I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini memicu para peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih meningkat. Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak 1
goreng, margarin, dan formula makanan. Perkembangan ini juga membuat penelitian mengenai karakteristik ( fisik dan kimiawi ) semakin dinamis. Oleh karena itu penelitian yang terkait karakteristik terus dikembangkan, seperti halnya perilaku kadar air dan tingkat kekerasan biji jagung. Jagung dengan varietas NK 22 dan Pioneer merupakan varietas yang saat ini sangat banyak ditanam oleh petani di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. kedua varietas tersebut tentunya memiliki keunggulan pada karakteristiknya masing-masing baik itu dari segi bentuk dan ukuran pada biji dan tongkol serta penampakan lainnya. Akan tetapi jika ditinjau dari karakteristik masing-masing kedua varietas ini belum terlalu banyak tersedia. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai karakteristik fisik dimana dalam hal ini untuk mengetahui perilaku tingkat kekerasan biji jagung selama pengeringgan lapisan tipis. 1.2. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kekerasan dan kadar air biji jagung selama proses pengeringan lapisan tipis. Keguanaan penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerhati (stakeholder) jagung, khusunya industri pengolahan biji jagung.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jagung ( Zea Mays L ) Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011a) Menurut Tjitrosoepomo, 1991 tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L. Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh 3
patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari (Anonim, 2011a). Menurut Anonim, 2011a jika ditinjau dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung di buat maka dapat dilihat berbagai tipe kultivar jagung :
1. galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih 2. komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul 3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam 4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis. Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata 12 - 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30 - 150 cm dan lebar daun dapat mencapai 15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan unutk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ). 4
Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar 2 – 4 cm tergantung pada varietasnya. Genetic memberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987). Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata 250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991). 2.2. Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997). Salah
satu
adalah
kadar
kadar
air
faktor air, bahan
yang
mempengaruhi
pengeringan untuk
bertujuan
proses
pengeringan
untuk
mengurangi
menghambat
perkembangan
5
organisme pembusuk. Kadar air suatu bahan berpengaruh terhadap banyaknya
air
yang
diuapkan
dan
lamanya
proses
pengeringan
(Taib et al. 1988). Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan
1000C
–
1020C
sampai
diperoleh
berat
yang
tetap
(Apriyantono, 1989). Dalam mencegah keruskan selama masa penyimpanan, pengendalian kadar air merupakan faktor terpenting. Pengendalian kadar air adalah faktor yang paling mudah dan murah sebelum dilakukan penyimpanan terhadap bahan. Perkembangan kapang dapat ditekan dengan adanya pengurangan kadar air selama penyimpanan (Wiliam, 1991). Pengeringan yang berlanjut dengan menggunakan sinar matahari dapat menyebabkan biji-bijian retak dan kehilangan daya hidupnya (Covanic, 1991). Selama masa penyimpanan kadar air bahan pangan akan bergerak menuju kadar air keseimbangan. Henderson dan Perry (1976) mengemukakan bahwa kadar air keseimbangan terjadi pada saat biji-bijian tidak lagi menyerap atau melepas uap air. Pengeringan mekanis untuk menurunkan kadar air sampai 14% selama 2.5 hari efektif untuk mengontrol aflatoksin pada jagung yang diproduksi pada musim hujan. Untuk menghemat biaya (Negler et al. 1986).
6
Kadar air suatu bahan merupakan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan yang dinyatakan dalam persen basis basah (wet basis) atau dalam persen basis kering (dry basis). Kadar air basis basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air basis kering lebih 100%. Kadar air basis basah (b,b) adalah perbandingan antara berat air yang ada dalam bahan dengan berat total bahan. Kadar air basis basah dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
......................................(1) Keterangan: KA-bb
= Kadar air basis basah (% bb)
Wm = Berat air dalam bahan (g) Wd
= Berat bahan kering (g)
Wt
= Berat total (g) kadar air basis kering (b,k) adalah perbandingan antara berat air yang
ada dalam bahan dengan berat padatan yang ada dalam bahan. Kadar air berat kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut: ........................................(2) Keterangan: KA-bk
= Kadar air basis kering (% bk)
Wm
= Berat air dalam bahan (g)
Wd
= Berat bahan kering (g)
Wt
= Berat total (g)
7
Kadar air basis kering adalah berat bahan setelah mengalami pengeringan dalam waktu tertentu sehingga beratnya konstan. Pada proses pengeringan, air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan meskipun demikian hasil yang diperoleh disebut juga sebagai berat bahan kering (Ramadhani, 2011) 2.3. Pengeringan Pengeringan adalah proses pindah panas dan kandungan air secara stimultan udara panas yang dibawa oleh media pengering akan digunakan untuk menguapakan air yang terdapat didalam bahan. Uap air yang berasal dari bahan akan dilepaskan dari permukaan bahan keudara kering (Pramono, 1993) Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Tujuan dari pengeringan antara lain adalah untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti agar bahan memiliki masa simpan yang lama (Taib et al. 1988). Disisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum digunakan yaitu rehidrasi (Muchtadi, 1989). Proses pengeringan pada umumnya digunakan pada bahan pangan dengan dua cara yaitu pengeringan dengan penjemuran dan pengeringan dengan alat pengering. Kelemahan dari penjemuran adalah waktu pengeringan lebih lama dan lebih mudah terkontaminasi oleh kotoran atau
8
debu sehingga dapat mengurangi mutu akhir produk yang dikeringkan. Di sisi lain pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan alat biayanya lebih mahal, tetapi mempunyai kelebihan yaitu kondisi sanitasi lebih terkontrol sehingga kontaminasi dari debu, serangga, burung atau tikus dapat dihindari, selain itu pula dehidrasi dapat memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan (Desrosier, 1988). Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9-11 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan (sutoro, 1988). Pengeringan lapisan tipis dimaksudkan untuk mengeringkan produk sehingga pergerakan udara dapat melalui seluruh permukaan yang dikeringkan yang menghasilkan terjadinya penurunan kadar air dalam proses pengeringan. Pengeringan lapisan tipis merupakan suatu pengeringan yang dilakukan dimana bahan dihamparkan dengan ketebalan satu tipis (satu) (Sodha et al. 1987).
9
Pengeringan lapisan tipis adalah pengeringan oleh udara dengan suhu dan kelembaban tetap dan dapat menembus seluruh bahan yang dikeringkan. Pada pengeringan lapisan tipis bidang pengeringan lebih besar dan ketebalan bahan dikurangi sehingga pengeringan berlangsung serentak dan merata ke seluruh bahan (Henderson et al. 1976). Pengeringan lapisan tipis mempunyai beberapa kelebihan yaitu penanganan kadar air dapat dilakukan sampai minimum, biji dengan kadar air maksimum dapat dipanen dan periode pengeringan dapat lebih pendek untuk kadar air yang sama (Brooker, 1974). 2.4. Pengaruh Suhu Pengeringan Pada Proses Pengeringan Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh kenaikan suhu. Semakin besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan bahan yang dikeringkan, semakin besar pula kecepatan pindah panas ke dalam bahan pangan sehingga penguapan air dari bahan akan lebih banyak dan cepat (Taib, G, et al. 1988). Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering makin besar energy panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka makin cepat pula massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfir (Taib, G. et al. 1988). Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengering, makin tinggi energy yang disuplai dan makin cepat laju pengeringan. Akan tetapi
10
pengeringan yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan terlalu cepat kering. Sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan air bahan kepermukaan. Hal ini menyebabkan pengerasan permukaan bahan (case hardering). Selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhalang. Disamping itu penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak daya fisiologik biji-bijian/benih (Taib, G. et al. 1988) 2.5. Alat Pengering Tipe Rak (Tray Dryer) Tray dryer atau alat pengering berbentuk rak, mempunyai bentuk persegi dan di dalamnya berisis rak-rak, yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Bahan diletakkan di atas rak (tray) yang terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang-lubang ini untuk mengalirkan udara panas dan uap air. Luas rak yang digunakan
bermacam-macam. Luas rak dan besar lubang-lubang rak
tergantung pada bahan yang akan dikeringkan. Apabila bahan yang akan dikeringkan berupa butiran halus, maka lubangnya berukuran kecil. Selain alat pemanas udara, biasanya digunakan juga kipas (fan) untuk mengatur sirkulasi udara dalam alat pengering. Udara setelah melewati kipas masuk ke dalam alat pemanas, pada alat ini udara dipanaskan lebih dahulu kemudian dialirkan diantara rak-rak yang sudah berisi bahan (Taufiq, 2004) 2.6. Parameter Pengeringan Menurut
Brooker
et
al.
(1974)
bebrapa
parameter
yang
mempengaruhi lama waktu yang dibutuhkan pada proses pengeringan antara lain :
11
a. Suhu udara pengering Suhu udara pengeringan akan mempengaruhi laju penguapan air bahan dan mutu pengeringan. Semakin tinggi suhu maka panas yang digunakan untuk penguapan air akan meningkat sehingga waktu pengeringan akan menjadi lebih singakat. Agar bahan uang dikeringkan tidak sampai rusak, suhu harus dikontrol terus menerus. b. Kelembaban relatif (RH) udara pengering Kelembaban relatif menentukan kemampuan udara pengering untuk menampung kadar air bahan yang telah diuapkan. Jika RH semakin rendah maka semakin banyak uap air yang diserap udara pengering, demikian juga sebaliknya. RH dan suhu pengering akan menentukan tekanan uap jenuh. Perbedaan tekanan uap air pada udara pengering dan permukaan bahan akan mempengaruhi laju pengeringan. Untuk proses pengeringan yang baik diperlukan RH yang rendah sesuai dengan bahan yang akan dikeringkan. c. Kecepatan aliran udara pengering Aliran udara pada proses pengeringan berfungsi membawa panas untuk menguapkan kadar air bahan serta mengeluarkan uap air hasil penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan bahan dengan panas harus segera dikeluarkan agar tidak membuat jenuh udara pada permukaan bahan yang akan mengganggu proses pengeringan. Semakin besar volume udara yang mengalir maka akan semakin besar kemampuannya dalam membawa dan menampung air dari permukaan bahan.
12
d. Kadar air bahan Keragaman kadar air awal bahan sering dijumpai pada proses pengeringan dan hal ini juga menjadi suatu masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah ini adalah dengan mengurangi ketebalan tumpukan bahan yang dikeringkan, mempercepat aliran udara pengering, menurunkan suhu udara pengering dan dilakukan pengadukan bahan. Kadar air akhir bahan merupakan tujuan proses pengeringan, besarnya kadar air akhir akan menentukan lamanya proses pengeringan berlangsung. 2.7. Tesktur Tekstur merupakan penilaian keseluruhan terhadap bahan makanan yang dirasakan oleh mulut. Ini merupakan gabungan rangsangan yang berasal dari bibir, lidah, dinding rongga mulut, gigi bahkan termasuk juga telinga (Tranggono dan Sutardi, 1990). 2.7.1. Pengujian dan Pengukuran Tekstur Tekstur merupakan atribut atau faktor penting dari kualitas yang menentukan kelayakan dari suatu bahan pangan, baik itu buah maupun sayuran. Walaupun demikian, tekstur bukanlah merupakan suatu atribut tunggal, tetapi merupakan sifat kolektif yang meliputi sifat-sifat biologis maupun mekanis dari suatu bahan pangan dan merupakan perwujudan dari analisis sensorik terhadap rasa dari bahan pangan itu di mulut konsumen (Abbott dan Harker, 2005).
13
Pengukuran tekstur telah menjadi salah satu faktor terpenting dalam industri pangan, khususnya sebagai indikator dari aspek non-visual. Kemampuan dalam menguji dan mengukur tekstur,
memberikan
keleluasaan
untuk
menetapkan
standar
segi
pengepakan/pengemasan
bagi
kualitas
pihak baik
maupun
industry itu
dari
penyimpanan
(Abbott dan Harker, 2005). Ada dua metode pengukuran tekstur yang sering digunakan. Metode pertama adalah Evaluasi Sensorik (Sensory evaluation). Pengujian ini dilakukan oleh sekelompok orang sebagai panelis yang bertugas untuk menguji dan merasakan tekstur dari produk atau bahan pangan tersebut. Metode yang kedua adalah Evaluasi dengan
Instrumen/alat
uji
(Instrumental
measurements)
(Instron, 2006). Terdapat tujuh macam prinsip pengukuran tekstur menurut Supratomo (2006), antara lain sebagai berikut : 1. Penekanan (Compression) 2. Ekstruksi, dapat digunakan untuk mengukur kekentalan pasta. 3. Puncture dan Penetration (ditusuk) 4. Ditarik (Tension) 5. Pemotongan dan Penggesekan (Cutting and Shearing) 6. Pematahan (Fracture and Bending) 7. Kelengketannya (Adhesion)
14
2.7.2. Metode Tekan Metode tekan dapat digunakan untuk mengukur kekerasan sereal, roti yang segar, memar pada buah atau besar tekanan untuk mencegah memar, kekerasan tablet dan elastisitas surimi, dimana permukaan instrumen lebih besar dari permukaan benda yang ditekan. 2.7.3. Metode Tusuk Puncture (metode tusuk) menggunakan jarum sifatnya merusak. Prinsip ini digunakan untuk mengukur kekerasan suatu bahan, dimana permukaan instrumen lebih kecil daripada permukaan benda. Bisa menyebabkan tekanan dan gesekan. Alatnya bisa berbentuk datar, kerucut (conical), lengkung (jari). Dapat digunakan untuk mengukur adonan biskuit (konsistensinya), dan tingkat kematangan buah (Supratomo, 2006). Pada metode penusukan (puncture), probe ditekan oleh besaran gaya yang konstan untuk dapat menusuk sampel pada kedalaman dan waktu tertentu dan dalam keadaan yang ditetapkan sebelumnya. Besarnya gaya yang diperlukan untuk menusuk atau menerobos sampel menunjukkan derajat kekerasan (hardness), atau kesegaran (firmness) sampel tersebut. Metode ini digunakan untuk menguji kesegaran (firmness) pada buah-buahan, sayuran dan keju, menguji kekerasan (hardness) pada permen, coklat dan margarine, atau bloom test untuk gelatin.
15
Penelitian di Australia mengenai tingkat kekerasan biji jagung menunjukkan gaya yang dibutuhkan untuk mulai pecahnya jagung pada kelembaban yang berbeda berkisar 298,11-198,44 N untuk varietas Sc704 dan 321,67-218 N untuk varietas Dc370. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kedua varietas kekuatan pecah sangat tergantung pada kadar air. Untuk kurva kekuatan yang lebih besar diperlukan kadar air yang rendah untuk memecahkan butir. Kekuatan pecah kecil di yang kadar airnya lebih tinggi dihasilkan dari fakta bahwa jagung tersebut mungkin memiliki tekstur yang lebih lembut pada kadar air tinggi. Begitu pula halnya dengan nilai energy yang diperoleh pada tingkat kekerasan berkisar 64,67-130,8 N.mm pada varietas Sc704 dan 72,71-80,33 N.mm pada varietas Dc370 (Alimardani dan seifi, 2010).
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Processing Program Studi Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat penguji tingkat kekerasan produk hasil pertanian (Texture Analyzer - TA-XTPlus), alat pengeringan lapisan tipis (Tray Dryer model EH-TD-3000), oven, timbangan digital, kawat kasa, dan thermometer. Bahan yang digunakan adalah jagung varietas NK 22 dan Pioneer yang diperoleh dari petani jagung di Kabupaten Takalar. C. Parameter Pengamatan Parameter yang diamati meliputi:
Berat sampel jagung setiap selang satu jam pengeringan
Tingkat kekerasan sampel pada pengeringan jam ke 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan 28.
D. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut 1. Pengambilan sampel jagung di lapangan a. Mengidentifikasi kebun jagung yang telah siap panen di Kabupaten Takalar b. Melakukan pemanenan jagung langsung di kebun petani terkait.
17
c. Memilih lima tongkol jagung dari tiap-tiap varietas Pioneer dan NK 22 untuk dijadikan sample d. Sample dibawah ke lab Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin 2. Penyiapan sample di laboratorium a. melakukan pemipilan pada tongkol jagung secara manual dan mengambil biji yang memiliki ukuran yang hampir sama untuk masing-masing varietas. b. Biji jagung terpilih sebagai sampel kemudian dibersihkan dengan cara menggosok di antara telapak tangan sehingga biji jagung benar-benar bersih dari sisa-sisa tongkol. c. Biji yang telah dibersihkan tersebut kemudian diletakkan dalam kasa sehingga membentuk lapisan tipis (satu lapis, posisi biji tidak bertumpuk). Satu varietas ditempatkan dalam dua kasa. Setiap kasa berisi sekitar 70 biji jagung. 3. Penentuan sample a. Menyiapkan empat buah kawat kasa (ukuran kisi sekitar 0.5 x 0.5 cm) dengan ukuran sekitar 10 cm x 20 cm yang digunakan sebagai wadah sampel jagung selama proses pengeringan.. b. Keempat wadah kasa dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama digunakan untuk sampel (Pioneer dan NK22) yang akan dianalisis tingkat kekerasannya. Sedangkan kelompok lainnya disiapkan untuk pengamatan penurunan berat sampel (Pioneer dan NK22) sepanjang proses pengeringan.
18
c. Kasa kelompok pertama diberi label sampel analisis, sedangkan kasa kelompok kedua sampel tanpa analisis. d. Sebelum pengeringan dimulai, kasa yang telah diberikan sample Pioneer dan NK 22 tanpa analisis di timbang dengan menggunakan timbangan digital untuk mengetahui berat awalnya. Penimbangan serupa dilakukanpada setiap selang waktu pengeringan satu jam sampai berat sampel konstan. Suhu pengeringan ditetapkan sebesar 470C dengan dua tingkat kecepatan udara yakni 1.0 m/s dan 1.5 m/s. e. Tingkat kekerasan biji diukur pada selang waktu pengeringan jam ke 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan 28 (gambar 1). Sebelum sampel dikeringkan, tingkat kekerasan (F:Gaya, P:Tekanan, E:Energi) juga diukur dan ditetapkan sebagai tingkat kekerasan awal sampel. f. Secara grafik disain penelitian ini disajikan pada Gambar-1 berikut.
KA. BK, KA. BB
1
2
3
5
7
9
11
13
16
19
22
25
Waktu
Gambar 1: Grafik skenario pengukuran tingkat kekerasan sampel (F, P dan E)
19
28
4. Proses Pengeringan a. Menyiapkan alat Tray Drier b. Menstabilkan suhu alat pengering pada suhu 47oC sekitar satu jam c. Setelah suhu alat pengering stabil, kecepatan udara pengeringan diatur untuk mendapatkan kecepatan udara sesuai dengan target perlakuan, yakni 1.0 m/s dan 1.5 m/s. Untuk penentuan kecepatan ini digunakan alat Anemometer. d. Untuk menjaga agar sample tidak berinteraksi dengan udara lingkungan pada saat pengeringan diistirahatkan untuk pengukuran tingkat kekerasan sampel, maka sample (P1) dimasukkan kedalam plastik kedap udara dan disimpan di dalam desikator sebelum pengukuran dimulai. e. Keseluruhan kasa tersebut dimasukkan kedalam alat pengering Tray Drier secara bersamaan. f. Untuk sample tanpa Analisis Pioneer dan NK 22 ditimbang tiap jam sampai beratnya konstan g. Untuk pengujian tingkat kekerasan diambil 6 biji jagung pada sample analisis Pioneer dan Analisis NK 22 dan diukur tingkat kekerasananya pada setiap selang waktu 1 jam, 2 jam dam 3 jam. h. Setelah berat sampel tanpa analisis konstan, sample dimasukkan kedalam oven selama 72 jam pada suhu 1050C untuk mendapatkan berat keringnya. Informasi berat sample pada setiap selang waktu pengamatan dan berat kering digunakan untuk menentukan kadar air biji jagung.
20
5. Proses uji tingkat kekerasan a. Menyiapkan alat Texture Analyzer b. Memasang Probe dengan model sms P/2 yang berdiameter 3.25 mm untuk metode tusuk (puncture). c. Meletakkan biji jagung diatas penopang Texture Analyzer d. Pengukuran tingkat kekerasan pada sampel. E. Analisis dan Penyajian Data (Pengolahan Data) Berdasarkan berat sampel pada setiap jam pengeringan dan berat kering sampel (berat setelah oven), kadar air sampel dihitung dengan persamaan sebagai berikut: a. Kadar Air Basis Basah (KA. BB) KA.BB =
x 100 % ...................................................................... (3)
Dimana : m = kadar air basis basah (%) A = berat awal (g) B = berat akhir (g) b. Kadar Air Basis Kering (KA. BK) KA. BK =
x 100 % ..................................................................... (4)
Dimana : m = kadar air basis kering (%) A = berat awal (g) B = berat akhir (g) c. Tingkat kekerasan biji direpresentasikan dengan nilai Gaya, Tekanan dan Energi yang dibutuhkan untuk meretakkan biji jagung. Ketiga paratemer ini dihitung dengan rumus-rumus berikut:
F = langsung diperoleh dari hasil pengujian 21
P = F/A ......................................................................................... (5) Dimana : A adalah luas permukaan probe yang digunakan pada saat pengujian pada alat Texture Analyzer yaitu : dimana
Energi .................................................................(6) dimana nilai F (N) dan S (mm) diperoleh langsung dari proses pengukuran. Faktor 0.5 digunakan mengingat gerakan F terhadap S yang membentuk bidang segitiga.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Air Hasil pengukuran kadar air basis basah dan kadar air basis kering untuk kedua varietas jagung yang digunakan pada kedua level perlakuan kecepatan udara disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Laju kadar air basis kering Biji Jagung Varietas Pioneer dan NK 22 Pada Keceptan (v=1m/s dan v=1.5m/s) Terhadap Waktu Pengeringan KA. BK KA.BK KA. BK KA. BK Waktu (%) (%) (%) (%) Pengeringan PIONEER NK 22 PIONEER NK 22 (P1) (P1) (P2) (P2) 0 68 71.6 93.0 57.7 1 57.9 60.6 65.9 49.5 2 51.2 53.3 48.0 44.5 3 44.8 45.7 36.4 40.6 5 38.0 37.2 24.1 34.6 7 32.7 30.8 17.0 28.0 9 28.4 25.9 15.0 24.4 11 23.5 20.8 13.6 21.7 13 20.7 18.1 12.7 19.6 16 17.7 15.4 11.9 16.6 19 14.7 13.1 11.4 15.3 22 13.3 12.0 10.9 14.2 25 12.3 11.3 10.8 13.3 28 11.6 10.8 10.6 12.6 Sumber : Data primer setelah diolah, 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kadar air awal basis kering biji jagung varietas pioneer (P1) adalah 68 % dan kadar air basis kering akhir adalah 11.6 %. Rata-rata kadar air basis kering awal untuk biji jagung varietas NK 22 (P1) adalah 71.6% dan kadar air basis kering akhir adalah 10.8%. Rata-rata kadar air awal pioneer (P2) adalah 93.0% dan kadar air basis kering akhir adalah 10.6%. Rata-rata kadar air awal biji jagung varietas NK 22 (P2)
23
adalah 57.7% dan kadar air basis kering akhir adalah 12.6%. Dari tabel diatas juga terlihat penurunan kadar air seiring dengan variasi waktu yang digunakan selama pengeringan. Untuk melihat pola penurunan kadar air basis kering ke dua sampel jagung yang digunakan untuk kedua level perlakukan kecepatan udara pengeringan, maka Tabel 1 di atas dikonversi kedalam bentuk grafik berikut:
KA. BK (%)
100.0%
90.0% 80.0% Pioneer Perlakuan 1 (v=1m/s)
Kadar Air. BK %
70.0%
NK 22 Perlakuan 1 (v=1m/s)
60.0%
Pioneer Perlakuan 2 (v=1.5m/s)
50.0%
NK 22 Perlakuan 2 (v=1.5m/s)
40.0% 30.0%
20.0% 10.0% 0.0% 0
5
10
15
20
25
30
Waktu Pengeringan (jam)
Gambar 2.Pola perubahan kadar air basis kering sepanjang waktu pengeringan (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) Dari Gambar 2 diatas nampak bahwa pemilihan jam pengamatan 0, 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan 28 cukup memberikan gradasi kadar air yang cukup memadai untuk pengamatan tingkat kekerasan biji jagung sejalan dengan perubahan kadar air selama pengeringan lapisan tipis. Gambar ini juga mempertegas bahwa jagung Pioneer yang digunakan pada perlakukan P2
24
memiliki penurunan kadar air yang sangat tidak signifikan. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, hal ini disebabkan oleh biji jagung tersebut yang sebenarnya belum siap panen. B. Gaya Hasil pengukuran terhadap gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan biji jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan kecepatan udara (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 2 dan 3 berikut. Tabel 2. Hubungan antara gaya dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada v=1.0 m/s KA. BK (%) F (N) KA. BK (%) F (N) Jam Pioneer Pioneer NK 22 NK 22 (P1) (P1) (P1) (P1) 0 68.0 64.3078 71.6 64.8802 1
57.9
66.0804
60.6
65.0796
2
51.2
90.4612
53.3
81.9834
3
44.8
104.2800
45.7
94.3318
5
38.0
135.8598
37.2
134.1338
7
32.7
129.3332
30.8
142.3700
9
28.4
149.6918
25.9
127.2586
11
23.5
168.9640
20.8
178.9354
13
20.7
191.4222
18.1
174.5106
16
17.7
146.8922
15.4
230.6442
19
14.7
182.1788
13.1
249.8864
22
13.3
201.2598
12.0
158.0668
25
12.3
214.6258
11.3
229.0476
10.8
187.8324
28 11.6 228.0788 Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
25
Tabel 3. Hubungan antara gaya dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada v=1.5 m/s KA. BK (%) F (N) KA. BK (%) F (N) Jam Pioneer Pioneer NK 22 NK 22 (P2) (P2) (P2) (P2) 0 93.0 24.8948 57.7 62.7820 1
65.9
52.6938
49.5
91.6646
2
48.0
57.5410
44.5
96.5746
3
36.4
58.5808
40.6
101.5370
5
24.1
61.9284
34.6
128.2666
7
17.0
74.0140
28.0
151.8780
9
15.0
96.0274
24.4
181.4710
11
13.6
91.7440
21.7
182.2344
13
12.7
92.3240
19.6
177.0924
16
11.9
81.3444
16.6
207.8998
19
11.4
86.6360
15.3
225.5570
22
10.9
79.6062
14.2
242.2378
25
10.8
94.6846
13.3
233.4964
28
10,6
78.8902
12.6
206.6680
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar air bahan sangat berpengaruh terhadap kekuatan sampel. Gaya yang dibutuhkan berkisar antara sekitar 60 N pada tahap awal hingga sekitar 250 N pada kadar air sekitar 14% basis kering. Hasil yang di peroleh didalam penelitian ini untuk nilai gaya tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang diperoleh dari Faculty of Agricultural Engineering and Technology, College of Agricultural and Natural Resources, University of Tehran (Alimardani dan seifi, 2010) dengan nilai gaya sebesar 198,44 N pada akhir pengeringan. Untuk memperjelas pola perubahan kekerasan biji jagung akibat adanya perubahan kadar air, Tabel 2 dan 3 di atas kemudian digrafikan yang hasilnya disajikan pada Gambar 3 berikut.
26
GAYA 300
250 F (N) Pioneer perlakuan 1(v=1m/s)
F (N)
200
F (N) NK 22 Perlakuan 1(v=1m/s)
F (N) Pioneer Perlakuan 2(v=1.5m/s)
150
F (N) NK 22 Perlakuan 2(v=1.5m/s) 100 50 0 0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
KA. BK Gambar 3. Hubungan tingkat kekerasan (Gaya, F) dengan kadar air basis kering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s). Pada gambar di atas, sekali lagi nampak bahwa Pioneer dengan perlakuan P2 memiliki tingkat kekerasan yang sangat rendah kalaupun kadar airnya telah mendekati kadar air kesetimbangan. Hal ini semakin memperjelas bahwa sampel ini kemungkinan besar belum matang atau belum siap panen. Dapat dilihat juga pada perubahan repture point
yang dihasilkan,
dimana pada moving breaks ini akan lebih memberikan hasil yang lebih informative. Dapat dilihat pada tabel berikut :
27
Tabel 4. Hubungan antara jam pengeringan dengan repture point gaya biji jagung varietas NK 22 dan Pioneer pada (v=1 m/s dan v=1.5 m/s)
Jam
0 1 2 3 5 7 9 11 13 16 19 22 25 28
Repture point F (N) Pioneer (P1) 73.62 86.94 110.20 123.16 138.29 149.33 170.03 169.09 173.50 176.78 199.35 214.65 221.35
Repture point F (N) NK 22 (P1) 70.65 80.46 103.48 123.61 134.59 149.52 160.23 194.70 218.35 212.87 212.33 191.65 208.44
Repture point F (N) Pioneer (P2) 45.0432 56.2719 59.3501 64.8411 77.3233 87.2618 93.3651 88.4708 86.7681 82.5289 86.9756 84.3937 86.7874
Repture point F (N) NK 22 (P2) 83.6737 96.5921 108.7927 127.2272 153.8719 171.8611 180.2659 189.0755 203.5164 225.2315 233.7637 227.4674 220.0822
Sember : Data primer setelah diolah, 2012 Pada tabel diatas dapat dilihat perubahan repture point gaya selama selang waktu pengeringan masing-masing varietas pada ke dua level kecepatan udara (v=1 m/s dan v=1.5 m/s). dimana perubahan yang terjadi begitu signifikan pada moving breaks energy varietas pioneer dan NK 22 kecepatan udara (v=1 m/s) dan NK 22 kecepatan udara (v=1.5 m/s) meskipun mengalami perubahan naik dan turun. Sedangkan perubahan yang terjadi pada moving breaks untuk varietas pioneer pada kecepatan udara (v=1.5 m/s) begitu kecil atau tidak signifikan dengan perubahan-perubahan yang lainnya. Hal ini diakibatkan oleh jagung yang masih begitu muda atau belum siap panen.
28
Untuk memperjelas pola perubahan repture point selama selang waktu pengeringan, tabel 4 diatas kemudian digrafikkan yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut :
KA. BK (%) Pioneer perlakuan 1 (v=1m/s) repture point F (N) Pioneer perlakuan 1 (v=1m/s)
80.0% 70.0%
250 200
KA. BK (%)
50.0%
150
40.0% 100
30.0% 20.0%
Repture Point F(N)
60.0%
50
10.0% 0.0%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
100.0%
100.00
90.0%
90.00
80.0%
80.00
70.0%
70.00
60.0%
60.00
50.0% 40.0% 30.0%
KA. BK (%) Pioneer perlakuan 2 (v=1.5m/s)
50.00
Rapture point F (N) Pioneer perlakuan 2 (v=1.5m/s)
30.00
40.00
20.0%
20.00
10.0%
10.00
0.0%
0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
Repture Point F(N)
KA. BK (%)
Gambar 4. Repture Point gaya varietas pioneer terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1 m/s)
9 10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 5. Repture Point gaya varietas pioneer terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s). 29
KA. BK (%) NK 22 perlakuan 1 (v=1m/s) 80.0%
250
Repture point F (N) NK 22 perlakuan 1 (v=1m/s)
70.0%
200
KA. BK (%)
50.0%
150
40.0% 100
30.0% 20.0%
Repture Point F(N)
60.0%
50
10.0% 0.0%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 6. Repture Point gaya varietas NK. 22 terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1 m/s).
KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 2 (v=1.5m/s)
70.0% 60.0%
250.00 200.00
KA. BK (%)
50.0% 40.0%
150.00
30.0%
100.00
Repture Point F(N)
Rapture point F (N) perlakuan 2 (v=1.5m/s)
20.0% 50.00
10.0% 0.0%
0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 7. Repture Point gaya varietas NK. 22 terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s).
30
Dapat dilihat pada gambar 5 diatas yang lebih memperjelas bahwa pola perubahan gaya yang terjadi pada varietas Pioneer perlakuan P2 (v=1.5m/s) sangat rendah atau dapat dikatakan bahwa jagung tersebut belum siap panen. C. Tekanan Hasil
perhitungan
terhadap
tekanan
yang
dibutuhkan
untuk
memecahkan biji jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan kecepatan udara (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 5 dan 6 berikut. Tabel 5. Hubungan antara tekanan dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada v=1.0 m/s KA. BK P KA. BK P (%) (k/Ps) (%) (k/Ps) Jam Pioneer Pioneer NK 22 NK 22 (P1) (P1) (P1) (P1) 0 68.0% 7755.81 71.6% 7824.85 1 57.9% 7969.60 60.6% 7848.89 2 51.2% 10910.03 53.3% 9887.57 3 44.8% 12576.64 45.7% 11376.84 5 38.0% 16385.31 37.2% 16177.14 7 32.7% 15598.17 30.8% 17170.47 9 28.4% 18053.51 25.9% 15347.96 11 23.5% 20377.82 20.8% 21580.42 13 20.7% 23086.38 18.1% 21046.77 16 17.7% 17715.86 15.4% 27816.74 19 14.7% 21971.59 13.1% 30137.43 22 13.3% 24272.84 12.0% 19063.57 25 12.3% 25884.84 11.3% 27624.18 28 11.6% 27507.34 10.8% 22653.44 Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
31
Tabel 6. Hubungan antara tekanan dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada v=1.5 m/s
Jam 0 1 2 3 5 7 9 11 13 16 19 22 25 28
KA. BK (%) Pioneer (P2) 93.0 65.9 48.0 36.4 24.1 17.0 15.0 13.6 12.7 11.9 11.4 10.9 10.8 10.6
P (kPs) Pioneer (P2) 3002.425659 6355.110994 6939.705273 7065.109863 7468.845589 8926.423699 11581.33946 11064.74202 11134.69265 9810.503147 10448.69408 9600.868353 11419.3917 9514.515509
KA. BK (%) NK 22 (P2) 57.7 49.5 44.5 40.6 34.6 28.0 24.4 21.7 19.6 16.6 15.3 14.2 13.3 12.6
P (kPs) NK 22 (P2) 7571.793615 11055.16602 11647.33426 12245.82218 15469.53303 18317.17484 21886.2247 21978.2942 21358.14571 25073.65771 27203.19602 29214.97607 28160.72363 24925.09705
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012 Mengingat besaran Tekanan diperoleh melalui formula Gaya dibagi dengan luas penampang probe yang digunakan dimana luas permukaan probe ini konstan, maka pola perubahan tekananpun akan sama dengan pola perubahan Gaya seperti diasjikan sebelumnya. Gambar 8 berikut menunjukkan kesamaan pola ini. Hal yang perlu ditegaskan disini adalah, tekanan yang dibutuhkan untuk memecahkan jagung sampel bervariasi dari sekitar 7.500 kPa pada awal pengeringan sampai dengan sekitar 30.000 kPa pada tahap-tahap akhir pengeringan.
32
TEKANAN
35000.00
P(N/m^2) Pioneer Perlakuan 1 (v=1m/s) P(N/m^2) NK 22 Perlakuan 1 (v=1m/s) P(N/m^2) Pioneer Perlakuan 2 (v=1.5m/s) P(N/m^2) NK 22 Perlakuan 2 (v=1.5m/s)
30000.00 P(N/m^2)
25000.00 20000.00 15000.00 10000.00 5000.00 0.00 0.0%
20.0%
40.0% 60.0% KA. BK
80.0%
100.0%
Gambar 8. Hubungan tingkat kekerasan (Tekanan, P) dengan kadar air basis kering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s). Dapat dilihat hasil perhitungan repture point masing-masing varietas terhadap selang waktu pengeringan pada ke dua level kecepatan udara ( v=1m/s dan v= 1.5m/s) disajikan pada tabel 7 berikut : Tabel 7. Hubungan antara repture point tekanan dengan selang waktu pengeringan biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada (v=1 m/s dan v=1.5 m/s)
Jam
0 1 2 3 5 7 9 11 13 16 19 22 25 28
repture point P (k/Ps) Pioneer (P1) 8878.48 10485.42 13290.66 14853.37 16679.00 18009.83 20505.91 20393.36 20924.61 21320.10 24043.09 25888.34 26696.09
repture point P (k/Ps) NK 22 (P1) 8520.44 9704.44 12480.52 14908.15 16231.86 18032.95 19325.05 23481.31 26333.65 25672.58 25608.39 23113.73 25138.81
repture point P (k/Ps) Pioneer (P2) 5432.41 6786.64 7157.89 7820.13 9325.54 10524.17 11260.26 10669.98 10464.63 9953.36 10489.65 10178.26 10466.95
repture point P (k/Ps) NK 22 (P2) 10091.43 11649.44 13120.90 15344.18 18557.64 20727.23 21740.89 22803.37 24545.00 27163.94 28192.97 27433.60 26542.91
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
33
Pada tabel diatas dapat dilihat pola perubahan repture point yang dihasilkan selama selang waktu pengeringan yang dimana pola perubahan yang dihasilkan sama dengan pola perubahan gaya karena besaran tekanan diperoleh melalui formula gaya dibagi dengan luas penampang probe yang digunakan seperti yang telah dijelaskan pada tabel 5 dan 6 sebelumnya. Gambar 9, 10, 11 dan 12 berikut akan menunjukkan kesamaan pola tersebut. Namun yang perlu diketahui bahwa perubahan repture point yang dihasilkan berkisar 5400 k/Ps pada awal pengeringan sampai dengan 26600 k/Ps pada tahap-tahap akhir pengeringan. Dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut.
KA. BK (%) Pioneer perlakuan 1 (v=1m/s)
80.0%
30000
Repture point P (k/Ps) perlakuan 1 (v=1m/s)
70.0%
25000
KA. BK (%)
20000
50.0% 40.0%
15000
30.0%
10000
20.0%
Repture Point P (k/Ps)
60.0%
5000
10.0% 0.0%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 9. Repture point tekanan varietas pioneer terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0m/s)
34
100.0%
12000
90.0% 10000
80.0%
KA. BK (%)
8000
60.0% 50.0% 40.0% 30.0%
KA. BK pioneer perlakuan 2 (v=1.5m/s)
6000
Repture point P(k/Ps) perlakuan 2 (v=1.5m/s)
4000
20.0%
Repture Point P (k/Ps)
70.0%
2000
10.0% 0.0%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 10. Repture point tekanan varietas pioneer terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5m/s)
KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 1 (v=1m/s) 80.0%
30000
Repture point P(k/Ps) NK. 22 perlakuan 1 (v=1m/s)
70.0%
KA. BK (%)
20000
50.0% 40.0%
15000
30.0%
10000
20.0%
Repture Point P (k/Ps)
25000
60.0%
5000
10.0% 0.0%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 11. Repture point tekanan varietas NK. 22 terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0m/s)
35
70.0%
30000
60.0%
25000
KA. BK (%)
20000
40.0%
KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 2 (v=1.5m/s)
30.0%
Repture point P(k/Ps) perlakuan 2 (v=1.5m/s)
15000 10000
20.0%
Repture Point P (k/Ps)
50.0%
5000
10.0% 0.0%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 12. Repture point tekanan varietas NK. 22 terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5m/s) Pada gambar 10 terlihat jelas pola perubahan repture point tekanan yang terjadi pada biji jagung varietas Pioneer perlakuan 2 pada kecepatan udara (v=1.5 m/s) sangat tidak signifikan. Hal ini semakin memperjelas bahwa biji jagung varietas Pioneer perlakuan 2 pada kecepatan udara (v=1.5 m/s) belum matang atau belum siap panen. D. Energi Hasil perhitungan energi yang dibutuhkan untuk memecahkan biji jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan kecepatan udara (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 8 dan 9 berikut.
36
Tabel 8. Hubungan antara energi dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada v=1.0 m/s Jam 0 1 2 3 5 7 9 11 13 16 19 22 25 28
KA BK (%) PIONEER (P1) 68.0 57.9 51.2 44.8 38.0 32.7 28.4 23.5 20.7 17.7 14.7 13.3 12.3 11.6
E (Nm) Pioneer (P1) 0.0401388 0.0375564 0.0553941 0.0659882 0.0694167 0.0659118 0.0839054 0.0619940 0.0810945 0.0500332 0.0673589 0.0823298 0.0922265 0.1040805
KA BK (%) NK 22 (P1) 71.6 60.6 53.3 45.7 37.2 30.8 25.9 20.8 18.1 15.4 13.1 12.0 11.3 10.8
E (Nm) NK 22 (P1) 0.0372121 0.0386551 0.0427722 0.0496797 0.0723563 0.0671524 0.0513319 0.0794375 0.0692600 0.1088397 0.1278382 0.0595747 0.0978977 0.0811423
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012 Tabel 9. Hubungan antara energi dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada v=1.5 m/s KA BK E KA BK (%) (Nm) (%) Jam Pioneer Pioneer NK 22 (P2) (P2) (P2) 0 93.0 0.017969452 57.7 1 65.9 0.027726111 49.5 2 48.0 0.02837624 44.5 3 36.4 0.021069062 40.6 5 24.1 0.016979919 34.6 7 17.0 0.018711782 28.0 9 15.0 0.022103602 24.4 11 13.6 0.03175675 21.7 13 12.7 0.024859057 19.6 16 11.9 0.023636942 16.6 19 11.4 0.027120121 15.3 22 10.9 0.02352364 14.2 25 10.8 0.026296493 13.3 28 10.6 0.022308997 12.6 Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
E (Nm) NK22 (P2) 0.035607276 0.05163131 0.056639344 0.056329418 0.069179243 0.078990063 0.087932785 0.086574901 0.070656509 0.087840884 0.120479869 0.142594803 0.107982352 0.083203218
37
Dari Tabel 8 dan 9 dapat diketahui bahwa energi yang dibutuhkan untuk memecahkan biji jagung sampel berkisar antara 0.035 Nm sebelum pengeringan dan 0.143 Nm pada tahap akhir pengeringan. Hasil yang di peroleh didalam penelitian ini untuk nilai energy tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang diperoleh dari Faculty of Agricultural Engineering and Technology, College of Agricultural and Natural Resources, University of Tehran (Alimardani dan seifi, 2010) dengan nilai energy sebesar 130.8 N.mm atau 0.1308 Nm pada akhir pengeringan. Pola perubahan energi sepanjang pengeringan atau selama perubahan kadar air (basis kering) disajikan pada Gambar 13 berikut. Pola yang ditunjukkan relatif sama dengan dengan pola sebaran Gaya dan Tekanan pada Gambar 3 dan 8.
Nilai (E) terhadap KA. BK 0.1600 0.1400 PIONEER ANALISIS 1(v=1m/s)
0.1200 Energi, Nm
NK 22 ANALISIS 1(v=1m/s) 0.1000
PIONEER ANALISIS 2 (v=1.5m/s)
0.0800
NK 22 ANALISIS 2 (v=1.5m/s)
0.0600 0.0400 0.0200 0.0000 0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
Kadar air basis kering
Gambar 13. Hubungan tingkat kekerasan (Energi, E) dengan basiskering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s).
kadar air
38
Dapat dilihat juga pada perubahan repture point yang dihasilkan yang dimana pada moving breaks ini akan lebih memberikan hasil yang lebih informative. Dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 10. Hubungan antara jam pengeringan dengan repture point energy pada biji jagung varietas NK 22 dan Pioneer pada (v=1 m/s dan v=1.5 m/s)
0
Repture Point E (Nm) Pioneer (P1) -
Repture point E (Nm) NK 22 (P1) -
Repture Point E (Nm) Pioneer (P2) -
Repture Point E(Nm) NK 22 (P2) -
1
0.04436
0.0395465
0.0246906
0.0479593
2
0.05298
0.0437023
0.0257238
0.0548667
3
0.06360
0.0549360
0.0221417
0.0607160
5
0.06711
0.0630628
0.0189203
0.0681662
7
0.07308
0.0636135
0.0192651
0.0787007
9
0.07060
0.0659739
0.0241907
0.0844992
11
0.07566
0.0666765
0.0262398
0.0817214
13
0.06437
0.0858457
0.0267509
0.0816908
16
0.06616
0.1019793
0.0252054
0.0929924
S 19 22
0.06657
0.0987509
0.0247602
0.1169719
0.08064
0.0951035
0.0256468
0.1236857
25
0.09288
0.0795382
0.0240430
0.1112601
28
0.09815
0.0895200
0.0243027
0.0955928
Jam
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012 Pada tabel diatas dapat dilihat perubahan repture point energy selama selang waktu pengeringan masing-masing varietas pada ke dua level kecepatan udara (v=1 m/s dan v=1.5 m/s) dimana perubahan yang terjadi begitu signifikan pada moving breaks energy varietas pioneer dan NK 22 kecepatan udara (v=1 m/s) dan NK 22 kecepatan udara (v=1.5 m/s) meskipun mengalami perubahan naik dan turun pada akhir-akhir pengamatan.
39
Sedangkan perubahan yang terjadi pada moving breaks untuk varietas pioneer pada kecepatan udara (v=1.5 m/s) begitu kecil atau tidak signifikan dengan perubahan-perubahan yang lainnya. Hal ini diakibatkan oleh jagung yang belum matang atau belum siap panen. Untuk memperjelas pola perubahan repture point selama selang waktu pengeringan, tabel 10 diatas kemudian digrafikkan yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut. 80.0% 70.0%
50.0%
0.08
40.0%
0.06
30.0%
0.04
20.0% 0.02
10.0% 0.0%
Repture Point E (Nm)
0.1
repture point E (Nm) perlakuan 1 (v=1m/s)
60.0%
KA. BK (%)
0.12
KA. BK (%) Pioneer perlakuan 1 (v=1m/s)
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
100.0% 90.0% 80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0%
0.03 0.025 KA. BK (%) Pioneer perlakuan 2 (v=1.5m/s) Repture point E (Nm) perlakuan 2 (v=1.5m/s)
0.02 0.015 0.01
Repture Point E (Nm)
KA. BK (%)
Gambar 14. Repture point energy varietas Pioneer terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0 m/s)
0.005 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 15. Repture point energy varietas Pioneer terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s) 40
80.0%
KA. BK (%)
0.12
Repture point E (Nm) perlakuan 1 (v=1m/s)
0.1
60.0% 0.08
50.0% 40.0%
0.06
30.0%
0.04
20.0%
Repture Point E (Nm)
70.0%
KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 1 (v=1m/s)
0.02
10.0% 0.0%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 16. Repture point energy varietas NK. 22 terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0 m/s)
KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 2 (v=1.5m/s)
70.0% 60.0%
0.12 0.1
40.0%
0.08
30.0%
0.06
20.0%
0.04
10.0%
0.02
0.0%
Repture Point E (Nm)
Repture point E (Nm) perlakuan 2 (v=1.5m/s)
50.0%
KA. BK (%)
0.14
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Waktu Pengeringan (Jam)
Gambar 17. Repture point energy varietas NK. 22 terhadap selang waktu pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s) E. Pola Perubahan Tingkat Kekerasan (F, P dan Energi) Dari Gambar 3, 8 dan 13 nampak jelas bahwa pola perubahan tingkat kekerasan jagung varietas Pioneer dan NK22 pada perlakukan P1 dan NK22 pada perlakuan P2 relatif sama, overlapping satu dengan lainnya. Varietas 41
Pioneer dengan perlakuan P2 memiliki penyimpangan pola yang disinyalir sebagai akibat dari waktu panen yang kurang tepat. Berdasarkan fakta ini, maka nilai tingkat kekerasan jagung varietas Pioneer (P1) dan NK22 (P1 dan P2) dirata-ratakan yang hasilnya disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, pola perubahan tingkat kekerasan sampel jagung yang diteliti digrafikkan sebagaimana disajikan pada Gambar 18. Fasilitas trendline yang ada pada MS-Excel kemudian digunakan untuk mengetahui pola perubahannya. Hasilnya
menunjukkan bahwa
pola
exponential seperti yang disajikan pada masing-masing grafik relatif sesuai untuk merepresentasikan perubahan tersebut, dengan R2 yang relatif baik. Tabel 11. Rata-rata Gaya, Tekanan dan Energi untuk seluruh sampel vs. KA. BK RATA-RATA RATARATA RATA-RATA P RATARATA Jam KA. BK F (N) (kPs) E (Nm) 0 65.8% 63.990 7717.484 0.038 1 56.0% 74.275 8957.885 0.043 2 49.7% 89.673 10814.978 0.052 3 43.7% 100.050 12066.435 0.057 5 36.6% 132.753 16010.661 0.070 7 30.5% 141.194 17028.604 0.071 9 26.2% 152.807 18429.233 0.074 11 22.0% 176.711 21312.179 0.076 13 19.5% 181.008 21830.433 0.074 16 16.6% 195.145 23535.419 0.082 19 14.4% 219.207 26437.405 0.105 22 13.2% 200.521 24183.797 0.095 25 12.3% 225.723 27223.249 0.099 28 11.6% 207.526 25028.624 0.089 Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
42
Rata-rata P (k/Ps) vs KA.bk 30000 25000 RATA-RATA P (k/Ps)
P (k/Ps) 20000 15000
y = 34755e-2.335x R² = 0.9893
10000 5000 0 0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
KA. BK
Rata-rata E (Nm) vs KA.bk 0.1200 0.1000 RATA-RATA E (Nm)
0.0800
E (Nm) 0.0600
y = 0.1163e-1.688x R² = 0.9437
0.0400 0.0200 0.0000 0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
KA. BK
Rata-rata F (N) vs KA.bk 250 200
F (N)
RATA-RATA F (N)
150 100
y = 288.18e-2.335x R² = 0.9893
50 0 0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
KA. BK
Gambar 18. Pola perubahan tingkat kekerasan jagung varietas Pioneer dan NK22.
43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Pemilihan jam pengamatan ke 0, 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan ke 28 selama proses pengeringan lapisan tipis jagung varietas Pioneer dan NK 22 memberikan gradasi kadar air yang cukup memadai untuk pengamatan tingkat kekerasan biji jagung akibat perubahan kadar air. 2. Pola perubahan tingkat kekerasan biji jagung akibat perubahan kadar air untuk kedua varietas yang diamati pada dua level kecepatan udara (1.0 m/s dan 1.5 m/s) relatif sama. 3. Pola perubahan tingkat kekerasan biji jagung yang dibangun dari hasil perata-rataan tingkat kekerasan biji jagung menunjukan pola exponensial dengan nilai R2 yang cukup baik. B. Saran 1. Untuk penelitian yang akan datang sebaiknya mengakomodasi tingkat suhu pengeringan yang lebih bervariasi untuk melihat perbedaan perilaku tingkat kekerasan kedua varietas yang diuji, Pioneer dan NK22. 2. Jumlah varietas jagung yang dikaji juga sebaiknya ditingkatkan, mencakup varietas hibrida selain Pioneer dan NK22.
44
DAFTAR PUSTAKA
Alimardani, R dan Seifi, M.R. 2010. Comparison of moisture-dependent physical and mechanical properties of two varieties of corn (Sc 704 and Dc 370). Australian Jurnal of Agricultural Engineering Vol. 1 Edisi 5 Hal. 170-178. Anonym, 2011a. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses Pada Tanggal 30 November 2011. Anonym, 2011b. Karakteristik Biji Jagung. http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301. Diakses Pada Tanggal 30 November 2011. Berger, J., 1962. Maize Production and the Manuring of Maize. Printed in Press, Yogyakarta Dahlan M, 1992. Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah lokakarya produksi benih hibrida, hal 1-13 (Malang: Balai penelitian tanaman pangan, 1992) Desrosier NW. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Muljohardjo M, Penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Technology of Food Preservation. Instron., 2008. Food Texture Analysis http://www.instron.com/ diakses pada tanggal 25 Juli 2009 Johnson LA. 1991. Corn: Production, Processing and atilitation. Di dalam Lorenzo KJ, Kulp K, editor. Handboojk of Cereal Science and Technology. New York: Marcel Dekker Inc. Judith A. Abbott dan F. Roger Harker., 2005 Texture. The Horticulture and Food Research Institute of New Zealand Ltd Muchtadi TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor. Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Nurba, D. 2010. Analisis Distribusi Suhu Aliran Udara, RH dan Kadar Air dalam Instor Dryer ISD untuk Biji Jagung. IPB ( Bogor Agricultural Universitas) Pramono L. 1993. Mempelajari Karakteristik Pengeringan the hitam CTC (Curing Tearing Crushing ) tipe FBD (Fluidized Bed Dryer). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ramadhani, N. F. 2011. Model Pengeringan Lapis Tipis Pada Cabai Merah Besar Varietas Tombok. Universitas Hasanuddin
45
Safrizal, R. 2010. Laporan Praktikum Satuan Operasional. Kadar Air Bahan. Laboratorium Teknik Pasca Panen. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Syiahkuala. Singh, J., 1987. Field Manual of Maize Breeding Procedures. Indian Agricultural Research Institute New Delhi, India. Supratomo, 2006. Bahan Ajar Teknik Pengolahan Pangan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Sutoro; Yogo Sulaeman; Iskandar. 1988. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Taib, G., Said, G., dan Wiraatmadja, S. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Taufiq, M. 2004. Pengaruh Temperatur Terhadap Pengeringan Jagung Pada Pengeringan Konvensional. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Tjitrosoepomo, C., 1991. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universy Press, Yogyakarta. Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar Universitas. Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Winarno, F.G., 1997. Naskah Akademis Keamanan Pangan. Institut Pertanian Bogor
46
LAMPIRAN 1. JAM
0
1
2
3
5
7
9
PIONER ANALISIS P1 (V=1.0 m/s) SAMPLE
Force (kg)
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5
4.6467 5.1332 8.2629 6.2818 7.8293 6.43078 5.9763 6.9264 8.5406 5.6390 5.9579 6.6080 9.4480 7.3835 9.1434 10.3858 8.8699 9.0461 10.2419 8.1251 12.5646 11.8931 9.3153 10.428 16.3132 13.3223 13.9155 12.4507 11.9282 13.58598 13.4802 14.1119 13.5886 11.2035 12.2824 12.93332 19.1889 10.4728 14.4828 9.1671 21.5343
Distance (mm) 1.229 1.339 1.289 1.209 1.189 1.251 1.069 1.069 1.179 1.299 1.069 1.137 1.359 1.199 1.109 1.219 1.229 1.223 1.579 1.059 1.359 1.059 1.239 1.259 0.959 0.989 1.279 0.989 0.879 1.019 1.069 1.159 0.899 1.379 0.609 1.023 1.239 0.649 1.219 1.099 1.189
Time (s) 0.615 0.670 0.645 0.605 0.595 0.626 0.535 0.535 0.590 0.650 0.535 0.569 0.680 0.600 0.555 0.610 0.615 0.612 0.790 0.530 0.680 0.530 0.620 0.630 0.480 0.495 0.640 0.495 0.440 0.510 0.535 0.580 0.450 0.690 0.305 0.512 0.620 0.325 0.610 0.550 0.595
E
F (N)
s (m)
0.028553972 0.034366774 0.053254391 0.037973481 0.046545189 0.040138761 0.031943324 0.037021608 0.050346837 0.036625305 0.031844976 0.037556 0.06419916 0.044264083 0.050700153 0.063301451 0.054505536 0.0554 0.080859801 0.043022405 0.085376457 0.062973965 0.057708284 0.065988182 0.078221794 0.065878774 0.088989623 0.061568712 0.052424439 0.069416668 0.072051669 0.081778461 0.061080757 0.077248133 0.037399908 0.065911785 0.118875236 0.033984236 0.088272666 0.050373215 0.128021414
46.467 51.332 82.629 62.818 78.293 64.3078 59.763 69.264 85.406 56.390 59.579 66.0804 94.48 73.835 91.434 103.858 88.699 90.4612 102.419 81.251 125.646 118.931 93.153 104.28 163.132 133.223 139.155 124.507 119.282 135.86 134.802 141.119 135.886 112.035 122.824 129.333 191.889 104.728 144.828 91.671 215.343
0.001229 0.001339 0.001289 0.001209 0.001189 0.001251 0.001069 0.001069 0.001179 0.001299 0.001069 0.001137 0.001359 0.001199 0.001109 0.001219 0.001229 0.0012 0.001579 0.001059 0.001359 0.001059 0.001239 0.001259 0.000959 0.000989 0.001279 0.000989 0.000879 0.001019 0.001069 0.001159 0.000899 0.001379 6.1E-04 0.001023 0.001239 0.000649 0.001219 0.001099 0.001189
P (k/Ps) 5.6041E+03 6.1909E+03 9.9654E+03 7.5761E+03 9.4425E+03 7.7558E+03 7.2077E+03 8.3536E+03 1.0300E+04 6.8009E+03 7.1855E+03 7.9696E+03 1.1395E+04 8.9048E+03 1.1027E+04 1.2526E+04 1.0698E+04 1.0910E+04 1.2352E+04 9.7992E+03 1.5153E+04 1.4344E+04 1.1235E+04 1.2577E+04 1.9674E+04 1.6067E+04 1.6783E+04 1.5016E+04 1.4386E+04 1.6385E+04 1.6258E+04 1.7020E+04 1.6388E+04 1.3512E+04 1.4813E+04 1.5598E+04 2.3143E+04 1.2631E+04 1.7467E+04 1.1056E+04 2.5971E+04
47
11
13
16
19
22
25
28
Rata-rata 14.96918 1.079 1 18.0466 0.889 2 15.6599 0.589 3 16.1867 0.799 4 20.1233 0.759 5 14.4655 0.589 Rata-rata 16.8964 0.725 1 20.0293 0.809 2 15.3078 0.639 3 21.2033 1.059 4 19.6896 0.769 5 19.4811 0.899 Rata-rata 19.14222 0.835 1 16.4963 0.949 2 13.8911 0.609 3 12.8513 0.549 4 14.6467 0.609 5 15.5607 0.639 Rata-rata 14.68922 0.671 1 24.9178 0.969 2 12.0460 0.559 3 17.6581 0.659 4 18.9144 0.739 5 17.5531 0.619 Rata-rata 18.21788 0.709 1 16.4890 0.569 2 23.0141 0.909 3 14.9261 0.639 4 26.9278 1.049 5 19.2729 0.739 Rata-rata 20.12598 0.781 1 23.3719 0.829 2 19.9549 0.669 3 17.7113 0.799 4 19.2538 0.799 5 27.0210 1.109 Rata-rata 21.46258 0.841 1 22.8004 0.809 2 20.9983 0.969 3 22.0253 0.969 4 21.6099 0.779 5 26.6055 1.019 Rata-rata 22.80788 0.909 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
0.540 0.445 0.295 0.400 0.380 0.295 0.363 0.409 0.320 0.530 0.385 0.450 0.419 0.475 0.365 0.275 0.305 0.32 0.348 0.485 0.280 0.330 0.370 0.310 0.355 0.289 0.455 0.320 0.525 0.370 0.392 0.415 0.335 0.400 0.400 0.555 0.421 0.405 0.485 0.485 3.390 0.510 1.055
0.083905353 0.080217137 0.046118406 0.064665867 0.076367924 0.042600898 0.061994046 0.081018519 0.048908421 0.112271474 0.075706512 0.087567545 0.081094494 0.078274944 0.0422984 0.035276819 0.044599202 0.049716437 0.05003316 0.120726741 0.03366857 0.05818344 0.069888708 0.054326845 0.067358861 0.046911205 0.104599085 0.04768889 0.141236311 0.071213366 0.082329771 0.096876526 0.066749141 0.070756644 0.076918931 0.149831445 0.092226537 0.092227618 0.101736764 0.106712579 0.084170561 0.135555023 0.104080509
149.692 180.466 156.599 161.867 201.233 144.655 168.964 200.293 153.078 212.033 196.896 194.811 191.422 164.963 138.911 128.513 146.467 155.607 146.892 249.178 120.46 176.581 189.144 175.531 182.179 164.89 230.141 149.261 269.278 192.729 201.26 233.719 199.549 177.113 192.538 270.21 214.626 228.004 209.983 220.253 216.099 266.055 228.079
0.001079 0.000889 0.000589 0.000799 0.000759 0.000589 0.000725 0.000809 0.000639 0.001059 0.000769 0.000899 0.000835 0.000949 0.000609 0.000549 0.000609 0.000639 0.000671 0.000969 0.000559 0.000659 0.000739 0.000619 0.000709 0.000569 0.000909 0.000639 0.001049 0.000739 0.000781 0.000829 0.000669 0.000799 0.000799 0.001109 0.000841 0.000809 0.000969 0.000969 0.000779 0.001019 0.000909
1.8054E+04 2.1765E+04 1.8887E+04 1.9522E+04 2.4270E+04 1.7446E+04 2.0378E+04 2.4156E+04 1.8462E+04 2.5572E+04 2.3747E+04 2.3495E+04 2.3086E+04 1.9895E+04 1.6753E+04 1.5499E+04 1.7665E+04 1.8767E+04 1.7716E+04 3.0052E+04 1.4528E+04 2.1296E+04 2.2812E+04 2.1170E+04 2.1972E+04 1.9886E+04 2.7756E+04 1.8002E+04 3.2476E+04 2.3244E+04 2.4273E+04 2.8188E+04 2.4067E+04 2.1361E+04 2.3221E+04 3.2589E+04 2.5885E+04 2.7498E+04 2.5325E+04 2.6564E+04 2.6063E+04 3.2087E+04 2.7507E+04
48
2. JAM
0
1
2
3
5
7
9
11
13
NK 22 ANALISIS P1 (V=1.0 m/s) SAMPLE 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5
Force 5.0724 7.427 6.8509 6.4232 6.6666 6.48802 5.0200 7.3640 6.0283 7.3155 6.8120 6.5080 7.4846 7.4251 9.9467 9.5689 6.5664 8.1983 7.386 11.5911 7.3552 10.786 10.0476 9.43318 10.6877 14.388 17.0982 12.9983 11.8947 13.4134 15.8537 13.9552 15.7322 16.3992 9.2447 14.237 8.0976 12.4915 11.691 17.9906 13.3586 12.7259 13.5185 18.3793 19.3408 19.2972 18.9319 17.8935 20.7294 13.6041 17.2669 19.2125 16.4424
Distance 1.319 1.209 1.209 1.069 0.959 1.153 1.139 1.119 1.089 1.269 1.299 1.183 0.999 1.029 1.069 1.059 1.049 1.041 1.039 1.179 1.079 0.989 0.969 1.051 1.009 1.259 1.029 1.039 1.039 1.075 1.096 0.929 1.019 0.969 0.529 0.9084 0.759 0.599 0.809 0.999 0.769 0.787 0.829 0.929 0.939 0.769 0.959 0.885 0.919 0.749 0.849 0.679 0.749
Time 0.660 0.605 0.605 0.505 0.480 0.571 0.570 0.560 0.545 0.635 0.650 0.592 0.500 0.515 0.535 0.530 0.525 0.521 0.520 0.590 0.540 0.495 0.485 0.526 0.505 0.630 0.515 0.520 0.520 0.538 0.535 0.465 0.510 0.485 0.265 0.452 0.380 0.300 0.405 0.500 0.385 0.394 0.415 0.465 0.470 0.385 0.480 0.443 0.460 0.375 0.425 0.340 0.375
E 0.033452478 0.044896215 0.041413691 0.034332004 0.031966347 0.037212147 0.0285889 0.04120158 0.032824094 0.046416848 0.04424394 0.038655 0.037385577 0.03820214 0.053165112 0.050667326 0.034440768 0.0428 0.03837027 0.068329535 0.039681304 0.05333677 0.048680622 0.0496797 0.053919447 0.09057246 0.087970239 0.067526169 0.061792967 0.072356256 0.086878276 0.064821904 0.080155559 0.079454124 0.024452232 0.067152419 0.030730392 0.037412043 0.047290095 0.089863047 0.051363817 0.051331879 0.056034183 0.085371849 0.090805056 0.074197734 0.090778461 0.079437456 0.095251593 0.050947355 0.073297991 0.065226438 0.061576788
F (N) 50.724 74.270 68.509 64.232 66.666 64.8802 50.200 73.640 60.283 73.155 68.120 65.0796 74.846 74.251 99.467 95.689 65.664 81.9834 73.86 115.911 73.552 107.86 100.476 94.3318 106.877 143.88 170.982 129.983 118.947 134.134 158.537 139.552 157.322 163.992 92.447 142.37 80.976 124.915 116.91 179.906 133.586 127.259 135.185 183.793 193.408 192.972 189.319 178.935 207.294 136.041 172.669 192.125 164.424
s (m) 0.00132 0.00121 0.00121 0.00107 0.00096 0.001153 0.00114 0.00112 0.00109 0.00127 0.0013 0.001183 0.001 0.00103 0.00107 0.00106 0.00105 0.0010 0.00104 0.00118 0.00108 0.00099 0.00097 0.00105 0.00101 0.00126 0.00103 0.00104 0.00104 0.00108 0.0011 0.00093 0.00102 0.00097 0.00053 0.00091 0.00076 0.0006 0.00081 0.001 0.00077 0.00079 0.00083 0.00093 0.00094 0.00077 0.00096 0.00089 0.00092 0.00075 0.00085 0.00068 0.00075
P (k/Ps) 6.1175E+03 8.9573E+03 8.2625E+03 7.7467E+03 8.0402E+03 7.8248E+03 6.0543E+03 8.8813E+03 7.2704E+03 8.8228E+03 8.2156E+03 7.8489E+03 9.0268E+03 8.9550E+03 1.1996E+04 1.1541E+04 7.9194E+03 9.8876E+03 8.9079E+03 1.3979E+04 8.8707E+03 1.3008E+04 1.2118E+04 1.1377E+04 1.2890E+04 1.7353E+04 2.0621E+04 1.5677E+04 1.4346E+04 1.6177E+04 1.9120E+04 1.6831E+04 1.8974E+04 1.9778E+04 1.1150E+04 1.7170E+04 9.7661E+03 1.5065E+04 1.4100E+04 2.1697E+04 1.6111E+04 1.5348E+04 1.6304E+04 2.2166E+04 2.3326E+04 2.3273E+04 2.2833E+04 2.1580E+04 2.5001E+04 1.6407E+04 2.0825E+04 2.3171E+04 1.9830E+04
49
Rata-rata 17.4511 0.789 0.395 1 30.1534 1.129 0.565 2 22.2938 0.909 0.455 3 18.6587 0.779 0.39 4 19.9577 0.729 0.365 5 24.2585 1.049 0.525 Rata-rata 23.0644 0.919 0.460 1 23.0631 0.909 0.455 2 19.6895 0.879 0.440 3 27.8872 1.049 0.525 4 29.4165 1.129 0.565 5 24.8869 1.089 0.545 Rata-rata 24.9886 1.011 0.506 1 21.7689 0.819 0.410 2 11.0369 0.519 0.260 3 17.5083 0.709 0.355 4 10.0360 0.939 0.510 5 18.6833 0.759 0.380 Rata-rata 15.8067 0.749 0.383 1 27.1873 0.899 0.450 2 20.7614 0.889 0.445 3 20.5699 0.759 0.380 4 27.2983 0.909 0.455 5 18.7069 0.779 0.390 Rata-rata 22.9048 0.847 0.424 1 23.7487 0.869 0.435 2 10.4048 0.449 0.225 3 11.9450 0.529 0.265 4 31.8075 1.079 0.540 5 16.0102 0.949 0.475 Rata-rata 18.7832 0.775 0.388 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
16
19
22
25
28
3. JAM
0
1
2
0.069260033 0.170215943 0.101325321 0.072675637 0.072745817 0.127235833 0.10883971 0.10482179 0.086535353 0.146268364 0.166056143 0.135509171 0.127838164 0.089143646 0.028640756 0.062066924 0.04711902 0.070903124 0.059574694 0.122206914 0.092284423 0.078062771 0.124070774 0.072863376 0.097897651 0.103188102 0.023358776 0.031594525 0.171601463 0.075968399 0.081142253
174.511 301.534 222.938 186.587 199.577 242.585 230.644 230.631 196.895 278.872 294.165 248.869 249.886 217.689 110.369 175.083 100.36 186.833 158.067 271.873 207.614 205.699 272.983 187.069 229.048 237.487 104.048 119.45 318.075 160.102 187.832
0.00079 0.00113 0.00091 0.00078 0.00073 0.00105 0.00092 0.00091 0.00088 0.00105 0.00113 0.00109 0.00101 0.00082 0.00052 0.00071 0.00094 0.00076 0.00075 0.0009 0.00089 0.00076 0.00091 0.00078 0.00085 0.00087 0.00045 0.00053 0.00108 0.00095 0.00078
2.1047E+04 3.6366E+04 2.6887E+04 2.2503E+04 2.4070E+04 2.9257E+04 2.7817E+04 2.7815E+04 2.3746E+04 3.3633E+04 3.5478E+04 3.0015E+04 3.0137E+04 2.6254E+04 1.3311E+04 2.1116E+04 1.2104E+04 2.2533E+04 1.9064E+04 3.2789E+04 2.5039E+04 2.4808E+04 3.2923E+04 2.2561E+04 2.7624E+04 2.8642E+04 1.2549E+04 1.4406E+04 3.8361E+04 1.9309E+04 2.2653E+04
PIONER ANALISIS P2 (V=1.5 m/s) SAMPLE 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5
Force (kg) 1.7924 2.4577 3.6442 1.2823 3.2708 2.48948 5.4597 5.2400 6.0398 4.7339 4.8735 5.26938 5.5877 5.9615 6.5773 4.9011 5.7429
Distance (mm) 1.269 1.319 1.629 1.029 1.589 1.367 1.019 1.029 1.109 1.089 1.009 1.051 0.949 0.959 1.089 0.839 1.059
Time (s) 0.635 0.660 0.815 0.515 0.795 0.684 0.510 0.515 0.555 0.545 0.505 0.526 0.475 0.480 0.545 0.420 0.530
E
F (N)
s (m)
P (k/Ps)
0.011372778 0.016208532 0.029682009 0.006597434 0.025986506 0.017969452 0.027817172 0.0269598 0.033490691 0.025776086 0.024586808 0.027726111 0.026513637 0.028585393 0.035813399 0.020560115 0.030408656
17.924 24.577 36.442 12.823 32.708 24.8948 54.597 52.4 60.398 47.339 48.735 52.6938 55.877 59.615 65.773 49.011 57.429
0.00127 0.00132 0.00163 0.00103 0.00159 0.00137 0.00102 0.00103 0.00111 0.00109 0.00101 0.00105 0.00095 0.00096 0.00109 0.00084 0.00106
2161.715599 2964.097539 4395.07029 1546.511891 3944.732974 3002.426 6584.645536 6319.677383 7284.272415 5709.297856 5877.66178 6355.110994 6739.019334 7189.839068 7932.521765 5910.94863 6926.197565
50
3
5
7
9
11
13
16
19
22
Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
5.7541 3.0507 7.6767 7.1772 7.3423 4.0435 5.85808 8.3743 6.2336 4.9974 6.0374 5.3215 6.19284 7.3235 5.0763 5.7991 6.0613 12.7468 7.4014 8.4979 6.5877 7.4711 14.0569 11.4001 9.60274 10.0993 6.3526 11.5953 11.9666 5.8582 9.1744 7.6591 16.1032 5.3455 8.4186 8.6356 9.2324 8.2241 5.5478 7.1117 10.5823 9.2063 8.13444 7.4575 6.6598 6.4495 7.0607 15.6905 8.6636 8.9522 7.5390 7.3567 7.0557 8.8995 7.96062
0.979 0.499 0.719 0.929 0.689 0.569 0.681 0.689 0.659 0.409 0.539 0.339 0.527 0.469 0.359 0.309 0.349 0.749 0.447 0.469 0.359 0.309 0.349 0.749 0.447 0.479 0.379 1.279 0.599 0.429 0.633 0.379 0.779 0.409 0.449 0.399 0.483 0.779 0.449 0.389 0.619 0.589 0.565 0.589 0.589 0.439 0.509 0.789 0.583 0.679 0.459 0.349 0.459 0.919 0.573
0.49 0.250 0.360 0.465 0.345 0.285 0.341 0.345 0.330 0.205 0.270 0.170 0.264 0.235 0.180 0.155 0.175 0.375 0.224 0.280 0.215 0.220 0.385 0.365 0.293 0.240 0.190 0.640 0.300 0.215 0.317 0.190 0.390 0.205 0.225 0.200 0.242 0.390 0.225 0.195 0.310 0.295 0.283 0.295 0.295 0.220 0.255 0.395 0.292 0.340 0.230 0.175 0.230 0.460 0.287
0.02837624 0.007611497 0.027597737 0.033338094 0.025294224 0.011503758 0.021069062 0.028849464 0.020539712 0.010219683 0.016270793 0.009019943 0.016979919 0.017173608 0.009111959 0.00895961 0.010576969 0.047736766 0.018711782 0.019927576 0.011824922 0.01154285 0.024529291 0.042693375 0.022103602 0.024187824 0.012038177 0.074151944 0.035839967 0.012565839 0.03175675 0.014513995 0.062721964 0.010931548 0.018899757 0.017228022 0.024859057 0.03203287 0.012454811 0.013832257 0.032752219 0.027112554 0.023636942 0.021962338 0.019613111 0.014156653 0.017969482 0.061899023 0.027120121 0.030392719 0.017302005 0.012837442 0.016192832 0.040893203 0.02352364
57.5410 30.507 76.767 71.772 73.423 40.435 58.5808 83.743 62.336 49.974 60.374 53.215 61.9284 73.235 50.763 57.991 60.613 127.468 74.0140 84.979 65.877 74.711 140.569 114.001 96.0274 100.993 63.526 115.953 119.666 58.582 91.7440 76.591 161.032 53.455 84.186 86.356 92.3240 82.241 55.478 71.117 105.823 92.063 81.3444 74.575 66.598 64.495 70.607 156.905 86.6360 89.522 75.39 73.567 70.557 88.995 79.6062
0.00098 0.0005 0.00072 0.00093 0.00069 0.00057 0.00068 0.00069 0.00066 0.00041 0.00054 0.00034 0.00053 0.00047 0.00036 0.00031 0.00035 0.00075 0.00045 0.00047 0.00036 0.00031 0.00035 0.00075 0.00045 0.00048 0.00038 0.00128 0.0006 0.00043 0.00063 0.00038 0.00078 0.00041 0.00045 0.0004 0.00048 0.00078 0.00045 0.00039 0.00062 0.00059 0.00057 0.00059 0.00059 0.00044 0.00051 0.00079 0.00058 0.00068 0.00046 0.00035 0.00046 0.00092 0.00057
6939.705273 3679.282403 9258.44797 8656.028342 8855.146421 4876.644179 7065.109863 10099.78517 7518.003995 6027.090793 7281.377907 6417.970075 7468.845589 8832.47277 6122.247767 6993.977311 7310.202389 15373.21826 8926.423699 10248.85237 7945.064636 9010.485056 16953.25821 13749.03705 11581.33946 12180.21332 7661.523386 13984.45709 14432.26171 7065.254589 11064.74202 9237.221573 19421.18871 6446.915162 10153.21298 10414.92481 11134.69265 9918.637169 6690.898127 8577.032375 12762.7332 11103.21486 9810.503147 8994.08284 8032.020503 7778.389176 8515.524064 18923.45381 10448.69408 10796.75875 9092.375532 8872.513474 8509.493838 10733.20017 9600.868353
51
1 9.2718 0.539 2 14.4181 0.599 3 7.1509 0.489 4 8.5926 0.589 5 7.9089 0.519 Rata-rata 9.46846 0.547 1 9.4916 0.559 2 6.4780 0.799 3 7.7567 0.479 4 7.4327 0.379 5 8.2861 0.639 Rata-rata 7.88902 0.571 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
25
28
4. JAM
0
1
2
3
5
7
0.270 0.300 0.245 0.295 0.260 0.274 0.280 0.400 0.240 0.190 0.320 0.286
0.024987501 0.04318221 0.017483951 0.025305207 0.020523596 0.026296493 0.026529022 0.02587961 0.018577297 0.014084967 0.02647409 0.022308997
92.718 144.181 71.509 85.926 79.089 94.6846 94.916 64.78 77.567 74.327 82.861 78.8902
0.00054 0.0006 0.00049 0.00059 0.00052 0.00055 0.00056 0.0008 0.00048 0.00038 0.00064 0.00057
11182.21083 17388.88177 8624.309351 10363.06486 9538.49169 11419.3917 11447.29959 7812.761467 9354.931595 8964.172917 9993.411978 9514.515509
E
F (N)
s (m)
P (k/Ps)
0.040171516 0.034066275 0.035188634 0.035631358 0.032978598 0.035607276 0.053345815 0.059172162 0.049274486 0.046517309 0.049846778 0.05163131 0.058591845 0.067041486 0.03503841 0.057404665 0.065120314 0.056639344 0.0657158 0.05997133 0.051072923 0.052247338 0.052639698 0.056329418 0.064704648 0.091771448 0.067132329 0.060458066 0.061829724 0.069179243 0.094112469 0.07467914 0.079161375 0.051277795 0.095719537
68.728 64.95 62.893 59.935 57.404 62.7820 94.501 95.516 92.188 86.223 89.895 91.6646 96.131 111.829 71.58 91.921 111.412 96.5746 108.711 114.34 96.455 89.695 98.484 101.5370 128.255 143.505 127.993 115.268 126.312 128.2666 172.842 159.061 146.731 123.71 157.046
0.00117 0.00105 0.00112 0.00119 0.00115 0.00114 0.00113 0.00124 0.00107 0.00108 0.00111 0.00113 0.00122 0.0012 0.00098 0.00125 0.00117 0.00116 0.00121 0.00105 0.00106 0.00117 0.00107 0.00111 0.00101 0.00128 0.00105 0.00105 0.00098 0.00107 0.00109 0.00094 0.00108 0.00083 0.00122
8288.908152 7833.264237 7585.180718 7228.432518 6923.182452 7571.794 11397.24871 11519.66231 11118.29043 10398.88441 10841.74424 11055.16602 11593.83409 13487.08401 8632.872272 11086.08902 13436.79192 11647.33426 13111.03908 13789.92198 11632.90996 10817.62334 11877.61655 12245.82218 15468.13402 17307.35311 15436.53563 13901.84299 15233.79942 15469.53303 20845.52821 19183.47718 17696.42332 14919.98643 18940.45905
NK 22 ANALISIS P2 (V=1.5 m/s) SAMPLE 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5
Force (kg) 6.8728 6.4950 6.2893 5.9935 5.7404 6.2782 9.4501 9.5516 9.2188 8.6223 8.9895 9.16646 9.6131 11.1829 7.1580 9.1921 11.1412 9.65746 10.8711 11.4340 9.6455 8.9695 9.8484 10.1537 12.8255 14.3505 12.7993 11.5268 12.6312 12.82666 17.2842 15.9061 14.6731 12.3710 15.7046
Distance (mm) 1.169 1.049 1.119 1.189 1.149 1.135 1.129 1.239 1.069 1.079 1.109 1.125 1.219 1.199 0.979 1.249 1.169 1.163 1.209 1.049 1.059 1.165 1.069 1.1102 1.009 1.279 1.049 1.049 0.979 1.073 1.089 0.939 1.079 0.829 1.219
Time (s) 0.585 0.525 0.560 0.595 0.575 0.568 0.565 0.620 0.535 0.540 0.555 0.563 0.610 0.600 0.490 0.625 0.585 0.582 0.605 0.525 0.530 0.585 0.535 0.556 0.545 0.470 0.540 0.415 0.610 0.516 0.545 0.515 0.500 0.520 0.490
52
9
11
13
16
19
22
25
28
Rata-rata 15.1878 1.031 12.7485 0.689 1 24.1705 1.029 2 18.9059 0.999 3 20.2192 1.039 4 14.6914 0.979 5 Rata-rata 18.1471 0.947 15.2728 0.899 1 20.2951 0.854 2 17.3299 0.979 3 19.5274 0.989 4 18.6920 1.029 5 Rata-rata 18.22344 0.95 16.0227 0.729 1 16.3330 0.739 2 24.1647 0.939 3 13.7304 0.659 4 18.2954 0.829 5 Rata-rata 17.70924 0.779 24.1385 0.989 1 19.8225 0.899 2 19.8547 0.709 3 19.9853 0.779 4 20.1489 0.819 5 Rata-rata 20.78998 0.839 21.0986 0.789 1 28.4724 1.409 2 24.1308 0.849 3 21.2428 1.339 4 17.8339 0.829 5 Rata-rata 22.5557 1.043 18.2976 0.739 1 26.0784 1.369 2 28.1307 1.179 3 24.2097 1.369 4 24.4025 1.109 5 Rata-rata 24.22378 1.153 19.1276 0.889 1 24.8565 0.999 2 25.6125 0.879 3 22.6500 0.889 4 24.5016 0.959 5 Rata-rata 23.34964 0.923 24.8388 0.929 1 21.3677 0.779 2 24.4100 0.859 3 17.0723 0.779 4 15.6452 0.589 5 Rata-rata 20.6668 0.787 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
0.514 0.345 0.515 0.500 0.520 0.490 0.474 0.450 0.425 0.490 0.495 0.515 0.475 0.365 0.370 0.470 0.330 0.415 0.39 0.495 0.450 0.355 0.390 0.410 0.42 0.395 0.705 0.425 0.670 0.415 0.522 0.370 0.685 0.590 0.685 0.555 0.577 0.445 0.500 0.440 0.445 0.480 0.462 0.465 0.390 0.430 0.390 0.295 0.394
0.078990063 0.043918583 0.124357223 0.094434971 0.105038744 0.071914403 0.087932785 0.068651236 0.086660077 0.084829861 0.096562993 0.09617034 0.086574901 0.058402742 0.060350435 0.113453267 0.045241668 0.075834433 0.070656509 0.119364883 0.089102138 0.070384912 0.077842744 0.082509746 0.087840884 0.083233977 0.200588058 0.102435246 0.142220546 0.073921516 0.120479869 0.067609632 0.178506648 0.165830477 0.165715397 0.135311863 0.142594803 0.085022182 0.124158218 0.112566938 0.10067925 0.117485172 0.107982352 0.115376226 0.083227192 0.10484095 0.066496609 0.046075114 0.083203218
151.8780 127.485 241.705 189.059 202.192 146.914 181.4710 152.728 202.951 173.299 195.274 186.92 182.2344 160.227 163.33 241.647 137.304 182.954 177.0924 241.385 198.225 198.547 199.853 201.489 207.8998 210.986 284.724 241.308 212.428 178.339 225.5570 182.976 260.784 281.307 242.097 244.025 242.2378 191.276 248.565 256.125 226.5 245.016 233.4964 248.388 213.677 244.1 170.723 156.452 206.6680
0.00103 0.00069 0.00103 0.001 0.00104 0.00098 0.00095 0.0009 0.00085 0.00098 0.00099 0.00103 0.00095 0.00073 0.00074 0.00094 0.00066 0.00083 0.00078 0.00099 0.0009 0.00071 0.00078 0.00082 0.00084 0.00079 0.00141 0.00085 0.00134 0.00083 0.00104 0.00074 0.00137 0.00118 0.00137 0.00111 0.00115 0.00089 0.001 0.00088 0.00089 0.00096 0.00092 0.00093 0.00078 0.00086 0.00078 0.00059 0.00079
18317.17484 15375.26853 29150.71797 22801.37188 24385.27117 17718.49395 21886.2247 18419.68869 24476.81001 20900.64448 23550.92903 22543.39879 21978.2942 19324.10206 19698.33792 29143.72291 16559.48442 22065.08122 21358.14571 29112.12452 23906.833 23945.66766 24103.17718 24300.48619 25073.65771 25445.86741 34339.00426 29102.83798 25619.77914 21508.49131 27203.19602 22067.73452 31451.73181 33926.89858 29197.99495 29430.52048 29214.97607 23068.75212 29978.06505 30889.8353 27316.92609 29550.03957 28160.72363 29956.71805 25770.4142 29439.56582 20589.96721 18868.81996 24925.09705
53
5. Grafik tingkat kekerasan biji jagung pada perlakuan 1 NK 22 (P1) jam 0
PIONEER (P1) jam 0
54
NK 22 (P1) jam 1
PIONEER (P1) jam 1
55
NK 22 (P1) jam 2
PIONEER (P1) jam 2
56
NK 22 (P1) jam 3
PIONEER (P1) jam 3
57
NK 22 (P1) jam 5
PIONEER (P1) jam 5
58
NK 22 (P1) jam 7
PIONEER (P1) jam 7
59
NK 22 (P1) jam 9
PIONEER (P1) jam 9
60
NK 22 (P1) jam 11
PIONEER (P1) jam 11
61
NK 22 (P1) jam 13
PIONEER (P1) jam 13
62
NK 22 (P1) jam 16
PIONEER (P1) jam 16
63
NK 22 (P1) jam 19
PIONEER (P1) jam 19
64
NK 22 (P1) jam 22
PIONEER (P1) jam 22
65
NK 22 (P1) jam 25
PIONEER (P1) jam 25
66
NK 22 (P1) jam 28
PIONEER (P1) jam 28
67
6. Grafik tingkat kekerasan biji jagung pada perlakuan 2
NK 22 (P2) jam 0
PIONEER (P2) jam 0
68
NK 22 (P2) jam 1
PIONEER (P2) jam 1
69
NK 22 (P2) jam 2
PIONEER (P2) jam 2
70
NK 22 (P2) jam 3
PIONEER (P2) jam 3
71
NK 22 (P2) jam 5
PIONEER (P2) jam 5
72
NK 22 (P2) jam 7
PIONEER (P2) jam 7
73
NK 22 (P2) jam 9
PIONEER (P2) jam 9
74
NK 22 (P2) jam 11
PIONEER (P2) jam 11
75
NK 22 (P2) jam 13
PIONEER (P2) jam 13
76
NK 22 (P2) jam 16
PIONEER (P2) jam 16
77
NK 22 (P2) jam 19
PIONEER (P2) jam 19
78
NK 22 (P2) jam 22
PIONEER (P2) jam 22
79
NK 22 (P2) jam 25
PIONEER (P2) jam 25
80
NK 22 (P2) jam 28
PIONEER (P2) jam 28
81