Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
IDENTIFIKASI SUMBER KEJADIAN AKIBAT KEGIATAN MANUSIA PADA PRA-SURVEI TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA June Mellawati, Fepriadi, Yarianto, SBS Pusat Pengembangan Energi Nuklir- BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710, Email:
[email protected]
ABSTRAK IDENTIFIKASI SUMBER KEJADIAN AKIBAT KEGIATAN MANUSIA PADA PRASURVEI TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA. Pada tahun 2010 telah dilakukan kegiatan pra-survei tapak PLTN di Pulau Bangka. Pada kegiatan tersebut, salah satu aspek penting terkait dengan keselamatan PLTN yang disyaratkan oleh IAEA dalam Safety Guides No NS-G-3.1, yaitu “External Human Induced Events in Site Evaluation for Nuclear Power Plants” dan oleh BAPETEN yaitu Peraturan Kepala BAPETEN no 6 tahun 2008 tentang Evaluasi Tapak Reaktor Daya untuk Aspek Kejadian Eksternal Akibat Ulah Manusia”. Berdasarkan alasan tersebut telah dilakukan identifikasi jenis kegiatan manusia di Pulau Bangka yang berpotensi membahayakan keselamatan operasi PLTN. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan dan membuat penapisan awal dari seluruh sumber dan jenis kegiatan manusia di Pulau Bangka yang berpotensi menimbulkan gangguan keselamatan operasi PLTN, untuk menentukan daerah interes berdasarkan aspek ini. Penelitian dilakukan bulan Mei-Desember 2010, dan lokasinya adalah sepanjang pantai barat dari utara hingga selatan Pulau Bangka. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka termasuk mengadopsi pengalaman terbaik negara-negara yang mengoperasikan PLTN, pengumpulan data sekunder, konfirmasi di lapangan dan pemetaan. Hasil Pra-survei menunjukkan bahwa daerah pantai barat Pulau Bangka yang dapat dinyatakan sebagai daerah interes dan terbebas dari aspek human induced events adalah Desa Air Limau dan Air Putih, Kec. Muntok, Bangka Barat, Desa Labuh Air Pandan, Kota kapur dan Desa Penagan Kec. Mendo Barat, Bangka, Desa Sungai Selan Kec. Sungai Selan, Bangka Tengah, serta Desa Sebagin dan Desa Gudang Kec. Simpang Rimba, Bangka Selatan. Kata kunci: bahaya eksternal, tapak PLTN
ABSTRACT IDENTIFICATION OF HUMAN INDUCED EVENTS SOURCES IN NPP PRE SITE SURVEY ACTIVITIES AT BANGKA ISLAND. In the year 2010 the pre-site survey for nuclear power plants in Bangka Island has been carried out. In these activities, one important aspect related to the safety of nuclear power plants is required by IAEA in the Safety Guides No NS-G-3.1 of External Human Induced Events in Site Evaluation for Nuclear Power Plants and by BAPETEN in the Bapeten Chairman Regulation (Perka) no 6 Year 2008 regarding Evaluation of Power Reactor Site in the Aspect of External Human Induced Events. Based on these reasons, it had been identified the sources and type of human activity on the Bangka island that potentially endanger the safety of nuclear power plants. The objectives of the research is to initial mapping and screening the source and types of human activities in Bangka Island that have the potential to induce of safety disturbance of NPP operation, as well to determine areas of interest based on the aspect. The study was conducted in May-December 2010, and its location is along the western coast of the Bangka Island region. The methods used were literature review adopted from best practices of the countries that operate nuclear power plants, secondary data collection, confirmation and mapping field. Pre-survey results indicate that in West coast of Bangka Island which can be expressed as an interest area and free from human induced events aspect is Air Limau and Air Putih Vilages, Muntok District, West Bangka, Labuh Air Pandan, Kota Kapur and Penagan Vilages Mendo Barat District, Bangka, Sungai Selan Vilage, Sungai Selan District, Central Bangka, Sebagin and Gudang Vilages, Simpang Rimba District, South Bangka. Keywords: external dangers, nuclear power plant site
ISSN 1979-1208
49
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
1.
PENDAHULUAN
Kejadian akibat kegiatan manusia/Human Induced Events merupakan kejadian eksternal, yaitu segala kegiatan manusia yang dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan berpotensi membahayakan keselamatan bagi keberadaan PLTN. Dalam Perka BAPETEN No. 6 Tahun 2008 disebutkan bahwa pada kegiatan survei tapak diperlukan kegiatan evaluasi untuk Aspek Kejadian Eksternal Akibat Kegiatan Manusia yang meliputi serangkaian kegiatan analisis atas setiap sumber kejadian di tapak dan wilayah sekitarnya yang dapat berpengaruh terhadap keselamatan reaktor nuklir [1]. Dalam dokumen IAEA Safety Series NG-G-3.1 dinyatakan pentingnya melakukan kajian untuk aspek kejadian akibat kegiatan manusia pada Pra Survei tapak PLTN[2]. Tapak adalah lokasi di daratan yang dipergunakan untuk pembangunan, pengoperasian, dan dekomisioning, satu atau lebih reaktor nuklir beserta sistem terkait lainnya[1]. Ada beberapa kejadian terkait dengan fungsi keselamatan dan peristiwa eksternal yang mungkin terjadi di sekitar tapak PLTN, yaitu (a) kejadian akibat kegiatan manusia, (b) kejadian akibat fenomena alam, (c) kejadian akibat kondisi cuaca ekstrim[3]. Pada penelitian ini akan diidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang berasal dari sumber tidak bergerak (stationary source) dan sumber bergerak (mobile source) yang berpotensi mengancam keselamatan PLTN. Kegiatan manusia tersebut dapat berupa kegiatan yang tidak disengaja dan berasal dari sumber di sekitar tapak yang tidak secara langsung terkait dengan status operasi PLTN, seperti (a) jatuhnya pesawat terbang, (b) lepas fluida berbahaya dan beracun, (c) ledakan, (d) kejadian eksternal lainnya yang diakibatkan kegiatan manusia, dan (e) bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas lain yang terletak pada tapak yang sama yang ditangani selama tahap konstruksi, operasi, dan dekomisioning [2]. Seperti diketahui, beberapa istilah penting terkait dengan permasalahan ini adalah, Kejadian Interaksi (interacting event) yaitu serangkaian kejadian yang interaksinya dengan reaktor PLTN dapat menurunkan tingkat keselamatan personil tapak, Kejadian Awal (initiating event) Teridentifikasi yaitu kejadian yang menimbulkan kejadian operasional terantisipasi atau kondisi kecelakaan dan ancaman terhadap fungsi keselamatan, sedangkan Kejadian Awal Terpostulasi (postulated initiating events) yaitu kejadian yang teridentifikasi pada waktu desain mampu menimbulkan kejadian operasional terantisipasi atau kondisi kecelakaan dan ancaman terhadap fungsi keselamatan[1]. Oleh sebab itu perlu dilakukan penentuan nilai jarak penapisan (Screening Distance Value/SDV)[2]. Berdasarkan alasan tersebut telah dilakukan identifikasi kegiatan manusia yang berpotensi menimbulkan bahaya eksternal di Pulau Bangka.
2.
METODOLOGI
2.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu kegiatan adalah bulan Mei – Desember 2010. Lokasi penelitian adalah di sepanjang pantai barat Pulau Bangka, dari arah utara hingga ke selatan, pada zona 3 km dari tepi pantai ke arah darat (Gambar 1). 2.2 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini beberapa ktahapan kegiatan, meliputi: a. Kajian pustaka dari dokumen internasional (IAEA) maupun nasional (BAPETEN) tentang kriteria bahaya eksternal akibat kegiatan manusia, termasuk mempelajari pengalaman terbaik (best practice) dari negara-negara maju dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN, b. Pengumpulan data sekunder, seperti jenis-jenis industri, pertambangan, keberadaan pelabuhan udara/bandara, pelabuhan laut, dan kegiatan militer beserta fasilitas militer di wilayah studi,
ISSN 1979-1208
50
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional c. Konfirmasi lapangan, d. Evaluasi dan analisis data sesuai dengan kriteria Screening Distance Value (SDV) awal, e. Pembuatan peta hasil analisis kejadian akibat kegiatan manusia dalam format SIG (Sistem Informasi Geografi)
Gambar 1. Lokasi penelitian
3.
KRITERIA UMUM PENETAPAN SDV
Screning Distance Value (SDV) adalah nilai yang digunakan untuk penapisan berdasarkan nilai jarak (antara fasilitas dengan sumber bahaya potensial) yang aman. Dalam dokumen IAEA Safety Series NS-G-3.1 (2002) tidak disebutkan secara eksplisit tentang SDV untuk beberapa sumber potensial, namun penentuannya dilakukan melalui pendekatan yang sepenuhnya diserahkan kepada negara-negara anggota IAEA termasuk Indonesia[1,2]. Dokumen IAEA No 50-SG-S5 memberikan bahan pertimbangan SDV untuk penapisan berdasarkan nilai jarak aman dari sumber “tidak bergerak” dan “bergerak” pada penetapan tapak interes. 3.1
Screning Distance Value/ SDV untuk “Sumber Tidak Bergerak (Stationary Source)” Beberapa kegiatan yang termasuk kategori “sumber tidak bergerak”, yaitu keberadaan pelabuhan udara, fasilitas militer, kilang/depo minyak dan gas, industri pembangkit listrik dan industri kimia serta petrokimia, keberadaan pelabuhan laut. SDV untuk sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut: a. Daerah interes tidak berada pada radius ≤ 16 km dari bandara internasional, kategori bandara besar dan sibuk. Daerah interes juga tidak berada pada radius ≤ 10 km dari bandara nasional atau lokal, kategori bandara klas kecil hingga menengah. b. Daerah interes tidak berada pada radius 3-5 km dari pelabuhan laut kategori besar (padat) c. Daerah interes tidak berada pada radius 1-3 km dari pelabuhan laut kategori kecil dan menengah d. Daerah interes tidak berada pada radius ≤ 30 km dari fasilitas militer kategori besar, serta tidak berada pada radius ≤ 10-20 km dari fasilitas militer kategori kecil hingga menengah. e. Daerah interes tidak berada pada radius 3-5 km dari kilang minyak dan gas (BBM), industri petrokimia, industri pembangkit listrik (PLTU, PLTA, PLTG, dll.) f. Daerah interes tidak berada pada radius 1 km dari pertambangan aktif yang dikelola perusahaan (KP)
ISSN 1979-1208
51
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional g.
Daerah interes tidak berada pada radius 0,5 km dari pertambangan aktif rakyat (inkonvensional)
3.2
SDV untuk Sumber Bergerak (Mobile Source) Beberapa kegiatan yang termasuk kategori “sumber bergerak”, yaitu fasilitas jalan darat (tol/arteri), jalan kereta api, jaringan pipa gas dan minyak, koridor penerbangan, jalur pelayaran, dan SDV untuk sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut: a. Daerah interes tidak berada pada radius ≤ 0,5 – 1 km dari jalan raya (tol/ arteri), dan dari jalan kereta api. b. Daerah interes tidak berada pada radius ≤ 4 km dari jalur utama penerbangan utama c. Daerah interes tidak berada pada radius ≤ 3-5 km dari jalur pelayaran utama d. Daerah interes tidak berada pada radius ≤ 1 km dari jaringan pipa gas dan minyak
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa kegiatan manusia yang berpotensi menginisiasi dan mengancam terjadinya kecelakaan pada instalasi PLTN dijelaskan dalam beberapa dokumen IAEA, yaitu IAEA Safety Requirements NS-R-3 (2003), Safety Guides NS-G-3.1 (2002), Safety Guides 50–SG-S5 (1981), Safety Guides NS-GS-1.2 (2001), Safety Guides 50-SG-S9 (1984) dan Perka BAPETEN No. 6 (2008)[1,2,4,5,6,7]. Dokumen tersebut juga merinci jenis-jenis kegiatan yang berasal dari “sumber tidak bergerak” dan “bergerak”yang dapat mengawali kejadian kecelakaan dan ancaman terhadap fungsi keselamatan PLTN, seperti kilang minyak dan gas, industri kimia dan petrokimia, depo/distribusi dan penyimpanan/ penampungan bahan bakar minyak/gas, kegiatan penambangan atau penggalian, fasilitas militer (tetap ataupun sementara). Pengumpulan data sekunder dan konfirmasi di lapangan menunjukkan bahwa di lokasi penelitian ditemukan beberapa kegiatan yang berasal dari “sumber tidak bergerak”, seperti kegiatan penambangan, industri pengolahan bahan tambang, industri minyak dan gas, industri logam, keberadaan bandara/pelabuhan udara dan jalurnya, dan pelabuhan laut dan jalur pelayarannya, kegiatan fasilitas militer (kecil). Selanjutnya dilakukan penapisan jarak aman (SDV) terhadap masing-masing jenis kegiatan yang ditemukan di Pulau Bangka tersebut. 4.1
Kegiatan Pertambangan Kegiatan pertambangan di lokasi penelitian didominasi oleh pertambangan bijih timah (Sn) yang merupakan sumberdaya alam paling bernilai dan memberikan kontribusi cukup besar dalam pembangunan nasional. Luas area Kuasa Pertambangan (KP) PT Timah Tbk di daratan Pulau Bangka mencapai 360.000 ha (± 35% dari luas daratan Pulau Bangka) [8]. Di luar area kuasa pertambangan PT Timah Tbk dan kontrak karya (KK) PT Koba Tin, kegiatan penambangan juga diusahakan oleh pengusaha tambang inkonvensional dan masyarakat secara tradisional. Daerah potensial bahan tambang timah di Bangka ditunjukkan pada Gambar 2.
ISSN 1979-1208
52
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
Gambar 2. Daerah Wilayah Tambang Timah Di Pulau Bangka Selain bahan tambang timah, terdapat pula bahan tambang golongan C, dan beberapa lokasi potensi bahan tambang golongan C pada Tabel 1. Sejauh ini kegiatan penambagan jenis ini tidak memberikan pengaruh signifikan mengingat bahan dan peralatan yang digunakan tidak menimbulkan bahaya yang berarti. Kegiatan pertambangan berpotensi membahayakan karena umumnya digunakan bahan peledak dalam mengeksploitasi dan dapat menghasilkan gelombang tekanan, proyektil dan shock tanah. Kegiatan tersebut juga melakukan penggalian sehingga kemungkinan mengalami keruntuhan tanah dan kelongsoran tanah sangat tinggi. Berdasarkan hal itu, maka informasi tentang lokasi, jumlah maksimum bahan peledak yang dapat disimpan di setiap lokasi, serta karakteristik geologi dan geofisika dari bawah permukaan di daerah tersebut juga harus diperoleh untuk memastikan bahwa instalasi PLTN aman dari keruntuhan tanah atau tanah longsor yang disebabkan oleh kegiatan tersebut[2,4]. Tabel 1. Lokasi Potensi Bahan Galian Golongan C di Babel[9] No Jenis Bahan Galian Lokasi (Kecamatan) 1. Batu Gamping Kuarsa Belinyu, Sungailiat, Jebus, Pangkalan Baru, Kelapa, Pangkal Balam, Toboali 2. Batu Pasir Gampingan Jebus, Tanjung Pandan 3. Batu Pasir Karbonat, Belinyu, Koba, Toboali, Jebus Lempung dan Tuff 4. Batu Pasir Karbonat, Timah, Gantung, Membalong Kasiterit, Lignit 5. Batu Pasir, Lempungan, Batu Jebus, Belinyu, Sungailiat, Muntok, Kelapa, Merawang, lempung gampingan, Oksida Pangkalan Balam, Rangkui, Bukit Intan, Koba, Payung, Sungai Selan, Toboali, Lepar Pongok, Taman Sari 6. Batu pasir, Lempungan, Batu Belinyu, Kelapa, Jebus, Sungailiat, Muntok, Merawang, Mendo lempung pasiran Barat, Pangkalan Baru, Taman Sari, Pangkal Balam, Rangkui, Bukit Intan, Koba, Payung, sungai Selan, Toboali, Kelapa Kampit, Tanjung Pandan, Membalong, Gantung, Dendang, Manggar, Lepar Pongok 7 Batu pasir, Rijang, Tuff, Tanjung Pandan, Membalong, Dendang, gantung, Manggar, Kaolin, Kasiterit, Galena Kelapa Kampit 8 Granit Belinyu, Kelapa, Jebus, Sungailiat, Muntok, Merawang, Mendo
ISSN 1979-1208
53
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
9 10 11 12 13
Granit, Kuarsa, Kasiterit Granit, Oksida besi, Batu pasir kuarsa, Batu pasir Granit, Pasir kuarsa, Oksida Besi Pasir kuarsa, Oksida besi Timah, Batu pasir, Kuarsa, Batu lempung
Barat, Pangkalan Baru, Taman Sari, Pangkal Balam, Rangkui, Bukit Intan, Koba, Payung, Sungai Selan, Toboali, Kelapa Kampit, Tanjung Pandan, Membalong, Gantung, Dendang, Manggar, Lepar Pongok Lepar Pongok, gantung, Tanjung Pandan Manggar, Kelapa kampit, Gantung Mambalong, Dendang Manggar Dendang, Gantung, Kelapa Kampit, Manggar, Membalong, Tanjung Pandan
4.2
Industri Logam, Bahan Kimia dan Pengolahan Bahan Tambang Industri di Pulau Bangka didominasi oleh industri kimia, pabrik baja, mesin dan elektronik (1187 buah) yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, dan terbanyak di Bangka Tengah (339 buah)[9]. Data industri, kawasan industri dan industri logam di Pulau Bangka ditunjukkan pada Tabel 2, Gambar 3 dan Gambar 4.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6 7 8
Tabel 2. Kawasan Industri di Pulau Bangka[9] Industri Lokasi/ Kecamatan Kawasan industri Jelitik Sungailiat Kawasan Industri Perikanan Terpadu Teluk Kelabat Belinyu Industri Batu Granit Riau Silip & Sungailiat Industri CPO Bakam Industri Karet Mendo Barat Industri Pasir Kuarsa Belinyu & Sungailiat Industri Kaolin Belinyu Industri Pengolahan Lada Belinyu & Sungailiat
Gambar 3. Kawasan Industri di Pulau Bangka
ISSN 1979-1208
54
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
Gambar 4. Kawasan Industri Logam (smelter timah) di Pulau Bangka Kegiatan industri berpotensi melepaskan sejumlah cairan berbahaya yang bersifat eksplosif, mudah terbakar, korosif dan beracun. Bila terlepas dapat membahayakan keberadaan instalasi di sekitarnya dan juga keselamatan manusia, mengingat potensi pelepasan zat-zat yang mudah terbakar (gas dan uap) dan membentuk awan ledakan tersebut, serta dapat masuk ke sistem ventilasi dan membakar atau meledak, menyebabkan keadaan sesak nafas sehingga keberadaannya perlu diketahui dan dipertimbangkan [4]. 4.3
Industri Minyak dan Gas Lokasi industri minyak dan gas di sekitar lokasi kajian ditemukan di pantai Timur Pulau Sumatera. Lokasi kawasan industri minyak dan gas tersebut ditunjukkan pada Gambar 5. Potensi bahaya yang mungkin terjadi dengan adanya kilang minyak, depo penyimpanannya adalah terjadinya ledakan, kebakaran, limpahan/bocoran minyak/gas yang mudah terbakar, dan sebagainya. Wilayah yang dinyatakan sebagai jarak aman (screning distance value/SDV) dari instalasi tersebut menurut IAEA adalah 5 km.
Gambar 5. Lokasi Industri Minyak dan Gas di Sekitar Pulau Bangka[6]
ISSN 1979-1208
55
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional 4.4
Pelabuhan Laut dan Zona Pelayarannya Di Pulau Bangka terdapat dua jenis pelabuhan laut, yaitu pelabuhan khusus (Pusmet) dan pelabuhan umum, yaitu pelabuhan feri Belinyu di Kabupaten Bangka, Pelabuhan Muntok di Kabupaten Bangka Barat, Pelabuhan Kayu Arang, Sadai (Toboali), Pelabuhan Sungai Selan di Kabupaten Bangka Tengah, Pelabuhan Sungai Liat dan Pelabuhan Pangkal Balam di Kota Pangkal Pinang. Lokasi pelabuhan di Pulau Bangka dan zona pelayarannya ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Lokasi Pelabuhan Laut di Pulau Bangka dan Zona Pelayarannya[6] Secara geografis, Pulau Bangka dikelilingi oleh laut dan selat sehingga didominasi oleh perikanan laut. Selain perikanan laut, daerah ini juga mempunyai potensi untuk perikanan air tawar dan air payau, sehingga terdapat beberapa tempat pelabuhan pelelangan ikan (Gambar 7)[6].
Gambar 7. Pelabuhan Pelelangan Ikan di Pulau Bangka 4.5
Pelabuhan Udara/Bandara dan Jalur Penerbangan Selain transportasi darat dan laut, di Pulau Bangka terdapat jalur alternatif yaitu transportasi udara. Bandara nasional yang ada di Pulau Bangka, yaitu bandara Depati Amir[6], lokasi bandara tersebut ditunjukkan pada Gambar 8. Jalur penerbangan dari dan ke
ISSN 1979-1208
56
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional bandara tersebut dilalui oleh beberapa maskapai penerbangan, seperti Sriwijaya Air, Batavia Air, Lion Air, Adam Air Kartika Air dan Riau Air Lines.
Gambar 8. Lokasi Pelabuhan Udara/Bandara di Pulau Bangka[6] Potensi kejadian kecelakaan pesawat dapat mempengaruhi instalasi sehingga keberadaannya harus dipertimbangkan, khususnya dalam tahap awal proses evaluasi tapak, serta harus dinilai selama seumur instalasi tersebut[4]. Beberapa potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan pesawat dari satu atau lebih kejadian, adalah sebagai berikut: kejadian kecelakaan di lokasi tapak yang berasal dari lalu lintas udara umum, dan untuk mengevaluasinya, tapak dianggap sebagai saluran atau area melingkar 0,1-1 km2 dan daerah sebagai daerah melingkar radius 100-200 km, kejadian kecelakaan di lokasi sebagai akibat dari lepas landas atau pendaratan operasi di bandara terdekat, kejadian kecelakaan di lokasi koridor lalu lintas udara untuk sipil dan zona penerbangan militer[4]. 4.6
Fasilitas Jalan Darat Fasilitas jalan darat di Pulau Bangka terdiri dari jalan provinsi dan jalan kabupaten, jalan kecamatan dan desa. Hasil konfirmasi di lapangan ditemukan infrastruktur jalan di Pulau Bangka seperti ditunjukkan pada Gambar 9, sedangkan jarak antar masing-masing lokasi ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 9. Jalan Provinsi dan Kabupaten di Pulau Bangka[6]
ISSN 1979-1208
57
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
Fasilitas jalan darat di Pulau Bangka terdiri dari 16,62 % negara dengan kondisi 61,98 % keadaannya bagus, dan 8,90 % nya dalam keadaan rusak, sedangkan 16,26 % dari jalan yang ada di Pulau Bangka merupakan jalan provinsi, dan 67,12 % merupakan jalan kabupaten.
Gambar 10. Jarak jalan di Pulau Bangka 4.7
Fasilitas Milliter Hasil konfirmasi di lapangan, tidak ditemukan fasilitas militer besar di Pulau Bangka, kecuali markas komando resimen di Pangkalpinang[8] (Gambar 11). Umumnya pada instalasi militer disimpan sejumlah bahan-bahan berbahaya, namun walaupun bahan tersebut telah ditangani dan disimpan serta digunakan hanya mungkin terkait dengan kegiatan praktek di lapangan tembak, atau terkait sistem lalu lintas, termasuk pelatihan daerah, keberadaannya sebagai sumber potensial harus dipertimbangkan[4].
Gambar 11. Lokasi Markas Komando Resimen di Pulau Bangka[10] 4.7
Penapisan Awal Data yang telah dikumpulkan dibuat zonasi (buffering) berdasarkan kriteria awal yang telah ditentukan, hasil zonasi dan analisis menunjukkan bahwa: a. Lokasi pertambangan di Pulau Bangka (Gambar 2) yang dikelola oleh perusahaan (KP) maupun rakyat baik blok timah darat maupun laut tersebar di pantai barat Pulau
ISSN 1979-1208
58
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Bangka dari arah utara hingga ke selatan dan berada di daerah interes awal. Di lokasilokasi Desa Air Limau dan Air Putih Kec. Muntok Bangka Barat, Desa Labuh Air Pandan, Kota Kapur dan Desa Penagan, Kec. Mendo Barat, Kab. Bangka, Desa Tanjungpura, dan Desa Sungai Selan, Kec. Sungai Selan Kab. Bangka Tengah, Desa Sebagin dan Desa Gudang, Kec. Simpang Rimba Bangka Selatan tidak terdapat KP dan tambang rakyat. Seperti diketahui umumnya pertambangan yang dikelola rakyat tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya, sehingga potensi bahaya ledakan dan kebakaran akibat kegiatan pertambangan relatif rendah. b. Pertambangan bahan galian C di Pulau Bangka tidak memberikan potensi bahaya terhadap beberapa daerah di pantai barat Pulau Bangka, ini berarti lokasi pantai barat Pulau Bangka relatif cukup aman dari potensi bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. c. Beberapa kawasan industri di Pulau Bangka (Gambar 3) berada pada radius lebih dari 5 km dari lokasi penelitian, sehingga lokasi di sepanjang pantai barat Pulau Bangka relatif cukup aman sebagai tapak interes. d. Sebagian besar industri logam (smelter) di Pulau Bangka (Gambar 4) berada pada radius lebih dari 5 km dari pantai barat Pulau Bangka, sehingga lokasi tersebut relatif aman sebagai daerah interes, kecuali industri smelter di Desa Sungai Baru Kecamatan Muntok. e. Industri minyak dan gas (Gambar 5) tidak berada di Pulau Bangka, dan hasil konfirmasi di lapangan industri tersebut berada di Pulau Sumatera (Palembang) yang lokasinya cukup jauh, yaitu pada radius lebih dari 5 km. Hal ini membuktikan bahwa di sepanjang pantai barat Pulau Bangka relatif aman sebagai daerah interes. f. Pelabuhan laut yang ada di Pulau Bangka (Gambar 6), baik yang bersifat umum maupun khusus berada pada radius lebih dari 5 km dari lokasi kajian, kecuali pelabuhan kecil TPI dan PPI (pelelangan ikan) di Desa Tanjung Kec. Muntok Kab Bangka Barat dan pelabuhan TPI di Desa Sungai Selan, Kec. Sungai Selan Kab. Bangka Tengah. Hal ini menunjukkan keberadaan beberapa pelabuhan di Pulau Bangka tidak berpotensi membahayakan dan lokasi sepanjang pantai barat Pulau Bangka relatif aman sebagai tapak interes. Selain itu, pantai barat Pulau Bangka juga aman dari jalur pelayaran, karena jalur pelayaran berada jauh dari daerah interes awal (lebih besar dari SDV). g. Pelabuhan udara di Pulau Bangka (Gambar 8) berada pada radius lebih dari 16 km dari lokasi kajian, sehingga seluruh daerah interes awal tersebut cukup aman untuk tapak PLTN karena jauh dari potensi bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan bandara. Selain itu, pantai barat Pulau Bangka juga aman dari jalur penerbangan, namun masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut jalur penerbangan Palembang-Pangkal Pinang dan Pangkal Pinang-Jakarta. h. Fasilitas jalan darat di Pulau Bangka (Gambar 9) berada pada radius lebih dari 0,5 (jalan negara) dan lebih dari 1 km (jalan provinsi) dari daerah lokasi penelitian, sehingga lokasi tersebut relatif aman sebagai tapak interes. Akses jalan yang ada di lokasi penelitian adalah jalan kecamatan di Kecamatan Muntok, Bangka Barat dan Kecamatan Sebagin, Bangka Selatan. i. Fasilitas militer di Pulau Bangka (Gambar 11) berada di Pangkalpinang yang letaknya cukup jauh (lebih dari 30 km) dari lokasi kajian, sehingga lokasi tersebut cukup aman sebagai tapak interes.
5.
KESIMPULAN
Di Pulau Bangka terdapat beberapa kegiatan yang termasuk dalam kategori dapat mengganggu keselamatan PLTN, seperti: kegiatan pertambangan timah dan bahan galian C,
ISSN 1979-1208
59
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional baik pertambangan yang diusahakan oleh pemerintah (KP) maupun masyarakat, industri logam, bahan kimia dan pengolahan bahan tambang, kegiatan pelabuhan udara dan zona penerbangannya, kegiatan pelabuhan laut beserta zona pelayarannya, serta kegiatan militer. Namun demikian dari hasil penapisan awal dapat dinyatakan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak berada pada radius yang berpotensi mengganggu keselamatan PLTN. Daerah pantai barat Pulau Bangka yang dapat dinyatakan sebagai daerah interes dan terbebas dari sumber bahaya aspek human induced events adalah Desa Air Limau dan air Putih, Kec. Muntok, Bangka Barat, Desa Labuh Air Pandan, Kota kapur dan desa Penagan Kec. Mendo Barat, Bangka, Desa Sungai Selan Kec. Sungai Selan, Bangka Tengah, serta Desa Sebagin dan Desa Gudang Kec. Simpang Rimba, Bangka Selatan. Namun demikian, di beberapa lokasi masih harus diselidiki mengenai aktivitas pertambangannya, mengingat sudah banyak lokasi penambangan yang ditutup. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Kepala Distamben Provinsi Babel dan Ka.Dinas Distamben Bangka Barat dan Selatan, Ka. BPS Provinsi Babel, Ka.PU Provinsi Babel, dan beberapa staf Distamben Provinsi yang telah membantu membantu kami dalam pengumpulan data sekunder dan menemani kami melakukan konfirmasi di lapangan. Semoga amal baiknya diterima di sisi Allah SWT. Amin.
DAFTAR PUSTAKA [1]. BAPETEN. Perka BAPETEN, No. 6 Tahun 2008, “Evaluasi Tapak Reaktor Daya untuk Aspek Kejadian Eksternal Akibat Manusia”. Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jakarta.2008. [2]. IAEA. “External Human Induced Events in Site Evaluation for Nuclear Power Plants”, Safety Guides No NS-G-3.1, International Atomic Energy Agency, Vienna, Austria. 2002. [3]. BAPETEN. “Keselamatan Reaktor Riset Baru dan yang ada dalam kaitan dengan peristiwa eksternal”. Terjemahan dokumen IAEA Safety Report Series No. 41: Safety of New and Existing of Research Reactor in Relation with External Events, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jakarta. 2005. [4]. IAEA. “Site Evaluation for Nuclear Installations”. Safety Standards Series No. NS-R-3 International Atomic Energy Agency. Vienna, Austria. 2003. [5]. IAEA.”External Man-Induced Events in Relation to Nuclear Power Plants”, Safety Guides No 50-SG-S5, International Atomic Energy Agency, Vienna, Austria. 1981. [6]. IAEA.”Safety Assessment and Verification for Nuclear Power Plants”, Safety Guides No NSG-1.2. International Atomic Energy Agency, Vienna, Austria.2001. [7]. IAEA.”External Man Induced Events in Relation to Nuclear Power Plants”, Safety Guides No 50-SG-S9. International Atomic Energy Agency, Vienna, Austria. 1984. [8].___________, Laporan Kegiatan Pra-Survei Tapak PLTN di Babel. PPEN, BATAN Jakarta. 2010. [9].___________, Investasi Bidang Industri, Pemerintah Kabupaten Bangka, 2011, http://www.bangka.go.id/content.php?id_content=sejarah, Diakses: Maret 2011. [10]. _________, TNI AD Siap Bermarkas di Kepulauan Bangka Belitung. 28 September 2007. http://alutsista. blogspot.com/2007/09/tni-ad-siap-bermarkas-di-kepulauan.html, diakses Mei 2011.
ISSN 1979-1208
60
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
DISKUSI 1.
Pertanyaan dari Sdr. Fera Wahyuningsih (Dinas Pertambangan dan Energi Prov. Kep. Babel) Jenis kegiatan manusia yang ada di sekitar tapak PLTN yang paling berpotensi membahayakan PLTN dan harus dihindari ? Jawaban : IAEA Safety Standard No. NS-G-3.1 (2002) menyatakan bahwa kegiatan apapun yang berpotensi melepaskan fluida berbahaya dan beracun, yang berpotensi menimbulkan ledakan, serta bahan berbahaya dan beracun dapat membahayakan fasilitas PLTN.
ISSN 1979-1208
61