Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALUR PANTURA SURABAYA - TUBAN Nunung Nuring Hayati Sonya Sulistyono Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Fakultas Teknik Universitas Jember Universitas Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember Email:
[email protected] Email :
[email protected] Jayeng S.M. Wijaya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember
Abstrak Jalur Pantura Surabaya-Tuban sepanjang 150 km merupakan jalan Arteri primer yang menampung arus lalu-lintas darat dari arah timur (Surabaya) menuju ke arah barat (Jakarta) atau sebaliknya.Jalur ini melintasi Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban yang merupakan kota-kota dengan tingkat perekonomian penduduk cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik kecelakaan dan lokasi blackspot pada Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Karakteristik kecelakaan dianalisa berdasarkan data kecelakaan daei Buku Register Kecelakaan Polres Gresik, Polres Lamongan dan Polres Tuban. Blackspot diidentifikasi menggunakan pendekatan TK, EAN, EPDO dan EV. Sepanjang tahun 2009-2010 pada jalur ini telah terjadi 446 kejadian kecelakaan yang telah menyebabkan 211 korban meninggal dunia, 164 korban luka berat dan 431 luka ringan. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan (63,21%). Tipe tabrakan yang mendominasi adalah tabrak depan-belakang (22,80%), depan-depan (20,40%) dan sisi (39,20%). Jalur Pantura Surabaya-Tuban teridentifikasi tiga daerah rawan kecelakaan, yaitu: Jl Raya Tebaloan Kec. Duduk Sampean KM 27-28, Jl. Raya Duduk Sampean KM 30-31, dan Jl. Panglima Sudirman Tuban KM 102-103. Kata kunci: Jalur Pantura Surabaya-Tuban, Karakteristik Kecelakaan, Blackspot.
1. PENDAHULUAN Keselamatan jalan dalam UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Isu keselamatan jalan
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
251
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
telah menjadi masalah global. Setiap tahun lebih 1 juta orang meninggal dunia dan lebih dari 50 juta orang luka akibat kecelakaan lalu lintas jalan di dunia. Tujuh puluh lima persen diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Diperkirakan tahun 2020, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit kanker dan stroke (Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, 2007). WHO pada tahun 2011 kembali mendeklarasikan Decade of Action for Road Safety (2011 – 2020) dimana target program ini adalah turunya 50% kecelakaan pada tahun 2020 (World Health Organization, 2011). Jalur Pantura Surabaya-Tuban adalah jalan arteri primer menghubungkan Surabaya dengan Semarang, Jakarta dan Bandung. Jalur ini memiliki peran penting dalam perekonomian Pulau Jawa. Lalu lintas pada jalur ini terdiri dari sepeda motor, kendaraan ringan dan kendaraan berat (truk, bus, trailer, gandeng, dll.) Jalur ini melintasi Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan perekonomian cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk dan tingginya aktivitas masyarakat di semua sektor pembangunan di jalur ini memicu permasalahan lalu lintas. Lalu lintas jalan meningkat seiring kegiatan perekonomian dan kebutuhan transportasi. Pertumbuhan jumlah kendaraan terus meningkat, mendorong padatnya lalu-lintas yang memperbesar resiko kecelakaan jalan raya. Selain itu, perilaku berlalu lintas masyarakat di suatu wilayah berpotensi besar dalam mempengaruhi tingkat kecelakaan jalan raya di wilayah tersebut. Upaya-upaya peningkatan keselamatan jalan harus terus dilakukan untuk menekan angka kecelakaan dan permasalahan transportasi lainnya pada Jalur Pantura Surabaya - Tuban. Identifikasi blackspot dan karakteristik kecelakaan lalu lintas jalan sangat diperlukan, sebagai langkah awal untuk menyusun tindak programatik keselamatan jalan. Evaluasi data kecelakaan lalu lintas perlu dilakukan untuk mengetahui angka dan tingkat kecelakaan yang terjadi di Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Sehingga upaya peningkatan keselamatan jalan bisa diterapkan secara tepat guna sesuai dengan permasalahan di sepanjang jalur tersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA Angka Kecelakaan Kumpulan data kecelakaan lalu lintas dapat dianalisa untuk memeringkatkan lokasi kecelakaan lalu lintas. Salah satu metode pemeringkatan lokasi kecelakaan adalah dengan menganalisa angka kecelakaan lalu lintas. Angka kecelakaan dapat menggambarkan kualitas dan kuantitas kecelakaan yang terjadi. Berdasar angka kecelakaan tersebut dapat diperingkat lokasi-lokasi rawan kecelakaan lalu lintas (blackspot). Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan dalam penentuan angka kecelakaan lalu lintas, diantaranya : a. Tingkat kecelakaan untuk ruas jalan, yaitu angka kecelakaan yang mengilustrasikan jumlah kecelakaan setiap panjang ruas jalan dan waktu pengamatan (Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, 2007) :
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
252
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
TK=
ISBN 978-979-16346-2-5
JK (T×L)
(1)
Dimana TK adalah tingkat kecelakaan, JK adalah jumlah kecelakaan, T adalah tahun/ waktu pengamatan, dan L adalah panjang ruas jalan (km). b. Equivalent Accident Number (EAN), yaitu angka kecelakaan didasarkan atas biaya kecelakaan dengan melakukan pembobotan kejadian kecelakaan (kimpraswil: 2004): F : I : DO = 12 : 3 : 1
(2)
Dimana F mendeskripsikan bobot kejadian kecelakaan fatal (yang mengakibatkan korban meninggal dunia), I mendeskripsikan bobot kejadian kecelakaan injury (yang mengakibatkan korban luka), dan DO mendeskripsikan bobot kejadian kecelakaan damage only (yang hanya mengakibatkan kerugian materi). c. Equivalent Property Damage Only (EPDO) yaitu angka kecelakaan berdasarkan tingkat kecelakaan. Kejadian kecelakaan lalu lintas dibobotkan terhdap kejadian kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerugian materi. Pembobotan tingkat kecelakaan pada metode ini adalah (Sulistyono,1998): MD : LB : LR : MT = 12 : 6 : 3 :1 Dimana MD LB LR MT
: = = = =
(3)
kejadian kecelakaan mengakibatkan korban meninggal dunia kejadian kecelakaan mengakibatkan korban luka berat kejadian kecelakaan mengakibatkan korban luka ringan kejadian kecelakaan hanya mengakibatkan kerugian materi saja
d. Indeks kefatalan (severity index), menggambarkan tingkat kekerasan relatif yang dinyatakan dalam persen indeks kecelakaan kritis kecelakaan (untuk ruas).
F SI= ×100% A
(4)
Dimana SI adalah Severity Indeks (dalam %), F adalah jJumlah kecelakaan fatal kurun waktu pengamatan, dan A adalah jumlah kecelakaan selama kurun waktu pengamatan.
Nilai Rentang Frekwensi Kecelakaan Nilai batas EV, yaitu nilai rentang frekuensi kecelakaan yang terjadi dapat ditentukan dengan persamaan berikut (Garber dan Hoel, 2007): (5)
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
253
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
Dimana : EV = X = S = Z =
ISBN 978-979-16346-2-5
menunjukan rentang dari frekuensi kecelakaan nilai rata-rata kecelakaan setiap lokasi estimasi standart deviasi dari frekuensi kecelakaan nilai dari standart deviasi
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi lokasi rawan kecelakaan sepanjang jalur Pantura Surabaya-Tuban di Jawa Timur. Jalur Pantura Surabaya-Tuban dalam penelitian ini difokuskan pada jalur luar kota wilayah hukum Polres Gresik, Polres Lamongan, dan Polres Tuban. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : a. Studi literatur/pustaka, dengan melakukan tinjaun kepustakaan terkait metode-metode dalam penentuan blackspot. b. Pengumpulan data, tahapan pengumpulan data merupakan kegiatan yang berperan penting dalam proses analisis penanganan daerah rawan kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumbersumber yang telah ada. Dalam penelitian ini data primer dan data sekunder meliputi: 1. Data primer Dengan melakukan survei penandaan lokasi. Survei ini dilakukan untuk menentukan segmen-segmen jalan pada lokasi penelitian. Tahapan pelaksanaan survey meliputi : i. Menentukan patok batas titik pengenal awal dan titik pengenal ujung sesuai informasi data nomor ruas jalan. ii. Mencatat kondisi lingkungan jalan meliputi keadaan jalan (lurus, berkelok, tikungan), kondisi jalan (rusak, licin), kondisi pengemudi (pelanggaran lalu lintas yang terjadi) sesuai dengan segmen jalan. 2. Data sekunder Berupa data kecelakaan lalu lintas. Data kecelakaan lalu lintas dikompilasi dari Buku Register Kecelakaan tahun 2009 dan 2010 pada Satlantas Polrestabes Surabaya serta Satlantas Polres Gresik, Lamongan dan Tuban. c. Analisa Data, meliputi analisa terhadap karakteristik kecelakaan menonjol sepanjang Jalur Pantura Surabaya-Tuban serta analisa angka kecelakaan untuk penentuan lokasi rawan kecelakaan.
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
254
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Volume Lalu Lintas Jalur Pantura Surabaya-Tuban sepanjang 150 km merupakan jalan Arteri primer dimana arus lalu lintas sepeda motor, kendaraan ringan dan kendaraan berat bercampur. Volume lalu lintas kendaraan berat pada jalur ini cukup tinggi. Jalur Pantura Surabaya-Tuban melewati kawasan dengan dinamika perekonomian kewilayahan sangat dinamis. Kondisi lalu lintas cukup padat dan heterogen, memunculkan potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas cukup tinggi.
Identifikasi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Analisis kecelakaan dan penentuan lokasi rawan kecelakaan (blackspot) pada penelitian ini difokuskan pada ruas-ruas jalan yang memiliki karakteristik volume lalu lintas tercampur (ruas luar kota). a. Kelas Korban Kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban adalah salah satu jalur utama Pulau Jawa di Jawa Timur dengan tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi. Jalur ini banyak melewati kawasan padat penduduk serta kawasan industri. Jalur ini melewati Surabaya – Gresik Kota – Deket – Lamongan Kota – Babat – Widang – Semanding – Tuban Kota – Bulu, dengan kondisi jalan banyak yang lurus dan lalu lintas cukup padat. Kondisi ini merupakan salah satu faktor dalam terjadinya sejumlah kecelakaan lalu lintas. Tabel 1. Klasifikasi korban kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. 2009 2010 Klasifikasi Korban Jumlah % Jumlah % Meninggal 84 22,70 127 29,13 Luka berat 77 20,81 87 19,95 Luka ringan 209 56,49 222 50,92 Total 370 100 436 100
Gambar 1. Jumlah kejadian dan klasifikasi kecelakaan berdasarkan kelas korban. Berdasar data history kecelakaan (Tabel 1 dan Gambar 1) yang dihimpun dari buku register kecelakaan, sepanjang tahun 2009-2010 dengan 446 kejadian kecelakaan berdampak 211 korban meninggal dunia, 164 korban luka berat dan 431 luka ringan. Kejadian kecelakaan
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
255
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
tahun 2010 mengalami peningkatan (27,55%). Tahun 2009 terjadi 196 kejadian kecelakaan dan tahun 2010 terjadi 250 kejadian kecelakaan. Berdasar kelas korban, tahun 2010 terjadi peningkatan resiko fatalitas korban kecelakaan (meningkat 51,19%) dan kelas korban luka berat (meningkat 12,99%) dan luka ringan (meningkat 6,22%). Dari 196 kejadian pada tahun 2009, menimbulkan 84 orang meninggal dunia (22,70%), 77 orang mengalami luka berat (20,81%), dan 209 orang mengalami luka ringan (56,49%). Sedangkan tahun 2010, dari 250 kejadian kecelakaan telah menimbulkan 127 orang meninggal dunia (29,13%), 87 orang mengalami luka berat (19,95%), dan 222 orang mengalami luka ringan (50,92%). b. Jenis Kendaraan Terlibat Kecelakaan Sepanjang tahun 2009 hingga 2010, kecelakaan yang terjadi di Jalur Pantura SurabayaTuban telah melibatkan sedikitnya 765 kendaraan. Tipe/jenis kendaraan terlibat kecelakaan ditunjukkan Tabel 2. Kendaraan terlibat kecelakaan dibagi atas beberapa tipe kendaraan yaitu : sepeda motor, mobil pribadi (sedan), bus, bus kecil, truk, treler, sepeda, becak, pejalan kaki, MPU/lyn, pick up dan lain-lain. Berdasar Tabel 2, jumlah kendaraan terlibat kecelakaan tahun 2010 mengalami peningkatan 19,83%. Jumlah kendaraan terlibat sebanyak 348 tahun 2009 dan tahun 2010 sebanyak 417 kendaraan. Dari 446 kejadian kecelakaan kurun waktu 2 tahun terakhir (tahun 2010 dan 2009), sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang memiliki resiko terjadi kecelakaan paling banyak (62,71%). Tahun 2010, keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban meningkat 11,40%. Tabel 2. Jenis kendaraan terlibat kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. 2009 2010 Tipe Kendaraan Tren Jumlah % Jumlah % Sepeda motor 228 65,52 254 60,91 11,40% Mobil sedan 42 12,07 48 11,51 14,29% Bus 7 2,01 10 2,40 42,86% Bus Kecil 3 0,86 3 0,72 0,00% Truk 25 7,18 48 11,51 92,00% Treler 15 4,31 16 3,84 6,67% Sepeda 4 1,15 1 0,24 -75,00% Becak 2 0,57 18 4,32 800,00% pejalan kaki 7 2,01 5 1,20 -28,57% MPU/lyn 7 2,01 9 2,16 28,57% pick up 6 1,72 4 0,96 -33,33% lain-lain 2 0,57 1 0,24 -50,00% Total 348 100 417 100 19,83%
c. Waktu Kejadian Kecelakaan Identifikasi karakteristik kecelakaan penting berikutnya adalah waktu kejedian kecelakaan. Karakteristik menjadi penting bagi pihak-pihak terkait dalam melakukan tindakan pencegahan kecelakaan lalu lintas. Identifikasi jam kejadian kecelakaan, dikelompokkan atas kecelakaan yang terjadi pada pagi (05:01 – 09:00), siang (09:01 – 13:00), sore (13:01
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
256
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
– 17:00), malam (17:01 – 21:00), tengah malam (21:01 – 24:00) dan dini hari (00:01 – 05:00). Jam kejadian kecelakaan pada Jalur Pantura Suraba – Tuban ditunjukkan Tabel 3. Tabel 3. Jam kejadian kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. 2009 2010 Waktu Kejadian Jumlah % Jumlah % Pagi (05:01-09:00) 36 18,37 44 17,60 Siang (09:01-13:00) 51 26,02 46 18,40 Sore (13:01-17:00) 39 19,90 60 24,00 Malam (17:01-21:00) 47 23,98 51 20,40 Tengah malam (21:01-00:00) 6 3,06 25 10,00 Dini hari (00:01-05:00) 17 8,67 24 9,60 Total 196 100 250 100
Tren
15,63% -8,89% 60,61% 7,14% 340,00% 35,71% 26,90%
Berdasarkan Tabel 3 di atas, kejadian kecelakaan menonjol terjadi pada sore dan malam hari. Volume lalu lintas khususnya kendaraan berat pada jalur ini mengalami peningkatan pada waktu-waktu tersebut. Banyaknya kawasan industri sepanjang jalur tersebut merupakan salah satu hal yang meningkatkan volume lalu lintas kendaraan berat. Namun demikian, kejadian kecelakaan yang terjadi pada tengah malam harus lebih diwaspadai. Tahun 2010, kejadian yang terjadi pada waktu tersebut Kejadian kecelakaan sore hari tahun 2010 mengalami peningkatan 60,61%. Tabel 3 menunjukan kejadian kecelakaan berdasarkan jam terjadinya kecelakaan pada Jalur Pantura Surabaya-Tuban, dimana waktu terjadinya kecelakaan dibagi dalam interval enam jam. Pada kurun waktu 2009-2010 kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban banyak terjadi pada kisaran waktu 05:0109:00, 09:01-13:00, 13:01-17:00 dan 17:01-21:00. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada interval waktu tersebut, banyak aktivitas masyarakat yang terjadi di ruas jalan ini. Tabel 4. Tabel bulan kejadian kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban. 2009 2010 Bulan Kejadian Tren Jumlah % Jumlah % Januari 17 8,67 25 10,00 47,06% Februari 22 11,22 24 9,60 9,09% Maret 16 8,16 18 7,20 12,50% April 17 8,67 19 7,60 11,76% Mei 18 9,18 20 8,00 11,11% Juni 21 10,71 16 6,40 -23,81% Juli 16 8,16 26 10,40 62,50% Agustus 13 6,63 24 9,60 84,62% September 15 7,65 25 10,00 66,67% Oktober 10 5,10 22 8,80 120,00% November 16 8,16 14 5,60 -12,50% Desember 15 7,65 17 6,80 13,33% Total 196 100 250 100 27,55%
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
257
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
Tabel 4 merupakan karakteristik kecelakaan Jalur Pantura Surabaya-Tuban ditinjau dari bulan kejadian, Gambaran tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pada bulan apa saja trend kecelakaan sering terjadi, sehingga dapat digunakan sebagai peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan pada bulan tersebut. Dari grafik tersebut tampak kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban pada kurun tahun 2009-2010 rata-rata sering terjadi pada bulan Januari (9,34%), Februari (10,41%) dan bulan Juli (9,28%).
Gambar 2. Kecelakaan berdasarkan hari kejadian. Upaya klasifikasi kecelakaan berdasarkan hari dimaksudkan untuk memperoleh informasi pada hari apa kecelakaan sering terjadi di ruas jalan ini. Perbandingan karakteristik hari kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban selama kurun tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Gambar 2 diatas, dapat disimpulkan bahwa kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban cenderung mengumpul pada hari Senin (16,98%) dan Sabtu (17,56%), hal ini dimungkinkan karena kedua hari tersebut merupakan hari peralihan dari hari libur dan hari efektif sehingga kondisi lalu lintas di ruas jalan ini cukup ramai. Berdasarkan tipe tabrakan, kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban yang mendominasi adalah tabrak depan-belakang (22,80%), depan-depan (20,40%) dan sisi (39,20%). Hal ini kemungkinan diakibatkan karena Jalur Pantura Surabaya-Tuban merupakan jalan yang memiliki sifat lurus, panjang dengan model jalan dua arah dan hanya beberapa kawasan saja terdapat median selebihnya tidak ada, sehingga pengemudi memiliki kecenderungan mengemudi dengan kecepatan tinggi mengingat jalur ini merupakan jalur luar kota. Tipetipe tabrakan yang terjadi di Jalur Pantura Surabaya-Tuban terdapat pada Gambar 3.
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
258
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
Gambar 3. Tipe kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban.
Identifikasi Lokasi Rawan Kecelakaan (Blackspot) Dalam perhitungan angka kecelakaan, menggunakan pendekatan-pendekatan yang memungkinkan dengan ketersediaan data yang dimiliki Satuan lalu Lintas Polres Jember dapat dilakukan analisa. Angka kecelakaan tersebut dihitung berdasarkan analisa tingkat kecelakaan (TK), pembobotan kelas korban kecelakaan (metode EPDO), pembobotan kelas korban kecelakaan (metode EAN)dan indeks kefatalan (SI). Dari data perhitungan pada Tabel 5 dapat disimpulkan pada tahun 2009-2010 terdapat 5 lokasi blackspot dan di beberapa lokasi merupakan titik yang saling berdekatan. Analisa angka kecelakaan tahun 2009-2010 menyebutkan tingkat kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban mempunyai nilai kritis tingkat kecelakaan EVTk = 6,13 (2009) dan EVTk = 4,59 (2010), sedangkan bobot kecelakaan paling menonjol dari ruas jalan lainnya untuk metode pembobotan kecelakaan EPDO nilai EVEPDO = 41,24 (2009) dan EVEPDO = 34,81 (2010), sedangkan metode pembobotan kecelakaan EAN didapat nilai EVEAN= 37,30 (2009) dan EVEAN= 32.24 (2010). Nilai indeks kefatalan didapat nilai EVSI= 1,18 (2009) dan EVSI= 0,34 (2010). Tabel 5. Titik blackspot Jalur Pantura Surabaya-Tuban Tahun 2010. TK EPDO EAN SI Lokasi Blackspot 2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010 Jl Raya Desa Tebaloan Kec 11 10 78 96 69 84 2,048 1,361 Duduk Sampean KM 27-28 Jl. Raya Duduk Sampeyan Kec. 57 6 57 60 57 54 1,020 0,907 Duduk Sampeyan KM 30-31 Jl. Panglima Sudirman Tuban 72 14 72 63 72 54 2,551 0,454 KK 102-103 EV 6,13 4,59 41,24 34,81 37,30 32,34 1,18 0,34
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
259
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan identifikasi karakteristik dan lokasi rawan kecelakaan dapat disimpulkan bahwa: a. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban yatu sebesar 63,21%. b. Kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban banyak terjadi pada kisaran waktu 05:0109:00, 09:01-13:00, 13:01-17:00 dan 17:01-21:00. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada interval waktu tersebut, banyak aktivitas masyarakat yang terjadi di ruas jalan. c. Kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban pada kurun tahun 2009-2010 rata-rata sering terjadi pada bulan Januari (9,34%), Februari (10,41%) dan bulan Juli (9,28%). d. Kejadian kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban cenderung mengumpul pada hari Senin (16,98%) dan Sabtu (17,56%), hal ini dimungkinkan karena kedua hari tersebut merupakan hari peralihan dari hari libur dan hari efektif sehingga kondisi lalu lintas di ruas jalan ini cukup ramai. e. Berdasarkan tipe tabrakan, kecelakaan di Jalur Pantura Surabaya-Tuban yang mendominasi adalah tabrak depan-belakang (22,80%), depan-depan (20,40%) dan sisi (39,20%). f. Berdasarkan hasil penelitian di atas terdapat tiga daerah rawan kecelakaan yaitu Jl Raya Tebaloan Kec. Duduk Sampean KM 27-28, Jl. Raya Duduk Sampean KM 30-31, dan Jl. Panglima Sudirman Tuban KM 102-103.
6. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur serta Satlantas Polrestabes Surabaya, Satlantas Polres Gresik, Satlantas Polres Lamongan dan Satlantas Polres Tuban atas dukungan kemudahan akses data kecelakaan pada lokasi penelitian dan mendapingi tim peneliti pada saat tinjauan lapangan.
PUSTAKA Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. (2004). Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas, Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-09-2004-B. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta. Dewanti. (1996). Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas di Yogyakarta. Media Teknik – UGM Yogyakarta. No. 3 Tahun XVIII November 1996. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Halaman 33-37.
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
260
Seminar Nasional Teknik Sipil 2012
ISBN 978-979-16346-2-5
Direktorat Keselamatan Transportasi Darat. (2007). Pedoman Operasi Accident Blackspot Investigation Unit / Unit Penelitian Kecelakaan Lalu Lintas (ABIU/UPK). Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, Jakarta. Fajaruddin, Daniel, B.D. dan Kamaruddin. (2006). “Accident Investigation, Blackspot Treatment and Accident Pradiction Model At Federal Route FT50 BatuPahat-Ayer Hitam”. Engineering e-Transaction, University of Malaya, Vol.1, No.2 December 2006. Universitas Malaya, Malaysia. Halaman 19-32. Garber, N.J. dan Hoel, L.A.. (2001). Traffic and Highway Engineering. The Wadsworth Group, Amerika Serikat. Imelda S., I., Surbakti, M., dan Sembiring, K.. (2001). ”Penelitian Daerah Rawan Kecelakaan pada Jalan Luar Kota Medan – Brastagi (Jl. Letjend Jamin Ginting KM 8 – KM 56)”. Prosiding Simposium IV FSTPT di Universitas Udayana, FSTPT Indonesia dan Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, Bali. Komisi Kepolisian Indonesia. (2011). Dekade Aksi Keselamatan Jalan 2011-2020 Republik Indonesia. http://www.komisikepolisianindonesia.com/main.php?page=kliping&id= 2585, Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas Angkutan Jalan dan Jalan. Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta. Sulistyono, S.. (1998). ”Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus: Jalan Tol Surabaya-Gempol, Jawa Timur)”. Prosiding Simposium FSTPT I di ITB, FSTPT Indonesia dan Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, Bandung. World Health Organization. (2011). Decade of Action for Road Safety 2011-2020. http://www.who.int/roadsafety/en/. World Health Organization. Jenewa.
Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 31 Maret 2012
261