27
III. METODE PENELITIAN
A.
Umum
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di Laboratorium Struktur dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji pada penelitian ini berupa kubus dengan ukuran 5cm x 5cm x 5cm.. Dan benda uji berupa silinder dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi 10 cm. Sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah mortar dilakukan setelah benda uji berumur 14 hari dan 28 hari.
B.
Material
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen portland Penelitian ini menggunakan semen jenis PCC (Portland Composite Cement) dari
PT. Semen Padang. Berat jenis semen adalah 2,8070
gram/cm2. 2. Agregat Halus Agregat halus yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap kadar air, berat jenis dan penyerapan, gradasi, kadar lumpur, kandungan zat organik dan berat volume yang sesuai dengan ASTM.
28 Dalam penelitian ini agregat halus yang digunakan yaitu pasir yang berasal dari daerah Gunung Sugih Lampung Tengah. 3. Air Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan tidak mengandung garam serta zat-zat lain yang dapat larut dan dapat merusak beton. Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. 4. Serbuk gergaji Serbuk gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L.f) yang digunakan adalah jenis Jati Plus Perhutani berasal dari Lampung Timur didatangkan dari pabrik penggergajian kayu di daerah Antasari Bandar Lampung.
C.
Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Timbangan Timbangan digunakan untuk memeriksa berat masing-masing bahan penyusun mortar berdasarkan komposisi campuran
yang telah
direncanakan. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan dengan kapasitas 4 kg dengan ketelitian 0,1 gram 2. Satu set saringan Peralatan ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat ditentukan nilai modulus kehalusan butir agregat halus. Untuk penelitian
29 ini gradasi agregat halus berdasarkan standar ASTM C33-78 dengan batasan ukuran agregat halus yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1. Ukuran saringan pada penelitian agregat halus Jenis Agregat Halus
Ukuran Saringan (mm) 4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
Pan
3. Oven Alat ini digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan dasar campuran mortar yang perlu dikeringkan terlebih dahulu pada saat pengujian. Oven yang digunakan mempunyai kapasitas panas maksimum 210°C dengan daya 110 Watt. 4. Baskom dan cawan Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan penyusun adukan mortar (pasir,semen,air dan serbuk gergaji) 5. Piknometer Alat ini digunakan untuk mengetahui berat jenis SSD (Surface Saturated Dry), berat jenis kering, berat jenis semu, dan penyerapan agregat halus. 6. Mangkuk dan kaca Mangkuk dan kaca digunakan dalam pemeriksaan berat jenis kayu. 7. Cetakan benda uji Alat ini digunakan untuk mencetak mortar dengan bentuk kubus ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm dan bentuk silinder ukuran diameter 5 cm dan tinggi 10 cm.
30 8. Cetok semen Cetok digunakan untuk memindahkan adukan ke dalam cetakan dan juga untuk meratakan permukaan benda uji yang baru dicetak. 9. Ember tempat air Ember digunakan untuk menampung air yang dibutuhkan dan juga untuk merendam benda uji mortar semen. 10. Gelas Ukur Gelas ukur volume 250 ml digunakan pada pemeriksaan kandungan zat organis dalam pasir. Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan mortar semen dan juga untuk memeriksa karekteristik pasir. 11. Kaliper (Jangka sorong) Kaliper digunakan untuk mengukur semua benda uji. 12. Kerucut Kronik Kerucut kronik digunakan untuk menentukan kondisi jenuh kering muka (Saturated Surface Dry) pasir. Kerucut kronik terbuat dari kuningan dengan diameter bawah 890 mm, diameter atas 380 mm, tinggi 760 mm dilengkapi dengan penumbuk berupa tongkat baja diameter 25 mm berat 336 gram. 13. Compressing Testing Machine (CTM) CTM merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah. CTM yang digunakan berkapasitas beban maksimum 150 ton dengan ketelitian 0,5 ton serta penambahan Dial To
31 Load (Proving Ring 10 Ton). Digunakan untuk pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah mortar semen pada umur 14 hari dan 28 hari.
D.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap sebagai berikut: 1. Persiapan bahan Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian berjalan dengan baik dan lancar. Semua bahan yang diperlukan dalam penelitian ini dipersiapkan. Mulai dari semen portland, agregat halus, serbuk gergaji kayu jati dan air. 2. Tahap pengujian bahan penyusun mortar Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan yang digunakan. Tahap ini dilakukan pengujian terhadap : a. Berat jenis dan penyerapan agregat halus Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan pada agregat halus untuk kondisi SSD (Surface Saturated Dry). Contoh pasir dimasukkan pada cetakan kerucut pasir. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (stamper). Pemadatan dilakukan pada 3 lapisan, tipa lapisan dipadatkan dengan 25 kali tumbukan dengan tinggi jatuh tongkat pemadat ±1 cm. kondisi SSD contoh diperoleh, jika cetakan diangkat butiran-butiran pasir longsor atau runtuh ± 1/3 dari tinggi kerucut. Mengambil contoh pasir SSD sebanyak 500 gram (B), dimasukkan kedalam
32 picnometer dan tambahkan air sampai batas 500 cc. Mengeluarkan udara sedikit demi sedikit dengan cara piknometer diputar. Lalu merendam picnometer dalam bak air pada temperature 20 o C selama 1 jam. Menimbang picnometer, air, dan sampel (C). Setelah itu mengeluarkan sampel dari dalam picnometer kemudian memasukkan kedalam kontainer dan dioven pada suhu 105oC-110oC selama 24 jam. Mencatat berat contoh setelah dioven (E), kemudian menimbang berat picnometer dan air (D). Berat jenis dan penyerapan agregat halus dihitung dengan rumus : 1). Berat jenis semu =
…..………………………..…… (3.1)
2). Berat jenis kering =
…..………………………..….. (3.2)
3). Berat jenis kondisi SSD = 3). Presentase Absorbsi =
…..…………………..… (3.3) x 100% ….………………..…. (3.4)
b. Berat jenis kayu Contoh diambil dari potongan kayu gergajian yang berukuran 50 x 50 x 20 mm dan ditimbang beratnya (B1). Air raksa dimaksukkan kedalam
mangkok
dan
diratakan
dengan
cara
menekan
permukaannya dengan kaca. Selanjutnya potongan kayu ditekan masuk ke dalam air raksa dengan meggunakan kaca sampai seluruh potongan kayu terendam. Air raksa yang tumpah ditimbang beratnya (Bar). Kemudian memasukkan benda uji ke dalam oven selama 24 jam. Setelah kering di timbang kembali benda uji (B2). berat jenis kayu atau serbuk gergaji (γsbk) dihitung dengan rumus :
33 γ
..….………………………………… (3.5) (
,
)
c. Berat satuan Pemeriksaan berat satuan serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya sama. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat isi agregat halus per satuan volume. Pengujian dilakukan dengan
mengunakan
silinder
baja/mould.
Langkah
pertama
menimbang dan mencatat berat silinder baja/mould (w1), kemudian Mengisi silinder baja yang diketahui berat dan volumenya (v) dengan benda dalam tiga lapis tang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata. Menimbang dan mencatat berat silinder baja beserta benda uji (w2). Untuk mendapatkan berat benda uji , berat silinder baja beserta benda uji dikurangkan dengan berat silinder baja (w3). Berat satuan dihitung dengan rumus : =
….…………………………(3.6)
d. Gradasi Pemeriksaan gradasi serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya sama. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan susunan pembagian butir (gradasi) dari agregat halus. Pasir dan serbuk gergaji yang akan diperiksa dikeringkan dalam oven dengan suhu 105° sampai beratnya tetap dan ditimbang beratnya. Ayakan di susun sesuai dengan urutannya, ukuran terbesar diletakkan pada bagian paling atas, yaitu :
34 4,8 mm, diikuti dengan ukuran ayakan yang lebih kecil yaitu berturut-turut 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm, 0 mm (sisa), kemudian di getarkan selam kurang lebih 10 menit. Pasir atau serbuk gergaji yang tertinggal pada masing-masing saringan ditimbang dan dicatat beratnya. Dari hasil ini dapat dihitung jumlah komulatif persentase butir-butir yang lolos pada masing-masing ayakan. Nilai modulus halus butir dihitung dengan menjumlahkan persentase komulatif butir tertinggal, kemudian dibagi seratus sehingga dapat digambar grafik distribusi ukuran butir agregat. Selanjutnya dilakukan analisis perhitungan gradasi saringan agregat halus untuk mendapatkan nilai modulus kehalusan (Fineness Modulus) dari agregat halus tersebut.
e. Kadar air Pemeriksaan kadar air serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya sama. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang terdapat pada pasir dan serbuk gergaji sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pasir (SSD) atau serbuk gergaji ditimbang dan dicatat beratnya (w1), kemudian dimasukkan ke dalam oven. Pasir atau serbuk gergaji yang sudah kering didinginkan, ditimbang dan dicatat beratnya (w2). kadar air pasir atau serbuk gergaji dihitung dengan rumus : =
100% …………………....(3.7)
35 f. Kadar lumpur agregat halus Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus. Nilai kadar lumpur yang dimiliki agregat halus ini harus kurang dari 5%. Penentuan kadar lumpur pasir dilakukan dengan cara membandingkan berat (dalam kondisi kering mutlak) sebelum dan sesudah dicuci. Selisih berat antara pasir sesudah dicuci dan sebelumnya dibagi berat semula adalah merupakan kandungan lumpur pasir. Pasir yang kering oven ditimbang beratnya (w1), kemudian dicuci di atas ayakan No. 200. Pasir yang tertinggal di atas ayakan dipindahkan pada piring dan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam, pasir dikeluarkan dari oven dan ditimbang (w2). Kadar lumpur pasir dapat dihitung dengan rumus : =
g. Kandungan zat organis dalam pasir
100% ...………..(3.8)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya kandungan bahan organik dalam agregat halus. Benda uji (pasir) sebanyak 115 ml dimasukkan kedalam botol, kemudian ditambahkan larutan NaOH 3% dan setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira 2/3 isi botol (230 ml). menutup botol itu, kemudian kocok kuat-kuat sampai betul-betul teraduk. Kemudian gelas ukur didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan diatas dengan warna standar. Jika warnanya lebih tua daripada warna standar maka sebaiknya tidak dipakai untuk bahan beton/mortar.
36 h. Pengujian semen Pengujian yang dilakuakan pada semen yaitu : 1) Berat jenis semen Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis semen dengan perbandingan antara berat volume kering semen pada suhu kamar dengan berat volume air suling pada 4 ᵒC yang volumenya sama dengan volume semen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan botol La Chatelier. Langkah pertama botol La Chatelier diisi dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1. Kemudian masukkan botol ke dalam bak air sebagai usaha menjaga suhu yang konstan untuk menghindari variasi suhu botol yang lebih besar dari 0,2 ᵒC selama ± 30 menit. Setelah itu, botol diangkat dan dilakukan pembacaan skala pada botol (V1). Selanjutnya masukkan sampel semen sebanyak 64 gram sedikit demi sedikit ke dalam botol. Ketika proses pemasukkan semen ke dalam botol, diusahakan semen tidak menempel pada dinding botol diatas cairan kerosin atau naptha. Setelah semen dimasukkan ke dalam botol kemudian dilakukan pemutaran botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan. Selanjutnya rendam kembali botol yang telah terisi semen ke dalam bak air agar suhu air dan suhu dalam botol sama. Kemudian angkat botol La Chatelier dan lakukan pembacaan skala pada botol (V2).
37 2) Waktu pengikatan semen Pengujian ini bertujuan untuk menentukan waktu pengikatan permulaan semen dalam keadaan konsistensi normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Vicat. Langkah pertama dilakukan persiapan pembuatan pasta semen, yaitu campuran antara semen sebanyak 300 gram dengan air sebanyak 23% - 30% dari berat semen.
Kemudian pasta semen yang telah diaduk
secara merata tersebut dimasukkan dalam cetakan berbentuk kerucut dengan diameter atas 60 mm, diameter bawah 70 mm, dan tinggi 40 mm. Biarkan selama 30 menit di dalam ruangan yang memiliki kelambaban relatif minimum 90 %. Setelah itu tempatkan benda uji tersebut pada alat Vicat. Turunkan jarum penetrasi yang berdiameter 1 mm dan panjang 50 mm sampai menyentuh permukaan pasta semen. Kemudian keraskan skrup dan geser jarum penunjuk pada bagian atas skala. Percobaan awal yaitu dengan melepaskan skrup dan membiarkan jarum jatuh ke permukaan pasta selama 30 detik. Kemudian lakukan pembacaan skala untuk menentukan dalamnya penetrasi. Jarak anatara penetrasi pada pasta tidak boleh kurang dari 6,4 mm, sedangkan jarak dari pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9,4 mm. Percobaan dilakukan segera setiap 15 menit. Waktu pengikatan awal tercapai ketika hasil penetrasi lebih kecil sama dengan 25 mm, dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada benda uji.
38 3. Tahap rencana perhitungan kebutuhan susun adukan mortar semen Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan kadar serbuk gergaji kayu dilakukan dengan cara membuat sejumlah bahan susun sebanyak 0%, 10%, 15% dan 20%. Dalam penelitian ini dipilih campuran semen : agregat halus berdasarkan perbandingan berat 1 : 5. Dalam rencana variasi adukan diatas, faktor air semen (fas) awal direncanakan 0,5. Sehingga didapatkan perbandingan bahan susun mortar untuk campuran 1 : 5 adalah sebagai berikut : a. S : P : Se = 1 : 5 : 0% (kadar serbuk kayu) b. S : P : Se = 1 : 5 : 10% (kadar serbuk kayu) c. S : P : Se = 1 : 5 : 15% (kadar serbuk kayu) d. S : P : Se = 1 : 5 : 20% (kadar serbuk kayu) Keterangan :
S = Semen P = Pasir Se = Serbuk kayu
4. Tahap pembuatan benda uji Pembuatan benda uji dilakukan berdasarkan hasil perhitungan perbandingan berat bahan, yaitu adukan dibuat dari perbandingan semen dan agregat halus sebesar 1 : 5. Masing-masing campuran terdapat penggantian sejumlah bahan susun dengan menggunakan serbuk gergaji sebanyak 0%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dan berat pasir. Uji kuat tekan pada benda uji tersebut dilakukan saat benda uji berumur 14 hari dan 28 hari. Total seluruh benda uji mortar berjumlah 126 buah.
39 Jumlah benda uji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini. Tabel 3.2. Jumlah Benda Uji Mortar
% Serbuk gergaji
Fas (Rencana)
Macam pengujian dari jumlah benda uji kuat tekan Kuat tarik Daya serap kubus silinder air kubus Uji 14 Hari
Uji 28 Hari
Uji 14 Hari
Uji 28 Hari
Uji 14 Hari
Uji 28 Hari
Jumlah Sampel (buah)
A. Penambahan serbuk gergaji dari berat semen 0
0,5
3
3
3
3
3
3
18
10
0,5
3
3
3
3
3
3
18
15
0,5
3
3
3
3
3
3
18
20
0,5
3
3
3
3
3
3
18
B. Penambahan serbuk gergaji dari berat pasir 10
0,5
3
3
3
3
3
3
18
15
0,5
3
3
3
3
3
3
18
20
0,5
3
3
3
3
3
3
18
Jumlah Total Benda Uji
126
Pembuatan campuran dimulai dari persiapan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan material pada saat perhitungan campuran mortar. Campuran tersebut dituangkan pada bak penampungan adukan (concrete mixer) dan ditampung dengan ember untuk dibawa ke tempat cetakan. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan benda uji adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan semua material penyusun mortar yang telah ditimbang untuk selanjutnya dimasukan kedalam concrete mixer secara bertahap. Kemudian membiarkan concrete mixer berputar hingga adukan tercampur rata. b. Menuang adukan kedalam pan setelah semua material tercampur rata untuk kemudian menuangkan adukan kedalam cetakan mortar.
40 c. Pada langkah ini juga dilakukan pemeriksaan kelecakan adukan dengan cara meremas adukan dengan tangan menjadi bentuk seperti bola. Kelecakan yang baik adalah apabila bola adukan tidak pecah ketika dilepas dari kepalan tangan dan tidak meninggalkan bekas pada tangan, hal ini dimaksudkan agar adukan dapat dicetak dengan baik tanpa menempel pada dinding cetakan apabila terlalu encer atau mortar semen pecah pada saat dikeluarkan dari cetakan apabila adukan terlalu kental. Penuangan adukan ke dalam cetakan dilakukan dengan sekop. Cetakan harus terisi penuh agar pada saat pemadatan seluruh bagian dalam cetakan terisi penuh oleh adukan mortar. d. Penuangan adukan kedalam cetakan dilakukan dengan sekop. Cetakan harus terisi penuh agar pada saat pemadatan seluruh bagian dalam cetakan terisi penuh oleh adukan mortar semen. e. Pemukulan atau pemadatan dilakukan sampai adukan mortar semen benar-benar padat agar ketika adukan dikeluarkan dari cetakan, mortar semen yang dibuat tidak runtuh atau rusak f. Mengeluarkan adukan mortar semen dari cetakan ditempat yang terlindung dari sinar matahari dan hujan. Selanjutnya mendiamkan adukan tersebut selama 14 hari dan 28 hari 5. Tahap perawatan benda uji (Curing) Benda uji mortar semen yang telah berumur 24 jam, cetakan mortar dilepas dan benda uji diberi tanda, kemudian benda uji direndam dalam kolam perendaman selama 14 hari. Setelah proses tersebut benda uji
41 dikeluarkan dari dalam air dan dibiarkan dalam ruangan dengan udara terbuka sampai mortar siap diuji sesuai umurnya
E.
Pengujian Mortar Semen
Pengujian yang dilakukan pada mortar semen pada penelitian ini adalah pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik, dan daya serap air 1. Pengujian kuat tekan Pengujian kuat tekan mortar pada penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm yang telah berumur 14 hari dan 28 hari dengan memberikan tekanan hingga benda uji
tersebut
runtuh.
Pengujian
kuat
tekan
dilakukan
dengan
menggunakan Compression Testing Machine (CTM) yang berkapasitas 150 ton serta kecepatan pembebanan 0,14 – 0,34 MPa/detik. Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut : a. Mengangkat benda uji berbentuk kubus yang telah dianginkan setelah melalui proses perendaman. b. Menimbang,mencatat dan memberi tanda pada benda uji. c. Meletakkan kubus uji pada tengah-tengah bidang landasan (pelat) baja penekan dalam mesin tekan Compression Testing Machine. Skema penekanan benda uji dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Pelat baja Benda uji Pelat baja
Gambar 3.1. skema penekanan benda uji
42 d. Memastikan jarum penunjuk tepat pada titik nol, kemudian menghidupkan mesin tekan dan secara perlahan alat menekan benda uji. e. Mengamati setiap perubahan atau penambahan kuat tekan pada jarum pengukurnya. Bila jarum sudah tidak bergerak lagi maka mesin dimatikan, dengan kata lain benda uji sudah hancur. f. Membaca dan mencatat angka pada jarum ukur yang merupakan besarnya beban tekan mortar untuk setiap benda uji. g. Menghitung kuat tekan : Beban tekan maksimum dicatat. Kuat tekan didapat dengan membagi beban maksimum (F) dengan luas bidang tekan benda uji (A). besarnya kuat tekan mortar semen dihitung dengan rumus : f’c = dengan :
………………………………………..…(3.9)
f’c = kuat tekan mortar semen (N/mm2) F = beban tekan (N) A = luas bidang tekan (mm2)
2. Pengujian kuat tarik belah Pengujian kuat tarik belah mortar dilakukan untuk mengetahui batas kuat tarik belah dari benda uji tersebut. Benda uji yang dipakai adalah silinder dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi 10 cm. Pengujian kuat tarik mortar dilakukan saat berumur 14 hari dan 28 hari. Jumlah mortar yang di uji yaitu terdiri dari 3 buah sampel untuk masing-masing campuran. Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut :
43 a. Benda uji dikeluarkan setelah beumur 14 hari dan 28 hari dari bak perendaman lalu dikeringkan dengan lap dan dibiarkan selama 24 jam. b. Menimbang,mencatat dan memberi tanda pada benda uji. c. Meletakkan silinder uji pada tengah-tengah bidang landasan (pelat) baja penekan dalam mesin tekan Compression Testing Machine. d. Nilai kuat tarik yang diperoleh dihitung dari besar beban tarik maksimum (F) dibagi dengan luas penampang yang terkecil (mm2). Besarnya kuat tarik mortar semen dihitung dengan rumus:
fct = dengan :
. .
…………………………… (3.10)
fct = kuat tarik belah (N/mm2) P = beban uji maksimum (N) L = panjang benda uji (mm) D = diameter benda uji (mm)
3. Pengujian daya serap air Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang diserap oleh mortar setelah direndam pada waktu tertentu. Pengujian daya serap air dilakukan pada pembuatan benda uji yang berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm. Penyerapan mortar dilakukan pada saat mortar berumur 14 hari dan 28 hari, dimana jumlah mortar yang akan diuji terdiri dari 3 sampel untuk masing-masing campuran. Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
44 a. Benda uji pada umur 14 hari dan 28 hari dari bak perendaman dikeluarkan dan di lap seluruh permukaan benda uji guna menghindari air berlebihan. b. Kemudian benda uji ditimbang guna mengambil massa basah (A). c. Kemudian benda uji tersebut dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu konstan 100-110oC selama 24 jam. d. Kemudian
benda
uji
tersebut
ditimbang
kembali
untuk
memperoleh massa kering dari benda uji (B). Besarnya penyerapan air dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
Dse =
100% ………………………… (3.11)
Dengan : Dse = daya serap air (%) A = berat sampel setalah direndam (gram) B = berat sampel setelah dikeringkan (gram)
45
F.
Diagram alir penelitian
Mulai
Persiapan Material
Pengujian Material
Lulus Syarat ASTM
Tidak
Ya
Pembuatan Rencana Campuran
Pembuatan Benda Uji
Perawatan Benda Uji
Pengujian Benda Uji (Uji Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Daya Serap Air)
Analisis & Pembahasan (Grafik & Tabel)
Selesai
Gambar 3.2. Diagram alir pelaksanaan penelitian