III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Perdagangan, ITS, FAO, Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan (Ditjennak) dan UN Commodity and Trade Database. Selain itu data-data pendukung lainnya juga dicari melalui internet, literatur dan jurnal. Produk yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari enam produk turunan susu berdasarkan nilai ekspor tertinggi diantara tujuh belas produk turunan susu lainnya. Produk-produk tersebut memiliki kode Harmonized System (HS) seperti yang tertera pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Kode Produk Turunan Susu dalam Harmonized System (HS) No. Produk Turunan Susu Kode HS 1 Cereal, flour, starch, milk preparations and products 19 2 Milk and cream, concentrated or sweetened 0402 3 Milk and cream powder unsweetened > 1.5 percent fat 040221 4 Milk not concentrated nor sweetened 1-6 percent fat 040120 5 Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc 040390 6 Milk and cream nes sweetened or concentrated 040299 Sumber : UN Comtrade, 2011
3.2 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Studi menggunakan analisis kuantitatif digunakan untuk mendukung analisis deskriptif yang ada. Metode kuantitatif Revealed Comparative Advantage
32
(RCA) dan Export Product Dynamic (EPD), digunakan untuk menganalisis posisi daya saing atau keunggulan komparatif dan kompetitif produk turunan susu Indonesia. Sedangkan, untuk menganalisis efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan nilai ekspor produk turunan susu Indonesia menggunakan Constant Market Share Analysis (CMS). Ketiga metode analisis tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan yang saling melengkapi sehingga hasil yang diperoleh lebih menggambarkan realita yang sebenarnya. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua tahap. Tahap pertama yang dilakukan adalah pengelompokan data. Kemudian tahap kedua yaitu pengolahan data dalam model analisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft Excel.
3.2.1 Analisis Revealed Comparative Advantege (RCA) Daya saing suatu negara pada suatu produk atau komoditi dapat diestimasi melalui keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Analisis RCA merupakan suatu metode untuk menganalisis keunggulan komparatif tersebut. RCA adalah indeks yang mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor suatu komoditas dalam ekspor total negara tersebut, dibandingkan dengan pangsa komoditas tersebut dalam perdagangan dunia (Basri, 2002). Melalui analisis perhitungan RCA, posisi daya saing dan ekspor produk susu di pasar dunia dapat diketahui. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa
33
keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya. Indeks RCA merupakan indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif atau perubahan tingkat daya saing industri suatu negara di pasar global. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk/komoditi terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Dengan demikian, dapat diketahui secara kuantitatif apakah komoditi suatu negara cukup tangguh bersaing di pasar internasional atau tidak. Indeks RCA secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: /
RCAij = / .................................................. (1)
Dimana : RCAij = Keunggulan komparatif (daya saing) Indonesia tahun ke-t Xij
= Nilai ekspor produk turunan susu Indonesia tahun ke-t
Xis
= Nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia tahun ke-t
Wj
= Nilai ekspor produk turunan susu di dunia tahun ke-t
Ws
= Nilai ekspor seluruh komoditi dunia tahun ke-t
RCA didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor produk turunan susu Indonesia di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor produk turunan susu di dalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor produk turunan susu. Apabila nilai RCA lebih besar
34
dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif untuk produk turunan susu yang artinya komoditas tersebut (produk turunan susu Indonesia) berdaya saing kuat. Sebaliknya jika nilai RCA lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditas susu rendah (di bawah rata-rata dunia) atau berdaya saing lemah. Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut :
Indeks RCA = .......................................... (2) Dimana : RCAt = Nilai RCA tahun sekarang (t) RCAt-1 = Nilai RCA tahun sebelumnya (t-1) Nilai indeks RCA berkisar dari nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor susu Indonesia di pasar internasional sekarang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor susu Indonesia di pasar internasional tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA atau kinerja ekspor susu Indonesia di pasar internasional sekarang lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Keuntungan menggunakan indeks RCA adalah bahwa indeks ini mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah alternatif. Selain itu, keunggulan dari metode ini juga adalah mengurangi dampak
35
pengaruh campur tangan pemerintah, sehingga keunggulan komparatif suatu komoditi dari waktu ke waktu dapat terlihat secara jelas. Namun, bagaimanapun indeks ini tidak dapat membedakan antara peningkatan di dalam faktor sumberdaya dan penerapan kebijakan perdagangan yang sesuai. Kelemahan dalam metode RCA ini, diantaranya : 1. Pengukuran berdasarkan nilai RCA ini mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran dasar domestik, dan perkembangannya. 2. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal 3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa yang akan datang.
3.2.2 Analisis Export Product Dynamics (EPD) Export Product Dynamic (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi produk yang kompetitif dan dinamis (pertumbuhannya cepat) dalam ekspor suatu negara. Jika pertumbuhannya di atas rata-rata secara kontinu selama waktu yang panjang, maka produk ini mungkin menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut. Selanjutnya, jika produk dinamis tersebut mempunyai karakteristik produksi yang spesifik, maka hal ini juga menjadi informasi yang penting dalam kesempatan ekspor, dalam hubungannya dengan produk yang serupa. Pada akhirnya, identifikasi produk-produk dinamis tersebut mengatasi berbagai hambatan perdagangan beberapa produk di pasar ekspor dikarenakan semakin terfokusnya negoisasi multilateral atau bilateral. Metode yang paling
36
sering digunakan untuk mengidentifikasi produk-produk dinamis adalah dengan memilih produk-produk berdasarkan tingkat pertumbuhannya selama periode yang ditetapkan. Beberapa produk mungkin bukan merupakan bagian yang besar pada ekspor suatu negara, namun identifikasi produk dilakukan untuk melihat pertumbuhan produk dalam ekspor suatu negara. Jika pertumbuhan produk di atas rata-rata secara berkesinambungan dalam waktu yang panjang, maka produk ini dapat menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut. Identifikasi produk juga dilakukan untuk mendapatkan informasi yang penting dalam ekspor dengan produk yang serupa, seperti melihat karakteristik produksi yang spesifik. Terdapat empat dekomposisi indikator daya saing dalam analisis ini. Posisi Rising Star yang ditandai dengan perolehan pangsa pasar untuk produk-produk yang berkembang cepat oleh negara tersebut. Sementara itu, posisi Lost Opportunity mengindikasikan terjadinya penurunan pangsa pasar pada produk yang dinamis. Kondisi ini paling tidak diinginkan karena hal ini berarti kehilangan kesempatan pangsa ekspor untuk komoditi yang dinamis di pasar dunia. Kondisi Falling Star juga tidak diinginkan walaupun tidak seperti kondisi Lost Opportunity, karena pangsa pasarnya meningkat meskipun bukan pada produk yang dinamis di pasar dunia. Sementara itu, Retreat berarti produk tersebut tidak diinginkan lagi di pasar. Namun, bisa diinginkan kembali jika pergerakannya jauh dari produk dinamis. Tabel 4 menggambarkan empat dekomposisi umum ekspor (berdasarkan posisi pangsa pasar).
37
Tabel 5. Matriks Posisi Pasar (Export Product Dynamic) Share of Product in Wolrd Trade Share of Country's Export in World Trade Rising (Dynamic) Falling (Stagnant) Rising (competitiveness) Rising Star Falling Star Faling (non-competitiveness) Lost Opportunity Retretat Sumber : Estherhuizen (2006)
Kelebihan dari menggunakan metode analisis EPD adalah diketahuinya apakah suatu produk merupakan produk dengan performa yang dinamis atau tidak serta kompetitif atau tidak. Selain itu, metode analisis ini dapat mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tententu. Kelemahan dari metode analisis ini yaitu posisi daya saing yang dihasilkan berdasarkan rata-rata pertumbuhan share export total (x) dan share export commodity (y) selama periode penelitian, sehingga jika terdapat data pecilan maka akan mengakibatkan posisi daya saingnya seolah-olah lebih baik atau lebih buruk.
3.2.3 Analisis Constant Market Share (CMS) Untuk menentukan efek yang paling signifikan dalam memengaruhi daya saing suatu komoditi maka digunakanlah analisis Contant Market Share (CMS). Analisis Constant Market Share atau analisis pangsa pasar konstan digunakan untuk mengukur dinamika tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara dan efek yang paling memengaruhinya. Pendekatan CMS didasarkan pada pemahaman bahwa laju pertumbuhan ekspor suatu negara bisa lebih kecil, sama atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekspor rata-rata dunia. Variabel yang diukur yaitu efek ekspansi (sisi permintaan) yang terbagi menjadi dua yaitu efek pangsa makro (pertumbuhan impor) dan pangsa mikro (efek komposisi komoditi)
38
kemudia efek persaingan atau efek daya saing (sisi penawaran). Metode CMS secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Xij2 – Xij1 = mXij1 + {(mi - m) Xij1} + {Xij2 – Xij1 – mi Xij1} 1
Dimana :
2
3
........ (3)
Xij1
= ekspor komoditi i dari negara j ke dunia tahun ke t-1
Xij2
= ekspor komoditi i dari negera j ke dunia tahun ke t
m
= persentase peningkatan impor umum di dunia
mi
= persentase peningkatan impor komoditi i di dunia
Dan : − Suku pertama pada persamaan (3) : efek pertumbuhan impor − Suku kedua pada persamaan (3) : efek komposisi komoditi − Suku ketiga pada persamaan (3) : efek daya saing
Terdapat tiga efek yang memengaruhi daya saing satu komoditi. Pertama adalah efek pertumbuhan impor yang mengukur apakah ekspor negara yang diuji sudah terkonsentrasi pada pasar-pasar yang mengarah kepada peningkatan permintaan global. Efek ini menerangkan seberapa besar perbedaan ekspor yang disebabkan oleh pertumbuhan yang cepat dari impor dunia untuk komoditi tertentu dibandingkan dengan impor komoditi lainnya. Kedua, efek komposisi komoditi menunjukkan seberapa besar perbedaan ekspor yang disebabkan faktor-faktor permintaan dari negara tujuannya. Efek komposisi komoditi yang positif menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor untuk
39
negara tertentu sebagian disebabkan oleh pilihan pasar yang benar. Kebalikannya adalah nilai negatif yang menunjukkan bahwa ekspor suatu negara memang ditujukan ke negaranegara yang permintaannya tidak secepat pertumbuhan dunia. Ketiga, adalah efek daya saing yang mengindikasikan adanya kekuatan daya saing komoditi i dari negara yang diuji. Efek daya saing adalah perbedaan antara pertumbuhan aktual dari negara yang diuji untuk komoditi i yang menuju pasar tujuannya (pasar J) dan tingkat pertumbuhan total impor dari komoditi tersebut. Ekspor komoditi i dari suatu negara dikatakan memiliki daya saing pada pasar J jika ekspor tersebut tumbuh lebih cepat dari impor pasar J untuk komoditi i dari seluruh sumber lainnya. Jika ekspor komoditi i negara tersebut ke pasar J tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ekspor dari negara lain ke pasar tujuan tertentu maka pangsa pasar negara yang diuji tersebut pada pasar J akan meningkat. Jika hal ini terjadi pada sebagian besar negara dimana J mengekspor, maka industri tertentu dari negara J akan menambah daya saingnya. Pengembangan lebih lanjut dari aplikasi model CMS dilakukan oleh Chen dan Duan (1999) dalam Suprihatini (2005) yang menggunakan dekomposisi dua tahap. Efek dari dekomposisi dua tahap terhadap perubahan ekspor dari suatu negara disajikan pada Gambar 6. Efek dari dekomposisi pertama dapat diuraikan menjadi (1) efek struktural yang terdiri dari efek pertumbuhan, pasar, komoditas, dan interaksi; (2) efek daya saing yang terdiri dari efek daya saing murni dan khusus; dan (3) efek order-kedua yang terdiri dari efek order-kedua murni dan efek sisaan struktural dinamik.
40
Sumber : Chen dan Duan (1999) dalam Suprihatini, 2005 Gambar 5. Dekomposisi Dua Tahap dari Model CMS
Penggunaan
metode
analisis
CMS
memiliki
keunggulan
yaitu
diketahuinya efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor suatu komoditi. Analisis ini juga menyediakan seperangkat indikator statistik untuk mengetahui apakah suatu negara eksportir mampu mengelola kontribusi ekspornya ke seluruh pasar pengimpor dalam suatu selang waktu tertentu. Metode analisis CMS juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan dari model CMS ini telah dikemukakan oleh Muhammad dan Habibah (1993) antara lain bahwa persamaan yang digunakan sebagai basis untuk menguraikan pertumbuhan ekspor adalah persamaan identitas. Oleh karena itu, alasan-alasan dari terjadinya perubahan daya saing ekspor tidak dapat dievaluasi dengan hanya menggunakan analisis CMS saja. Kelemahan analisis CMS lainnya adalah mengabaikan perubahan daya saing pada titik waktu yang terdapat di antara dua titik waktu yang digunakan. Namun demikian, analisis ini sangat berguna untuk mengkaji kecenderungan daya saing produk yang dihasilkan suatu negara.