11
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka
Konsep Aksi
Aksi secara bahasa adalah suatu gerakan, tindakan, sikap (gerak-gerak tingkah laku) yang dibuat-buat. (www.artikata.com).
Aksi adalah zweckrational (berguna secara rasional) manakala seseorang menerapkan dalam suatu situasi dengan pluralitas cara-cara dan tujuan-tujuan di mana seseorang bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan efisiensi. (Ritzer, 1982 : 42).
Aksi adalah kejadian yang terjadi pada suatu selang waktu terbatas dan telah terdefinisi dengan baik dan memang direncanakan. (elesys.fst.unair.ac.id).
Konsep Reaksi
Perlawanan atau oposisi terhadap pengaruh, gaya atau gerakan terutama kecenderungan menuju politik atau tatanan sosial dan biasanya ketinggalan zaman atau kebijakan. (http://mw1.merriam-webster.com/dictionary/reaction).
Reaksi yaitu suatu kegiatan (aksi) yang timbul karena sesuatu pengaruh atau suatu peristiwa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
12
1. Merupakan respon terhadap beberapa tindakan di atas atau stimulus 2. Tindakan kebalikan dari dua hal bertindak bersama-sama 3. (Pemerintah, Politik & Diplomasi) oposisi untuk mengubah, esp perubahan politik, atau keinginan untuk kembali ke kondisi mantan atau sistem 4. Sikap (Psikologi) suatu respon seseorang yang menunjukkan emosi atau perasaan (http://translate.google.co.id).
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menangani rangsangan yang ditimbulkan (www.infofisioterapi.com).
Reaksi yang muncul terhadap modernisasi di Iran yang dilaksanakan oleh pemerintahan Shah Iran antara lain :
Reaksi Keagamaan
Reaksi keagamaan adalah tingkah laku seseorang atau kelompok yang dilandasi oleh ajaran-ajaran agama, baik berbentuk deviasi vertikal maupun yang berbentuk deviasi horisontal. (http://id.shvoong.com).
Reaksi terhadap modernisasi Iran yang dilakukan oleh ulama melalui pidatopidato dan tulisan-tulisan yang sarat dengan instruksi-instruksi melalui kaset, brosur, slogan, pers, televisi. Dan masjid sebagai tempat yang sangat penting dalam usaha tersebut.
Reaksi keagamaan ini lebih merupakan suatu perwujudan sikap keagamaan yang mengandung rasa tidak puas terhadap keadaan kehidupan yang sedang dialami. Mereka umumnya benci terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
13
lingkungan kehidupan rakyat. Selain itu mereka juga benci dan menentang terjadinya kemerosotan moral yang terjadi sebagai akibat perkembangan budaya Barat. Gerakan semacam itu dapat digolongkan sebagai “gerakan pemurnian”. Kaum pemurni ini juga berusaha untuk memperkuat kembali tata hidup yang telah berlaku bagi rakyat semenjak masa lampau.
Apa yang sesungguhnya diidamkan oleh gerakan keagamaan ini adalah suatu kehidupan dunia yang penuh kebahagiaan dan ketentraman serta dalam bentuk masyarakat agama yang murni. Selain itu mereka menggambarkan keadaan itu bebas dari kekuasaan kelompok-kelompok yang menindas. Oleh sebab itu arah tujuannya adalah mengadakan perubahan atau penggantian dalam lingkungan kehidupan mereka. (Nugroho Notosusanto dkk, 1993 : 208-209).
Reaksi agama ini disebarluaskan melalui pemimpin ulama yaitu Ayatullah Khomeini yang menjadi koordinator tertinggi sebagai simbol perlawanan tersebut. Seperti dijelaskan oeh M. Riza Sihbudi bahwa :
pidato-pidato Khomeini, baik yang berisi kecamannya terhadap Shah, maupun yang berisi seruan pada pengikutnya untuk menentang kekuasaan monarki, diselundupkan dan disebarkan ke Iran dalam bentuk kaset dan brosur. Kaset dan brosur pidato Khomeini, disebarkan melalui masjidmasjid di Iran. (M. Riza Sihbudi, 1989 : 60). Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan reaksi keagamaan adalah suatu bentuk gerakan, aksi dan perlawanan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok agama atas situasi dan kondisi yang mengancam kelangsungan dan kelanggengan hal-hal yang berhubungan dengan kondisi keagamaan.
14
Reaksi Politik
Menurut Rod Hague et al: Reaksi politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok- kelompok mencapai keputusan- keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan- perbedaan diantara anggota- anggotanya.
Reaksi Politik yang dimaksud, sebagaimana ungkap Ramlan Surbakti dimaknai sebagai upaya manusia meraih kesempurnaannya atau perjalanan menuju kemaslahatan. (www.indonesia-anam.blogspot.com).
konsep politik dalam buku “Memahami Ilmu politik” karya Ramlan surbakti di jelaskan ada lima pandangan mengenai politik. Pertama, politik adalah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik ialah sebagai segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan/atau mempertahankan sumber- sumber yang dianggap penting. (Ramlan Surbakti, 1992 : 31).
Politik Islam adalah pembentukan kekuasaan untuk mengatur sosial dan ekonomi menurut kejakinan, djadi bukan menurut ideologi, anggapan atau kepertjajaan. (Sidi Gazalba, 1962 : 182).
Reaksi Militer
Reaksi militer itu merupakan intervensi atau respon militer untuk akut sosial atau politik. (http://kaskus.blog.com//).
15
Reaksi Militer adalah reaksi dari kelompok yang memegang senjata dan menjalankan organisasi kekerasan fisik yang sah untuk mengamankan negara atau bangsa
dari
ancaman
luar
negeri
maupun
dalam
negeri.
(http://ahmadfathulbari.multiply.com)
Kesimpulan yang dapat penulis uraikan mengenai reaksi militer yaitu suatu respon yang dilakukan oleh kalangan militer terhadap kondisi akut maupun situasi yang dianggap mengancam keberlangsungan suatu pemerintahan negara. Masuknya militer dalam dunia politik membuat kalangan sipil memikirkan untuk melakukan pengontrolan terhadap militer agar tidak terjadi kudeta yang bisa mengancam kekuasaan sipil. Oleh karena itulah dibuat sebuah pemerintahan sipil yang bisa mengontrol militer dengan sebaik-baiknya.
Konsep Mullah
Mullah adalah salah suatu gelar yang biasa diberikan kepada seorang ulama agama Islam. Gelar ini berasal dari kata bahasa Arab mawla atau maula, yang dapat berarti 'pemimpin' maupun 'pelindung'. Di sebagian besar wilayah di Iran, Turki, Asia Tengah dan anak benua India, adalah hal yang umum untuk memberikan gelar Mullah kepada pemuka agama atau pengurus mesjid setempat. Dalam pemakaiannya di media massa, penyebutan gelar ini dapat mencerminkan penghormatan atas seorang yang terpelajar di bidang agama (pemakaian dalam dunia Islam); atau cenderung mengesankan sebagai seorang yang fanatik (pemakaian dalam sebagian media massa Barat). (http://id.wikipedia.org).
16
Idealnya, seorang Mullah yang terlatih telah mempelajari tradisi-tradisi Islam (hadits) dan hukum Islam (fiqh). Mereka sering hafiz, yaitu telah hafal Al Qur’an. Namun, penduduk desa yang tidak berpendidikan sering mengenali seorang muslim yang melek huruf dengan penguasaan Islam yang baik sebagai “Mullah” mereka atau ulama agama. Mullah dengan berbagai tingkat berperan dalam pelatihan doa di masjid, khotbah agama dan melakukan upacara-upacara keagamaan seperti upacara kelahiran dan jasa pemakaman. Mereka juga sering mengajar di berbagai jenis sekolah Islam yang dikenal sebagai madrasah. Tiga serangkai pengetahuan ini sebagian besar diterapkan dalam menafsirkan teks-teks Islam (yaitu Qur’an, Hadits, dll), urusan syariah dan hukum yaitu Islam. (http://translate.google.co.id).
Konsep Reaksi Kelompok Mullah
Menurut DR. Zayar dalam bukunya The Iranian Revolution, yang dimaksud dengan reaksi kelompok Mullah adalah : Tindakan kelompok agama syi’ah dalam memprotes tindakan Shah yang telah melampaui batas yaitu mengabaikan pedoman ajaran Islam demi mengadopsi imperialisme...para Mullah mengumpulkan kekuatan antiShah dan menarik para pedagang, proletar-kelas bawah, dan bahkan partai tudeh serta beberapa kubu Front Nasional untuk bergabung. (Zayar, 2002 : 96-97). Menurut pendapat Drs. Riza Sihbudi dan kawan-kawan, reaksi kelompok Mullah adalah : Pertentangan keras dari para ulama Islam (Mullah) yang menentang kekuasaan Reza Shah dalam melakukan perubahan di berbagai bidang misalnya hukum, yang mulai memberlakukan sistem hukum ala Prancis, sehingga menimbulkan kekhawatiran kaum Mullah terhadap kemungkinan berkembangnya Iran menjadi negara sekuler seperti Turki. (Riza Sihbudi, dkk, 1995 : 77).
17
Kelompok Mullah merupakan suatu kelompok agama yang memiliki dasar-dasar fundamentalis untuk menjaga tradisi Islam masyarakat di mana kelompok ini memiliki ciri khas pakaian gamis yang serba hitam, serta memelihara janggut yang menurutnya merupakan sunat nabi. Bentuk perlawanan Mullah tidak dilakukan dengan bentuk atau jalan kekerasan, tetapi bentuk perjuangan mereka lebih kepada agitasi massa serta menjadi motor penggerak rakyat dengan menggunakan agama khususnya Islam Syi’ah sebagai landasan perjuangannya.
Kelompok Mullah ini juga merupakan sebuah kekuatan politik yang berpengaruh di Iran karena dukungan rakyat yang begitu besar, yang menginginkan agar Iran kembali kepada budaya dan tradisi Islam yang selama ini menjadi ciri masyarakat Iran.
Sebagaimana dijelaskan oleh Riza Sihbudi dkk dalam buku yang berjudul Profil Negara-Negara Timur Tengah bahwa :
Meskipun di Iran terdapat parlemen, pemerintah dan partai politik, namun Shah menjadi kekuatan politik yang paling dominan. Shah dapat membubarkan parlemen. Namun, di samping Shah Iran, di Iran terdapat kekuatan politik dominan yaitu kaum Mullah (ulama Islam Syi’ah. Kaum mullah di Iran membangun basis kekuatan mereka melalui masjid-masjid dan madrasah-madrasah. Pada 1978-1979, mereka menjadi motor penggerak bagi demonstrasi anti-Shah yang berhasil merobohkan Dinasti Pahlevi di bawah Shah Mohammad Reza Pahlevi. (Riza Sihbudi dkk, 1995 : 84). Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan reaksi kelompok Mullah adalah suatu tindakan kelompok agama/ulama menentang kekuasaan Shah yang dilakukan yang berusaha untuk memodernisasi segala bidang kehidupan Iran, sehingga merusak tatanan dan pedoman agama Islam yang telah menyatu dengan masyarakat Iran.
18
Konsep Modernisasi Iran
Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan hubungan manusia yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat dari industrialisasi, ilmu dan teknologi. Proses perubahan melibatkan berbagai aspek dalam masyarakat, seperti politik, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Modernisasi Iran merupakan evolusi masyarakat Iran dari masyarakat tradisional menuju masyarakat industri yang harus dilalui melalui perubahan struktur dan fungsi serta kompleksitas organisasi. (Webster,1984).
Kondisi politik di Iran di bawah rezim Shah, menurut Syari’ati, sebagai negara jajahan Barat (weststruckness), negara yang tidak lagi mempunyai identitas dan mengalami pembaratan dalam segala bidang kehidupan. Pembaratan yang dimaksud adalah berbagai proyek modernisasi yang telah dilakukan oleh rezim Syah dalam segala segi kehidupan masyarakat dan bangsa Iran. Modernisasi itu meliputi pembaharuan ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, pertahanan keamanan yang “Barat centris” sehingga ujung-ujungnya adalah sekularisasi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di Iran. Program modernisasi menimbulkan beberapa dampak yang sangat menonjol terhadap masyarakat Iran. Ia memperbanyak kader intelektual, pegawai, militer, menejer perusahaan, tenaga kerja ahli didikan Barat atau yang terdidik dalam sistem pendidikan modern.
Menurut James O’Connel, modernisasi Iran adalah sebagai proses dari masyarakat Iran tradisional atau masyarakat prateknologi ditransformasikan ke masyarakat
19
yang meggunakan teknologi mesin, rasional, sikap sekuler dan differensiasi yang tinggi pada struktur masyarakat. (James O’Connell, 1976:13).
Modernisasi yang lahir di Barat akan cenderung ke arah Westernisasi, memiliki tekanan yang kuat meskipun unsur-unsur tertentu dalam kebudayaan asli negara ketiga dapat selalu eksis, namun setidaknya akan muncul ciri kebudayaan barat dalam kebudayaannya (Schoorl, 1988).
Modernisasi sebagai sebuah tradisi baru. Modernisasi mengacu pada urbanisasi atau sampai sejauh mana dan bagaimana pengikisan sifat-sifat pedesaan suatu masyarakat berlangsung. (Syani, 2002).
Dari berbagai pendapat di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan modernisasi Iran adalah fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Dari berbagai kebijakan modernisasi yang dilakukan oleh Shah Iran, maka kelompok mullah tidak hanya melihat kebijakan tersebut sebagai sesuatu yang harus disikapi, namun juga mengkritik Shah Iran selaku pemerintah yang harus dilengserkan dari kursi kekuasaan.
20
B. Kerangka Pikir
Kondisi politik di Iran di bawah rezim Shah sebagai negara jajahan Barat (weststruckness), negara yang tidak lagi mempunyai identitas dan mengalami pembaratan dalam segala bidang kehidupan. Pembaratan yang dimaksud adalah berbagai proyek modernisasi yang telah dilakukan oleh rezim Shah dalam segala segi kehidupan masyarakat dan bangsa Iran. Modernisasi itu meliputi pembaharuan ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, pertahanan keamanan yang “Barat centris” sehingga ujung-ujungnya adalah sekularisasi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di Iran. Revolusi ini dikenal dengan revolusi putih. Seluruh program modernisasi yang dicanangkan Shah mengacu kepada modernisasi yang telah dilaksanakan barat. Ini adalah bagian dari keinginan rezim Syah untuk menjadikan Iran sebagai negara maju seperti Amerika atau negara Eropa lainnya.
Kebijakan-kebijakan
yang
dilaksanakan
oleh
pemerintahan
Shah
Iran
mengundang kecaman dan reaksi perlawanan dari berbagai kelompok masyarakat. Bentuk reaksi yang muncul antara lain reaksi politik, reaksi agama dan reaksi militer. Keberhasilan kelompok mullah dalam mengkoordinasi gerakan massa pada akhirnya memaksa Shah Iran lengser dari kursi kekuasaan dan harus pergi meninggalkan Iran.
21
C. Paradigma
Reaksi Kelompok Mullah - Bidang Agama - Bidang Militer - Bidang Politik
Kebijakan Modernisasi Pemerintah Shah
Kemenangan kelompok Mullah/Ayatullah Khomeini
Keterangan :
: Garis Pertentangan
: Garis Akibat
22
REFERENSI
http://www.artikata.com/arti-318235-aksi.html George Ritzer. 1982. Teori Sosiologi Modern. Oxford University Press. 310 halaman. http://elesys.fst.unair.ac.id/admin/makalah/buku%20prolog.PDF http://mw1.merriam-webster.com/dictionary/reaction http://translate.google.co.id www.infofisioterapi.com http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2046598-ciri-ciri-reaksi/ Nugroho Notosusanto dkk. 1993. Sejarah Nasional Indonesia 2. Jakarta : Balai Pustaka. Halaman 208-209. Riza Sihbudi. 1989. Dinamika Revolusi Islam Iran. Jakarta : Pustaka Hidayah. Halaman 60. www.indonesia-anam.blogspot.com Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo. Halaman 31 Sidi Gazalba. 1962. Mesdjid : Pusat Ibadat dan Kebudajaan Islam. Jakarta : Pustaka Antara. Halaman 182. http://www.kaskus.us/showthread.php?p=419153748 http://ahmadfathulbari.multiply.com http://id.wikipedia.org http://translate.google.co.id Zayar, 2002 : 96-97 Riza Sihbudi, dkk, 1995 : 77 Riza Sihbudi dkk, 1995 : 84