjadi lebih jauh
Getaran pada Instalasi
www, american p iezo. com, P i e z oe I e ktrilr, American Piezo Ceramics, Inc., Canada.
sehingga
mengakibatkan peredaman menjadi lebih besar'
ISSN : 0216'7565
Terakreditasi BAN DIKTI No : 49/DIKTI/KEP/2003