1
IMPLEMENTASI KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN MELALUI PTK _____________________________________________________________ Oleh : Dra. Mei Sulistyoningsih, M.Si (Dosen P. Biologi IKIP PGRI Semarang dan Praktisi Pendidikan) 2009
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Struktur otak sangat kompleks. Otak dengan konsistensi lunak diperkirakan terdiri dari 10 bilyun sel-sel syaraf dan kira-kira 10 kali lebih banyak lagi sel – sel penyokongnya yang disebut neuroglia.Berjuta-juta sel syaraf saling berhubungan satu dengan lainnya membentuk jaringan komunikasi yang luas dan rumit. Sehingga kecerdasan dan keunggulan manusia tergantung pada perkembangan otaknya, bukan karena berat atau besarnya, namun pada struktur dan fungsinya. Hampir delapan puluh tahun kemudian, Howard Gardner, psikolog Harvard, mempersoalkan pengertian “kecerdasan” yang diyakini masyarakat. Dia mengatakan bahwa penafsiran kecerdasan di kebudayaan kita terlalu sempit. Menurut Gardner, sekarang ada delapan kecerdasan dasar. Dengan teori KM, Gardner berusaha memperluas lingkup potensi manusia melampaui batas nilai IQ. Teori kecerdasan adalah model yang sangat tepat, baik untuk melihat kekuatan mengajar maupun untuk mempelajari wilayah-wilayah yang perlu diperbaiki. Sumbangan terbesar teori KM bagi dunia pendidikan adalah sarana bagi guru untuk memperluas perbendaharaan teknik, alat, dan strategi daripada sekedar teknik, sarana , dan strategi linguistik dan logis yang umum dijumpai dan mendominasi sekolah-sekolah yang ada. Guru kelas yang menggunakan teori KM sangat berbeda dengan guru kelas tradisional. Di kelas yang menerapkan KM guru akan selalu mengubah metode presentasi : metode spasial, metode musik dan lain-lain. Mereka kerap mengkombinasikan berbagai jenis kecerdasan secara kreatif.
2
A. Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK / Classroom Action Research) merupakan penelitian yang dilakukan di kelas. Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktek pembelajaran. Secara sederhana PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Untuk mencapai tujuan itu, PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur (siklik). Penelitian tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian kelas, adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan ( Hopkins, 1993). Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Wiraatmadja, 2007).
Manfaat PTK
1. Memperbaiki pembelajaran yang dikelola oleh guru. 2. Dapat mengembangkan profesionalisme guru, dari pemula sampai ahli, dari entry ke mentor sampai master teacher. 3. Dapat membuat guru lebih percaya diri karena mampu malakukan analisis terhadap kinerjanya, kekuatan dan kelemahan, serta mengembangkan alternative untuk memperbaiki kelemahannya.
3
4. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengatahuan dan ketrampilannya. 5. Bagi siswa, PTK dapat memperbaiki proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa diharapkan meningkat. 6. Bagi sekolah, PTK dapat mendorong terjadinya inovasi diri bagi guru, yang berarti pula meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.
Karakteristik PTK
1. Adanya permasalahan proses pembelajaran yang riil, spesifik, dan kontekstual dihadapi oleh guru, yang butuh penyelesaian. 2. Penelitian dilakukan melalui refleksi diri terhadap kinerja guru di kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam berinteraksi. 3. Berorientasi pada pemecahan masalah. 4. Bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran secara bertahap dan terus menerus sampai terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. 5. Digunakan sebagai cara koleksi data : observasi, tes, wawancara, kuesioner, dll. 6. Diselenggarakan secara kolaboratif (kerjasama kesejawatan antara aktor dan observer) dalam seluruh kegiatan. 7. Permasalahan dan upaya pemecahannya dilakukan secara langsung, eksplisit, dan sistematis mengacu pada kaidah penelitian ilmiah. 8. PTK dilakukan dengan proses pengkajian berdaur (siklus), setiap siklus terdiri dari 4 tahap : plan (perencanaan) - action (melakukan tindakan) – observation (mengamati) – reflektif (merefleksi)
4
Keterbatasan PTK
Di samping PTK mempunyai banyak manfaat, tetapi juga memiliki keterbatasan, yaitu masalah validitas dan generalisasi : 1. Validitas PTK, masih sering dipertanyakan karena metodologinya agak longgar / fleksibel. 2. PTK tidak dapat digeneralisasi karena hasil PTK hanya terkait dengan permasalahan siswa dalam kelas tertentu, dan waktu tertentu pula.
Tabel 1. Perbandingan Aspek dalam PTK dan non PTK
No
Aspek
PTK
1 2
Peneliti Penyusunan Proposal
3 4
Asal masalah Ciri utama
5 6
Peran guru Pengumpulan data
7
Hasil penelitian
Guru Guru, dapat dibantu orang lain Hasil refleksi guru Adanya tindakan perbaikan bersiklus Sebagai guru & peneliti Oleh guru dibantu observer Langsung dimanfaatkan oleh guru & dirasakan oleh kelas
Non PTK Peneliti Peneliti Orang lain Belum tentu ada tindakan perbaikan Sebagai obyek peneliti Oleh peneliti Menjadi milik peneliti, belum tentu bermanfaat bagi guru/ kelas
5
Tabel 2. Aplikasi Penelitian Terhadap Pendidikan
Tipe Penelitian Evaluasi Pedagogik
Pemrakarsa
Tujuan
Lembaga yg berkepentingan Program atau peserta didik
Merencanakan perubahan pendidikan Mendorong perubahan individual melalui pendidikan Mendukung perubahan social di bidang pendidikan
Tindakan
Gerakan perubahan sosial (Bogdan dan Blinken, 1982)
Bentuk Presentasi Data
Laporan tertulis Memberikan pelatihan, lokakarya, kurikulum Ekspose konferensi pers Testimoni di Kongres (AS) , Laporan
Kondisi Lingkungan Sekolah yang dipersyaratkan PTK
1. Sekolah memberi kebebasan memadai bagi guru untuk melakukan PTK, berkolaborasi dengan teman guru sebagai observer proses pembelajaran, bebas berdiskudi, dan saling percaya. 2. Menyederhanakan birokrasi sekolah. 3. Menumbuhkembangkan PTK sebagai bentuk inovasi sekolah 4. Keterbukaan semua staf sekolah. 5. Sikap Kepala Sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya pembaharuan. 6. Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi untuk melakukan pembaharuan. 7. Guru harus siap menghadapi berbagai konflik.
6
Tabel 3. Harapan Yang Ingin Dicapai Sebagai Dampak PTK
Dampak thd Pendidik
Dampak thd Profesi
Dampak Politik
Lebih memahami fikiran & Pengembangan staf Meningkatkan kualitas tindakan peserta didik secara professional prakt pembelajaran jadi lebih manusiawi dan adil Memahami pentingnya Pengakuan terhadap inovasi peran sebagai Partisipasi dlm proses PTK pengembang & perhatian thd bebagai Membuka kesempatan pengetahuan & aspek yg berkaitan atau untuk mengembangkan sumbangan bagi merupakan dampak dari pengetahuan wacana & teori dalam penelitian penelitian pendidikan Meningkatkan rasa percaya Dukungan thd perubahan diri dan harga diri Terjadinya jaringan sosial di bidang para praktisi yg pendidikan, spt kesempatan Lebih memahami aspek 2 melakukan PTK untuk & hasil pendidikan untuk Pendidikan seperti hub mengeratkan semua antara gagasan / teori kesejawatan & dengan praktek meningkatkan kualitas Mendengarkan suara/ profesi pendapat dlm pendidikan spt yg menampilkan isu tentang perbedaan gender, kelas sosial dan budaya (disarikan dari Gall, Gall, dan Borg, 2003 dalam Wiriatmadja, 2007)
B. Otak dan Mekanisme Pemecahan Masalah
Tigaratus tahun sebelum Masehi, Erasistratos dan Herophilos dari Alexandria melakukan penguraian tubuh manusia yang pertama kali. Dari hasil penguraian itu disimpulkan, otak merupakan tempat kedudukan jiwa dan fungsi-fungsi intelektual. Pendapat ini didukung Galen (129-199 M), yang mengatakan bahwa otak juga merupakan pusat gerakan. Perkembangan ilmu-ilmu syaraf menemukan, pusat berbagai fungsi mental, sensoris, dan motoris di dalam otak. Struktur otak sangat kompleks. Otak dengan konsistensi lunak diperkirakan terdiri dari 10 bilyun sel-sel syaraf dan kira-kira 10 kali lebih banyak lagi sel – sel penyokongnya yang
7
disebut neuroglia. Berjuta-juta sel syaraf saling berhubungan satu dengan lainnya membentuk jaringan komunikasi yang luas dan rumit. Di dalam organ semacam
ini informasi diterima,
diproses,
dan dikirimkan dengan
menggunakan system dan sandinya. Sehingga kecerdasan dan keunggulan manusia tergantung pada perkembangan otaknya, bukan karena berat atau besarnya, namun pada struktur dan fungsinya.
Otak Kanan dan Otak Kiri
Tiga bagian otak kita terbagi lagi menjadi belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Proses berfikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Cara berfikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas yang teratur seperti menulis, membaca, menempat detail dan fakta dan symbol- simbol. Cara berfikir otak kanan adalah acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Biasanya untuk berfikir tentang non verbal seperti perasaan dan emosi, kesadaran perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualitas. Pada usia 4 tahun perkembangan neuro motor sensorik dan kognitif emosional mulai sempurna perkembangannya (80%). Sel-sel neokorteks yang terdiri dari 12 – 15 juta sel neuron dapat berinteraksi dengan sel-sel lain kewat vibrasi di sepanjang cabang-cabang yang disebut dendrit. Hasil interaksi ini, termasuk dengan lingkungan alam semesta, akan sangat menentukan kemampuan belajar kita. Kunci penghubung antara dendrit-dendrit disebut myelin yang merupakan senyawa protein-lemak yang dikeluarkan oleh otak untuk melapisi hubungan antara dendrit ketika kita mempelajari informasi baru. Setiap rangsangan selanjutnya yang cukup kekuatannya akan mengaktifkan kembali hubungan itu. Saat terjadi penghubung yang pertama dibutuhkan energi yang tinggi untuk mendapatkannya. Pengulangan rangsangan yang akan makin mempertebal lapisan myelin tidak lagi membutuhkan banyak energi.
8
Menurut Josep Pearce, peneliti pendidikan, anak rata-rata hanya mengingat sekitar 3 persen dari materi yang diajarkan selama 45 menit. Dengan pengulangan-pengulangan dalam pemberian informasi, kita mampu menyerap hubungan simbol-simbol dan metaforis yang ada. Dalam proses itu rantai neuron menjadi aktif dan terjadilah proses mielinasi. Terputusnya pengulangan setelah waktu bertahun-tahun akan diikuti menghilangnya lapisan myelin tersebut. Marian Diamond, ilmuwan peneliti otak, menyatakan bahwa semakin terangsang otak kita dengan aktivitas intelektual dan interaksi lingkungan semakin banyak jalinan antar sel yang terbentuk sehingga potensi intelektual menjadi besar sekali.
C. Teori Kecerdasan Majemuk
Tahun 1904, menteri pendidikan Perancis meminta psikolog Alfred Binet dan lainnya mengembangkan suatu alat untuk menentukan siswa SD mana yang “beresiko” mengalami kegagalan, agar mereka diberi perhatian khusus.. Hasil penelitian Binet menghasilkan tes kecerdasan yang pertama. Beberapa tahun kemudian di Amerika tes kecerdasan tersebut berkembang luas. Masyarakat beranggapan bahwa “kecerdasan” dapat diukur secara obyektif dan dapat dinyatakan dalam satu angka atau nilai “IQ” Hampir delapan puluh tahun kemudian, Howard Gardner, psikolog Harvard, mempersoalkan pengertian “kecerdasan” yang diyakini masyarakat. Dia mengatakan bahwa penafsiran kecerdasan di kebudayaan kita terlalu sempit. Menurut Gardner, sekarangnya ada delapan kecerdasan dasar. Dengan teori KM, Gardner berusaha memperluas lingkup potensi manusia melampaui batas nilai IQ. Gardner memetakan ada delapan kecerdasan dasar :
1. Kecerdasan Lingusistik Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misal pendongen, orator, politisi) maupiun secara tertulis (sastrawan, penulis, editor,
9
wartawan).Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi pragmatic atau penggunaaan bahasa.
2. Kecerdasan matematis logis Kemampuan menggunakan angka dengan baik (ahli matematika, akuntan, ahli statistik dll) dan melakukan penalaran yang benar (ilmuwan, pemrograman, ahli logika dll). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil ( jika-maka, sebab-akibat), fungsi logis dan abstraksi lain.
3. Kecerdasan Spasial Kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat (missal, sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misal dekorator interior, arsitek, seniman atau penemu). Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur tersebut.
4. Kecerdasan Kinestetis - jasmani Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan ( aktor, pemain pantomim, atlet, penari) dan ketrampilan mengunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu ( perajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah dll) dan hal-hal yang berkaitan dengan sentuhan (taktil).
5. kecerdasan musikal Kemampuan menangani bentuk bentuk musical, dengan cara mempersepsi ( misal penikmat m usik), membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer), dan mengekspresikan (penyanyi). Kecerdasan ini
10
meliputi kepekaan irama, pola titinada atau melodi, warna nada warna suara suatu lagu.
6. Kecerdasan Interpersonal Kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara gerak-isyarat, kemempuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut
dengan tiundakan pragmatis tertentu (misal mempengaruhi
sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu).
7. Kecerdasan Intrapersonal Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri.
8. Kecerdasan Naturalis Keahlian mengenali dan mengakategorikan spesies, flora, dan fauna di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya, dan bagi mereka yang dibesarkan di perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup seperti mobil, sepatu karet dll.
D. Pemanfaatan KM untuk Pembelajaran di Sekolah
Untuk menerapkan suaru model pembelajaran di lingkungan sekolah, kita harus terlebih dahulu menerapkan
model tersebut pada diri sendiri.
Apabila tidak memiliki pemahaman empiris tentang teori tersebut dan menjalaninya sendiri, sulit bagi guru menerapkan model tersebut pada anak
11
didik. Langkah penting yang harus dilakukan guru adalah, pertama memahami konsep kecerdasan majemuk secara teoritis, kemudian menilai sifat dan kualitas kecerdasan diri sendiri serta mencarai cara mengembangkannya dalam hidup kita. Ketika mulai menerapkan pada diri sendiri, akan terlihat bagaimana kefasihan kita delapan
kecerdasan
itu
(atau kekurangfasihan) kita menggunakan ke dapat
mempengaruhi
kecakapan
(atau
kekurangcakapan) kita menjalankan peran-peran sebagai pendidik. Teori kecerdasan adalah model yang sangat tepat, baik untuk melihat kekuatan mengajar maupun untuk mempelajari wilayah-wilayah yang perlu diperbaiki. Seorang guru mungkin menghindar juka harus menggambar, atau menggunakan bahan-bahan grafis. Sebaliknya guru senang pada strategi belajar kelompok atau kegiatan ekologis di lapangan. Karena guru itu adalah jenis pendidik dengan kecerdasan interpersonal dan naturalis yang tinggi. Kecerdasan dapat berkembang bergantung pada tiga hal : 1. faktor biologis : terdiri dari faktor genetik, trauma selama atau sesudah lahir, kualitas kesehatan janin dan ibu selama kehamilan. Mozart jelas dilahirkan dengan bakat biologis yang sangat mengagumkan. 2. faktor sejarah hidup pribadi : pengalaman dengan orang tua, pendidik dan lingkungan pergaulan. Mozart dilahirkan di keluarga musik, yang rela meninggalkan karier pribadi untuk mendukung perkembangan putranya. 3. faktor latar belakang kultural dan historis : termasuk waktu dan tempat orang dilahirkan dan dibesarkan serta sifat dan kondisi perkembangan historis atau kultural di tempat-tempat lain. Contoh Mozart lahir di Eropa ketika seni (termasuk musik) sedang berkembang, dengan dukungan penyandang dana yang kaya raya bagi para composer dan pemain musik.
Jadi kejeniusan Mozart lahir dari pengaruh faktor biologis, pribadi, dan histories/kultural. Hal serupa jelas terlihat pada kecakapan musik anak-anak yang mengikuti Program Pendidikan Bakat Suzuki.
12
Menilai Kecerdasan Majemuk Siswa
Setiap anak memiliki ke delapan kecerdasan dan dan dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai tingkat kompetensi yang cukup tinggi. Namun mereka mulai menunjukkan perilaku “kecenderungan” terhadap kecerdasan tertentu sejak usia yang masih muda. Salah satu alat terbaik untuk menilai kecerdasan majemuk siswa adalah dengan observasi sederhana. Secara berkelakar, Gardner mengatakan mengamati kecerdasan anak di antaranya dengan mengamati “kenakalan” mereka di kelas. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi, akan sering bicara dan menyela, siswa yang memiliki kecerdasan spasial tinggi akan sering mencoret - coret dan melamun, siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi suka mengobrol, siswa yang punyai kecerdasan kinestetis tidak akan suka duduk diam, siswa yang memiliki kecerdasan natural tinggi, kadang membawa berbagai binatang ke kelas. Melalui “kenakalan” mereka, mereka berkata : Inilah cara saya belajar. Indikator lainnya adalah melihat cara mereka menghabiskan waktu luang di sekolah. Guru sebaiknya memiliki catatan dalam buku harian atau agenda, dan dapat dibantu dengan check list.
KM dan Pengembangan Kurikulum
Sumbangan terbesar teori KM bagi dunia pendidikan adalah sarana bagi guru untuk memperluas perbendaharaan teknik, alat, dan strategi daripada sekedar teknik, sarana , dan strategi linguistik dan logis yang umum dijumpai dan mendominasi sekolah-sekolah yang ada. Dari penelitian lewat observasi seribu sekolah di Amerika (Goodlad, 1984), ternyata hampir 70 % waktu di kelas dihabiskan dengan “uraian dari guru”- terutama guru berbicara “kepada “ siswa. Sebagian besar kegiatan berupa memberi tugas tertulis dengan kegiatan menjawab pertanyaan di buku atau LKS. Teori KM
13
memungkinkan disusunnya kurikulum yang merangsang dalam ruang lingkup yang luas, untuk “membangunkan” otak yang terlelap. Guru kelas yang menggunakan teori KM sangat berbeda dengan guru kelas tradisional. Di kelas yang menerapkan KM guru akan selalu mengubah metode presentasi : metode spasial, metode musik dan lain-lain. Mereka kerap mengkombinasikan berbagai jenis kecerdasan secara kreatif.
KM dan Strategi Pengajaran
Teori KM membuka kemungkinan pada berbagai macam strategi pengajaran yang mudah diterapkan di kelas. Teori KM memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan strategi pengajaran inovatif yang relative baru di dunia pendidikan. Namun teori KM menegaskan, tidak ada rangkaian strategi pengajaran yang dapat selalu bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa memiliki kecenderungan tertentu pada ke delapan kecerdasan. Beberapa jenis strategi untuk setiap kecerdasan seperti terlihat di bawah ini :
Strategi untuk Kecerdasan Linguistik 1. Bercerita 2. Curah gagasan 3. Merekam 4. Menulis Jurnal 5. publikasi
Strategi Kecerdasan Matematis logis 1. kalkulasi dan kuantifikasi 2. klasifikasi dan kategorisasi 3. pertanyaan sokratis, mempertajan berpikir kritis siswa 4. heuistik, mencari analogi masalah
14
5. Penalaran ilmiah
Strategi Kecerdasan Spasial 1. Visualisasi 2. Pengunaan warna 3. Metafora gambar 4. Sketsa/Peta gagasan 5. Simbol grafis
Strategi Kecerdasan Kinestetis 1. Respon tubuh 2. Teater Kelas / role playing 3. Konsep kinestetis, co tebak kata dengan pantomin 4. Hands-on Thinking (berfikir yang distimulasi gerak tubuh) 5. Peta tubuh.
Strategi kecerdasan Musik 1. Irama, lagu, rap, dan senandung 2. Diskografi 3. Musik supermemori (nusik sebagai latar) 4. Konsep musical 5. Musik suasana
Strategi Kecerdasan Interpersonal 1. berbagi rasa dengan teman sekelas 2. formasi patung dari orang 3. kerja kelompok 4. Board games 5. Simulasi
15
Strategi Kecerdasan Intrapersonal 1. Sesi refleksi satu menit 2. hubungan materi dengan pengalaman pribadi 3. Waktu memilih 4. Momentum mengekspresikan perasaan 5. Sesi perumusan tujuan
Strategi Kecerdasan Naturalis 1. Jalan-jalan ke alam terbuka 2. Melihat ke luar jendela 3. Tanaman sdebagai dekorasi 4. Membawa hewan piaraan ke kelas 5. Ekostudi
DAFTAR PUSTAKA Armstrong, T. 2004. Sekolah Para Juara (Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan). Bandung : Penerbit Kaifa. Bogdan, R.C. and Biklen, sari K. 1982. Qualitattive Research on Teaching and Learning. Cambridge : Cambridge University Press. Emzir. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hartono dan Ngabekti, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang : Materi PLPG Sertifikasi Guru Universitas negeri Semarang. Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia : Open University Press. Lwin, M et al. 2005. How To Multiply Your Child’s Intelligence. Jakarta : Indeks kelompok Gramedia. Yuswatoyo, D. dkk. 2000. Smart Solution Method. Yogyakarta. Prima Language Center. Wardani, IGAK. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakrta : Universitas Terbuka.