IDHON-IDHON : SISTEM PENGOBATAN TRADISIONAL ALA MBAH DULYAMIN Rifa ‘Alimul Hikmah Antropologi, FISIP PEMBIMBING : Sri Murni
Naskah ringkas skripsi ini membahas tentang sistem pengobatan tradisional ala Mbah Dulyamin yaitu idhon-idhon. Pengumpulan data dilakukan di Desa Tanggung Harjo, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Purwodadi Grobogan, Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengamatan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengobatan yang dilakukan Mbah Dulyamin adalah dengan mendengarkan suara hati Mbah Dulyamin sendiri. Mbah Dulyamin menentukan seseorang ada dalam kondisi sehat atau sakit juga berdasarkan tuntunan suara hatinya sendiri. Mbah Dulyamin percaya bahwa mahluk gaib dan tukang sihir / tukang tenung dapat menimbulkan penyakit pada seseorang. Suara hati Mbah Dulyamin ini dapat mengobati berbagai macam penyakit. Mbah Dulyamin juga melayani jasa konsultasi jimat, konsultasi psikilogis (kejiwaan), konsultasi jodoh, konsultasi spiritual dan sebagainya. Warga Desa Tanggung Harjo menganggap Mbah Dulyamin sebagai seseorang yang patut dibanggakan karena Mbah Dulyamin bisa mengobati berbagai macam penyakit dan memberi rasa aman bagi warga yang ada di Desa Tanggung Harjo tersebut. Oleh karena itu, Mbah Dulyamin merupakan seseorang yang dijadikan sebagai panutan bagi warga Desa Tanggung Harjo. Selain itu, lingkungan sosial juga melatarbelakangi pengambilan keputusan pasien untuk berobat ke Mbah Dulyamin. Kata kunci: Idhon-idhon, Mbah Dulyamin, suara hati This paper discusses about a traditional healing system of Mbah Dulyamin is called idhonidhon.The data collection was conducted in the Tanggung Harjo village, Grobogan subdistrict, Purwodadi district, Central of Java by using a qualitative approach through in-depth interviews and observation. The result of the study show us that the healing system of Mbah Dulyamin is based on Mbah Dulyamin’s “suara hati”. Mbah Dulyamin determine whether a person is in good health or illness are also based on his “suara hati”. Mbah Dulyamin is believe that the supernatural beings and witches / soothsayers can make someone be illness. Mbah Dulyamin’s “suara hati” can heal various of illness. Mbah Dulyamin is also open his hand for fetish, psychology, fience, spiritual consultation and many others. The Villagers of Desa Tanggung Harjo see Mbah Dulyamin as a admirable person because he can heal various illness and make the villagers of Desa Tanggung Harjo feel safe. In other hand, the social environment becomes the factor for the people’s decision to seek healing belongs Mbah Dulyamin. Key words: Idhon-idhon, suara hati, traditional healer
1 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
1. PENDAHULUAN Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan akan selalu berdoa dalam hidupnya, salah satu do’a adalah meminta selalu sehat. Namun, pada kenyataannya tidak ada manusia yang selalu dalam keadaan sehat karena Tuhan menguji iman manusia melalui penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, setiap manusia harus bersyukur kepada Tuhannya atas kesehatan yang telah diberikan. Beberapa wujud syukur manusia kepada Tuhannya antara lain dengan menjaga kondisi badan agar selalu sehat, berbuat baik terhadap sesama manusia atau tidak berbuat zalim, menjalankan perintah Tuhan dengan ikhlas dan sebagainya. Kesehatan merupakan sesuatu yang berharga, tanpa kesehatan manusia tidak dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Jika seseorang sakit, maka akan menimbulkan masalah yang berhubungan dengan ekonomi, hubungan sosial dan psikologis. Kesehatan dan penyakit bukan hanya merupakan gejala biologis, tetapi juga gejala sosial budaya. Seseorang dikatakan sakit bukan hanya karena adanya gangguan secara fisik, tetapi juga dianggap sakit oleh masyarakat sekitarnya (Foster dan Anderson 1986: 42). Sekarang ini sistem pengobatan tradisional mulai menjadi pilihan sumber pengobatan oleh masyarakat, bahkan dari masyarakat golongan menengah ke atas dan berpendidikan tinggi, meskipun sistem medis modern sudah berkembang dengan teknologi canggih serta rumah sakitrumah sakit, klinik-klinik, dan balai-balai pengobatan lainnya sudah banyak didirikan. Pengobatan tradisional menurut UU kesehatan RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 7 menyatakan bahwa pengobatan
dan atau
perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun yang diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Depkes RI 1992: 2). Pengobatan tradisional di Indonesia adalah semua cara pengobatan yang menggunakan falsafah, pemikiran, dan peralatan pengobatan yang tidak digunakan ilmu kedokteran konvensional atau modern dan merupakan bagian kebudayaan yang diturunkan secara lisan atau tulisan (Suyatno 1984: 25 dalam Murni 2001: 12). Pelayanan kesehatan tradisional menggunakan metode pengobatan tradisional dan obat-obatan yang secara empirik berkhasiat serta digunakan secara turun temurun, dilaksanakan oleh lembaga kesehatan tradisional atau penyembuh tradisional (Depkes 1990: 2).
2 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
Setiap kebudayaan berisi seperangkat pengetahuan (Spradley, 1975 : 5). Salah satu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat adalah yang berkenaan dengan usaha menghindari dan menyembuhkan suatu penyakit secara tradisional. Sejumlah penelitian tentang pengobatan tradisional mengenai penyebab, proses pengobatan dan konsep-konsep yang berkaitan dengan pengobatan tradisional: Murni dalam penelitiannya di Kalimantan Timur mengenai pengobatan tradisional yang dikenal oleh orang Dayak Benuaq, menyatakan bahwa orang Dayak Benuaq lebih mengenal pengobatan dengan beliatnt sentiyu, walaupun di wilayah mereka terdapat puskesmas. Pengobatan beliatnt sentiyu ini juga telah menarik minat wisatawan (Murni 2001: 8). Orang Benuaq meyakini bahwa alam semesta penuh dengan kekuatan gaib. Bila tata tertib alam semesta terpelihara, kekuatan-kekuatan gaib itu dalam keadaan harmoni. Namun, bila tata tertib alam semesta terganggu oleh perilaku manusia, maka kekuatan-kekuatan gaib itu mengalami kegoncangan. Ketidakharmonisan hubungan antara Tuhan-alam-manusia akan menyebabkan malapetaka seperti kegagalan panen, kelaparan atau wabah penyakit. Pengembalian kepada keharmonisan harus dilakukan dengan sebuah ritual dengan memanggil sejumlah roh leluhur. Sebuah ritual pemanggilan roh-roh untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seseorang ataupun sekelompok orang pada orang Dayak Benuaq dikenal salah satunya dengan upacara pengobatan Beliatnt Sentiyu. Pelaksanaan upaya kesehatan itu tidaklah terletak pada masalah teknis semata-mata, yang menyangkut jarak, waktu, biaya dan ketersediaan tenaga medik, melainkan terdapat pada faktorfaktor sosial-budaya yang menghambat pelaksanaan program-program kesehatan (Swasono dan Murni 1997: 1). Walaupun hampir semua masyarakat Dani di Kurulu telah menganut agama Katolik, kepercayaan tradisional terhadap keberadaan mahluk halus dan kekuatan gaib masih tetap kuat demikian pula pemujaan bagi mereka (Swasono dan Murni 1997: 5). Swasono, dan Murni menemukan adanya berbagai penyakit yang dianggap terjadi karena etiologi personalistik maupun etiologi naturalistik. Dari kategori personalistik dianggap terjadi karena : (1) hukuman atas kesalahan (pelanggaran tabu dan norma adat, lalai memberikan sajian pada roh) dan dosa (2) guna-guna karena konflik atau orang lain yang iri hati (3) mahluk gaib tertentu tidak cocok dengannya (4) kemasukan roh jahat (5) jiwa penderita sedang mengembara (6) nasib buruk (7) tata letak benda pusaka yang keliru. Lebih lanjut, dikatakan bahwa dari kategori naturalistik, 3 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
penyakit dianggap terjadi karena : (1) diberi atau termakan racun (2) salah makan (3) cuaca buruk (4) “darah mengumpul” di bagian tubuh yang salah (Swasono dan Murni 1997 dalam Murni 2001: 20). Murniatmo dalam penelitiannya di Yogyakarta mengenai pengobatan tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya masyarakat Ngestireja menyatakan bahwa penduduk Ngestireja telah memeluk agama Islam, Katolik, Kristen, dan lain sebagainya, masih juga percaya pada adanya kekuatan-kekuatan gaib dan mahluk-mahluk halus yang berada di sekitar dimana mereka tinggal (Murniatmo 1992: 87). Kepercayaan mereka terhadap mahluk-mahluk halus diwujudkan dalam keyakinannya bahwa mahluk-mahluk halus itu berada dan menempati tempat-tempat tertentu seperti pojok desa, telaga, batu besar, perempatan jalan, pohon besar dan lain sebagainya, sehingga tempat itu dikatakan keramat atau angker atau wingit. Orang yang lewat di tempat angker harus hati-hati karena kalau tidak hati-hati maka orang itu akan mendapatkan petaka paling tidak orang itu akan menjadi sakit. Sakit yang disebabkan oleh mahluk halus ini oleh masyarakat Ngestireja disebut kedhengen, kesurupan, keturunan. Naskah ringkas skripsi ini membahas tentang sistem pengobatan tradisional ala Mbah Dulyamin melalui tinjauan antropologi medis. Warga Desa Tanggung Harjo mengenal pengobatan dengan Mbah Dulyamin ini dengan sebutan idhon-idhon. Idhon-idhon berasal dari kata idhu yang berarti ludah. Dalam bahasa daerah dinyatakan oleh warga dengan ucapan minta idhon-idhon re atau arep njaluk idhon-idhon. Warga menyebutnya dengan idhon-idhon karena Mbah Dulyamin mengobati pasien dengan membaca do’a dan kemudian “meniup”. Do’a artinya Mbah Dulyamin membaca do’a sesuai dengan tuntunan suara hatinya sedangkan “meniup” artinya cara Mbah Dulyamin memasukkan do’a itu ke dalam air, kemudian air itu diminum oleh pasien dengan tujuan untuk memperoleh kesembuhan. Ide penelitian ini berawal dari adanya kecenderungan masyarakat dalam menggunakan sistem medis tradisional dengan tujuan untuk mendapatkan kembali kondisi kesehatannya. Idhon-idhon : sistem pengobatan tradisonal ala Mbah Dulyamin ini menjadi pilihan sumber pengobatan oleh warga Desa Tangggung Harjo, meskipun di Desa ini sudah terdapat Balai Pengobatan, Puskesmas Pembantu serta praktek dokter. Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui alasan yang menyebabkan warga menggunakan sistem pengobatan Mbah Dulyamin ini. Alasan warga ini bisa diketahui dengan
4 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
cara melihat bagaimana pengobatan yang dilakukan Mbah Dulyamin. Dengan demikian pertanyaan penelitian ini adalah:
Bagaimana cara dan proses pengobatan yang dilakukan oleh Mbah Dulyamin dalam mengobati pasiennya?
Bagaimana konsep sakit dan sehat dalam sistem pengobatan Mbah Dulyamin ?
Peran apa saja yang dilakukan oleh Mbah Dulyamin di masyarakat Desa Tanggung Harjo sehingga dia diterima? Pengetahuan tentang sistem pengobatan Mbah Dulyamin ini diharapkan dapat memberi
penjelasan tentang alasan yang menyebabkan warga Desa Tanggung Harjo dalam menggunakan sistem pengobatan Mbah Dulyamin untuk mengatasi masalah kesehatan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan kepada Pemerintah / Kementerian Kesehatan RI, khususnya bagi Puskesmas Pembantu di Desa Tanggung Harjo dalam menentukan kebijakan pembinaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 2. TINJAUAN TEORITIS Ada seorang pasien yang bernama Bapak Mulyadi, berusia 35 tahun, bersuku bangsa Jawa dan berprofesi sebagai buruh bangunan. Pendidikan terkahir Bapak Mulyadi adalah SLTP. Bapak Mulyadi ini menderita sakit dibagian perut, perut terasa nyeri, dada terasa sakit sehingga susah untuk bernafas, badan mengeluarkan keringat banyak, pikiran tidak tenang, badan terasa lemah, tidak berdaya, kehabisan tenaga serta badan terasa panas. Menurut Bapak Mulyadi, dirinya sudah merasakan sakit selama delapan hari dan sudah berobat ke dokter sebanyak empat kali. Oleh karena tidak kunjung sembuh berobat ke dokter, akhirnya Bapak Mulyadi mulai beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya ini adalah penyakit guna-guna. Kemudian, Bapak Mulyadi memutuskan untuk berobat dengan Mbah Dulyamin.
Berdasarkan kasus Bapak
Mulyadi ini, dapat dikatakan bahwa setiap orang memiliki pengetahuan yang berkenaan dengan penyebab dan upaya menyembuhkan suatu penyakit. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang berbeda dengan orang lainnya, hal ini dilatarbelakangi oleh kebudayaan. Dalam pengertian ini, kebudayaan menurut Goodenough adalah sistem kognisi ideal, sebuah sistem pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berada dalam pikiran individuindividu anggota masyarakat (dalam Casson 1981: 17). 5 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
Pengetahuan sebagai bagian dari kebudayaan selalu dalam proses pembentukan, karena itu pengetahuan akan selalu berubah. Menurut Strauss dan Quinn, pengetahuan terbentuk melalui proses belajar (learning). Proses belajar ini sangat terkait dengan pengamatan dan pengalaman langsung, dan sedikit berupa hasil pengajaran yang bersifat normal (Strauss dan Quinn 1997: 6). Sistem medis mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut (Foster dan Anderson 1986: 45). Pada dasarnya, sistem medis dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni sistem medis modern (Barat) dan sistem medis tradisional (non-Barat) (Foster dan Andersnon 1986: 62). Sistem pengobatan tradisional dikelompokkan menjadi dua macam yaitu tradisi besar (naturalistik) dan tradisi lokal (personalistik) (Foster dan Anderson 1986: 62). Sistem medis personalistik adalah suatu sistem di mana penyakit (illness) disebabkan oleh adanya intervensi dari agen yang aktif berupa mahluk supranatural (mahluk gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat), maupun mahluk manusia (tukang sihir atau tukang tenung). Sistem medis personalistik memandang penyakit timbul karena adanya kekuatan yang dijatuhkan oleh suatu agen yang aktif berupa mahluk supranatural terhadap pasien dengan alasan-alasan khusus menyangkut diri pasien, maka tugas penyembuh adalah menghilangkan kekuatan tersebut (Foster dan Anderson 1986: 65). Pengetahuan seseorang tentang sehat dan sakit, kondisi seperti apa yang dikatakan sakit dan sehat, secara tidak langsung berpedoman kepada kebudayaannya (Foster & Anderson 1986: 50). Penyakit terbagi menjadi dua konsep, yaitu penyakit (disease) sebagai suatu konsep patologi dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep budaya. Pada konsep patologi, penyakit didefinisikan sebagai suatu kondisi patologis yang dibuktikan dengan hasil-hasil tes laboratorium atau bentukbentuk pemeriksaan klinis lainnya (Foster dan Anderson 1986: 50). Dengan kata lain, penyakit adalah hal-hal mengenai semua tanda, gejala serta perilaku yang di diagnosa oleh dokter serta diobati oleh dokter. Pada konsep budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran moralnya secara wajar dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut.
6 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
3. PENGUMPULAN DATA Lokasi penelitian di Desa Tanggung Harjo, Kecamatan Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. Informan penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam pengobatan tradisional ini, antara lain : (1) Informan kunci (key informant) adalah orang-orang yang ahli tentang sektorsektor masyarakat atau unsur-unsur kebudayaan yang ingin kita ketahu (Koentjaraningrat 1979: 164). Dalam penelitian ini, orang yang menjadi informan kunci adalah Mbah Dulyamin karena beliau berperan sebagai pengobat dan mempunyai kemampuan serta keahlian untuk mengobati penyakit. (2) lima orang pasien yang menggunakan sistem pengobatan Mbah Dulyamin. Pasien yang menjadi informan terdiri dari lima orang karena saya ingin melihat perbedaan pendapat, variasi pendidikan dan pekerjaan pasien yang menggunakan sistem pengobatan Mbah Dulyamin. Kelima pasien dalam penelitian ini adalah mereka yang memenuhi kriteria-kriteria yaitu: -
Pendidikan informan: pasien yang menjadi informan berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda, yaitu: tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat perguruan tinggi.
-
Kemampuan ekonomi informan: dilihat dari segi jenis pekerjaan informan. Pasien yang menjadi informan berasal dari latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Data yang ada dalam tulisan ini diperoleh dengan cara wawancara. Wawancara
mendalam saya gunakan karena saya ingin mengetahui konsep sakit dan sehat serta saya ingin mengetahui cara Mbah Dulyamin mendapatkan sistem pengobatan tersebut. Alasan lainnya adalah saya ingin memperoleh data yang khususnya berkaitan dengan dunia gagasan, pengetahuan, keyakinan, perasaan serta aspek-aspek lain yang termasuk dalam kawasan kognitif para informan. Saya juga menggunakan metode pengamatan karena saya ingin mengetahui cara dan proses pengobatan yang dilakukan Mbah Dulyamin dalam mengobati pasiennya, material yang berhubungan dengan cara dan proses pengobatan, dan pengamatan terhadap tingkah laku orangorang yang terlibat dalam sistem pengobatan Mbah Dulyamin serta berusaha mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan mereka agar saya dapat memahami masalah atau situasi.
7 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
Pengamatan yang dimaksud adalah pengamatan pasif, yaitu peneliti tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku yang diamatinya (Suparlan 1994: 72). Metode ini saya pilih karena saya tidak mungkin terlibat langsung dalam kegiatan pengobatan yang dilakukan oleh Mbah Dulyamin. Wawancara mendalam adalah berkomunikasi dengan masyarakat yang diteliti dan mendengarkan serta memahami apa yang didengarkan (Suparlan 1994: 26). Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data yang mendalam dan lengkap. Wawancara mendalam dilakukan dengan pedoman. Wawancara dengan pedoman adalah suatu teknik untuk mengumpulkan informasi dari para anggota masyarakat mengenai suatu masalah khusus dengan teknik bertanya yang bebas yang tujuannya adalah memperoleh informasi dan bukannya memperoleh pendapat atau respon (Suparlan 1994: 26). 4. HASIL PENELITIAN a. Profil Mbah Dulyamin Mbah Dulyamin lahir di Desa Puntang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu pada tahun 1966 dari pasangan Wastinah dan Rustayem sebagai anak laki-laki tertua. Mbah Dulyamin mempunyai 6 orang adik yang terdiri dari 2 orang perempuan dan 4 orang laki-laki. Ayahnya bekerja sebagai pegawai kesehatan dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Mbah Dulyamin dilahirkan dalam keadaan sehat atau normal seperti bayi-bayi pada umumnya dan menghabiskan masa kecilnya di Indramayu. Mbah Dulyamin menderita penyakit adem (dalam bahasa Indonesia berarti penyakit cacar) ketika berusia 1,5 tahun yang menyebabkan kondisi mata Mbah Dulyamin menjadi tidak bisa melihat. Pada usia 6 tahun, Mbah Dulyamin mengaji di mushalla. Kemudian, ketika berusia 11 tahun Mbah Dulyamin melanjutkan ilmu agamanya dengan mengaji di pondok Tegal Gubuk, Cirebon. Pada saat berusia 17 tahun, Mbah Dulyamin bertemu dengan Bapak Basuki. Bapak Basuki adalah orang pintar dan bisa mengobati berbagai macam penyakit. Mbah Dulyamin memutuskan untuk belajar “ilmu” dengan Bapak Basuki selama lebih kurang setahun. Pada saat Mbah Dulyamin berusia 18 tahun, ia memutuskan untuk menikah dengan perempuan yang bernama Radiem dan menetap di Purwodadi, Semarang, Jawa Tengah sampai sekarang ini.
8 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
Kisah Mbah Dulyamin sebagai pengobat dimulai ketika Mbah Dulyamin bertemu dengan Bapak Sukarno. Orang ini adalah tetangga jauh Mbah Dulyamin yang sedang menderita penyakit kelamin dan sudah berobat kemana-mana, tetapi belum juga sembuh. Akhirnya secara tidak sengaja Bapak Sukarno bertemu dengan Mbah Dulyamin dan menceritakan penyakit kelamin yang dideritanya kepada Mbah Dulyamin. Mbah Dulyamin secara tidak sengaja atau spontan menyarankan Bapak Sukarno untuk merebus lobak lalu memakannya. Bapak Sukarno mengikuti saran yang diberikan oleh Mbah Dulyamin sehingga akhirnya sembuh. Cerita kesembuhan Bapak Sukarno ini menyebar dari mulut satu ke mulut lainnya. Dalam waktu kurang lebih satu bulan, Mbah Dulyamin yang dulunya dipanggil le, kang, atau mas langsung dipanggil dengan sebutan mbah karena Mbah Dulyamin dianggap sebagai orang hebat atau orang pintar. Setelah peristiwa Bapak Sukarno itu, orang-orang banyak datang ke rumah Mbah Dulyamin untuk berobat dan semakin hari semakin banyak, sampai akhirnya Mbah Dulyamin mengalami kerepotan dalam mengobati orang-orang yang datang tersebut. Selama setahun kemudian, tamutamu Mbah Dulyamin yang datang adalah khusus untuk berobat, namun tahun-tahun selanjutnya tamu-tamu yang datang ke rumah Mbah Dulyamin tidak hanya untuk berobat tetapi juga untuk meminta do’a agar tanah yang dijualnya laris, meminta agar dapat arisan, ada juga tamu yang ingin memasang susuk, ada yang minta jimat dan sebagainya. b. Profil Pasien 1. Profil Bapak Mulyadi Bapak Mulyadi berusia 35 tahun, bersukubangsa Jawa, berprofesi sebagai buruh bangunan, dan bertempat tinggal di desa yang sama dengan Mbah Dulyamin, yaitu desa Tanggung Harjo. Pendidikan terakhir Bapak Mulyadi adalah SLTP. Bapak Mulyadi menderita sakit di bagian perut, perut terasa linu (nyeri), dada terasa sakit sehingga susah untuk bernafas, badan mengeluarkan keringat banyak, pikiran tidak tenang, badan terasa lemah, tidak berdaya, kehabisan tenaga serta badan terasa panas. Menurut Bapak Mulyadi, dirinya sudah merasakan sakit selama delapan hari dan sudah berobat ke dokter sebanyak empat kali. Oleh karena tidak kunjung sembuh berobat ke dokter, akhirnya Bapak Mulyadi beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya adalah penyakit “guna-guna”. Menurut Mbah Dulyamin, tubuh Bapak Mulyadi dimasuki lima helai ijuk (potongan ijuk yang masing-masing ijuk berukuran panjang lebih kurang lima cm). Mbah Dulyamin tidak mau menceritakan penyebab Bapak Mulyadi diguna9 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
guna. Mbah Dulyamin mengobati Bapak Mulyadi dengan menggunakan telur (ova). Caranya adalah telur harus ditempelkan beberapa menit pada beberapa bagian tubuh Bapak Mulyadi yang terkena “guna-guna” (kening, dada dan kedua lutut). Kemudian ijuk yang semula ada di tubuh Bapak Mulyadi akan keluar dan berpindah ke dalam telur tersebut. Menurut bapak Mulyadi, sekarang dirinya sudah tidak merasakan sakit perut dan dadanya sudah tidak nyeri lagi, pikirannya juga sudah tenang sehingga Bapak Mulyadi bisa bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Gambar 1 : Mbah Dulyamin (kiri) sedang mengobati Bapak Mulyadi (berbaring) dengan menggunakan telur . 2. Profil Mbah Suti Mbah Suti berusia sekitar 60 tahun lebih, pendidikan terakhir Mbah Suti adalah kelas empat SD, dan bersuku bangsa Jawa. Mbah Suti adalah seorang janda yang mencari nafkah dengan cara bertani. Menurut Mbah Suti, dirinya sudah lama menderita penyakit tekanan darah tinggi dan mengetahui Mbah Dulyamin sebagai pengobat adalah dari tetangganya yang juga sering berobat dengan Mbah Dulyamin. Menurut Mbah Suti, Mbah Dulyamin sering memijit kepala, punggung, tangan dan kedua kakinya. Kemudian Mbah Dulyamin menyarankan dirinya untuk meminum segelas air yang telah dibacakan do’a sebelumnya. Menurut Mbah Dulyamin, penyakit yang diderita Mbah Suti adalah penyakit tua, organ-organ tubuh Mbah Suti sudah sangat rentan sekali dan sensitif terhadap penyakit. Biasanya penyakit yang Mbah Suti derita 10 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
sembuh dan dirinya merasa adem atau apik setelah berobat dengan Mbah Dulyamin sehingga bisa bekerja kembali di sawah. Menurut Mbah Suti, Mbah Dulyamin adalah orang yang sopan santun dan tidak merasa jijik ketika mengobati penyakit. 3. Profil Mas Budiono Mas Bud adalah nama panggilan laki-laki yang berpendidikan terakhir adalah SD ini, dan berusia 36 tahun, bersukubangsa Jawa serta berprofesi sebagai buruh tani. Menurut Mas Bud, dirinya menderita sakit karena kelelahan bekerja setiap hari sebagai buruh tani. Mas Bud juga menjelaskan bahwa dirinya pernah merasakan tidak ada tenaga sama sekali seperti kaku, lemas dan tubuhnya tidak bisa digerakkan dalam beberapa menit. Mbah Dulyamin mengobati penyakitnya dengan cara memijit tubuhnya. Menurut Mbah Dulyamin, seseorang dapat menderita sakit karena kelelahan. Biasanya disebabkan oleh organ tubuh yang tidak normal. Organ tubuh yang tidak normal tersebut harus dipijit supaya bisa bereaksi dan normal kembali. Mas Bud juga menjelaskan bahwa Mbah Dulyamin adalah orang yang ramah, suka memberi nasehat, sering bercanda dengan pasien, dan menganggap pasien sebagai keluarga sehingga pasien tidak merasa canggung atau salah tingkah jika berhadapan dengan Mbah Dulyamin. 4. Profil Mas Agus Mas Agus adalah laki-laki yang berusia 25 tahun, bersukubangsa Jawa, beragama Islam dan berprofesi sebagai karyawan swasta KSBA Bank Mandiri di Purwodadi. Mas Agus adalah lulusan sarjana ekonomi di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Solo. Mas Agus sering mengkonsultasikan semua masalahnya dengan Mbah Dulyamin, antara lain konsultasi spiritual, konsultasi jodoh, konsultasi tentang fungsi jimat.Pada waktu itu, Mas Agus ingin berkonsultasi tentang fungsi keris kepunyaan orang tuanya. Menurut Mas Agus, jimat mengandung mahluk gaib yang dapat membantu manusia sesuai dengan fungsi jimat tersebut dan hal ini tidak bisa dijelaskan secara logika. 5. Profil Bapak Syamsudin Bapak Syamsudin adalah seorang laki-laki yang berusia 43 tahun, bersuku bangsa Jawa, pendidikan terakhir adalah SMA, berprofesi sebagai petani sekaligus menjabat sebagai kepala RT di desa Tanggung Harjo. Pak RT mengenal Mbah Dulyamin karena Mbah Dulyamin adalah 11 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
salah seorang warganya. Ketika itu Pak RT menderita sakit hati dan berobat dengan Mbah Dulyamin sebanyak tiga kali. Pak RT merasa dadanya sakit, perasaan takut, badan terasa panas, pikiran tidak tenang, selalu menangis (perasaan sedih), tubuh gemetaran dan tidak mempunyai nafsu makan. Pada waktu itu Pak RT sedang mempunyai masalah dengan orang lain dan diancam akan dibunuh. Menurut Pak RT, Mbah Dulyamin mengobati dirinya dengan cara mengoleskan air kedadanya dan menyarankan dirinya agar tetap bersabar. Pak RT memutuskan berobat dengan Mbah Dulyamin karena menurut Pak RT, Mbah Dulyamin adalah orang pintar. Pak RT juga mengungkapkan sebuah peribahasa yaitu “Purwodadi sing kotane, sing dadi nyatane”. Jadi, orang yang dibanggakan adalah orang pintar, antara lain orang yang bisa mengobati penyakit (pengobat) dan orang yang bisa memberi rasa aman (pengaman) dan sebagainya. Menurut Pak RT, Mbah Dulyamin adalah orang pintar karena bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit serta memberi rasa aman bagi warga yang ada di Desa Tanggung Harjo tersebut. c. Suara Hati Mbah Dulyamin Sistem pengobatan yang dilakukan Mbah Dulyamin adalah dengan mendengarkan suara hati Mbah Dulyamin sendiri. Mbah Dulyamin mempunyai suara hati ini setelah mempelajari “silsilah” atau “kunci” “ilmu” dari gurunya, yaitu arti surat Al Anam, mengucapkan dua kalimat syahadat, wiridan dengan mengucapkan Allah Allah Allah, minimal 2000 tiap malamnya. Suara hati merupakan suara yang ada di dalam hati Mbah Dulyamin sendiri dan orang lain tidak bisa mendengarnya. Suara hati Mbah Dulyamin ini dapat digunakan untuk mengatasi semua masalah (keluhan) pasien, antara lain untuk mengobati segala jenis penyakit, mengetahui rumah yang ada penghuni mahluk gaibnya dan sebagainya. Suara hati Mbah Dulyamin ini sangat cepat berfungsi terhadap pasien yang sugesti kepada Mbah Dulyamin. Menurut Mbah Dulyamin, “sugesti” adalah pasien percaya dengan dirinya dan benar-benar berniat untuk meminta tolong kepada dirinya. Hal sugesti itu juga harus merasuk ke dalam hati. Pasien yang datang juga harus mendengarkan saran atau nasehat baik yang diberikan oleh Mbah Dulyamin.
12 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
d. Konsep sehat dan sakit Mbah Dulyamin Mbah Dulyamin membedakan orang yang sakit dengan orang yang sehat berdasarkan petunjuk-petunjuk dari suara hati, karena suara hati akan mengatakan sakit apabila orang itu sakit meskipun berdasarkan sistem medis modern dinyatakan sehat dan suara hati Mbah Dulyamin akan mengatakan sehat apabila orang itu memang berada dalam keadaan sehat. Menurut Mbah Dulyamin, suara hati adalah seperti orang berbisik tetapi di dalam hati. Contoh pasien yang sedang menderita sakit guna-guna dan meminta tolong kepada Mbah Dulyamin. Suara hati Mbah Dulyamin langsung “berbisik”, mengatakan dan memberi petunjuk kepada Mbah Dulyamin tentang penyakit, dan cara mengobatinya. Seperti yang dikatakan oleh informan Mbah Dulyamin di bawah ini : “suara hati itu seperti orang bisik-bisik tapi dalam hati, contohnya gini misalkan bapak ada orang nyuruh Mbah Dul tolong do’ain rumah ku kok kayaknya itu rasa takut ditempatin tu rasa takut rasa gimana terus bapak deteksi, misalkan hasil deteksi itu keadaan ga ada apa-apa ya maksudnya ada suara rumah itu atau ada bisikan rumah itu bersih ya udah bersih ga ada apa-apa nanti bapak ngomong berarti cuma pikiran orang yang nyuruh itu. Itu langsung ada suara hati, contohnya gini, ada orang sakit, mbah ini tolong diobatin gimana ini, terus baru bapak pegang udah udah datang dengan sendirinya oooo orang itu kena guna-guna, itu ada suara hati, jadi kayak ada orang bisikin ke bapak ooo orang itu kena guna-guna, terus suara itu juga ngasih tau cara ngobatinnya ya kayak bisik-bisik dalam hati, orang lain ga bisa denger suara kayak orang berbisik itu, cuma bapak yang bisa denger, kan datengnya dari hati bapak sendiri, ya suara itu ngomong, ya hati bapak berkata gitu, hatinya ngomong, hatinya bicara kayak orang berbisik gitu, ooo orang nya sakit atau ga sehat-sehat saja orangnya “.
Seorang pasien menyatakan bahwa dirinya sehat, tetapi pasien itu belum tentu sehat apabila dilihat dari segi suara hati Mbah Dulyamin, bisa saja menurut suara hati Mbah Dulyamin pasien itu sudah sakit tetapi belum merasakan sakit. e. Etiologi Penyakit Menurut Konsep Mbah Dulyamin Menurut Mbah Dulyamin, seseorang dapat menderita suatu penyakit disebabkan karena beberapa hal, yaitu: (1) dimasuki setan atau jin. Menurut Mbah Dulyamin, manusia yang bisa dimasuki setan atau jin adalah manusia yang tidak berbuat kebajikan (2) disebabkan karena mahluk gaib (kemarahan penghuni). Mahluk gaib (penghuni) ini akan marah jika sikap orang yang berada di tempat itu merugikan bangsa gaib atau penghuni antara lain merusak bangunan
13 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
tempat itu, atau orang itu menginjak barang berharga kepunyaan mahluk gaib. (3) karena tidak cocok dengan jimat yang dimilikinya (4) hewan, menurut Mbah Dulyamin ini berkaitan dengan hubungan antara sugesti pemilik hewan dengan keberadaan hewannya. (5) disebabkan karena “guna-guna”, menurut Mbah Dulyamin “guna-guna” adalah penyakit yang dikirim oleh orang lain. Contoh, tubuh dimasuki oleh potongan silet, pisau, paku, golok, linggis, jarum dan sebagainya. Cara dan proses pengobatannya dilakukan berdasarkan tuntunan suara hati Mbah Dulyamin. f. Cara dan proses pengobatan Mbah Dulyamin membagi penyakit menjadi dua bagian yaitu penyakit ringan (yaitu penyakit yang bisa diketahui oleh teknologi kedokteran) dan penyakit berat atau penyakit dahsyat (yaitu penyakit yang tidak bisa diketahui oleh teknologi kedokteran). Contoh beberapa cara dan proses pengobatan penyakit ringan, yaitu: 1. Sakit gigi. Mbah Dulyamin terlebih dahulu bertanya ke hatinya bagaimana cara mengobati pasien yang menderita sakit gigi. Suara hati Mbah Dulyamin biasanya mengatakan bahwa caranya adalah pasien menghisap sebatang rokok yang sudah dibacakan surat Nurbuat. 2. Penyakit lainnya adalah penyakit dalam. Mbah Dulyamin biasanya memijit tubuh pasien. Selain itu, pasien harus meminum obat, yaitu rebusan keong / kerang. Suara hati Mbah Dulyamin mengatakan bahwa keong (pila ampullacea) dan kerang mengandung “darah berwarna putih” yang bermanfaat bagi tubuh sehingga pasien dapat lekas sembuh. 3. Penyakit panas. Mbah Dulyamin memijit kedua betis dan belikat pasien, serta pasien disarankan memakan / meminum makanan yang bersifat dingin alami (contoh agar-agar), manis alami (contoh madu / apis mellifera). 4. Penyakit gila, stres atau depresi. Penyakit gila, stres atau depresi ini disebabkan karena dua hal : (1) banyak pikiran (2) dimasuki setan atau jin. Mbah Dulyamin mengobati pasien yang stres karena banyak pikiran dengan cara memijit kepala pasien kemudian pasien dianjurkan untuk memakan madu (apis mellifera) dan pala (myristica fragrans). Lain pula halnya dengan penyakit gila yang disebabkan karena dimasuki setan atau jin. Mbah Dulyamin mengobati pasien ini dengan cara memijit tubuh pasien. Kemudian 14 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
Mbah Dulyamin membaca do’a biasanya surat Al Falaq, surat Yasin dan surat Nurbuat, kemudian meniupkannya ke ubun-ubun pasien karena ubun-ubun adalah tempat keluar masuk jin. Hal ini dilakukan agar setan / jin tersebut keluar dari tubuh pasien. Penyakit berat antara lain penyakit yang disebabkan oleh guna-guna. Menurut Mbah Dulyamin, guna-guna adalah penyakit yang dikirim oleh orang lain. Contoh, tubuh dimasuki potongan silet, pisau, paku, golok, linggis, jarum dan sebagainya. Mbah Dulyamin menggunakan telur (ova) sebagai alat untuk mengeluarkan potongan silet, paku dan jarum dari tubuh pasien. Lain lagi halnya jika yang dimasukkan ke tubuh pasien adalah potongan pisau, gunting, obeng maka Mbah Dulyamin menggunakan kelinci (lepus nigricollis) sebagai alat untuk mengeluarkan barang-barang tersebut. Mbah Dulyamin biasanya menggunakan kambing (capra aegagrus hircus) untuk mengeluarkan barang-barang yang ukurannya besar seperti golok dan kampak. Alat yang digunakan untuk mengeluarkan barang-barang tersebut tergantung kepada besarnya ukuran barang yang ada di dalam tubuh pasien. Contoh beberapa cara dan proses pengobatan penyakit berat, yaitu : 1. Mbah Dulyamin dapat mengeluarkan jarum melalui telur. Caranya adalah telur harus ditempelkan beberapa menit pada beberapa bagian tubuh pasien yang dimasuki jarum misalnya kepala, ubun-ubun, tenggorokan, mulut, dada, pusar, lutut dan sebagainya. Kemudian jarum yang semula ada di tubuh pasien akan keluar dan berpindah ke dalam telur. Kemudian telur dipecahkan lalu jarum-jarum yang ada di dalam telur tersebut bisa dilihat secara kasat mata. 2. Cara dan proses pengobatan dengan menggunakan kelinci sama dengan menggunakan kambing. Satu contoh pasien yang tubuhnya dimasuki potongan gunting, maka cara dan proses pengobatannya adalah dengan menggunakan kelinci. Tahap pengobatannya adalah: (1) kelinci dimandikan dan dicuci sampai bersih (2) kelinci diikat dan badannya diolesi dengan minyak serta ditaburi bunga (3) Mbah Dulyamin membakar kemenyan (4) kemudian Mbah Dulyamin menshalati kelinci dengan shalat kematian. Kelinci tersebut ditaruh di depan Mbah Dulyamin, posisi kelinci berada sedikit jauh dari posisi shalat Mbah Dulyamin, hal ini dimaksudkan agar Mbah Dulyamin dan kelinci tidak dapat saling bersentuhan (5) kemudian Mbah Dulyamin mendo’akan kelinci (6) setelah itu, kelinci didiamkan (dibiarkan) begitu saja selama satu malam. Mbah Dulyamin biasanya 15 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
menshalati kelinci pada pukul 18.00 WIB dan besok harinya pukul 06.00 WIB kelinci tersebut dipotong lehernya kemudian dibawa mengelilingi rumah pasien sebanyak tiga kali (7) kemudian perut kelinci dibelah. Gunting yang semulanya ada di dalam tubuh pasien sudah berpindah ke dalam perut kelinci. Hal ini dapat dilihat secara kasat mata setelah perut kelinci dibelah. 5. PEMBAHASAN Dalam sistem pengobatan ini, Mbah Dulyamin memperoleh pengetahuan pengobatan dengan cara berguru atau belajar dengan Bapak Basuki. Strauss dan Quinn menyatakan bahwa pengetahuan sebagai bagian dari kebudayaan selalu dalam proses pembentukan, karena itu pengetahuan akan selalu berubah. Menurut Strauss dan Quinn, pengetahuan terbentuk melalui proses belajar (learning). Proses belajar ini sangat terkait dengan pengamatan dan pengalaman langsung, dan sedikit berupa hasil pengajaran yang bersifat normal (Strauss dan Quinn 1997: 6). Mbah Dulyamin percaya bahwa seseorang dapat menderita penyakit disebabkan karena beberapa hal, antara lain: dimasuki jin, kemarahan penghuni, tidak cocok dengan jimat yang dimilikinya, dan kejahatan yang dilakukan oleh tukang tenung melalui penyakit guna-guna sehingga menimbulkan penyakit pada seseorang. Penyebab penyakit yang dianut oleh Mbah Dulyamin ini merupakan sistem personalistik. Sistem personalistik adalah adalah suatu sistem dimana penyakit (illness) disebabkan oleh adanya intervensi dari agen yang aktif berupa mahluk supranatural (mahluk gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat), maupun mahluk manusia (tukang sihir atau tukang tenung) (Foster dan Anderson 1986: 63). Mbah Dulyamin melihat sehat atau sakitnya seseorang berdasarkan suara hatinya. Foster dan Anderson menyatakan bahwa pengetahuan seseorang tentang sehat dan sakit, kondisi seperti apa yang dikatakan sakit dan sehat, secara tidak langsung berpedoman kepada kebudayaannya (Foster & Anderson 1986: 50). Sakit bagi Mbah Dulyamin adalah jika suara hati Mbah Dulyamin menyatakan sakit. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa batasan mengenai sakit dan sehat menurut Mbah Dulyamin merupakan konsepsi sakit yang dikategorikan sebagai illness (suatu konsep budaya yang menganggap penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran moralnya secara wajar dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap 16 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
situasi tersebut) dan bukan sebagai disease (suatu konsep patologi yang mendefinisikan penyakit sebagai suatu kondisi patologis yang dibuktikan dengan hasil-hasil tes laboratorium atau bentukbentuk pemeriksaan klinis lainnya). Dengan demikian, mengacu pada batasan mengenai sakit dan sehat serta penyebab penyakit menurut Mbah Dulyamin nampaknya amat sulit dijelaskan secara medis. Klasifikasi penyakit dalam konsepsi berpikir Mbah Dulyamin terbagi dalam dua bagian yakni penyakit berat / penyakit dahsyat (yaitu penyakit yang tidak bisa diketahui oleh teknologi kedokteran) dan penyakit ringan (penyakit yang bisa diketahui oleh teknologi kedokteran). Foster dan Anderson menyatakan bahwa sistem medis mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut (Foster dan Anderson 1986: 45). Dalam pengobatan ini, Mbah Dulyamin berusaha mengobati pasien berdasarkan tuntunan suara hatinya sendiri. Mbah Dulyamin mengobati pasien yang menderita penyakit berat dengan cara memenuhi keinginan mahluk gaib atau dengan menggunakan telur, kelinci dan kambing. Sama halnya dengan pasien yang menderita penyakit ringan. Mbah Dulyamin juga mengobati pasien ini berdasarkan tuntunan suara hati, antara lain: menyarankan pasien untuk menghisap sebatang rokok yang sudah dibacakan surat Nurbuat, memijit tubuh pasien, menyarankan pasien untuk meminum madu dan lain-lain. Berbeda halnya dengan sistem pengobatan modern, Yitno menyatakan bahwa dalam pelayanan kesehatan modern, metode yang digunakan adalah metode kedokteran modern, obat-obatannya modern dan sistem pengobatan modern ini lebih banyak didasarkan pada logika ilmiah karena konsep-konsep dan praktek-prakteknya bertolak dari hasil penelitian, pengamatan dan pengujian ilmiah (Yitno 1990: 3). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa cara dan proses pengobatan yang dilakukan oleh Mbah Dulyamin berbeda dengan cara dan proses pengobatan secara medis modern. Jimat bagi Mbah Dulyamin merupakan suatu benda yang dihuni oleh mahluk gaib. Mbah Dulyamin berkeyakinan bahwa jimat dapat menimbulkan penyakit pada seseorang. Hal ini terlihat pada praktek pengobatan yang dilakukan oleh Mbah Dulyamin. Mbah Dulyamin menjual berbagai macam jimat karena pasien yang datang ke rumah Mbah Dulyamin ini tidak hanya untuk berobat tetapi ada juga yang datang untuk meminta jimat. Hal ini terlihat pada profil salah satu pasien, yaitu Mas Agus yang sering berkonsultasi dan membeli jimat kepada Mbah
17 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
Dulyamin. Berdasarkan Surat An-Nisa ayat 36 yang artinya “sembahlah Allah dan janganlah engkau menyekutukanNya dengan suatu apapun..”(An-Nisa: 36). Hal ini menunjukkan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Jadi, segala sesuatunya adalah milik Allah, ciptaan Allah sehingga kita harus tetap mengesakan Allah agar kita selamat hidup di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila pasien yang membeli jimat kepada Mbah Dulyamin mempersekutukan Tuhan dengan jimat tersebut maka neraka lah yang ia dapatkan di akhirat kelak. Di dalam pengobatan Mbah Dulyamin ini, proses kesembuhan seorang pasien berbedabeda. Ada yang satu kali pengobatan langsung sembuh dan ada pula pasien yang beberapa kali baru sembuh tetapi keadaan sakit mereka berangsur-angsur membaik. Semua itu dapat terjadi tergantung keparahan dan kekuatan masing-masing pasien. Jadi tidak dapat ditentukan bahwa dengan berobat ke Mbah Dulyamin langsung sembuh. Hal ini didasarkan pada pernyataan Mbah Dulyamin yang menyatakan bahwa dirinya bukanlah “bengkel” yang bisa memperbaiki segala sesuatunya, dirinya hanya berusaha Tuhanlah yang menentukan sembuhnya seseorang. Jadi, kesembuhan adalak milik Allah S.W.T sehingga kita harus tetap berdo’a dan berusaha agar kesembuhan dapat segera diturunkan oleh-Nya. Pasien yang datang harus mendengar saran atau nasehat yang diberikan oleh Mbah Dulyamin karena suara hati Mbah Dulyamin sangat cepat berfungsi terhadap pasien yang sugesti kepada Mbah Dulyamin. Dengan demikian, dapat dikatakan nampaknya aspek sugesti memegang peranan penting dalam pengobatan ini. Hubungan yang telah dibina antara Mbah Dulyamin dengan pasien, cara Mbah Dulyamin melayani pasien, sikap Mbah Dulyamin terhadap pasien, menyebabkan pasien tidak merasa canggung atau salah tingkah jika berhadapan dengan Mbah Dulyamin. Oleh karena itu Mbah Dulyamin dihargai dan dijadikan sebagai “panutan” bagi warga yang ada di Desa Tenggung Harjo. 6. KESIMPULAN Sistem pengobatan Mbah Dulyamin dapat bertahan dan masih digunakan oleh warga Desa Tanggung Harjo karena adanya kecocokan antara konsep Mbah Dulyamin dengan konsep warga. Berbagai penyakit dianggap terjadi karena adanya gangguan mahluk gaib dan guna-guna 18 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
(personalistik). Dalam penelitian ini ternyata diperoleh gambaran bahwa, sehat atau sakitnya seseorang ditentukan oleh suara hati . Suara hati ini menuntun Mbah Dulyamin dalam mengobati berbagai macam penyakit, baik penyakit secara fisik maupun mental. Warga Desa Tanggung Harjo menganggap Mbah Dulyamin sebagai seseorang yang patut dibanggakan karena Mbah Dulyamin bisa mengobati berbagai macam penyakit dan memberi rasa aman bagi warga. Mbah Dulyamin dianggap sebagai seseorang yang ramah-tamah, sabar, jujur, suka memberi nasehat dan bersahabat. Oleh karena itu, Mbah Dulyamin merupakan seseorang yang dijadikan sebagai panutan bagi warga Desa Tanggung Harjo. Mbah Dulyamin juga melayani jasa konsultasi jimat, konsultasi psikologis (kejiwaan) dan sebagainya. Hal ini membuat sistem pengobatan Mbah Dulyamin semakin berkembang dan bertahan sampai sekarang. Mbah Dulyamin membagi penyakit dalam dua bagian yaitu penyakit berat / penyakit dahsyat (yaitu penyakit yang tidak bisa diketahui oleh teknologi kedokteran) dan penyakit ringan (penyakit yang bisa diketahui oleh teknologi kedokteran). Mbah Dulyamin percaya bahwa seseorang dapat menderita penyakit disebabkan karena mahluk gaib. Dalam pengobatan ini, Mbah Dulyamin berusaha mengobati pasien berdasarkan tuntunan suara hatinya sendiri. Suara hati Mbah Dulyamin ini dapat digunakan untuk mengobati dan mengatasi semua masalah (keluhan) sehingga semua orang dapat berobat dengan Mbah Dulyamin. Daftar Pustaka Casson R.W 1981
Language, Culture and Cognition. Anthropological Perspectives. New York: MacMillan Publishing.
Departemen Kesehatan R.I 1992
Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Foster, George M. & Barbara Gallatin Anderson 1986
Antropologi Kesehatan. Priyanti Pakan Suryadarma, Meutia F. Hatta Swasono (penerj). Jakarta: UI-Press.
19 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013
Kelurahan Desa Tanggung Harjo 2012
Data Monografi
Koentjaraningrat 1884
Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
1994
Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia.
Murni, Sri 2001
“Beliant Sentiyu: Pengobatan Alternatif Orang Dayak Benuaq”. Tesis. Tidak diterbitkan. Program Pasca Sarjana Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Depok. FKM UI.
Murniatmo, Gatut 1992
Pengobatan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
Spradley, James P. and D.W Mc. Curdy 1975
Anthropology: The Culture Perspective. New York: John Willey and sons.
Strauss and Quinn 1997
Cognitive Theory of Culture Meaning. London: Cambridge University Press.
Suparlan, Parsudi 1994
“Metodologi Penelitian Kualitatif”. Depok: Program Pascasarjana UI. Tidak diterbitkan.
Swasono, M.H., Sri Murni, dkk 1997
“Masyarakat Dani di Irian Jaya“: Adat-istiadat dan Kesehatan. Jurnal Antropologi Indonesia. FISIP-UI, Depok.
Yitno, Amin 1990
Penelitian Tentang Pengobatan Tradisional. Yogyakarta: Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
20 Idhon-idhon..., Rifa Alimul Hikmah, FISIP UI, 2013