IDENTIFIKASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA DARI RIZOSFER AQUILARIA spp.
DIAN RACHMA WIJAYANTI
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
ABSTRAK DIAN RACHMA WIJAYANTI. Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula dari Rizosfer Aquilaria spp. Dibimbing oleh AGUSTIN WYDIA GUNAWAN dan MAMAN TURJAMAN. Aqularia spp. merupakan genus utama penghasil gaharu. Intensitas perburuan yang tidak terkendali menyebabkan Aquilaria spp. menjadi salah satu tanaman langka. Oleh karena itu, pelestarian Aquilaria spp. sebagai sumber plasma nutfah perlu dilakukan untuk mencegah kepunahan. Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) telah digunakan sebagai inokulum dalam peningkatan pertumbuhan Aquilaria spp., tetapi informasi keberadaan CMA pada rizosfer Aquilaria spp. belum dilaporkan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi CMA pada rizosfer Aquilaria spp. Contoh rizosfer tanah dan akar Aquilaria spp. diambil dari empat lokasi, yaitu Carita (A. malaccensis), Ciapus (A. filaria), Cifor (A. crasna dan A. malaccensis ), dan Bantar Kemang (A. beccariana, A. crasna, dan A. malaccensis ). Pewarnaan akar menggunakan metode Phillips dan Hayman (1970) yang dimodifikasi. Contoh tanah yang diambil segera dikeringudarakan untuk digunakan sebagai biakan pot dengan Pueraria javanica sebagai tanaman inang. Spora diisolasi dari biakan pot dengan menggunakan metode tuang saring basah dilanjutkan dengan sentrifugasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan struktur koloni CMA pada akar Aquilaria spp. berupa hifa eksternal, hifa internal, hifa gelung, arbuskula dan vesikula. Seluruh struktur koloni CMA pada akar Aquilaria spp. menunjukkan adanya asosiasi tanaman dengan CMA. Spora CMA yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari rizosfer empat spesies Aquilaria spp. (tujuh contoh tanah) berupa empat spesies CMA, yaitu Glomus sp.1, Glomus sp.2 , Gigaspora albida, dan Scutellospora sp. ABSTRACT DIAN RACHMA WIJAYANTI. Identification Arbuscule Mycorrhiza Fungi from Aqul aria spp. Supervised by AGUSTIN WYDIA GUNAWAN and MAMAN TURJAMAN. Aquilaria spp. is the main genus producing agarwood. Unlimited hunting of agarwood causing it become threatened species. Continuation of Aquilaria spp. as germ plasma needs to be done to pre vent destruction. Arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) have been used as inoculant to increase the growth of Aquilaria spp., but information about the existence of AMF in Aquilaria spp. rhizosphere has not been reported. This research was carried out with objective to identify AMF from Aquilaria spp. rhizosphere. Soil and root samples from rhizosphere of Aquilaria spp. taken from four location that is: Carita (A. malaccensis), Ciapus (A. filaria), Cifor (A. crasna dan A. malaccensis ), and Bantar Kemang (A. beccariana, A. crasna, dan A. malaccensis ). Roots staining was conducted with modified Phillips and Hayman procedure (1970). Soils sample was run dry wed and placed in pot culture with Pueraria javanica as the host plant. Spore was separated from pot culture using wet sieving and decanting method continued wit h centrifugation. The result showed the occurrences of AMF in Aquilaria spp. roots i.e. external hypha, internal hypha, coiled hypha, arbuscules, and vesicles. All AMF colony structure found in Aquilaria spp. roots show asosiation bettwen the plant and AMF. Four species of AMF were found i.e. Glomus sp.1, Glomus sp.2, Gigaspora albida, and Scutellospora sp.
IDENTIFIKASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA DARI RIZOSFER AQUILARIA SPP.
DIAN RACHMA WIJAYANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
Judul Skripsi Nama NIM
: IDENTIFIKASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA DARI RIZOSFER AQUILARIA SPP. : Dian Rachma Wijayanti : G34101071
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. NIP . 130167078
Ir. Maman Turjaman, DEA. NIP. 710020697
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Prof.Dr.Ir.Yonny Koesmaryono, M.S. NIP. 131473999
Tanggal Lulus :
PRAKATA Segala puj i dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penelitian ini dilaksanakan mulai Maret 2005 hingga Maret 2006 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan rumah kaca Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Laboratorium Mikologi Departemen Biologi FMIPA IPB. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. dan Bapak Ir. Maman Turjaman, DEA. selaku pembimbing yang banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Kepada kepala Laboratorium Mikrobiologi Tanah Puslitbang Hutan, dan Konservasi Alam, Bogor Bapak Dr. Ir. Erdi Santoso atas perizinan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf Laboratorium Mikrobiologi Hutan (Pak Sugeng, Pak Yani, Pak Najmulah dan Mas Yanto) atas dukungan dan semangat yang diberikan, kepada teman-teman dari Universitas Padjajaran (Gamar, Rini, Wulan, Nina, Nopi, dan Lidia) atas bantuan dan kerjasama yang diberikan selama penelitian, kepada temanku Indri, Nina, Nani, Laili, Ritma, mbak Mutho, mbak Rida, mbak Fa’i, mbak Susan dan teman-teman di PAU, atas informasi, pengetahuan serta dukungannya, kepada Rully fahtoni dan Irni Mahagiani, atas bantuan transportasinya selama pengambilan contoh, kepada Intan, mbak Iffah, dan Leni atas bantuannya saat pengambilan contoh di kebun dan hutan, kepada marwanis atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan selama berlangsungnya penelitian. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada keluarga tercinta Bapak, Mam a, Mas Yudho, dan Mira atas doa, dukungan, cinta, dan perhatiannya yang tak pernah berakhir. Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini bermanfaat bagi berkembangnya ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2006
Dian Rachma Wijayanti
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta Selatan pada tanggal 21 Agustus 1983 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Machfud dan Hermien triyowati. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 90 Jakarta Selatan dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negri. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran 2003/2004 dan 2004/2005, Pendidikan Agama Islam tahun ajaran 2004/2005, Anatomi dan Morfologi Tumbuhan tahun ajaran 2004/2005, dan Biologi Cendawan tahun ajaran 2004/2005 dan 2005/2006. Penulis juga pernah aktif pada berbagai lembaga kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Biologi, Wahana Muslim Himabio, BioWorld, dan DKM Al-Ghifari. Penulis mela ksanakan praktik lapangan dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2004, dengan judul Manajemen Budidaya Tanaman Hias Anthurium, Bunga Balon, dan Silver Dollar di PT. Agrorekatama. Penulis menyampaikan hasil studi lapangan yang berjudul Isolasi Bakteri Kitinolitik dari Taman Wisata Alam Situ Gunung pada kegiatan presentasi PKM penulisan Ilmiah pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XVIII tanggal 11-14 Juli 2005 di Padang.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................
vii
PENDAHULUAN ....................................................................................................................
1
BAHAN DAN METODE .........................................................................................................
1
Waktu dan Tempat ......................................................................................................
1
Contoh Tanah dan Akar ...............................................................................................
1
Pewarnaan Akar ..........................................................................................................
1
Biakan Pot ...................................................................................................................
1
Isolasi Spora ................................................................................................................
2
Identifikasi Spora ........................................................................................................
2
HASIL .......................................................................................................................................
2
Koloni CMA pada Akar Aquilaria ..............................................................................
3
Spora CMA ..................................................................................................................
3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................
5
KESIMPULAN .........................................................................................................................
5
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................
6
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5
Halaman Koloni CMA pada akar .......................................................................................................... Spora Glomus sp. 1dari rizofer A. malaccensis, Carita ......................................................... 3 Spora Glomus sp. 2 dari rizosfer A. malaccensis, Bantar kemang ........................................ 3 Spora Gigaspora albida dari rizosfer A. filaria, Ciapus ........................................................ 4 Spora Scutellospora sp.1 dari rizosfer A. malaccensis, Carita .............................................. 4
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Aqularia spp. merupakan genus utama penghasil gaharu. Gaharu yang juga dikenal sebagai agarwood, eaglewood , dan aloewood merupakan produk resin dengan aroma yang khas. Gaharu sering digunakan untuk membuat dupa, parfum, dan obat -obatan tradisional (Soehartono & Newton 2000). Hou (1960) menyatakan bahwa terdapat enam Aquilaria yang ada di Indonesia, ialah A. beccariana, A. cumingiana, A. filaria, A. hirta, A. malaccensis, dan A. microcarpa . Spesies yang diperdagangkan yaitu A. beccariana di Kalimantan Timur, A. filaria di Irian Jaya, A. malaccensis di Kalimantan Barat dan Timur, serta A. microcarpa di Riau, Sumatra Timur, Kalimantan Barat, dan Timur (Soehartono & Newton 2000). Intensitas perburuan yang tidak terkendali menyebabkan Aquilaria spp. menjadi salah satu tanaman langka. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources red list mencantumkan delapan spesies Aquilaria spp. sebagai spesies yang terancam punah (IUCN 2004). Oleh karena itu, pelestarian Aquilaria spp. sebagai sumber plasma nutfah perlu dilakukan untuk mencegah kepunahan. Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) merupakan cendawan yang dapat bersimbiosis mutualisme dengan akar tanaman. Sebagian besar tanaman yang tumbuh di daratan, akarnya dapat bersimbiosis dengan CMA Kini CMA diklasifikasikan ke dalam filum Glomeromycota (Schubler et al. 2001) dengan dua subfilum Glomineae dan Gigasporineae. Subfilum Glomineae memiliki lima genus, yaitu Acaulospora, Archaeospora, Entrophospora, Glomus, dan Paraglomus. Subfilum Gigasporineae memiliki dua genus yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Jumlah CMA saat ini mencapai 160 spesies (INVAM 2006). Peran CMA bagi tanaman sangat penting, seperti dalam penyerapan unsur air, dan hara, serta dalam meningkatkan daya tahan tanaman terhadap beberapa patogen (Smith et al. 1999). Penggunaan CMA sebagai inokulum pada akar Aquilaria spp. mampu meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman (Indriaty 2006). Meskipun CMA telah digunakan sebagai inokulum dalam pen ingkatan pertumbuhan Aquilaria spp., tetapi informasi keberadaan CMA pada rizosfer Aquilaria spp. belum dilaporkan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi CMA pada rizosfer Aquilaria spp.
Waktu dan Tempat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2005 sampai Maret 2006, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Kehutanan dan Rumah Kaca, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan, Bogor serta Laboratorium Mikologi, Institut Pertanian Bogor (IPB). Contoh Tanah dan Akar. Contoh rizosfer tanah dan akar Aquilaria spp. diambil dari empat lokasi, yaitu Carita-Serang (A. malaccensis), Ciapus-Bogor (A. filaria), Cifor -Bogor (A. crasna dan A. malaccensis), dan Bantar Kemang-Bogor (A. beccariana, A. crasna, dan A. malaccensis). Sebanyak 1 Kg contoh tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm dan dimasukkan ke kantung plastik. Contoh tanah segera dikeringudarakan untuk digunakan sebagai biakan pot, sedangkan contoh akar dibersihkan dan direndam dalam FAA (formalin acetic acid alcohol). Pembuatan FAA dilakukan dengan mencampurkan 13 ml formalin, 5 ml Acetic Acid (glacial), dan 200 ml Ethyl Alcohol. Pewarnaan Akar. Akar Aquilaria spp. yang telah direndam dalam FAA dipotongpotong dengan ukuran 1 cm sebanyak 20 potong, dan diwarnai mengikuti metode pewarnaan Phillips dan Hayman (1970) yang dimodifikasi, untuk mengetahui struktur koloni cendawan mikoriza arbuskula. Mulamula akar direndam dalam KOH 10% selama 5-7. Setiap hari larutan KOH diganti sampai warna akar berubah menjadi lebih cerah, kemudian akar dibilas dengan air dan direndam dalam HCl 2% selama semalam. Akar diwarnai dengan asam gliserol yang mengandung biru tripan 0.05% selama semalam, lalu dipindahkan ke dalam larutan asam gliserol untuk mengurangi kelebihan zat warna. Setiap potongan akar diamati menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100-400 kali dan diperiksa apakah terdapat struktur koloni cendawan mikoriza arbuskula. Biakan Pot. Contoh tanah digunakan untuk membuat tiga biakan pot. Pot diisi media tanam zeolit steril dan contoh tanah kering udara dari rizosfer Aquilaria spp. yang disusun secara berlapis di dalam pot berukuran 200 g. Lapisan pertama ialah 50 g zeolit, di atasnya diberi 100 g contoh tanah, kemudian ditambah 50 g zeolit sebagai penutup . Selanjutnya, inang berupa kecambah Pueraria javanica yang berumur dua minggu ditanam.
Biakan pot diletakkan di dalam rumah kaca dan dipelihara selama tiga bulan untuk memproduksi spora CMA. Pemeliharan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dari gulma dan kotoran, serta menyiram tanaman setiap hari. Tanaman yang telah berumur tiga bulan kemudian dibiarkan mengering selama tiga minggu. Spora CMA yang terbentuk di dalam biakan pot tersebut diisolasi. Spora CMA dari setiap contoh biakan pot diisolasi untuk selanjutnya diidentifikasi. Isolasi Spora. Isolasi spora CMA dilakukan dengan metode tuang saring basah dan dilanjutkan dengan metode sentrifugasi (Brundrett et al. 1996). Media dari biakan pot dicampur sampai homogen, kemudian 100 g media dari biakan pot disuspensikan dalam 1000 ml air, didiamkan selama beberapa detik, lalu disaring bertingkat dengan susunan berurutan dari atas ke bawah: saringan berpori 425 µm, 250 µm, dan 38 µm. Tanah yang tertinggal pada saringan berukuran pori 250 µm dan 38 µm dicuci dengan air mengalir, keduanya disatukan dan disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama tiga menit. Supernatan dibuang dan pelet yang diperoleh ditambah larutan sukrosa 50%, dan diaduk. Suspensi disentrifugasi kembali pada kecepatan 1000 rpm selama 60 detik. Supernatan disaring menggunakan saringan 38 µm dan hasil saringan dibilas dengan air ke dalam cawan. Spora CMA dari hasil saringan diamati menggunakan mikroskop stereo dan hanya spora sehat serta lengkap struktur morfologinya yang diidentifikasi. Identifkasi Spora. Identifikasi spora dilakukan dengan membuat preparat awetan. Sebagian spora dibuat preparat awetannya menggunakan media polivinil alkohol asam laktat gliserol (PVLG) dan sebagian lainnya ditambahkan pereaksi Melzer. Pembuatan PVLG dilakukan dengan mencampurkan 1.66 g polyvinyl alcohol (sigma chemical), 10 ml akuades, 10 ml asam laktat, dan 1 ml gliserin kemudian dipanaskan dengan stirrer sampai larut atau diautoklaf dengan suhu 121ºC selama 30 menit. Identifikasi dilakukan berdasarkan pada struktur yang mencirikan proses terbentuknya spora dan struktur subseluler spora (INVAM 2005a). Warna dinding spora dideskripsikan berdasarkan pada warna yang merupakan kombinasi warna biru cyan, merah magenta, kuning, dan hitam yang ditunjukkan dengan persentase warnanya masing-masing (C-M -Y-B) (Brundrett et al. 1996).
HASIL Koloni CMA pada Akar Aquilaria spp. Koloni CMA pada contoh akar Aquilaria spp. dari Bantar Kemang, Carita, Ciapus, dan Cifor yang diamati berupa struktur hifa eksternal, hifa internal, hifa gelung, arbuskula, dan vesikula (Gambar 1). Semua struktur tersebut dijumpai pada semua akar Aquilaria yang diperiksa.
b
a a
c
d d d
b e
Gambar 1 Koloni CMA pada akar : a. hifa eksternal, b. hifa internal, c. Hifa gelung, d. arbuskula, e. vesikula
Spora CMA. Spora CMA yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari biakan pot tergolong ke dalam tiga genus yaitu Glomus, Gigaspora, dan Scutellospora. Preparat spora didokumentasikan dengan digital camera. Hanya preparat yang memiliki spora layak identifikasi yang dicantumkan dalam deskripsi spora. 1. Glomus sp. 1 Spora berwarna merah kecokelatan (0 -2080-0) sampai cokelat tua (20-80-100-0), berbentuk bulat, agak bulat sampai lonjong, spora berdiameter 80 ,5-(77,62)-94.35 µm. Warna dinding spora merah sampai cokelat pada media PVLG dan berwarna lebih pekat pada pereaksi Melzer. Permukaan dinding spora halus tanpa perhiasan. Dinding spora berjumlah satu (Gambar 2a), seluruh lapisan yang ada pada dinding spora berasal dari dinding hifa pembawa (Gambar 2b), tebal dinding spora 3.33 -(5,43)-7.77 µm. Tidak ada dinding perkecambahan fleksibel yang dibentuk. Dinding spora berakhir dengan pori pada daerah melekatnya hifa pembawa (Gambar 2c). Hifa berwarna sama dengan dinding spora, diameternya 5.55-(10,22)23.31 µm, tebal dinding hifa 2.22-(3,60)-5.55 µm, semakin dekat dengan spora dinding spora semakin tebal. Spora berasal dari Bantar kemang (A. malaccensis ), Carita (A. malaccensis ), Ciapus (A. filaria), dan Cifor (A. crasna dan A. malaccensis ).
Preparat spora: DR10, DR11, DR14, DR18, DR30, DR40, DR41, DR42, DR43, DR47, DR48, DR50, dan DR55. 2. Glomus sp. 2 Spora berwarna hialin (0-0-5-0) sampai kuning (0-10-60-0), berbentuk bulat, agak bulat sampai lonjong, spora berdiameter 51.06-(76,59) -115 µm. Warna dinding spora hialin sampai kuning pada media PVLG, berwarna hialin sampai kuning lebih pekat pada pereaksi Melzer (Gambar 3a). Permukaan dinding spora halus tanpa perhiasan. Dinding spora berjumlah satu, seluruh lapisan yang ada pada dinding spora berasal dari dinding hifa pembawa (Gambar 3b), tebal dinding spora 1.11-(2,56)-4.44 µm. Tidak ada dinding perkecambahan fleksibel yang dibentuk. Dinding spora berakhir dengan pori (Gambar 3c) pada daerah melekatnya hifa pembawa. Hifa berwarna sama dengan dinding spora, diameternya 1.11-(4,92)-6.66 µm, tebal dinding hifa 1.11 -(1,51)-3.33 µm, semakin dekat dengan spora dinding spora semakin tebal. Spora berasal dari Bantar kemang (A. beccariana, A. crasna, dan A. malaccensis), Carita (A. malaccensis ), dan Cifor (A. crasna dan A. malaccensis ). Preparat spora: DR2, DR4, DR6, DR7, DR8, DR9, DR10, DR12, DR13, DR17, DR20, DR21, DR24, DR25, DR26, DR27, DR28, DR44, DR45, DR47, DR49, dan DR51.
a
b 4 µm
a
5,6 µm
b c
c b
b 2 µm
5,6 µm
Gambar 2 Spora Glomus sp. 1 dari rizosfer A. malaccensis, Carita: a. spora yang pecah, b. hifa pembawa, c. pori
Gambar 3 Spora Glomus sp. 2 dari rizosfer A. malaccensis, Bantar kemang: a. spora yang pecah, b. hifa pembawa, c. pori
3. Gigaspora albida Spora berwarna kuning (0-10-60-0) pada media PVLG sampai cokelat muda (0-30-600) pada pereaksi Melzer, berbentuk bulat sampai agak bulat, spora berdiameter 260(265)-270 µm. Spora memiliki dua dinding spora. Dinding terluar spora bervariasi ketebalan, warna, dan menyatu pada dinding kedua, tebal dinding spora 3.33-(3,89)-5.55 µm. Tidak ada dinding perkecambahan fleksibel yang dibentuk (Gambar 4a). Permukaan kedua jenis dinding spora tersebut halus (Gambar 4b). Suspensor melekat pada permukaan terluar dinding spora (Gambar 4c), berwarna sama dengan dinding spora, diameternya 22.2-(30,53)-38.85 µm, tebal dinding hifa 1.11 µm. Spora berasal dari Ciapus (A. filaria). Pr eparat spora: DR39.
a
berwarna hialin (Gambar 5d) yang tidak ditemukan pada Gigaspora dan Glomus. Dua dinding perkecambahan fleksibel dapat menyatu dan tampak seperti satu dinding. Permukaan dinding perkecambahan fleksibel halus. Suspensor melekat pada permukaan terluar dinding spora (Gambar 5e), berwarna cokelat (0-60-70-10), diameternya 38.85 µm, tebal dinding hifa 1.11-2.22 µm, semakin dekat dengan spora dinding spora semakin tebal. Spora berasal dari Carita (A. malaccensis ). Preparat spora: DR15 dan DR29.
e a
b 85 µm
a 28,9 µm
b
c
c 6,7 µm
b
d c
2,2 µm
Gambar 4 Spora Gigaspora albida dari rizosfer A. filaria, Ciapus: a. spora yang pecah, b. dinding spora, c. suspensor
4. Scutellospora sp. Spora berwarna cokelat tua (40-80-80-10) sampai cokelat tua pekat (80-80-70-0), berbentuk bulat sampai agak bulat, spora berdiameter 340 µm. Warna dinding spora cokelat tua pada media PVLG dan tidak berubah warna pada pereaksi Melzer. Permukaan dinding spora memiliki perhiasan. Spora memiliki dinding spora (Gambar 5a) yang terdiri atas dua jenis dinding. Dinding pertama lapisan terluar bervariasi warna, berperhiasan dan kadang menyatu pada dinding kedua (Gambar 5c), tebal dinding keseluruhan 3.33 µm, ukuran perhiasan 6.66(13,48)-29.97 µm. Spora memiliki satu sampai dua dinding perkecambahan fleksibel
1µm
e a
38,9 µm
Gambar 5 Spora Scutellospora sp.1 dari rizosfer A. malaccensis, Carita: a. spora yang pecah, b. dinding spora pertama dengan perhiasan, c. dinding spora kedua, d. dinding perkecambahan fleksibel,
e. suspensor
PEMBAHASAN Struktur koloni CMA pada akar Aquilaria spp., berupa hifa eksternal; hifa internal; hifa gelung; arbuskula; dan vesikula, menunjukkan bahwa seluruh akar spesies Aquilaria yang diperiksa berasosiasi dengan CMA. Hifa eksternal dan hifa internal dapat dibentuk oleh seluruh genus CMA. Hifa gelung banyak dibentuk oleh Acaulospora, Archaeospora, Entrophospora, Gigaspora, dan Scutellospora. Glomus jarang membentuk hifa gelung, kecuali pada daerah masuknya hifa ke dalam akar. Arbuskula dapat dibentuk oleh seluruh genus CMA. Vesikula hanya dibentuk oleh Acaulospora, Entrophospora, dan Glomus (INVAM 2005a). Seluruh struktur koloni CMA pada akar Aquilaria spp. menun jukkan adanya asosiasi tanaman dengan CMA, namun data tersebut belum dapat digunakan mengidentifikasi genus CMA yang berasosiasi secara tepat. Spora CMA yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari rizosfer empat spesies Aquilaria spp. (tujuh contoh tanah) dari Bantar Kemang, Carita, Ciapus, dan Cifor berupa tiga genus spora CMA, yaitu Glomus, Gigaspora, dan Scutellospora. Identifikasi lebih lanjut menunjukkan spora dapat dibedakan menjadi Glomus sp.1, Glomus sp.2, dan Gigaspora albida. Genus Glomus yang diperoleh memiliki ciri yang sama seperti yang dipertelakan oleh INVAM (2005a). Spora hanya memiliki satu jenis dinding yaitu dinding spora. Dinding spora berwarna merah sampai cokelat pada media PVLG dan akan berwarna lebih pekat di preaksi Melzer. Permukaan dinding spora halus tanpa perhiasan. Dinding spora berjumlah satu, seluruh lapisan yang ada pada dinding spora berasal dari dinding hifa pembawa. Glomus tidak membentuk dinding perkecambahan fleksibel. Dinding spora berakhir dengan pori pada daerah melekatnya hifa pembawa. Glomus sp.1 dan Glomus sp.2 memiliki perbedaan pada ketebalan dinding spora. Dinding spora Glomus sp.1 lebih tebal dari Glomus sp.2, Ketebalan dinding spora tertinggi pada Glomus sp.1 yaitu 7,77 µm sedangkan pada Glomus sp.2 ketebalannya 4,44 µm. ketebalan dinding spora terendah pada Glomus sp.1 yaitu 3,33 µm sedangkan pada Glomus sp.2 ketebalannya 1,11 µm. Gigaspora albida yang diperoleh memiliki kesamaan ciri dengan yang dilaporkan oleh INVAM (2005b). Ukuran spora Gigaspora yang diperoleh 260-270 µm sedangkan yang dilaporkan oleh INVAM (2005b) 200-280
µm. Warna dinding spora pada media PVLG kuning (0-10-60-0) sama dengan warna dinding spora yang dilaporkan INVAM (2005b) . Dinding spora berwarna lebih pekat pada pereaksi Melzer. Dinding spora pertama pada spora yang diperoleh tidak terlihat dengan jelas warnanya. Ciri lain yang serupa yaitu tidak ada dinding perkecambahan fleksibel yang dibentuk, suspensor melekat pada permukaan terluar dinding spora, berwarna sama dengan dinding spora (0-1060-0), dinding hifa terdiri dari dua lapis dinding seperti dinding spora dan memiliki warna yang sama dengan spora. Scutellospora yang diamati memiliki kesamaan ciri genus, seperti yang di pertelakan oleh Morton (1995). Spora memiliki dua dinding spora yaitu dinding spora terluar dan dinding spora kedua yang dapat menyatu sehingga tampak seperti satu dinding spora. Dinding spora dapat memiliki perhiasan seperti pada spora yang diperoleh. Spora memiliki satu sampai dua dinding perkecambahan fleks ibel berwarna hialin. Dinding perkecambahan fleksibel ini tumbuh setelah dinding spora berdiferensiasi. Ciri lain yang serupa yaitu permukaan dinding perkecambahan fleksibel halus tanpa perhiasan. Dinding perkecambahan fleksibel dapat menyatu dan tampak s eperti satu dinding. Memiliki suspensor yang melekat pada permukaan terluar dinding spora Glomus sp.1 terdapat pada hampir seluruh lokasi pengambilan contoh, kecuali pada rizosfer A. beccariana dan A. crasna yang berasal dari Bantar Kemang. Glomus sp.2 diperoleh pada seluruh lokasi pengambilan contoh, kecuali pada rizosfer A. filaria yang berasal dari Ciapus. Gigaspora albida hanya terdapat pada rizosfer A. filaria yang berasal dari Ciapus. Scutellospora sp. hanya ditemukan pada rizosfer A. malaccensis yang berasal dari Carita. Keanekaragaman CMA dipengaruhi oleh keanekaragaman spesies Aquilaria dan keadaan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prasetyo (2004) pada identifikasi CMA dari rizosfer bambu, bahwa keanekaragaman spesies bambu dan keadaan lingkungan dapat menyebabkan perbedaan keanekaragaman spesies CMA.
KESIMPULAN CMA yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari rizosfer Aquilaria spp. ialah Glomus sp.1, Glomus sp.2, Gigaspora albida, dan Scutellospora sp.
DAFTAR PUSTAKA Brundrett M, Bougher N, Dell B, Grove T, Malajczuk N. 1996. Working with mycorrhizas in forestry and agriculture.Western Australia : CSIRO Centre for Mediterranian Agricultural Research. hlm. 141-157. Hou D. Thymelaeaceae. 1960. Di dalam: Steenis Van. editor. Flora Malesiana Series I. Volume ke-6. Netherlands: Wolters -Noordhoff. hlm. 1-15. Indriaty. 2006. Respons cendawan mikoriza arbuskula pada Aquilaria spp. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. [IUCN]. 2004. Inclusion of Agarwood producing species Aquilaria spp. and Grynops spp. in Appendix II. Proponent: The Republic of Indonesia. [terhubung berkala].http//www.IUCN.org/Homes/ssc /citescrop13/pdf/Cop13_prop_49_Aquilar ia_Grynops.pdf [14 Jan 2005]. [INVAM]. 2005a. Identification to genus.[terhubung berkala]. http:// infam. caf. edu./ fungi/ GENUSKEY. htm [20 Jul 2005]. [INVAM]. 2005b. Gigaspora albida (reference accession BR214). [terhubung berkala]. http:// infam.caf.edu ./ fungi / Gigasporaalbida. htm [20 Jul 2005]. [INVAM]. 2006. Names and authorities of fungi in Glomeromycota. [terhubung berkala].http://infam.caf.edu/fungi/Names and Authorities of Glomalean Fungi.htm [17 Jan 2006] .
Morton JB. 1995. Taxonomic and phylogenetic divergence among five Scutellospora species based on comparative developmental sequence. Mycologia 87(1):127-137. Phillps JM, Hayman DS. 1970. Improved procedures for staining roots and staining parasitic and vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi for rapid assessment of infection. Trans Br Mycol Soc 55(1):158161. Prasetyo. 2004. Cendawan mikoriza arbuskula pada bambu [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Schubler A, Schwarzott D, Walker C. 2001. A new fungal phylum, the Glomeromycota: phylogeny and evolution. Mycol Res 105(12):1413-1421. Smith SE et. al. 1999. Transport of nutrients between vesicular-arbuscular (VA) mycorrhizal symbionts: insights from molecular and physiological studies. Di dalam: Mycorrhizas in Sustainable Tropical Agriculture and Forest Ecosystems. Proceeding of International Conference; Bogor, 27-30 Okt 1997. Bogor: Research and Development Center for Biology The Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Bogor Agricultural University, The University of Adelaide (Australia); hlm 25-34. Soehartono T, Newton AC. 2000. Conservation and sustainable use of tropical trees in the genus Aquilaria I. status and distribution in Indonesia. Biol Conser 96:83-94.