II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata Istilah pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yang komponenkomponennya terdiri dari: “Pari” yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; “Wis (man)” yang berarti rumah, properti, kampung, komunitas; dan “ata” yang berarti pergi terus-menerus, mengembara (roaming about) yang bila dirangkai menjadi satu
kata
melahirkan
istilah
pariwisata,
berarti
pergi
secara
lengkap
meningggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus dan tidak bermaksud untuk menetap di tempat yang menjadi tujuan perjalanan (Pendit, 2002 : 3). Menurut Cohen (1974:533), ada tujuh ciri perjalanan wisata menurut pendapatnya yang membedakan wisatawan dari orang-orang lain yang juga bepergian adalah sebagai berikut : a. Sementara, untuk membedakan perjalanan tiada henti yang dilakukan petualang (tramp) dan pengembara (nomad). b. Sukarela atau atas kemauan sendiri, untuk membedakan perjalanan yang harus dilakukan orang yang diasingkan dan pengungsi. c. Perjalanan pulang pergi, untuk membedakan dari perjalanan satu arah yang dilakukan orang yang pindah ke negara lain (migran). d. Relatif lama, untuk membedakan dari perjalanan pesiar (excursion) dan bepergian (tripper). e. Tidak berulang-ulang, untuk membedakan perjalanan berkali-kali yang dilakukan orang yang memiliki rumah istirahat (holiday house owner).
8
9
f. Tidak sebagai alat, untuk membedakan dari perjalanan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain, seperti perjalanan dalam rangka usaha, perjalanan yang dilakukan pedagang dan orang yang berziarah. g. Untuk sesuatu yang baru dan berubah, untuk membedakan dari perjalanan untuk tujuan-tujuan lain seperti misalnya menuntut ilmu. h. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan untuk melakukan kegiatan yang bukan untuk menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha lainnya.
2.2 Konsep Agrowisata Menurut Nurisyah dalam Nurdiana (2004), agrowisata adalah rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian ini. Sajian yang diberikan pada wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan pertanian yang mempunyai panorama indah dan kenyamanan di alam pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas yang digunakan dan dilakukan dalam lahan pertanian. Wisatawan dapat mengikuti aktivitas ini, menikmati produk segar pertanian yang tersedia, mempelajari nilai historik lokasi,
10
arsitektur, atau budaya pertanian yang khas dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut. Aktivitas pertanian ini mencakup persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil dan juga pasar hasil pertanian. Dalam aktivitas agrowisata ini, petani yang berada dalam kawasan agrowisata, dapat menjadi obyek atau bagian dari sistem pertanian yang ditawarkan pada aktivitas wisata tetapi juga dapat bertindak sebagai pemilik atau pengelola kawasan wisata ini.
Pada
dasarnya
agrowisata
merupakan
kegiatan
yang
berupaya
mengembangkan sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan kawasan wisata. Daerah perkebunan, sentra penghasil sayuran tertentu dan wilayah perdesaan berpotensi besar menjadi objek agrowisata. Potensi yang terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis, jenis produk, atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya (Sumarwoto, 1990). Sutjipta (2008) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitan dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Pengembangan wisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM.47/PW.004/MPPT-89 dan No. 204/Kpts/HK.050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata telah diberikan batasan sebagai wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan antara lain kebun raya, perkebunan, tanaman
11
pangan dan hortikultura, perikanan, dan peternakan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1999).
Sementara itu, ada juga pandangan yang menyebutkan bahwa agrowisata adalah usaha tani yang pemasarannya berorientasi pada kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan pariwisata. Misalnya usaha penggemukan sapi atau budidaya sayur-sayuran yang pemasaran hasilnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hotel atau restoran yang melayani wisatawan. Disini teknologi yang diterapkan adalah teknologi usaha tani yang dapat mencapai mutu produksi sesuai dengan permintaan hotel atau restoran. Jadi, agrowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan agribisnis. Pandangan-pandangan
tentang
agrowisata
sebagaimana
disebutkan
sebelumnya, pada dasarnya memberikan pengertian bahwa adanya keinginan untuk mengkaitkan antara sektor pertanian dan sektor pariwisata. Harapannya adalah agar sektor pertanian dapat semakin berkembang, karena mendapatkan nilai tambah dari sentuhannya dengan sektor pariwisata. Secara singkat mungkin dapat disebutkan bahwa agrowisata adalah suatu kegiatan yang secara sadar ingin menempatkan sektor primer (pertanian) di kawasan sektor tersier (pariwisata), agar perkembangan sektor primer itu dapat lebih dipercepat, dan petani mendapatkan
peningkatan
pendapatan
dari
kegiatan
pariwisata
yang
memanfaatkan sektor pertanian tersebut. Dengan demikian akan dapat lebih mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor primer, atau sektor primer (pertanian) tidak semakin terpinggirkan dengan perkembangan kegiatan di sektor pariwisata. Kegiatan agrowisata dapat disebutkan sebagai kegiatan yang memihak pada rakyat miskin (Goodwin, 2000).
12
2.3 Pengembangan Agrowisata
Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan pendapat petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Menurut Afandhi (2005), kebijakan umum Departemen Pertanian dalam membangun pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, peternak, dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor. Untuk tujuan tersebut, usaha diversifikasi perlu dilanjutkan disertai dengan rehabilitasi yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap memelihara kelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat. Selain memberikan nilai kenyamanan, keindahan ataupun pengetahuan, atraksi wisata juga dapat mendatangkan pendapatan bagi petani serta masyarakat di sekitarnya. Wisatawan yang berkunjung akan menjadi konsumen produk pertanian yang dihasilkan, sehingga pemasaran hasil menjadi lebih efisien. Selain itu, dengan adanya kesadaran petani akan arti petingnya kelestarian sumberdaya, maka kelanggengan produksi menjadi lebih terjaga yang pada gilirannya akan
13
meningkatkan pendapatan petani. Bagi masyarakat sekitar, dengan banyaknya kunjungan wisatawan, mereka dapat memperoleh kesempatan berusaha dengan menyediakan jasa dan menjual produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan konservasi sumberdaya alam
dan
memperhatikan
kultur
budaya
masyarakat
setempat,
serta
mengedepankan partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan budidaya pertanian sebagai obyek wisata, diharapkan hasil pertanian tidak hanya sekedar memiliki nilai jual saja, namun juga akan menjadi daya tarik bagi wisatawan bernilai pendidikan dengan dasar penyelamatan lingkungan hidup.
2.4 Ruang Lingkup Agrowisata Tirtawinata dan Fachruddin (1999) dalam Halida (2006) menyatakan bahwa, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan dapat berupa : a. Kebun Raya. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora dan fauna, keindahan alam serta kesegaran udara yang memberikan kenyamanan. b. Perkebunan. Daya tarik yang dapat ditawarkan berupa daya tarik historis dari perkebunan tersebut, pemandangan dan udara segar, cara konvensional dalam pola tanam, pemeliharaan, pengelolaan dan prosesnya serta perkembangan teknik pengelola yang ada. c. Tanaman Pangan dan Hortikultura. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan objek agrowisata.
14
d. Perikanan. Kegiatan wisata yang dikembangkan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Sedangkan ruang lingkup dan potensi agrowisata tanaman hortikultura dan peternakan adalah sebagai berikut: a. Tanaman Hortikultura. Daya tarik tanaman hortikultura sebagai sumberdaya agrowisata antara lain sebagai berikut. Bunga-bungaan: nilai kekhasan sebagai bunga Indonesia, cara pemeliharaan yang masih tradisional, seni keindahan bunga seperti merangkai bunga, pameran bunga, taman bunga dan sebagainya. Buah-buahan: kebun buah-buahan pada umumnya di desa atau pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah, memperkenalkan asal kota khas buah tersebut, cara tradisional pemetikan buah, pengelolaan buah serta budidaya buah. Sayuran: kebun sayuran pada umumnya di desa atau pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah, cara tradisional pemeliharaan dan pemetikan sayuran, teknik pengelolaan serta budidaya sayuran. Lingkup kegiatan usaha tani tanaman hortikultura ini terdiri dari berbagai proses kegiatan pra panen, pasca panen atau pengelolaan hasil sampai pemasarannya. b. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagi sumberdaya agrowisata antara lain pola peternakan yang ada, cara tradisional dalam peternakan, teknik pengelolaan dan budidaya hewan ternak. Sedangkan ruang lingkup agrowisata peternakan meliputi: pra produksi (pembibitan ternak, pabrik pakan ternak), kegiatan produksi (usaha peternakan unggas, ternak perah, ternak potong), pasca produksi (pasca panen susu, daging telur, kulit), kegiatan lain (penggemukan ternak, karapan sapi, adu domba, pacu itik dan sebaginya).
15
2.5 Manfaat Agrowisata Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata. Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen (wisatawan domestik maupun mancanegara) secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Salah satu bentuk agrowisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan adalah wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Oleh karena itu, pengelolaannya harus
16
mempertimbangkan pengaturan dasar alaminya, yang meliputi kultur atau sejarah yang menarik, keunikan sumber daya biofisik alaminya, konservasi sumber daya alam ataupun kultur budaya masyarakat. Keunikan teknologi lokal yang merupakan hasil seleksi alam merupakan aset atraksi agrowisata yang patut dibanggakan. Bahkan teknologi lokal ini dapat dikemas dan ditawarkan untuk dijual kepada pihak lain. Dengan demikian, teknologi lokal yang merupakan indigenous knowleadge itu dapat dilestarikan. Teknologi lokal ini telah terbukti cukup mampu mengendalikan kesuburan tanah melalui pendauran hara secara vertikal. Selain dapat mengefisienkan pemanfaatan hara, teknologi ini juga dapat memanfaatkan energi matahari dan bahan organik dengan baik sesuai dengan tingkat kebutuhan.
2.6 Konsep Strategi Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture (David, 2004). Pengertian strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, 1989). Pengertian strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
17
Pengertian strategi secara khusus merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
2.7 Analisis SWOT Pengertian analisis SWOT menurut Rangkuti (2005) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan, dimana setiap perusahaan harus bisa memaksimalkan setiap kekuatan (Strength) dan peluang (Oppourtunities) dan bisa meminimalkan kelemahan (Weakness) serta ancaman (Threats). Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi yang ada. Pendekatan ini menganjurkan bahwa isu pertama organisasi harus dianalisis secara hati-hati dan cermat. Formulasi strategi harus diarahkan kepada berbagai organisisi yang penting dan mendesak untuk segera diselesaikan. Analisis ini akan sangat membantu di dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang sifatnya strategi bagi perusahaan. a.
Kekuatan adalah kondisi suatu perusahaan yang mampu untuk melakukan semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat mencukupi (umumnya diatas rata-rata industri).
18
b.
Kelemahan adalah sebagai dari analisis lingkungan internal perusahaan yang membantu manajemen untuk membantu adanya kelemahan-kelemahan penyimpangan yang membuat posisi perusahaan tidak menguntungkan sehingga mempengaruhi tingkat kemampuan bersaing dengan para pesaing dalam industri manufaktur.
c.
Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal perusahan yang membantu manajemen dalam mencari dan mengetahui apa saja yang menjadi peluang dan kesempatan bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya sehingga perusahaan tersebut dapat meraih pangsa pasar dengan keuntungan yang lebih besar.
d.
Ancaman adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal perusahaan yang membantu manajemen untuk mengetahui tantangan yang akan dan telah dihadapi perusahaan yang timbul karena karena adanya suatu kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan di luar perusahaan.
2.8 Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Menurut Dirgantoro (2007) lingkungan internal terdiri dari komponen atau variabel lingkungan yang berasal atau berada di dalam organisasi/perusahaan. Komponen-komponen dari lingkungan internal ini cenderung dapat dikendalikan oleh organisasi/perusahaan yang berada di dalam jangkauan intervensi mereka. Karena sifatnya yang berasal dari dalam organisasi, maka organisasi/perusahaan lebih memiliki bargain value untuk menyiasati komponen-komponen yang berada di dalam lingkungan internal.
19
Lingkungan eksternal merupakan komponen atau variabel lingkungan yang berada diluar organisasi/perusahaan. Komponen tersebut cenderung berada diluar jangkauan organisasi yang berarti organisasi tidak dapat melakukan intervensi terhadap komponen-komponen tersebut. Komponen tersebut lebih dipandang sebagai given atau sesuatu yang mau tidak mau harus diterima, tinggal bagaimana organisasi berkopromi atau menyiasati komponen-komponen tersebut.
2.9 Matrik SWOT Rangkuti (2005) mendefinisikan matriks SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planning) harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunity-Threat) menggambarkan
ancaman-kesempatan
Matriks eksternal
adalah dan
alat
untuk
kelemahan-kekuatan
internal, yang menghasilkan empat strategi yaitu strategi SO (kekuatan internal dan kesempatan eksternal), strategi WO (kelemahan internal dan kesempatan eksternal), strategi ST (kekuatan internal dan ancaman eksternal), strategi WT (kelemahan internal dan ancaman eksternal).
20
2.10 Kerangka Pemikiran Kawasan Desa Taro Kabupaten Gianyar mempunyai daya tarik kebun jeruk untuk dikembangkan sebagai agrowisata. Selain memiliki banyak perkebunan jeruk, Desa Taro juga mempunyai daya tarik keindahan alamnya yang masih asli yang mendorong wisatawan untuk berkunjung. Berdasarkan hal tersebut perlu dilihat situasi internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, dan situasi eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Dari situasi internal dan eksternal ini kemudian akan diketahui bobot, rating, dan skor masing-masing situasi yang kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis IFAS dan EFAS. Setelah dianalisis IFAS dan EFAS, selanjutnya akan dianalisis menggunakan kuadran analisis SWOT untuk mengetahui kondisi yang dimiliki oleh Agrowisata Chelsea. Terakhir akan dianalisis menggunakan matriks SWOT dan matriks IE sehingga dari analisis matriks SWOT dan matriks IE ini akan mendapatkan hasil penelitian atau kesimpulan. Dengan diketahuinya hasil penelitian
atau
kesimpulan
sehingga
dapat
direkomendasikan
alternatif
pengembangan Agrowisata Chelsea di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar seperti dapat dilihat pada gambar 2.1.
21
Strategi Pengembangan Agrowisata Chelsea
Lingkungan internal:
Lingkungan eksternal:
Strenghts (kekuatan)
Opportunity (peluang)
Weakness (kelemahan)
Threats (ancaman)
IFAS
EFAS
Matrik IE
Matrik SWOT
Hasil penelitian/simpulan Rekomendasi Alternatif strategi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Agrowisata Chelsea di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar