IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO 1
Barokah Widuroyekti
2
Pramonoadi
Penanggung Jawab Wilayah PW Bojonegoro UPBJJ_UT Surabaya
ABSTRAK Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan penelitian eksperimental dengan desain Control Group Pretest Posttest. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar Mahasiswa dan mendeskripsikan respon Mahasiswa terhadap pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual. Hal ini dilator belakangi bahwa pembelajaran fisika yang dilakukan umumnya masih berpusat pada guru. Model pembelajaran cenderung menitikberatkan pada komunikasi searah, aktivitas Mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan belajar kurang dikaitkan dengan dunia nyata Mahasiswa. Populasi penelitian ini adalah kelas A, kelas B dan kelas C sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah kelas A dan kelas B yang ditentukan secara random. Penelitian dimulai dengan memberikan pre-test pada sampel penelitian, selanjutnya dilakukan kegiatan pembelajaran dan observasi. Pada akhir kegiatan penelitian dilakukan post-test untuk mengetahui hasil belajar Mahasiswa. Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan uji-t. dari pengujian hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata (uji t dua pihak) diperoleh nilai thitung = 2,167. Sedangkan nilai ttabel dari daftar tabel distribusi t dengan taraf signifikan = 0,05 dan dk = 61 didapat nilai t 10, 02561 = 2,00. Berdasarkan perbandingan kedua nilai tersebut menunjukkan bahawa thitung > ttabel. Dari pengujian ini dapat diketahui bahwa hasil belajar Mahasiswa kelas eksperimen dengan pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual berbeda dengan hasil belajar Mahasiswa kelas kontrol dengan pembelajaran penemuan terbimbing tanpa pendekatan kontekstual. Sedangkan dari pengujian hipotesis dengan uji t satu pihak diperoleh nilai thitung = 2,167 dan ttabel dari daftar tabel distribusi t dengan taraf signifikan = 0,05 dan dk = 61 didapat nilai t 10, 0561 = 1,67. Sehingga terlihat bahwa pada kelas kontrol kelas eksperimen memilki thitung > ttabel . Hal ini berarti bahwa hasil belajar Mahasiswa kelas eksperimen n bahwa penerapan pembelajaran penemuan terbimbing berpengaruh positif terhadap hasil belajar Mahasiswa. Dari angket diketahui bahwa respon Mahasiswa terhadap pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual adalah positif. Kata kunci : Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Pendekatan Kontekstual, Hasil Belajar, Pendidikan adalah usaha sadar PENDAHULUAN untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
1
bimbingan pengajaran dan latihan agar peserta didik tersebut berperan dalam kehidupan masa depannya pada khususnya, serta kemajuan bangsa pada umumnya. Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan dapat diandalkan dalam kemajuan bangsa. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang semakin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tanggguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. Dalam konsep kurikulum, sebuah program pendidikan harus mampu mengubah metode pengajaran dan pembelajaran untuk mengakomodasikan kebutuhankebutuhan yang berbeda-beda, persiapan individu serta gaya belajar Mahasiswa. Hal ini dimaksudkan agar program pendidikan dapat diterima sesuai tuntutan dan kemajuan IPTEK. Untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan memiliki kualitas yang dapat menjawab tantangan globalisasi, maka pendidikan harus diwujudkan melalui proses pembelajaran yang aktif dan dinamis. Dengan cara menggerakkan berbagai sumber yang ada untuk menempatkan Mahasiswa di dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses pengetahuan, keterampilan, nilai sikap secara langsung pada diri Mahasiswa, sehingga mampu memecahkan permasalahan yang mungkin dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan diharapkan tidak hanya bersifat teoritis,
melainkan harus selalu mengaitkan dengan lingkungan sekitar sehingga Mahasiswa mampu menyerap konsep secara mudah dan dapat menerapkan pengetahuan pada kehidupan sehari-hari. Hakikat tujuan pendidikan IPA, adalah untuk menghantarkan Mahasiswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah terkait dalam kehidupan seharihari. Di samping itu, pembelajaran IPA harus menjadikan Mahasiswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan Mahasiswa untuk mengerti dan memahami konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain. Kenyataan tersebut merupakan masalah yang harus ditangani dan dipecahkan oleh guru dan pihak terkait lainnya. Untuk dapat membuat Mahasiswa tertarik dan mengerti dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah dengan menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata Mahasiswa. Dalam upaya menghubungkannya dapat dilakukan dengan suatu pendekatan dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan yang mengkaitkan antara materi ajar dengan lingkungan nyata yaitu pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Penetapan pendekatan CTL ini dirasa penting karena dua hal. Pertama, penentuan isi program, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, dan teknik/bentuk penilaian harus dijiwai oleh pendekatan yang dipilih. Kedua,
Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
2
salah satu acuan untuk menentukan keseluruhan tahapan pengelolaan pembelajaran adalah pendekatan yang dipilih. (Muslich, 2007:40) Pendekatan konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), dimana Mahasiswa belajar bukan dari menghafal atau pemberian orang lain dalam hal ini adalah guru, melainkan mengalami sendiri sehingga dengan begitu Mahasiswa akan merasa bahwa ia bisa melakukannya sendiri dan bila dihadapkan pada masalah dalam kehidupan sehari-hari Mahasiswa tersebut akan mencoba untuk menyelesaikan. Pembelajaran konstektual merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong Mahasiswa membuat hubungan antara penetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan sitiuasi dunia nyata Mahasiswa dan mendorong Mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi Mahasiswa. Proses pembelajaran berlanngsung alamiah dalam bentuuk kegiatan Mahasiswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke Mahasiswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. (Depdiknas, 2002:1)
Landasan filosofis CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekontruksikan atau membangun pengetahuan dan ketrampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. (Muslich, 2007:41). Sedangkan inti dari pembelajaran CTL adalah inquiry (menemukan). Jadi, pembelajaran harus dikemas dalam format „Mahasiswa menemukan sendiri‟. (Depdiknas, 2002:24) Dalam hal ini salah satu model pembelajaran yang cocok adalah model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning). Menurut J.Burner, Guided Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip kontruktivis. Di dalam Guided Discovery Learning Mahasiswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Mahasiswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong Mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman dan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian “Bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar Mahasiswa ?
Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
3
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar Mahasiswa. b. Mendeskripsikan aktivitas Mahasiswa dalam pembelajaran model pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. c. Mendeskripsikan kendala-kendala apa yang dihadapi Mahasiswa dalam model pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. METODOLOGI Penelitian yang digunakan adalah Eksperimental dengan pre test dan post test group design. Pengamatan dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Instrumen pembelajaran, Tes hasil belajar, Angket Respon Mahasiswa. Penelitian ini menggunakan 2 metode dalam mengumpulkan data yaitu : Metode Observasi , Metode Tes (Pretest dan Post test), Penilaian psikomotor, Penilaian Afektif Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan:
a. Analisis butir soal, Validitas tes, Reliabilitas, Taraf kesukaran, Daya Pembeda. b. Analisis data soal pre-test dan post-test, Uji normalitas data, Uji homogenitas, Uji kesamaan dua rata-rata. c. Analisis keterlaksanaan pembelajaran d. Analisis data observasi guru dan Mahasiswa e. Analisis data tes hasil belajar f. Analisis respon Mahasiswa HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen dapat diketahui bahwa pada pendahuluan, guru memberikan motivasi untuk sehingga Mahasiswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pada tahap “motivasi” ini rerata keterlaksananan yang diperoleh adalah 2,89 dengan kategori baik. Dalam tahap ini guru memotivasi Mahasiswa dan menggiring Mahasiswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan (Questioning) yang mengacu kepada masalah yang akan dipelajari sehingga Mahasiswa mulai membangun pengetahuan awalnya sesuai dengan pengetahuannya sendiri (kontruktivis). Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran Kemudian pada tahap ”pengumpulan data”, yaitu kegiatan pembelajaran dimana guru harus yakin bahwa semua Mahasiswa melakukan kegiatan eksperimen dan pengamatan terlibat. Pada tahap ini, Guru membimbing Mahasiswa melakukan
Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
4
kegiatan penemuan dengan mengarahkan Mahasiswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan (Learning Community, Inquiry dan kontruktivis). Pada tahap ini aktifitas guru yang dinilai adalah pada ekspresi yang meliputi menyampaikan masalah (diperoleh kategori sangat baik) dimana masalah ini adalah merupakan masalah kontekstual dalam kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan listrik dinamis, membimbing Mahasiswa mengklarifikasi masalah (diperoleh kategori baik) untuk membanh, membimbing Mahasiswa menemukan konsep dalam kegiatan praktikum (diperoleh kategori sangat baik). Praktikum inilah sebagai alat untuk mereka menemukan sebuah konsep. Selanjutnya tahap ”Pemprosesan data” bagian kegiatan pembelajaran dimana data yang didapatkan dianalisis atau diolah sehingga didapatkan suatu kesimpulan atau prinsip yang ingin ditemukan. Kegiatan ini adalah bagian yang penting dari pembelajaran Discovery atau penemuan. Kegiatan ini diperlukan suatu diskusi untuk mendiskusikan sesuatu yang berbeda dari data yang didapatkan dalam pengamatan. Pada aktifitas mengaktifkan diskusi diperoleh kategori sangat baik. Diskusi yang dilakukan adalah untuk pengolahan data yang berlangsung seketika setelah pengumpulan data, selagi pengalaman masih segar dalam memori Mahasiswa. Pada kegiatan “penutup” yaitu bagian dari proses kegiatan pembelajaran yang meminta Mahasiswa untuk menarik kesimpulan yang mereka dapatkan. Pada tahap ini guru bersama
Mahasiswa menarik kesimpulan dari praktikum yang dilakukan untuk menemukan suatu kesamaan konsep agar tidak terjadi miskonsepsi. Selain itu juga diberikan contoh yang bervariasi sebagai penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengevaluasi langkah-langkah kegiatan yang telah dilakukan dengan membimbing Mahasiswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dari percobaan yang dilakukan (Learning Community, Kontruktivis dan Relection). Secara umum beberapa aktifitas dalam tahap penutup ini, rata-rata skor keterlaksanaannya termasuk kategori sangat baik. Jadi, dari keseluruhan proses pembelajaran diperoleh rerata pengelolaan dan keterlaksanaan tiap pertemuan adalah 3,47 dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran ≥ 75 % yaitu 86,77%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dengan pembelajaran penemuan terbimbing berpendekatan kontekstual kelas eksperimen secara umum berlangsung secara baik. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, dilakukan lagi penilaian autentik (Autentic Assesment) yang berupa tes tertulis (post test). Secara umum pengelolaan keterlaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol hampir sama dengan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen. Perbedaannya pada kelas kontrol ini adalah tidak adanya komponenkomponen CTL yang dominan seperti questioning, Kontruktivis dan Relection. Selain itu dalam pembelajaran ini kurang dikaitkan dengan masalah-
Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
5
masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi listrik dinamis. Rerata pengelolaan dan keterlaksanaan tiap pertemuan untuk model pembelajaran penemuan terbimbing di kelas kontrol adalah 3,38 dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran yaitu 84,5%. Hal ini berarti pembelajaran yang dilakukan guru dengan pembelajaran penemuan terbimbing tanpa pendekatan kontekstual pada kelas kontrol juga berlangsung secara baik. Hasil Belajar Mahasiswa Hasil belajar kognitif terlihat bahwa rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, dengan rata-rata nilai kelas eksperimen adalah 70,82 sedangkan rata-rata nilai kelas adalah 65,53. Sehingga hasil belajar Mahasiswa di kelas eksperimen lebih baik daripada hasil belajar kelas kontrol. Dan dari pengujian hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata (uji dua pihak), nilai thitung = 2,167. Sedangkan nilai ttabel dari daftar tabel distribusi t dengan taraf signifikan = 0,05 dan dk = 61 didapat nilai t 10,02561 = 2,00. Berdasarkan perbandingan kedua nilai tersebut menunjukkan bahawa thitung > ttabel. Dari pengujian ini dapat diketahui bahwa hasil belajar Mahasiswa kelas eksperimen dengan pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual berbeda dengan hasil belajar Mahasiswa kelas kontrol dengan pembelajaran penemuan terbimbing tanpa pendekatan kontekstual.
Sedangkan dari pengujian hipotesis dengan uji t satu pihak, diperoleh nilai thitung = 2,167 dan ttabel dari daftar tabel distribusi t dengan taraf signifikan = 0,05 dan dk = 61 didapat nilai t 10, 0561 = 1,67. Sehingga terlihat bahwa pada kelas kontrol kelas eksperimen memilki thitung > ttabel . Hal ini berarti bahwa hasil belajar Mahasiswa kelas eksperimen lebih baik daripada hasil belajar kelas kontrol. Selain dari nilai kognitif, juga di dapatkan nilai afektif dan psikomotorik dari hasil pengamatan. Tetapi dalam penilaian afektif dan psikomotor ini kurang akurat datanya, karena pengamatan hanya dilakukan dalam 2-3 kali pertemuan saja sehingga diperkirakan penilaian belum mencerminkan kemampuan dan pribadi Mahasiswa. Oleh karena itu penilaian afektif dan psikomotor ini hanya sebagai penunjang saja. Hampir di semua aspek yang diamati (kecuali pada aspek B dan F), nilai psikomotor Mahasiswa kelas eksperimen lebih baik daripada nilai psikomotor Mahasiswa kelas kontrol. Dari beberapa aspek psikomotor yang diamati, nilai rata-rata terendah baik pada kelas kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama yaitu pada aspek mengambil data. Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan praktikum Mahasiswa mengalami kesulitan yaitu dalam pengubahan posisi rangkaian ketika variabel yang akan diukur juga berubah. Apalagi Mahasiswa belum punya pengetahuan tentang praktikum untuk materi listrik dinamis ini.
Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
6
Rata-rata nilai psikomotor terendah kedua yaitu pada aspek merangkai alat. Hal ini disebabkan karena Mahasiswa sebelumnya belum pernah membuat rangkaian alat untuk praktikum materi listrik dinamis dengan sendiri. Rata-rata nilai terendah lainnya yaitu pada aspek menganalisis data. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan belajar Mahasiswa yang berpusat pada guru yaitu dalam proses pembelajaran Mahasiswa cenderung pasif dan hanya menerima konsep fisika tanpa Mahasiswa diskutsertakan lebih aktif berfikir dan melakukan penemuan sendiri. Hal ini menyebabkan Mahasiswa belum terbiasa dengan adanya data yang didapatkan dalam praktikum tersebut untuk dianalisis menjadi suatu konsep yang dicari. Sehingga dalam proses pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual Mahasiswa mengalami kesulitan dalam menganalisis data dan menuliskan kesimpulan. Upaya untuk membantu membantu Mahasiswa mempermudah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kegiatan praktikum, telah dilakukan dengan memberikan lembar kerja Mahasiswa yang jelas dan sesuai dengan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual. LKS ini dirancang untuk memberikan petunjuk yang cukup kepada Mahasiswa untuk menemukan konsep fisika yang dipelajari. Guru juga memberikan bimbingan pada saat Mahasiswa melakukan semua kegiatan pembelajaran dan praktikum.
Jika penilaian psikomotor hanya dilakukan pada dua pertemuan KBM saja, tetapi untuk penilaian aspek afektif dilakukan pada tiga pertemuan semua. Hal ini diseabkan karena kegiatan praktikum hanya dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua sehingga aspek psikomotor hanya tampak pada pertemuan pertama dan kedua tersebut. Pada aspek afektif, seperti tercantum pada Grafik 4.10 dapat dilihat bahwa di semua aspek yang diamati, nilai afektif Mahasiswa kelas eksperimen lebih baik daripada nilai afektif Mahasiswa kelas kontrol. Di kelas eksperimen nilai ratarata terendah yaitu pada aspek mengemukakan pertanyaan/pendapat. Hal tersebut disebabkan karena Mahasiswa masih belum terbiasa dalam proses pembelajaran yang menekankan pada keaktifan Mahasiswa. Proses pembelajaran yang sering dialami Mahasiswa adalah proses pembelajaran ceramah yaitu Mahasiswa cenderung pasif dan jarang bekerjasama dalam kelompok untuk melakukan suatu praktikum. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai psikomotor dan nilai afektif kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat menunjukkan bahwa hasil belajar Mahasiswa kelas eksperimen dengan pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual lebih baik dari hasil belajar Mahasiswa kelas kontrol dengan pembelajaran penemuan terbimbing karena ditunjang oleh aspek afektif dan psikomotor Mahasiswa.
Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
7
Respon Mahasiswa Dari analisis data pada tabel 4.23 dapat diketahui bahwa Mahasiswa merespon positif terhadap pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya persentase jawaban “ya” yang merupakan indikator respon positif dari 8 pertanyaan yang diajukan kepada Mahasiswa yaitu besarnya mulai dari 69,69% sampai dengan 100%. SIMPULAN DAN SARAN Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan pembelajaran kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar Mahasiswa Dari simpulan umum tersebut dapat diuraikan menjadi simpulan khusus yaitu: 1. Hasil belajar Mahasiswa kelas eksperimen dengan pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual (kelas eksperimen) lebih baik daripada hasil belajar Mahasiswa kelas kontrol dengan pembelajaran penemuan terbimbing tanpa pendekatan kontekstual (kelas kontrol). 2. Respon Mahasiswa terhadap pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual adalah positif Dari pelaksanaan kegiatan penelitian ini, disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk materi yang lain, agar dapat dipilih materi apa saja yang cocok dan sesuai untuk
disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan kontekstual sehingga Mahasiswa tidak hanya menerima konsep langsung dari guru saja. 2. Sistem penilaian afektif dan psikomotor pada penelitian ini kurang mencerminkan kemampuan dan pribadi Mahasiswa, maka disarankan waktu penelitian diperpanjang agar dapat mengenal Mahasiswa lebih dalam. Dengan demikian penilaian afektif dan psikomotor bukan hanya sebagai wacana penunjang saja, tetapi dapat berpengaruh pada hasil belajar Mahasiswa. Apabila hal tersebut dapat dilakukan pada penelitian berikutnya dengan baik, diharapkan penilaian afektif dan psikomotorik ini selain berpengaruh pada hasil belajar Mahasiswa, tetapi juga dapat melatih Mahasiswa untuk bersikap ilmiah sehingga dapat bersosialisasi dan bekerja dengan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat. DAFTAR PUSTAKA
Amien, Mohammad, M.A. 1987. Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discover dan Inquiry”. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
8
Carin, Arthur. 1993. Teaching and Science Through Discovery. New York: Macmillan Publishing Company Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Giancoli. 2001. Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Jihad, Asep & Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo
Barokah W, Pramonoadi ,Implemtasi Pembejaran Penemuan Tertimbing, April 2012
9