II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1
Hijauan Pakan Ternak Makanan hijauan ialah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman
dalam bentuk daun-daunan.
Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah
bangsa rumput (graminae), leguminose dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, aur, daun waru dan lain sebagainya. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa diberikan dalam dua macam bentuk yakni hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, leguminose segar dan silage. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering (Sugeng, 1998). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nasution (1986) yang menyatakan bahwa makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan.
Kelompok hijauan ini biasanya disebut sebagai
makanan kasar. Hijauan sebagai makanan ternak memegang peranan yang sangat penting karena hijauan : (1) mengandung sebagian besar zat yang diperlukan ternak untuk produksi dan reproduksinya; (2) di indonesia hijauan memegang peranan yang sangat penting, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah yang besar; (3) sebagian besar pakan ruminansia adalah bahan pakan yang mengandung serat tinggi dengan kecernaan rendah, oleh karena itu harus diusahakan agar ternak
9 sebanyak mungkin mengkonsumsi makanan untuk mencukupi kebutuhannya akan zat-zat makanan (Mc Donald dkk, 1973). Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan zat-zat nutrisi pada hijauan tanaman pakan salah satunya adalah dengan pemberian hara melalui pemupukan pada tanah. Salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk menjadi hijauan pakan ternak adalah tanaman Capituheur (Mikania micrantha Kunth).
2.2
Deskripsi Capituheur (Mikania micrantha Kunth)
Ilustrasi 1. Mikania micrantha Kunth
Sumber : www.iucngisds.org
Klasifikasi tanaman capituheur adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
10 Genus
: Mikania
Spesies
: Mikania micrantha Kunth Capituheur (Mikania micrantha Kunth) merupakan gulma tahunan yang
tumbuh menjalar dan dapat menginvasi habitat tumbuhnya dengan cepat. Gulma ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain dan dapat menurunkan produksi berbagai komoditas perkebunan dan hutan industri seperti kelapa sawit, karet, kelapa, jeruk, teh, ketela pohon, nanas, pisang, jati, akasia, eukaliptus dan albasia (Sankaran, 2008).
Kehilangan hasil akibat invasi pada kelapa sawit dapat
mencapai 20% di Malaysia (Gray dan Hew, 1968). 2.2.1 Persebaran Mikania micrantha berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Saat ini telah tersebar luas di kawasan Asia-Pasifik, Afrika dan Australia (EPPO, 2009; IPPC, 2010). Sekitar tahun 1950-an didatangkan ke Malaysia sebagai tanaman penutup tanah untuk perkebunan karet dan sekitar tahun 1970- an didatangkan ke Taiwan untuk konservasi tanah. Di Indonesia, gulma ini didatangkan ke Kebun Raya Bogor pada tahun 1949 dari Paraguay dan telah digunakan sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan karet pada tahun 1956 (Soerjani, 1987).
Hingga saat ini, telah
tersebar luas di Indonesia. 2.2.2 Morfologi dan Sifat Tumbuh Batang tumbuh menjalar, bersegi/bertulang membujur, berwarna hijau muda hingga tua, bercabang dan di tumbuhi rambut - rambut halus. Pertumbuhan batang dapat mencapai 3-6 m dengan pertambahan panjang hingga 47 cm per minggu (Zhang, 2004). Ruas-ruas batang memiliki panjang 75 – 215 mm. Pada
11 tiap ruas dapat dijumpai sepasang daun, tunas baru dan bunga. Perakaran baru dapat tumbuh apabila terjadi kontak antara ruas-ruas dengan tanah. Helai daun berbentuk hati atau bulat telur segi tiga, pangkalnya bersegi tumpul, permukaannya tak berambut, ukuran panjang daun 3 – 8 cm, lebarnya 1,5– 6 cm, dan panjang tangkai daun 1 – 6 cm berambut halus. Malai bunga tumbuh dari ketiak daun dan ujung batang/cabang. Pada tiap kepala bunga, terdapat 4 anak bunga. Mahkota bunga berwarna keputihan, berbentuk tabung, berukuran 4-6,5 mm dengan panjang tangkai bunga berkisar antara 3-15 mm. Kepala sari berwarna hitam keabu-abuan dengan putih berwarna putih. Pembentukan biji dimulai 17-21 hari setelah pembungaan. Biji berwarna coklat hingga kehitaman dan dilengkapi rambut- rambut halus (papus) sehingga mudah terbawa angin. Setiap tanaman dapat memproduksi sekitar 20.000-40.000 biji. Biji dapat berkecambah secara optimal pada kisaran suhu lingkungan sekitar 2432o C (Nasution, 1986). 2.2.3 Tempat Tumbuh Mikania micrantha dapat tumbuh pada daerah yang lembab atau agak kering baik pada areal terbuka ataupun sedikit ternaungi, Mikania micrantha dapat ditemukan pada ketinggian 0-2000 mdpl. Di Bolivia tumbuhan ini juga dapat dijumpai hingga ketinggian 3000 mdpl (Holm dkk, 2010). Spesies ini memiliki toleransi yang baik terhadap berbagai tipe tanah, mulai dari tanah masam hingga tanah basa (pH 4.1-8.3) juga dapat tumbuh pada tanah dengan kandungan bahan organik mulai dari 2.29%-32.85%. Pembungaan dan pembuahan terjadi sepanjang tahun. Pembiakan dapat terjadi melalui biji dan potongan batang.
Gulma ini dapat berkembang biak dengan cepat setelah
12 terjadinya gangguan pada lingkungan, terutama setelah kebakaran. (Zhang dkk, 2004).
2.3
Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau diberikan
kepada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan
menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman (Sarief, 1985). Berdasarkan asalnya pupuk dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan atau dekomposisi (Aisyah dkk, 2006).
Pupuk organik bermacam-macam sesuai dengan bahan
asalnya seperti sisa tanaman dan hewan, sampah organik dari sampah rumah tangga/pasar, sampah organik dari limbah peternakan dan lain sebagainya (Lingga dan Marsono, 2008). Pupuk organik mempunyai kandungan unsur hara yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan pupuk buatan, selain itu pupuk organik dapat menambah unsur hara ke dalam tanah, dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah, dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Pupuk organik merupakan pupuk yang ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pupuk anorganik dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan kandungan unsur hara mikronya lebih sedikit (Novizan, 2002). Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia (anorganik) yang memiliki kadar hara tinggi.
13 Pupuk anorganik NPK merupakan salah satu jenis pupuk anorganik majemuk. Kelebihan dari pupuk NPK yaitu unsur hara dari N, P, dan K lebih besar konsentrasinya dibandingkan dengan pupuk organik. Unsur hara N, P, dan K merupakan unsur utama dalam pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman (Naiboho, 2003). Menurut Hakim dkk (1986), pupuk dapat diklasifikasikan dari berbagai segi yaitu : (1) atas dasar pembentukan yang terdiri atas pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar kandungan hara terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk dan (3) atas dasar susunan kimianya yang mempunyai hubungan dengan perubahan dalam tanah yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis unsur hara primer. Pupuk tunggal diberi nama sesuai dengan kandungan unsur hara primer yang dikandungnya seperti pupuk fosfor, kalium, san seng. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara primer dan dapat juga mengandung unsur-unsur lainnya baik unsur hara sekunder maupun unsur hara mikro. Pupuk majemuk diberi nama sesuai dengan jenis unsur hara yang dikandungnya seperti pupuk NP, NK, NPK, PK, NPKMg (Setyamidjaja, 1986). Bagi tanaman, pupuk digunakan untuk hidup tumbuh dan berkembang sehingga pemberian pupuk harus tepat karena fungsi pupuk bukan hanya mengendalikan tetapi juga mengimbangi, mendukung, dan mengisi bersama unsur-unsur lain dalam tanah (Sarief, 1985).
2.4
Pupuk Mikro ZnSO4 Seng (Zn) diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn
2+
dan dalam tanah
+
alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn (OH) . Disamping itu, Zn diserap dalam bentuk kompleks-khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro
14 lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16 sampai 300 ppm. Sedangkan Zn dalam tanaman berkisar antara 20 sampai 70 ppm (Rosmarkam dan Yuwono, 2003). Mineral Zn yang ada dalam tanah antar lain seng sulfida (ZnS), spalrit ((ZnFe)S), smithzonte (ZnO), Wellemite ( ZnSiO3 dan Zn2SiO4). Pada tanah sawah sering berupa senyawa ZnS. Senyawa ini dalam suasana oksidasi menjadi ZnSO4.
Pada tanah yang mengandung banyak kapur CaCO3 dan MgCO3,
kemungkinan Zn diikat kuat oleh kedua senyawa tersebut sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada tanah yang kaya akan silikat, Zn akan membentuk kompleks ZnSiO3. Penggenangan sering menurunkan ketersediaan Zn karena terbentuknya kompleks ZnSiO3.
Di samping itu, Zn sering membentuk kompleks logam-
organik terutama dengan asam humat dan asam fulvat. Kompleks ini relatif stabil pada pH tinggi (Rosmarkam dan Yuwono, 2003). Ketersediaan Zn turun dengan naiknya pH. Pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan ketersediaan Zn menurun.
Tanah yang mempunyai pH
tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terutama pada tanah berkapur (Rosmarkam dan Yuwono, 2003). Pupuk Zn yang paling umum digunakan adalah ZnSO4, yang menunjukkan hasil yang sangat baik di semua jenis tanah. Namun, tergantung pada jenis tanah atau pertimbangan lain (International Zinc Association, 2010).
Sedangkan
menurut Amrani, dkk., (1997), ZnSO4 merupakan pupuk Zn yang paling umum digunakan untuk memperbaiki kekurangan Zn.
Diantara sumber-sumber lain
yang juga dipasarkan adalah senyawa Zn-Fe. Bentuk Zn dalam pupuk mengontrol ketersediaan Zn untuk tanaman. Pemberian pupuk Zn bukan hanya berdasarkan
15 jumlah total Zn, tetapi juga pada persentase Zn larut dalam air, serta faktor-faktor penting lainnya seperti biaya, jenis tanah, dan metode aplikasi. Fungsi Zn antara lain pengaktif enzim enolase, aldolase, asam oksalatdekarbosilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin deaminase, superdeoksidemutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, poteinase, dan peptidase. Zn juga berperan dalam penyusunan pati. Menurut Sutedjo (2002) Zn merupakan bagian yang penting dari asam karboksilase, karbonik anhidrosa. Dalam keadaan yang sangat sedikit Zn dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan bagian tanaman, kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun bagi tanaman. Persenyawaan Zn berfungsi pula pada pembentukan hormon auksin dan penting bagi keseimbangan fisiologis. Pada tanaman tingkat tinggi, terjadi proses penyusunan ethanol terutama pada organ tanaman yang sedang melakukan meristematis yaitu ujung akar dan ujung tanaman. Bila tanaman kekurangan Zn, penyusunan ethanol terhambat atau terhenti karena adanya penurunan aktivitas enzim dehidrogenase. Dalam enzim superoksida demutase (SOD), Zn bekerja sama dengan Cu menjadi Zn–Cu-SOD. Aktivitas enzim ini menurun bila tanaman kekurangan unsur Zn dan pemberian Zn akan meningkatkan kegiatan enzim tersebut (Ginta, 2005). Kegunaan lain Zn adalah sebagai carbonic anhydrase (CA). CA berperan sebagai katalisator hydratasi CO2, CA mempunyai 6 sub unit dan berat molekul sekitar 180.000 dan mengandung 6 atom Zn. Fungsi utama Zn dalam kloroplast adalah untuk asimilasi CO2 dan untuk membuat keseimbangan CO2 dalam sel hijau daun. Fungsi lain Zn ialah dalam metabolisme N, Zn diperlukan dalam sintesis triptofan dan juga asam indool asetat (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
16 Kekurangan Zn menyebabkan sintesis RNA terhambat. Pada tanaman jagung, gejala kekurangan Zn tampak tunas menjadi putih.
Pada tanaman
leguminosae, gejala yang tampak adalah jaringan antara tulang daun mengalami klorosis dan berwarna kekuning-kuningan, dan tulang daun tetap hijau (hampir sama dengan gejala kekurangan Mn). Gejala berupa noda cokelat sering terdapat pada daun bagian bawah dan jaringan noda cokelat yang mati, demikian juga pinggiran daun mati. Kebanyakan tunas mati dan daun gugur sebelum waktunya (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).
2.5
Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan merupakan penambahan ukuran yang tidak dapat dibalik,
yang mencerminkan pertambahan protoplasma, sedangkan pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat dibalik (Setyati, 1984).
Pertumbuhan tanaman dibedakan menjadi tiga periode yaitu
periode germinatif, vegetatif, dan generatif. Periode germinatif menggunakan zatzat yang berupa cadangan makanan biji atau akar. Periode vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Periode generatif terjadi saat pembentukan bunga, buah dan biji (Susetyo dkk., 1969). Pengukuran hasil proses pertumbuhan dapat diukur melalui pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar, berat kering dan diameter tanaman (Jones, 1998).
Tanaman mengalami fotosintesis dalam pertumbuhannya.
Fotosintesis adalah proses dimana daun pada tanaman mengambil karbondioksida dari udara melalui lubang kecil dan klorofil dalam daun (yang memberikan warna hijau pada daun), menangkap energi dari cahaya matahari, menghasilkan
17 karbondioksida dan air.
Oksigen yang tidak digunakan beserta uap air akan
keluar melalui pori-pori daun (Stichler, 2002).