IDENTIFIKASI ARAH ALIRAN BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE GEOLISTRIK DAN GPR (GROUND PENETRATING RADAR) DI KOTA BATU Rhomy Wahyudies Santoso1 , Moh. Sholichin2 , Andre Primantyo2 , Sukir Maryanto3 1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2) Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 3) Dosen Jurusan Geofisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Pada penelitian ini, dilakukan sebuah pendugaan airtanah dengan menggunakan Geolistrik dan GPR (Ground Penetrating Radar) di area Candi Songgoriti, kota Batu. Di Candi Songgoriti ditemukan 3 titik mata air yang memiliki sifat fisik berbeda dan berdekatan. Dengan kedua metode ini dilakukan untuk mengidentifikasi serta melacak akuifer yang mengarah pada tiga titik mata air di lokasi penelitian. Hasil dari penelitian ini didapatkan Interpretasi geolistrik sebanyak 7 line/ lintasan dengan jenis batuan penyusun formasi adalah Lempung, Lempung pasiran, Pasiran, dan Breksi gunung api. Interpretasi struktur geologi metode GPR didapatkan 35 Line-profil dengan panjang 8 meter dan lebar 2 meter. Terjadi penyebaran air bawah permukaan paling dominan yang berada di selatan candi songgoriti atau tepatnya berada di area lintasan/ Line profil-1 sampai line profil-11, begitu pula pada line profil 13, 14, 15, 16 dan 17 zona cavity yang juga tersebar secara merata dan berdekatan. Potensi debit di lokasi didapat sebesar 0,112 ~ 1,678 liter/detik. Arah aliran air merupakan satu sumber yang sama yang berasal dari pegunungan Kawi yang merupakan dataran tinggi yang berada di selatan Candi Songgoriti. Arah aliran air berasal dari arah selatan menuju utara dimulai dari mata air-1 menuju mata air-2 dan menuju ke mata air-3. Di indikasikan bahwa mata air-2 dan mata air-3 merupakan hasil rembesan yang berasal dari mata air 1 melalui dinding-dinding sumur mata air-2 dan 3 dikarenakan lapisan semi-permeabilitas. Kata kunci: Akuifer, Geolistrik, GPR (Ground Penetrating Radar) ABSTRACT In this research, a groundwater prediction carried out using geoeletric and GPR (Ground Penetrating Radar) in the area of Songgoriti temple, Batu City. There are 3 springs with different physical properties were founded close to each other in Songgoriti Temple. Both of these methods are performed to identify and track aquifer that leads to 3 springs on site. As the result of this research, 7 lines of geoelectric interpretation which formed by clay, sandy clay, sand, and breccias volcano were obtained. Interpretation of geological structure of GPR method obtained 35 Line-profile with a length of 8 meters and width of 2 meters. Subsurface water dispersal occurs most predominantly in the south of Songgoriti Temple or at the area of line-profile 1 to 11 line-profile as well as on lineprofile 13,14,15,16, and 17 are cavity zone which spread evenly and close together. The potential debite obtained at the location is 0,112 ~ 1,678 liters/second. The direction of the water flow is the same as one which originates from the Kawi mountains that lies in the south of Songgoriti Temple. The direction of water flow comes from south to north, starting from spring-1 towards the springs-2 and -3. It is indicated that water in springs 2
and spring 3 is the result of seepage originating from springs-1 through the walls of the well-springs 2 and 3 due to a layer of semi-permeability. Keywords: Aquifer, Geoeletric, GPR (Ground Penetrating Radar) 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan pertumbuhan penduduk di muka bumi ini, menyebabkan kebutuhan akan air bersih semakin meningkat. Salah satu hal yang dapat dilakukan terkait dengan kebutuhan akan air bersih yaitu eksplorasi air tanah. Air tanah sendiri merupakan air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah (UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air).Keberadaan airtanah pada suatu daerah tidak terlepas dari kondisi geologi bawah permukaan daerah tersebut. Untuk mengetahui keberadaan airtanah, perlu diketahui kondisi lapisan geologi bawah permukaan. Ada beberapa cara yang umum sering untuk digunakan dalam penyelidikan lapisan geologi bawah permukaan. Dapat dilakukan dengan menggunakan metode pemboran secara langsung dan beberapa metode geofisika. Metode geofisika sendiri merupakan metode yang sering digunakan pada tahap pendugaan lapisan geologi bawah permukaan, seperti metode seismik, metode GPR, metode magnetik, dan metode geolistrik (Suharyadi 1984:120). Dan pada kesempatan kali ini akan dilakukan sebuah penyelidikan geologi bawah permukaan yaitu metode Geolistrik dan GPR. 1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian ini memiliki tujuan untuk menentukan strukitur geologi bawah permukaan di lokasi penelitian berdasarkan pendugaan Geolistrik dan GPR, mendapatkan nilai potensi akuifer serta menduga arah aliran air bawah permukaan di lokasi penelitian berdasarkan hasil pendugaan Geolistrik dan GPR. Hasil penelitian ini, harapannya akan mendapatkan sebagai tambahan untuk acuan dan wawasan keilmuan dalam bidang air tanah, khususnya dalam pendugaaan airtanah. Serta membantu pemerintah setempat untuk perencanaan, perancangan,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta pelestarian airtanah lebih lanjut di daerah penelitian. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Sifat Batuan Sebagai Media Aliran Airtanah 1) Koefisien Kelulusan Air Tabel 2.1 Koefisien kelulusan air dari berbagai batuan (K) Macam batuan
K (m/hari)
Kerikil
450
Kerikil menengah Kerikil kasar Pasir kasar Pasir menengah Pasir halus
Macam batuan Batu pasir menengah Batu pasir halus
K (m/hari)
150
Silt
0.0800
45
Lempung
0.0002
12
Batu gamping
0.9400
3
Dolomit
0.0010
270
3.1000 0.2000
Sumber: Bisri (1988:119)
2) Kapasitas Jenis 3) Keterusan Air 4) Daya Simpan Air Berdasarkan sifat fisik lapisan batuan dan perlakuannya sebagai media aliran air, maka lapisan batuan tersebut dapat dibedakan menjadi 4 (Suharyadi, 1984 : 12) yaitu : A. Akuifer B. Akuitar C. Akuiklud D. Akuifug 2.2. Penyebaran Vertikal Airtanah Distribusi airtanah secara vertikal dibawah permukaan tanah dibagi dalam beberapa zone yaitu zone jenuh dan zone tidak jenuh. Zone tidak jenuh sendiri terdiri atas: zone air dangkal (Soil water zone), zone antara (Intermediate vadoze water zone) dan zone kapiler (Capillary water zone). 2.3 Akuifer 2.3.1 Jenis Akuifer Berdasarkan susunan lapisan geologi (litologinya) dan besarnya koefisien
kelulusan air (K), akuifer dapat dibedakan menjadi empat macam A. Akuifer Bebas B. Akuifer Tertekan C. Akuifer Setengah Tertekan D. Akuifer Menggantung 2.3.2 Lapisan Geologi Sebagai Akuifer Menurut Todd (1980), batuan yang dapat berfungsi sebagai lapisan yang membawa air terbaik adalah pasir, kerakal, dan kerikil. Sedangkan 90% dari akuifer terdiri dari batuan tidak terkonsolidasi, terutama kerikil dan pasir. Jika ditinjau dari permeabilitas batuannya, lapisan pembawa air dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : a) Lapisan permeabel (serap air) seperti kerikil, kerakal, dan pasir. b) Lapisan semi permeabel (semi menyerap air) seperti pasir argullasis, tanah los. c) Lapisan kedap air, seperti batuan kristalin, tanah liat. Beberapa karakteristik batuan : 1. Batuan Pasir dan Kerikil 2. Batuan Lempung 3. Tufa 2.4 Daerah terdapatnya Airtanah Terdapatnya akuifer di alam berdasarkan material penyusunannya dapat dibedakan menjadi dua. (Bisri, 1988:4). A. Material Lepas Terdapatnya airtanah pada material lepas berdasarkan daerah pembentuknya dibedakan menjadi 4 yaitu : 1. Daerah Dataran 2. Daerah Alluvial 3. Daerah Lembah Mati 4. Daerah Lembah antar Gunung B. Material Kompak Sedangkan beberapa material kompak yang mempunyai potensi airtanah cukup besar antara lain: (Suharyadi, 1984 : 24) 1. Batu Gamping 2. Batuan Beku Dalam 3. Batuan Vulkanik 2.5 Metode-metode Geofisika A. Metode Seismik B. Metode Geolistrik C. Metode Magnetik
D. Metode Elektromagnetik GPR (Ground Penetrating Radar) E. Metode Gravity 2.6 Metode Geolistrik 2.6.1 Geolistrik Resistivitas (Tahanan Jenis) a. Vertikal Sounding b. Lateral Mapping 2.6.2 Tahanan Jenis Batuan Tabel 2.2 Nilai tahanan jenis berbagai mineral dan batuan Jenis Batuan Gambut dan lempung Lempung pasiran dan lapisan kerikil Pasir dan kerikil jenuh Pasir dan kerikil kering Batu lempung, napal dan serpih Batu pasir dan batu kapur Pirit Kwarsa Kalsit Batuan Garam Garnit Andesit Basal Gamping Shale Pasir Lempung Airtanah Air Asin Kerikil Kering Alluvium Kerikil
Resistivitas (ohm-m) 8 - 50 40 – 250 40 – 100 100 – 3.000 8 – 100 100 – 4.000 0,01 – 100 500 – 800.000 1x1012 – 1x1013 30 – 1x1013 200 – 100.000 1,7x102 – 45x104 200 – 100.000 500 – 10.000 20 – 2.000 1 – 1.000 1 – 100 0,5 – 300 0,2 600 -10.000 10 – 800 100 - 600
Sumber: (Verhoeff. 1994)
2.6.3 Konfigurasi Elektroda A. Konfigurasi Dipole-dipole
Gambar 2.5 Konfigurasi Dipole-dipole. Sumber: Bisri (29:2012).
B. Konfigurasi Schlumberger
Gambar 2.6 Konfigurasi Schlumberger. Sumber: Bisri (29:2012).
2.7 Transmisivitas Akuifer Salah satu faktor yang menentukan potensi akuifer adalah nilai dari koefisien keterusan atau transmisivitas akuifer. Untuk memperoleh besarnya nilai transmisivitas lapisan batuan, dapat dihitung dengan persamaan (2.15) sebagai berikut: (Bisri, 1988 :117) T=KxD 2.15 Dimana: T : Koefisien keterusan atau transmisivitas akuifer (m2/det) K : Koefisien kelulusan air (m/hari) D : Tebal dari akuifer (m) 2.8 Potensi Debit Berikut adalah pendekatan metode hukum darcy untuk mendapatkan potensi debit: Q=K.i.A 2.18 Dimana : Q : Debit (m3/det) A : Luas penampang (m2) K : Harga kelulusan air (m/det) 2.9 Metode Georadar/ GPR 2.9.1 GPR (Ground Penetrating Radar) Ground Penetrating Radar, juga dikenal sebagai ground atau georadar, merupakan teknik resolusi tinggi penggambaran lapisan dangkal dan struktur tanah menggunakan prinsip-prinsip perambatan gelombang elektromagnetik (EM) yang kedalaman penetrasinya dan besar amplitudo yang terekam bergantung pada sifat kelistrikan dari batuan atau media bawah permukaan dan frekuensi antena yang digunakan. Prinsip kerjanya adalah radar bekerja dengan cara mengirimkan impuls gelombang elektromagnetik (EM), kemudian menangkap pantulan gelombangnya. Pengiriman impuls tersebut dapat dilakukan langsung dalam kawasan waktu atau secara tak langsung dengan mensintesa pantulan radar pada kawasan frekuensi.
Tabel 2.3 Rentang nilai gelombang elektromagnetik. 1
σ (mS/m) 0
v (m/ns) 0,3
α (dB/m) 0
80
0,01
0,033
2.10-3
80
3.10
3
0,01
103
3-5
0,01
0,15
0,01
0,1-1
0,06
0,5-2
0,12
Material
ɛr
Udara Air Murni Air Laut Pasir Kering Pasir Basah Limestone
kecepatan
2030 4-8
0,030,3 0,4-1
Clay
5-40
2-1000
0,06
1-300
Granit
4-6
0,01-1
0,13
0,01-1
Rock Salt
6
0,1-1
0,13
0,01
Silts
5-30
1-100
0,07
1-100
Es
3-4
0,01
0,16
0,01
Shale
5-15
1-100
0,09
1-100
Sumber: Annan dalam Karlina (1992) 2.9.2. Akuisisi Data GPR
Gambar 2.7 Akuisisi data GPR. Sumber: Bahri (2009) Tabel 2.4 Kemampuan menembus target kedalaman berdasarkan frekuensi Frekuen si Antena (MHz) 25 50 100 200 400 1000
Ukuran target minimu m yang terdetek si (m) ≥ 1,0 ≥ 0,5 0,1 – 1,0 0,05 – 0,50 ≈ 0,05
Aproksima si range kedalaman (m)
Penetrasi kedalama n maksimu m (m)
5 – 30 5 – 20
35 – 60 20 – 30
2 – 15
15 – 25
1 – 10
5 – 15
1–5
3 – 10 0.5 – 4
0.05 - 2
Sumber: Davis, et al., dalam Karlina (1989)
3. Metodologi Penelitian 3.1. Deksripsi Lokasi Studi Penelitian dilaksanakan di candi Songgoriti, Kecamatan Songgokerto, Kota Batu. Lokasi tersebut secara astronomis berada pada koordinat 7° 44' 55,11" s/d 8° 26' 35,45" Lintang Selatan 122° 17' 10,90" s/d 122° 57' 00,00" Bujur Timur. Untuk batas wilayah administratif kota Batu adalah sebagai berikut: Batas Utara : Kab. Mojokerto & Kab. Pasuruan. Batas Selatan : Kab. Malang. Batas Timur : Kota Malang & Kab. Malang. Batas Barat : Kab. Malang & Kab Kediri. Kota Batu sendiri terletak di kaki pegunungan dan merupakan dataran tinggi dengan elevasi 680-1.200 meter dari permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 15-19°C. Hal ini menyebabkan di beberapa titik kawasan di kota Batu banyak sekali ditemukan sumber airtanah. Salah satunya adalah di kawasan Candi Songgoriti. Candi Songgoriti di bangun pada daerah antara kaki pegunungan Arjuna – Welirang dan pegunungan Kawi. Pada daerah ini banyak ditemukan titik mata air yang tersebar di beberapa tempat.
24 m. Untuk line 3 dan 4 memiliki panjang bentangan sepanjang 20 m. Panjang serta bentangan ini sendiri diambil menyesuaikan kondisi di lapangan penelitian. B. Desain pengambilan GPR Pengambilan data GPR di desain menjadi 33 lintasan. Untuk Lintasan 1 sampai dengan 11, serta lintasan 13 sampai dengan 33 memiliki panjang bentangan sepanjang 8 m. Hanya lintasan 12 yang memiliki panjang bentangan berbeda, yaitu sepanjang 5 m. Penentuan lintasan tersebut diambil dengan menyesuaikan keadaan dilapangan. 3.4. Diagram Alir / Flowchart Berikut langkah - langkah dalam pengerjaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2. Pengumpulan data 3.2.1. Data Sekunder Ada beberapa data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain : a. Data Geologi b. Data Hidrogeologi c. Data Borlog 3.2.2. Data Primer a. Data hasil pengukuran Geolistrik b. Data hasil pengukuran GPR 3.3. Desain Survey Penelitian A. Desain pengambilan data Geolistrik Pengambilan data Geolistrik di desain menjadi 7 bentangan/ line yang memiliki panjang bentangan yang hampir serupa. Line 1,2,5,6 dan 7 di ambil panjang bentangan sepanjang
Gambar 3.1
Diagram alir pengerjaan skripsi
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Pengolahan data Geolistrik program Res2Dinv (Dipole-dipole Mapping) Pengambilan data pada konfigurasi ini terdiri dari 7 line yang mengelilingi Candi. Berikut hasil interpretasinya;
Gambar 4.1. Hasil pengolahan geolistrik Mapping Line 1, 2, 3, 4, dan 5
Tabel 4.1 Hasil intepretasi data berdasarkan nilai tahanan jenis ( ρ )
Gambar 4.2. Hasil pengolahan geolistrik Mapping Line 6 dan 7. 4.1.2. Pengolahan data program Ip2win dan Progress3 (Schlumberger Sounding) Berikut adalah hasil litologi di lokasi; Tabel 4.2 Tabel interpretasi Schlumberger Kedalaman (m) 0,00 – 0,77
Ketebal an (m) 0,77
Resistivita s (Ω.m) 12,90
0,77 – 2,65
1,88
4,38
Interpretasi Litologi Lempung Lempung
2,65 – 14,69
12,04
1,09
Lempung
14,69 – 22,00
7,31
206,16
Pasir
4.2.
Prediksi Potensi Akuifer Dari hasil perhitungan nilai transmisivitas lapisan batuan, didapatkan nilai sebesar berikut;
Tabel 4.3 Tabel nilai Transmisivitas Jenis Lapisan Lempung Lempung Pasiran Pasir Breksi Gunung Api
Transmisivitas (T) (m2/hari) 0,000076 – 0,000966 0,0344 – 0,3264 1,275 – 6,15 0,08 – 0,722
- Makin tinggi nilai transmisivitas dapat diartikan bahwa litologi batuan merupakan akuifer dengan potensi airtanah yang tinggi.
4.3. Pengolahan data GPR (Ground Penetreating Radar) Pengambilan data menggunakan alat GPR terhubung dengan laptop serta menampilkan output hasil visual bawah permukaan secara langsung. Berikut hasil dari akuisisi data di lokasi penelitian; Hasil interpretasi 3D data GPR
Gambar 4.3.Interpretasi line-profil 1-9
Gambar 4.5.Interpretasi line-profil 19-27 - Pengambilan data GPR dilakukan di area tiga titik mata air dengan total 35 lintasan. Tiap lintasan/ line-profil memiliki panjang 8 meter dengan lebarnya yaitu 2 meter. - Pengambilan data di lakukan dengan cara meng-cover area di sekitar dan di atas permukan tiga titik mata air. - Analisis Metode GPR ini dilakukan secara langsung dan terhubung langsung dengan
Gambar 4.4.Interpretasi line-profil 10-18
Gambar 4.6.Interpretasi line-profil 28-35 menggunakan 3D software yaitu future 2005 (Visualizer 3D). - Dari hasil kondisi area di lokasi penelitian, hasil diinterpretasikan melalui warnawarna sebagai metal atau logam yang berwarna merah, native berwarna hijau, warna kuning sebagai mineral, dan cavity atau zona kosong ditampilkan dengan warna biru/ biru tua.
Hasil Akuisisi data GPR
Gambar 4.7
Hasil interpretasi GPR
- Hasil menunjukkan bahwa zona cavity di area penelitian tersebar di berbagai area. Namun dapat dilihat bahwa adanya sebuah sominasi zona cavity yang berdekatan. Zona cavity atau zona kosong ini dapat diartikan sebagai terdapatnya air bawah permukaan yang mengisi rongga-rongga di area tersebut. - Melihat dari hasil ground scan dilokasi, terjadi penyebaran air bawah
permukaan paling dominan yang berada di selatan candi songgoriti atau tepatnya berada di aera line-profil 1 sampai linee-profil 11, begitu pula di line-profil 13,14,15,16, dan 17 zona cavity juga tersebar secara merata. 4.4. Analisis hasil pengolahan data Geolistrik dan GPR Dari hasil interpretasi data GPR diketahui sangat jelas memperlihatkan adanya beberapa indikasi arah aliran
dengan sebuah dominasi warna dari arah selatan menuju ke utara atau berada didepan tubuh candi. Hal ini dapat dilihat dari dominasi cavity/ rongga yang diindikasikan terisi air, terdapat di sebelah selatan atau depan tubuh candi. Anomali ini tersebar secara merata dan berdekatan tepat di depan mata air 1 dan mata air 2. Hal ini berbeda dengan hasil interpretasi di utara dan sebelah barat tubuh candi yang tidak menunjukkan adanya sebuah dominasi secara merata. Dari hasil ke-7 Lintasan/ line pada interpretasi Geolistrik, disimpulkan bahwa lapisan batuan pembawa akuifer dominan
berada pada kisaran kedalaman 4,72 m. Dan untuk memperkuat hasil analisa, dapat dilihat kroscek data hasil Geolistrik pada Line 2 dan Gpr pada line-profil 9 seperti pada gambar 4.8 dan gambar 4.9 dibawah ini. Pemilihan line untuk hasil kroscek data dipilih di satu titik yang sama atau berdekatan.
Gambar 4.8 Geolistrik Line/ Lintasan 2 Keterangan: Warna kuning pada geolistrik menunjukkan indikasi akuifer. 2. Warna biru tua pada GPR menunjukkan rongga kosong yang terisi air indikasi akuifer. 3. Pada Geolistrik elektroda di titik 12 meter merupakan titik yang sama pada ujung line-profil 10 . 4. Hasil pada geolistrik line/lintasan 2 dan hasil GPR line-profil 10 memiliki persamaan ditemukan hasil adanya indikasi akuifer yang sama. 1.
Gambar 4.9 Line-profil 10
Jika mengacu pada hasil Geolistrik dan GPR, apabila dikorelasikan dengan data hidrogeologi, arah aliran air di perkirakan berasal dari pegunungan Kawi yang merupakan dataran tinggi yang berada di selatan Candi Songgoriti. Hal ini menyimpulkan bahwa diduga ke tiga titik mata air di candi Songgoriti berasal dari satu sumber yang sama yang berasal dari arah selatan yang mengarah pada pegunungan kawi menuju ke tiga titik
mata air. Dan arah aliran air berasal dari mata air-1 menuju mata air-2 dan menuju ke mata air-3. Hal ini diperkuat dengan adanya sifat fisik di lokasi penelitan dimana adanya sebuah semburan air yang keluar dari mata air 1 namun tidak begitu halnya dengan mata air-2 dan mata air-3. Di indikasikan bahwa mata air-2 dan mata air-3 merupakan hasil rembesan yang berasal dari mata air 1 melalui dinding-
dinding sumur mata air 2 dan 3 dikarenakan lapisan semi-permeabilitas. 4.5. Potensi Debit ketersediaan Air Untuk menentukan potensi debit di lokasi penelitian apabila dengan menggunakan hasil interpretasi data schlumberger, digunakan pendekatan metode hukum Darcy. Hasil potensi debit pada masing-masing koefisien kelulusan air yang ada pada jenis batuan pasir halus, pasir menengah, dan pasir kasar adalah sebagai berikut; Tabel 4.4. Hasil potensi debit Koef. Kelulusan air (K) m/hr
Potensi debit (Q) lt/dt
3
0,112
12
0,445
45
1,678
Jadi berdasarkan hasil olah data di lokasi candi songgoriti, nilai potensi debit yang dihasilkan adalah sebesar 0,112 ~ 1,678 liter/detik dan merupakan tipe akuifer tertekan. 5. Kesimpulan 1. Interpretasi struktur geologi bawah permukaan di lokasi penelitian dibagi menjadi 7 lintasan dan didapatkan hasil seperti berikut: Line 1.
Resistivitas semu 1,550 – 1124 Ωm
Kesalahan Relatif 18,3 %
2.
1,100 – 2697 Ωm
20,3 %
3.
0,662 – 28,61 Ωm
31,7 %
4.
0,658 – 2324 Ωm
37,9 %
5.
0,962 – 271 Ωm
18,1 %
6.
0,117 – 3231 Ωm
23,7 %
7.
0,178 – 3669 Ωm
11,3 %
Interpretasi jenis batuan penyusun formasi di lokasi penelitian adalah Lempung, Lempung pasiran, Pasiran, dan Breksi gunung api. Dari hasil interpretasi pengolahan geolistrik Mapping di candi
songgoriti pada lintasan 1 sampai 7 dapat di duga bahwa akuifer berada di sedimen lapisan batuan yang memiliki porositas dan permeabelitas yang besar pada lapisan berupa pasiran. Interpretasi struktur geologi dengan metode GPR didapatkan 35 Lineprofil dengan panjang 8 meter dan lebar 2 meter. Terjadi penyebaran air bawah permukaan paling dominan yang berada di selatan candi songgoriti atau tepatnya berada di area lintasan/ Line profil-1 sampai line profil-11, begitu pula pada line profil 13, 14, 15, 16 dan 17 zona cavity yang juga tersebar secara merata dan berdekatan. 2. Nilai transmisivitas yang diperoleh untuk lapisan geologi bawah permukaan dari hasil pendugaan geolistrik resistivitas 2D konfigurasi dipole-dipole adalah sebagai berikut: Jenis Lapisan
Transmisivitas (T) (m2/hari)
Lempung
0,000076 – 0,000966
Lempung Pasiran Pasir
0,0344 – 0,3264 1,275 – 6,15
Breksi Gunung Api
0,08 – 0,722
Makin tinggi nilai transmisivitas dapat diartikan bahwa litologi batuan merupakan akuifer dengan potensi airtanah yang tinggi. Dan potensi debit yang didapatkan di lokasi adalah sebesar 0,112 ~ 1,678 liter/detik 3. Arah aliran air di perkirakan berasal dari pegunungan Kawi yang merupakan dataran tinggi yang berada di selatan Candi Songgoriti. Hal ini menyimpulkan bahwa diduga ke tiga titik mata air di candi Songgoriti berasal dari satu sumber yang sama yang berasal dari arah selatan yang mengarah pada pegunungan kawi dan mulai menuju ke arah utara ke tiga titik mata air. Arah aliran air berasal dari arah selatan menuju utara dimulai dari mata air-1 menuju mata air-2 dan
menuju ke mata air-3. Hal ini diperkuat dengan adanya semburan air yang keluar dari mata air 1 namun tidak begitu halnya dengan mata air-2 dan mata air-3. Di indikasikan bahwa mata air-2 dan mata air-3 merupakan hasil rembesan yang berasal dari mata air 1 melalui dinding-dinding sumur mata air-2 dan 3 dikarenakan lapisan semipermeabilitas. 6. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang berbeda namun tidak bersifat merusak lingkungan Candi Songgoriti demi memaksimalkan potensi sumber mata air panas yang banyak sekali di temukan di daerah tersebut agar bermanfaat bagi masyarakat sekitar. 7.
Daftar Pustaka Bisri, Muhammad. 1988. Aliran Airtanah, Malang: Himpunan Mahasiswa Pengairan. Bahri, Ayi Syaeful. 2009. Jurnal (Penentuan karakteristik dinding gua seropan Gunung Kidul dengan metode GPR). ITS. Surabaya. Hidayat, Nedy. 2010. Skripsi (Aplikasi metode geolistrik resistivitas 2D di DAS Pekalen Kabupaten Probolinggo untuk menentukan letak akuifer dan pendugaan lapisan geologi bawah permukaan). Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan. Kadoutie, J Robert J. 2012. Tata Ruang Air Tanah, Yogyakarta: Andi. Karlina, Ika. 2013. Tesis (Pendugaan Sebaran Panas Bumi dengan Metode Resistivitas dan Georadar di Daerah Blawan, Ijen, Jawa Timur). Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan. Khotimah, Husnul. 2009. Skripsi (Studi potensi daerah rawan ambles di daerah sisir kota batu dengan menggunakan Ground Penetrating Radar (GPR)”. Universitas Brawijaya. Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Keith Todd, David. 1980. Groundwater Hydrology, Newyork: John Wiley and Sons. Madwiratna, Medianta. 2012. Jurnal (Penerapan metode geolistrik untuk mengetahui rembesan sampah di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang desa Mulyorejo). Universitas Negeri Malang. Pitoyo Widi Atmoko. 2012. Tesis (Penyelidikan Zona Longsor Dengan Metode Resistivity 2D, GPR, dan Pemboran untuk Mitigasi Bencana Tanah Longsor (Studi kasus di Desa, jombok, kecamatan ngantang kabupaten malang indonesia)). Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan. Reynolds, J.M., 1997. York. An Introductionto Applied and EnviromentalGeophysics, John Wiley dan Sons, Newyork. Republik Indonesia. Tahun. Undang-undang republik Indonesia nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Jakarta: Sekretariat negara. Suharyadi, 1984. Geohidrologi (Ilmu Airtanah). Fakultas Teknik UGM. Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan). Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda, 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramitha. Soemarto. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha nasional. Sosrodarsono, Suyono. 1978. Hidrologi Untuk Teknik Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramitha. Santoso, Djoko., 2002. Pengantar Teknik Geofisika, ITB. Bandung. Telford, Geldart and Sheriff., 1990. Applied Geophysics, 2nd edition, cambridge University Press. New York. Verhoeff, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil, Jakarta: Erlangga. Waluyo. 1984. Metode Resistivitas, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.