IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s) KATEGORI KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PERIODE 2015
ARTIKEL
Oleh :
RITA ENI NURMA GUPITA 050112a078
PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS, 2016
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s) KATEGORI KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PERIODE 2015 Rita Eni Nurma Gupita Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Email :
[email protected] ABSTRAK Latar Belakang : diabetes mellitus dan hipertensi merupakan penyakit yang sering menjadi perhatian di masyarakat, sehingga diperlukan pengobatan yang tepat dalam penanganan penyakit ini. Namun, dalam penanganannya biasanya terjadi kejadian yang tidak diinginkan yang menimpa pasien (Drug Related Problems) salah satunya adalah ketidaktepatan pemilihan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Drug Related Problems (DRP’s) ketidaktepatan pemilihan obat hipertensi pada pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi . Metode penelitian : penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data dari rekam medis pasien sebesar 97 sampel yang memenuhi kriteria penelitian. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil : Obat hipertensi yang banyak digunakan untuk pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi yaitu valsartan. Ketidaktepatan pemilihan obat hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSI Sultan Agung Semarang adalah 28,87%, obat tidak aman 29,21%, kontraindikasi 2,1% dan kombinasi yang tidak tepat 5,15%. Simpulan : Ketepatan pemilihan obat pada pengobatan diabetes mellitus komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSI Sultan Agung yaitu 71,13%. Saran : Perlu peningkatan peran instalasi farmasi di Rumah Sakit dalam monitoring ketepatan pengobatan terutamanya dalam pemilihan obat dan penggunaan obat. Kata kunci
: Drug Related Problems (DRP’s), ketidaktepatan pemilihan obat, diabetes mellitus komplikasi hipertensi.
ABSTRACT Background : Diabetes mellitus and hypertension are diseases paid attention by the community, so that they need an appropriate treatment. However, the unwanted incidence that happens to patients (Drug Related Problems ) is inaccurate drug selection. This study aims the to find identification of Drug Related Problems (DRP’s) in inaccurate category of choosing hypertension drug in patients with diabetes mellitus with hypertension complications at the outpatient installation of Sultan Agung Islamic Hospital Semarang Period 2015. Methods: This type of research was descriptive research, where data collection was done retrospectively with 97 samples. Data were analyzed descriptively. Results: Hypertension drug that is used for patients with diabetes mellitus with complications of hypertension is valsartan. Inaccurate hypertension drug at the outpatient installation of Sultan Agung Islamic Hospital Semarang is 28,87%, unsafe drug 29,21%, contraindications 2,1% and the improper combination 5,15%. Conclusion : Accuracy drug selection in the treatment of diabetes mellitus with hypertension complications in outpatient installation Sultan Agung Islamic Hospital Semarang 71,13. Suggestion : It needs to increase the role of pharmacy at the hospital in monitoring the accuracy of treatment particularly in the selection of drugs and drug use . Keywords
: Drug Related Problems (DRP's), wrong drug selection, diabetes mellitus with hypertension complication.
A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Drug related problems (DRP’s) merupakan kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang berhubungan dengan terapi obat. Identifikasi DRP’s pada pengobatan penting dalam rangka mengurangi morbiditas, mortalitas dan biaya terapi obat (Ernst dan Grizzle, 2001). Hipertensi dan diabetes mellitus merupakan penyakit yang jadi perhatian di masyarakat, karena kedua penyakit ini merupakan penyakit kronik yang sering dialami oleh sebagian masyarakat bahkan seseorang dapat mengalami komplikasi keduanya (Bakri, dkk., 2004). Prevalensi hipertensi pada orang DM 1,5-3 kali dibanding orang tanpa DM . Hipertensi berhubungan dengan 30% kematian pada pasien diabetes dan 25% kejadian kardiovaskular pada pasien diabetes (Anonim, 2002). Munculnya hipertensi pada diabetes mellitus disebabkan hiperglikemi pada diabetes mellitus yang dapat meningkatkan angiotensin II sehingga dapat menyebabkan hipertensi (Novitasari, dkk., 2011). Penelitian mengenai identifikasi Drug Related Problems (DRP’s) potensial kategori ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien hipertensi dengan komplikasi diabetes mellitus yang telah dilakukan oleh Nurul Mutmainah di rumah sakit X di Jepara didapatkan hasil bahwa pada tahun 2008 terdapat 64 pasien (77,11%) yang mengalami DRPs kategori pemilihan obat yang tidak tepat meliputi 49,19%, penggunaan obat yang tidak aman, 23,39% penggunaan obat yang tidak efektif, 15,32% penggunaan obat yang dikontraindikasikan bagi pasien, 12,10% adanya kombinasi obat yang tidak diperlukan. Berdasarkan tingginya angka kejadian penyakit diabetes mellitus komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yaitu 483 pasien pada periode Januari hingga Desember 2015 peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Drug Related Problems (DRP’s) kategori ketidaktepatan pemilihan obat hipertensi pasien diabetes mellitus dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. 2. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Untuk mengidentifikasi Drug Related Problems (DRP’s) ketidaktepatan pemilihan obat hipertensi pada pasien diabetes mellitus dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit dengan standar yang digunakan yaitu Joint National Committee (JNC 8). b. Tujuan khusus Mengetahui pemilihan obat hipertensi pada pasien diabetes mellitus dengan komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tahun 2015 sudah sesuai dengan Joint National Committee (JNC 8).
Mengetahui gambaran penggunaan obat hipertensi pada pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tahun 2015. B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional atau non eksperimental dengan mengikuti rancangan deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif. Populasi penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi yang tercatat pada rekam medis di Instalasi Rawat Jalan RSI Sultan Agung Semarang tahun 2015 sebanyak 483 pasien. Sampel yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 97 sampel. Berikut kriteria inklusi dan eksklusi: 1. Kriteria inklusi sampel Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe II dengan komplikasi hipertensi usia 20-60 tahun yang menggunakan obat hipertensi yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang periode 2015. 2. Kriteria eksklusi Yang termasuk kriteria eksklusi yaitu pasien penyakit diabetes mellitus dengan gangguan ginjal, penyakit gangguan jantung, pasien geriatri. Data yang diambil meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, tekanan darah, kadar glukosa darah, diagnosa medis, serta obat yang digunakan pasien. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. C. Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Pasien Tabel 1 Karakteristik pasien Diabetes Mellitus komplikasi Hipertensi yang menerima obat hipertensi berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Total
Persentase(%) 70,10 29,90 100
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan jenis kelamin penderita Diabetes Mellitus komplikasi Hipertensi banyak terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Hal ini karena wanita memiliki kecenderungan untuk makan makanan tinggi karbohidrat saat stres (Brunner dan Suddart, 2002).
Tabel 2
Karakteristik pasien Diabetes Mellitus komplikasi Hipertensi yang menerima obat hipertensi berdasarkan kelompok usia Umur (tahun) 20-35 36-45 46-60 Total
%(n=97) 1,03 19,58 79,38 100
Berdasarkan umur penderita Diabetes Mellitus komplikasi hipertensi adalah kelompok usia 46-60 tahun. Penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin selain itu juga akibat penurunan fungsi organ tubuh terutama gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehingga akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia (Zahramal dkk, 2007). Tabel 3 Karakteristik pasien Diabetes Mellitus komplikasi Hipertensi yang menerima obat hipertensi berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin Jenis kelamin Perempuan
Laki-laki
Total
Umur (tahun) 20-35 36-45 46-60 20-35 36-45 46-60
% (n=97) 1,03 13,40 54,64 0 5,15 25,77 100
Kejadian diabetes mellitus komplikasi hipertensi banyak terjadi pada pasien perempuan umur 46-60 tahun. Jenis kelamin perempuan cenderung lebih banyak dari jenis kelamin laki-laki seiring dengan bertambahnya usia, hal ini karena degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usia (Armilawaty, 2007) .
2. Penggunaan obat a. Penggunaan obat hipertensi Tabel 4 Penggunaan obat hipertensi pada pasien Diabetes Mellitus komplikasi Hipertensi No 1
Golongan ARB
2 3
CCB ACEI
4
DIURETIK
Total
Nama obat Candesartan Irbesartan Valsartan Amlodipin Captopril Lisinopril HCT Furosemid Spironolacton
%(n=107) 14,95 14,95 15,89 29,91 9,35 1,89 3,74 5,61 3,74 100
Obat hipertensi yang banyak digunakan adalah golongan ARB (Angiotensin Reseptor Blocker) terutama valsartan. ARB (Angiotensin Reseptor Blocker) menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui. ARB (Angiotensin Reseptor Blocker) tidak memblok reseptor angiotensinogen tipe 2 (AT2) sehingga efek yang menguntungkan dari stimulasi AT2 seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan dan penghambatan pertumbuhan sel tetap utuh dengan penggunaan ARB (Angiotensin Reseptor Blocker) (Muchid dkk, 2006). Tabel 5 Penggunaan obat hipertensi tunggal pada pasien Diabetes Mellitus komplikasi Hipertensi Golongan obat ARB CCB ACEI Diuretik Jumlah
% (n=87) 48,27 34,48 11,49 5,75 100
Obat hipertensi tunggal yang banyak digunakan adalah ARB (Angiotensin Reseptor Blocker). Joint National Committee (JNC 8) merekomendasikan untuk pengobatan awal hipertensi pada pasien diabetes mellitus tanpa komplikasi lain sebaiknya memulai dengan terapi tunggal atau kombinasi. Obat-obat yang di anjurkan antara lain thiazide (golongan diuretik), CCB (Calcium Channel Blocker), ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) dan ARB (Angiotensin Reseptor Blocker) (James dkk, 2014).
Tabel 6
Penggunaan kombinasi obat hipertensi pada pasien Diabetes Mellitus komplikasi Hipertensi Golongan ARB-Diuretik ARB-CCB ACEI-Diuretik Diuretik-Diuretik Jumlah
%(n=10) 50 20 20 10 100
Obat kombinasi yang banyak digunakan adalah ARB (Angiotensin Reseptor Blocker)- diuretic. Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kombinasi obat yang digunakan berasal dari golongan obat yang berbeda. Hal ini karena obat dengan mekanisme kerja yang berbeda dapat mengendalikan tekanan darah dengan toksisitas minimal (Darnindro, 2008). b. Drug Related Problems (DRP’s) 1. Obat tidak aman Tabel 7 Obat hipertensi tunggal dan kombinasi yang tidak aman digunakan pada pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSI Sultan Agung Semarang Jenis terapi Tunggal
Jumlah Kombinasi
Golongan obat ARB ACEI Diuretik
ACEIDiuretik ARBDiuretik
CCB-ARB DiuretikDiuretik Jumlah
Jenis obat
%(n=97)
Candesartan Lisinopril HCT Furosemid
15,46 2,06 1,03 3,1 21,65 2,1
Captopril-HCT IrbesartanFurosemid ValsartanFurosemid Valsartan-HCT AmlodipinCandesartan FurosemidSpironolacton
1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 7,25
Obat dikatakan tidak aman jika saat digunakan dalam pengobatan obat tersebut menimbulkan efek samping yang
berbahaya. Terapi tunggal yang banyak digunakan adalah ARB (Angiotensin Reseptor Blocker) yaitu candesartan. Efek samping yang timbul adalah hiperglikemi terjadi karena transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang, pembentukan glikogen dari glukosa berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah dan pemecahan glukosa meningkat.Obat golongan ACEI yang tidak aman jika digunakan untuk pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi yaitu lisinopril. Efek samping yang akan ditimbulkan yaitu hiperglikemi (Lacy dkk, 2015). Obat golongan Diuretik yang tidak aman jika digunakan untuk pasien diabetes mellitus adalah furosemid. Efek samping furosemid yaitu hiperglikemi, terjadi karena sekresi insulin yang ditekan sehingga metabolism glukosa berkurang. Selain hiperglikemi, efek samping lain dari furosemid adalah hilangnya potassium. Jika konsentrasi potassium mengalami penurunan, maka toleransi glukosa akan terganggu (Saseen dan Carter, 2005). Untuk terapi kombinasi obat hipertensi yang tidak aman jika digunakan untuk pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi adalah kombinasi ACE-I (Angiotensin Converting Enzyme Inhibotor)-Diuretik untuk jenis obat captopril-HCT (Hidroclorthiazide). Obat ini tidak aman jika digunakan karena memiliki efek samping hiperglikemi (Lacy dkk., 2015). 2. Kontraindikasi Tabel 8 Obat hipertensi tunggal dan kombinasi yang kontraindikasi jika digunakan pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSI Sultan Agung Semarang Jenis terapi
Golongan obat
Jenis obat
%(n=97)
Tunggal Jumlah Kombinasi
ACEI
Lisinopril
-
-
2,1 2,1 -
Kontraindikasi adalah situasi dimana penggunaan obat atau terapi tertentu tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan resiko terhadap pasien (Depkes, 2006). Obat hipertensi yang kontraindikasi jika digunakan untuk pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi adalah lisinopril. Lisinopril kontraindikasi pada pasien diabetes mellitus karena efek sampingnya adalah hiperglikemi. Hiperglikemi akan memperparah diabetes mellitus karena pasien yang kadar gula darah sudah tinggi dan pasien menggunakan obat yang bisa menyebabkan kadar gula darah pasien meningkat maka diabetes
mellitus yang diderita pasien akan bertambah parah (Lacy dkk., 2015). 3. Kombinasi obat yang tidak tepat Tabel 9 Kombinasi obat hipertensi yang tidak tepat jika digunakan pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSI Sultan Agung Semarang Jenis terapi Kombinasi
Golongan obat ARBDiuretik
DiuretikDiuretik Jumlah
Jenis obat
%(n=97)
Valsartan-Furosemid
1,03
ValsartanSpironolacton Irbesartan-Furosemid
1,03
IrbesartanSpironolacton FurosemidSpironolacton
1,03
1,03
1,03 5,15
Jika kombinasi tidak tepat, obat yang digunakan menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan, memperparah penyakit hingga kematian serta memerlukan biaya pengobatan yang sangat tinggi (Depkes, 2005). Kombinasi yang tidak tepat pada penggunaan obat hipertensi ini adalah kombinasi antara ARB (Angiotensin Reseptor Blocker)-Diuretik dan kombinasi DiuretikDiuretik. Kombinasi ARB (Angiotensin Reseptor Blocker)-Diuretik yang digunakan antara lain valsartan-furosemid. Valsartan dan furosemid tidak boleh dikombinasikan karena dapat menyebabkan meningkatkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus.Kombinasi dikatakan tidak tepat karena kombinasi berasal dari golongan obat yang sama (Saseen dan Carter, 2005). Penggunaan kombinasi obat dari golongan yang sama akan lebih meningkatkan efek yang tidak diinginkan dari obat tersebut sehingga tidak tercapai efek terapetik yang diharapkan. Efek yang akan terjadi jika diuretik-diuretik dikombinasi adalah hiperglikemi. Hiperkalemia terjadi karena respon insulin terhadap glukosa pada fase I dan fase II terganggu (Tierney & Stephen , 2004).
c. Ketidaktepatan Pemilihan Obat Hipertensi Tabel 10 Ketidaktepatan pemilihan obat hipertensi pada pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSI Sultan Agung Semarang 2015 Ketidaktepatan pemilihan obat hipertensi Tepat Tidak tepat Jumlah
%(n=97) 71,13 28,9 100
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 71,13% pasien yang mendapatkan pemilihan obat yang tepat dan 28,87% mendapatkan pemilihan obat yang tidak tepat karena obat tidak aman, terdapat kontraindikasi dan kombinasi obat tidak tepat. Pemilihan obat hipertensi pada pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi dikatakan tidak tepat apabila terdapat obat yang tidak aman, kontraindikasi dan kombinasi yang tidak efektif dalam pengobatan. D. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan tentang Identifikasi Drug Related Problems kategori ketidaktepatan pemilihan obat hipertensi pada pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi di instalasi rawat jalan di RSI Sultan Agung Semarang tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemilihan obat hipertensi pada pasien diabetes mellitus yang digunakan di Instalasi Rawat Jalan RSI Sultan Agung sudah sesuai dengan pedoman yang digunakan yaitu JNC 8 (Joint National Committee) dan DIH (Drug Information Handbook) tahun 2015. Dimana terdapat 71,13% pasien yang mendapatkan pemilihan obat yang tepat dan 28,9% mendapatkan pemilihan obat yang tidak tepat. 2. Obat hipertensi yang digunakan untuk pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi di RSI Sultan Agung Semarang tahun 2015, untuk obat hipertensi tunggal yang banyak digunakan adalah golongan ARB (Angiotensin Reseptor Blocker) yaitu 48% dan untuk obat kombinasi yaitu kombinasi antara ARB (Angiotensin Reseptor Blocker)-Diuretik yaitu 50%. 3. Berdasarkan analisis dengan Joint National Committee (JNC 8) 2013 terdapat 28,9% pasien yang belum tepat pemilihan obatnya karena tidak sesuai dengan guideline, 29,21% obat yang digunakan tidak aman, 2,1% obat kontraindikasi dan 5,15% kombinasi obat tidak tepat.
E. UCAPAN TERIMA KASIH Seluruh civitas akademika STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes, Dosen Pembimbing I Niken Dyahariesti S.Farm., Apt., M.Si., Dosen Pembimbing II Dian Oktianti S.Far., M.Sc., Apt., RSI Sultan Agung Semarang, Bapak Ibu saya serta kakak dan adik tercinta.
F. DAFTAR PUSTAKA 1. Ernest, F.R. and A.J. Grizzle. (2001). Drug-Related Morbidity and Mortality: Updating the Cost-of-Illness Model. J Am Pharm Assoc, Vol.41, No.2: 192-199. 2. Bakri S, Suhardjono, J Djafar., 2001, Hipertensi pada Keadaan Khusus, dalam S Suyono, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-3, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 483-487. 3. Anonim, 2002, Treatment of Hypertension in Adult with Diabetes, dalam http://care.diabetesjournals.org/cgi. diakses 10 Maret 2016. 4. Zahtamal, dkk. 2007. Faktor-faktor Resiko Pasien Diabetes Mellitus. Berita Kedokteran Masyarakat. 23(3) : 142-147. 5. Armilawati, 2007, Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemiologi, http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktorresikonya-dalam-kajian-epidemologi/. diakses 20 Maret 2016. 6. Muchid, A., dkk. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta : Direktorat Bina Farmasi dan Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan 7. James PA, Oparil S, Carter BL, dkk. Evidence Based Guideline For The Management of High Blood Plessure in Adults: Report From The Panel Members Appointed to The Eight Joint National Committee (JNC 8). JAMA. 8. Darnindo, N dan A. Muthalib. 2008. Tatalaksana Hipertensi pada Pasien dengan Syndrome Nefrotik. Majalah Kedokteran Indonesia. 58(2). 9. Lacy C. F., dkk., 2015. Drug Information Handbook 11th ed. Canada : Lexicomp. Inc. 10. Saseen, J.J., dan Carter. L.B., 2005, Hypertension, dalam Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, edited by J.T. Dipiro, McGraw-Hill Companie, Inc., 185-217. 11. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan. 12. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 13. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.