11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Tinjauan Teori Tinjauan pustaka dimulai dari teori tentang hubungan antara pendapatan
dengan tabungan. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa hasil penelitian empiris yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang dikembangkan dari hubungan antara pendapatan dengan tabungan seperti dependency ratio rumah tangga, umur, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan sumber pendapatan utama rumah tangga.
2.1.1. Pengertian Tabungan Tabungan adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah terpenuhi (Mankiw, 2007). S=Y–C–G
(2.1)
dimana S adalah tabungan, Y adalah pendapatan nasional, C adalah konsumsi dan G adalah pengeluaran pemerintah. Tabungan terbagi atas dua yaitu tabungan dari sektor swasta dan tabungan dari pemerintah. S = (Y – T – C) + (T – G)
(2.2)
(Y – T – C) adalah disposable income dikurangi konsumsi merupakan tabungan swasta (private saving). (T – G) adalah penerimaan pemerintah dikurangi pengeluaran pemerintah yaitu tabungan publik (public saving).
12
Konsumsi, C
MPC
1
Sumber: Mankiw, 2007 Gambar 2.1. Fungsi konsumsi
Disposible Income, Y -T
Pendapatan disposibel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian kita dapat menyatakan: Y=C+S Æ S=Y-C
(2.3)
S = Y – (Co +cY)
(2.4)
S = Y – Co – cY
(2.5)
S = - Co + (1 – c)Y
(2.6)
dimana Co adalah konsumsi autonomous dan (1-c) adalah kecenderungan menabung. Jika setiap tambahan pendapatan disposibel dialokasikan sebagai tambahan konsumsi dan tabungan, maka: ∂Yd=∂C + ∂S jika kedua sisi persamaan dibagi dengan ∂Yd, maka
(2.7)
13
∂Yd/∂Yd = ∂C/∂Yd +∂S/∂Yd
(2.8)
MPC + MPS = 1
(2.9)
MPS = 1-MPC
(2.10)
Dapat dikatakan setiap tambahan penghasilan disposibel akan digunakan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung disebut Marginal Propensity to Save, disingkat MPS. Sedangkan rasio tingkat tabungan dengan pendapatan disposibel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save), disingkat APS.
2.1.2. Tabungan Rumah Tangga Mc Connell dan Brue (1999), menyebutkan tabungan rumah tangga sebagai personal saving, yang dinyatakannya sebagai bagian pendapatan setelah pajak yang tidak dibelanjakan. Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dibayarkan pada pajak atau digunakan untuk pembelian barang-barang konsumsi, tetapi yang dimasukkan dalam rekening bank, polis asuransi, pengumpulan dana bersama, obligasi, dan saham serta aset keuangan lainnya. Alasan menabung adalah untuk berjaga-jaga dan spekulasi. Rumah tangga menabung untuk menyediakan simpanan terhadap hal-hal yang tak terduga, membiayai pendidikan anak, biaya hidup setelah pensiun dari pekerjaan atau hanya untuk jaminan keuangan. Spekulasi dapat digunakan oleh rumah tangga, misalnya dengan membeli saham untuk mendapatkan kenaikan nilai dari hal tersebut.
14
Menurut Keynes dalam tulisan Browning dan Lusardi (1996) ada 8 motif dalam menabung yaitu : 1. Precaution (tindakan pencegahan), berimplikasi pada menambah cadangan untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga; 2. Foresight (tinjauan masa depan), untuk mengantisipasi perbedaan antara pendapatan dengan pengeluaran belanja di masa depan (the life cycle motive); 3. Calculation (perhitungan), ingin memperoleh keuntungan (bunga uang); 4. Improvement (perbaikan), meningkatkan standar hidup untuk waktu yang lama; 5. Independence (kebebasan), menunjukkan adanya kebutuhan akan kebebasan dan memiliki kekuasaan untuk melakukan sesuatu; 6. Enterprise (usaha), adanya kebebasan untuk menanamkan uang ketika ia memungkinkan (mendukung); 7. Pride (kebanggaan), lebih tertuju pada menempatkan uang untuk ahli waris (the bequest motive); dan 8. Avarice (keserakahan harta) atau kekikiran yang sesungguhnya. Sedangkan Browning dan Lusardi (1996) menambahkan adanya downpayment motive, yaitu keinginan (hasrat) untuk mengakumulasikan keseluruhan uang untuk digunakan sebagai alat pembayaran terhadap barang yang mahal dan tahan lama seperti rumah atau mobil. Salah satu yang penting menurut teori ekonomi tentang tabungan adalah hipotesis life cycle yang dikemukakan oleh Modigliani dan Brumberg (1963), dimana individu menabung untuk pegangan di akhir kehidupannya saat mereka tidak memperoleh pendapatan lagi. Dalam konteks ini maka motivasi utama yang
15
mendorong individu menabung adalah keinginan mengakumulasikan uang untuk digunakan saat ia pensiun. Sedangkan pengembangan dari hipotesa ini adalah the permanent income (Friedman, 1957), dimana motivasi menabung adalah untuk warisan (Bequest motive).
2.1.3. Teori Hubungan Pendapatan dengan Tabungan Hubungan antara tabungan dengan pendapatan telah banyak dirumuskan oleh beberapa ahli ekonomi. Secara umum hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu: fungsi pendapatan absolut Keynesian dan hipotesis non Keynesian. Fungsi pendapatan Keynesian menyatakan bahwa tabungan berhubungan erat dengan pendapatan absolut. Pendapatan absolut didefinisikan sebagai pendapatan nasional yang terjadi saat ini atau current income, bukan pendapatan yang terjadi sebelumnya (Yt-1), bukan pula pendapatan yang diramalkan terjadi di masa yang akan datang (Yt+1). Pendapatan itu sendiri berupa pendapatan domestik bruto (PDB) atau juga pendapatan domestik bruto perkapita dan tabungan masyarakat perkapita. Keynes menggunakan konsep pendapatan domestik bruto dan tabungan domestik bruto. Fungsi tabungan non keynesian dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu: (1) hipotesis pendapatan relatif, (2) hipotesis pendapatan permanen dan (3) hipotesis life cyle. Teori pendapatan relatif (Relative Income Hypothesis) yang dikembangkan James Duesenberry. Teori ini lebih memperhatikan aspek psikologis rumah tangga dalam menghadapi perubahan pendapatan. Dampak
16
perubahan pendapatan dalam jangka pendek akan berbeda dibanding dalam jangka panjang. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jenis perubahan pendapatan yang dialami. Karena itu, rumah tangga mempunyai preferensi/ fungsi konsumsi, yang disebut fungsi konsumsi jangka pendek dan jangka panjang. Tabungan dan konsumsi suatu masyarakat ditentukan oleh pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Jika pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya tetapi tetap mempertahankan konsumsi yang tinggi tersebut dan mengurangi besaran tabungannya. Apabila pendapatan bertambah lagi, maka konsumsi mereka akan bertambah dengan pertambahan yang tidak begitu besar, berbeda dengan tabungan yang akan bertambah semakin besar. Kondisi ini akan berlanjut terus sampai tingkat pendapatan tertinggi yang pernah tercapai terulang lagi (Mikesell dan Zinser, 1973). Teori pendapatan permanen (Permanent Income Hypothesis) yang diajukan oleh Milton Friedman. Permanent Income Hypothesis menyatakan bahwa tingkat konsumsi mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen (permanent income) C = λYp dimana: C = konsumsi Yp = pendapatan permanen λ = faktor proporsi (λ > 0) Pendapatan
permanen
adalah
tingkat
pendapatan
rata-rata
yang
diekspektasi/ diharapkan dalam jangka panjang. Sumber pendapatan itu berasal
17
dari pendapatan upah/gaji (expected labour income) dan nonupah/nongaji (expected income from assets). Pendapatan permanen akan meningkat bila individu menilai kualitas dirinya (human wealth) makin baik, mampu bersaing di pasar. Dengan keyakinan tersebut ekspektasinya tentang pendapatan juga akan meningkat jika individu menilai kekayaannya (non-human wealth) meningkat. Sebab dengan itu, pendapatan nonupah (non-labour income) diperkirakan. Pendapatan saat ini tidak selalu sama dengan pendapatan permanen. Kadang pendapatan saat ini lebih besar daripada permanen. Kadang-kadang sebaliknya yang menyebabkannya adalah adanya pendapatan tidak permanen yang besar berubah-ubah. Pendapatan ini disebut pendapatan transitori (transitory income). Yd = Yp + Yt dimana: Yd = pendapatan disposibel saat ini Yp = pendapatan permanen Yt = pendapatan transitori Model siklus hidup (Life Cycle Hypothesis) dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan model Keynes, model ini mengakui bahwa faktor yang dominan pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposibel. Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi besarnya pendapatan disposibel. Ternyata, pendapatan disposibel
18
berkaitan erat dengan usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode yaitu: periode belum produktif, periode produktif dan periode tidak produktif lagi. Periode belum produktif berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar usia nol hingga dua puluh tahun. Pada periode ini umumnya manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, mereka harus dibantu oleh anggota keluarga lain yang telah berpenghasilan. Periode produktif umumnya berlangsung dari usia sekitar dua puluhan tahun hingga usia enam puluhan tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar lima puluhan tahun. Setelah itu tingkat pendapatan mulai menurun, sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi. Periode tidak produktif lagi berlangsung setelah usia manusia melebihi enam puluh tahun. Ketuaan yang tidak memungkinkan mereka bekerja untuk mendapat penghasilan. Pola konsumsi manusia seperti huruf C, maka akan terjadi dissaving (mengurangi tabungan) ketika usia muda dan usia lanjut. Sedangkan pada usia produktif, terjadi peningkatan saving. Namun mereka berpendapat bahwa dalam jangka panjang rata-rata tabungan (expected saving) E(S) = 0. Konsumsi seseorang dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu pendapatan saat ini, kekayaan yang terakumulasi (akibat tabungan masa lalu) dan harapan penghasilan di masa depan. Jika pendapatan pada masa yang akan datang semakin tinggi (usia muda ke usia produktif) maka orang itu akan meningkatkan konsumsinya, dan
19
akan mengurangi konsumsinya pada saat penghasilannya mulai menurun (usia produktif ke usia lanjut). C,Yd
Yd
Saving
C Dissaving
Dissaving
Time
Sumber: Modigliani-Brumberg-Ando, 1963 Gambar 2.2. Life cyle hypothesis Hal sama terjadi pada orang yang memiliki kekayaan yang banyak (akumulasi tabungan, warisan, dan lain-lain), akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan orang yang tidak memiliki kekayaan, sehingga terlihat pada saat usia lanjut konsumsi masih tetap tinggi, karena adanya akumulasi kekayaan yang dikumpulkan pada saat masih produktif (konsumsi > saving).
2.1.4. Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Tabungan Rumah Tangga Beberapa penelitian yang manganalisis perilaku tabungan rumah tangga menggunakan teori yang menjelaskan hubungan antara tabungan dengan pendapatan, untuk kemudian dikembangkan dengan memasukkan beberapa
20
variabel independen lain antara lain: umur, pendidikan, dependency ratio dan sumber pendapatan utama rumah tangga . Menurut life cyle hypothesis, umur memengaruhi tabungan rumah tangga. Apabila dalam perekonomian proporsi populasi dari umur yang masuk sebagai tenaga kerja tinggi, maka tingkat tabungan rumah tangga juga tinggi, karena orang yang bekerja akan menabung untuk masa pensiun. Jika rasio pensiunan lebih besar daripada jumlah yang bekerja, maka tingkat tabungan privat menjadi rendah. Sebab pensiunan pada umumnya tidak menabung tetapi justru melakukan dissaving. Pada umumnya orang akan produktif pada usia 20-55 dan apabila digambarkan akan mengikuti kurva kuadratik. Mula-mula produktivitas rendah, kemudian naik dari waktu ke waktu sampai ke puncak dan akhirnya menurun seiring bertambahnya umur. Naik dan turunnya produktivitas tersebut sama dengan naik dan turunnya pendapatan. Jadi semakin produktif seseorang maka pendapatan semakin tinggi. Apabila pendapatan semakin tinggi dan tingkat konsumsi relatif tetap, maka akan meningkatkan jumlah tabungan. Keterkaitan dengan pendidikan dapat dijelaskan melalui teori human capital. Salah satu model yang terdapat dalam teori human capital adalah model keuntungan pendidikan. Model ini memiliki asumsi bahwa seluruh penghasilan seseorang merupakan proksi dari produktivitas yang dimilikinya. Produktivitas ini dianggap sebagai fungsi dari keahlian dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan. Todaro (1994) menyatakan bahwa dalam perkembangannya, teori
21
human capital menganggap tenaga kerja sebagai pemegang kapital yang tercermin dalam ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan (produktivitas) kerjanya. Teori human capital memberikan pengaruh terhadap perkembangan penelitian tentang tabungan rumah tangga. Teori human capital dihubungkan dengan pengaruh tingkat pendidikan kepala rumah tangga terhadap tabungan rumah tangga. Pendidikan kepala rumah tangga diukur dengan lama sekolah formal yang ditempuh dalam tahun. Selain pendidikan, tabungan dipengaruhi oleh rasio beban ketergantungan (dependency ratio) dalam rumah tangga. Todaro (2000) menyatakan bahwa salah satu ciri umum dari negara berkembang adalah beban ketergantungan yang tinggi. Penduduk yang berusia lanjut yaitu diatas 64 tahun dan anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun secara ekonomis disebut sebagai beban ketergantungan. Mereka merupakan anggota masyarakat yang tidak produktif, sehingga menjadi beban tanggungan angkatan kerja produktif yang berumur antara 15 hingga 64 tahun. Beban ketergantungan (dependency ratio) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: DR = PDUK/PUK dimana, DR = dependency ratio, disebut juga sebagai tingkat beban yang harus ditanggung setiap penduduk produktif. Semakin besar nilainya adalah semakin buruk. PDUK = Penduduk diluar usia kerja PUK = Penduduk usia kerja
22
2.2.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang menganalisis perilaku tabungan rumah tangga,
menggunakan teori yang menjelaskan hubungan antara tabungan dengan pendapatan, untuk kemudian dikembangkan dengan memasukkan beberapa variabel independen lain yang memengaruhi tabungan rumah tangga. Alasan yang digunakan oleh para ahli untuk menambahkan variabel lain diantaranya dikemukakan oleh Kelley dan Williamson (1968) dan Leff (1968), Brata (1999), Sutarno (2005), Epriyani (2008) dan Touhami et al (2009). Kelley dan Williamson (1968) melakukan penelitian di DI Yogyakarta, dengan menggunakan data umur kepala rumah tangga, pendapatan rumah tangga dengan pendapatan per jumlah anggota keluarga (Y/N) dan sumber pendapatan utama rumah tangga (petani dan non petani) dimana Y adalah jumlah pendapatan rumah tangga dan N adalah ukuran keluarga. Metode yang digunakan model simple linear saving function. Tujuan penelitian untuk menganalisis nilai MPS pada tiap umur kepala rumah tangga dengan klasifikasi kelompok umur. Penelitian ini menguji perilaku tabungan pada kelompok umur dengan regresi pendapatan per kapita terhadap pendapatan keluarga per kapita. Pada rumah tangga yang tumbuh lebih tua, pendapatan tenaga kerja turun secara proporsional dengan kekayaan non-manusia, sebab kekayaan digunakan untuk konsumsi pada umur pensiun. Data untuk kekayaan non-manusia tidak tersedia untuk tes ini. Oleh karena itu, model akan memprediksi bahwa MPS pendapatan meningkat pada rumah tangga yang lebih tua. MPS meningkat dari 0,05 untuk kelompok umur 20-29, menjadi 0,06 untuk kelompok umur 60-69 di semua rumah tangga.
23
Untuk rumah tangga di pedesaan MPS meningkat dari 0,13 menjadi 0,76. Hasil penelitiannya juga menunjukkan perbedaan jenis pekerjaan kepala rumah tangga berdasarkan sumber pendapatan utama petani dan non petani berpengaruh terhadap tabungan per jumlah anggota rumah tangga. Leff (1968) melakukan penelitian di Brazil, bertujuan menganalisis dan mengidentifikasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tabungan. Metode yang digunakan Multiple Regression. Leff meregresikan rasio tabungan kotor (LnS/Y) dan tabungan per kapita (LnS/Pop), dengan variabel bebas: pendapatan per kapita (LnY/Pop), kenaikan pendapatan per kapita (g), persentase populasi umur kurang atau sama dengan 14 tahun (LnD1), persentase populasi umur lebih atau sama dengan 65 tahun (LnD2), dan total dependency ratio D1+D2 (LnD3). Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap tabungan per kapita. Sedangkan, D1 mempunyai nilai negatif tiga kali lebih besar untuk negara kurang berkembang daripada negara maju. Proporsi dari populasi dengan umur kurang dari 14 tahun lebih besar negara kurang berkembang daripada negara maju. Brata (1999) menganalisis tentang perilaku tabungan rumah tangga pedesaan pada industri kecil di Bantul pada tahun 1996, dengan jumlah responden sebesar 96. Tujuan penelitian untuk mengetahui bentuk akumulasi tabungan rumah tangga dan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat tabungan rumah tangga. Akumulasi tabungan dibedakan dalam bentuk aset riil dan aset finansial, sedangkan estimasi faktor-faktor yang berpengaruh dilakukan dengan pendekatan life cycle hypothesis. Variabel
yang digunakan tabungan rumah tangga
24
(pendapatan dikurangi pengeluaran konsumsi), pendapatan rumah tangga, umur, pendidikan, jenis kelamin responden (wanita=0, laki-laki=1), jenis industri (agriculture-based industries=0; non agriculture-based industries=1), role of industry in household income (main income source= 1, non main income source =0). Metode yang digunakan Multiple Regression. Hasil analisis menunjukkan bahwa tabungan rumah tangga dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pendapatan rumah tangga, pendidikan, jenis kelamin, dan tipe industri. Sutarno (2005) meneliti tentang perilaku menabung rumah tangga pedesaan di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten, dengan jumlah responden sebesar 93. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku menabung rumah tangga di pedesaan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode penelitian dengan Regresi Berganda (Ordinary Least Square). Variabel yang digunakan adalah pendapatan per jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, rasio beben ketergantungan, bagian konsumsi dari total pendapatan, dummy jenis pekerjaan kepala rumah tangga berdasarkan pendapatan utama petani dan non petani (petani=1, nonpetani=0). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan menabung rumah tangga sebesar 27 persen dan 41 persen dari total rumah tangga 98 di Kecamatan Delanggu tidak menyimpan sisa pendapatan di lembaga keuangan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tabungan/jumlah anggota rumah tangga adalah pendapatan/jumlah anggota rumah tangga (+); bagian konsumsi dari total pendapatan rumah tangga (-) dan jenis pekerjaan (-). Epriyani (2008) melakukan penelitian di 16 kecamatan di Kota Semarang dengan sampel rumah tangga petani dan nelayan. Tujuan penelitian untuk
25
memilih dan menentukan model tabungan rumah tangga yang baik dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap model tabungan rumah tangga dengan pendekatan life cycle hypothesis dan permanent income hypothesis dan sintesis life cycle hypothesis-permanent income hypothesis. Metode yang digunakan adalah model log-linier. Hasilnya menunjukkan bahwa tabungan rumah tangga dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh variabel pendapatan permanen, pendapatan sementara, pendidikan kepala rumah tangga dan jenis pekerjaan serta dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh umur kepala rumah tangga, dependency ratio dan ekspektasi rasional terhadap inflasi. Touhami et al (2009) meneliti tentang perilaku menabung rumah tangga rural dan urban di Morocco. Penelitian dilakukan di daerah Essouira (urban) dan Bouaboud (rural) dengan jumlah sampel masing-masing 300 rumah tangga. Variabel yang digunakan pendapatan disposibel kepala rumah tangga (pendapatan tahunan dalam satuan dirham), jenis kelamin kepala rumah tangga (1= kepala rumah tangga laki-laki, 0 = kepala rumah tangga perempuan), interaksi gender income, umur (dan umur2) kepala rumah tangga, jumlah art rumah tangga, jumlah art yang tidak bekerja, jumlah art yang bekerja, kepemilikan land and livestock di daerah rural. Metode penelitian yang digunakan Multiple Regression. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga yang tidak bekerja, jenis kelamin kepala rumah tangga, hanya signifikan di daerah urban. Sedangkan di daerah rural hanya variabel pendapatan berdampak pada tabungan. Hipotesis life cycle, hasilnya tidak signifikan di daerah urban dan rural.
26
2.3.
Kerangka Pemikiran Penelitian Program pembangunan ekonomi Indonesia triple track strategy: pro-
growth (pro pertumbuhan), pro-job (pro penciptaan lapangan kerja), dan pro-poor (pro
kemiskinan)
memerlukan
sumber
dana.
Kebijakan
pembiayaan
diarahkan pada penggunaan sumber-sumber pembiayaan yang memiliki beban dan
resiko yang rendah. Tabungan nasional merupakan salah satu sumber
pembiayaan domestik relatif aman dibandingkan sumber pembiayaan luar negeri. Selama periode tahun 2004-2009 tabungan bruto mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 26,62 persen per tahun. Pertumbuhan tabungan rumah tangga mengalami penurunan dari 40,52 persen tahun 2008 menjadi 17,60 persen tahun 2009. Kontribusi tabungan rumah tangga terhadap tabungan bruto juga mengalami penurunan dari 24,51 persen (2007) menjadi 22,48 persen (2008) dan 22,96 persen (2009). Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2010, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang mempunyai simpanan masyarakat terbesar di bank umum dan BPR diantara 33 provinsi di Indonesia. Walaupun demikian, SKTIR 2010 Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa proporsi tabungan terhadap pendapatan rumah tangga hanya sebesar 13,43 persen. Oleh karena itu, perlu dianalisis seberapa besar pengaruh variabel-variabel berikut ini terhadap tabungan rumah tangga di DKI Jakarta tahun 2010. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta adalah pendapatan
27
rumah tangga, umur, pendidikan, dependency ratio, sumber pendapatan utama rumah tangga. Maka kerangka pemikiran penelitian terlihat dalam Gambar 2.3.
Program pembangunan triple track strategy: pro-growth, pro-job, dan pro-poor memerlukan dana yang besar
Tabungan nasional merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan
Pertumbuhan tabungan rumah tangga dan kontribusinya terhadap total tabungan bruto tahun 2008-2009 mengalami penurunan
Simpanan masyarakat (perusahaan dan rumah tangga) DKI Jakarta di bank unun dan BPR cukup besar.
Tabungan rumah tangga adalah bagian dari tabungan masyarakat. SKTIR 2010 menunjukkan proporsi tabungan terhadap pendapatan rumah tangga DKI Jakarta sebesar 13,43 persen.
Faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga: • Pendapatan rumah tangga • Umur kepala rumah tangga • Pendidikan kepala rumah tangga • Dependency ratio dalam rumah tangga • Sumber pendapatan utama rumah tangga
Strategi peningkatan tabungan rumah tangga Gambar 2.3. Kerangka pemikiran
28
2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang ingin dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan rumah tangga berpengaruh positif terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 2. Umur kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 3. Pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 4. Dependency Ratio dalam rumah tangga berpengaruh negatif terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 5. Sumber pendapatan utama rumah tangga bersumber dari upah/gaji atau nonupah/nongaji berpengaruh terhadap tabungan rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010