IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM) Karmanah1), Dyah Budibruri Wibaningwati2), Abdul Rahman Rusli3) 1
PS. Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa Bogor 2 PS. Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa Bogor 3 PS. Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Bogor
Universitas Nusa Bangsa Bogor Jl. KH Sholeh Iskandar Km. 4 Cimanggu Bogor E-mail:
[email protected] ; 2
[email protected] ; 3
[email protected] ;
Abstrak Sampah masih menjadi permasalahan utama Kota Bogor karena volumenya terus meningkat. Sekitar 60% timbunan sampah berasal dari pemukiman, 10% dari pasar dan sisanya dari beberapa tempat timbunan sampah liar atau sungai. Tahun 2011 jumlah timbunan sampah yang dihasilkan warga Kota Bogor mencapai 2.294 m3/hari dan Tahun 2015 mencapai 2.673 m3/hari (naik sekitar 4,13% per tahun). Jika yang terangkut ke TPA Galuga hanya 1.884 m3/hari (sekitar 70,5%), maka 789 m3 sampah per hari (setara 150 ton sampah) yang tidak terangkut. Oleh karenanya harus dilakukan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dan masyarakat melalui TPS3R, sebagai salah satu upaya dalam menciptakan Kampung Pro Iklim (PROKLIM). Keberhasilan pengelolaan sampah rumah tangga di TPS3R sebagai upaya menciptakan Kampung PROKLIM, dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan kelompok pengelola sampah, teknologi pengolahan sampah yang dikuasai, manajemen pengelolaan sampah, dukungan masyarakat dan partisipasi lembaga lain. Kondisi umum TPS3R Cibadak cukup memadai, namun baru mampu melayani pembuangan sampah dari warga terdekat di mana TPS3R itu berada serta pengelolaannya masih minim teknologi. Oleh karenanya diperlukan: a) Transfer Ipteks; b). Penyuluhan dan pendampingan; c) Pelatihan pengelolaan sampah menjadi produk yang bernilai; d) Koordinasi dengan instansi terkait. Hasil kegiatan yang dilakukan Tim Ibm Universitas Nusa Bangsa dapat disimpulkan : a) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pembuangan dan pengelolaan sampah mencapai 70%; b) Para Pengelola sampah TPS3R Cibadak sangat antusias untuk meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan sampah; c) Dukungan Pemda Kota Bogor khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor sangat baik terbukti dari kegiatan-kegiatan sosialisasi, pendampingan dan penyuluhan yang dilakukan secara berkelanjutan. Kata kunci : Ipteks, Kampung Pro Iklim, Masyarakat, Sampah Rumah Tangga, TPS3R
480
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
1. PENDAHULUAN Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Sampah di Kota Bogor masih menjadi permasalahan utama karena volumenya terus meningkat. Sekitar 60 % timbunan sampah di Kota Bogor berasal dari pemukiman, 10 % dari pasar, dan sisanya dari beberapa tempat timbunan sampah liar atau yang terangkut dari sungai. Tahun 2011 jumlah timbunan sampah mencapai 2.294 m3/hari atau naik sebesar 3,13% dibandingkan kondisi tahun 2010 yang mencapai 2.224 m3/hari. Pada tahun 2015 diperkirakan sampah yang dihasilkan warga Kota Bogor mencapai 2.673 m3/hari, sedangkan yang terangkut ke TPA Galuga hanya 1.884 m3/hari atau baru mencapai 70,5%. Artinya ada 789 m3 sampah per hari (setara dengan 150 ton sampah) yang tidak terangkut ke tempat pembuangan akhir sampah. Berkaitan dengan kondisi iklim, sampah berpotensi memberi sumbangan terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca, akibat penumpukan sampah tanpa diolah dapat melepaskan gas methane (CH4). Setiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas CH4. Jika perkiraan sampah yang dihasilkan Kota Bogor pada tahun 2015 mencapai 2.673 m3 (≈ 2.673 ton) maka jumlah gas CH4 yang diemisikan ke atmosfer diperkirakan mencapai 133.650 kg (Sudarman, 2010). Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa sampah adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca dalam bentuk CH4 (methane). Gas CH4 memiliki potensi merusak 20 kali lebih besar dari gas CO2. Untuk mengurangi dampak sampah terhadap perubahan iklim, perlu dilakukan kegiatan pengelolaan sampah ditingkat rumah tangga maupun masyarakat. Hal ini juga merupakan salah satu upaya mitigasi perubahan iklim dalam menciptakan Kampung Pro Iklim (PROKLIM). Kegiatan mitigasi perubahan iklim yang dapat dilakukan antara lain : 1) pewadahan dan pengumpulan sampah di tingkat rumah tangga dengan menyediakan tempat sampah yang layak; 2) menyediakan instalasi pengolahan sampah ditingkat RT/RW atau melalui TPS3R sehingga sampah dapat dikelola dengan baik; 3) memanfaatkan hasil pengolahan seperti kompos atau kerajinan yang dapat dijual sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Upaya mitigasi perubahan iklim dengan pengelolaan sampah ini selain dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, juga dapat mengurangi sampah sebesar 50- 60 % dari timbunan sampah yang dihasilkan rumah tangga. Universitas Nusa Bangsa (UNB) merupakan perguruan Tinggi yang juga melaksanakan kegiatan Tri Dharma PT, salah satunya adalah pengabdian pada masyarakat. Salah satu kegiatan pengabdian dilakukan melalui Kegiatan Ipteks Bagi Masyarakat (Ibm) yang sepenuhnya berbasis pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini melibatkan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (RISTEK DIKTI) bertujuan untuk : 1) Mengembangkan kegiatan pengelolaan sampah di tingkat masyarakat, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat menciptakan terbentuknya kampung PRO IKLIM (PROKLIM); 2) Mengelola sampah menjadi produk yang bernilai ekonomi dan 3) Menciptakan Manajemen pengelolaan sampah yang transparan berbasis pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan nilai jual produk sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 1.
METODE
Kegiatan dilaksanakan di Wilayah RW 04 Kelurahan Cibadak. Pemilihan lokasi didasarkan bahwa TPS3R Cibadak berada di wilayah tersebut. TPS3R Cibadak sendiri melayani pembuangan sampah dari masyarakat dan harus melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah, sehingga dapat mengurangi volume sampah yang diangkut ke TPA Galuga. Transfer IPTEKS yang dilakukan Tim IbM-UNB menggunakan metode pendekatan masalah, dengan prinsip bahwa setiap inovasi yang diterima oleh masyarakat (Mitra) sebaiknya melalui proses: Mendengar, Mengetahui, Mencoba, Mengevaluasi, Menerima, dan
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
481
Melaksanakan. Rencana Kegiatan yang dilaksanakan dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan (Gambar 1) dan diuraikan sebagai berikut : 1.1. Sosialisasi Program dan Rencana Tindakan : Kegiatan ini melibatkan seluruh pengelola sampah dan masyarakat (Mitra 1) dan CV. Saung Hirup yaitu UKM yang juga memiliki visi pemberdayaan masyarakat (Mitra 2), dan dinas terkait (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor) dengan harapan semua Mitra dapat terlibat secara langsung untuk mencapai keberhasilan kegiatan. Sosialisasi program dan rencana tindakan Kegiatan Ibm meliputi penyampaian rincian aktivitas pembinaan secara detail pada Mitra (1) dan Mitra (2), karena setiap langkah pembinaan membutuhkan partisipasi Mitra. 1.2. Pelatihan-pelatihan pemanfaatan sampah organik dan anorganik menjadi pupuk kompos dan kerajinan yang bernilai ekonomi. Hal ini dilakukan dengan melibatkan para pengelola sampah dan masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pengelola sampah dan meningkatkan kesadaran masyarakat. 1.3. Pencatatan, Pendampingan dan Evaluasi Kegiatan. Keseluruhan kegiatan, baik menyangkut aktivitas maupun cash flow harus selalu tercatat dengan baik. Bagian ini merupakan bagian yang sulit dilakukan, karena pada umumnya pengelola sampah tidak melakukan pencatatan dengan baik, mengenai iuran dari masyarakat, biaya pengolahan maupun hasil penjualan produknya. Pembukuan secara sederhana menjadi bagian penting untuk monitoring dan evaluasi sehingga kegiatan dapat berjalan secara berkelanjutan. Selain itu perlu pendampingan sehingga pengelolaan sampah di TPS3R Cibadak dapat berjalan secara berkelanjutan bahkan dapat menjadi percontohan bagi pengelolaan sampah di wilayah RW-RW yang lain.
TIM IBM UNB
MITRA 1
MITRA 2
MASALAH
Pelatihan dan pendampingan Teknologi
a. Pengelolaan sampah b. Teknologi c. Manajemen & Pemasaran produk
OUTPUT KEGIATAN OUTPUT KEGIATAN 1. PRODUK1. PRODUK KEBERSIHAN LINGKUNGAN 2. KEBERSIHAN LINGKUNGAN 3. KEBERLANJUTAN PROGRAM 3. KEBERLANJUTAN PROGRAM
KAMPUNG PROKLIM
Gambar 1. Kerangka Pendekatan Masalah
482
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Produk Teknologi Peluang pasar
Peningkatan PENERIMAAN USAHA
2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum TPS3R Cibadak berada di wilayah RW 04 Kelurahan Cibadak. Saat ini melayani 415 KK. Volume sampah yang dikelola sebanyak 6 m3 (6 kubik) per hari, dengan rincian sampah organik sebanyak 1 m3; sampah non organik 4 m3 (plastik, botol-botol, kaleng, besi) dan residu 1 m3 (berupa pampers,dll). Sampah organik dibuat pupuk kompos secara sederhana. Sampah non organik dipilah dan dibersihkan kemudian dijual kepada pengepul. Hasil penjualannya digunakan untuk operasional pengelolaan TPS3R (antara lain untuk upah petugas TPS3R, pemeliharan sarana prasarana). Residu diangkut ke TPA Galuga oleh DKP Kota Bogor. Kondisi umum TPS3R Cibadak cukup memadai, namun baru mampu melayani pembuangan sampah dari warga terdekat di mana TPS3R itu berada serta pengelolaannya masih minim teknologi. Kondisi TPS3R Cibadak (Gambar 2).
Gambar 2. Kondisi TPS3R Cibadak
2.1.
Sosialisasi Program
Sosialisasi kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat dilakukan untuk meningkatkan peran TPS3R Cibadak dalam pengelolaan sampah sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat menciptakan terbentuknya kampung PRO IKLIM (PROKLIM). Kegiatan ini sekaligus sebagai awal pendampingan bagi pengelola TPS3R Cibadak dan penyuluhan bagi masyarakat. TPS3R Cibadak sebenarnya sudah melakukan pemilahan sampah menjadi 3 bagian yaitu : sampah organik, sampah non organik dan residu (ilustrasi Gambar 3). Namun penataannya kurang baik sehingga masih memberi kesan kumuh, kotor dan bau. Sedangkan masyarakat sendiri belum melakukan pemilahan sampah dari rumah (masih mencampurkan semua jenis sampah dalam 1 wadah), sehingga menyulitkan pengelola TPS3R untuk memilahnya. Oleh karenanya sosialisasi ini perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan meningkatkan peran TPS3R Cibadak. Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup (2012), Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu lingkungan bebas sampah. Berdasarkan jenisnya Sampah rumah tangga dibagi menjadi : a) Sampah organik (bersifat degradabel) merupakan sampah yang dapat di urai oleh hewan mikro organisme; b) Sampah anorganik (non degradabel) merupakan sampah yang tidak dapat diurai oleh bakteri
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
483
atau hewan atau mikro organisme namun masih dapat didaur ulang menjadi kerajinan-kerajinan atau produk turunan lainnya; 3) Residu adalah sampah yang tidak dapat terurai dan tidak dapat didaur ulang.
TPS3R
KAS TPS3R
Gambar 3. Proses Pemilahan Sampah di TPS3R Cibadak
2.2.
Pelatihan Pemanfaatan Sampah
Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola sampah TPS3R dan masyarakat, dilakukan pelatihan pemanfaatan sampah organik dan non organik. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di Kampus UNB dan di rumah Ketua TPS3R Cibadak. Kegiatan melibatkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dan Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Bogor sebagai nara sumber. Materi yang disampaikan meliputi : a) Pengetahuan tentang pengelolaan sampah organik dan anorganik; b) Teknologi sederhana dalam pengolahan sampah menjadi produk yang bernilai ekonomi ; dan c) Manajemen pengelolaan sampah. Pengetahuan dalam pemilahan sampah rumah tangga sebagai sampah organik dan anorganik sangat penting untuk diketahui, karena kedua jenis sampah ini akan beda dalam teknologi pengelolaan dan pengolahannya. Sampah organik umumnya dikelola untuk dijadikan pupuk kompos, sedangkan sampah non organik (botol plastik, plastik kemasan, koran, dll) dapat dijadikan produk keterampilan yang ramah lingkungan seperti pot hidroponik, tempat pensil, bunga, tas dan produk lainnya, atau dapat dijual ke pengepul/pabrik untuk diolah atau didaur ulang lebih lanjut. Sedangkan residu seperti pampers akan diangkut oleh DKP ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Galuga. Pembuatan kompos berbahan sampah organik di TPS3R Cibadak diharapkan dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh sampah yang menumpuk, diperoleh produk yang bernilai ekonomi dan ramah lingkungan serta mengurangi volume sampah yang diangkut ke TPA. Menurut Supriatin, et al (2003) dekomposisi sampah (landfill) di TPA dapat menyumbangkan gas rumah kaca berupa gas metana (CH4) sebesar 15-20%. Oleh karena besarnya efek rumah kaca dari gas metana CH4), maka usaha-usaha penanggulangannya 484
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
seharusnya diarahkan kepada pengendalian sumber-sumber emisi tersebut, antara lain dengan melakukan pengomposan sampah. Pelatihan pemanfaatan sampah anorganik menjadi kerajinan yang bernilai ekonomi, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu khususnya di wilayah TPS3R Cibadak dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis swadaya masyarakat. Beberapa keuntungan yang diperoleh melalui kegiatan pengomposan dan pembuatan kerajinan adalah : a) Perbaikan manajemen lingkungan; b) Penurunan jumlah sampah yang harus diangkut ke TPA; c) Penurunan jumlah sampah yang dapat mencemari saluran air atau air tanah serta mengurangi sarang penyakit; d) Kualitas udara meningkat; e) Menyerap tenaga kerja dan f) Meningkatkan pendapatan. Berkaitan dengan manajemen pengelolaan sampah yang transparan dengan administrasi pembukuan yang sederhana penting dilakukan mengingat biaya pengelolaan sampah dan upah tenaga kerja diperoleh dari iuran masyarakat yang membuang sampahnya. Jika ini dapat dilakukan maka dimungkinkan kegiatan TPS3R dapat terus berkelanjutan.
Gambar 4. Kegiatan Pelatihan dan Produk yang dihasilkan
Untuk meningkatkan wawasan pengelola TPS3R dilakukan studi banding ke TPS3R Rangga Mekar. TPS3R ini merupakan salah satu TPS3R percontohan Kota Bogor. TPS3R Rangga Mekar terletak di lingkungan Perumahan elit Bogor Nirwana Residence (BNR). Keberadaanya sangat bersih dan sudah melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan baik. TPS3R Rangga Mekar memiliki Rumah kreatif Nusantara, yang menopang keberadaan TPS3R dalam memberikan pendidikan/edukasi kepada masyarakat. Selain itu sudah memiliki Bank sampah. Keberadaan Bank sampah ini sangat membantu masyarakat untuk menabung dengan cara menyetorkan sampah anorganik (antara lain botol, kaleng, plastik) ke Bank Sampah Rangga Mekar. TPS3R Rangga Mekar juga bekerjasama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Kelurahan Rangga Mekar yang memanfaatkan pupuknya untuk kegiatan pertanian. 2.3.
Pencatatan, Pendampingan dan Evaluasi Kegiatan.
Pencatatan pengelolaan TPS3R dilakukan secara sederhana meliputi pencatatan daftar warga yang membuang sampahnya, jumlah sampah yang diangkut oleh pengelola sampah, iuran
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
485
warga serta biaya operasional pengolahan sampah. Selain itu pencatatan juga dapat digunakan untuk memprediksi volume sampah yang harus diolah setiap harinya dan evaluasi kegiatan pengelolaan sampah. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan Ibm terjadi peningkatan kesadaran masyarakat dalam pembuangan dan pengelolaan sampah rumah tangga mencapai 70%. Pembuatan kompos di TPS3R Cibadak belum mendapatkan sentuhan teknologi pengomposan. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat kompos masih lama (sekitar 4 minggu). Kompos yang dihasilkan masih tercampur dengan sampah anorganik (seperti plastik). Oleh kareananya perlu teknologi tepat guna dalam pembuatan kompos. Hasil pelatihan dan pendampingan menunjukkan bahwa para Pengelola sampah TPS3R Cibadak sangat antusias untuk meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan sampah melalui pengomposan, ini merupakan modal dalam pengelolaan sampah selanjutnya. Untuk meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan akan dilakukan pendampingan secara berkelanjutan, pemanfaatan beberapa bioaktivator dalam pembuatan kompos, serta analisis hara kompos yang dihasilkan. Selain itu mengingat operasional pengelolaan TPS3R Cibadak juga sangat tergantung dari iuran warga sebesar Rp. 5000,-/bulan, yang faktanya tidak semua warga membayar secara rutin, maka diperlukan terus dukungan dari pemerintah daerah Kota Bogor, sampai TPS3R ini dapat berjalan dengan baik/mandiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI (2012) tentang Kampung Iklim, Pengelolaan sampah di TPS3R Cibadak merupakan salah satu upaya mitigasi perubahan iklim untuk menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak perubahan Iklim. 3.
KESIMPULAN
Hasil kegiatan yang dilakukan Tim Ibm UNB dapat disimpulkan : a) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pembuangan dan pengelolaan sampah mencapai 70%; b) Para Pengelola sampah TPS3R Cibadak sangat antusias untuk meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan sampah sebagai upaya mendukung progam Kampung Proklim; c) Dukungan Pemda Kota Bogor sangat baik, namun masih diperlukan dukungan Pemda Kota Bogor khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor melalui sosialisasi informasi, pendampingan dan penyuluhan yang dilakukan secara berkelanjutan agar TPS3R Cibadak dapat mandiri.
486
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
DAFTAR PUSTAKA [1] Abdullah, A. 2015. Teknik Pengolahan Kotoran Ternak Sapi Potong menjadi Pupuk Organik. Laporan Praktek Kerja Lapang di CV. Saung Hirup. Universitas Nusa Bangsa Bogor. [2] Eko,N dan Soemarno. 2013. Perancangan Sistem Pemilahan, Pengeringan dan Pembakaran Sampah Organik Rumah Tangga. Indonesian Green Technology Journal. 2(1). E-ISSN. 2338-1787. [3] Karmanah, D.B.Wibaningwati dan Rakhno. 2011. Kajian Pemberian Dekomposer pada Proses Pembuatan Kompos Cair Berbahan Sampah Rumah Tangga dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor ). Makalah Seminar Nasional Ilmu-Ilmu Kimia dan Lingkungan. Fakultas MIPA. Univeristas Nusa Bangsa. Bogor. [4] Karmanah, P.Wahid, E.R. Sari. 2012. Pengembangan Biogas dalam Pembangunan Desa Mandiri Energi sebagai Upaya Menekan Efek Rumah Kaca dalam Bidang Peternakan. Makalah Seminar Peranan Teknologi dalam Menjawab Tantangan Pertanian Global. Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa. Bogor. [5] Sudarman. 2010. Meminimalkan Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global. Profesional 8(1), 51-59. Journal.unnes.ac.id. [diakses 25 Februari 2016] [6] Supriati, N.S.Indrasti dan m. Romli. 2003. Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca melalui Pengomposan Sampah. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 18(1) 53-59. www.academia.edu [diakses 30 September 2016]. [7] Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2012. Peraturan Menteri No.19 Tentang Program Kampung Iklim. www.menlh.go.id. [diakses 10 September 2016]
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
487