IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO DI PT. BRINGIN LIFE SYARIAH Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh: IIN IRNAWATI NIM : 107053000200
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Juni 2011
Iin Irnawati
LEMBAR PERSEMBAHAN
Al-jaddu bil jiddi wal hirmanu Bil-kasali fanshab tushib’an qariibin ghayatal-‘amali Kesuksesan akan didapatkan dengan kesungguhan dan kegagalan terjadi akibat kemalasan. Bersungguh-sungguhlah maka kamu akan mendapatkan dengan segera apa yang kamu cita-citaka.
Sholahuddin As-Supadi, wafat 764 H
“Al-ilmu shoidun wal kitabatu qaiduhu, qayyid shuyudaka bil-hibaalil watsiqati, F aminal hamaqati an tashiida ghazaalatan wa tatrukaha bainal khalaiqi thaliqatan.” Ilmu itu bagai binatang buruan dan tulisan itu adalah talinya, maka ikatlah buruan itu dengan tali yang kuat. Hanya orang bodohlah yang berburu kijang dan meninggalkannya di antara makhluk lainnya yang bebas tanpa ikatan. Kupersembahkan skripsi ini untuk keluarga besarku dan orang-orang terbaik dalam kehidupanku………..
Love you all……..
ABSTRAK
Iin Irnawati (107053000200) “Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah.” Di bawah bimbingan Dr. Sihabudin Noor, MA. Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya Asuransi Syari’ah hadir sesuai kebutuhan dan keinginan umat Muslim untuk ikut serta dalam Asuransi Jiwa maupun Asuransi Kerugian. Asuransi Syari’ah adalah saling tolong menolong sesama peserta berdasarkan akad yang telah ditentukan. Untuk pengelolaan dan penanggungan risiko, Asuransi Syari’ah tidak memperbolehkan adanya gharar (ketidakpastian atau spekulasi), maisir (perjudian) dan untuk investasi atau manajemen dana tidak diperlukan adanya riba (bunga). Didalam menjalankan Asuransi Syari’ah tidak mudah untuk mencapai tujuan perusahaan yang baik. Karena banyak hal yang harus diperhatikan dari segi manajemen. Dalam hal ini manajemen risiko mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan berbagai risiko yang akan timbul pada setiap perusahaan Asuransi Syari’ah. Ini artinya ada sesuatu yang membuat daya tarik tersendiri untuk diteliti karena manajemen risiko dapat membantu perusahaan Asuransi Syari’ah untuk menjadi perusahaan yang sehat. Berdasarkan data tersebut, maka penelitian ini menjadi sangat menarik ketika kita ingin mengetahui Bagaimana Implemenasi Manajemen Risiko dan Mitigasi Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah? Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara holistik (menyeluruh) mengenai Implementasi Manajemen Risiko dan Mitigasi Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Informan ditentukan dengan sampel teoritis berdasarkan pemahaman teori yang sesuai dengan masalah dan tujuannya. Hasil dari penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan yang diperoleh adalah PT. Bringin Life Syari’ah tidak menanggung risiko sendiri dan berbagi risiko dengan peserta. Karena dalam perhitungan kontribusi (premi) menggunakan risk sharing (saling menanggung risiko) antar peserta. Bahwa risiko-risiko tidak bisa dihindarkan namun diminimalisir (mitigasi) risiko dengan metode Actuarial Control Cycle dan Good Corporate Govenance (GCG) metode ini berhasil diintegrasikan PT. Bringin Life Syari’ah dengan adanya Laporan Kesehatan Keuangan dengan menggunakan metode Risk Base Capital (RBC) setiap triwulanan dan periode.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Peneliti menyadari sepenuhnya, skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras peneliti sendiri, tetapi dukungan dari berbagai pihak, khususnya pembimbing yang telah mendorong peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulus hati kepada berbagai pihak, khususnya: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan untuk penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak H. Mulkanasir, Ba, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan besar hati dan sabar, meluangkan waktunya untuk memberikan saran, konsultasi, dan bimbingan terhadap skripsi ini hingga akhirnya bisa sampai ke meja munaqasyah. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen Dakwah yang telah berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman berharga kepada peneliti. Semua amal kebaikan bapak dan ibu dibalas dengan pahala yang tidak terhingga. 6. Seluruh Dosen Penguji, Sekretaris, dan Ketua sidang munaqasyah, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mempresentasikan hasil skripsi peneliti. 7. Bapak Nanang Suryana, S. MM. FSAI., selaku Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syariah yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
ii
8. Bapak Basuki Achmad SE., selaku Kepala Bagian Operasional PT. Bringin Life Syariah yang telah memberikan kesempatan, dan arahan mengenai Asuransi, dan izin penelitian di PT. Bringin Life Syariah. Serta para staff yaitu kakak Omy di bagian Keuangan yang selalu memberikan arahan, semangat, dan motivasi kepada peneliti dan kakak Adhimas serta staff lainnya di PT Bringin Life Syariah. 9. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpusatakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi peneliti untuk mengadakan studi kepustakaan. 10. Keluarga yang selalu mendukung baik secara moral maupun materil. Terutama dari doa bunda dan papa tercinta yaitu Ibu Nipah dan Bapak Nasep serta kakak-kakak ku tersayang (kakak Nita, Kakak Nina, Kakak Nining dan Kakak Iis) dan sepupu Ika serta keponakan kecil ku Ridho dan Bima selalu membuat ku tersenyum. 11. Sahabat-sahabat Manajemen Dakwah angkatan 2007 khususnya kelas B, Lilis Muchlisoh, Rohayati Khosidah, Fauziah, dan Agus Supriyadi yang tiada henti memberikan dukungan, motivasi, semangat, untuk selalu sabar menghadapi hambatan pembuatan skripsi ini. Kemudian, Atik Nurdiana, Noni Nuraini, dan Eem Huzaimah sebagai sahabat Genk 7 (Genk Seven), Yulita, Rizky Ramadhani, Abdhul Rahman, serta teman-teman MD B lainnya. Terkhusus lagi untuk MD A dan Teman-teman ku di kosan Setia Tanzihah dan Tuti yang telah membantu tanpa lelah dan penuh kesabaran, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. Semoga dukungan dan doa dari semuanya akan dibalas oleh Allah SWT. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dalam memperkaya khasanah ilmu dibidang Manajemen Dakwah. Peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Jakarta, 16 Juni 2011
Iin Irnawati
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK .....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
6
D. Metodologi Penelitian...............................................................
7
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 11 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 13
BAB II:
TINJAUAN TEORITIS A. Manajemen Risiko .................................................................... 15 1. Pengertian Manajemen........................................................ 17
iv
2. Pengertian Risiko................................................................ 18 3. Sebab-sebab Kerugian (risiko) ............................................ 21 4. Proses Manajemen Risiko ................................................... 22 5. Tujuan Manajemen Risiko .................................................. 24 6. Respon Manajemen Risiko.................................................. 26 B. Asuransi Syariah....................................................................... 28 1. Pengertian Asuransi Syariah ............................................... 29 2. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah ......................................... 30 3. Misi dan Visi Asuransi Syariah........................................... 31
BAB III: GAMBARAN UMUM PT. BRINGIN LIFE SYARIAH A. Sejarah dan Profil PT. Bringin Life Syariah .............................. 33 B. Visi dan Misi PT. Bringin Life Syariah ..................................... 35 C. Struktur Organisasi PT. Bringin Life Syariah ............................ 35 D. Nilai-nilai Budaya Kerja dan Filosofis PT. Bringin Life Syariah. .................................................................................... 42 E. Produk Asuransi PT. Bringin Life Syariah ................................ 44
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO DI PT. BRINGIN LIFE SYARIAH A. Proses Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Bringin Life Syariah ..................................................................................... 48 1. Hasil Temuan Lapangan Mengenai Manajemen Risiko dari segi Perusahaan (corporate)................................................ 49
v
2. Hasil Temuan Manajemen Risiko dari segi Pertanggungan atau Peserta......................................................................... 54 3. Hasil Temuan Profil Risiko Pada PT. Bringin Life Syariah . 60 B. Langkah-langkah untuk Meminimialisir (mitigasi) Risiko Pada PT. Bringin Life Syariah........................................................... 69 1. Acturial Control Cycle........................................................ 69 2. Good Corporate Governance.............................................. 70
BAB V:
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 78 B. Saran-saran............................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 82 LAMPIRAN................................................................................................... 84
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1.
Laporan Keuangan Tahun 2008 dan 2009 Cabang Asuransi dengan Prinsip Syariah .......................................................... 42
2. Tabel 4.1.
Ilustrasi PT. Bringin Life Syariah .......................................... 67
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1. Struktur Organsasi Divisi Layanan Bisnis Syariah PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera..................................................... 38 2. Gambar 4.1. Konsep Berbagi Risiko dalam Asuransi Syariah.................... 63 3. Gambar 4.2. Posisi Asuransi Syariah dalam Risk Management.................. 76
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1.
Laporan
Keuangan,
Perusahaan
Asuransi
Jiwa
Syariah/Unit Syariah Perusahaan Asurnasi Jiwa Dana Tabarru’ tentang Rasio Kesehatan Keuangan Pencapaian Solvabilitas Dana Tabarru’............................................... 84 2. Lampiran 2.
Laporan
Keuangan,
Perusahaan
Asuransi
Jiwa
Syariah/Unit Syariah Asuransi Jiwa tentang Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan untuk Periode yang berakhir Per Triwulan I 2011 dan Triwulan IV 2010...................... 85 3. Lampiran 3.
Pedoman Wawancara....................................................... 86
4. Lampiran 4.
Surat Izin Penelitian dari PT. Bringin Life Syariah........... 94
5. Lampiran 5.
Surat Izin Penelitian dan Wawancara dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................................................................. 95
6. Lampiran 5.
Surat Bimbingan Skripsi dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ......... 96
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi sudah berkembang secara globalisasi dengan adanya berbagai Lembaga Keuangan Syari’ah, seperti Perbankan Syari’ah, Obligasi Syari’ah, Pasar Modal Syari’ah, dan Asuransi Syari’ah. Hal tersebut muncul karena berbagai kebutuhan dan kondisi untuk mengatur segala jenis investasi dengan menggunakan prinisp Syari’ah. Lembaga Keuangan Syari’ah merupakan Investasi Syari’ah yang paling banyak perhatian dari para pemikir Islam. Dalam hal ini, melakukan pengelolaan keuangan syari’ah, khususnya dalam pengelolaan risiko pada Asuransi Syari’ah memerlukan suatu manajemen yang baik seperti Good Corporate Governance (perusahaan baik). Selain itu, mengamati perusahaan Asuransi Syari’ah dengan melihat berbagai risiko-risiko yang akan timbul pada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Oleh karena itu, Perusahaan harus memiliki alat manajemen risiko untuk mengelola berbagai risiko yang akan timbul pada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Sebab Perusahaan Asuransi Syari’ah berperan untuk melindungi peserta dari berbagai produk asuransi. Dalam hal ini perusahaan harus mampu menjamin bahwa Perusahaan Asuransi Syari’ah mampu menerapkan manajemen risiko pada berbagai aktivitas perusahaan.
1
2
Menurut Ferry N. Idroes, manajemen risiko merupakan suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses1. Berdasarkan teori manajemen risiko tersebut terlihat jelas bahwa manajemen risiko mempunyai peranan penting dalam mengelola berbagai risiko yang akan timbul pada perusahaan Syari’ah dan peserta asuransi. Dalam pengelolaan dan penanggungan risiko, Asuransi Syari’ah tidak memperbolehkan adanya gharar (ketidakpastian atau spekulasi) dan maisir (perjudian). Dalam investasi atau manajemen dana tidak diperlukan adanya riba (bunga). Ketiga larangan ini maisir, gharar, dan riba adalah area yang harus dihindari dalam praktek Asuransi Syari’ah, dan yang menjadi pembeda utama dengan Asuransi konvensional. Menurut Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah upaya menghindari tiga unsur adalah al-Khida “penipuan”, suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi Fiqih berarti penipuan dan tidak mengetahui barang yang diperjualbelikan dan tidak dapat diserahkan. 1. Gharar terjadi apabila kedua belah pihak (misalnya: peserta asuransi, pemegang polis dan perusahaan) saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan menimpa, apakah minggu depan, tahun depan, dan sebagainya. Ini adalah suatu kontrak yang dibuat berasaskan pengandaian (internal) semata. 2. Maisir yaitu memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa disebut juga berjudi. 3. Berikutnya upaya menghindari riba secara bahasa bermakna ziyadah “tambahan.” Riba berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan untuk
1
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 5
3
istilah tekhnis riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.2
Ketiga unsur-unsur Asuransi Syari’ah tersebut merupakan hal yang terpenting untuk menjalankan Perusahaan Asuransi dengan prinsip Syari’ah dan memberikan perbedaan mendasar dari praktik Asuransi Konvensional. Maka uraian diatas menyatakan dengan jelas bahwa mengelola risiko pada peserta dan perusahaan harus menggunakan manajemen risiko dan prinsip Asuransi Syari’ah. Kemudian unsur gharar yang ingin diperkenalkan dari Asuransi Syari’ah agar peserta tidak tertipu oleh orang yang tidak mempunyai hak dalam klaim tersebut, kemudian unsur maisir dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan bahwa penjudian adalah sesuatu yang diharamkan bagi umat Muslim. Begitu pun dengan riba bahwa peserta mengetahui, tidak akan operator Asuransi Syari’ah menggunakan skema bunga atau penambahan uang dalam aktivitas ekonomi. Konsep untuk mengelola risiko pada Asuransi Syari’ah, menggunakan konsep sharing of risk (saling menanggung risiko). Menurut Muhammad Syakir Sula, sharing of risk (saling menanggung risiko), peserta asuarnsi diikat oleh akad (perjanjian) untuk saling membantu, melalui instrumen Syari’ah yang disebut dana tabarru’ (dana kebajikan). Masing-masing mengeluarkan kontribusi, yang besarnya meminjam tabel kematian (mortality table) untuk asuransi jiwa, dan untuk asuransi kerugian menghitung dengan mendasarkan pada statistik kerugian (loss statistics), misalnya menggunakan teori probabilitas (probability) teori kecenderungan (measure of control 2
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General): Konsep Dan System Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 46-53
4
tendency) dan sebagainya.3 Didalam menjalankan operasionalnya, Asuransi Syari’ah memiliki suatu tantangan untuk menghadapi berbagai risiko yang terjadi dalam pengelolaan Perusahaan Asuransi Syari’ah. Dimana Perusahaan Asuransi memberikan banyak kontribusi bagi umat Muslim di Indonesia untuk menlindungi setiap terjadinya risiko-risiko. Menurut Ferry N. Idroes, risiko merupkan bahaya: risiko adalah ancaman untuk kemungkinan saat tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.4 Jadi risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian dimasa depan. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan atau tidak terduga. Kondisi yang tidak pasti itu timbul karena berbagai sebab, antara lain, jarak waktu dimulai perencanaan, keterbatasan informasi yang diperlukan, keterbatasan pengetahuan pengambil keputusan dan sebagainya. Risiko bagian dari realitas kehidupan manusia sehingga sulit untuk menghilangkannya dari kehidupan ini. Yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah bukan risiko atau ketidakpastian itu sendiri (maka harus dieliminasi). Namun menjual atau menukar risiko atau memindahkan risiko kepada pihak ketiga dengan menggunakan kontrak jual belilah yang tidak diperbolehkan, di lain pihak menolong sesama dalam setiap situasi termasuk dalam peristiwa yang tidak menguntungkan sangat didukung dalam ajaran Islam, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Maidah/5: 2 berikut:
3
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General): Konsep Dan System Operasional,h. 303 4 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 4
5
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”5 Risiko yang dihadapi oleh perusahaan Asuransi Syari’ah tidak mudah untuk dikelola bahkan banyak risiko yang dialami dalam manajemen operasional seperti, pengajuan dan pembayaran klaim, risiko kerugian dan risiko kekhawatiran timbul dampak buruk untuk Perusahaan Asuransi tersebut. Manajemen Risiko dalam hal ini, mempunyai peranan penting untuk mengelola risiko secara menyeluruh baik perusahaan maupun peserta Asuransi, sehingga risiko yang akan timbul tidak mendatangkan kerugian atau dampak buruk yang besar bagi perusahaan. Karena manajemen risiko di dalam perusahaan Asuransi Syari’ah lebih diarahkan untuk mengidentifikasi risiko, menghilangkan dan mengurangi kemungkinan atau meminimalisir terjadinya kerugian yang ditimbulkan oleh risiko. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah dipandang memiliki peran yang signifikan dalam proses manajemen Asuransi Syari’ah. Keberhasilan dan kegagalan dalam manajemen Asuransi Syari’ah tergantung pada Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah.
Oleh
karena
itu
diperlukan
suatu
penelitian
yang
akan
menggambarkan bagaimana Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah dan merupakan bagian dari sistem operasional Asuransi Syari’ah. Dengan demikian judul skripsi ini adalah “Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah”. 5
Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2002), h.106
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar dalam memahami skripsi ini tidak terjadi suatu penyimpangan, serta menjaga supaya pembahasan skripsi ini tidak meluas, maka penelitian skripsi ini hanya difokuskan pada pembahasan mengenai manajemen risiko. Hal-hal yang berkaitan dengan manajemen risiko yaitu identifikasi, melakukan peringkat risiko, menegaskan profil risiko, rencana manajemen risiko, solusi risiko, dan kontrol risiko. Untuk mempermudah penelitian skripsi ini, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah? 2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk meminimalisir (mitigasi) risiko yang timbul di PT. Bringin Life Syari’ah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuantujuan yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini diantaranya sebagai berikut: a. Mengetahui bagaimana Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah. b. Mengetahui langkah-langkah
apa
saja
yang dilakukan
untuk
meminimalisir (mitigasi) risiko yang timbul di PT. Bringin Life Syari’ah.
7
2. Manfaat Penelitian Terkait dengan perumusan masalah, maka penelitian ini tentunya bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya: a. Teoritis Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan tentunya akan menambah referensi bagi mahasiswa sebagai penunjang untuk melanjutkan penelitian berikutnya. b. Praktis 1) Perusahaan
Asuransi
Syari’ah:
Sebagai
sumber
evaluasi
perusahaan Asuransi Syari’ah mengenai Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah dan sebagai referensi untuk menjalankan manajemen yang lebih efektif dan efisien. 2) Peneliti selanjutnya: Sebagai informasi dan referensi data penelitian dalam memecahkan kasus tersebut. Selanjutnya, penelitian ini dapat diteliti kembali oleh peneliti berikutnya. 3) Masyarakat: merupakan sumber referensi dan saran penelitian bagi kalangan
akademisi
dan
praktisi
dalam
mengembangkan
selanjutnya.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
8
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.6 Adapun desain penelitian yang diperlukan adalah deskriptif analisis. Yaitu penelitian yang akan menjelaskan apa adanya kemudian akan berusaha menganalisis dan mengungkapkan serta mendeskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis, mengenai Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah. Sehingga ada suatu penyelesaian dari permasalahan tersebut. 2. Pemilihan Informan Penelitian ini penetapan subjek penelitiannya menggunakan sampel teoritis adalah sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili (bersifat representatif terhadap fenomena yang dipelajari).7 Pemilihan orang yang tepat dengan berbagai argumentasi konseptualnya menjadi penting untuk memperoleh data yang paling akurat sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, peneliti juga harus menentukan secara hati-hati waktu dan kondisi yang tepat untuk melakukan wawancara atau mengamati informan. Oleh karena itu, peneliti memilih informan yang menjamin diperolehnya data penting sesuai topik yang diteliti yaitu Kepala Divisi Syari’ah dan Bagian Operasional di PT. Bringin Life Syari’ah.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), Cetakan ke enam. h.9 7 Kristi Poewandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia (Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005). h.102
9
3. Sumber data a. Data primer, adalah data yang berasal langsung dari sumber atau informannya, yaitu Kepala Divisi Syari’ah dan Kepala Bagian Operasional PT. Bringin Life Syariah. Ada dua orang informan berdasarkan sampel teoritis yaitu Nanang Suryana dan Basuki Achmad. b. Data Sekunder, adalah data tidak langsung, yaitu catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan, brosur, dan diktat. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam setiap penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. a. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, peneliti terjun langsung ketempat yang diteliti yaitu PT. Bringin Life Syariah. b. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Jadi peneliti melakaukan wawancara atau langsung kepada dua orang yang bersangkutan tersebut di PT. Bringin Life Syariah.
10
c. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Jadi peneliti melakukan rekaman atau recorder ketika melakukan wawancara dan foto-foto (mengambil gambar). 5. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Bringin Life Syari’ah, Jl. Hr. Rasuna Said Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Maret-04 Mei 2011. 6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.8 Teknik pengelolaan data yang peneliti gunakan dalam mengolah data penelitian ini adalah dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti mencoba memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data dengan berpedoman dengan sumber-sumber tertulis.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan ke enam. h.244
11
7. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”
yang
diterbitkan
oleh
CeQDA
(Center
for
Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007.9
E. Tinjauan Pustaka Berdasarkan
tinjuan
yang
sudah
dilakukan
beberapa
sumber
kepustakaan, peneliti melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini tampak sangat urgen, karena penelitian tentang manajemen risiko ini belum ada yang membahas dalam hal Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini diantaranya: 1. “Peran Manajemen Risiko Dalam Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada Bank BNI Syari’ah Sudirman), oleh Nursyamsiyah 2003, program studi Pebankan Syari’ah. Dalam pembahasan penelitian ini, memfokuskan pada pembahasan kepada bahwa Pembiayaan Murabahah merupakan pembiayaan yang dicirikan dengan pengadan barang di awal dan pembayaran kemudian, baik dalam bentuk anggaran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus). Dengan demikian pemberian pembiayaan murabahah dengan jangka waktu panjang akan menimbulkan potensi risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada pihak ketiga. 9
Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CeQDA (Center for Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet; Pertama
12
2. “Manajemen Risiko Pada Produk Hasanah Card” (Study Kasus Pada PT. BNI Syari’ah), oleh Een Kurniati 2005, program studi Perbankan Syari’ah. Dalam pembahasan penelitian ini, memfokuskan pada pembahasan kepada bahwa manajemen risiko pada hasanah card dan cara mitigasi terhadap risiko yang timbul, serta untuk mengetahui persamaan antara pembiayaan pada hasanah card dan pembiayaan murabahah memiliki perbedaan dan persamaan. Persamaannya adalah keduanya menemukan konsep SC dalam menganalisis kelayakan nasabah menerima fasilitas pembiayaan. Adapun perbedaannya terletak pada aplikasi kedua pembiayaan tersebut yaitu perbedaan pada akad, fee dan jaminan. 3. “Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah” (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk), oleh Fika Auna 2005, program studi Perbankan Syari’ah. Dalam pembahasan penelitian ini, memfokuskan pada pembahasan kepada bahwa Perbankan Nasional mennghadapi berbagai jenis banking risk yang sejak krisis belum terjadi. Banking risk tersebut bervariasi baik yang bersifat internal (berupa finansial dan operator risk) maupun eksternal (dalam bentuk business risk dan event risk), meskipun tidak semua risiko itu langsung menghantam modal Bank. Ada empat kelompok risiko yang menghadang Perbankan, yaitu: financial risk, operational risk, business risk, event risk. Manajemen risiko pada BMI belum dapat dipisahkan dari pembiayaan lainnya. Mengingat bahwa pembayaran berbasis bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan lain yaitu atas dasar margin atau keuntungan.
13
4. “Analisis Manajemen Risiko Pada Pelaksanaan Ibadah Haji Tahun 2008 KBIH Istiqlal Jakarta” oleh Hanifah 2008, program studi Manajemen Dakwah.
Dalam
pembahasan
penelitian
ini,
memfokuskan
pada
pembahasan kepada bahwa KBIH Istiqlal tergolong kedalam risk averter yaitu sebutan bagi orang/lembaga yang enggan terhadap risiko sedangkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi mengambil cara risk financing transfer (memindahkan risiko disertai dengan pembiayaan) dan risiko retention (risiko ditangani oleh perusahaan yang bersangkutan). Dengan demikian setelah melakukan peninjauan terhadap hasil skripsi terdahulu, maka penelitian ini sangat berbeda dengan skripsi 1, 2, 3, dan skripsi 4. Perbedaan itu terlihat dari objek yang diteliti, misalnya ke empat objek tersebut meneliti pada Perbankan Syari’ah dan KBIH. Sedangkan penelitian ini meneliti pada objek Asuransi Syari’ah, di mana Asuransi Syari’ah tersebut bergerak pada asuransi jiwa, sehingga Implementasi Manajemen Risikonya pun akan berbeda, karena memiliki dua kategori yaitu secara Perusahaan dan Peserta. Oleh karena itu, akan membahas implementasi manajemen risiko secara perusahaan dan peserta dengan menggunakan beberapa metode untuk meminimalisir risiko.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, peneliti mengutarakan tentang: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
14
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan Bab II Tinjauan Teoritis, menguraikan tentang: Manajemen Risiko yaitu; Pengertian Manajemen Risiko, Pengertian Risiko Menurut Syari’ah, Sebabsebab Kerugian (risiko), Proses Manajemen Risiko, Tujuan Manajemen Risiko, Respon Manajemen Risiko, dan Asuransi Syari’ah yaitu; Pengertian Asuransi Syari’ah, Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah, Misi dan Visi Asuransi Syari’ah. Bab III Gambaran Umum PT Bringin Life Syari’ah, menguraikan tentang: Sejarah dan Profil PT. Bringin Life Syari’ah, ,Visi dan Misi PT. Bringin Life Syari’ah, Struktur Organisasi PT. Bringin Life Syari’ah, Nilainilai Budaya Kerja dan Filosofis PT. Bringin Life Syari’ah, Produk Asuransi PT. Bringin Life Syari’ah. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah, menguraikan tentang: Proses Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syari’ah yaitu; Hasil Temuan Lapangan Mengenai Manajemen Risiko Secara Perusahaan (corporate), Hasil Temuan Manajemen Risiko Secara Pertanggungan atau Peserta, Hasil Temuan Profil Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah dan Langkah-langkah Untuk Memitigasi Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah yaitu; Acturial Control Cycle dan Good Corporate Governance. Bab V Penutup, menguraikan tentang sejumlah kesimpulan berkaitan dengan penelitian ini dan saran-saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen Risiko Menurut Ferry N. Idroes manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.1 Dalam hal ini manajemen risiko dipraktikan pada perusahaan asuransi Syari’ah karena untuk mengantisipasi risiko-risiko yang akan timbul pada masa depan. Risk Management ialah peninjauan risiko dari sudut pandang seorang manajer asuransi (risk manager). Risiko yang ada dalam masyarakat bisa kita lihat dari dua segi, yaitu: pembeli asuransi (pemegang polis) dan penjual asuransi (perusahaan asuransi). Bagi seorang risk manager yang penting untuknya ialah, melihat risiko dari segi “pembeli asuransi”. Usaha yang harus dijalankannya ialah teutama harus menitikberatkan pada prevention of loss, oleh karena demikian banyaknya risiko bisnis asuransi didalam masyarakat yang harus dihadapi. Fungsi pimpinan bagian asuransi ialah untuk memikirkan bagaimana caranya agar risiko dapat ditangani, apakah dengan jalan mempertanggungkan atau dengan menggunakan self insurance (asuransi sendiri).2 Dalam hal ini, manajemen risiko akan digunakan apabila risiko timbul pada perusahaan dan peserta asuransi serta dapat mengetahui dengan 1
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 5 2 A. Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 145
15
16
metode mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, melaporkan dan meminimalisir risiko pada pembeli asuransi dan penjual asuransi. Dalam Islam, konsep manajemen risiko sudah dituliskan dalam alQuran sekitar abad 14 tahun yang lalu. Salah satu yang sangat indah dalam alQuran adalah mengenai Yusuf a.s, yang dalam satu bagiannya diperkenalkan bagaimana caranya mengelola risiko. Konsep manajemen risiko juga telah ditunjukkan oleh Allah swt pada saat Dia mencatat perintah Ayah Yusuf kepada anaknya sebelum mereka berangkat ke Mesir. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Yusuf/12:67 berikut:
Artinya: Dan Dia (Ya’kub) berkata, “wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. KepadaNya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.”3 Sangat jelas bahwa dalam sudut pandang manajemen risiko, Islam mendukung semua upaya mengeliminasi atau memperkecil risiko, sekaligus mempunyai bahwa hanya keputusan Allah-lah yang akan menentukan hasilnya.4
3
Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2002), h.243 4 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah dalam Praktik Upaya Menghilangkan gharar, Maisir, dan Riba (Jakarta : Gema Insani Press, 2005). Cetakan Pertama, h. 18
17
Uraian di atas menunjukkan bahwa risiko itu tidak dapat dihindarkan, namun diminimalisir agar tidak terjadi risiko-risiko yang signifikan. Dan setiap aktivitas kehidupan manusia harus menggunakan manajemen. Manajemen untuk memperkecil risiko-risiko yang akan timbul. Maka mengelola risiko sudah ada pada zaman Nabi Yusuf a.s. 1. Pengertian Manajemen Kata manajemen berasal dari Bahasa Inggris dari kata kerja to manage, ialah mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola.5 Sinonimnya antara lain to hand berarti ‘mengurus’, to control ‘memeriksa’ to guide ‘memimpim’. Jadi apabila hanya dilihat dari asal katanya, manajemen
berarti
pengurusan,
pengendalian,
memimpin
atau
membimbing. Manajemen sebagai suatu ilmu dan teknik untuk mengurus atau mengelola tidak dapat dilepas dari fungsi-fungsi dan kewajiban manusia yang telah ditetapkan. Seperti yang diungkapkan George Terry dikutip oleh Mochtar Effendy, menyatakan bahwa definisi manajemen itu adalah sesuatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab (responsibility) tetap di tangan yang memerintah. Manajemen didefinisikan sebagai proses kerjasama dengan dan melalui orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.6
Dalam hal ini manajemen dapat dikatakan untuk mengatur atau mengelola sebuah organisasi, lembaga, dan pemerintahan dengan 5
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996). h. 372 6 Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2009) Cetakan Ketiga, h. 9
18
menggunakan
fungsi-fungsi
manajemen
seperti
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (POAC) dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu dibutuhkan ilmu manajemen dari berbagai aktivitas kehidupan di dunia. 2. Pengertian Risiko Pengertian risiko menurut Kamus Inggris, risiko ialah risk, dalam asuransi “insurance risk” ialah orang yang besar risikonya bagi perasuransian.7 Risiko menurut Kamus Bahasa Arab, a’aqibatu dan awaa qiba (aqoda-ya’qidu- aqdan) ialah balasan yang baik dan akibat yang baik. (kamus bahasa arab muhamad yunus) Dalam aktivitas sehari-hari setiap orang memiliki berbagai risiko yang akan timbul, dalam hal ini tidak lepas dengan memperoleh rezeki yang halal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rezeki yang diberikan Allah kepada kita bukan hanya berupa harta atau benda yang dihasilkan oleh bumi saja. Rezeki dapat pula berupa kesehatan, kekuatan tubuh, keterampilan, gerak langkah dalam kehidupan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Baqarah/2:3 berikut:
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan salat, dan menginfaqkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (al-Baqarah ayat 3)8 Arti rezeki dari ayat tersebut di atas yaitu: “Segala apa yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat. Contohnya; kita bisa lihat, betapa 7 8
John M, Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, h.488 Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, h.2
19
banyak buruh dan karyawan yang berusaha untuk mendapat gaji besar tapi hasilnya tetap saja kecil. Adakalnya seseorang banting tulang di masa mudanya untuk mencari harta, justru baru berhasil ketika tua.9 Dalam hal ini, risiko dan rezeki memiliki hubungan dalam proses aktivitas kehidupan sehari-hari, sebab rezeki diperoleh ketika seseorang akan mengalami berbagai risiko yang akan timbul, tanpa adannya risiko seseorang tidak akan mampu mencapai hasil yang maksimal dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jadi dengan ini seseorang dapat tolong-menolong dengan
sesama untuk memperkecil risiko yang akan timbul. Risiko adalah ketidapastian (uncertainity) mengenai kerugian, ketidakpastian yang menyebabkan kerugian. Definisi lainnya adalah karena tidak pasti terhadap kemungkinan yang dapat terjadi dalam bentuk atau peristiwa yang belum tentu dan menimbulkan rasa tidak aman. Menurut Ferry N. Idroes, Risiko merupakan bahaya: risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.10 Jadi risiko membahas mengenai ketidakpastian tentang masa depan, baik secara individu atau peserta dan Perusahaan (corporate) maka perlu
adanya
suatu
pengelolaan
risiko
untuk
mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengendalikan tentang ketidakpastian yang akan timbul pada setiap Peserta dan Perusahaan.
9
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Anda bertanya Islam menjawab (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cetakan 15, h. 25-26 10 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 4
20
Berbicara mengenai Perusahaan Asuransi Syari’ah tidak lepas dari pengelolaan risiko yang benar untuk menyeleksi setiap risiko berdasarkan klausula. Proses hubungan dalam mekanisme pertanggungan pada Asuransi Syari’ah adalah sharing of risk (saling menanggung risiko). Apabila terjadi musibah, maka semua peserta Asuransi Syari’ah saling menanggung. Dengan demikian, tidak terjadi transfer risiko dari peserta ke Perusahaan, karena dalam praktiknya kontribusi (premi) yang dibayarkan oleh peserta tidak terjadi yang disebut transfer of fund, status kepemilikan dana tersebut tetap melekat pada peserta sebagai shahibul mal.11 Dalam hal ini untuk membedakan sesuatu yang terjadi pada asuransi konvensional, karena yang telah dipraktikan pada asuransi konvensional berupa transfer of fund yaitu transfer risiko dari peserta ke Perusahaan. Sehinggga tidak menggunakan skema berbagi risiko pada peserta, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Maidah/5:2 berikut:
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”12
Implementasi sharing of risk (saling menanggung risiko), peserta asuransi diikat oleh akad (perjanjian) untuk saling membantu, melalui instrumen Syari’ah yang disebut dana tabarru’ (dana kebajikan). Masingmasing mengeluarkan kontribusi, yang besarnya meminjam tabel kematian 11 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General): Konsep Dan System Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 303 12 Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, h.106
21
(mortality table) untuk asuransi jiwa, dan untuk asuransi kerugian menghitung dengan mendasarkan pada statistik kerugian (loss statistics), misalnya
menggunakan
teori
probabilitas
(probability)
teori
kecenderungan (measure of kontrol tendency) dan sebagainya. Akad yang digunakan oleh Asuransi Syari’ah bergantung pada klausula yang ditentukan, akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah yang pada umumnya telah dipraktikan. Sebab akad tabarru’ untuk memberikan suatu gambaran umum mengenai perhitungan kontribusi (premi) yang harus dikeluarkan pada setiap peserta asuransi dan menggunakan tabel kematian. Uraian di atas menunjukkan bahwa sharing of risk telah diimplementasikan dari hadist riwayat Muslim bahwa Nabi saw bersabda:
:
ﺊ
“Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti suatu bangunan memperkuat satu sama lain” dan “orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila salah satu anggota badan menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.”13
3. Sebab-sebab kerugian (Risiko) Telah dipaparkan sebelumnya bahwa risiko ketidakpastian mengenai masa depan. Ketidakapastian tersebut dapat dipahami dengan mengetahui sebab-sebab kerugian (risiko) itu timbul pada Lembaga 13
Abu al-Husain Muslim Ibnu Hajjaj Ibnu Muslim Ibnu Warod al-Qusyairi al-Nisaburi, Shahih Muslim dalm Bab Tarohumul Mukminin Wa ta’aatufuhum wata’aadhuduhum, juz 12 h.467
22
Keuangan Syari’ah, khususnya Asuransi Syari’ah, sebab Asuransi Syari’ah memberikan suatu konsep sharing of risk untuk mengelola risiko. Menurut Kuat Ismanto, sumber penyebab kerugian (risiko) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Risiko sosial adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang diharapkan. b. Risiko fisik disebabkan oleh fenomena alam dan sebagian lagi diciptakan oleh manusia itu sendiri. Banyak risiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk, terutama, kedalam kategori fisik, sebagai contoh kebakaran, cuaca/iklim, petir, dan lain-lain. c. Risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan Perusahaan individual.14
Pada sebab-sebab kerugian (risiko) tersebut terjadi pada Asuransi Syari’ah dalam proses menuju risiko seperti perserta dan Perusahaan. Karena Perusahaan Asuransi Syari’ah tidak hanya mengelola risiko pada Perusahaan, namun mengelola risiko peserta pun demikian. Jadi sebabsebab kerugian timbul karena dipengaruhi oleh risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Hal tersebut dapat teridentifikasi dari daftar riwayat dan karakteristik peserta sehinggga dapat menimbulkan risiko yang besar ke dalam tiga sebab-sebab kerugian tersebut. 4. Proses manajemen risiko Proses manajemen risiko mempunyai berbagai proses untuk mengelola risiko yang akan ditimbulkan dari berbagai aspek-aspek, pada umumnya yang digunakan sebagai berikut:
14
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), Cetakan Pertama, h.32
23
a. Identifikasi dan pemetaan risiko Pada proses ini menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi risiko secara keseluruhan menentukan definisi kerugian, menyusun dan melakukan kedalam kategori risiko yang dapat diterima dan tidak diterima. Konsep ini menjelaskan bahwa risiko diidentifikasi sejak dini, walaupun risiko yang akan ditimbulkan kecil namun perlu diantisipasi untuk pengelolaan risiko. b. Melakukan peringkat risiko Proses yang akan menjelaskan ke dalam proses mengukur risiko
dan
perluasan
dengan
memanfaatkan
tolok
ukur
(benchmarking), permodelan (modeling), dan permalan (forecasting) yang berasal dar eksternal. Maka melakukan peringkat risiko dapat digunakan dari berbagai cara untuk mengelola risiko yang benar, agar di dalam suatu Perusahaan Asuransi dapat menilai risiko sejak dini untuk menuju tata kelola Perusahaan yang baik. c. Menegaskan profil risiko dan rencana manajemen risiko Menegaskan profil risiko merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko yang penting, karena untuk melihat identifikasi selera risiko Perusahaan dan identifikasi visi stratejik. Dalam hal ini memberikan suatu pemahaman mengenai profil risiko yang akan timbul, seperti pada Perbankan Syari’ah menegaskan profil risiko dari risiko likuiditas, risiko reputasi, risiko operasional, risiko pasar, risiko legal (hukum), risiko finansial dan sebagainya. Maka pada Asuransi
24
Syari’ah pun akan menimbulkan risiko yang tidak jauh berbeda pada perbankan Syari’ah. d. Solusi risiko atau implementasi tindakan terhadap risiko Hal yang perlu diperhatikan pula solusi risiko, sebab setelah mengetahui risiko yang timbul. Maka perlu memberikan sebuah solusi untuk mengatasi terjadinya risiko. Apakah risiko yang timbul perlu dihindari (avoidance), alihkan (transfer), dan mitigasi risiko (mitigate risk). e. Pemantauan dan Pengkinian atau kaji ulang risiko dana kontrol Pemantauan ini akan melakukan kontrol risiko dari seluruh bagian yang ikut serta untuk mengendalikan berbagai risiko dilakukan oleh seluruh entitas Perusahaan dan pengkinian. Dengan maksud bahwa strategi manajemen risiko telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik, mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko yang terintegrasi ke dalam strategi risiko keseluruhan. Oleh karena itu, Perusahaan telah berhasil menggunakan manajemen risiko.
5. Tujuan manajemen risiko Terdapat bermacam-macam tujuan manajemen risiko. Tujuan yang ingin dicapai untuk tata kelola Perusahaan dan tujuan untuk meyeleksi risiko pada setiap peserta. Secara umum tujuan manajemen risiko meliputi:
25
a. Mendukung pencapaian tujuan Tujuan yang telah ditentukan Perusahaan akan memberikan suatu pengaruh yang besar pada Perusahaan. Karena memiliki tujuan Perusahaan, maka akan menjelaskan apa maksud Perusahaan tersebut berdiri dan bagaiman menjalankan Perusahaan yang sehat. Tujuan inilah akan menjalankan visi, misi, maksud dan tujuan serta rekam jejak Perusahaan (track record) Perusahaan. b. Memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan peluang yang jauh lebih tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi, risiko yang lebih tinggi diambil dengan dukungan sikap ada solusi yang sesuai dengan risiko. c. Mengurangsi kemungkinan kesalahan fatal untuk menegaskan bahwa risiko yang timbul dapat terdeteksi lebih dini dan dapat memperkecil risiko. d. Menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan tinngkatan dalam Perusahaan jadi setiap individu harus mengambil dan mengelola risiko masing-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan manajemen risiko itu adalah ingin memperkecil risiko dan mencapai tujuan untuk menjalankan Good Corporate Govenance atau tata kelola Perusahaan yang baik dalam mengelola risiko yang akan ditimbulkan dari individu atau peserta dan Perusahaan, maka hasil manajemen risiko itu meliputi
26
identifikasi,
menganalisis,
mengukur,
dan
mengendalikan
serta
meminimalisir (mitigasi) risiko. Sehingga risiko dapat terdeteksi sejak dini oleh Perusahaan Asuransi Syari’ah. Menurut Ferry N. Idroes, manajemen risiko yang efektif membantu organisasi untuk dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Strategi risiko dan kontrol secara komprehensif berdasarkan pertimbangan yang terkait pada toleransi terhadap risiko, filosofi terhadap risiko, dan akuntabilitas risiko. 2. Disiplin manajemen risiko pada seluruh entitas organisasi. 3. Integrasi manajemen risiko di dalam kerangka kerja tata kelola Perusahaan (corporate governance). 4. Strategi penyesuaian risiko (risk-adjudted) pada saat pengambilan keputusan. 5. Kemampuan manajemen senior untuk memahami dampak risiko terhadap keuntungan dan nilai saham. 6. Peningkatan identifikasi portofolio dan rencana aksi (action plan) 7. Memahami proses bisnis kunci 8. Sistem peringatan dini dan respon bencana yang efektif. 9. Peningkatan keamanan informasi.15
Uraian di atas menunjukkan bahwa manajemen risiko dapat memberikan manfaat bagi setiap organisasi, pelaku bisnis dan Perusahaan Asuransi untuk dapat menentukan sikap dan menetapkan solusi dari berbagai profil risiko. Karena untuk menghindari bahaya moral yang mengerikan bagi Perusahaan Asuransi. Apalagi Perusahaan Asuransi Syari’ah hadir untuk menjawab kebutuhan dan keinginan umat Muslim dalam memproteksi atau melindungi pada asuransi jiwa dan kerugian. 6. Respon Manajemen Risiko Respon manajemen risiko merupakan suatu tindakan dari sebuah Perusahaan untuk mengelola risiko dari berbagai profil risiko. Dalam hal 15
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 6-7
27
ini respon apakah yang harus diambil Perusahaan asuransi misalnya: menerima, menghindari atau memperkecil risiko yang timbul. Berarti memerlukan tindakan yang efektif, tepat, akurat dan terintegrasi terhadap risiko yang timbul. Menurut Muhaimin Iqbal, respon manajemen risiko sebagai berikut: 1. Menerima atau menahan risiko. Bila tingkat risiko tersebut berada pada tingkat yang dapat diterima, individu atau organisasi dapat memutuskan untuk menerima risiko (tidak membaginya dengan pihak lain di luar dirinya). Sumber daya yang tepat perlu dialokasikan untuk mengantisipasi dan mengompensasi bila risiko tersebut terjadi. 2. Menghindari atau mengeliminir risiko. Bila risiko tersebut tidak dapat diterima maka individu atau organisasi perlu menghindarinya. Penghindaran suatu risiko dalam beberapa hal bisa berarti individu atau organisasi memutuskan untuk tidak meneruskan kegiatan atau bisnis yang menghadirkan risiko tersebut. 3. Menetralisasi atau mengimbangi risiko merupakan bentuk penyeimbangan suatu risiko dengan risiko lain yang memiliki pengaruh yang berlawanan bila kedua risiko tersebut terjadi. 4. Mengendalikan atau mengurangi. Ini merupakan tindakan memperbaiki risiko untuk mencapai standar dan tingkat yang dapat diterima. 5. Membagi risiko dengan yang lain. Ini untuk risiko di luar kemampuan seseorang atau organisasi untuk menerima atau mengendalikannya, maka suatu individu atau organisasi dapat membagi risiko tersebut dengan orang atau organisasi lain yang memiliki sifat risiko yang mirip satu sama lain. Dalam Islam praktik ini disebut Asuransi Syari’ah atau proteksi yang mutual.16
Setelah mengetahui respon manajemen risiko apa yang harus digunakan untuk Perusahaan asuransi, maka penulis membuat kesimpulan mengenai manajemen risiko. Menurut Abbas Salim, manajemen risiko mempunyai arti yang lebih luas yaitu semua risiko yang terjadi didalam masyarakat (kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain-lain) ditinjau
16
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah dalam Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), Cetakan Pertama, h. 21
28
dari segi manajemen Perusahaan.17 Jadi manajemen risiko adalah mengelola dari berbagai risiko yang dapat terjadi pada peserta dan Perusahaan dengan mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan melaporkan risiko dari risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi.
B. Asuransi Syari’ah Dalam kaitan dengan Mu’ammalah, sebenarnya Syari’ah Islam cukup permisif dan mudah dipahami atau dalam bahasa yang sederhana dapat dikatakan semuanya boleh, kecuali yang secara tegas dan eksplisit dilarang di dalam Al-Qur’an atau berlawanan dengan Sunnah Nabi Muhammad saw. Sebagaimana orang-orang asuransi sangat akrab dengan istilah “All Risks”, Syari’ah Islam dalam Muammalah mirip dengan pengertian “All Risks” tersebut, yang kurang lebih dapat diuraikan menjadi “Semua dijamin (diperbolehkan), kecuali hal-hal yang dilarang secara spesifik dan yang terdapat pada daftar pengecualian…”18 Berkenanaan dengan Asuransi Syari’ah, memiliki unsur yang dilarang dalam Asuransi Syari’ah ketika mengelola Perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kerugian dengan prinsip Syari’ah. Hal yang dilarang dipraktikan yaitu: maisir, gharar, dan riba, riswah atau suap, penipuan, monopoli dan sebagainya atau tidak sesuai dengan Syari’ah Islam.
17 Abbas Salim, Asuransi Manajemen Risiko (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cetakan Ketujuh, h. 195 18 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah dalam Praktik, Cetakan Pertama, h. 2
29
1. Pengertian Asuransi Syari’ah Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, Insurance yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata “pertanggungan “.19 Dalam menerjemahkan istilah asuransi ke dalam konteks asuransi Islam terdapat beberapa istilah, antara lain takaful (bahasa Arab), ta’min (bahasa Arab), dan Islamic Insurance (bahasa Inggris). Istilah Takaful dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar kafala-yakfulu-takafalayatakafal-takaful yang berarti saling menanggung atau menanggung bersama. Maka takaful dalam pengertian muammalah mengandung arti yaitu saling menanggung risiko di antara sesama manusia sehingga di antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atau risiko masingmasing.20 Asuransi Syari’ah menggunakan sharing of risk (saling menanggung risiko) sehingga apabila peserta tertimpa musibah maka peserta yang lain pun akan saling tolong-menolong denga niat ikhlas. Seperti yang diungkapkan dalam Ensiklopedia Hukum Islam dikutip oleh AM Hasan Ali, bahwa asuransi (at-ta’min) adalah transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.21 Asuransi Syari’ah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad 19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cetakan Pertama, h. 54 20 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), Cetakan ke-4, h.136 21 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Kencana, 2004) Cetakan pertama, h. 59
30
(perikatan) yang sesuai dengan Syari’ah. Akad yang mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. (Menurut Dewan Syari’ah Nasional MUI, dalam Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/IX/2001).22 Maka dapat disimpulkan Asuransi Syari’ah adalah saling tolongmenolong sesama peserta berdasarkan akad yang telah ditentukan untuk menghindari paktik gharar, maisir, dan riba. 2. Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah Prinsip utama dalam Asuransi Syari’ah adalah ta’awanu ‘ala al birr wa al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-ta’min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling menjamin dan menanggung risiko.23 Adapun prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah sebagai berikut: a. Saling Bertanggung Jawab Bagi peserta atau pertanggungan memiliki amanah untuk menolong dan memikul tanggung jawab kepada peserta lain apabila terjadinya musibah atau kerugian. Karena dengan bertanggung jawab terhadap sesama adalah suatu ibadah menjalani kehidupan didunia. Hal ini dapat diperhatikan dari hadist berikut:
22
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) Cetakan Pertama, h.52 23 Gemala Dewi. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di Indonesia, Cetakan ke Empat, h. 146
31
" “Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orangorang beriman antara satu dengan lain seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh tubuh”, (HR. Bukhari dan Muslim).24 b. Saling Bekerja Sama atau Saling Membantu Peserta diharuskan memiliki jiwa tolong-menolong kepada peserta lainnya untuk mengatasi kesulitan dari sebab kerugian atau musibah yang dideritanya. Jadi Asuransi Syari’ah mengharuskan untuk bekerjasama untuk membantu kesulitan peserta. c. Saling Melindungi Penderitaan Satu Sama Lain Peserta Asuransi Syari’ah akan berperan sebagai pelindung bagi peserta lain untuk melindungi apa yang telah terjadi pada peserta lainnya ketika mengalami musibah yang dideritanya. Oleh kaarena itu peserta
Asuransi
Syari’ah
tidak membiarkan
peserta
lainnya
menanggung risiko dengan sendiri. 3. Misi Dan Visi Asuransi Syari’ah Menurut Muhamad Syakir Sula, misi dan visi yang diemban dalam pengembangan ekonomi Syari’ah umumnya dan Asuransi Syari’ah pada khususnya sebagai berikut: a. Misi Aqidah Ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiah, karena titik berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridha Allah (mardhatillah), dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariatNya. Kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran, dan distribusi, diikatkan pada prinsip Ilahiah dan tujuan Ilahi. Manusia muslim melakukan perencanaan, berproduksi, menyiapkan proteksi. 24
Abu al-Husain Muslim Ibnu Hajjaj Ibnu Muslim Ibnu Warod al-Qusyairi al-Nisaburi, Shahih Muslim dalm Bab Tarohumul Mukminin Wa ta’aatufuhum wata’aadhuduhum, juz 12 h.467
32
b. Misi Ibadah (Ta’awun) Asuransi Syari’ah adalah asuransi yang bertumpu pada konsep tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wata’awanu ‘alal birri wattaqwa), dan perlindungan (at-ta’min). juga mejadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung. c. Misi Iqhtishodi (Ekonomi) Berdirinya asuransi takaful (dan Asuransi Syari’ah lainnya), jelas akan meningkatkan kesadaran berasuransi. Sehingga di samping ikut membangun untuk memperkuat sumber daya keuangan dalam negeri, juga akan memberikan dampak kontraksi moneter untuk menahan laju inflasi. Dengan optimalnya investasi yang dilakukan sesuai dengan prinsip Syari’ah Islam, maka akan dapat membantu pertumbuhan ekonomi secara maksimal. d. Misi Pemberdayaan Umat (Sosial) Keberadaan asuransi takaful (Asuransi Syari’ah) ditinjau dari sisi ekonomi jelas memperkuat jaringan ekonomi umat, terutama untuk memperkokoh baris lapisan ekonomi menengah umat.25
Berdasarkan uraian di atas, menyatakan bahwa misi dan visi pada Asuransi Syari’ah yaitu; misi ibadah, misi aqidah, Iqhtishodi (Ekonomi), dan misi Pemberdayaan Umat (Sosial). Dalam hal ini dapat menolong dan melindungi para pemegang polis untuk berperan dalam aktivitas ekonomi pada Perusahaan Asuransi Syar’iah.
25
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General): Konsep dan System Operasional, h. 321-325
BAB III GAMBARAN UMUM PT. BRINGIN LIFE SYARIAH
A. Sejarah dan Profil PT. Bringin Life Syariah Kondisi perkembangan industri asuransi di Indonesia yang semakin baik dan jumlah masyarakat yang berasuransi masih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk, merupakan bagi Bank Rakyat Indonesia untuk mendirikan usaha dibidang asuransi jiwa. Pada tanggal 28 oktober 1987 dengan Akte Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito No. 116 dan SK Menteri Keuangan RI pada tanggal 10 Oktober 1988, Bank Rakyat Indonesia memperoleh izin usaha mendirikan PT Asuransi Jiwa BRIngin JIWA SEJAHTERA yang menggunakan merek dagang BRingin life. Pada awalnya, BRingin life dibentuk guna memenuhi kebutuhankebutuhan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah perbankan, khususnya nasabah kredit kecil BRI. Namun dalam perkembangan selanjutnya mengingat akan kebutuhan jasa asuransi yang meliputi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, program dana pensiun, asuransi pendidikan, kecelakaan diri, annuitas dan program kesejahteraan hari tua cukup besar, maka bisnis BRingin life merambah pasar di luar BRI untuk memenuhi kebutuhan secara individu dan kumpulan.1 Untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa asuransi kepada masyarakat luas, BRingin life membuka kantor-kantor cabang pemasaran di beberapa kota 1
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
33
34
besar dan kota kabupaten untuk memperluas pangsa pasar dan memberi pelayanan yang lebih baik dan lebih dekat kepada nasabah. Pada tahun 1993 didirikanlah kantor cabang untuk melayani pemasaran asuransi di wiliyah Jakarta dan Surabaya. Pada perkembangan selanjutnya, seiring dengan persaingan bisnis asuransi yang sangat ketat, yang bukan hanya berasal dari perusahaan lokal namun juga perusahaan asing, BRingin life terus mengembangkan sayapnya sehingga menjangkau lapisan masyarakat di beberapa kota besar di Indonesia. Dengan berkembangnya kantor-kantor cabang tersebut, semakin berkembang pula jumlah aparat pemasaran sebagai konsultan bagi nasabah untuk membantu menemukan program asuransi yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Pada tahun 1995, atas dasar Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep-184/KM.17/1995 BRingin life mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan pensiun di hari tua. BRingin life membuka unit usaha baru berupa Asuransi Syariah. Izin operasional Kantor Cabang Syariah BRingin life telah dikeluarkan oleh Menteri Keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No.: KEP007/KM.6/2003 tanggal 21 January 2003. BRingin life terus menerus selalu mengembangkan produknya, baik program asuransi individu, asuransi kumpulan maupun bancassurance. Hal ini tidak lain adalah untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan dan kondisi saat ini dan di masa mendatang agar selalu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
35
B. Visi dan Misi PT. Bringin Life Syariah Asuarnsi BRIngin Life Syariah adalah lembaga ekonomi dan keuangan syariah secara konsisten, yaitu senantiasa mengacu kepada ketentuan syariah dalam operasional perusahaan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengawas Syariah. Ukhuwah menjadi landasan komunikasi internal dan eksternal. Maka dari itu BRIngin Life Syari’ah memiliki Visi dan Misi, yaitu : Visi yaitu menjadi perusahaan asuransi jiwa yang terkemuka Di Indonesia. Adapun misi yang dimiliki oleh Asuransi BRingin Life Syariah yaitu melaksanakan bisnis asuransi jiwa secara professional di Indonesia, memberikan pelayanan prima kepada Nasabah dan Pemegang Saham melalui jaringan kerja yang luas, dan memberikan keuntungan Pemegang Saham dan meningkatkan kesejahteraan pegawai.2
C. Struktur Organisasi PT. Bringin Life Syariah Dalam menjalankan perusahaan asuransi BRingin Life Syariah didukung oleh manajemen dan organisasi dengan pembagian tugasnya sebagai berikut : 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Rapat Umum Pemegang Saham adalah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan dengan wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
2
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
36
a. Mengesahkan laporan keuangan b. Memilih dan mengangkat dewan komisaris c. Memilih dan mengangkat anggota direksi 2. Dewan Komisaris Kedudukan dewan Komisaris adalah dibawah Rapat Umum Pemegang Saham dengan kewenangan dan batasan sebagai berikut : a. Mengesahkan anggaran perusahaan b. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan c. Menentukan arah dan tujuan perusahaan d. Mengawasi jalannya perusahaan 3. Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dewan Pengawas Syariah adalah terdiri dari para ulama dan ahli ekonomi Islam, keberadaan dewan ini memiliki kewenangan dan tanggung jawab yaitu : a. Memberikan pedoman dan garis besar syariah b. Mengadakan perbaikan atas produk yang tidak disesuaikan dengan syariah c. Memberikan jawaban dalam bentuk fatwa atas permasalahan yang dihadapi pihak eksekutif dan operasi. 4. Dewan Direksi Dewan Direksi dipimpin oleh Direktur Utama dengan memiliki kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut : a. Menyusun anggaran/rencana kegiatan
37
b. Membuat kebijakan umum c. Melaksanakan koordinasi dan pembinaan para bawahan serta mengevaluasi kegiatan operasi perusahaan. Dewan Direksi dalam melaksanakan manajemennya membawahi beberapa divisi, yaitu : 1. Divisi Aktuaria Divisi Aktuaria dalam melaksanakan tugasnya membawahi beberapa bagian yaitu Pengembangan Produk, Litbang, Statistik/Pelaporan, Valuasi, dan Reasuransi. 2. Divisi Keuangan dan Akuntansi Divisi
Keuangan
dan
Akuntansi
dalam
melaksanakan
tugasnya
membawahi beberapa bagian, yaitu meliputi Keuangan, Akuntansi, dan Investasi. 3. Divisi Pelayanan dan Administrasi, yang meliputi Underwriting dan SPP 4. Divisi Pemasaran Divisi Pemasaran dalam melaksanakan tugasnya membawahi beberapa bagian yaitu Promosi dan Humas, Riset dan Pemasaran serta Pengembangan Jaringan. 5. Divisi Sumber Daya Insai (SDI) Divisi Sumber Daya Insai dalam melaksanakan tugasnya membawahi beberapa bagian yaitu Umum, Sekretariat, dan Personalia. 6. Divisi Teknologi Informasi (TI) Divisi Teknologi Informasi dalam melaksanakan tugasnya membawahi beberapa yaitu Perencanaan, Pembangunan, dan Operasional.
38
STRUKTUR ORGANISASI DIVISI LAYANAN BISNIS SYARIAH PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA
DIVISI DUKUNGAN SYARIAH
Nanang Suryana
BAGIAN OPERASIONAL
BAGIAN AKT DAN KEU
Hendro Widjayanto
UNDERWRITING DAN SPP
SDM DAN UMUM
AKT DAN KEU
Basuki Achmad
Irianah
Arwiyani T.
UNDERWRITING
SPP Adhimas
Yuli Muyasarah Rifki Aulia
SDM & UMUM Ratiman
KLAIM & REMUNERASI Elly Feriyanti
Ayu M. Nurhasanah
M. Irfan Irwan
Widoyatno
Tantan Drajat
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
KASIR
PEMBUKUAN
Tuty R.
Errina P Omi
Dian
LAPORAN KEU & OPS -
39
BRIngin Life Syariah merupakan divisi khusus di bidang asuransi syariah dari PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA. Adapun identitas dari perusahaan adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan
: PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA Dengan merek dagang : BRIngin Life
Akta Pendirian
: Berdiri tanggal 28 Oktober 1987,Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito No. 116, Persetujuan Menteri Kehakiman RI NO. B.8645-HI-01 Th. 88 tgl 2 Agustus 1988 didaftar sesuai UU No. 3 thn 1982 tentang wajib daftar perusahaan No. TDP 090 31823301 Tambahan Berita Negara RI tgl 11 April 1997 No. 29 Tambahan No. 1389/1997
Izin Usaha
: SK Menteri Keuangan Republik Indonesia, No. Kep. 181/KM.13/1998 tgl 10 Oktober 1988
Izin Operasional Cabang Syariah : SK Menteri Keuangan Republik Indonesia BRIngin Life Syariah No. Kep007/KM.6/2003 tgl 21 Januari 2003 Kepemilikan
: Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia (90,15%) Yayasan Kesejahteraan Pegawai BRI (9,59%) Koperasi Karyawan PT. AJ Bringin Jiwa Sejahtera (0,26%)
Modal
: Modal Dasar Rp 250.000.000.000,(dua ratus lima puluh milyar rupiah)
Dewan Komisaris
: Purwanto – Komisaris Utama Ali Mudin – Komisaris
Dewan Direksi
: Sultan Hamid – Direktur Utama Sugeng Sudibjo - Direktur Teknik Kukuh Prihadi - Direktur Keuangan
Dewan Pengawas Syariah
: KH. Ma’ruf Amin – Ketua KH. Prof. Ali Mustafa Yaqub, MA H. Drs. Moh. Hidayat, MBA, MBL
40
Kepala Divisi Layanan Bisnis Syariah :
Nanang Suryana
Jaringan Kerja
:
1. Kantor Cabang yang tersebar di Indonesia 2. Mitra Kerja PT. Bank Rakyat Indonesia
Reasuransi
:
PT. (Persero) Reasuransi Umum Indonesia PT. Tugu Jasatama Reasuransi Indonesia PT. Nasional Reasuransi PT. Maskapai Reasuransi Indonesia
Reasuransi Syariah
:
Seluruh Divisi Syariah dari Reasuransi di Indonesia
Konsultan Keuangan dan Akunting
:
Kantor Akuntan Publik Doli Bambang Sudarmaji & Co. (A Member Firm of Morison Internasional)
Konsultan Aktuaria
:
PT. Konsultan Aktuaria Binaputera Jaga Hikmah
Konsultan Hukum
:
Roesidi Prawiro Atmojo, SH
Bankir
:
Semua Bank BUMN Bank Umum Nasional dan Bank Asing Terpilih. Khusus BRINGIN LIFE SYARIAH hanya membuka rekening pada Unit Syariah pada Bank-bank di atas.
KEKAYAAN / ASSET PREMI Pendapatan premi tahun 2006 mencapai Rp 772,546 Milyar atau naik 13,62 persen (13,62%) dibandingkan pendapatan tahun 2005 yang mencapai Rp. 679,928 Milyar. Total pendapatan tahun 2006 mencapai Rp. 807,336 Milyar atau naik 13,65 persen (13,65%) dibandingkan pendapatan tahun 2005 sebesar Rp. 710,356 Milyar.
41
ASSET Total asset pada tahun 2006 mencapai Rp. 743,315 Milyar, meningkat sebesar 6,61 persen (6,61%) dibandingkan total asset tahun 2005 sebesar Rp 697,231 Milyar.
INVESTASI Total investasi tahun 2006 mencapai Rp 531,576 Milyar atau naik 8,09 persen (8,09%) dibandingkan laba perusahaan tahun 2005 mencapai Rp. 491,791 Milyar.
RBC ( Risk Based Capital ) Rasio pencapaian solvabilitas (Risk Based Capital) sampai akhir tahun 2006 yang dihitung sesuai dengan Pasal 43 ayat 2 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 424/KMK.06/2003 adalah sebesar 124 persen (124%), pencapaian ini sudah melebihi batas tingkat solvabilitas minimum sebesar 120 persen (120%).
42
Tabel 3.1 Laporan Keuangan Tahun 2008 dan 2009 Cabang Asuransi Dengan Prinsip Syariah (PT. BRingin Life Syariah) (dalam jutaan rupiah) No. URAIAN
2009
2008
a. Investasi
56.452
25.554
b. Bukan Investasi
8.632
11.344
65.084
36.898
a. Utang
211
310
b. Cadangan Teknis
48.629
33.667
Jumlah Kewajiban
48.840
33.977
3.
Pendapatan Premi Neto
26.883
27.365
4.
Hasil Investasi
9.587
8.058
5.
Beban Klaim dan Manfaat+Biaya Akuisisi
23.889
23.785
6.
Beban Pemasaran+Beban Adm. Umum
2.913
3.074
1.
Kekayaan
Jumlah Kekayaan
2.
Kewajiban
Sumber Data Arsip PT. BRingin Life Syariah Jakarta dari Bagian Keuangan Syariah
D. Nilai-Nilai Budaya Kerja Dan Filosofis Bringin Life Syariah 1. Integritas Kami profesional asuransi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa senantiasa bersikap jujur, menjaga nama baik perusahaan dan mematuhi kode etik yang berlaku.
43
2. Profesional Kami profesional asuransi yang bertanggung jawab dan berorientasi ke masa depan untuk menjaga pertumbuhan usaha yang sehat dan berkesinambungan . 3. Inovatif Kami selalu berusaha memenuhi kepuasan nasabah melalui peningkatan kualitas pelayanan, pengembangan produk, teknologi unggul dan sumber daya manusia yang trampil dan ramah. 4. Kemitraan Kami profesionalisme asuransi sebagai bagian dari perusahaan selalu mengembangkan sikap kerjasama dan kemitraan yang menciptakan sinergi untuk kepentingan kemajuan perusahaan. 5. Kualitas Sumber Daya Manusia Kami menghargai sumber daya manusia sebagai aset utama perusahaan, karena itu kami selalu merekrut, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas serta berusaha menjadi teladan.3
Adapun filosofis BRingin Life Syariah adalah sebagai berikut: 1. Profesional BRIngin Life Syariah mengutamakan profesionalisme dalam pengelolaan bisnis asuransi syariah. BRIngin Life Syariah senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah dengan didukung oleh sumber daya
3
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
44
manusia yang profesional, jaringan organisasi yang luas, serta sistem dan teknologi tingkat tinggi yang handal. 2. Komitmen BRIngin Life Syariah memberikan pelayanan yang memuaskan kepada seluruh nasabah dengan menyediakan berbagai produk yang sesuai dan menjamin purnajual yang prima dalam waktu yang cepat dan tepat. 3. Integritas BRIngin Life Syariah menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan niat baik bagi kepentingan seluruh nasabah. Kepercayaan nasabah senantiasa dipelihara dengan baik berdasarkan kode etik yang berlaku dalam industri asuransi jiwa syariah. 4. Finansial BRIngin Life Syariah didukung oleh sistem manajemen keuangan dan investasi yang sehat dan bertanggung jawab sehingga kepentingan nasabah senantiasa dapat terlindungi.4
E. Produk Asuransi PT. Bringin Life Syariah Produk BRINGIN LIFE SYARIAH merupakan suatu program perencanaan keuangan dengan konsep tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wa ta’awannu alal birri wat taqwa) yang memberikan manfaat tabungan dengan sistem bagi hasil dan manfaat santunan bila terjadi musibah (meninggal dunia).
4
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
45
Semua peserta asuransi BRINGIN LIFE SYARIAH merupakan sebuah keluarga besar yang akan saling menanggung satu sama lain terhadap musibah yang dialami oleh peserta lain. Sistem ini diatur dengan meniadakan tiga unsur yang masih sering dipertanyakan, yaitu : ketidakpastian (gharar), untunguntungan (maisir), dan bunga (riba). Adapun ragam produk yang ditawarkan oleh PT. BRingin Life Syariah meliputi:5 1. ASURANSI INDIVIDU : a. Bringin Dana Siswa Syariah Program Asuransi Jiwa yang dirancang khusus bagi kelangsungan pendidikan putra-putri anda. b. Bringin Dana Investasi Syariah Program perencanaan keuangan yang mengandung nilai investasi secara syariah dimana ada tambahan manfaat asuransi. c. Bringin Dana Hari Tua Syariah Program perencanaan keuangan sebagai persiapan secara finansial bila memasuki masa pensiun. d. Bringin Dana Haji Syariah Program yang membantu perencanaan secara finansial untuk ongkos naik haji. e. Bringin Swakadana Syariah Program asuransi jiwa berjangka dengan sistem syariah.
5
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
46
2. ASURANSI KUMPULAN : a. Asuransi Pembiayaan Syariah Program asuransi bagi pengambil pembiayaan di lembaga keuangan yang akan memberikan santunan sebesar sisa pembiayaan yang belum terbayar apabila terjadi suatu risiko. b. Asuransi Kesehatan Syariah Program asuransi yang menjamin pembayaran manfaat asuransi secara pasti bagi peserta yang mengalami sakit. c. Asuransi Tabungan Hari Tua Syariah Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan finansial di hari tua secara bersamaan. d. Asuransi Berjangka Dan Kecelakaan Diri Syariah Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan meninggal dunia dan kecelakaan diri serta penggantian biaya pengobatan karena kecelakaan. e. Asuransi Pesangon & Pensiun Syariah Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan meninggal
dunia
dan
jaminan
finansial
sesuai
dengan
UU
Ketenagakerjaan No. 13 Th 2003 dan PSAK 24, 57 tentang Manfaat Pesangon. f. Asuransi Bringin Link Produk asuransi jiwa hasil sinergi antara BRINGIN LIFE SYARIAH sebagai institusi asuransi pengelola risiko dengan PT. Batasa Capital
47
(BTS Capital) sebagai manajer investasi. Manfaat bagi nasabah adalah dapat mendukung rencana keuangan keluarga untuk biaya pendidikan, investasi maupun dana hari tua.6
6
Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO DI PT. BRINGIN LIFE SYARI’AH
A. Proses Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Bringin Life Syari’ah Didalam kehidupan dunia Perusahaan yaitu Lembaga Keuangan Syari’ah seperti Asuransi Syari’ah untuk melakukan tata kelola Perusahaan Asuransi Syari’ah khususnya PT. Bringin Life Syari’ah berjalan sesuai dengan arah dan tujuan yang telah ditentukan dan menjadi dasar landasan PT. Bringin Life Syari’ah dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Maka PT. Bringin Life Syari’ah membentuk Manajemen Risiko. Dalam hal ini, risiko merupakan tolok ukur untuk menentukan keberhasilan PT. Bringin Life Syari’ah dalam menjalankan berbagai aktivitas ekonomi dan investasi. Menurut Abbas Salim, manajemen risiko mempunyai arti yang lebih luas, yaitu semua risiko yang terjadi didalam masyarakat (kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain-lain) ditinjau dari segi Manajemen Perusahaan.1 Menurut Nanang Suryana, S. MM. FSAI, mengenai manajemen risiko: Makhluk hidup ada risiko, oleh karena itu kita di anugerahi akal oleh Tuhan. Maka kita bisa menghindari risiko. Contohnya kalau kita tahu risiko jantung, risiko kanker, makanya kita harus menghindari risiko. Ada risiko meninggal, risiko sakit, menghindarinya dengan cara mengubah pola makan, gaya hidup dan mengganti pola konsumen. Tapi risiko meninggal tidak bisa dihindari, atas terjadinya risiko meninggal yang perlu kita antisipasi adalah kerugian finansialnya (keuangan) yang diakibatkan meninggalnya seseorang, pasti menimbulkan banyak kerugian bagi keluarga terdekat. Oleh karena itu untuk menggantikan nilai ekonomis atas meninggalnya seseorang makanya kalau ada risiko bisa juga dialihkan, bukan dialihkan kematiannya, tapi dialihkan kerugian finansialnya dengan cara Asuransi. Tetapi bukan berarti juga panjang usia juga tidak mempunyai risiko, karena siapa yang membatasi 1
Abbas Salim, Asuransi Manajemen Risiko (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cetakan Ketujuh, h. 195
48
49
seperti nenek dan kakek. Di dalam Asuransi ada individu dan kumpulan, kita buat perjanjian adakalnya semua perjanjian itu menguntungkan Perusahaan, adakalnya kita perlu antisipasi sehingga tidak menimbulkan dampak finansial yang mengerikan risiko, ada risiko dituntut dan risiko digagalkan (failed). Makanya perlu kita memanajemen setiap risiko tersebut.2
PT. Bringin Life Syari’ah bergerak dibidang Asuransi Jiwa yaitu Asuransi Jiwa Individu, Asuransi Jiwa Kumpulan, Asuransi Syari’ah, Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Untuk membentuk Asuransi Jiwa Individu dan Asuransi Jiwa Kumpulan PT. Bringin Life Syari’ah membuat sebuah perjanjian, perjanjian yang sudah dibuat dapat menguntungkan Perusahaan dan mengantisipasi, sehingga tidak meninggalkan dampak finansial yang mengerikan, karena risiko dapat dituntut dan risiko digagalkan. Maka PT. Bringin Life Syari’ah memerlukan manajemen risiko untuk menjalankan Perusahaan Asuransi Syari’ah. Hal yang diperlukan untuk mengelola risiko yaitu: mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan melaporkan risiko. 1. Hasil Temuan Lapangan Mengenai Manajemen Risiko dari segi Perusahaan (corporate) a. Mengidentifikasi Risiko PT. Bringin Life Syari’ah, mengidentifikasi risiko-risiko dengan menidagnosis setiap risiko-risiko yang timbul pada potensi kerugian finansial atau Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Syari’ah. Hal yang diidentifikasi untuk menemukan secara sistematis dan secara
2
Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syar’iah yaitu Nanang Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 31 Maret 2011
50
berkesinambungan risiko yang menantang Perusahaan. Risiko pada PT. Bringin Life Syari’ah mengidentifikasi dengan menggunakan pedoman
Salinan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Reasuransi Dengan Prinsip Syari’ah. Selain itu memiliki beberapa prosentase untuk mengidentifikasi Dana Tabarru’ dan Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi yang akan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011. Hal ini dijelaskan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011, pada BAB III Kesehatan Keuangan Dana Tabarru’, bagian kesatu Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ pada pasal 3, yaitu: Perusahaan harus menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ paling rendah 30% (tiga puluh per seratus) dari dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan/atau kewajiban.3
Menurut peneliti pada proses identifikasi ini PT. Bringin Life Syari’ah dapat mendiagnosis setiap risiko dengan dini. PT. Bringin Life Syari’ah dapat meminimalisir (mitigasi) dan mengendalikan risiko dengan PMK Nomor 11/PMK.010/2011 mengenai kesehatan keuangan usaha Asuransi dengan prinsip Syari’ah. Pada proses identifikasi ini dapat terlihat jelas untuk menjaga Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ yang telah diterapkan PT. Bringin Life Syari’ah yang terlampir pada lampiran 1.
3 Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK. 010/2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, artikel diakses pada 31 Maret 2011, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2011/11~PMK.010~2011Per.HTM, h. 4
51
b. Mengukur risiko PT. Bringin Life Syari’ah mengukur risiko dengan menggunakan berapa banyak prosentase dari Dana Tabarru’, Dana Investasi Peserta, Dana Perusahaan. Serta mengukur risiko untuk memperoleh informasi yang akan menolong Perusahaan Asuransi dalam menentukan potensial kerugian Asuransi yang akan datang. Mengukur risiko dapat dilihat dengan kesesuaian anggaran awal dengan anggaran realisasi. Dalam hal ini dapat diketahui jumlah pengeluaran yang terpakai dan belum terpakai. Sehingga ada suatu profit (keuntungan) yang diperoleh dalam mengelola Perusahaan Asuransi. Begitu pula, besarnya prosentase dari berbagai aktivitas ekonomi sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011. c. Mengendalikan Risiko PT. Bringin Life Syari’ah mengendalikan risiko dengan mengambil tindakan dalam memperbaiki risiko untuk mencapai standar dan tingkat yang dapat diterima, maka keputusan untuk mengendalikan risiko hanya dilaksanakan dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengukur setiap risiko
yang
timbul.
Kemudian
melakukan
pengendalian
risiko,
pengendalian risiko PT. Bringin Life Syari’ah menggunakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 mengenai Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Syari’ah dengan prinsip Syari’ah dan Buku Pedoman Operasional. Hal ini dapat mengontrol profil risiko dan sebabsebab kerugian, seperti risiko finansial dapat diukur dengan pencapaian
52
Solvabilitas Dana Tabarru’, Dana Investasi Peserta Laporan Keuangan, dan Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan menggunakan metode Risk Base Capital (RBC) dalam perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) yang dikeluarkan setiap triwulanan. Sehingga kewajiban PT. Bringin Life Syari’ah dapat membayar klaim setiap peserta dan tidak ada perbedaan antara klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan. Serta adanya keseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban. d. Memantau dan Melaporkan Risiko PT. Bringin Life Syari’ah akan terus-menerus memantau setiap aktivitas ekonomi Asuransi. Memantau dengan kekayaan yang tersedia untuk Qardh dan Solvabilitas Dana Perusahaan, Solvabilitas Dana Tabarru, dan Dana Investasi Peserta kemudian dibuat Laporan Keuangan Usaha Asuransi untuk melihat Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi. Melaporkan dengan menggunakan Laporan Kesehatan Keuangan dengan perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) berdasarkan metode Risk Base Capital (RBC). Menurut Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 BAB IV Kesehatan Keuangan Dana Perusahaan bagian kesatu kekayaan yang tersedia untuk Qardh pasal 25. 1) Perusahaan wajib menyediakan kekayaan yang tersedia untuk Qardh dalam Dana Perusahaan. 2) Kekayaan yang tersedia untuk Qardh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling rendah sebesar 70% (tujuh puluh per seratus) dari dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) ditambah dengan sejumlah dana yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul dari kegagalan dalam proses produksi,
53
ketidakmampuan Sumber Daya Manusia atau sistem untuk berkinerja baik, atau adanya kejadian-kejadian lain yang merugikan.4
Berdasarkan uraian di atas PT. Bringin Life Syari’ah harus menjaga Qardh 70% (tujuh puluh per seratus) dan Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ paling rendah 30% (tiga puluh per seratus) dari dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Hal ini dapat terlihat pada lampiran 2, untuk menunjukkan bahwa PT. Bringin Life Syari’ah dapat mengantisipasi risiko dalam menjaga Qardh dan Dana Perusahaan. Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah dapat memantau dan melaporkan risiko dari keseluruhan Laporan Perhitungan Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi. Sehingga potensial kerugian yang terjadi pada PT. Bringin Life Syari’ah dapat terlihat dari berbagai elemen-elemen dan risiko Perusahaan dapat terdeteksi sejak dini. Jadi menurut peneliti PT. Bringin Life Syari’ah sudah melakukan proses manajemen risiko yang cukup baik. Karena berdasarkan teori yang dijelaskan pada Bab II mengenai proses manajemen risiko. Proses manajemen risiko yang diterapkan pada PT. Bringin Life Syari’ah yaitu mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, memantau, dan melaporkan risiko yang timbul pada PT. Bringin Life Syari’ah. Berbicara mengenai Asuransi Syari’ah maka manajemen risiko PT. Bringin Life Syari’ah tidak 4 Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK. 010/2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, artikel diakses pada 31 Maret 2011, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2011/11~PMK.010~2011Per.HTM, h. 16
54
hanya mengelola risiko secara Perusahaan (corporate). Namun dalam hal ini manajemen risiko pun akan membahas secara pertanggungan atau peserta Asuransi. 2. Hasil Temuan Manajemen Risiko dari segi Pertanggungan atau Peserta PT. Bringin Life Syari’ah menjelaskan risiko-risiko yang akan timbul pada peserta berdasarkan sebab-sebab kerugian (risiko) sebagai beriku: a. Risiko sosial Menurut Kuat Ismanto, risiko sosial adalah masyarakat, artinya tindakan
orang-orang
menciptakan
kejadian
yang
menyebabkan
penyimpangan yang diharapkan.5 Menurut Basuki Achmad, risiko sosial dikatakan sama halnya seperti Moral Hazard yaitu bahaya yang ditimbulkan akibat moral seseorang yang ingin memperoleh keuntungan berasuransi.6 Menurut Peneliti risiko sosial adalah suatu perbuatan yang dilakukan para peserta Asuransi yang ingin menciptakan sebuah kejadian berdasarkan keinginan peserta Asuransi. Sehingga perbuatan tersebut menimbulkan bahaya moral, yang akan berpengaruh kepada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Adapun dua contoh yang dijelaskan menurut Basuki Achmad, mengenai contoh pertama Asuransi kecelakaan, ketika seseorang tersebut meminta klaim kepada PT. Bringin Life Syari’ah, sebagai biaya perawatan Rumah Sakit sebesar rp. 100.000-,. Namun seseorang tersebut meminta klaim dengan Rp. 400.000-, artinya Asuransi ini sudah menyimpang ke arah moral hazard (bahaya moral). Contoh kedua, melakukan kerja sama 5
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) Cetakan Pertama, h. 32 6 Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
55
dengan pihak Bank untuk mengcover kredit ketika pihak Bank ingin melakukan penagihan kredit, untuk meminta klaim, namun pihak Bank telah melakukan pemalsuan dokumen dengan mengatasnamakan orang yang melakukan peminjaman itu telah meninggal.7
Kedua contoh tersebut adalah suatu gambaran mengenai moral hazard. Bahaya Moral pada PT. Bringin Life Syari’ah merupakan suatu risiko yang dapat menganggu berbagai sendi pendapatan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika risiko sosial atau moral hazard yang ada pada PT. Bringin Life Syari’ah. 1) Mengidentifikasi Identifikasi dapat dari surat pengajuan awal yang diajukan oleh pihak PT. Bringin Life Syari’ah. Identifikasi yang dilakukannya mengisi formulir dengan secara lengkap dan jelas. Seperti mengisi daftar riwayat hidup peserta. Tujuannya untuk melihat potensi peserta dalam melakukan identifikasi kearah Moral Hazard. 2) Memonitor Langkah selanjutnya memonitor risiko sosial, PT. Bringin Life Syari’ah terus melakukan pengawasan kepada setiap peserta. Agar PT. Bringin Life Syari’ah dapat mengetahui risiko sosial yang dapat ditimbulkan oleh peserta tersebut. 3) Mengendalikan Dalam hal ini, data merupakan sesuatu informasi bagi pihak PT. Bringin Life Syari’ah untuk mengendalikan risiko sosial. Adanya 7
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
56
data akan melihat probabilitas seseorang tentang pekerjaan, misalnya: data mengenai risiko karyawan, risiko kerjasama dengan Bank Umum, BPR pun sudah ditentukan risiko klaim dari masing-masing kerjasama tersebut. Namun risiko klaim untuk BPR akan melakukan pengisian Surat Pengantar Kepesertaan (SPK) karena akan ada tambahan klausula, sedangkan Bank Umum melihat masa lalu dan melakukan tindakan akan datang. b. Risiko fisik Adapun risiko fisik dapat terjadi pada Perusahaan Asuransi Syari’ah. Karena risiko fisik yang memberikan keadaan dari Perusahaan tersebut. Menurut Kuat Ismanto, risiko fisik disebabkan oleh fenomena alam dan sebagian lagi diciptakan oleh manusia itu sendiri. Banyak risiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk, terutama, kedalam kategori risiko fisik.8 Menurut Basuki Achmad, risiko fisik adalah fenomena alam, ada yang terjadi di internal Perusahaan maupun terhadap peserta.9 Menurut peneliti, dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah mengetahui risiko fisik yang akan terjadi pada Perusahaan dan peserta. Seperti risiko fisik yang berada di internal Perusahaan sebagai contoh, adanya kebakaran, banjir, gempa bumi dan bencana alam lainnya. Namun tidak hanya dalam internal Perusahaan, bagi para peserta pun demikian
8
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) Cetakan Pertama, h.32 9 Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad, Jakarta, 4 April 2011
57
seperti, ketika terjadi Gelombang Tsunami para peserta yang berlokasi di Aceh atau daerah rawan konflik dan bencana alam, akan melakukan penuntutan klaim. Maka mengakibatkan banyak permintaan klaim dari setiap peserta. Uraian di atas peneliti akan mengungkapkan PT. Bringin Life Syari’ah akan melakukan identifikasi, mengukur, mengendalikan dari risiko fisik sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi Dalam hal ini, PT. Bringin Life Syari’ah dari bagian umum mengidentifikasi untuk memilih tempat yang dapat mengetahui kondisi lingkungan gedung dan tersedianya fasilitas yang mendukung gedung seperti; alat pemadam kebakaran, CCTV, dan security (keamanan). Kemudian meneliti kondisi gedung apakah masih layak digunakan dalam jangka panjang. Untuk peserta PT. Bringin Life Syari’ah, operator Asuransi Syari’ah akan melihat lokasi atau tempat tinggal peserta untuk mengidentifikasi daerah rawan yang akan terjadi pada setiap peserta. Misalnya peserta berada di daerah rawan seperti dekat pantai, kebakaran, dan daerah konflik. Maka Bringin Life Syari’ah melakukan tingkat identifikasi apakah diterima atau ditolak sebagai peserta. Sebab daerah rawan tersebut akan menyebabkan banyak permintaan klaim. Namun, dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah membuat syarat dan ketentuan berlaku bagi peserta yang berlokasi rawan.
58
2) Memonitor Bringin
Life
Syari’ah
selalu
melakukan
pengawasan
(monitoring) bagi setiap peserta. Karena untuk melihat risiko fisik ini tidak terlalu besar. 3) Mengendalikan Bringin Life Syari’ah telah menyediakan berbagai fasilitas untuk keamanan gedung dan syarat bagi peserta untuk daerah rawan. c. Risiko Ekonomi Risiko ekonomi akan terjadi ketika Perusahaan Asuransi sudah beroperasi. Asuransi Syari’ah merupakan Asuransi Takaful untuk mengatasi masalah bagi peserta yang tertimpa musibah akan berdampak pada bidang ekonomi. Menurut Kuat Ismanto, risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan Perusahaan individu.10 Menurut Basuki Achmad, risiko ekonomi adalah ada inflasi, inflasi lokal, misalnnya terjadi inflasi disebabkan karena kenaikan harga di semua sektor sementara kita sudah menganggarkan satu polis. Biayanya ada Rp.50.000-, satu kumpulan premi yang diambil dari total 1 Miliar dan Rp.300.000.000-, dari Perusahaan. Karena ada inflasi biayanya meningkat artinya apa yang kita prediksi 30% (tiga puluh per seratus) malah lebih dari 1 Miliar.11 Menurut peneliti risiko ekonomi adalah risiko yang paling mengerikan atau krusial. Disebabkan risiko ekonomi tersebut akan berpengaruh terhadap berbagai sektor-sektor di Perusahaan Asuransi Syari’ah. Maka PT. Bringin Life Syari’ah akan mengelola risiko tersebut berdasarkan kerugian yang telah ditemukan oleh PT. Bringin life syari’ah. 10
Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Cetakan Pertama,
h.32 11
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad SE, Jakarta, 4 April 2011
59
1) Mengidentifikasi PT. Bringin Life Syari’ah melakukan identifikasi dengan membuat anggaran pengeluaran dan anggaran realisasi. Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah melihat apakah anggaran awal sudah sesuai dengan anggaran realisasi. 2) Memonitor PT. Bringin Life Syari’ah senantiasa memantau biaya-biaya yang dianggarakan seperti anggaran awal dan anggaran realisasi. Karena setiap bulan ada anggaran realisasi. Begitu juga Investasi, selalu memonitor tingkat bagi hasil dari instrumen-instrumen yang sudah diilustrasikan disetiap produk Asuransi PT. Bringin Life Syari’ah. PT. Bringin Life Syari’ah akan memantau terus pada Reksadana Campuran dan melakukan pembuatan Laporan Net Asset Value (NAV). Maka manajer ivestasi PT. Bringin Life Syari’ah berkompeten untuk melakukan penjualan atau pembelian ketika harga Reksadana Campuran turun.12 3) Mengendalikan Bringin Life Syari’ah mengendalikan anggaran ketika anggaran sudah meningkat maka akan melakukan pengurangan anggaran tersebut. Dari ketiga sebab-sebab kerugian (risiko) disetiap Perusahaan Asuransi perlu diamati dari sebab-sebab kerugian tersebut. Maka hal 12
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Operasional Underwriting dan SPP yaitu Basuki Achmad, Jakarta, 4 April 2011
60
yang perlu dilakukan oleh manajer risiko adalah meminimalisir risiko. Sebab risiko tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah sebagai Asuransi Jiwa maka terkait dengan kematian hampir dipastikan semua peserta akan meninggal. PT. Bringin Life Syari’ah tidak bisa menghindari tetapi meminimalisir risiko. Contohnya memperkecil dampak dari risiko, ketika seseorang sudah menjadi peserta PT. Bringin Life Syari’ah, seseorang tersebut menderita penyakit kronis, maka pihak PT. Bringin Life Syari’ah akan mengeluarkan uang pertanggungan sebanyak 1 Miliar dikarenakan meninggal dan PT. Bringin Life Syari’ah akan terganggu dari segi ekonomi serta menjadi tidak stabil. Namun, PT. Bringin Life Syari’ah melakukan Risk Sharing dengan Reasuransi. Maka akan mengurangi dampak finansial dari risiko tersebut. Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan pada BAB II, mengenai manajemen risiko. Maka telah ditemukan profil risiko yang dapat mengancam tata kelola Perusahaan Asuransi Syari’ah. Pada uraian ini peneliti akan menjelaskan profil risiko sebagai berikut:
3. Hasil Temuan Profil Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah a. Risiko Reputasi Yaitu berkaitan dengan citra dan nama baik PT. Bringin Life Syari’ah, mengenai agen Asuransi melakukan penyimpangan (deviasi) dan tidak mampu membayar klaim peserta. Maka akan berakibat dengan reputasi PT. Bringin Life Syari’ah, pada pemegang polis atau peserta dan
61
stakeholders. Berkaitan dengan itu semua PT. Bringin Life Syari’ah menghindari ketidakpastiaan yang terjadi di akan datang. Menjadikan setiap staf-staf yang memiliki Sumber Daya Manusia dan Sistem Informasi Manajemen yang mendukung. b. Risiko Kredit Hal ini terjadi, disebabkan kelalaian atau pengelolan operasional yang belum mampu mendeteksi risiko kredit, maka prosentase dari total kredit yang diberikan terhambat. Pada risiko ini PT. Bringin Life Syari’ah mengendalikan dengan membuat suatu anggaran awal dan anggaran realisasi. Dimana dapat memenuhi setiap kebutuhan pemegang polis dan stakeholders. c. Risiko Legal (hukum) Yaitu tidak adanya suatu hukum yang disahkan oleh Pemerintah dan dalam proses pengendalian risiko telah melanggar hukum karena tidak berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011. PT. Bringin Life Syari’ah pada risiko ini telah mengikuti prosedur dari Peraturan Menteri Keuangan dalam mengelola bisnis manajemen Perusahaan Asuransi. d. Risiko Pasar Yaitu tidak terjual produk-produk yang sudah dipasarkan ke masyarakat, maka manajer pemasaran harus membuat inovasi produk Asuransi dan mengilustrasikan setiap produk untuk ketentuan kontribusi yang diperoleh dalam pembayaran premi. PT. Bringin Life Syari’ah dalam hal ini berusaha dalam memasarkan produk membuat ilustrasi kontribusi
62
untuk masing-masing peserta dalam ketentuan identitas kelahiran. Maka tidak terjadi penyimpangan nilai kontribusi. e. Risiko Operasional Yaitu mengenai pekerjaan, misalnya apabila pekerjaan umumnya dapat dilakukan dalam waktu yang tepat dan tidak banyak makan waktu, tataran operasional pekerjaan sudah bagus dengan muatan manajemen modern dan dapat diselesaikan dengan satu jam atau lebih. Namun apabila yang terjadi operasional Perusahaan selesai berhari-hari maka hal yang tentu terjadi adalah mengeluarkan banyak biaya (budget), dan akan menimbulkan risiko operasional serta tidak profesional pegawai. f. Risiko Finansial Yaitu risiko mengenai keuangan seperti anggaran dan pendapatan dari Perusahaan. Bringin Life Syari’ah selalu menitikberatkan bahwa risiko finansial merupakan sesuatu peran terpenting dalam menjalankan aktivitas Perusahaan, karena kewajiban Perusahaan Asuransi Syari’ah adalah membayar klaim. Hal yang dapat terjadi risiko finansial, apabila Bringin Life Syari’ah tidak memiliki uang cukup untuk memenuhi kewajiban, maka akan mengakibatkan risiko finansial yang menyebabkan kerugian, reputasi jelek, pemegang saham mundur, perombakan manajemen, karyawan mengundurkan diri dan peserta menuntut klaim. Berdasarkan profil risiko tersebut, PT. Bringin Life Syari’ah berusaha untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, memantau, melaporkan, dan meminimalisir ketidakpastian pada potensial kerugian yang akan datang.
63
Berkaitan dengan profil risiko tersebut, maka peneliti akan memberikan penjelasan mengenai mekanisme tata kelola Perusahaan PT. Bringin Life Syari’ah dalam menerapkan pengelolaan risiko pada Asuransi Syari’ah yaitu: a. Berbagi risiko finansial diantara peserta Konsep ini menjelaskan bahwa peserta saling berbagi risiko (Risk Sharing) diantara peserta itu sendiri. PT. Bringin Life Syari’ah hanya dapat memastikan bahwa skema pembagian risiko dapat bekerja dengan baik dalam upayanya memberikan benefit bagi para peserta. Tugas operator PT. Bringin Life Syari’ah harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan memperhitungkan nilai kontribusi yang layak untuk dibebankan kepada setiap peserta sehingga jumlah dana cukup untuk menutup semua klaim yang muncul. Konsep ini dijelaskan pada gambar berikut: ---------------------------------------
Risiko 2 Risiko 1 PESERTA
RISIKO 3
Dana Takaful (Kontribusi dikumpulkan disini Klaim juga Dibayar Dari Dana ini)
Operator TAKAFUL
Sebagai wakil untuk mengelola Dana Takaful dan mengelola risiko
Gambar. 4.1 Konsep Berbagi Risiko dalam Asuransi Syari’ah
64
Maka dalam konsep Asuransi Syari’ah tidak menggunakan perpindahan risiko dari peserta ke operator Asuransi Syari’ah. Konsep berbagi risiko dibagi diantara peserta, karena operator PT. Bringin Life Syari’ah hanya sebagai agen (wakil) untuk membuat skema berbagi risiko diantara peserta. Sebagai gambaran umum pada konsep tersebut misalnya, di bagian operasional yang akan menyeleksi semua risiko finansial, apabila ada kesalahan dan kurang lengkap mengenai data peserta. Maka bagian analisis risiko (underwriting) akan mengambil tindakan tunda (pending). Dengan pengisian formulir identitas peserta dapat menentukan masingmasing risiko untuk berbagi diantara peserta. Dalam hal ini, Bringin Life Syari’ah akan menerima remunerasi dalam bentuk fee (model wakalah bil ujrah) atau memperoleh porsi dari surplus (model mudharabah). Apapun model yang diterapkan PT. Bringin Life Syari’ah, keuntungannya akan diberikan untuk para peserta. Apabila PT. Bringin Life Syari’ah mendapatkan hasil maka diberikan, seandainya tidak ada hasil maka tidak diberikan. Sebab PT. Bringin Llife Syari’ah memberikan kepercayaan kepada peserta. b. Perusahaan Asuransi bertindak sebagai operator/admin Peran PT. Bringin Life Syari’ah hanya bertindak sebagai agen (wakil) dari para pesertanya. Bekerja atas dasar fee (keuntungan) menjadikan PT. Bringin Life Syari’ah dari waktu ke waktu akan memberikan nilai tambah kepada para peserta agar mendapatkan keuntungan yang layak diterima.
65
PT. Bringin Life Syari’ah berperan sebagai agen (wakil) maka harus transparan dan bertanggung jawab kepada para peserta. Selain itu, PT. Bringin Life Syari’ah akan lebih dekat dan terintegrasi ke dalam praktik manajemen risiko yang menyeluruh. Serta PT. Bringin Life Syari’ah memberikan ilustrasi mengenai perhitungan kontribusi disetiap produk-produk Asuransi jiwa. c. Pengelolaan Dana Memperhitungkan
pengelolaan
dana
dengan
mekanisme
mudharabah (bagi hasil) antara peserta, kemudian diinvestasikan. Sebab PT. Bringin Life Syari’ah merupakan Asuransi Jiwa jadi keuntungan diperoleh dengan akad mudharabah. Dengan menggunakan akad mudharabah dapat terlihat praktik maisir, gharar, dan riba sehingga dana yang dikelola Asuransi jiwa Bringin Life Syari’ah tidak hangus dan tidak memperoleh bunga. d. Premi Premi pada PT. Bringin Life Syari’ah terdiri dari premi dengan unsur tabungan dan unsur tabarru’. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan tabel mortalitas yaitu mengenai tabel kelahiran. Bringin Life Syari’ah membuat ilustrasi dengan nama peserta, usia dan masa perjanjian. Besarnya premi pada Asuransi Jiwa disebut dana Tabarru’. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Bapak Iskandar berusia 30 Tahun, menjadi Peserta Program Bringin Dana Haji Syari’ah jangka waktu 10 tahun dan Premi Awal
66
tahunan sebesar Rp. 3.000.000,- dan pilihan peningkatan premi per Tahun sebesar 10%. Dengan Asumsi hasil investasi Netto per Tahun 12%. Bila Bapak Iskandar ditakdirkan panjang umur sampai dengan akhir masa perjanjian maka: Penerima Manfaat akan menerima :13 -
Dana Tabungan
: Rp. 40.297.500,00
-
Bagian Hasil Investasi Peserta
: Rp. 24.495.098,23 (+)
Total : Rp. 64.792.589,23 Kemudian
menggunakan
Tabel
Kelahiran
untuk
menentukan
kontribusi yang diterima dari peserta tersebut. ILUSTRASI
Nama Peserta Usia BRINGIN DANA Masa Perjanjian Premi Tahunan Awal HAJI SYARI’AH Kenaikan Premi [55, 10%, 20%] % Tabarru’ dari Premi Tahunan Biaya Administrasi - Tahun I : 30% - Tahun II dst : 3% Nisbah bagi Hasil (Mudharabah) - Peserta : 80% - Perusahaan : 20% Asumsi hasil Investasi Netto : 12%
13
: Bapak Iskandar : 30 Tahun : 10 Tahun : 3.000.000.00 : 10.00% : 2.50%
Brosur, Bringin Dana Haji Syariah (Jakarta: Bringin Life Syariah, 2011)
67
Tabel 4.1 ILUSTRASI BRINGIN LIFE SYARI’AH Tahun Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Premi Tahunan Akumulasi 3,000,000.00 3,000,000.00 3,300,000.00 6,300,000.00 3,600,000.00 9,900,000.00 3,900,000.00 13,800,000.00 4,200,000.00 18,000,000.00 4,500,000.00 22,500,000.00 4,800,000.00 27,300,000.00 5,100,000.00 32,400,000.00 5,400,000.00 37,800,000.00 5,700,000.00 43,500,000.00
Tabungan (a) 2,025,000.00 5,143,500.00 8,545,500.00 12,231,000.00 16,200,000.00 20,452,500.00 24,988,500.00 29,808,000.00 34,911,000.00 40,297,500.00 Sumber Brosur, Bringin 2011)
Dana Kebajikan 33,999,800.00 36,553,400.00 38,593,800.00 40,688,900.00 42,887,700.00 44,814,100.00 45,475,700.00 44,437,900.00 41,859,700.00 39,087,200.00
Tabarru' 75,000.00 157,500.00 247,500.00 345,000.00 450,000.00 562,500.00 682,500.00 810,000.00 945,000.00 1,087,500.00
Bagi Hasil Nilai Tunai Klaim (b) (a)+(b) Meninggal 194,400.00 2,219,400.00 36,219,200.00 706,838.40 5,850,338.40 42,403,738.40 1,595,062.89 10,140,562.89 48,734,362.89 2,922,364.92 15,153,364.92 55,842,264.92 4,758,111.96 20,958,111.96 63,845,811.96 7,178,330.70 27,630,830.70 72,444,930.70 10,266,346.45 35,254,846.45 80,730,546.45 14,113,483.71 43,921,483.71 88,359,383.71 18,819,834.15 53,730,834.15 95,590,534.15 64,792,598.23 103,879,798.23 24,495,098.23 Dana Haji Syari’ah, (Jakarta: Bringin Life Syari’ah,
Berdasarkan tabel ilustrasi tersebut dijelaskan bahwa, dana tabungan untuk peserta sebsesar Rp. 40,297,500.00.- dan Bagian Hasil Investasi Peserta sebesar Rp. 24,495,098.23 maka hasilnya dengan perhitungan ilustrasi dijumlahkan menjadi Rp. 64.792.589,23. Karena Peserta Program Bringin Dana Haji Syari’ah jangka waktu 10 tahun. Jadi menggunakan tahun ke-10 untuk menentukan hasil kontribusi tersebut.
68
e. Klaim PT. Bringin Life Syari’ah sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru’, yaitu tolong-menolong dari seluruh peserta. Sebab akad tabarru’ pada Asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersil. Dengan demikian pembayaran klaim menggunakan akad tabarru’. Dari penjelasan di atas, PT. Bringin Life Syari’ah dalam memberikan keuntungan dengan menggunakan berbagi risiko (Risk Sharing) bukan memindahkan risiko ke Perusahaan (Transfer Risk). Maka Bringin Life Syari’ah membuat pengelolaan risiko dengan menggunakan manajemen risiko untuk mengetahui Perusahaan bekerja dengan baik. Konsep Risk Sharing dapat dilihat berdasarkan karakteristik kontrak sebagai berikut: a. Antar policyholders saling menanggung setiap risiko yang ada atau kerugian. b. Ada saat membayar dan menerima bantuan untuk membagi risiko yang ada. c. Bukan bertujuan untuk mendapatkan return. d. Implementasi dari saling menganggung adalah risk sharing diantara policy holders.
69
B. Langkah-Langkah Untuk Meminimalisir (mitigasi) Risiko pada PT. Bringin Life Syari’ah Manajemen risiko pada Perusahaan Asuransi Syari’ah, maka PT. Bringin Life Syari’ah mengambil tindakan mitigasi risiko. Menurut Ferry N. Idroes, mitigasi risiko (mitigate risk) ialah menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko melalui peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang jelas terhadap pelaksanaan aktivitas dan risikonya.14 Menurut Nanang Suryana, mengambil implementasi tindakan risiko tersebut dengan menggunakan Actuarial Control Cycle dan Good Corporate Govenance untuk meminimalisir risiko. Karena semua orang juga mempunyai risiko, orang yang sudah membayar premi ke kita tapi tidak mendapatkan klaimnya. Maka PT. Bringin Life Syari’ah dengan ini membuat solusi dari atas terjadinya risiko tersebut.15
Berdasarkan uraian di atas, PT. Bringin Life Syari’ah mengambil tindakan yang tepat untuk mengantisipasi risiko. Maka hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan tindakan yang sudah diambil oleh PT. Bringin Life Syari’ah. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap PT. Bringin life syari’ah. Implementasi tindakan risiko (solusi) pada PT. Bringin Life Syari’ah sebagai berikut: 1. Acturial Control Cycle Menurut Jamshaid Islam yang dikutip dalam Wikipedia, The actuarial control cycle is a specific business activity which involves the application of actuarial science to real world business problems. Much like the accounting control cycle, the actuarial control cycle requires a professional within that field (i.e. an actuary) to specify a problem, 14
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 9 15 Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syari’ah yaitu Nanang Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 31 Maret 2011
70
develop a solution, monitor the consequences thereof, and repeat the process..16 Actuarial control cycle sebagai suatu metode pemecahan masalah dari berbagai risiko yang dihadapi dalam Perusahaan Asuransi jiwa sesuai dengan manajemen risiko. Hasilnya terlihat pada setiap control cycle yang dapat bekerja dengan baik. Hal ini disesuaikan dengan tugas seorang aktuaria untuk mengevaluasi kejadian-kejadian yang akan datang, mendesain cara untuk mengurangi kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan, menurunkan dampak kejadian yang terjadi. Maka PT. Bringin Life Syari’ah menggunakan metode Actuarial Control Cycle untuk menilai risiko yang dapat terjadi pada Asuransi jiwa. 2. Good Corporate Governance (GCG) Good Corporate Governance diartikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh Perusahaan PT. Bringin Life Syari’ah untuk mendorong pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, serta pertanggungjawaban PT. Bringin Life Syari’ah kepada pendiri pemegang polis atau peserta dan stakeholders yang lainnya.
16
2011
http://en.wikipedia.org/wiki/Actuarial_control_cycle diakses pada tanggal 04 April
71
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance meliputi :17 a. Transparansi (Transparency) Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai lembaga dan kegiatan usaha. b. Akuntabilitas (Accountability) Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban PT. Bringin Life Syari’ah, sehingga pengelolaan PT. Bringin Life Syari’ah terlaksana secara wajar dan efektif. c. Pertanggungjawaban ( Responsibility) Kesesuaian di dalam pengelolaan PT. Bringin Life Syari’ah terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan yang sehat. d. Kemandirian ( Independency) Suatu keadaan di mana PT. Bringin Life Syari’ah dikelola secara professional, tanpa benturan dan pertentangan kepentingan serta pengaruh tekanan dari pihak manapun juga, yang tidak sesuai dan/atau menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta tidak berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan yang sehat.
17
Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syari’ah yaitu Nanang Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 31 Maret 2011
72
e. Kewajaran (Fairness) Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian di dalam Perusahaan Asuransi Syari’ah mengajarkan pula empat fondasi mengenai Good Corporate Governance. Pada umumnya dapat diterapkan di PT. Bringin Life Syari’ah sebagai berikut: a. Sidiq (benar) yaitu hubungan pemegang saham, jajaran direksi dan chief executive officer (CEO) yang mewakili kegiatan aktual dan suatu Perusahaan harus dibangun berdasarkan kebenaran. b. Amanah (terpercaya) yaitu terpercaya dan dapat diandalkan dari masing-masing otoritas Perusahaan dan dengan orang-orang yang dapat dipercaya, maka PT. Bringin Life Syari’ah mampu menjalankan tatakelola Perusahaan yang sehat dan terpercaya. c. Tabligh (penyampaian) yaitu PT. Bringin Life Syari’ah menyampaikan berbagai informasi bisnis dan laporan-laporan secara transparan dan akuntabilitas kepada setiap peserta Asuransi dan kepada jajaran pemegang saham atau otoritas tertinggi. Sehingga penyampaian yang dilakukan tersampaikan dengan efektif dan efisien. d. Fathonah (cerdas) yaitu PT. Bringin Life Syari’ah memiliki skill dan kemampuan sesuai dengan job descripstion yang telah ditentukan. Hanya dengan orang-orang cerdas seperti: Direktur, CEO, dan Karyawan lainnya yang berada dalam suatu Perusahaan maka bisnis
73
akan menghadapi tantangan dan memenangkan sebuah persaingan yang sehat. Sehingga risiko-risiko yang terjadi akan cepat, akurat, dan tepat dideteksi sejak dini. Misalnya, pimpinan cabang Asuransi Syari’ah
mampu
mengambil
keputusan
terpogram
dan
tidak
terprogram sesuai dengan risiko yang ada di dalam Perusahaan. Good Corporate Governance (GCG) diperlukan agar Perusahaan Asuransi khususnya PT. Bringin Life Syari’ah dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip Syari’ah dengan empat fondasi yaitu: sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Sehingga tidak merugikan para pemegang polis dan stakeholders lainnya. Kualitas tata kelola PT. Bringin Life Syari’ah menggunakan Good Corporate Governance untuk menjalankan visi, misi, maksud dan tujuan, dan program-program berjalan dengan efektif dan efisien. Dan sebagai pedoman pelaksanaan tugas sehari-hari. Sehingga kecil untuk terjadinya risiko-risiko. Hasil usaha dan keberhasilan serta kelancaran dan kelangsungan pelaksanaan kegiatan PT. Bringin Life Syari’ah sangat tergantung pada terselenggaranya tata kelola yang baik, yang dijalankan dan dilaksanakan serta dibina terus menerus oleh seluruh jajaran PT. Bringin Life Syari’ah. Untuk itu semua jajaran tertinggi dan staf-staf memiliki hubungan keharmonisan dalam menjalankan berbagai aktivitas ekonomi di PT. Bringin Life Syari’ah.18
18
Wawancara Pribadi dengan Wakil Kepala Divisi Layanan Bisnis Syari’ah yaitu Nanang Suryana S. MM. FSAI, Jakarta, 4 Mei 2011
74
Dengan demikian diterapkannya Kebijakan Good Corporate Governance ini, semua insan PT. Bringin Life Syari’ah akan memahami dan menyadari sepenuhnya, bahwa harus dikelola secara terencana, terbuka, jujur, dan dengan perhitungan risiko yang baik serta menerapkan sistem pengawasan yang teratur, mengetahui dan memahami batasanbatasan tatakelola bagi masing-masing insan PT. Bringin Life Syari’ah sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang baik dengan hubungan kewenangan serta tanggung jawab yang baku dan terbuka, dan menghormati keberadaan, fungsi dan kedudukan serta peranan masingmasing insan PT. Bringin Life Syari’ah secara lebih tepat, sehingga dapat menjalin dan memelihara serta mempertahankan hubungan kerja yang baik dan harmonis dan saling mendukung, serta pelaksanaan dan komitmen tinggi terhadap Good Corporate Governance ini dapat menjadi perisai yang baik sebagai perlindungan dan pencegahan terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan. Selain itu, PT. Bringin Life Syari’ah memberikan gambaran umum mengenai terjadinya risiko yang berdampak pada Perusahaan Asuransi, maka hal yang akan terjadi dari kertidakpastiaan tersebut ialah Perusahaan mengalami ketidakstabilan dalam manajemen Perusahaan Asuransi sebagai berikut: 1. Pergantian manajemen 2. Pencabutan saham 3. Akuisisi dijual 4. Pengunduran diri karyawan
75
Dengan demikian hal tersebut merupakan dampak ketika sebab-sebab kerugian atau risiko Perusahaan. Maka kebangkrutan yang akan terjadi bagi Perusahaan dan peserta mengundurkan diri sebagai peserta Asuransi. Pada kasus seperti ini Perusahaan Asuransi tidak dapat beroperasi lagi. PT. Bringin Life Syari’ah melakukan selektif setiap profil risiko secara Corporate dan Pertanggungan. Bahwa hal tersebut dapat diidentifikasi, analisis dan kontrol risiko pada PT. Bringin Life Syari’ah karena melakukan mitigasi risiko yang cukup baik dalam manajemen risiko. Kemudian PT. Bringin Life Syari’ah melaksanakan risk sharing antar peserta. Sehingga risiko yang akan terjadi dengan cepat teridentifikasi dari para operator PT. Bringin Life Syari’ah. Dengan demikian dapat digambarkan posisi Asuransi Syari’ah dalam Risk Management, sebagai berikut:
76
CORPORATE RISK MANAGEMENT
DEVELOP RISK MANAGEMENT PHILOSOPHY
Monitor
WHITE THE RISK MANAGEMENT STATEMENT
Communicate
Review IDENTIFY RISK
Define Tasks
Publish ANALYZE RISK
Apply Identification Technique
Relate & Update the Statement
Measure Impact (Frequency & Seventy)
RISK CONTROL
Reduce Pre-Loss
Retain Post-Loss
Risk Sharing Wakalah Contract, Mudharabah Contract
Kafalah Jua’lah Etc.
Sharia Insurance/Takaful
Gambar. 4. 2 Posisi Asuransi Syari’ah dalam Risk Management
77
Berdasarkan gambar tersebut keberhasilan Implementasi Manajemen Risiko Pada PT. Bringin Life Syari’ah melakukan identifikasi, analisis, kontrol risiko dan dilaporkan dalam pembuatan Laporan Keuangan berdasarkan metode Risk Base Capital. Risk Base Capital suatu alat untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan usaha Asuransi dengan prinsip Syari’ah. Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah dalam proses manajemen risiko dan memitigasi risiko dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman operasional dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 dan Nomor 18 pada Perusahaan Asuransi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Implementasi Manajemen Risiko di PT. Bringin Life Syariah, penerapan manajemen risiko berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dan pengendalian risiko dilakukan berdasarkan dengan prinsip syariah. Dengan bersumber
pada
pedoman
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
11/PMK.010/2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah dan Buku Pedoman Operasional Bringin Life Syariah. Dengan ini PT. Bringin Life Syari’ah belum mengalami risiko-risiko yang signifikan. Sebab PT. Bringin Life Syari’ah dengan cepat mengintegrasikan semua alat manajemen risiko seperti mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan memantau serta melaporkan setiap risiko. Kemudian membedakan dengan risiko perusahaan dan pertanggungan, karena Bringin Life Syariah bergerak dibidang asuransi jiwa sehingga selalu melakukan seleksi risiko dari daftar riwayat hidup peserta agar tidak menuju ke arah Moral Hazard. Serta dari berbagai profil risiko yang ada selalu memperhatikan risiko finansial sebab risiko finansial merupakan hal yang paling terpenting dalam menjalankan aktivitas ekonomi di PT. Bringin Life Syari’ah, karena berdampak pada setiap profil risiko seperti, risiko pasar, risiko operasional, risiko hukum,
78
79
risiko reputasi. Oleh karena itu PT. Bringin Life Syari’ah dengan cepat memitigasi (meminimalisir) setiap risiko. 2. Dalam hal ini PT. Bringin Life Syari’ah, melakukan mitigasi risiko dengan dua solusi yaitu menggunakan Actuaial Control Cycle dan Good Corporate Governance. Actuarial control cycle sebagai suatu metode pemecahan masalah dari berbagai risiko yang dihadapi dalam perusahaan asuransi jiwa sesuai dengan manajemen risiko. Hasilnya terlihat pada setiap control cycle yang dapat bekerja dengan baik. Dan Good Corporate Governance (GCG) diperlukan agar perusahaan asuransi khususnya PT. Bringin Life Syari’ah dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dengan empat fondasi yaitu: sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Sehingga tidak merugikan para pemegang polis dan stakeholders lainnya. Menerapkan solusi tersebut, hasilnya terlihat pada penerapan Actuarial Control Cycle dan Good Corporate Governance. Berkaitan dengan itu, operator asuransi syariah dalam menjalankan bisnis perusahaan asuransi dapat memberikan tanggungjawab terhadap pemegang polis atau peserta dan stakeholders lainnya. Dengan demikian dalam melakukan tatakelola perusahaan di PT. Bringin Life Syari’ah sesuai dengan visi, misi, tujuan, program, fungsi manajemen dan fondasi good corporate governance. Hasilnya akan dibuatkan laporan keuangan yaitu dengan menggunakan metode Risk Base Capital yang selalu diterbitkan pada triwulanan dalam media massa (cetak dan elektronik).
80
B. Saran 1. Pemerintah a. Pemerintah sebagai pihak regulator maka harus lebih serius memperhatikan perkembangan Asuransi Syariah dalam menjalankan Manajemen Risiko, agar ada sinkronisasi pada kesehatan keuangan usaha Asuransi yang sudah diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011. Sehingga PT. Bringin Life Syari’ah dapat mengidentifikasi setiap risiko perusahaan dan pertanggungan dengan profesional. Serta harus selalu memperhatikan kinerja Sumber Daya Manusia dan memilik Sistem Informasi Manajemen yang baik untuk pengelolaan risiko. 2. Perusahaan a. Dalam Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Bringin Life Syariah hal yang terpenting adalah mengidentifikasi, proses ini merupakan langkah awal yang dilakukan PT. Bringin Life Syari’ah. Karena dari proses identifikasi dapat diketahui berbagai risiko yang terjadi di PT. Bringin life syari’ah. Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah harus lebih cermat, cepat, dan teliti untuk mengidentifikasi setiap profil risiko, agar risiko dapat dideteksi sejak dini. b. Manajemen Risiko PT. Bringin Life Syari’ah sudah cukup baik, namun perlu diperhatikan terus profil risiko yang akan dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi. Kemudian harus lebih serius dalam proses penyeleksian risiko pada peserta atau pertanggungan,
81
khususnya pada bagian operasional yaitu underwriting. Hingga pada akhirnya tidak terjadi risiko yang siginifikan pada peserta. 3. Nasabah atau Peserta Asuransi a. Nasabah atau Peserta Asuransi, sebagai pihak pembeli asuransi maka harus lebih memperhatikan dalam proses mengisi identitas pribadi atau daftar riwayat hidup dalam pengisian formulir pada pihak agen, untuk menjadi peserta asuransi. Sebab untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang akan timbul pada peserta di akan datang. Dengan demikian PT. Bringin Life Syari’ah dapat menentukan premi yang akan dibayar oleh peserta atau pemegang polis baru.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasan. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Kencana, Cetakan Pertama 2004. Brosur, Bringin Dana Haji Syariah. Jakarta: Bringin Life Syariah, 2011. Departemen Agama RI, al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2002. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cetakan Pertama Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di Indonesia. Jakarta: Kencana, Cetakan ke Empat 2007. Echols, John M dan Shadily, Hassan, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996 Effendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Palembang: Universitas Sriwijaya, Cetakan Ketiga 2009. http://en.wikipedia.org/wiki/Actuarial_control_cycle diakses pada tanggal 04 April 2011 Idroes, Ferry N. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers, 2008. Ismanto, Kuat., Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan Pertama 2009. Iqbal, Muhaimin. Asuransi Umum Syariah dalam Praktik Upaya Menghilangkan gharar, Maisir, dan Riba. Jakarta: Gema Insani Press, Cetakan Pertama 2005. Muslim, Abu al-Husain Ibnu Hajjaj Ibnu Muslim Ibnu Warod al-Qusyairi alNisaburi, Shahih Muslim dalm Bab Tarohumul Mukminin Wa ta’aatufuhum wata’aadhuduhum, juz 12 Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (CeQDA (Center for Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, Cetakan Pertama 2007. Poewandari, Kristi. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005.
82
83
Salim, Abbas. Asuransi Manajemen Risiko. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Ketujuh 2003. Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK. 010/2011 Tentang Kesehatan keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syari’ah dari http://www.sjdh.depkeu.go.id/fullText/2011/11PMK.010-2011Per.HTM Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA, Cetakan ke Enam 2006. Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life And General): Konsep Dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004. Sumber Data Arsip PT. BRIngin Life Syariah Jakarta Sya’rawi, Muhammad Mutawalli. Anda bertanya Islam menjawab Jakarta: Gema Insani Press, 1999, Cetakan 15
86 Lampiran 3 PEDOMAN WAWANCARA Implementasi Manajemen Risiko di PT. Asuransi Jiwa Bringin Life Syariah Nama
: Nanang Suryana, S. MM. FSAI (Informan 1)
Jenis Kelamin informan
: Laki-laki
Jabatan
: Kepala Divisi Layanan Bisnis Syariah
Tanggal wawancara
: 31 Maret 2011
Waktu wawancara
: 17:00 s/d 18.00 WIB
Tempat wawancara
: PT. Bringin Life Syariah, Jl. Hr. Rasuna Said
Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950.
Pertanyaan : 1. Berkaitan dengan manajemen risiko, apa yang Anda ketahui mengenai manajemen risiko pada PT. Asuransi Jiwa Bringin Life Ssyariah? 2. Apa yang Anda ketahui mengenai profil risiko pada PT. Asuransi Jiwa Bringin Life Syariah? 3. Apakah solusi untuk meminimalisir setiap risiko?
Interviewer
Interviewee
Iin Irnawati
Nanang Suryana, S. MM. FSAI
87
Wawancara dengan Pak Basuki Achmad, SE Nama
: Basuki Achmad, SE (Informan 2)
Jenis Kelamin informan
: Laki-laki
Jabatan
: Kepala Bagian Operasional PT Asuransi Jiwa Bringin Life Syariah
Tanggal wawancara
: 4 April 2011
Waktu wawancara
: 12.20 s/d 13.00 WIB
Tempat wawancara
: PT. Bringin Life Syariah, Jl. Hr. Rasuna Said Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950.
Pertanyaan : 1. Apakah risiko-risiko yang pernah terjadi dalam asuransi syariah?? 2. Bagaimanakan meminimlalisir setiap risiko tersebut dan konsep risiko apa yang digunakan untuk mengatasi risiko? 3. Bagaimanakah menghitung kontribusi setiap peserta? 4. Apakah dampak dari risiko yang dihadapi asuransi syariah?
Interviewer
Interviewee
Iin Irnawati
Basuki Achmad, SE
88
PEDOMAN WAWANCARA Implementasi Manajemen Risiko Di PT. Asuransi Jiwa Bringin Life Syariah Nama
: Nanang Suryana, S. MM. FSAI (Informan 1)
Jenis Kelamin informan
: Laki-laki
Jabatan
: Kepala Divisi Layanan Bisnis Syariah
Tanggal wawancara
: 31 Maret 2011
Waktu wawancara
: 17:00 s/d 18.00 WIB
Tempat wawancara
: PT. Bringin Life Syariah, Jl. Hr. Rasuna Said
Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950. Jawaban dari Bapak Nanang Suryana, S. MM. FSAI (Informan 1) 1. Makhluk hidup ada risiko, oleh karena itu kita di anugerahi akal oleh Tuhan. Maka kita bisa menghindari risiko. Contohnya kalau kita tahu risiko jantung, risiko kanker, makanya kita harus menghindari risiko. Ada risiko meninggal, risiko sakit, menghindarinya dengan cara mengubah pola makan, gaya hidup
dan mengganti pola konsumen. Tapi risiko
meninggal tidak bisa dihindari, atas terjadinya risiko meninggal yang perlu kita antisipasi adalah kerugian finansialnya (keuangan) yang diakibat meninggalnya seseorang, pasti menimbulkan banyak kerugian bagi keluarga terdekat. Oleh karena itu untuk menggantikan nilai ekonomis atas meninggalnya seseorang makanya kalau ada risiko bisa juga dialihkan, bukan dialihkan kematiannya, tapi dialihkan kerugian finansialnya dengan cara asuransi. Tetapi bukan berarti juga panjang usia juga tidak mempunyai risiko, karena siapa yang membatasi seperti nenek dan kakek.
89
Di dalam asuransi ada individu dan kumpulan, kita buat perjanjian adakalnya semua perjanjian itu menguntungkan perusahaan, adakalnya kita perlu antisipasi sehingga tidak menimbulkan dampak financial yang mengerikan risiko, ada risiko dituntut dan risiko di gagalkan (failed). Makanya perlu kita memanajemen setiap risiko tersebut. 2. Ada risiko finansial, risiko kredit, risiko pasar, risiko reputasi, risiko legal (hukum), dan risiko operasional. Misalnya pada risiko operasional yang mestinya kita bekerja, tataran operasionalnya sudah bagus dengan muatan manajemen modern dapat selesai dengan 1 jam atau lebih. Kalau operasionalnya selasai berhari-hari maka kita perlu biaya. Operasional yang jelek itu risiko juga. Dan yang terpenting adalah risiko finansial kita punya perusahaan, apa kewajiban perusahaan??? kewajiban perusahaan asuransi adalah membayar klaim. Risikonya adalah kita tidak punya uang cukup untuk memenuhi kewajiban. Jadi itu risiko finansial yang menyebabkan kerugian, reputasi jelek, pemegang saham mundur atau berkurang. Kalau kita berbicara syariah kita identifikasi terlebih dahulu dari masing-masing risiko. Perusahaan mempunyai kesamaan reputasi. Setiap perusahaan mempunyai risiko khususnya asuransi memiliki risiko reputasi, ketidakpastiaan bahwa seseorang tidak mengetahui beberapa orang yang meninggal. Risiko legal (hukum), risko operasional dan risiko finansial. Semua orang juga mempunyai risiko orang yang sudah membayar premi ke kita tapi tidak mendapatkan klaimnya.
90
3. Semua orang juga mempunyai risiko orang yang sudah membayar premi ke kita tapi tidak mendapatkan klaimnya. Oleh karena itu solusinya membuat. a. Actuarial Control Cycle, bagaimana control cycle itu bekerja b. Penerapan good corporate governance (prinsip-prinsip perusahaan yang sehat) Ini langkah-langkah untuk risiko financial, apakah bringin life sudah menjalankan
risiko
dengan
baik
dan
sudah
optimalkah.
91
Wawancara dengan Pak Basuki Achmad, SE Nama
: Basuki Achmad, SE (Informan 2)
Jenis Kelamin informan
: Laki-laki
Jabatan
: Kepala Bagian Operasional PT Asuransi Jiwa Bringin Life Syariah
Tanggal wawancara
: 4 April 2011
Waktu wawancara
: 12.20 s/d 13.00 WIB
Tempat wawancara
: PT. Bringin Life Syariah, Jl. Hr. Rasuna Said Blok X-1, Kav, 8-9 Jakarta 12950.
Jawaban dari Bapak Basuki Achmad, SE (Informan 2) 1. Risiko sosial adalah tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang
menyebabkan penyimpangan yang diharapkan. Di bringin ada moral hazard yaitu bahaya yang ditimbulkan akibat moral seseorang yang ingin memperoleh keuntungan dari berasuransi. Risiko fisik adalah fenomena alam, ada yang terjadi di internal perusahaan maupun terhadap nasabah. Internal perusahaan seperti kebakaran, banjir, gempa bumi dan lain-lain. Tapi selain daripada perusahaan sendiri nasabahnya pun kalau terjadinya tsunami akan berdampak pada perusahaan karena ada banyak permintaan klaim dari para nasabah. Risiko ekonomi adalah ada inflasi, inflasi local, misalnya terjadi inflasi disebabkan karena eeeehh kenaikan harga di semua sector sementara kita sudah menganggarkan satu polis biayanya ada
92
50.000 satu kumpulan premi yang diambil dari total 1 miliar dan 300.000.000 dari perusahaan. Karena adanya inflasi biayanya meningkat artinya apa yang kita prediksi 30% malah lebih dari 1 miliar. Maka kita mengambil dari uang modal untuk menyelesaikan kredit inflasi itu. Ekonomi itu kan investasi di Indonesia tahun 2008 sampai minus dampaknya tidak langsung terjadi. Kalau syariah konsepnya wakalah bil ujrah dan mudharabah (bagi hasil), kalau ada hasil berarti di bagi tapi kalau tidak ada hasil berarti tidak dibagi. Karena dampaknya investasi kepada kepercayaan nasabah, misalnya, ngapain- saya naroh-naroh kalau tidak ada hasilnya, mendingan dikonvensional ada garansinya
karena
memiliki garanted untuk nasabah. 2. ASURANSI,,, dalam hal ini lebih kepada tidak menghindari tapi lebih
kepada mengendalikan. Memperkecil dampak dari risiko, karena kita tahu kalau seandainya seseorang memiliki risiki tinggi seperti penyakit akut. Artinya kalau seseorang tersebut meninggal uang 1 miliar keluar bringin akan goyah dari sisi finansial, orang itu meninggal tidak keluar 1 miliar karena kita melakukan sharing risiko dengan reasuransi (melakukan sharing risiko dengan reasuransi untuk mengurangi dampak financial daripada risiko itu terutama terkait dengan nasabah. KARENA BRINGIN adalah asuransi jiwa maka terkait dengan kematian, hampir dipastikan semuanya meninggal kita tidak bisa menghindari tetapi mengontrol atau meminimalisir termasuk nasabah yanga da di sini kalau uang pertanggungan diambil erbisinya ketahuan dari pemerintah bisa mengukur
93
sendiri dan nasabah pun dapat melihatnya di Koran. RISIKO INVESTASI harus dipantau terus mengenai NAVnya setiap minggunya. Bringin life mengikuti reksadan campuran karena tidak berisiko. 3. Kalau dari kontribusi ada Tabarru’, Tabungan, Ujrah.
Bagaimana
menghitungnya dengan menggunakan table mortality (kematian)
atau
table yang berisi tingkat kematian pada usia tertentu dalam populasi tertentu. Table mortality ada terbitan dari Amerika dan Indonesia table 93. Table mortality adalah berapa tabarru yang dipakai seseorang. 4. DAMPAK,,, Kalau sudah terjadi hal-hal yang bikin perusahaan goyah
maka akan melakukan: -
Pergantian manajemen
-
Pergantian komisaris
-
Sahamnya akan dicabut NASABAH
mengundurkan
diri,
manajemen
harus
buru-buru
mengumumkan kalau kita sudah sehat, agar nasabah tidak meminta lebih awal haknya atau mengetahuinya lebih dulu. Kalau tidak bisa berarti harus memberikan haknya.