1
Identifikasi Tingkat Stres Peserta Didik Menjelang Ujian Nasional pada Jenjang Pendidikan Menengah Paul Arjanto, S.Pd., M.Pd. E-mail:
[email protected] Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon Abstrak Ujian nasional menimbulkan berbagai tuntutan. Peserta didik merasa dituntut untuk meraih pencapaian (achievement). Tuntutan ini dapat memberi tekanan yang berpotensi menimbulkan stres pada diri peserta didik. Stres yang dialami peserta didik pada tingkatan yang ringan justru membuat peserta didik bersemangat untuk belajar dalam menghadapi ujian nasional, namun pada tahap selanjutnya stres dapat menimbulkan keluhan-keluhan dari peserta didik. Tujuan Penelitian adalah untuk mengidentifikasi tingkat stres peserta didik menjelang ujian nasional jenjang pendidikan menengah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif (descriptive research). Instrumen penelitian untuk mengukur tingkat stres berdasarkan symptom/gejala yang muncul dari individu yang mengalami stres menggunakan Instrumen DASS (depression anxiety stress scale). Hasil penelitian menunjukkan 8% peserta didik mengalami stres yang berat, 24% peserta didik mengalami stres pada taraf sedang, 50% peserta didik mengalami pada taraf ringan dan 18% peserta didik mengalami stres pada taraf normal dan tidak terdapat peserta didik yang mengalami stres pada tingkatan sangat berat. Peneliti menyarankan untuk: 1) memperbanyak jumlah subjek penelitian sehingga dapat menggeneralisasikan data penelitian, 2) mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat stres peserta didik seperti dukungan sosial dari keluarga, peran guru pembimbingan di sekolah, serta kepribadian peserta didik yang rentan terhadap stres. Kata Kunci: Tingkat stres, Peserta didik, Ujian Nasional.
PENDAHULUAN
menjadi warga negara yang demokratis
Pendidikan merupakan faktor yang
serta bertanggung jawab. Untuk dapat
sangat vital dalam usaha mencerdaskan
mencapai fungsi dan tujuan pendidikan
kehidupan bangsa. Undang-undang No.
yang
20
peningkatan mutu pendidikan nasional
Tahun
2003
tentang
Sistem
dimaksud,
diperlukan
Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan
untuk
bahwa pendidikan nasional berfungsi
untuk
mengembangkan
masyarakat luas. Tujuan dari peningkatan
membentuk
watak
kemampuan serta
dan
peradaban
mutu
mengejar
maka pendidikan
pemenuhan pendidikan
bermutu
kebutuhan nasional
bagi adalah
bangsa yang bermartabat dalam rangka
peningkatan kualitas peserta didik yang
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
menjadi sasaran pendidikan.
bertujuan untuk berkembangnya potensi
Dalam rangka pencapaian tujuan
peserta didik agar menjadi manusia yang
pendidikan tersebut, diperlukan adanya
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
evaluasi yang dapat mengukur baik
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
secara kuantitas maupun kualitas dari
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
pencapaian proses belajar pada setiap
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
2
jenjang pendidikan. Undang-undang No.
pekerjaan sehari-hari seperti mencuci
20
pakaian,
Tahun
2003
tentang
Sistem
mengangkat
dll
menghabiskan
menyebutkan, evaluasi dilakukan dalam
peserta didik sehingga peserta didik
rangka pengendalian mutu pendidikan
hanya memperoleh waktu untuk belajar
secara
bentuk
pada malam hari saja.
akuntabilitas penyelenggara pendidikan
KAJIAN PUSTAKA
sebagai
banyak
yang
Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1)
nasional
cukup
air,
energi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan
Stres adalah realitas kehidupan setiap
dan pasal 58 ayat (2) menegaskan,
hari yang tidak dapat dihindari (Keliat,
evaluasi peserta didik, satuan pendidikan,
1999: 3). Stres yang dialami peserta didik
dan program pendidikan dilakukan oleh
pada
lembaga
membuat
mandiri
secara
berkala,
tingkatan peserta
yang didik
ringan
justru
bersemangat
menyeluruh, transparan, dan sistemik
untuk belajar dalam menghadapi ujian
untuk
nasional, namun pada tahap selanjutnya
menilai
pencapaian
standar
nasional pendidikan.
stres
dapat
menimbulkan
keluhan-
Fenomena yang terjadi menunjukkan
keluhan dari peserta didik seperti sering
ujian nasional menimbulkan berbagai
merasa mengantuk di sekolah karena
tuntutan. Peserta didik merasa dituntut
setiap hari harus pulang malam dan
untuk meraih pencapaian (achievement).
setelah itu harus mengerjakan tugas dari
Sekalipun pada tahun 2016 pemerintah
guru-guru yang semakin hari semakin
melalui Kementerian Pendidikan dan
banyak dan semakin sulit. Hal ini dapat
Kebudayaan tidak mengisyaratkan nilai
menyita seluruh tenaga peserta didik
tertentu untuk meluluskan peserta didik.
sehingga menyebabkan keletihan dan
Tuntutan ini dapat memberi tekanan yang
kecapaian. Ketika hal ini terjadi, maka
berpotensi menimbulkan stres pada diri
overload tersebut dapat menyebabkan
peserta didik, dimana berdasarkan hasil
stres, dalam bentuk kelelahan fisik dan
observasi awal di lapangan, peserta didik
mental, daya tahan tubuh menurun, emosi
setelah
yang tidak stabil, peserta didik merasa
mengikuti
jam
pelajaran
di
sekolah, peserta didik juga mengikuti jam
gugup,
pelajaran tambahan yang diadakan oleh
ditambah dengan perut yang tiba-tiba
guru mata pelajaran ujian nasional,
sakit, menurunnya konsentrasi dan daya
kemudian
rumah
ingat, merasa tegang, gangguan tidur,
peserta didik dibebankan juga dengan
perasaan takut bila tidak lulus ujian,
setelah
pulang
di
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
perasaan
cemas,
was-was
3
jantung
berdebar-debar,
berkeringat
stres dan menyimpulkan bahwa stres
dingin, dan juga bisa membuat peserta
dapat menurunkan rasa percaya diri
didik tubuh gemetaran serta pingsan.
peserta didik. Kurangnya rasa percaya
Banyak faktor yang melatar belakangi hal
diri
tersebut, mulai dari persiapan untuk ujian
peserta didik untuk menghadapi ujian
yang tidak matang atau bahkan persiapan
nasional. Masalah yang muncul sebelum
yang terlalu menguras energi peserta
UN bisa saja memperlemah rasa percaya
didik, rasa kurang percaya diri, atau
dirinya, meski peserta didik sudah belajar
tuntutan; baik dari diri sendiri atau orang-
dengan baik namun peserta didik selalu
orang terdekat yaitu orangtua untuk
memandang dirinya kurang kompeten
memperoleh nilai dan prestasi yang
dan kurang menguasai materi ujian. Hal
tinggi.
ini dapat menjadi pemicu stres bagi
Banyak
bukti
di
lingkungan
akan
mempengaruhi
keyakinan
peserta didik.
akademik bahwa tingkat stres yang
Hasil
berlebihan memiliki dampak negatif pada
menunjukkan
peserta didik, dengan ketidakmampuan
ditentukan faktor akademik dan 30%
untuk melakukan kegiatan sekolah dan
faktor pengendalian kecemasan saat tes.
takut akan kegagalan akademik. Bahkan,
Meski hanya 30%, faktor pengendalian
sebanyak
50
di
kecemasan yang rendah dapat merusak
Amerika
Serikat
gagal
kemampuan akademik peserta didik. Jika
dengan
stres yang dialami tidak dapat diatasi oleh
Manifestasi
peserta didik maka dapat berakibat pada
lainnya dari stres di kalangan peserta
menurunnya kemampuan peserta didik
didik
dalam
persen
menyelesaikan waktu
yang
mahasiswa
dilaporkan
kuliah
sesuai
ditentukan.
termasuk
penggunaan
alkohol,
penyalahgunaan narkoba, bunuh diri dan
penelitian 70%
mengerjakan
para
konselor
keberhasilan
soal
pada
UN
saat
mengikuti ujian nasional.
kehamilan prematur. Sehubungan dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
bunuh diri, statistik menunjukkan bahwa
mengidentifikasi tingkat stres peserta
sekitar 50.000 anak-anak muda berusia
didik menjelang ujian nasional jenjang
antara 15-24 tahun mencoba bunuh diri
pendidikan menengah.
setiap tahunnya dan lebih dari 5.000
METODE PENELITIAN
berhasil melakukan bunuh diri. Terry
Penelitian ini menggunakan jenis
Beehr dan John Newman (dalam Rice,
penelitian deskriptif dengan pendekatan
1999) mengkaji ulang beberapa kasus
kuantitatif
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
(descriptive
research).
4
Populasi dalam penelitian ini adalah
N
Min
Max
Mean
peserta didik kelas IX di SMP Maria
50.00
83.00
35.70
Mediatrix Ambon dengan jumlah 50
Modu s
14.00 Std.De viatio n 15.89
Media n 31.50
Varia ns
Skewn ess
Kurto sis
252.74
0.782
0.268
di
atas,
apabila
peserta didik. Sampel dalam penelitian ini
17.00
adalah keseluruhan populasi. Populasi peserta didik kelas IX di SMP Maria Mediatrix kurang dari 100 sehingga peneliti
mengambil
keseluruhan
dari
sampel
secara
populasi
(total
Dari
digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh visualisasi pada gambar 1 sebagai berikut. 14
sampling) yaitu berjumlah 50 peserta Instrumen
mengukur
tingkat
symptom/gejala individu
penelitian
yang
stres
yang
untuk
berdasarkan muncul
12
F re q u e n c y
didik.
dari
mengalami
tabel
10
8
6
4
2
stres
Mean = 35.70 Std. Dev. = 15.89795 N = 50 0 20.00
menggunakan
Instrumen
DASS
40.00
60.00
80.00
Total Skor Responden
Grafik 1. Total Skor Responden
(depression anxiety stress scale) dari Lovibond & Lovibond (1995). Teknik
Berdasarkan tabel dan grafik di atas,
analisis data yang digunakan dalam
dapat diketahui bahwa dari sampel
penelitian ini adalah presentasi.
penelitian sejumlah 50 responden, dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
skor total stres peserta didik yaitu 1.785.
Hasil
Rata-rata (M) skor stres peserta didik
Data dari hasil penelitian melalui
35,7. Simpangan baku (SD) 15,89.
stres)
Modus (Mo) atau skor stres yang paling
dengan jumlah pernyataan yang valid dan
banyak muncul adalah 17. Median (Me)
reliabel sebanyak 34 butir. Instrumen
atau nilai tengah dari skor stres peserta
menggunakan skala pilihan jawaban skala
didik 31,5 dan varians 252,74 serta
4 (0-1-2-3), mempunyai skor teoretik
skewness 0,782 yang mengindikasikan
antara 0 sampai 102. Sedangkan skor
kurva menjulur ke arah kanan atau
empirik menyebar dari skor terendah 14
positif,
sampai
mengindikasikan
penyebaran
kuesioner
dengan
skor
(skala
tertinggi
83.
dan
kurtosis kurva
0,268
yang
menjulang
Deskripsi statistik tingkat stres peserta
(leptocurtic). Peneliti mengkategorikan
didik dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
tingkat stres peserta didik ke dalam
Tabel 1. Deskripsi Statistik Data Penelitian
beberapa kategori yang disajikan dalam 5
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
5
tingkatan yaitu normal, ringan, sedang, berat, dan sangat berat dengan skor idela antara 0-102. Pengkategorian tingkat stres dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Tingkat Stres Peserta Didik Kategori
Norma
Sangat Berat
Jumlah Subjek
%
x > 84
0
0%
Berat
64 ≤ x ≤ 84
4
8%
Sedang
43 ≤ x ≤ 63
12
24%
Ringan
22 ≤ x ≤ 42
25
50%
x < 22
9
18%
Normalx
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada peserta didik yang dapat dikategorikan untuk tingkat stres sangat berat dengan rentang skor 85102.
4
peserta
didik
dikategorikan
memiliki tingkat stres berat dengan rentang skor 64-84. 12 peserta didik dikategorikan
memiliki
tingkat
stres
sedang dengan rentang skor 43-63. 25 peserta didik dikategorikan memiliki tingkat stres ringan dengan rentang skor 22-42 dan 9 peserta didik dikategorikan memiliki tingkat stres normal dengan rentang skor 0-21. Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh visualisasi berikut.
pada
gambar
2
sebagai
Grafik 2. Persentase Tingkat Stres Peserta Didik.
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa dari 50 responden, 4 orang (8%) mempunyai tingkat stres yang berat, 12 orang (24%) mempunyai tingkat stres pada taraf sedang, 25 orang (50%) mempunyai tingkat stres pada taraf ringan dan 9 orang (18%) mempunyai tingkat stres pada taraf normal. Hasil tersebut juga menunjukkan tidak ada responden yang mempunyai stres pada tingkatan sangat berat. Pembahasan Berdasarkan hasil pengisian skala stres yang dilakukan responden, peneliti mengkategorikan untuk indikator
skor
mengetahui stres
tiap
indikator
symptoms
yang
atau
sangat banyak
dialami peserta didik-peserta didik saat menghadapi
ujian
nasional.
Penggolongan skor tiap indikator stres dalam penelitian ini disajikan dalam 5 tingkatan yaitu normal, ringan, sedang, berat, dan sangat berat dengan skor ideal 0-150. Setelah itu peneliti menjumlahkan Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
6
setiap skor item untuk mengetahui skor
panjang. Menurut Lake (1993: 20).,
tiap indikator yang digunakan dalam
hanya ada satu perbedaan yang jelas
instrumen penelitian.
antara gangguan ringan dan gawat yang
Gejala-gejala stres yang berada pada
biasanya
berakhir
dengan
perawatan
kategori sedang (61 ≤ x ≤ 90) adalah
rumah sakit. Perbedaan itu terletak pada
sebagai berikut: 1) aspek fisik: gangguan
jangka waktu berlangsungnya gangguan
makan, gangguan otot dan persendian,
itu.
jantung berdebar-debar dan kelelahan; 2) aspek psikis: gelisah dan cemas, khawatir dan depresi. Gejala-gejala stres yang
PENUTUP
berada pada kategori ringan (31 ≤ x ≤ 60)
Berdasarkan penelitian ini maka
adalah sebagai berikut: 1) aspek fisik:
dapat disimpulkan bahwa 4 peserta didik
sakit kepala, gangguan tidur, mulut dan
(8%) mengalami stres yang berat, 12
kerongkongan
keringat
peserta didik (24%) mengalami stres pada
berlebihan; 2) aspek psikis: mudah
taraf sedang, 25 peserta didik (50%)
tersinggung dan bereaksi berlebihan,
mengalami stres pada taraf ringan dan 9
takut dan panik, perasaan tidak bisa
peserta didik (18%) mengalami tingkat
santai, tegang, tidak sabar, perasaan
stres
terkucil dan terasing, tidak bahagia,
keseluruhan tingkat stres peserta didik
kelesuan mental, tidak ada harapan, daya
berada pada taraf ringan (22 ≤ x ≤ 42).
kering,
dan
ingat menurun, dan sulit berkonsentrasi.
pada
taraf
normal.
Secara
Peneliti yang berminat terhadap tema
Gejala-gejala stres yang berada pada
yang
ketegori normal (x < 30) adalah sebagai
disarankan untuk: 1) memperbanyak
berikut:
gangguan
jumlah subjek penelitian sehingga dapat
pencernaan, gangguan pernafasan, dan
menggeneralisasikan data penelitian; 2)
pingsan; 2) aspek psikis: tidak ada.
mengontrol
1)
aspek
fisik:
sama
dengan
penelitian
faktor-faktor
lain
ini
yang
Dari hasil yang ada, dapat dilihat
diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat
bahwa untuk kategori berat dan sangat
stres peserta didik seperti dukungan
berat
sosial
tidak
penskoran
terdapat tiap
dalam
indikator.
jumlah Hal
ini
dari
pembimbingan
keluarga, di
peran
sekolah,
guru serta
disebabkan karena stres saat menghadapi
kepribadian peserta didik yang rentan
ujian nasional sifatnya situasional dengan
terhadap stres.
kata lain tidak dalam jangka waktu yang
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
7
Cavanaugh, J. C. & Kail, R. V. 2006. Human Development: A Life Span View (5th Ed.). Belmont: Wadsworth. Coper, C. dan Straw, A. 1995. Stres Managemen yang Sukses. Jakarta: KesainBlanc. Dadang, H. 2006. Manajemen, Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta:UI Press. Hamilton, A. 2007. The Power Of Stres: Menerapkan Stres di Tempat Kerja Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Hanson G. Petek. 1995. Nikmatnya Stres. Jakarta: Penerbit Arcan.
Lovibond, P. F., & Lovibond, S. H. 1995. The structure of negative emotional states: Comparison of the Depression Anxiety Stress Scales (DASS) with the Beck Depression and Anxiety Inventories. Behaviour Research and Therapy,33, 335-342. Meyer, J. 2005. Mengelola Emosi Anda (Managing Your Emotions). Batam: Gospel Press. Nasution, M. N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rice, P. L. 1999. Stress and Health. London: Brooks Cole Publishing Company.
Hoffman, E. 2009. Sukses Ujian Tanpa Stres. Malang: Penerbit GagasMedia.
Quick; J.C.& Quick; J.D. 1984. Organization stres and preventive management. Boston: McGrawHill, Inc.
Keliat, B. A. 1999. Seri Keperawatan: Penatalaksanaan Stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Salkind, N. J. 2006. Encyclopedia of Human Development. California: SAGE Publication.
Lake,
Santrock, J. W. 2011. Child Development (13th Ed.). New York: McGraw Hill.
T. 1993. Psikologi Populer:Mengatasi Gangguan Emosi. Jakarta: Penerbit Arcan.
Larlson, D. 2004. Psikologi Populer: Mengatasi Keletihan dan Stres. Yogyakarta: Andi. Lazarus, R. S., & Folkman, S. 1984. Stres, appraisal, and coping. New York: Springer. Lindley, P. dkk. 1994. Mengatasi Stres Secara Positif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Losyk, B. 2007. Kendalikan Stres Anda: Cara Mengatasi Stres dan Sukses di Tempat Kerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
------- 2011. Life-Span Development (13th Ed.). New York: McGraw Hill. Selye, H. 1976.The Stres of Life, New York: McGraw-Hill Book Company,Inc. Sigelman, C. K. & Rider, E. A. 2009. Life-Span Human Development (6th Ed.). Belmont: Wadsworth. Swarth, J. 2006. Stres dan Nutrisi. Surabaya: Penerbit Bumi Aksara. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Amandemen ke-empat.
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016
8
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wright, Norman. 2000. Meredakan Emosi Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Weiss, D. 1996. Psikologi Populer: Manajeman Stres. Jakarta: Binapura Aksara.
Jurnal Psikologi Konseling Vol. 8 No.1, Juni 2016