IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI’AH MANDIRI KUDUS
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Ekonomi Islam
Disusun Oleh: Fariq Falahi 052411072
JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
MOTTO
’Îû tβθç/ÎôØtƒ tβρãyz#u™uρ 4©yÌó£∆ Οä3ΖÏΒ ãβθä3u‹y™ βr& zΝÎ=tæ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû tβθè=ÏG≈s)ムtβρãyz#u™uρ «!$# ≅ôÒsù ⎯ÏΒ tβθäótGö6tƒ Ç Úö‘F{$# Dia mengetauhi bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit; dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang lain yang berperang di jalan Allah (al-Muzzammil: 20)
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang
saya
cintai
dan
banggakan
yang
senantiasa
mengiringi setiap langkah saya dalam menggapai citacita. ¾ Almamaterku
&
Pengelola
Jurusan
Ekonomi
Islam
IAIN Walisongo Semarang. ¾ Pembimbingku Ibu Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag, dan Bapak H.M. Fauzi, SE, M.M ¾ Semua keluargaku Abah Afif Rifa’i dan Umi Hanik Mursyidah serta mas Faiq dan mas Iful. ¾ Semua keluarga yang ada di Kudus dan di Tayu mbah Kah, de Lis, lek Er, de Munir, de Miftah, de Anis, dan sumuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. ¾ Special untuk seseorang yang telah mengisi hatiku dan
selamanya
akan
ada
dalam
hatiku
(Lusi
Handayani). ¾ Semua
kawan
kawan
MAWAPALA
terutama
angkatan
Jenggala Atmaja. ¾ Temen-temenku Jono, Ncek, Bambang, Sobri, Amin, Tino dll. ¾ Serta
temen-temen
seperjuangan
angkatan
2005
:
Munadin,
Aris,
Edi,
dkk.
Ulin,
Naelus,
Ciblek,
Paket Asiyah,
EI
A
Alex,
Ulya,Dolwaris,
Abu
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian skripsi ini tidak berisi satupun pikiranpikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 03 Juni 2010 Deklarator
Fariq Falahi Nim : 052411072
ABSTRAK PENELITIAN Fariq Falahi (Nim : 052411072). Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk Penghimpunan Dana di Bank Syariah Mandiri Kudus (studi kasus di Bank Syari’ah Mandiri Kudus). Skripsi Fakultas Syari’ah Jurusan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Bagaimana penerapan serta dampaknya dari akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus; (2) Faktor- faktor apa saja yang mendukung dan menghambat penerapan akad mudharabah terhadap perkembangan produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan analisis deskriptis, yaitu mendeskripkan data-data yang peneliti kumpulkan baik dari hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi, selama mengadakan penelitian di bank Syari’ah Mandiri Kudus tentang implementasi akad mudharabah serta dampaknya terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syariah Mandiri kudus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penerapan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana di BSM Kudus hanya diterapkan pada produk tabungan dan deposito. Hal ini dibuktikan dengan adanya produk tersebut dapat menarik minat para nasabah yang selama ini takut menyimpan kekayaanya di perbankan konvensional. Dalam penerapan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana di BSM Kudus ada faktor-faktor pendukung dan penghambat. Faktor- faktor pendukung tersebut diantarany: Adanya prinsip syari’ah Islam yang dijadikan acuaan di BSM untuk menerapkan sistem bagi hasil pada semua produknya terutama pada produk penghimpunan dananya, Adanya sarana prasarana dalam perusahaan yang cukup lengkap, BSM membawa brand (merek) dari Bank Mandiri dikarenakan Bank Mandiri bertindak selaku pemilik mayoritas BSM. Sementara Bank Mandiri sendiri merupakan sebuah bank ternama dan dikenal luas dikalangan masyarakat sehingga keberadaan BSM lebih mudah diterima di tengah- tengah masyarakat. Sedangkan faktor-faktor penghambat diantaranya : Tidak adanya pengetahuan dari masyarakat apa itu penerapan sistem bagi hasil, sehingga diperlukanya sistem edukasi ke masyarakat secara lebih proporsional sehingga semakin banyak masyarakat yang mengerti tentang sistem bagi hasil tersebut, Benturan dengan sistem nilai dan tradisi masyarakat desa yang masih puas menyimpan uang dibawah bantal. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menerapkan akad mudharabah pada produk pendanaan tersebut, selain itu juga dapat memberikan pembelajaran yang berimplikasi pada terwujudnya perbankan syari’ah yang berkualitas.
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrahim................... Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelasaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan Salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya. Berkat taufik, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul: Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk Penghimpunan Dana Di Bank Syari’ah Mandiri Kudus. sebagai suatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) pada Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Dengan tersusunya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini, yang terhormat: 1. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah Intitut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 2. Bapak Dede Rodin M.ag, selaku wali studi yang mempunyai peran besarnya dalam menyelesaikan perkulian di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. 3. Kajur Ekonomi Islam beserta jajaranya bpk Saefullah, bpk Rahman, serta bpk Ratno.
4. Ibu Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.ag, selaku pembimbing I dan Bapak Muhammad Fauzi, MM, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. 5. Semua dosen Fakultas Syari’ah Intitut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah membimbing dan mengajar penulis selama belajar di bangku perkuliahan. 6. Pihak Bank Syari’ah Mandiri Kudus yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 7. Abah Rifa’i dan Umi Hanik serta kakak-kakakku mas Faiq dan mas Iful yang telah memberikan motivasi hingga terselesainya skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Kemudian atas jasa mereka, penulis sampaikan ucapan terima kasih semoga amal baik mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semarang, 9 April 2010 Penulis
Fariq Falahi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii HALAMAN MOTTO............................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................v HALAMAN DEKLARASI...................................................................................vi HALAMAN ABSTRAK......................................................................................vii HALAMAN KATA PENGANTAR...................................................................viii HALAMAN DAFTAR ISI....................................................................................ix BAB I
: PENDAHALUAN A. Latar Belakang.........................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................8 C. Tujuan Penelitian.....................................................................8 D. Manfaat Penelitian...................................................................9 E. Tinjauan Pustaka....................................................................10 F. Metodelogi Penelitian............................................................13 G. Sistematika Penulisan............................................................16
BAB II
: TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH DAN PRODUK PENGHIMPUNAN DANA A. Prinsip Operasional Bank Syari’ah.........................................19 B. Pengertian Akad Mudharabah.................................................32
C. Macam-Macam Akad Mudharabah .......................................35 D. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil.................................41 E. Pengertian Produk Penghimpunan Dana................................42 F. Macam-Macam Produk Penghimpunan Dana........................47 BAB III
: GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum BSM Indonesia.........................................53 B. Gambaran Umum BSM Kudus..............................................57 C. Profil Kabupaten Kudus.........................................................65 D. Penerapan Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus.........................67 E. Faktor- Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan Akad Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus.....................................78
BAB IV
: ANLISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BSM KUDUS A. Analisis Penerapan Akad Mudharabah Terhadap Produk
Penghimpunan Dana di BSM Kudus....................................81 B. Analisis Dampak Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk
Penghimpunan
Dana
di
BSM
Kudus
.........................................................................................
.87
C. Analisis Faktor- Faktor Pendukung Dan Penghambat
Akad Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus.....................................88 BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................93 B. Saran-Saran............................................................................94 C. Penutup .................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Syari’ah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif dan perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal yang kesemuanya merupakan prinsip-prinsip perbankan syari’ah. Bank Syari’ah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga merupakan konsep yang lebih sempit dari bank syari’ah, dimana sejumlah instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Bank syari’ah selain menghindari bunga, juga secara aktif ikut berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial.1 Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan, Bank adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Sedangkan menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari 1
Muhammad Fauzi, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan Migrasi Nasabah Bank Umum Syari’ah di Kota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2008, hlm. 11.
2
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam fungsinya bank sebagai intermediasi antara deposan dengan kreditur, maka bank harus melakukan kegiatan penghimpunan dana dari pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada kreditur. Tujuan dari kegiatan penghimpunan dana adalah untuk memperbesar modal, memperbesar asset dan memperbesar kegiatan pembiayaan sehingga nantinya dapat mendukung fungsi bank sebagai lembaga intermediasi.2 Kajian penerapan prinsip syari’ah dalam operasi perbankan syari’ah merupakan agenda penting bagi perbankan nasional. Bank Indonesia telah mengkaji standarisasi akad produk perbankan syari’ah, diawali dari akad Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah, yang ditujukan untuk mengidentifikasi penerapan prinsip syari’ah dan kemungkinan variasinya dalam praktek di sisi lain, masyarakat telah memiliki persepsi bahwa Bank Syari’ah berbeda, lebih tinggi kualitas moralnya, etika dan bisnisnya dibanding dengan bank konvensional3. Dalam literatur ekonomi dan perbankan syari’ah yang di publikasikan dengan rentang waktu antara 1960an hingga 1970an, dijelaskan bahwa bank-bank Islam di konsep sebagai "Lembaga Keuangan", dimana keseluruhan pinjaman bisnis yang di berlakukan kepada pengusaha (partner) berdasarkan prinsip bagi hasil (profit and lost sharing). 2
http://blog.keuanganpribadi.com Muhammad Fauzi, Implementasi Prinsip Syari’ah Pada Perbankan Syari’ah di Kota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2007, hlm. 1-4. 3
3
Meskipun demikian bank-bank Islam sejauh ini tidak bisa di pungkiri lagi murni menggunakan prinsip bagi hasil (profit and lost sharing), namun memperluas pembiayaanya dengan menggunakan yang lainya,
seperti
leasing
terhadap
permodalan
barang-barang
atau
meningkatkan jaringan perdagangan. Bank-bank tersebut mendapatkan kepercayaan yang luar biasa dari orang-orang, namun tidak adanya hukum dalam negara Islam yang mengatur hubungan antara investor dan mudharib berakibat tidak menghalangi mudharib dari penyalahgunaan dana dengan seribu macam cara yang tidak sah menurut hukum. Dampak negatifnya adalah penggunaan bank Islam dari metode pembiayaan ini menjadi turun secara drastis dan mengalokasikan kedalam pembiayaan lainya yang sebenarnya tidak akan membantu merealisasikan tujuan dari syari’at4. Bank Syari’ah Mandiri adalah salah satu bank Islam yang menerapkan dual banking sistem dari Bank Mandiri yang menjadikan kekawatiran akan tercampurnya dana dari syari’ah dengan dana dari konvensional. Namun perbankan sendiri meyakinkan nasabah bahwa pengelolaan unit syari’ah akan dibuat terpisah dari sistem informasi teknologi hingga pengelolaan dananya.5 Usaha yang dilakukan oleh Bank Syari’ah Mandiri untuk merealisasikan tujuan dari masyarakat adalah dengan menerapkan prinsip
4
Addullah Saed, Bank Islam Dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004,
hlm.125. 5
www. ekonomy okezone.com
4
bagi hasil dalam hal pemdanaan yang dapat dilakukan dalam empat akad salah satunya diantaranya dengan menggunakan akad mudharabah. Bagi hasil dengan akad mudharabah ini merupakan ciri utama dari lembaga keuangan tanpa bunga atau bank Islam. Akan tetapi bagi hasil dengan akad mudharabah tersebut sering juga disebut pengganti nama ”bunga”.6 Sedangkan tujuan utama dari akad mudharabah ini adalah memperoleh hasil investasi dimana dana yang telah dikumpulkan oleh bank Islam dari titipan dana pihak ketiga atau titipan lainya, perlu dikelola penuh dengan amanah dan istiqomah. Dengan harapan dana tersebut mendatangkan keuntungan yang besar, baik untuk nasabah maupun bank Islam. Prinsip utama yang harus dikembangkan bank Islam dalam kaitan dengan manajemen dana adalah bahwa bank Islam harus memberikan bagi hasil bagi penyimpan dana minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga dari bank konvensional, dan mampu menarik bagi hasil dari debitur lebih rendah dari pada bunga yang berlaku di bank konvensional.7 Dalam dunia perbankan al-Mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan barjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat
6
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1989,
hlm. 109. 7
Ibid, hlm 106-107.
5
dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tetentu.8 Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan tersebut, Bank Syari’ah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Secara umum piranti-piranti yang digunakan Bank Syari’ah terdiri atas tiga kategori, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa9. Prinsip operasional Bank Syari’ah yang di terapkan dalam produk penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah. Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shohibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola)10. Sama halnya dengan produk perbankan konvensional, produk perbankan syari’ah di bidang penghimpunan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank bardasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan atau bentuk lainya yang dipersamakan dengan itu. Implementasi prinsip syari’ah dalam produk giro menggunakan akad
wadi’ah
maupun
akad
mudharabah
dan
deposito
hanya
menggunakan akad mudharabah (bagi hasil) karena produk deposito ini
8
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005, hlm.184-185. 9 Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta : Ekonisia 2004, hlm.56. 10 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 97.
6
memang di tujukan sebagai sarana investasi. Sedangkan tabungan nasabah bisa memilih untuk menggunakan akad wadi’ah atau mudharabah (bagi hasil)11. Produk penghimpunan dana dengan menerapkan akad mudharabah tersebut telah diterapkan di Bank Syari’ah. Di mana dalam penerapan produk ini dapat mendatangkan manfaat bagi bank dan nasabah. Bank dapat memperluas nasabah dan atau memperoleh loyalitas nasabah di samping mendapatkan keuntungan atau margin. Sedangkan nasabah akan mendapatkan
mata
uang
yang
di
perlukan
untuk
kepentingan
bertransaksi.12 Bank Syari’ah Mandiri hadir di kota Kudus karena melihat pangsa pasarnya yang besar. Bank Syari’ah Mandiri sendiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri, juga sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia13. Akan tetapi ada asumsi sebagian masyarakat di wilayah Kudus yang masih meragukan dengan adanya penerapan akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dananya apakah memang penerapan tersebut tidak akan tercampur dengan produk dari bank konvensional, apalagi dalam sejarahnya Bank Syari’ah Mandiri (BSM) Divisi Usaha 11
Adbul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syari’ah Dalam Lembaga Keuangan Lembaga Pembiayaan Dan Perusahaan Pembiayaan, Jogyakarta : Putaka Pelajar, 2008, hlm. 19-23. 12 Ibid, hlm.33. 13 Http://syariahmandiri.co.id
7
Syari’ah bahkan ikut dalam kredit sindikasi proyek Indosat Multimedia Mobil (IM3) dan akan memperoleh bunga atas pembiyaan tersebut 19% per-tahun (RepublikaOnline, 8/8/2002). Padahal, transaksi yang terkait dengan bunga adalah suatu transaksi yang tidak dapat dilakukan oleh sebuah bank syari’ah14. Dengan adanya permasalahan di atas apakah Bank Syari’ah Mandiri mampu mengembangkan dan merealisasikan produk syari’ahnya, terutama Bank Syari’ah Mandiri yang ada di kota Kudus apalagi di sisi lain kota Kudus dikenal sebagai kota santri yang bernuansa Islami, dalam hal ini bagaimana Bank Syari’ah Mandiri Kudus mampu menerapkan akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dananya serta bagaimana dampak dari akad tersebut, selain itu bagaimana Bank Syari’ah Mandiri mampu menarik kepercayaan dari masyarakat bahwa di Bank Syari’ah Mandiri pada umumnya dan Bank Syari’ah Mandiri yang ada di kota Kudus pada khususnya, semua produknya benar-benar menerapkan akad yang sesuai dengan Syari’ah Islam. Berdasarkan perspektif diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk Penghimpunan Dana Di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
14
Http://Economy okezone.com
8
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan identifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana
penerapan
akad
mudharabah
terhadap
produk
penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus. 2. Bagaimana
dampak
dari
akad
mudharabah
terhadap
produk
penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus. 3. Faktor- faktor apa saja yang mendukung dan menghambat penerapan akad mudharabah terhadap perkembangan produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk memberikan bukti empiris bagaimana penerapan akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus. 2. Untuk memberikan bukti empiris Bagaimana dampak dari akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan akad mudharabah serta bagaimana perkembangan produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus.
9
Manfaat dari penelitian ini adalah: A. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan. B. Manfaat Praktis 1. Bagi Instasi (Bank Syari’ah Mandiri Kudus) Kegunaan bagi instasi hasil dari analisis ini akan dapat memberikan pengertian kepada masyarakat luas bahwa Bank Syari’ah Mandiri Kudus adalah salah satu bank yang benar-benar bebas dari unsur riba karena Bank Syari’ah Mandiri Kudus ini menerapkan sistem bagi hasil untuk kesejahteraan masyarakat. 2. Bagi Masyarakat Memberikan pelayanan kepada masyarakat karena dalam setiap kegiatan usaha di Bank Syari'ah Mandiri Kudus berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran masyarakat tanpa adanya unsur riba karena Bank Syari’ah Mandiri Kudus ini hanya menggunakan sistem kerjasama dengan akad bagi hasil dan menjadikan masyarakat lebih mengenal nilai-nilai dari ajaran agama Islam.
10
D. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa karya yang penulis jumpai yang membahas tentang bagaimana penerapan dalam pembiayaan di bank syari'ah menggunakan akad mudharabah (bagi hasil) Diantaranya yaitu dalam penelitianya Muchammad Fuuzi, SE,MM denagan judul penelitianya “ Implementasi Prinsip Syari’ah Pada Perbankan Syari’ah Di Kota Semarang “. Bahwa Bank Indonesia telah mengkaji standarisasi produk perbankan syari’ah, diawali dari akad mudharabah, musyarakah dan murabahah, yang ditujukan untuk mengidentifikasi penerapan prinsip syari’ah dan kemungkinan variasinya dalam praktek, yang hasil kesimpulan dijelaskan bahwa implementasi prinsip syari’ah kurang efektif diterapkan dalam praktek pembiayaan bank syari’ah.15 Dalam buku Masalah Besar Bank Syari’ah karya Hendy Hendarto bahwasanya prinsip syari’ah dalam operasi perbankan syari’ah merupakan agenda yang sangat penting bagi perbankan nasional. Standarisasi produk produk perbankan syari’ah di awali dengan mengkaji akad mudharabah, musyarakah dan murabahah yang di tujukan untuk mengidentifikasi penerapan prinsip syari’ah, dalam penerapan prinsip syari’ah tersebut perbankan syari’ah menerapkan
pada semua produknya diantaranya
dalam produk penghimpunan dananya.16 Dalam skripsi saudari Aenul Mardiyah Nim. 2101239 Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006 judul " Tinjauan Hukum Islam 15
Muhammad Fauzi, Loc cit, hlm. 50 Hendy Hendarto, Masalah Besar Bank Syari’ah, Republika: 2005, hlm. 15.
16
11
Terhadap Agunan Tambahan Dalam Pembiayaan Mudharabah Analisis Terhadap Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998". Hasil penelitiannya dapat disimpulkan: Bahwa ciri khas pembiayaan mudharabah adalah adanya saling percaya yang tinggi antara nasabah pembiayaan dan bank. Pada prinsipnya pembiayaan mudharabah orang yang menerimanya tidak berkewajiban untuk menjamin kerugian atau kehilangan dari harta modal mudharabah bila tidak ada unsur kesengajaan. Namun bila kerugian terjadi karena karakter buruk nasabah maka shohibul maal tidak perlu menanggung kerugian.17 Dalam skripsi saudara Widiyanto Nim. 2101200 Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006 judul " Praktek Bagi Hasil Dalam Investasi Mudharabah Studi Kasus BMT Tumang Boyolali ". Hasil penelitiannya dapat disimpulkan: Bahwa dengan adanya BMT yang mempraktekkan akad mudharabah dalam hal investasinya menjadikan masyarakat sekitar Tumang tidak kawatir lagi dengan lembaga keuangan syari’ah yang memberikan modal usahanya, hal ini di buktikan dengan adanya beberapa nasabah yang memulai usahanya melalui modal dari BMT.18 Dalam penelitianya Hardiwinoto 2004 dengan judul analisis “Faktor-Faktor
17
Yang
Mempengaruhi
Minat
Perusahaan
Terhadap
Aenul Mardiyah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Agunan Tambahan Dalam Pembiayaan Mudharabah Analisis Terhadap Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006. 18 Widiyanto, Praktek Bagi Hasil Dalam Investasi Mudharabah Studi Kasus BMT Tumang Boyolali, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006.
12
Beroperasinya Perbankan Syari’ah Di Kota Semarang”. Dengan hasil penelitianya dapat di simpulkan : Bahwa dalam perbankan syari’ah produk penghimpunan dana harus bebas dari unsur riba, unsur gharar dan maisir yang mengakibatkan unsur meragukan (subhat), akan tetapi harus sesuai dengan akad mudharabahnya (profit loss sharing) yang mendasari dalam setiap transaksi kerjasamanya. Pada Pembiayaan di Bank Syari’ah didasari prinsip bagi hasil (Profit and Lost Sharing Principle) yang penerapannya pada produk pembiayaan dan pendanaan. Karena penerapan prinsip bagi hasil apabila dibandingkan dengan penggunaan prinsip bunga yang ada selama ini memiliki perbedaan yang signifikan. Salah satunya yaitu menyangkut resiko yang timbul dari penerapan prinsip itu sendiri.19 Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa di dalam bank syari'ah itu lebih berorientasi pada pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia, selain itu bank syari’ah juga sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan judul dengan judul penelitian yang peneliti lakukan. Letak perbedaanya ada pada titik tekan yang peneliti rumuskan. Peneliti menitik beratkan pada upaya untuk mengimplementasikan akad mudharabah serta dampaknya terhadap produk penghimpunan dana di perbankan syari’ah. 19
Hardiwinoto, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Perusahaan Terhadap Beroperasinya Perbankan Syari’ah Di Kota Semarang, Tesis Progam Magister Akuntansi Undip 2004, Tidak di Publikasikan.
13
E. Metodelogi Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka peneliti akan fokuskan penelitianya pada: 1. Fokus Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada seputar penerapan akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus sekaligus mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat untuk menerapakan akad mudharabah terhadap perkembangan produk penghimpunan dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus. 2. Pendekatan Penelitian Ditinjau dari segi metodologik, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Lexy J. Moleong adalah: Suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).20 Metode penelitian kualitatif juga sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)21.
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. XVII, hlm. 3. 21 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta, 2008, Cet. IV, hlm. 14.
14
3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan beberapa metode yaitu : a. Observasi Metode ini diartikan sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan mata22. Dalam kaitannya dengan pengumpulan data, metode ini akan dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada obyek penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar BSM, proses pelayanan pada nasabah, serta fasilitas yang ada di BSM tersebut. b. Wawancara (Interview) Menurut Esterberg (2002), dalam Sugiyono23 “ Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik.” Ia juga mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan Wawancara semiterstruktur.
Tujuannya
adalah
untuk
menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.24 Dalam wawancara
22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1986, hlm128. 23 Sugiyono, Op,cit., hlm. 317. 24 Ibid., hlm. 320.
15
ini peneliti langsung melakukan tanya jawab dengan nara sumber, antara lain kepada pengelola seperti Manajer dan Back Office yang ada di Bank Syari’ah Mandiri Kudus beserta sebagian nasabah BSM Kudus. c. Dokumentasi Metode
dokumentasi
adalah
catatan
peristiwa
baik
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental.25 Metode ini digunakan untuk menguatkan data-data yang telah didapatkan. Adapun dokumen-dokumen tersebut diperoleh dari Bank Syari’ah Mandiri Kudus berupa dokumen-dokumen tertulis serta gambar kegiatan yang ada di BSM Kudus.
4. Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dalam Sugiyono26 “Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis SWOT, dimana peneliti menggambarkan tentang kekuatan, kelemahan, peluang juga ancaman yang ada di Bank Syari’ah Mandiri Kudus. Sedangkan teknik analisis data deskriptif
25
Ibid., hlm. 329. Ibid., hlm. 334.
26
16
yaitu suatu analisis yang bersifat mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan menunjukkan bukti-buktinya.27 Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang peneliti kumpulkan baik data hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi, selama mengadakan penelitian di Bank Syari'ah Mandiri Kudus.
F. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : 1. Bagian awal, meliputi
: Halaman halaman
judul,
nota
pembimbing,
pengesahan, halaman motto,
halaman kata pangantar, halaman daftar isi, dan halaman daftar lampiran. 2. Bagian isi, meliputi : Bab I
: Pendahuluan yang meliputi ; alasan pemilihan
judul,
rumusan
masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II
: Pembahasan umum tentang topik atau pokok bahasan yang berisi ; prinsip
27
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993, cet.10, hlm. 161.
17
operasional Bank Syari’ah, pengertian akad mudharabah, macam-macam akad mudharabah, faktor yang mempengaruhi bagi
hasil,
penghimpunan
Pengertian dana,
serta
produk Macam-
macam produk penghimpunan dana. Bab III
: Gambaran umum objek penelitian yang meliputi:
Gambaran
Umum
BSM
Umum
BSM
Indonesia,
Gambaran
Kudus,
Profil
Kabupaten
Penerapan
Akad
Mudharabah
Dampaknya
Terhadap
Kudus, Serta Produk
Penghimpunan Dana di BSM Kudus, Faktor-Faktor
Pendukung
Penghambat
Penerapan
Dan Akad
Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus. Bab IV
: Pembahasan bab ini meliputi: Analisis Penerapan Dampaknya
Akad
Mudharabah
Terhadap
Serta Produk
Penghimpunan Dana di BSM Kudus, Analisis Faktor-Faktor Pendukung Dan
18
Penghambat
Penerapan
Akad
Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus. Bab V
: Dalam bab ini berisi Kesimpulan, Saransaran dan Penutup
3. Bagian akhir
: Pada bagian akhir skripsi ini berisi : Daftar Pustaka, Daftar
lampiran-
lampiran, serta Daftar riwayat hidup penulis.
19
BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH DAN PRODUK PENGHIMPUNAN DANA
A. Prinsip Operasional Bank Syari’ah Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilainilai Islam. Dengan demikian mengatur prilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan sistem Islam. Tidak seperti pada ekonomi konvensional ilmu ekonomi Islam di ilhami dengan nilai-nilai ketuhanan. Keyakinan akan Tuhan ini membuat ekonomi Islam ini tidak bebas nilai. Orientasi waktunya tidak terbatas hanya di dunia saja, melainkan sampai di akhirat. Oleh karenanya ilmu ekonomi Islam, mempertanggung jawabkanya didunia dan akhirat.1 Bank Syari’ah Mandiri (BSM) adalah salah satu bank umum milik pemerintah yang beroperasi sesuai dengan nilai ajaran agama Islam. Dalam menjalankan usahanya, BSM tidak dapat dipisahkan dari prinsipprinsip syari’ah yang mengatur produk dan operasionalnya. Sebagai suatu bank yang berlandaskan pada syari’ah Islam, Bank Syari’ah dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut tidak menggunakan teknik-teknik finansial dengan sistem bunga (interest free) seperti pada bank konvensional, melainkan dengan sistem bagi hasil atau yang disebut 1
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syari’ah Indonesia, Yogyakarta: UII
Press, 2005, hlm. 25.
20
dengan profit and loss sharing principle, dengan teknik-teknik finansial yang semata-mata didasarkan pada prinsip agama Islam.2 Adapun prinsip dari agama Islam dalam menjalankan aktivitas keuangan dan perbankan Islam dapat di pandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan dua ajaran al-Qur’an yaitu: 1.
Prinsip at-Taawun, yaitu prinsip saling membantu dan saling bekerjasama
diantara
anggota
masyarakat
untuk
kebaikan,
sebagaimana telah dinyatakan dalam al Qur’an:
Ÿωuρ tΠ#tptø:$# töꤶ9$# Ÿωuρ «!$# uÈ∝¯≈yèx© (#θ=ÏtéB Ÿω (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ öΝÍκÍh5§‘ ⎯ÏiΒ WξôÒsù tβθäótGö6tƒ tΠ#tptø:$# |MøŠt7ø9$# t⎦⎫ÏiΒ!#u™ Iωuρ y‰Íׯ≈n=s)ø9$# Ÿωuρ y“ô‰oλù;$# βr& BΘöθs% ãβ$t↔oΨx© öΝä3¨ΖtΒÌøgs† Ÿωuρ 4 (#ρߊ$sÜô¹$$sù ÷Λä⎢ù=n=ym #sŒÎ)uρ 4 $ZΡ≡uθôÊÍ‘uρ ÎhÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ ¢ (#ρ߉tG÷ès? βr& ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# Ç⎯tã öΝà2ρ‘‰|¹ ߉ƒÏ‰x© ©!$# ¨βÎ) ( ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ . É>$s)Ïèø9$# “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'arsyi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatangbinatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. 2
Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama
Dan Mahkamah Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 68.
21
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (al Maidah : 2) 2. Prinsip menghindari al-Ikhtinas yaitu menaha uang atau dana dan membiarkanya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum sebagaimana telah dinyatakan dalam al-Qur’an:
È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts? ⎯tã ¸οt≈pgÏB šχθä3s? βr& HωÎ) $VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. “… hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memekan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” (Q.S. an Nisaa’ : 29) Perbedaan pokok antara perbankan Islam dengan perbankan konvensional adalah adanya larangan riba (bunga) bagi perbankan Islam. Bagi Islam, riba dilarang, sedangkan jual beli (al bai) dihalalkan.3 Dalam menjalankan usahanya, BSM menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai dengan ketentuan Bank Syari’ah antara lain sebagai berikut: 1. Prinsip Bagi Hasil Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.
3
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2006, hlm. 11-12.
22
pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.4 Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam dua akad utama, yaitu mudharabah dan musyarakah. a. Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharaba
yang berarti
memukul atau berjalan. Sedang yang dmaksud dengan memukul atau berjalan, yaitu seseorang yang memukulkan tangannya untuk berjalan dimuka bumi dalam mencari karunia Allah SWT.5 Secara
umum
landasan
dasar
Syari’ah
tentang
al-
Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat berikut ini :
’Îû tβθç/ÎôØtƒ tβρãyz#u™uρ 4©yÌó£∆ Οä3ΖÏΒ ãβθä3u‹y™ βr& zΝÎ=tæ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû tβθè=ÏG≈s)ムtβρãyz#u™uρ «!$# ≅ôÒsù ⎯ÏΒ tβθäótGö6tƒ ÇÚö‘F{$# Dia mengetauhi bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit; dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang lain yang berperang di jalan Allah (al-Muzzammil: 20)6 Dalam ayat tersebut terdapat kata yadribun yang asal katanya sama dengan mudharabah, yakni dharaba yang berarti mencari pekerjaan atau menjalankan usaha.
4
hlm. 85.
5
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 1987,
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Pres, 2004, hlm. 96. 6 Depag RI., Al-quran dan Terjemahnya, Jakarta: 1971, hlm. 29.
23
Dalam surat al-Jumuah: 10 adalah sebagai berikut:
⎯ÏΒ (#θäótGö/$#uρ ÇÚö‘F{$# ’Îû (#ρãϱtFΡ$$sù äο4θn=¢Á9$# ÏMuŠÅÒè% #sŒÎ*sù tβθßsÎ=øè? ö/ä3¯=yè©9 #ZÏWx. ©!$# (#ρãä.øŒ$#uρ «!$# È≅ôÒsù Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT ( Q.S al-Jumuah: 10) Dalam surat al-Baqarah 198: juga telah di jelaskan:
öΝà6În/§‘ ⎯ÏiΒ WξôÒsù (#θäótGö;s? βr& îy$oΨã_ öΝà6ø‹n=tã }§øŠs9 Tidak ada dosa (halangan) bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu (Q.S al-Baqarah: 198) Dalam ayat tersebut surat al-Jumuah: 10 dan surat al-Baqarah 198 di jelaskan bahwa Mudharib sebagai enterpreneur adalah sebagian dari orang-orang yang melakukan (dharb) perjalanan untuk mencari karunia Allah SWT.7 b. Musayarakoh-Syirkah Musyarakoh atau Syirkah adalah kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.8
7
Warkum sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait Bamui & Takaful Di Indonesia, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2004, hlm .33. 8 M. Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006, hlm. 29.
24
Landasan dasar al Musyarakah terdapat dalam ayat sebagai berikut:
t⎦⎪Ï%©!$# ωÎ) CÙ÷èt/ 4’n?tã öΝåκÝÕ÷èt/ ‘Éóö6u‹s9 Ï™!$sÜn=èƒø:$# z⎯ÏiΒ #ZÏVx. ¨βÎ)uρ 3 öΝèδ $¨Β ×≅‹Î=s%uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u™ “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh” (Q.S Shaad : 24)9 Menurut fiqh ada dua bentuk Musyarakah, yaitu: 1) Terjadinya secara otomatis disebut Syarikah Amlak. 2) Terjadinya atas dasar kontrak disebut Syarikah Uqud. Syarikah Uqud ada 5 jenis: a) Syarikah Inan, dengan ciri-ciri: 1. Besarnya
penyertaan
modal
dari
masing-masing
anggota harus sama. 2. Masing-masing anggota berhak penuh aktif dalm pengelolaan perusahaan. 3. Pembagian basarnya
keuntungan pangsa
bisa
modal
dan
dilakukan bisa
menurut
berdasarkan
persetujuan.kerugian ditanggung sesuai dengan bsarnya pangsa modal masing-masing.
9
Depag RI, Loc cit, hlm. 735.
25
b) Syirkah Mufadhah, dengan ciri-ciri: 1. Kesamaan penyertaan modal masing-masing anggota. 2. Setiap anggota harus aktif dalam pengelolaan usaha. 3. Pembagian keuntungan maupun kerugian di bagi menurut pangsa modal masing-masing. c) Syirkah Wujuh, dengan ciri-ciri: 1. Para anggota hanya mengandalkan wibawa dan nama baik mereka, tanpa menyertakan modal. 2. Pembagian keuntungan maupun kerugian ditentukan menurut persetujuan. d) Syirkah Adnan, dengan ciri-ciri: 1. Sekerja atau usahanya berkaitan. 2. Menerima pesanan dari pihak ketiga. 3. Keuntungan dan kerugian dibagi menurut perjanjian e) Syirkah Mudharabah,10 bentuk syirkah ini keuntungan dan kerugian sesuai dengan akad yang telah di tentukan sebelumnya. 2. Sistem Jual Beli Jual beli secara etimologi berarti menukar harta dengan harta, sedangkan secara terminologis berarti transaksi penukaran selain fasilitas dan kenikmatan.11 10
Warkum Sumitro, Loc cit, hlm 35-36. Ahmad Sumiyanto, Menuju Koperasi Modern, Yogyakarta: PT ISES Consulting Indonesia, 2008, hlm.154. 11
26
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang.
”Ï%©!$# ãΠθà)tƒ $yϑx. ωÎ) tβθãΒθà)tƒ Ÿω (#4θt/Ìh9$# tβθè=à2ù'tƒ š⎥⎪Ï%©!$# (#4θt/Ìh9$# ã≅÷WÏΒ ßìø‹t7ø9$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθä9$s% öΝßγ¯Ρr'Î/ y7Ï9≡sŒ 4 Äb§yϑø9$# z⎯ÏΒ ß⎯≈sÜø‹¤±9$# çµäܬ6y‚tFtƒ (#4θt/Ìh9$# tΠ§ymuρ yìø‹t7ø9$# ª!$# ¨≅ymr&uρ 3 “Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata”sesunguhnya jual beli itu sama dengan riba” padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (alBaqarah : 275)12 Ada beberapa jenis akad jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan yaitu:13 a. Murabahah Murabahah adalah menjual dengan harga asal atau harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dalam prinsip Murabahah ini bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran kemudian. Dalam pelaksanaanya dilakukan dengan cara bank membeli atau mamberi surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan atas nama bank. Selanjutnya pada saat yang sama 12
Depag RI, Op.cit, hlm. 69. Ahmad Sumiyanto, Opcit, hlm.154.
13
27
bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up untuk dibayar oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan.14 b. Bai’ as-Salam Bai’ as-Salam adalah pembelian barang yang di serahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dahulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. c. Bai’ al-Istisna Bai’ al-Istisna adalah bentuk khusus dari bai’ as-Salam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai’ al-Istisna mengikuti ketentuan dan aturan bai’ as-Salam. Pengertian Bai’ al-Istisna adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan dimuka atau secara angsuran perbulan atau dibelakang.15
14
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonisia, 2002,
hlm. 100.
15
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005, hlm. 187-188.
28
d. Bai Bitsaman Ajil Pengertian Bai Bitsaman Ajil secara tata bahasa dapat diartikan sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau
angsuran.
Prinsip
Bai
Bitsaman
Ajil
merupakan
pengembangan dari prinsip Murabahah. Jadi dalam hal ini pihak bank membiayai pembelian barang yang diperlukanya atas nama bank. Selanjutnya pada saat yang sama bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up, dimana jangka waktu serta besarnya angsuran berdasarkan kesepakatan bersama antara bank dengan nasabah.16 3. Sistem Sewa (al-Ijarah) Ijarah adalah lease contract di mana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya.17 Prinsip ini secara garis besar terbagi menjadi dua jenis yaitu : a. Ijarah, sewa murni Seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease). Dalam teknis perbankan, Bank dapat membeli dahulu equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian
16
Martono, Op cit, hlm. 102 M. Sholahuddin, Loc cit, hlm. 29.
17
29
menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepada nasabah.18 b. Ijarah al muntahiya bit tamlik Merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).19 4. Prinsip simpanan murni (al-Wadi’ah) Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki.20 Landasan hukum dalam al-Qur’an adalah :
©!$# È,−Gu‹ø9uρ …çµtFuΖ≈tΒr& z⎯Ïϑè?øτ$# “Ï%©!$# ÏjŠxσã‹ù=sù $VÒ÷èt/ Νä3àÒ÷èt/ z⎯ÏΒr& ÷βÎ*sù …çµ−/u‘ “Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya”(Q.S al-Baqarah: 283) a. Wadi’ah Yad Amanah Adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima tidak di perkenankan menggunakan barang atau uang yang di titipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
18
Muhammad, Loc cit, hlm. 85. Ibid, hlm. 85. 20 Ibid, hlm. 26. 19
30
kehilangan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. b. Wadi’ah Yad Dhamanah Adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang atau uang dapat memanfaatkan barang atau uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang atau uang titipan. Semua manfaat yang diperoleh dalam penggunaan barang atau uang tersebut menjadi hak penerima titipan.21 5. Sistem non-profit Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja. Jenis prinsip ini yaitu al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. 22 Dalam literatur fiqh klasik, qardh dikategorikan tathwawwu atau saling membantu dan bukan transaksi komersial.
21
Wirdyaningsih, et al. Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 103. 22 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah: Beberapa Permasalahan dan Alternatif Solusi, Yogyakarta: UII Press, 2002, hlm. 86.
31
Landasan hukum dalam al-Quran adalah:
ÿ…ã&s!uρ …çµs9 …çµxÏè≈ŸÒã‹sù $YΖ|¡ym $·Êös% ©!$# ÞÚÌø)ム“Ï%©!$# #sŒ ∅¨Β ÒΟƒÌx. Öô_r& “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”. (Q.S. al-Hadid :57 : 11) Qard adalah pinjaman uang. Aplikasi qard dalam perbankan biasanya dalam empat hal yaitu: a. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji. b. Sebagai pinjaman tunai (Cash Advented) dari produk kartu kredit syari’ah, dimana nasabah diberi kelaluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikanya sesuai waktu yang ditentukan. c. Sebagai pinjaman kepada penusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil. d. Sebagai
pinjaman
menyediakan
kepada
fasilitas
ini
pengurus untuk
bank,
memastikan
dimana
bank
terpenuhinya
32
kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikan dana pinjaman ini secara cicilan melalui potongan gaji.23
B. Pengertian Akad Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb, bararti memukul atau berjalan, pengertian memukul atau barjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dengan menjalankan usaha. Secara teknis al Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal apabila kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggunga jawab atas kerugian tersebut.24 Dalam literatur fiqh Mudharabah adalah kontrak antara dua pihak dimana satu pihak yang disebut rob al-mal (Investor) mempercayakan uang kepada pihak kedua, yang disebut mudharib, unntuk tujuan menjalankan usaha dagang. Mudharib menyumbangkan tenaga dan waktunya dan mengelola kongsi mereka sesuai dengan syarat-syarat kontrak. Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa keuntungan, jika ada, akan dibagi antara investor dan mudharib berdasarkan proporsi 23
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 106. 24 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, hlm. 95.
33
yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian, jika ada, akan di tanggung sendiri oleh investor.25 Menurut Imam Saraksi, salah seorang pakar perundangan Islam yang dikenal dalam kitabnya “Al Mabsut” telah memberikan devinisi mudharabah dan keterangan sebagai berikut. Perkataan mudharabah adalah diambil dari perkataan “qard” (usaha) diatas bumi. Dinamakan demikian karena mudharib (pengguna modal orang lain) berhak untuk bekerjasama bagi hasil atas jerih payah dan usahanya. Selain mendapatkan keuntungan ia juga berhak berhak untuk mempergunakan madal dan menentukan tuuanya sendiri. Menurut istilah Syarak, mudharabah dikenal sebagai suatu akad atau perjanjian atas sekian uang untuk di pertindakan oleh amil (pengusaha) dalam perdagangan, kemudian keuntungan dibagikan diantara keduanya menurut syarat-syarat yang di tetapkan terlebih dahulu, baik dengan sama rata maupun dengan kelabihan yang satu atas yang lain.26 Dalam transaksi dengan prinsip mudharabah harus dipenuhi dengan rukun mudharabah yang meliputi: 1. Shahibul maal atau rabul maal (pemilik dana atau nasabah), 2. Mudharib (pengelola dana atau pengusaha atau bank), 3. Amal (usaha atau pekerjaan),
25
Abdullah Saed, Menyoal Bank Syari’ah Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis, Jakarta: Paramadina, 2004, hlm. 77. 26 Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, Jakarta: PT Grasindo 2005, hlm. 33-34.
34
4. Ijab Qobul.27 Secara umum landasan dasar syari’ah tentang al-Mudharabah lebih mencerminkan ajaran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadist berikut ini : a.
Al-Qur’an Ayat yang berkenaan dengan mudharabah adalah sebagai berikut:
«!$# È≅ôÒsù ⎯ÏΒ tβθäótGö6tƒ ÇÚö‘F{$# ’Îû tβθç/ÎôØtƒ tβρãyz#u™uρ Artinya :”… dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…..” (Q.S alMuzammil:20) Yang menjadi wajhud-dilalah (
وﺟﻪ اﻟﺪﻻﻟﺔ
) atau
argumen dari surah al-Muzammil: 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. b.
As-Sunnah Diantara hadist yang berkaitan dengan mudharabah adalah hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Shuhaib bahwa Nabi SAW bersabda:
اﻟﺒﻴﻊ إﻟﻰ أﺟﻞ واﻟﻤﻘﺎرﺿﺔ وﺧﻠﻂ اﻟﺒﺮ: ﺛﻼث ﻓﻴﻬﻦ اﻟﺒﺮآﺔ (ﺑﺎﻟﺸﻌﻴﺮ ﻟﻠﺒﻴﺖ ﻻ ﻟﻠﺒﻴﻊ )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻋﻦ ﺻﻬﻴﺐ Artinya: “Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang di tangguhkan, melakukan qiradh (memberi modal kepada orang lain), dan yang mencampurkan gandum 27
Ibid, hlm. 35.
35
dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk perjualbelikan.” (HR. ibn Majah dari Shuhaib). c.
di
Ijma’ Diantara Ijma’ dalam mudharabah, adanya riwayat yang menyatakan bahwa jama’ah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah. Perbuatan tersebut tidak di tentang oleh sahabat yang lainya.
d.
Qiyas Mudharabah di qiyaskan kepada al-Musyaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Disatu sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.28
C. Macam-Macam Akad Mudharabah Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Secara syari’ah prinsipnya berdasarkan kaidah al-Mudharabah. Berdasarkan prinsip ini bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung
28
Rahmat Syafei, Fiqh Muammalah, Bandung: Pustaka Ceria, 2001, hlm. 224-
225.
36
maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank bertindak sebagai mudharib ‘ pengelola’, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal ‘penyandang dana’. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masingmasing pihak.29 Prinsip bagi hasil dengan akad mudharabah ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni yang bersifat tidak terbatas (muthlaqah, unrestricted) dan bersifat terbatas (muqayyadah, restricted).30 1. Al-Mudharabah Muthlaqah Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan atau gangguan apapun urusan yang berkaitan dengan proyek itu dan tidak terkait dengan waktu, tempat, jenis, perusahaan dan pelanggan. Investasi tidak terkait ini pada Bank Syari’ah diaplikasikan pada tabungan dan deposito.31 Dari penerapan mudharabah muthlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jenis produk penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Adapun ketentuan umum dalam produk ini adalah: a) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau 29
Muhammad Syafi’i Antonio, op.cit, hlm. 137. Ibid hlm. 138. 31 Wiroso, Loc cit, hlm. 35. 30
37
pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. b) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau alat
penarikan
lainya
kepada
penabung.
Untuk
deposito
Mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpan (bilyet) deposito kepada deposan. c) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai
dengan
perjanjian
yang
disepakati,
namun
tidak
diperkenakan mengalami saldo negatif. d) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo skan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. e) Ketentuan- Ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.32
32
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, Cet 2, hlm. 99-100.
38
2. Al-Mudharabah Muqayyadah Jenis Mudharabah Muqayyadah ini dibedakan menjadi dua yaitu: a. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (investasi terikat) Mudharabah muqayyadah On Balance Sheet (investasi terikat) yaitu pemilik dana (shahibul maal) membatasi atau memberi syarat kepada mudharib dalam penglolaan dana seperti misalnya hanya melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu dan tempat tertentu saja.33 Jenis
mudharabah
ini
merupakan
simpanan
khusus
(restricted investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya, disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu. Adapun kerakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut: 1) Pemilik dana wajib menerapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus. 2) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan
33
Ibid, hlm. 36.
39
dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. 3) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainya. 4) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpan (bilyet) deposito kepada deposan.34 b. Al Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet ini merupakan jenis mudharabah dimana penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syaratsyarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.35 Adapun kerakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut: 1) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainya. Simpanan khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administrative. 34
Op cit. hlm 100-101. Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta : Ekonisia 2004, hlm. 60. 35
40
2) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana. 3) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. Untuk mempermudah pelaksanaan dalam penghimpunan dana, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad pelangkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini bank diperbolehkan
untuk
meminta biaya-biaya
pengganti
yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Basarnya pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul. Salah
satu
akad
yang
benar-benar
boleh
dipakai
untuk
penghimpunan dana adalah akad Wakalah. Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang. 36
36
Op cit. hlm 101-102.
41
D. Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil 1. Faktor Langsung Diantara
faktor-faktor
langsung
(direct
factors)
yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagihasil (profit sharing ratio). a) Investment
rate
merupakan
persentase
aktual
dana
yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan invesment sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi liquiditas. b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut bias dihitung menggunakan salah satu metode ini: 1) Rata-rata saldo minimum bulanan, 2) Rata-rata saldo harian. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlaah dana aktual yang digunakan. c) Nisbah (profit sharing ratio) 1)
Salah satu ciri al-Mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
2)
Nisbah antara satu bank dan bank lainya dapat berbeda.
42
3)
Nisbah juga dapat berbeda dari waktu kewaktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
4)
Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
2. Faktor Tidak Langsung a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah 1)
Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.
2)
Jika semua biaya ditanggung bank hal ini disebut revenue sharing.
b) Kebijakan Akunting (prinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalanya aktifitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.37
E. Pengertian Produk Penghimpunan Dana Penghimpunan Dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposan dengan pihak kreditur.
37
Muhammad Syafi’i Antonio, Loc cit, hlm. 139-140.
43
Dalam Bank Syari’ah, klasifikasi penghimpunan dana yang utama tidak didasarkan atas nama produk melainkan atas prinsip yang digunakan. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam Bank Syari’ah ada dua yaitu prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah.38 Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana masysrakat, baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.39 Pada
dasarnya
bank
mempunyai
empat
alternatif
untuk
menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu: 1. Dana Sendiri Meskipun untuk suatu usaha bank sendiri proporsi dana sendiri ini relatif kecil apabila dibandingakan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya. Begitu penting proporsi dana sendiri ini dibuktikan dengan adanya ketentuan dari bank sentral yang mengtur tentang proporsi minimal modal sendiri dibanding dengan total nilai Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Proporsi ini lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio-CAR). Apabila CAR suatu bank terlalu rendah maka kemampuan 38
http://blog.keuanganpribadi.com/prinsip-dasar-produk-perbankan-syariah/ Zainul Arifin, Loc cit, hlm. 47.
39
44
bank tersebut untuk bertahan pada saat mengalami kerugian juga rendah. Modal sendiri akan dengan cepat habis untuk menutup kerugian, dan ketika kerugian telah melebihi modal sendiri maka kemampuan bank tersebut untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat
akan
semakin
diragukan.
Kemampuan
untuk
mengembalikan dana simpanan dari masyarakat juga menjadi diragukan. Penurunan kemampuan ini sangat mungkin untuk menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut, dan penurunan tingkat kepercayaan terhadap suatu bank ini selanjutnya sangat membahayakan kelangsungan usaha bank itu. Seperti halnya badan usaha lain penghimpun dana sendiri ini antara lain dapat berupa modal disektor, dana dari penjualan di bursa efek, akumulasi laba ditahan, cadangan-cadangan dan agio saham. 2. Dana dari Deposan Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito berjangka (time deposit) yang berasal dari nasabah perorangan atau badan. 3. Dana Pinjaman Dana
pinjaman
yang
diperoleh
menghimpun dana antara lain dapat berupa:
bank
dalam
rangka
45
a) Call Money Call money merupakan yang dapat diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market. b) Pinjaman Antar Bank Berbeda dengan call money, pinjaman ini dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yag lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan penerimaan bank. c) Kredit Liquiditas Bank Indonesia Seperti dengan namanya Kredit liquiditas bank Indonesia (KLBI) adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama kepada bank yang sedang mengalami liquiditas. 4. Sumber Dana lain Selain dapat berasal dari dana sendiri, dana dari deposan, dan dana pinjaman, sumber penghimpunan dana dapat juga barasal dari sumber-sumber lain yang tidak dapat digolongkan dalam jenis dana diatas.
Sumber
dana
lain
yang
berkembang
sesuai
dengan
perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber-sumber tersebut antara lain:
46
a) Setoran Jaminan Setoran Jaminan atau sering disingkat dengan storjam merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Nasabah tersebut perlu menyerahkan storjam karena jasa-jasa yang diberikan oleh bank mengandung resiko financial yang ditanggung oleh pihak bank. Dengan adanya storjam, nasabah diharapkan mempunyai sikap komitmen untuk berprilaku positif sehingga dikemudian hari bank tidak harus mengalami kerugian karena menanggung resiko yang timbul. b) Dana Transfer Salah satu yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening, dari uang tunai kesuatu rekening, atau dari suatu rekening untuk kemudian ditarik tunai. c) Surat Berharga Pasar Uang Salah satu akibat dari serangkaian paket deregulasi perbankan sejak tahun 1980an adalah diperkanalkanya Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu instrumen yang dipergunakan pihak bank untuk menghimpun dana.
47
d) Diskonto Bank Indonesia Fasilitas diskonto adalah penyediaan janka pendek oleh Bank Indonesia dengan cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto.40
F. Macam-Macam Produk Penghimpunan Dana Pada bank konvensional penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan dalam bentuk Tabungan, Deposito dan Giro yang lazim disebut dana pihak ketiga. Dalam Bank Syari’ah penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan tidak membedakan nama produk, tetapi melihat pada prinsip, yaitu prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah. Apapun
nama
produk,
yang
diperhatikan
adalah
prinsip
yang
dipergunakan atas produk tersebut, karena hal ini sangat terkait dengan besaran hasil usaha yang akan diperhitungkan dalam pembagian hasil usaha yang akan diperhitungkan dalam pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana atau deposan (shahibul maal) dengan Bank Syari’ah sebagai mudharib. 41 Implementasi akad mudharabah pada produk penghimpnan dana dalam produk giro, deposito, sertifikat deposito, dan tabungan adalah sebagai berikut:
40
Sigit Triandaru Dan Totok Budi Santoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, edisi2, Jakarta: Salemba Empat, 2006, hlm. 96-100. 41 Wiroso, Loc cit, hlm. 19-20.
48
1. Giro Produk Giro ini dapat menggunakan akad wadi’ah maupun mudharabah. Giro yang menggunakan akad wadi’ah didalamnya, maka pihak bank selaku penerima titipan dana dapat menggunakan dana titipan tersebut yang dipakai akad wadiah ad-dhamanah, sehigga biasanya bank akan memberkan imbalan kepada nasabah penyimpan sejumlah bonus yang besarnya sesuai dengan kebijakan bank dan tidak diperjanjikan diawal. Sedangkan dalam hal bank menggunakan akad mudharabah dalam operasionalnya maka didalamnya terdapat penentuan nisbah bagi hasil antara bank dan nasabah diawal perjanjian. Pada Giro Wadi’ah nasabah terhindar resiko kehilangan atau berkurangnya dana yang disimpan jadi lebih sefety, sedangkan pada Giro Mudharabah nasabah menanggung resiko berkurangnya dana yang disimpan dan sekaligus peluang untuk mendapatkan keuntungan financial dengan mendapatkan kompensasi berupa bagi hasil yang besarnya sesuai dengan nisbah sebagaimana telah diperjanjikan diawal. 2. Deposito Produk Deposito karena memang ditujukan sebagai sarana investasi, maka dalam praktik perbankan syari’ah hanya digunakan akad mudharabah. Melalui akad mudharabah ini pada awal perjanjian sudah ditentukan berapa nisbah bagi hasil baik bagi pihak nasabah maupun bagi pihak Bank Syari’ah sendiri.
49
3. Tabungan Seperti halnya pada produk giro, maka dalam produk tabungan ini nasabah dapat memilih untuk menggunakan akad wadi’ah atau mudharabah. Keuntungan maupun resiko yang ada sama halnya dengan giro, sedangkan perbedaanya terletak pada mekanisme pengambilan dana yang disimpan oleh nasabah.42 Dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 02/DSNMUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang Tabungan memberikan landasan syari’ah dan ketentuan tentang Tabungan Mudharabah adalah sebagai berikut: A.
Landasan Syari’ah Tentang Tabungan Mudharabah Firman Allah Q.S Annisa : 29
È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts? ⎯tã ¸οt≈pgÏB šχθä3s? βr& HωÎ) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesame dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu. 43
42
Adbul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syari’ah Dalam Lembaga Keuangan Lembaga Pembiayaan Dan Perusahaan Pembiayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 19-20. 43 Wiroso, Loc cit, hlm.47.
50
B.
Adapun Ketentuan Tentang Tabungan Mudharabah, yakni sebagai berikut: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkanya termasuk mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang 4. Pembagian piutang harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan Tabungan
mudharabah
merupakan
tabungan
dengan
akad
mudharabah diman pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang di sepakati sejak awal.44
44
Ibid. hlm. 49.
51
Sedangkan dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang Deposito memberikan
landasan
syari’ah
dan
ketentuan
tentang
Deposito
Mudharabah adalah sebagai berikut: A. Landasan Syari’ah Tentang Deposito Mudharabah Firman Allah Q.S al-Baqarah : 283
©!$# È,−Gu‹ø9uρ …çµtFuΖ≈tΒr& z⎯Ïϑè?øτ$# “Ï%©!$# ÏjŠxσã‹ù=sù $VÒ÷èt/ Νä3àÒ÷èt/ z⎯ÏΒr& ÷βÎ*sù 3 …çµ−/u‘ Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah.45 B. Adapun Ketentuan Tentang Deposito Mudharabah, yakni sebagai berikut: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkanya termasuk mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
45
Ibid, hlm. 54-55.
52
4. Pembagian piutang harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan. Deposito ini dijalankan dengan prinsip mudharabah muthlaqah karena pengelolaan dana deposito sepenuhnya menjadi tanggung jawab mudharib (bank). Deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Semua permintaan pembukaan deposito mudharabah harus dilengkapi dengan suatu akad atau kontrak atau perjanjian yang berisi antara lain, nama dan alamat shohibul maal, jumlah deposito, jangka waktu, nisbah pembagian keuntungan, cara pembayaran bagi hasil dan pokok pada saat jatuh tempo serta syarat-syarat lain deposito mudharabah yang lain.46
46
Ibid, hlm. 56-57.
53
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BSM Indonesia 1. Sejarah Berdirinya BSM Indonesia Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian
nasional.
Krisis
tersebut
telah
mengakibatkan
perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
kesulitan
yang
sangat
parah.
Keadaan
tersebut
menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Dengan adanya tindakan pemerintah untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia, maka lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas UndangUndang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bankbank syari’ah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syari’ah atau dengan membuka cabang khusus syari’ah. Salah satu bank yang mulai merintis kegiatanya berdasarkan prinsip syari’ah adalah PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank
54
Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 – 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi Bank Syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi Bank Syariah dengan nama Bank Syariah Sakinah dan diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero). PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 Tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP.BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila
55
Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau bertpatan dengan tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis Bank Syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran Bank Syariah dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero). PT
Bank
Syariah
Mandiri
hadir
sebagai
bank
yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
2. Profil dan Kepemilikan Saham BSM Indonesia Adapun profil dan kepemilikan saham dari BSM sendiri adalah sebagai berikut: a. Profil Nama
:
PT Bank Syariah Mandiri
Alamat
:
Gedung
Bank
Syariah
Mandiri Jl. MH. Thamrin No.
5
Jakarta
10340
–
56
Indonesia Telepon
:
(62-21) 2300509, 39839000
Faksimili
:
(62-21) 39832989
Situs Web
:
www.syariahmandiri.co.id
Tanggal Berdiri
:
25 Oktober 1999
Tanggal Beroperasi
:
1 Nopember 1999
Modal Dasar
:
Rp1.000.000.000.000,-
Modal Disetor
:
Rp558.243.565.000,-
Kantor Layanan
:
328 kantor, yang tersebar di 24
provinsi
di
seluruh
Indonesia Jumlah jaringan ATM BSM
:
118 ATM Syariah Mandiri, ATM Mandiri 3.746 unit, ATM Bersama 14.758 unit (include ATM Mandiri dan ATM BSM), ATM Prima 10.647 unit dan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) 6.505 unit
Jumlah Karyawan
:
3493 orang (Per Desember 2008)
57
b. Kepemilikan Saham
:
PT Bank Mandiri Tbk.(Persero) : 111.658.712 lembar saham (99,999999%) PT Mandiri Sekuritas
: 1 lembar saham (0,000001%).1
B. Gambaran Umum BSM Kudus 1. Letak geografis BSM Kudus adalah salah satu Bank Umum Syari’ah yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Secara geografis BSM Kudus terletak di lingkungan perkotaan, tepatnya di ruko Ahmad Yani No. 9 Jl. Ahmad Yani Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah. Tepatnya cukup strategis sebab dekat jalan raya perkotaan Kudus, yang juga dilewati oleh angkutan umum sehingga mudah untuk dijangkau dengan menggunakan angkutan dan juga kendaraan pribadi. Adapun lingkungan sekitarnya adalah: Sebelah utara
: Terdapat jalan raya kearah barat menuju Makam Sunan Kudus, ke timur menuju Gor Kudus.
Sebelah barat
: Terdapat jalan raya Kudus-Demak. Kearah utara menuju Simpang Tujuh Kudus, kearah selatan menuju Demak.
1
Dokumentasi BSM Kudus pada hari Senin tgl 08 Maret 2010.
58
2. Latar Belakang Historis BSM Kudus merupakan bank yang berada dibawah naungan PT.Bank Mandiri. BSM Kudus ini Berdiri pada tanggal 5 September 2005 karena Menurut Kepala Cabang BSM Semarang, Priyono, terbuka potensi yang besar di Kudus untuk penyaluran kredit ke sektor kecil dan menengah. Sektor industri kecil dan industri besar di samping beberapa industri yang juga menjadi salah satu alasan BSM membuka kantor cabangnya di Kudus. Selain itu berdirinya BSM Kudus juga tidak lepas dari kedaan masyarakat dikota Kudus yang bernuansa Islami, karena di Kudus memang belum ada Bank Umum Syariah yang beroperasi pada waktu itu. Dengan adanya Bank Syariah Mandiri Kudus ini akan lebih membantu masyarakat sekitar untuk tidak lagi kawatir menggunakan jasa perbankan. Sehingga dengan dorongan itulah kota Kudus menjadi kantor cabang pembantu Bank Syariah Mandiri (BSM) yang ada di Semarang.
3. Visi dan Misi BSM Kudus a) Visi Menjadi Bank Syari’ah terpercaya pilihan mitra usaha. b) Misi 1) Menciptakan suasana pasar perbankan ayari’ah agar dapat berkembang dengan mendorong terciptanya syari’at dagang yang terkordinasi dengan baik.
59
2) Mencapai
pertumbuhan
dan
keuntungan
yang
berkesinambungan melalui sinergi dengan mitra strategis agar menjadi Bank Syari’ah terkemuka di Indonesia yang mampu meningkatkan
nilai
bagi
para
pemegang
saham
dan
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas. 3) Memperkerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti operasional syari’ah. 4) Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip keadilan, keterbukaan dan kehatihatian. 5) Mengutamakan
mobilisasi
pendanaan
dari
golongan
masyarakat menengah dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah kecil, serta mendorong terwujudnya manajemen ZIS yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial. 6) Meningkatkan
permodalan
sendiri
dengan
mengundang
perbankan lain, segenap lapisan masyarakat dan investor asing.
4. Budaya BSM Kudus Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru dan disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai BSM. Shared value perusahaan ini disingkat “ETHIC”. Yaitu :
60
a) Excellence Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu. b) Teamwork Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi. c) Humanity Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan relegius. d) Integrity Mentaati kode etik profesi dan berfikir serta berprilaku terpuji. e) Customer Vocus Mamahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan BSM sebagai mitra terpercaya dan menguntungkan.2 Selain dengan adanya ETHIC tersebut, budaya dari BSM Kudus sebagai bank yang beropersi atas dasar prinsip syari’ah Islam juga menetapkan budaya perusahaan yang mengacu pada akhlakul karimah (budi pekerti mulia) yang terangkum dalam lima pilar yang di simgkat SIFAT, yaitu: a. Siddiq (Integritas) Menjaga martabat dengan integritas, awali dengan niat dan hati tulus, berfikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan prilaku teladan.
2
Observasi di BSM Kudus pada hari Rabu , tanggal 10 Maret 2010
61
b. Istiqomah (Konsisten) Konsisten adalah kunci menuju sukses. Pegang teguh komitmen, sikap optimis, pantang meyerah, kesabaran dan percaya diri. c. Fathonah (Profesionalisme) Profesionalisme adalah gaya kerja bsm kudus. Semangat kerja berkelanjutan, cerdas inovatif dan trampil. d. Amanah (Tanggung Jawab) Terpercaya dengan penuh tanggung jawab menjadi terpercaya cepat tanggap, obyektif, akurat dan disiplin. e. Tabkigh (Kepemimpinan) Kepemimpinan berlandasan kasih sayang selalu transparan membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan.
5. Sistem BSM Kudus a) Islam mamandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan atau amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkanya harus sesuai dengan ajaran Islam. b) BSM
Kudus
mendorong
nasabah
untuk
mengupayakan
pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai dengan ajaran Islam. c) Adanya kesempatan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, kesedrajatan dan sistem ketentraman antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabah atas jalanya usaha Bank Syari’ah. d) Prinsip bagi hasil.
62
e) Penentuan besarnya bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi. f) Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. g) Jumlah
pembagian
bagi
hasil
meningkat
sesuai
dengan
peningkatan jumlah pendapatan. h) Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil. i) Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapat keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
6. Prinsip Operasi BSM Kudus Prinsip Operasi BSM Kudus mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a)
Prinsip Keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara Bank dan Nasabah.
b)
Prinsip Kemitraan Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah pengguna dana, maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko dan keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.
63
Dalam hal ini bank berfungsi sebagai intermediasi institution lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya. c)
Prinsip Keterbukaan Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen bank
d)
Universalitas Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membedabedakan suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil'alamiin.3
7. Struktur Organisasa BSM Kudus Dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan struktur organisasi yang baik dan jelas, sehingga dapat diketahui tugas masing-masing dan kesimpangsiuran dalam menjalani tugas dapat dihindari. Adapun struktur organisasi BSM Kudus adalah sebagai berikut:
3
Wawancara dengan Pelaksana Back Office, Dedi Yulianto pada Hari Senin, Tanggal 15 Maret 2010.
64
65
C. Profil Kabupaten Kudus Kabupaten Kudus adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang Terletak 51 Km sebelah utara Kota Semarang. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati, Selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati, Timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, Barat berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Kabupaten Jepara. Letak secara astronomis 110 36'-110 50' BT dan 6 51'-7 16' LS. Terletak pada ketinggian rata-rata ± 55 m diatas permukaan air laut, dengan iklim Tropis, Temperatur sedang, intensitas hujan ± 2000 mm/tahun atau ± 97 hari/tahun. Secara administrasi di kabupaten Kudus terdiri dari 9 Kecamatan yaitu Kecamatan Kota, Kaliwungu, Jati, Undaan, Mejobo, Jekulo, Gebog, Bae dan Dawe. Total desa berjumlah 124 desa. Dahulu ke sembilan (9) kecamatan di bagi menjadi 3 Kawedanan yang masing-masing Kawedanan membawahi beberapa kecamatan. Ketiga (3) Kawedanan itu adalah Kawedanan Kudus, Cendono, Tenggeles. Kawedanan Kudus meliputi Kota, Jati dan Undaan, Kawedanan Cendono meliputi Bae, Gebog, Dawe dan Kaliwungu, Kawedanan Tenggeles meliputi Jekulo dan Mejobo. Tiap kawedanan itu karena sebagai struktur diatas kecamatan maka mempunyai kantor kawedanan. Dan karena sistem kawedanan di hapus, sekarang bangunan tiap kantor kawedanan di alih fungsikan, sampai sekarang masih bisa kita lihat bangunannya.
66
Adapun hari jadi Kota Kudus di tetapkan pada hari Senin Pahing 1 Ramadhan 956 H atau Tanggal 23 September 1549 M dan diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA) No. 11 Tahun 1990 tentang hari jadi Kudus yang di terbitkan tanggal 6 Juli 1990 yaitu pada era Bupati Kolonel Soedarsono. Kemudian Perda tersebut di sahkan oleh Gubernur KDH Tingkat 1 Jawa Tengah Nomor: 1883/278/1990 Tanggal 7 September 1990. Kabupaten Kudus sejak kolonial sampai sekarang dipimpin seorang bupati mulai dari KR. Adipati Ario Padmonegoro (Putera menantu Sunan Paku Buwono III), KRT Tjokrohadinegoro, Kanjeng Kyai Adipati Ario Tjondronegoro III (1812-1837) sampai sekarang H. M. Mustofa (2008-2013). Seperti halnya kabupaten atau kota lainnya Kabupaten Kudus mempunyai semboyan KUDUS SEMARAK yang artinya Kudus Sehat, Maju, Rapi, Aman dan Konstitusional. Kudus juga terkenal dengan sebutan kota industri, selain itu juga mendapat sebutan kota kretek karena banyak pabrik rokok yang berdiri di Kudus, seperti Djarum, Sukun, Nojorono, Jambu Bol, Langsep dan masih banyak pabrik-pabrik rokok kecil lainnya yang jumlahnya mencapai puluhan.4
4
http://akhirudins.multiply.com, Tanggal 09 Mei 2010
67
D. Penerapan Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk Penghimpunan Dana Di BSM Kudus 1. Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Tabungan a) Tabungan BSM Tabungan BSM adalah Simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di kounter BSM atau melalui ATM. Adapun karakteristik Tabungan BSM adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan prinsip syari’ah dengan akad mudharabah muthlaqah. Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai syari’ah 2) Tabungan dengan bagi hasil yang menarik, aman dan terjamin 3) Dapat ditarik/setor setiap saat diseluruh cabang Bank Syari’ah Mandiri 4) Dilengkapi degan kartu ATM sekaligus Kartu Debet 5) Dilengkapi fasilitas BSM Mobile Banking GPRS dan BSM Net Banking
68
6) Nasabah dapat menyalurkan zakat, infaq dan sedekah melalui Tabungan BSM. Manfaat dari Tabungan BSM adalah sebagai berikut: 1) Dana aman dan tersedia setiap saat 2) Transaksi online di seluruh cabang BSM 3) Mendapatkan kartu ATM sekaligus debet 4) Mendapat bagi hasil yang kompetitif 5) Kebebasan bertransaksi dengan Fasilitas BSM Mobile Banking GPRS dan BSM Net Banking. Adapun Peruntukan dari Tabungan BSM adalah hanya untuk Perorangan. Sedangkan persyaratan dari Tabungan BSM adalah sebagai berikut: Dokumen
Perorangan
Kartu Identitas
KTP/SIM/Paspor nasabah
Min. setoran awal
Rp80.000,- dengan kartu ATM
Min. setoran berikutnya
Rp10.000,-
Saldo Minimum
Rp50.000,-
Biaya tutup rekening
Rp20.000,-
Biaya Adm/bln
Sesuai ketentuan BSM
Contoh Perhitungan: Saldo rata-rata tabungan Pak Syarman bulan Agustus 2008 adalah Rp10.000.000,- Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara Bank dan Nasabah adalah 60 : 40. Bila saldo rata-rata tabungan seluruh nasabah Bank Syari’ah Mandiri pada bulan Agustus 2008
69
adalah
Rp2.000.000.000,-
dan
pendapatan
Bank
yang
dibagihasilkan untuk nasabah tabungan adalah Rp123.000.000,maka bagi hasil yang diperoleh Pak Rahman adalah =
Rp10.000.000,-
x Rp123.000.000,- x 40 % = Rp246.000,-
Rp2.000.000.000,(Sebelum dipotong pajak) b) Tabungan Berencana BSM Tabungan Berencana BSM adalah simpanan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. Karakteristik Tabungan berencana BSM adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan prinsip syari’ah mudharabah muthlaqah 2) Periode Tabungan: min. 1 tahun sampai dengan 10 tahun 3) Usia nasabah: min. 18 tahun dan maksimal 60 tahun saat jatuh tempo 4) Setoran bulanan: min. Rp100.000,- atau sebesar target dana dibagi periode (bulan) 5) Target dana: min. Rp1.200.000,- dan maks. Rp200 juta. Ketentuan Umum Tabungan BSM adalah sebagai berikut: 1) Saldo tabungan tidak bisa ditarik dan tabungan tidak boleh ditutup hingga jatuh tempo (akhir masa kontrak), kecuali dalam keadaan mendesak atau darurat.
70
2) Penutupan rekening sebelum jatuh tempo dengan kondisi tersebut di atas akan dikenakan biaya administrasi 3) Penabung telah memiliki tabungan BSM sebagai rekening asal (Source Account) 4) Jumlah setoran bulanan dan periode Tabungan tidak dapat diubah 5) Tidak dapat menerima setoran di luar setoran bulanan. Persyaratan dari Tabungan Berencana BSM adalah dengan menunjukan Kartu identitas (KTP/SIM/Paspor). Manfaat Tabungan BSM adalah sebagai berikut: 1) Mendapat bagi hasil yang kompetitif 2) Membantu perencanaan keuangan nasabah jangka panjang 3) Keikutsertaan Asuransi secara otomatis, tanpa pemeriksaan kesehatan 4) Perlindungan asuransi bebas premi 5) Nasabah dapat memiliki lebih dari satu rekening 6) Kepastian pencapaian target dana. Adapun
Manfaat
Asuransi
Tabungan
BSM
untuk
memberikan Santunan tunai yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan target dana. Manfaat asuransi ini dihitung dengan cara sebagai berikut: Manfaat asuransi = Target dana – Saldo saat klaim.
71
c) Tabungan BSM Investa Cendekia Tabungan
BSM
Investa
Cendekia
adalah
tabungan
berjangka dalam valuta rupiah dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) yang dilengkapi perlindungan asuransi. Karakteristik Tabungan BSM Investa Cendekia adalah: 1) Berdasarkan prinsip syari’ah mudharabah muthlaqah 2) Periode Tabungan : min. 1 tahun sampai dengan 20 tahun 3) Usia nasabah : min. 17 tahun dan maks. 55 tahun (Catatan: usia masuk ditambah periode kontrak sama atau tidak melebihi 60 tahun) 4) Saldo minimal : Rp1.000.000,5) Setoran bulanan : min Rp100.000,- s/d Rp4.000.000,-. Ketentuan Umum Tabungan BSM Investa Cendekia adalah: 1) Saldo tabungan tidak bisa ditarik dan tabungan tidak dapat ditutup hingga jatuh tempo (akhir masa kontrak), kecuali dalam keadaan mendesak atau darurat. 2) Penarikan sebagian saldo dengan kondisi tersebut di atas dapat dilakukan sampai dengan saldo minimal. 3) Penabung telah memiliki tabungan BSM sebagai rekening asal (Source Account). 4) Jumlah setoran bulanan dan periode Tabungan tidak dapat diubah.
72
Adapun Persyaratan dari Tabungan BSM Investa Cendekia adalah Kartu identitas (KTP/SIM/Paspor). Manfaat Tabungan BSM Investa Cendekia adalah: 1) Mendapat bagi hasil yang kompetitif. 2) Membantu perencanaan program investasi nasabah khususnya perencanaan pendidikan kepada putera/puteri. 3) Keikutsertaan Asuransi secara otomatis, tanpa pemeriksaan kesehatan. Manfaat Asuransi Tabungan BSM Investa Cendekia adalah: 1) Tahun Pertama kepesertaan: a) Meninggal dunia karena sakit (bukan karena kecelakaan): Santunan Meninggal sebesar 50x Setoran Bulanan. (setelah 3 bulan kepesertaan dan maksimal Rp50 juta). b) Meninggal dunia atau Cacat Tetap Total karena kecelakaan: o Santunan Manfaat Takaful sebesar 50x Setoran Bulanan. o Pembayaran sisa Setoran Bulanan untuk masa yang belum dijalani. 2) Tahun kedua kepesertaan dan seterusnya: a) Meninggal dunia karena sakit (bukan karena kecelakaan): o Santunan Manfaat Asuransi sebesar 100x Setoran Bulanan.
73
o Pembayaran sisa Setoran Bulanan untuk masa yang belum dijalani. b) Meninggal dunia atau Cacat Tetap Total karena kecelakaan: o Santunan Manfaat Asuransi sebesar 100 kali Setoran Bulanan o Pembayaran sisa Setoran Bulanan untuk masa yang belum dijalani. Adapun Ketentuan Tentang Premi Asuransi pada Tabungan BSM Investa Cendekia adalah sebgai berikut: 1) Premi asuransi akan didebet secara otomatis dari setoran bulanan Tabungan 2) Premi asuransi ditentukan berdasarkan periode produk: Jangka Waktu Menabung
Besarnya Premi
1 - 5 tahun
2,50%
6 - 10 tahun
3,75%
11 - 15 tahun
5,00%
16 - 20 tahun
6,50%
2. Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Deposito Deposito BSM adalah produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah. Adapun karakteristik Deposito BSM adalah sebagai berikut: 1) Jangka waktu yang fleksibel antara 1, 3, 6 dan 12 bulan
74
2) Deposito tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo 3) Fasilitas Automatic Roll Over 4) Bagi hasil dapat menambah pokok deposito, ditransfer, atau dipindahbukukan ke rekening tabungan atau giro. Manfaat dari Deposito BSM adalah sebagai berikut: 1) Dana aman dan terjamin, sesuai penjaminan pemerintah 2) Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif 3) Dapat dijadikan jaminan dana talangan/pembiayaan. Peruntukkan Deposito BSM adalah sebagai berikut: 1) Individu/Perorangan 2) Badan Usaha/Badan hukum. Sedangkan Persyaratan dari Deposito BSM adalah sebagai berikut: Dokumen/Biaya
Perorangan
Perusahaan/Badan Hukum
Kartu Identitas
KTP/SIM/Pas
1. KTP Pengurus
por Nasabah
2. Akte Pendiri 3. SIUP 4. NPWP
Min setoran awal
Rp2.000.000,
Rp2.000.000,-
Biaya
Rp30.000,-
Rp30.000,-
Rp6.000,-
Rp6.000,-
Administrasi Break Deposito Biaya Materai
75
Contoh Perhitungan: Deposito Ibu Fitri Rp1.000.000,- berjangka waktu 1 bulan. Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara bank dan nasabah adalah 48:52. Bila dianggap total saldo deposito semua deposan adalah Rp200.000.000,- dan pendapatan bank yang dibagi-hasilkan untuk deposan adalah Rp3.000.000,- maka bagi hasil yang didapat oleh Ibu Fitri adalah: Rp1.000.000,-
X Rp3.000.000,- X 52 % = Rp7.800,-
Rp200.000.000,(sebelum dipotong pajak)
Dari beberapa kriteria yang ada pada akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana diatas dapat menarik minat nasabah untuk menginvestasikan dananya sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini terbukti dengan adanya Motivasi dari nasabah dalam memilih menyimpan dana di BSM Kudus, terpenuhinya kebutuhan nasabah yang beranekaragam dalam bentuk pembelian atau mengkonsumsi suatu produk (barang dan jasa) yang diperlukan. Misalnya ketika nasabah membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan maka nasabah dapat mengambil uang secara tunai melalui ATM dimanapun dan kapanpun.5 Terpenuhinya kebutuhan dalam memilih menyimpan dana di BSM Kudus yaitu dengan adanya produk bank yang ditawarkan, yang telah memberi
5
kepuasan
bagi
nasabah
secara
menyeluruh
Observasi pada pelayanan BSM pada hari Rabu tanggal 17 Maret 2010
dan
76
berkesinambungan, serta dalam penarikan bisa dilakukan melalui ATM dimanapun dan kapanpun untuk memenihi kebutuhanya, menurut pendapat dari bapak Agus.6 Sedangkan menurut bapak Sabar salah seorang nasabah BSM Kudus juga memaparkan bahwa BSM sudah sesuai dalam pemenuhan kebutuhan, melalui produk-produk yang ditawarkan. Adanya produk tersebut dapat memberikan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengambilan dana atau penyetoran dana yang bisa dilakukan sewaktu-waktu.7 Sedangkan menurut pendapat nasabah dari ibu Nurul bahwa keamanan yang dilakukan oleh BSM Kudus terhadap penyimpanan dana sudah cukup aman. Karena dalam memberikan perlindungan dana nasabah pihak BSM Kudus memberikan No PIN (sesuai aturan BI) yaitu enam digit angka pada nasabah yang memiliki rekening di BSM Kudus, agar tidak terjadi pencurian dana.8 Tidak hanya enam digit angka saja, dalam pengambilan dana tidak boleh diwakilkan meskipun itu keluarganya sendiri, hal ini menjamin keamanan dari dana nasabah. Menurut pendapat nasabah dari bpk. Sulyadi.9 Adapun pendapat nasabah dari bpk Budiono dalam memilih menyimpan dana di BSM Kudus, merupakan dorongan (motivasi) diri 6
Wawancara dengan bpk Agus, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Rabu tanggal 17 Maret 2010 7
Wawancara dengan bpk Sabar, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Rabu tanggal 17 Maret 2010 8 Wawancara dengan Ibu Nurul, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Kamis tanggal 18 Maret 2010. 9 Wawancara dengan bpk Sulyadi, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Kamis tanggal 18 Maret 2010.
77
sendiri. Hal itu dikarenakan BSM Kudus adalah bank yang hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. adanya unsur syari’ah Islam dalam operasional dari BSM Kudus serta tidak adanya unsur bunga (riba) dalam bagi hasilnya dan mengacu pada ketentuan- ketentuan al Qur’an dan al Hadits. Selain itu pemenuhan kebutuhan tersebut diatas seperti yang diterapkan dalam salah satu struktur organisasi BSM Kudus dengan adanya Customer Focus yaitu memenuhi dan memahami kebutuhan nasabah untuk menjadi BSM Kudus sebagai mitra terpercaya dan menguntungkan.10
3. Dampak Penerapan Akad Mudharabah Di BSM Kudus a. Dampak Positif 1) Adanya perkembangan jumlah investasi mudharabah yang meningkat setiap tahunya. 2) Adanya perkembangan jumlah nasabah mudharabah yang meningkat setiap tahunya. 3) Serta adanya perkembangan kenaikan nominal mudharabah yang meningkat setiap tahunya.
10
Observasi BSM Kamis tanggal 18 Maret 2010.
78
b. Dampak Negatif BSM 1) Kurang efektifnya dual banking sistem yang dapat membuat dana dari bank syari’ah dapat tercampur dengan dana di bank konvensional. 2) Adanya kekhawatiran penyalahgunaan di perbankan syari’ah yang masih melakukan praktek riba.
E. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan Akad Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk Penghimpunan Dana Di BSM Kudus 1. Faktor-Faktor Pendukung a) Adanya prinsip syari’ah Islam yang dijadikan acuan di BSM untuk menerapkan sistem bagi hasil pada semua produknya terutama pada produk penghimpunan dananya. b) Adanya sarana prasarana dalam perusahaan yang cukup lengkap. c) BSM membawa brand (merek) dari bank mandiri dikarenakan bank mandiri bertindak selaku pemilik mayoritas BSM. Sementara bank mandiri sendiri merupakan sebuah bank ternama dan dikenal luas dikalangan masyarakat sehingga keberadaan BSM lebih mudah diterima di tengah- tengah masyarakat. 2. Faktor-Faktor Penghambat a) Kurang adanya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan BSM. b) Tingkat efektivitas keterlibatan masyarakat muslim dalam bank syari’ah tergantung pada pola pikir masyarakat muslim itu sendiri.
79
c) Benturan dengan sistem nilai dan tradisi masyarakat desa yang masih puas menyimpan uang dibawah bantal. d) Semakin banyaknya pesaing dilingkup perbankan syari’ah.
3. Perkembangan Produk Penghimpunan Dana Di BSM Kudus Data tabel perkembangan nasabah yang menginvestasikan dananya pada akad mudharabah di BSM Kudus mulai tahun 20052009: Tahun
Jumlah Investasi Mudharabah
Jumlah Nasabah Mudharabah
2005
2
1546
Persentase Kenaikan Nasabah Mudharabah 0%
2006
3
1965
27%
2007
4
2651
35%
2008
4
3964
50%
2009
4
6301
59%
Di lihat dari tabel diatas menunjukkan jumlah nasabah meningkat setiap tahunya terutama pada tahun 2009 jumlah nasabah meningkat 59% dari tahun sebelumnya. Dari sisi jumlah nominal keseluruhan produk penghimpunan dana BSM Kudus juga mengalami perkembangan setiap tahunya, hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tahun 2005
Jumlah Nominal Penghimpunan Dana Mudharabah 15,943,210,100.00
Presentase Kenaikan 0%
2006
18,892,002,765.00
18%
2007
22,914,265,020.00
21%
80
2008
29,039,605,320.00
27%
2009
41,186,301,396.00
42%
Di lihat dari tabel diatas menunjukkan jumlah nominal produk penghimpunan
dana
mudharabah
meningkat
setiap
tahunya.
Perkembangan terbesar pada tahun 2009 sebesar 42% dari tahun sebelumnya. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan nasabah dan produk penghimpunan dana mudharabah BSM Kudus mengalami peningkatan setiap tahunya.
81
BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI’AH MANDIRI KUDUS
A. Analisis
Penerapan
Akad
Mudharabah
Terhadap
Produk
Penghimpunan Dana Di BSM Kudus 1. Analisis Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Tabungan Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, bahwa produk dana simpanan merupakan dana pihak ketiga atau dana masyarakat
yang
dititipkan
dan
disimpan
oleh
bank,
yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dulu kepada bank dengan media penarikan tertentu. Sebagaimana karakter simpanan yang ada pada perbankan lainnya, dana simpanan pada perbankan syariah mampu dimanfaatkan oleh bank untuk kegiatan operasional bank. Dengan demikian dapat dianalisis bahwa karakteristik dari produk ini, motif utama nasabah adalah simpanan atau titipan bukan investasi yang dapat ditarik sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan oleh bank. Dengan karakter yang demikian, maka prinsip yang digunakan dalam produk ini adalah prinsip mudharabah. Konsekuensi dari penggunaan prinsip mudharabah ini adalah sistem bagi hasil dari bank untuk
nasabah.
Namun
nasabah
mendapat
bagi
hasil
yang
diperjanjikan di awal akad. Di antara produk yang menggunakan
82
prinsip ini adalah produk tabungan mudharabah sebagai salah satu sumber pendanaaan bagi operasional bank. Secara umum yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan sesuai dengan syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan Fatwa bahwa tabungan yang dibenarkan yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadiah. BSM Kudus merupakan salah satu motor penggerak produk yang berdasarkan prinsip syariah telah mampu memberikan layanan yang baik bagi masyarakat. Selain itu produk tabungan yang ada di BSM Kudus sebagai sarana investasi yang murni sesuai syariah yang memungkinkan nasabah melakukan penyetoran dan penarikan tunai dengan sangat mudah dan juga memperoleh bagi hasil yang menarik berdasarkan prinsip atau akad mudharabah. Perbedaan utama dengan sistem tabungan konvensioal terletak pada sistem perhitungan laba yang dalam tabungan konvensional menggunakan perhitungan bunga yang tidak sesuai dengan nilai-nilai syariah Islam. Dalam penerapan semua produk tabungan yang ada di BSM Kudus ini pihak bank menggunakn akad mudharabah muthlaqah. Berdasarkan analisis dari peneliti bahwa dengan adanya penerapan
83
akad mudharabah pada produk tabungan ini dikarenakan antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) sama sama mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai syariah. Selain itu dengan menabung di BSM Kudus ini relatif lebih aman dan dana juga tersedia setiap saat dan dapat juga mengambil BSM Investa Cendekia yang bermanfaat untuk membantu perencanaan program investasi nasabah khususnya perencanaan pendidikan kepada putera puterinya dan keikutsertaan Asuransi secara otomatis, tanpa pemeriksaan kesehatan. Dari kreteria tabungan mudharabah diatas maka dalam hal ini DSN memberikan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 02/DSNMUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang ketentuan Tabungan Mudharabah tercantum dalam al-Qur’an Surat Annisa : 29 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesame dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu”. Oleh karena itu dalam fatwa ini DSN hanya memperbolehkan dua jenis tabungan yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudarabah dan wadi’ah. Dalil-dalil yang disampaikan dalam fatwa tentang tabungan mencakup kutipan-kutipan dari ayat Al-Qur’an dan
84
Hadis, serta alasan menurut akal pikiran. Dalil akal pikiran bagi fatwa tentang tabungan pihak dinyatakan oleh para ulama bahwa perlu adanya kerjasama antara pihak yang kelebihan dana tetapi tidak bisa memproduktifkan
dengan
pihak
yang
kekurangan
dan
tetapi
penulis
dapat
mempunyai kemampuan dalam memproduktifkannya. Dari
beberapa
keterangan
diatas
maka
menganalisis bahwa dengan adanya produk-produk yang ditawarkan oleh BSM Kudus sangat bermanfaat bagi pihak nasabah dan pihak bank, karena di BSM Kudus ini semua produk yang ditawarkan berdasarkan kepastian sesuai akad yang telah disepakati. Selain itu Ditinjau dari perspektif Islam, hal ini juga tidak bertentangan dengan syariat Islam karena prinsip yang diterapkan didalam produk ini sesuai dengan prinsip syariah Islam yang panarapannya menggunakan prinsip bagi hasil yang dihasilkan dari produk yang halal.
2. Analisis Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Deposito Selain tabungan mudharabah yang juga termasuk produk bank dalam bidang Penghimpunan Dana (founding) adalah Deposito. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud
dengan
deposito
berjangka
adalah
simpanan
yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
85
Adapun yang dimaksud dengan Deposito Syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dengan adanya keterangan sebelumnya maka dapat dianalisis bahwa produk deposito mudharabah ini samahalnya dengan produk tabungan mudharabah, akan tetapi dalam deposito mudharabah ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga. Dengan demikian, Bank Syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee), yakni harus bertindak hati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Di samping itu, Bank Syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar aturan syariah.
86
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagikan hasil keuntungan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi bukan akibat kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah miss management (salah urus), maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian tersebut. Selain itu produk deposito di BSM Kudus ini penerapanya menggunakan akad mudharabah muthlaqah. Dan dari keterangan pada bab sebelumnya dapat dianalisis bahwasanya dengan deposito mudharabah yang ada di BSM Kudus ini dapat memberikan fasilitas dana aman dan terjamin, sesuai penjaminan pemerintah, mendapatkan bagi hasil yang kompetitif dan dapat dijadikan jaminan dana talangan atau pembiayaan untuk deposito BSM. Hal ini sudah nampak jelas bahwa dalam penerapan akad mudharabah di BSM Kudus sudah sesuai dengan nilai ajaran agama Islam
dan
sesuai
dengan
peraturan
pemerintah
yang
telah
mengeluarkan peraturan dan batasan-batasan dalam pengoprasian Bank Syariah.
87
B. Analisis Dampak Penerapan Akad Mudharabah Pada Produk Penghimpunan Dana Di BSM Kudus Setelah mengamati dampak positif
pada penerapan akad
mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di BSM Kudus, adanya perkembangan jumlah investasi mudharabah yang meningkat setiap tahunya, adanya perkembangan jumlah nasabah mudharabah yang meningkat setiap tahunya, serta adanya perkembangan kenaikan nominal mudharabah yang meningkat setiap tahunya. Dari keterangan dalam bab sebelumnya sudah nampak jelas bahwa dalam menerapkan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana BSM Kudus sudah menerapkanya sesuai dengan prinsip syari’ah. Karena dengan adanya penerapan dari prinsip syari’ah ini yang dapat memberikan akad mudharabah pada produk penghimpunan dananya meningkat setiap tahunya. Dengan adanya keterangan tersebut maka dapat dianalisis bahwasanya BSM Kudus ini memang bank yang benar-benar beroperasi sesuai dengan ketentuan syari’ah Islam, dan dampak positif itu ada karena adanya kepastian dalam menerapkan produk perbankan yang sesuai dengan ketentuan fatwa dari DSN serta adanya Undang-Undang tentang perbankan syari’ah yang berlaku. Selain itu adanya mutu dan kualitas pelayanan BSM Kudus yang selalu meningkat yang menjadi salah satu faktor utama barkembangnya BSM Kudus hingga saat ini.
88
Selain dampak positif dampak negatif juga tidak dapat dihindari diantaranya Kurang efektifnya dual banking sistem yang dapat membuat dana dari bank syari’ah dapat tercampur dengan dana di bank konvensional. Selain itu Adanya kekawatiran penyalahgunaan di perbankan syari’ah yang masih melakukan praktek riba. Dengan keterangan tersebut maka dapat dianalisis bahwa dampak negatif itu ada karena Bank Syari’ah Mandiri adalah bagian dari Bank Mandiri yang memungkinkan masih adanya ketercampuran antara produk dari Bank Syari’ah Mandiri dengan produk dari Bank Mandiri sendiri.
B. Analisis Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan Akad Mudharabah Terhadap Perkembangan Produk Penghimpunan Dana Di BSM Kudus 1. Analisis Faktor-Faktor Pendukung Setelah mengamati faktor-faktor pendukung yang ada, peneliti menilai bahwa faktor-faktor tersebut memang sangat penting keberadaanya. Adanya prinsip syari’ah Islam yang dijadikan acuan di BSM Kudus untuk menerapkan sistem bagi hasil pada semua produknya terutama pada produk penghimpunan dananya merupakan nilai plus tersendiri. Karena tidak akan ada artinya Bank Syariah Mandiri ini jika pengoperasian dananya masih menyimpang dari prinsip dan ajaran syariah Islam. Adanya sarana prasarana dalam perusahaan yang cukup lengkap dengan mobilitasnya BSM yang memiliki fasilitas office
89
chanelling dengan Bank Mandiri yang melakukan kontrol khusus kepada pihak BSM guna memenuhi keinginan nasabah yang menginginkan pelayanan syari’ah. Dan kelengkapan sarana prasarana tersebut juga sangat mempengarui keberhasilan perusahaan. Selain itu Sebagai bank syari’ah terbesar dengan jaringan terluas ditanah air BSM memiliki 256 outlet yang tersebar di 24 provinsi di indonesia. BSM memiliki layanan perbankan yang real time dan online disemua outlet dan juga dengan adanya publikasi media yang terdapat dimedia massa, dimana pada saat media mengupas tentang perbankan syari’ah pihak BSM selalu ikut dilibatkan. Hal tersebut juga sangat penting karena dengan adanya publikasi media maka BSM Kudus akan lebih mudah dikenal dikalangan masyarakat. Dengan demikian peneliti dapat menganalisis bahwa dengan adanya faktor religiusitas, sarana prasarana serta fasilitas yang ada di BSM ini sangat berperan penting terhadap perkembangan BSM Kudus.
2. Analisis Faktor-Faktor Penghambat Selain adanya faktor-faktor yang mendukung dalam penerapan prinsip syari’ah Islam yang dijadikan acuan di BSM untuk menerapkan sistem bagi hasil, ada juga faktor-faktor yang menghambat. Dari faktor-faktor penghambat yang ada hendaknya tidak dijadikan penghalang dalam menerapka prinsip syari’ah di BSM Kudus tersebut.
90
Kurang
adanya
pengetahuan
dari
masyarakat
tentang
keberadaan BSM, serta Tingkat efektivitas keterlibatan masyarakat muslim dalam bank syari’ah tergantung pada pola pikir masyarakat muslim itu sendiri yang masih meragukan penerapan prinsip syariah merupakan hal yang dapat dimaklumi, karena masyarakat sudah terbiasa dengan adanya prinsip yang ada di bank konvensional. Masih adanya sistem nilai dan tradisi masyarakat desa yang masih puas menyimpan uang dibawah bantal juga termasuk hal yang perlu diperhatikan khusus. Karena keberhasilan dari penerapan prinsip syariah pada BSM Kudus ini tergantung dari pola pikir masyarakat. Dengan demikian peneliti dapat menganalisis bahwa dengan adanya kultur budaya masyarakat yang masih gemar menyimpan uang dibawah bantal, bertambahnya pesaing, minimnya SDM di perbankan syari’ah, serta minimnya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan bank syari’ah. Untuk itu BSM Kudus masih harus memberikan pendidikan ketrampilan agar masyarakat lebih mudah memahami adanya prinsip syari’ah yang ada di BSM Kudus tersebut. Selain itu BSM harus melihat dari faktor penghambat untuk dijadikan acuan kedepan agar BSM lebih bisa semaksimal mungkin untuk melayani kebutuhan masyarakat.
3. Analisis Perkembangan Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus Perkembangan penerapan produk penghimpunan dana di BSM Kudus cukup menggembirakan ini disebabkan karena jumlah nasabah
91
dari investasi mudharabah dan nominalnya produk penghimpunan dana selalu bertambah setiap tahunya. Mulai dari tahun berdirinya sampai sekarang BSM Kudus sudah dapat menunjukkan prestasinya. Dilihat dari tabel pada bab sebelumnya bahwa jumlah nasabah dan produk penghimpunan dana mudharabah BSM Kudus mengalami perkembangan setiap tahunya. Pada tahun 2009 jumlah nasabah meningkat hingga lebih dari 50% dan ini merupakan perkembangan terbesar di BSM Kudus. Hingga saat ini jumlah nasabah dari produk penghimpunan dana mudharabah mencapai 6301 orang nasabah. Dari
keterangan
diatas
dapat
dianalisis
bahwasanya
perkembangan jumlah nasabah itu ada dikarenakan BSM Kudus merupakan
Bank
Umum
Syari’ah
pertama
di
Kudus
yang
menggunakan produk yang sesuai dengan syari’ah Islam. Begitu pula dengan perkembangan produk penghimpunan dana mudharabah BSM Kudus mengalami perkembangan setiap tahunya. Perkembangan terbesar pada tahun 2009 jumlah Jumlah nominal penghimpunan dana mudharabah menjadi 41 milyar lebih. Dari tabel 1 dan 2 dapat dianalisis bahwa presentase jumlah nasabah dan nominal dari produk penghimpunan dana meningkat setiap tahunya akan tetapi jumlah tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah masyarakat Kudus yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang masih banyak menggunakan jasa perbankan konvensional.
92
Dengan keterangan diatas peneliti hanya bisa menambah masukan kepada pihak BSM Kudus agar bisa menjaga kestabilan dan meningkatkan kualitas pada BSM Kudus supaya bisa selalu meningkatkan manajemen promosi ke daerah terpencil sekalipun yang ada di Kudus. Karena diawal tahun 2010 ini BSM mulai mendapat pesaing dari Bank Umum Syari’ah yang mulai beroperasi dikota Kudus.
94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian bab terdahulu yang penulis arahkan untuk menjawab pokok-pokok permasalahan yang telah terangkai pada bab sebelumnya. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1. Penerapan akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di BSM Kudus ini dengan menggunakan akad mudharabah muthlaqah. adapun
produk
penghimpunan
dana
yang
menerapkan
akad
mudharabah muthlaqah ini adalah produk tabungan dan deposito. 2. dalam penerapan akad mudharabah terhadap produk penghimpunan dana di BSM Kudus ini berdampak positif bagi perusahaan dengan mengalami perkembangan pada jumlah investasinya, jumlah nasabah serta jumlah nominal produk penghimpunan dana setiap tahunya. Disamping itu dampak negatif juga tidak bisa dihindarkan, hal ini diakibatkan karena kurang efektifnya dual banking sistem yang dapat membuat dana dari bank syari'ah dapat tercampur dengan dana dari bank konvensional, selain itu adanya kekhawatiran penyalahgunaan di perbankan syari'ah yang masih melakukan praktek riba. 3. Adanya faktor pendukung yang membuat akad mudharabah di BSM Kudus dapat diterima oleh masyarakat salah satu faktor pendukungnya
95
adalah BSM membawa brand (merek) dari bank mandiri dikarenakan bank mandiri bertindak selaku pemilik mayoritas BSM. Sementara Bank Mandiri sendiri merupakan sebuah bank ternama dan dikenal luas dikalangan masyarakat sehingga keberadaan BSM lebih mudah diterima di tengah- tengah masyarakat. Selain faktor pendukung faktor penghambat
juga
tidak
bisa
dihindarkan
salah
satu
faktor
penghambatnya adalah kurangnya publikasi dari pihak perusahaan sehingga masyarakat tidak mengetahui keberadaan dari BSM itu sendiri.
B. Saran-saran Dengan dilandasi oleh kerendahan hati setelah menyelesaikan pembahasan skripsi ini penulis memberi saran-saran. Hal ini dimaksudkan sebagai kritik konstruktif yang dilihat dilapangan. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain: 1. Adanya peningkatan mutu sumber daya insani pengelola melalui pendidikan dan pelatihan yang mendalami masalah fikih terutama yang berkaitan dengan praktik penghimpunan dana BSM Kudus. 2. Lebih meningkatkan kualitas pengawasan terhadap beroperasinya BSM agar tidak terjadi penyimpangan di BSM. 3. Lebih
meningkatkan
keberadaan BSM.
publikasi
kepada
masyarakat
mengenai
96
C. PENUTUP Dengan kebesaran serta kekuasaan Allah SWT , akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dari studi penulis. Tetapi skripsi ini tidak dapat dikatakan sebagai hasil karya penulis sendiri. Karena tanpa bimbingan dan terkabulnya do’a skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan. Penulis yakin, Allah SWT Maha Mendengar semua do’a dan Maha Menyayangi semua makhluk-Nya. Jadi minimalitas pengetauhan yang dimiliki penulis adalah sebuah anugerah dan ciptaan Allah SWT, yang jauh lebih besar dan agung. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca. Amin…..
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993, cet.10 Ansori, Adbul Ghofur, Penerapan Prinsip Syari’ah Dalam Lembaga Keuangan Lembaga Pembiayaan Dan Perusahaan Pembiayaan, Jogyakarta : Putaka Pelajar, 2008. Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001. Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1986. Basir, Cik, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2009. Depag RI., Al-quran dan Terjemahnya, Jakarta: 1971. Dokumentasi BSM Kudus pada tgl 4 dan 26 Maret 2010. Fauzi, Muhammad, Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan Migrasi Nasabah Bank Umum Syari’ah Dikota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2008. , Implementasi Prinsip Syari’ah Pada Perbankan Syari’ah Dikota Semarang, Semarang, IAIN Walisongo, 2007. Http://Akhirudins. Com, 09 Mei 2010 Http://blog.keuanganpribadi.com, 15 Febuari 2010 Http://syariahmandiri.co.id, 15 Febuari 2010 Hendarto, Hendy, Masalah Besar Bank Syari’ah, Republika: 2005. Hardiwinoto, Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Perusahaan Terhadap Beroperasinya Perbankan Syari’ah Di Kota Semarang, Tesis Progam Magister Akuntansi Undip 2004, Tidak di Publikasikan. Ilmi, Makhalul, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah: Beberapa Permasalahan dan Alternatif Solusi, Yogyakarta: UII Press, 2002. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
,Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005. , Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, Cet.XVII. Mardiyah, Aenul, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Agunan Tambahan Dalam Pembiayaan Mudharabah Analisis Terhadap Pasal 8 UU No. 10 tahun 1998, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006). Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonisia, 2002. Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, Jogyakarta: UPP AMP YKPN, 1987. Ridwan, Muhammad, Konstruksi Bank Syari’ah Indonesia, Yogyakarta: UII Pres, 2005. ,Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Pres, 2004. Saed, Abdullah , Menyoal Bank Syari’ah Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis, Jakarta: Paramadina, 2004. , Bank Islam Dan Bunga, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Sholahuddin, M, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006. Sudarsono, Heri , Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jogyakarta : Ekonisia 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta, 2008, Cet. IV. Sumitro, warkum, Asas-Asas Perbankan Islam Dan Lembaga-Lembaga Terkait BMI & Takaful Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. , Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait Bamui & Takaful Di Indonesia, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2004.
Sumiyanto, Ahmad , Menuju Koperasi Modern, Yogyakarta: PT ISES Consulting Indonesia, 2008. Syafei, Rahmat ,Fiqh Muammalah, Bandung: Pustaka Ceria, 2001. Triandaru, Sigit dan Budi Santoso, Totok, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, edisi2, Jakarta: salemba empat, 2006. Wawancara dengan bpk Agus, bpk Sabar, Ibu Nurul, bpk Sulyadi, ibu Sri Indah dan bpk Soberi, Nasabah BSM Kudus Pada Hari Jum’at Tanggal 26 Maret 2010. Wawancara dengan Pelaksana Back Office, Dedi Yuniar pada Hari Senin, Tanggal 08 Maret 2010. Widiyanto, Praktek Bagi Hasil Dalam Investasi Mudharabah Studi Kasus BMT Tumang Boyolali, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang 2006). Wirdyaningsih, dkk, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005. Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, Jakarta: PT Grasindo 2005.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Lengkap
: Fariq Falahi
Tempat Tanggal Lahir
: Kudus, 17 Oktober 1986
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Desa Kedungdowo Rt.01 Rw. 02 Kec. Kaliwungu Kab. Kudus
Jenjang Pendidikan
:
1. MI. Ittihadul Falah Kedungdowo
Lulus Tahun 1998
2. MTs NU TBS Kudus
Lulus Tahun 2002
3. MA NU TBS Kudus
Lulus Tahun 2005
4. Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang
Lulus Tahun 2010
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 02 Juli 2010 Penulis
Fariq Falahi Nim. 052411072
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No 1
Waktu Rabu
Jenis Kegiatan
Keterangan
Survei lokasi bank yang Diterima
06/01 2010 akan
dijadikan
penelitian
oleh
ibu
Dina
dan
obyek dipersilahkan untuk menemui bpk
yaitu
Bank Dedi Yulianto selaku Back Officer
Syari’ah Mandiri Kudus 2
Kamis
Menemui bpk Dedi Yulianto Dalam penerapan akad mudharabah di
07/01/2010 dan
menyatakan
proses
tentang BSM Kudus pada produk pendanaan
penerapan
akad sudah
mudharabah di BSM Kudus 3
Senin
pimpinan
ketentuan
dengan
catatan
tidak
BSM mengganggu aktivitas dan kinerja dari
Kudus Selasa
dengan
perbankan syari’ah
Mengajukan ijin penilitian Diijinkan
01/03/2010 kepada
4
sesuai
BSM Kudus
Menemui bpk Dedi Yulianto Penelitian dapat dimulai pada hari
02/03/2010 untuk
menyatakan
kapan Senin Tanggal 08/03/2010
penelitian dapat dimulai 5
Senin
Wawancara
Dengan Menanyakan tentang sejarah BSM
08/03/2010 Manajer BSM Kudus.
Kudus, Keadaan Karyawan, Jumlah Nasabah, Lingkungan Sekitar, Faktor Pendukung dan Penghambat di BSM Kudus
6
Rabu
Observasi
tentang
akad Produk pendanaan yang menggunakan
10/03/2010 mudharabah pada produk akad mudharabah saat ini produk pendanaanya
Tabungan BSM, Tabungan Berencana BSM,
dan
Tabungan
Investia
Cendekia BSM Serta Produk Deposito BSM 7
Senin
Menggali
data
yang Back officer menberikan data yang
15/03/2010 berkaitan dengan penilitian dibutuhkan di Back Officer 8
untuk
melengkapi
penelitian
17/03/2010 Observasi proses kegiatan di Pelyanan terhadap nasabah sangat bagian pelayanan nasabah
baik dengan keramah tamahan para pegawai untuk selalu memberikan yang terbaik untuk nasabah
9
Senin
Wawancara
29/03/2010 Yulianto
dengan selaku
Dedi Menyatakan Back kendala
Officer 10
Kamis
pelayanan,
dalam
kendala-
penerapan
akad
mudharabah pada produk pendanaan
Observasi Lingkungan BSM Ruang tunggu nasabah, kenyamanan
01/04/2010 Kudus
dalam ruang dan fasilitas yang ada diruangan
11
Senin
Meminta surat keterangan Tidak diperoleh karena Back Officer
05/04/2010 telah melakukan penelitian
sedang ada acara dan disarankan untuk lain waktu
12
Senin
Meminta surat keterangan Mendapat
12/04/2010 telah melakukan penelitian
surat
keterangan
melakukan penelitian
telah
Pedoman Observasi Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya Terhadap Produk Penghimpunan Dana di Bank Syari’ah Mandiri Kudus Lokasi Penelitian
: Bank Syariah Mandiri Kudus
Sobyek penelitian
: Implementasi Akad Mudharabah Serta Dampaknya
Terhadap
Produk Penghimpunan Dana No Kemampuan
Proses Transaksi
Cek list
Keterangan
BSM Kudus 1
9
Merancang
Menyediakan
Adanya
dan mengelola
produk yang
kesepakatan dari
dana
dibutuhkan nasabah
nasabah
masyarakat 2
Memberikan
¾
Memberiakan
9
Menerangkan
kesempatan
kesempatan
tentang produk
untuk nasabah
bertanya untuk
produknya
untuk memilih
nasabah
produk
¾
Membantu nasabah untuk pilihan yang tepat sesuai dengan kemampuanny
a 3
Memajang
¾
Piagam
9
Pajangan ruangan
hasil
Penghargaan
berisi besarnya
penghargaan
BSM di pajang
nisbah bagi hasil
yang diperoleh
diruangan
dari tahun
Adanya
ketahun,
pajangan
penghargaan yang
beberapa
diperoleh bsm
keunggulan
serta visi misi
BSM
BSM dll
BSM
¾
¾
Adanya ketentuan besarnya nisbah bagi hasil pertahun
4
Bank
Penetaan kursi
mensetting
tunggu ditata secara
ruangan secara rapi sesuai variatif dan
9
Bentuk kursi nyaman untuk menunggu
kebutuhan
dinamis 5
Membuat
Adanya sudut baca
Ruangan sudah
sudut baca
diruangan
penuh dengan
diruangan
kursi tunggu
6
Adanya
¾ Bank
Adanya mutu
pelayanan
memberikan
pelayanan yang
yang baik
pelayanan yang
berkualitas
sesuai kebutuhan nasabah ¾ Satpam mengawal nasabah bertransaksi
Kudus, 14 April 2010 Observer
Fariq Falahi
PEDOMAN WAWANCARA 1. Kapan berdirinya Bank Syari'ah Mandiri Kudus? 2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Bank Syari'ah Mandiri Kudus? 3. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan kehadiran Bank Syari'ah Mandiri Kudus? 4. Berapa banyak nasabah di Bank Syari'ah Mandiri Kudus? 5. Produk apa sajakah yang di kelola Bank Syari'ah Mandiri Kudus? 6. Bagaimana penerapan akad mudharabah pada produk penghimpunan dana di Bank Syari'ah Mandiri Kudus? 7. Bagaimana perkembangan Bank Syari'ah Mandiri Kudus? 8. Apa Saja Dampak Positif dan Negatif Dari Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus? 9. Apa Saja Fasilitas yang ada di BSM Kudus? 10. Bagaimana Struktur Organisasi BSM Kudus?
Perkembangan Produk Penghimpunan Dana di BSM Kudus Mulai Tahun 2005 – 2009
Jumlah Tahun Nasabah
Presentase Jumlah Kenaikan Investasi Nasabah Mudharabah
Jumlah Nominal Penghimpunan Dana
Presentase Kenaikan Penghimpunan Dana
2005
1546
0%
2
15,943,210,100.00
0%
2006
1965
27%
3
18,892,002,765.00
18%
2007
2651
35%
4
22,914,265,020.00
21%
2008
3964
50%
4
29,039,605,320.00
27%
2009
6301
59%
4
41,186,301,396.00
42%
Rumus :
t − (t − 1) × 100% (t − 1)
1965 − 1546 × 100% 1546 419 = × 100% 1546 = 0.27102 x 100% = 27.102% → 27%
Kenaikan Jumlah Nasabah Tahun 2006 =
2651 − 1965 × 100% 1965 686 × 100% = 1965 = 0.349109 x 100% = 34.9109% → 35%
Kenaikan Jumlah Nasabah Tahun 2007 =
3961 − 2651 × 100% 2651 1313 × 100% = 2651 = 0.495285 x 100% = 49.5285% → 50%
Kenaikan Jumlah Nasabah Tahun 2008 =
Kenaikan Jumlah Nasabah Tahun 2009 =
6301 − 3964 × 100% 3964
2337 × 100% 3964 = 0.589556 x 100% = 58.9556% → 59%
=
18,892,002,765 - 15,943,210,100 × 100% 15,943,210,100 2,948,792,665 = × 100% 15,943,210,100 = 0.184956 x 100% = 18.4956% → 18%
Kenaikan Jumlah Penghimpunan Dana = Tahun 2006
22,914,265,020 - 18,892,002,765 × 100% 18,892,002,765 4,022,262,255 × 100% = 18,892,002,765 = 0.212908 x 100% = 21.2908 → 21%
Kenaikan Jumlah Penghimpunan Dana = Tahun 2007
29,039,605,320 - 22,914,265,020 × 100% 22,914,265,020 6,125,340,300 × 100% = 22,914,265,020 = 0.267316 x 100% = 26.7316→ 27%
Kenaikan Jumlah Penghimpunan Dana = Tahun 2008
41,186,301,396 - 29,039,605,320 × 100% 29,039,605,320 12,146,696,076 × 100% = 29,039,605,320 = 0.41828 x 100% = 41.828 → 42%
Kenaikan Jumlah Penghimpunan Dana = Tahun 2009
Struktur Organisasi BSM Cabang Kudus
Kepala Kantor Cabang Pembantu Agung Wibowo
Account Officer
Opperation Officer
Roni Irawan
Arief Yanuar
1. Satpam Pelaksana Marketing Support
Customer Service
Teller
Pelaksana Back Officer
Iqbal Fazza
Dina Noor Amalia
Amalia Herdiana
Dedi Yulianto
Anis Musthofa 2. Massenger 3. Driver 4. Office boy *) Sesuai dengan SK DIR No.8/188-KEP/DIR, Tanggal 13 September 2006, tentang penetapan Struktur Organisasi Cabang PT Bank Syari’ah Mandiri.
Dokumentasi Foto Dari Kegiatan Penelitian di BSM Kudus: