III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Metode ini memadukan penelitian dan pengembangan secara integratif. Penelitian diawali dengan menganalisa kebutuhan sekolah terhadap instrumen penilaian kompetensi sikap. Berdasarkan hasil analisa, dilakukan pengembangan instrumen yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan instrumen penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial pada pembelajaran IPA. Pada proses pengembangan produk ini, diberlakukan uji ahli dan uji coba produk. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari tampilan, skala sikap, serta isi dari instrumen yang dihasilkan. Penilaian isi ditentukan berdasarkan kriteria substansi, konstruksi, dan bahasa. Uji coba produk merupakan proses lanjutan yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai validitas empiris serta reliabilitas instrumen penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial hasil pengembangan.
Objek penelitian ini adalah instrumen penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial untuk pembelajaran IPA SMP. Untuk mengetahui kelayakan produk
35 berdasarkan teori, diperlukan penilaian dari subjek uji ahli. Subjek uji ahli yang digunakan yakni tiga ahli evaluasi pendidikan di Lampung. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh para ahli, akan ditemukan kekurangan-kekurangan produk. Perbaikan dilakukan mengikuti saran dari para ahli untuk mendapatkan produk yang valid secara logis. Adapun untuk menentukan validitas empiris serta reliabilitas poduk, digunakan subjek uji coba siswa kelas VIII SMP N 2 Bandar Lampung yang dipilih secara random pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
B. Prosedur Penelitian Pengembangan
Prosedur penelitian ini diadaptasi dari prosedur pengembangan menurut Sugiyono (2013: 408) yang disesuaikan dengan Standar Penilaian Pendidikan pada Kurikulum 2013. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini ditunjukkan pada gambar berikut.
Identifikasi Masalah
Pencetakan Produk
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Produk
Uji Coba Produk
Revisi Desain
Gambar 3. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan
Secara lebih rinci, 8 langkah penelitian pengembangan tersebut adalah:
36 1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui seberapa perlunya instrumen penilaian dikembangkan. Identifikasi masalah dilakukan dengan metode wawancara. Sasaran dari metode ini adalah guru-guru mata pelajaran IPA. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung tentang penilaian penilaian sikap spiritual dan sosial siswa pada pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru. Hasil wawancara ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan kondisi ideal. Masalah diperoleh jika terdapat kesenjangan antara hasil analisis dengan keadaan ideal yang diharapkan.
2. Pengumpulan Data
Setelah dilakukan identifikasi masalah, dilakukan pengumpulan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan desain produk instrumen penilaian sikap spiritual dan sosial yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan informasi ini dilakukan dengan mengaji literaturliteratur yang berkaitan dengan instrumen penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial kemudian dicocokkan dengan kondisi sekolah.
3. Desain Produk
Desain produk berupa instrumen penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial untuk pembelajaran IPA SMP. Desain produk pengembangan ini disebut
37 Prototipe I. Langkah-langkah pembuatan desain produk instrumen penilaian kompetensi sikap adalah:
a. Penyusunan spesifikasi
Pada proses pengembangan instrumen ini diawali dengan menentukan teknik dan instrumen penilaian sikap yang akan dikembangkan. Teknik yang digunakan adalah penilaian diri (self assesment). Instrumen yang digunakan adalah skala sikap (attitude scale) dengan menggunakan skala likert yang disertai rubrik. Penilaian kompetensi sikap spiritual yang dimaksud adalah penilaian terhadap ketercapaian KI-1 dalam kurikulum 2013, yaitu: menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Sedangkan Penilaian kompetensi sikap sosial yang dimaksud adalah penilaian sikap sosial adalah penilaian terhadap ketercapaian KI2 dalam kurikulum 2013, yaitu: menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
b. Penulisan instrumen
Saat menulis instrumen, perlu memperhatikan empat hal: 1) Tujuan pengukuran Tujuan pengukuran kompetensi sikap spiritual dan sosial siswa adalah untuk menentukan tingkatan sikap spiritual dan sosial siswa pada pembelajaran IPA berdasarkan skala sikap yang telah dikembangkan.
38 2) Kisi-kisi Membuat kisi-kisi produk pengembangan instrumen kompetensi sikap spiritual dan sosial diawali dengan menentukan indikator setiap sikap. Indikator-indikator tersebut ditentukan dengan melihat kata kerja ranah efektif Taksonomi Bloom. 3) Format instrumen Format instrumen yang akan dikembangkan adalah diawali dengan membuat pernyataan yang mengacu pada indikator-indikator setiap sikap. Format ini mengadaptasi dari format penilaian diri sikap oleh Kunandar dan dipadukan dengan format penilaian diri sikap oleh Kemdikbud. Contoh sederhana format instrumen yang akan dikembangkan, seperti pada gambar 4 berikut ini:
Gambar 4. Format Instrumen yang Akan Dikembangkan
39 Siswa diminta untuk memberikan silang (×) dengan jujur pada pilihan jawaban yang sangat cocok dengan keadaan siswa pada saat mengikuti pembelajaran IPA. 4) Panjang instrumen Panjang instrumen yang dimaksud adalah banyaknya pernyataan dalam instrumen yang dikembangkan. Jumlah pernyataan sikap spiritual dan sosial siswa yang akan dikembangkan adalah sebanyak 45 butir pernyataan.
c. Menentukan Skala Instrumen
Skala sikap yang digunakan adalah skala Likert dengan lima alternatif jawaban. Skala ini disusun dalam suatu bentuk pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang menunjukkan tingkatan. Pilihan responsnya adalah SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).
d. Menentukan pedoman penskoran
Penskoran pilihan jawaban skala Likert bergantung pada sifat pernyataan. Untuk pernyataan yang bersifat positif skor jawaban adalah: SS = 4; S = 3; R = 2; TS = 1; dan STS = 0. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya, yaitu: SS = 0; S = 1; R = 2; TS = 3; dan STS = 4.
4. Validasi Desain
Validasi desain dilakukan untuk menilai rasionalitas dan efektivitas desain produk. Validasi desain ini dilakukan untuk membuat produk tervalidasi secara
40 logis. Validasi produk dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa tenaga ahli evaluasi pendidikan yang sudah berpengalaman untuk menilai rancangan produk pengembangan instrumen penilaian. Tenaga ahli yang berpengalaman tersebut melakukan penilaian serta memberikan saran perbaikan berdasarkan berdasarkan aspek substansi, konstruksi, dan bahasa/budaya. Hasil penilaian serta saran perbaikan digunakan untuk memperbaiki produk sehingga diperoleh produk yang valid secara logis.
5. Revisi Desain
Revisi desain dilakukan dengan memperbaiki kualitas desain produk berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh tenaga ahli beserta saran yang diberikan. Produk yang sudah diperbaiki berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh tenaga ahli beserta saran yang diberikan dinilai sudah memiliki validitas logis dan disebut sebagai prototipe II.
6. Uji Coba Produk
Setelah prototipe I direvisi, diperoleh prototipe II. Prototipe II ini dapat diujicobakan kepada subjek yang dinilai representatif terhadap keadaan siswa di sekolah pada umumnya. Uji coba produk dilakukan dengan simulasi penggunaan instrumen penilaian sikap spiritual dan sosial pada siswa-siswa di kelas VIII SMP N 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 oleh guru yang mengajar. Data yang diperoleh dari hasil simulasi tersebut dijadikan sebagai bahan untuk analisa
41 validitas empiris dan reliabilitas instrumen. Analisa validitas empiris dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan persamaan-persamaan statistik pada tiap butir pernyataan. Penggunaan prototipe II oleh guru bertujuan agar guru merasakan dampak digunakannya produk pengembangan, sehingga dapat memberikan saran untuk perbaikan produk.
7. Revisi Produk
Setelah dilakukan proses analisa, akan diketahui tingkat validitas serta reliabilitas tiap butir penyataan. Langkah selanjutnya ialah penyempurnaan produk. Penyempurnaan produk dilakukan dengan membuang butir-butir pernyataan yang tidak valid atau tidak reliabel dan menyusun kembali butir-butir yang valid dan reliabel. Pada akhir tahap ini, diperoleh instrumen penilaian sikap dengan butirbutir pernyataan yang valid secara logis dan empiris serta memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Selain memilih butir-butir pernyataan yang valid dan reliabel, penyempurnaan produk juga memperhatikan saran dari guru yang melakukan simulasi penilaian.
8. Pencetakan Produk
Setelah revisi produk dilakukan, akan diperoleh produk akhir instrumen penilaian kompetensi sikap sosial dan spiritual. Produk akhir ini digunakan sebagai model instrumen penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial yang dapat digunakan oleh guru kelas.
42
C. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan diperoleh dari penilaian para ahli dan hasil uji coba produk ditabulasi sesuai untuk keperluan analisis. Analisis yang dilakukan antara lain:
1. Analisis Validitas Logis
Data yang diperoleh dari hasil tahap uji ahli/validasi ahli yang berupa penilaian terhadap instrumen penilaian sikap. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen uji ahli yang berisi indikator-indikator kelayakan instrumen dari aspek substansi, konstruksi, dan bahasa/budaya. Instrumen tersebut digunakan untuk menentukan kesesuaian tiap butir pernyataan sikap pada produk dengan kaidah penulisan pernyataan sikap menurut Sudaryono dkk (2013: 84), yaitu: a. Aspek materi/ substansi: (1) pernyataan sikap harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi; (2) aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan runtutan dalam kisi-kisi. b. Aspek konstruksi: (1) pernyataan sikap dituliskan dengan singkat dan jelas; (2) kalimat pada pernyataan sikap bebas dari pernyataan yang tidak relevan atau objek yang dituliskan dalam kalimat merupakan hal yang diperlukan saja; (3) kalimat bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda; (4) kalimat bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu; (5) kalimat tidak memberikan makna ganda atau bias; (6) pernyataan tidak mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua responden; (7) setiap pernyataan hanya
43 berisi satu gagasan secara lengkap; (8) kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah; (9) kata hanya, sekedar, dan semata-mata digunakan seperlunya; (10) kalimat yang digunakan memenuhi EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dalam Tata Bahasa Indonesia. c. Aspek bahasa/ budaya: (1) bahasa pada pernyataan sikap komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan responden; (2) pernyataan sikap menggunakan bahasa indonesia baku; (3) pernyataan sikap tidak menggunakan bahasa yang tabu bagi daerah setempat.
Penentuan kesesuaian tiap butir pernyataan sikap dilakukan dengan pemberian tanda cek (√) pada kolom yang berjudul nomor butir soal jika memenuhi indikator yang dimaksud dan pemberian tanda silang (×) jika tidak memenuhi. Setiap tanda cek yanag diberikan oleh ahli diberi bobot 1, sedangkan tanda silang diberi bobot 0. Perhitungan nilai validitas dilakukan dengan menentukan persentase kesesuaian tiap butir pernyataan sikap dengan indikator-indikator yang telah ditentukan. Perhitungan persentase kesesuaian menggunakan persamaan berikut:
Persentase kesesuaian pernyataan sikap =
∑
x 100%
Jika terdapat butir soal yang belum 100% sesuai, maka dilakukan perbaikan sesuai berdasarkan saran yang diberikan untuk memenuhi indikator yang belum tercapai. Jika perbaikan sudah dilakukan dan diterima oleh ahli yang menilai, maka dapat dikatakan bahwa instrumen penilaian telah valid secara logis.
44 2.
Analisis Validitas Empiris
Setelah produk telah valid secara logis, produk diujicobakan kepada subjek uji coba. Data yang didapatkan digunakan untuk melakukan analisis validitas empiris dan reliabilitas tiap butir pernyataan sikap. Proses analisis ini dilakukan dengan bantuan software Microsoft Office Excel. Menurut Kusaeri (2012: 229) dan Triyono (2013: 187), perhitungan validitas pernyataan sikap yang menggunakan skala likert dengan persamaan korelasi product-moment Pearson yang dapat ditulis secara matematis sebagai berikut. =
∑
∑
− ∑(∑
– (∑ )
)(∑ )
∑
− ∑(∑ )
Keterangan: = koefisien korelasi = jumlah responden uji coba = skor setiap butir pernyataan = skor seluruh butir tiap responden uji coba Untuk menguji signifikansi hasil korelasi, digunakan uji-t. Uji-t dilakukan dengan menghitung nilai t-hitung dan membandingkannya dengan t-tabel. Perhitungan thitung menggunakan persamaan:
Keterangan:
=
( − 2)
1−
= nilai t-hitung = koefisien korelasi = jumlah responden uji coba Penentuan t-tabel menggunakan nilai taraf signifikansi (alpha) sebesar 0,05 dengan derajat kebebasan senilai ( − 1). Butir pernyataan dikatakan valid jika t-hitung > t-tabel.
45 3.
Analisis reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang konsisten (reliabel). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang konsisten (ajeg). Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Triyono (2013: 190) menyatakan bahwa penentuan reliabilitas instrumen yang memiliki skor jawaban dalam bentuk gradasi lebih cocok digunakan formula Alpha Cronbach. Perhitungan untuk mencari koefisien reliabilitas dengan metode ini adalah:
Keterangan:
=
1−
−1
∑
= Koefisien reliabilitas alat evaluasi = Banyaknya butir soal ∑
= Jumlah varians skor tiap butir pernyataan sikap = Varians skor total
Sudiyono (2008: 209) memberikan patokan untuk memberikan interpretasi terhadap koefisian reliabilitas. Instrumen penilaian dikatakan reliabel jika nilai koefisien reliabilitas ≥ 0,70. Nilai koefisien reliabilitas juga dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan kesalahan baku pengukuran (standart error of measurement) dengan persamaan: =
√1 −