I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat dari pucuk tanaman teh (Camellia sinensis) melalui proses pengolahan tertentu. Teh merupakan minuman yang sudah dikenal dengan luas di Indonesia dan di dunia. Minuman berwarna coklat ini umumnya menjadi minuman penjamu tamu. Aromanya yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Selain kelebihan tadi, teh mengandung zat yang memiliki banyak manfaat yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa minuman teh tidak hanya enak rasanya, tetapi juga menyegarkan dan meningkatkan gairah untuk makan bahkan dengan kandungan Caffeine/theine dianggap dapat juga memperkuat daya pikir dan kekuatan badan. Selain itu teh juga bermanfaat sebagai obat anti kangker, mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan bakteri, dan mengurangi kekejangan pada anak-anak. (Yamanishi, 1995). Produk teh di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu teh hitam dan teh hijau. Perbedaan kedua macam teh tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pengolahan dan mesin/peralatan yang digunakan. Dalam proses pengolahan teh hitam memerlukan proses fermentasi (oksidasi enzimatis) yang cukup, sedangkan teh hijau tidak memerlukan sama sekali. Demikian pula pada proses pelayuan, teh hitam memerlukan waktu lama (10-20 jam) dengan suhu yang rendah (25°C30°C). Sebaliknya teh hijau hanya memerlukan waktu pendek 6-7 menit dengan suhu yang tinggi (90°C-100°C), Siswoputranto (1978).
1
Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem orthodox ( orthodox murni dan orthodox rotor vane ). sistem orthodox yang banyak digunakan adalah sistem orthodox rotor vane yang terdiri dari beberapa
tingkat
kegiatan
yaitu
penyediaan
pucuk
segar,
Pelayuan,
penggulungan, sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, serta pengepakan (Setyamidjaja, 2000). Dan yang ke dua Pengolahan CTC adalah suatu cara penggulungan yang memerlukan tingkat layu sangat ringan (kandungan air mencapai 67% sampai 70%) dengan sifat penggulungan keras, sedangkan cara pengolahan orthodox memerlukan tingkat layu yang berat (kandungan air 52% sampai 58%) dengan sifat penggulungan yang lebih ringan. Ciri fisik yang terdapat pada teh CTC antara lain ditandai dengan potongan – potongan yang keriting. Adapun sifat-sifat yang terkandung didalamnya dibedakan yaitu untuk teh CTC memiliki sifat cepat larut, air seduhan berwarna lebih tua dengan rasa lebih kuat, sedangkan teh orthodox mempunyai kelebihan dalam quality dan flavour (Setiawati dan Nasikun, 1991).
2
Tabel perbandingan cara pengolahan teh hitam Sistem orthodox dan sistem CTC dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1. Perbandinga cara pengolahan teh hitam sistem orthodox dan sistem CTC (Arifin, 1994) No Sistem Orthodox 1. Derajat layu pucuk 44%-46%
Sistem CTC Derajat layu pucuk 32%-35%
2.
Tanpa dilakukan sortasi bubuk basah
3.
Ada sortasi bubuk basah Tangkai atau tulang terpisah,
Bubuk basah ukuran hampir sama
disebut badag
4.
Diperlukan pengeringan ECP
Pengeringan cukup FBD
5.
Cita rasa air seduhan kuat
6.
Tenaga kerja banyak Tenaga listrik besar
Cita rasa kurang kuat, air seduhan cepat merah Tenaga kerja sedikit
7.
Sortasi kering kurang Sederhana 9. Fermentasi bubuk basah 105 120 menit 10. Waktu proses pengolahan berlangsung lebih dari 20 jam
8.
Tenaga listrik kecil Sortasi kering sederhana Fermentasi bubuk basah 80-85 Menit Proses pengolahan waktunya pendek (kurang dari 20 jam)
cukup
Pengeringan pada pengolahan teh Orthodox merupakan proses pengaliran udara panas pada bubuk hasil fermentasi sehingga diperoleh bubuk yang kering. Pengeringan pada pengolahan teh hitam orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Danau Kembar dilakukan dengan alat FBD dan TSD. Udara panas yang digunakan untuk pengeringan berasal dari udara luar yang di panaskan dengan bantuan Heat Exchanger yang menggunakan bahan bakar cangkang sawit. Udara kotor yang nantinya dibuang keluar, masuk melui celah pemasukan sebelah bawah. Masuknya udara tersebut karena ditarik oleh main fan, setelah udara masuk kemudian melalui celah-celah pipa menuju cerobong pengeluaran, sedangkan untuk udara segar yang digunakan untuk pengeringan masuk melalui celah bagian atas yang ditarik oleh main fan.
3
Kemudian udara masuk melalui celah dan melewati bagian bawah FBD dan TSD untuk mengeringkan bubuk teh. Proses pengeringan di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Danau Kembar sangat lah penting, karena pengeringan berfungsi untuk menjaga sifatsifat spesifik teh mencapai kualiatas optimum sesuai yang di inginkan pabrik dan juga bisa untuk proses pengolahan teh selanjutnya. 1.2 Tujuan PKPM Adapun tujuan dari laporan PKPM ini adalah : 1. Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pemahaman kegiatan perusahaan sehigga mahasiswa tidak asing lagi bila kelak terjun ke pada kondisi lapangan yang sebenarnya dan Berinteraksi langsung dengan dunia industri dan masyarakat. 2. Mengenal Alat-alat dan Mesin Pengolahan yang ada pada PT. Perkebunan Nusantara VI Unit Usaha Danau Kembar. 3. Mengetahui dan mempelajari cara kerja mesin pengering teh pada proses pengeringan teh hitam dan Mengetahuai bagian-bagian dan fungsi pada mesin pengeringan teh. 1.3. Manfaat Manfaat yang diharapkan setelah mengikuti pengalaman kerja praktek Mahasiswa (PKPM) adalah : 1. Meningkatkan soft skil dalam bekerja sama dan bergaul dengan karyawan dan atasan. 2. Mahasiswa dapat termotifasi untuk merintis karir yang bagus dalam dunia kerja dan membuka usaha sendiri.
4
3. Perusahaan dapat terbantu dalam melaksanakan proses produksi dan bagi karyawan juga dapat terbantu meringan kan pekerjaanya.
5
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil dan Sejarah Singkat Perusahaan PTP Nusantara IV merupakan badan usaha milik negara (BUMN) unit dari PTP Nusantara Jambi yang berdiri berdasarkan peraturan pemerintah No. 11 tanggal 14 Februari 1966 dan surat keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No.165/KMK.016/1996 dan tanggal 11 Maret 1966 tentang penggabungan PTP VIII dan PTP lainnya yang berada di Sumatra Barat dengan nama PT Perkebunan Nusantara VI (PERSERO) Kebun Teh Danau Kembar Kabupaten Solok. Sebelumnya PT Nusantara VI (PERSERO) Kebun Teh Danau Kembar Kabupaten Solok ini dikelola olen NV. CULL Teluk Gunung sampai tahun 1955 kemudian pada tahun 1965 diberikan pada PT. KAMI SAIYO, selanjutnya pada tahun 1975 dan hak guna usaha (HGU) PT. KAMI SAIYO dicabut dan diberikan pada PT.PENTARIK UTAMA yaitu pada tahun 1976 lalu 3 tahun kemudian diserahkan kepada PTP VIII sampai pada tahun 1976 untuk sasaran mutu dari teh yang dihasilkan oelh PT. PN (PERSERO) Kebun Teh Danau Kembar Kabupaten Solok adalah menghasilkan Standar Indonesia Rubble (SIR) yang memenuhi persyaratan SNI 01/3836/1996. Untuk mengelola teh dilakukan berdasarkan permintaan konsumen hal ini dilakukan seandainya produksi terlalu banyak sedangkan harga jual terlalu rendah. Untuk mencegah hal ini PTP Nusantara VI (PERSERO) Kebun Teh Danau Kembar Kabupaten Solok meminta pertimbangan pada beberapa orang guna melakukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya penurunan harga teh. Dengan adanya standar mutu yang ditetapkan maka diterapkan pengendalian kualitas barang yang dihasilkan akan terkontrol.
6
2.2. Lokasi perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VI unit usaha Danau Kembar beralamat di Jl. Jorong Kayu Jao Kenagarian Batang Barus, kecamatan gunung talang, kabupaten solok, Provinsi Sumatera Barat. Dengan elevasi pabrik 1350 M.DPL, elevasi kebun terendah 1290 m.dpl, elevasi kebun tertinggi 1480 m.dpl dengan keadaan iklim / cuaca yaitu, curah hujan setahun rata – rata 2.000 mm, sinar matahari 6 jam per hari. Suhu udara 18o – 25oC, Dan kelembaban nisbi (RH) antara 82 – 95%. Jenis tanah yang dominan pada perkembangan teh danau kembar adalah jenis tanah andosol dan latosol. Luas areal PT. Perkebunnan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar berdasarkan rekap tahun 2011 adalah 569.18 Ha. Yang terdiri dari 2 afdeling yaitu : 1. Afdeling A
: 274.13 Ha
2. Afdeling B
: 295.05 Ha
2.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusaan -
Visi
Menjadi perusahaan agribisnis dengan pola kemitraan terdepan di indonesia -
Misi
1. Mengelola bisnis kelapa sawit, karet, dan HTI (Hutan Tanaman Industri) secara profesional untuk menghasilkan produk berkualitas yang dikehendaki oleh pasar. 2. Menumbuh kembangkan prinsip kemitra usahaan sebagai bisnis dalam pengelolaan bisnis untuk mencapai kinerja unggul.
7
3. Mengelola usaha dengan memperhatikan teknologi ramah lingkungan Memposisikan karyawan, Mitra usaha, dan stake holder lainya sebagai bagian utama organisasi dalam menciptakan nilai perusahaan. 4. Memegang prinsip tata kelola yang baik dan nilai-nilai luhur perusahaan dalam berprilaku dan dalam mengelola bisnis perusahaan. -
Tujuan Perusahaan Meraih keuntungan dan pengembangan usaha berdasarkan prinsip-
prinsip perusahaan yang sehat berdasarkan kepada etika bisnis yang mendukung kebijakan dan program pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang ekonomi pada umumnya di sektor pertanian pada khususnya. 2.4. Manajemen dan Struktur Organisasi Manajemenn dan struktur organisasi merupakan faktor yang penting dalam menentukan maju mundurnya perusahaan. Karena mnajemen dan srtktur organisasi yang baik maka suatu perusahaan akan berjalan kancar dan terarah. Organisasi
adalah
tempat dimana sekelompok
orang melakukan
aktifitasnya untuk mencapai tujuan yang sebelumnya ditetpakan bersama. Struktur
organisasi
sangat
membantu
dalam
perusahaan
karena
akan
mempermudah dan memperjelas bagi bawahan adan atasan untuk mengetahui kepada siapa masing-masing individu bertanggung jawab. PT. PN VI Danau Kembar dipimpin oleh seorang administrator atau manajer. Susunan organisasi di PT. PN VI Danau Kembar ini memakai sistem hubungan komando dan koordinasi, dimana staff memimpin sejumlah bawahan tertentu.
8
Diperusahaan ini juga telah dilakukan pendelegasian wewenang yang telah diatur oleh pada sebuah petunjuk uraian tugas di PT.PN VI Danau Kembar berikut : 1. Manajer atau Administrator Bertugas dan bertanggung hjawab dalam hal: a. Bertanggung jawab kepada direksi mengenai segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan (unit) termasuk soal keuangan. b. Mengawasi
dan
mengkoordinir
semua
bagian
yang
ada
diperusahaan (unit) sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai semaksimal mungkin. c. Menjalankan personil manajemen sesuai dengan kebijakan perusahaan. d. Memelihara hubungan baik dengan masyarakat dan instansi disekitar perkebunan dan perusahaan. e. Memelihara kerjasama yang
baik dengan pimpinan organisasi
karyawan yang ada diperusahaan. f. Mengusahakan
agar
perkebunan
(unit)
dapat
memelihara
pemanfaatan bagi masyarakat yang ada disekitarnya. 2. Kepala Pengolahan atau Pabrik Bertugas dan bertanggung jawab dalam hal: a. Menandatangani surat-surat pengiriman teh ekspor atau lokal dan hasil jadi, beserta sampel-sampel lainnya (chop sampel) b. Meneliti dan mengendalikan mutu dan tanggung jawab atas mutu hasil jadi sepanjang masih dalam pabrik.
9
c. Mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengawasi penyusunan anggaran belanja. d. Mengatur dan mengawasi masing-masing pengolahan. e. Meningkatjkan efesiensi dan menekan biaya pengolahan. f. Meningkatkan dan keterampilan kerja sistem pengolahan karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja. g. Menyusun dan mengawasi pembuatan laporan pengolahan. 3. Asisten Afdeling Bertugas dan bertanggung jawab dalam hal: a. Membuat pembukuan tahunan b. Mengorganisir semua jenis pekerjaan dengan baik, sehingga sasaran kerja dapat tercapai. c. Melaksanakan rol pgi dengan seluruh mandor atau karyawan di afdeling setiap hari. d. Melaksanakan penggalian produksi semaksimal mungkin dengan melakukan pemetikan medium dan petik bersih dari pucuk serta meningkatkan kepel+1 daun (K+1) pada pokok yang dipetik. e. Menjaga mutu masanya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. f. Mengikuti
analisa
pucuk
secara
terus
menerus
dan
berkesinambungan. g. Melaksanakan pemeliharaan tanaman dengan baik dan benar sesuai aturan.
10
h. Mengendalikan serangan hama dan penyakit serta sistem (early warning sistem) sehingga serangan hama dan penyakit dapat dikendalikan sedini mungkin. i. Mengawasi pemupukan yang sedang berkangsung sampai selasai. j. Mengadministrasikan seluruh jenis pekerjaan dengan baik dn benar serta up to date. k. Membuat evaluasi bulanan baik fisik, maupun biaya untuk mengetahui kinerja yang telah tercapai. l. Mengadakan rapar kerja minggu dengan seluruh mandor , mandor 1 dan mandor kepala dikantor afdelling untuk mengevaluasi kerja minggu lalu dan merencanakan kerja minggu depan. m. Mengikuti atau melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial diafdeling seperti wirid,olahraga, gotong royong dan lain-lain sehingga karyawan merasa diperhatikan dan dekat dengan assistennya 4.Assisten Plasma Bertugas dan bertanggung jawab dalam hal : a. Pembinaan membuat teknis b. Mengoptimalkan koordinasi dengan tim pembina petani plasma Kabupaten Solok dalam setiap permasalahan yang menyangkut bidang plasma( seperti rapat harga , penyuluhan terpadu dsb) c. Melakukan pembukuan tahunan d. Membuat rencana kerja harian dan mingguan untuk melakukan kunjungan atau pemasukan produksi plasma dan mengawasi mutu pucuk
11
e. Melakukan pembinaan dan kuemungkinan pengembangan usaha koperasi unit desa petani plasma f. Membina hubungan kemitraan yang berkesinambungan dengan petani plasma dan masyarakat sekitar. 5.Asisten Tata Usaha dan Keuangan Bertugas dan bertanggung jawab dalam hal : a. Membantu administartor atau menager dalam mengelola aktifitas kegiatan keuangan dan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencapai tujuan perusahaan b. Mengkoordinir atau memberi petunjukdan mengawasi kegiatan operasional berdasarkan sesi didalam bidang keuangan dan administrasi tenga kerja ,sarana dan peralatan kerja c. Mengkoordidnir penyusunan anggaran biaya kebun atau afdeling berdasarkan aturan kerja yang telah ditentukan d. Membuat laporan neraca percobaan dan laporan manejemen setiap bulan sesuai jadwal yang telah ditentukan e. Melakukan evaluasi biaya atau harga pokok setiap bulan, mengawasi pembukuan biaya sesuai dengan rekening dalam sistem administrasi atau akuntansi yang berlaku f. Mengawasi pembayaran gaji dikebun g. Meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan
kerja asisten
pengolahan dan karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja h. Bekerja sama dengan petugas umum pembina dan memberi petunjuk kepada karyawan dalam meningkatkan kesejahteraan
12
,keagamaan,olahraga, lingkungan hidup ,gotong royong,koperasi dan keamanan karyawan dlingkungan kantor kebun. i. Mengawasi pengadaan, penyimpannan alat dan barang serta bahan pelengkap melaui pemeriksaan kartu gudang agar dapat terjamin dan dalam batas yang wajar j. Menerima tugas-tugas khusus dan pelimpahan wewenang dari adaminisarsi atau manager k. Memberi saran atau usulan kepada administrator atau manager baik diminta maupun tidak diminta untuk efektifitas dan efisien pengelolaan 6.Asisten Petugas Umum Bertugas dan bertanggung jawab dalam hal: c. Mengadiministrasikan jumlah penduduk dan tenaga kerja d. Mengkoordinir dibidang administrasi dalam pemakaina biaya umum e. Membina dan memberi petunjuk kepada karyawan dalam meningkatkan kesejahteraan ,keagamaaan,lingkungan hidup, dan keamanan karyawan dilingkungan kebun f. Membina hubungan keluar khususnya dibidang tenaga kerja dan pengamanan g. Menerima tugas khusus dari administrator sesuai intruksi h. Bekerja sama dengan papambun dalam menyelesaikan konflik , baik yang terjadi anar karyawan maupan masalah yang terjadi dilingkungan perkebunan
13
i. Membina hubungan baik dengan masyarakat terhadap masyarakat dilingkungan perkebunan j. Menjalin kerja sama dan membina hubungan baik dengan PEMDA setempat k. Bekerja sama dengan badan pertahan nasional mengenai Hak Guna perusahaan,agararia dan hal –hal yang terkait dengan perusahaan l. Berkoordinasi
dengan
dinas
tenaga
kerja
dalam
hal
keternagakerjaan m. Memeriksa hasil pekerjaan dibidang umum setiap bulan 7.Asisten Teknik Bertugas dan bertanggung jawab dalam hal: a. Memberi arahan dan bimbingan serta mengendalikan sumber daya manusia karywan dibagian teknik b. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kerja karyawan dibagian teknik sehingga tidak mendapat kendala yang berarti pada waktu pelaksanaan dilapangan c. Menerima dan mengevaluasi laporan kerja harian dari mandormandor d. Meneliti sera mengendalikan mutu hasil dari hasil pekerjaan dibagian mandor masing-masing e. Meneliti dan mengawasi serta menandatangani laporan pekerjaan dibidang teknik f. Mengkoordinir , memberi petunjuk serta mengawasi dalam penyusunan laporan pembukuan
14
g. Meneliti dan mengajukan permintaan bahan-bahan dan alat perlengkapan kerja h. Mengatur dan mengawasi jalanya mesin-mesin pembangkit dan mesin pabrik i. Meningkatkan efisiensi , menekan biaya teknik atau teknologi dan mengevaluasi realisasi laporan pembukuan j. Lain-lain yang menyangkut kelancaran dan kesuksesan pekerjaan dibidang teknik dalam rangka menghindari
mesin-mesin
pengolahan
8.Asisten Pengolahan Bertugas dan bertangung jawab dalam hal: c. Mengkoordinir pengwasan pembuatan perencanaan anggaran belanja pengolahan d. Pengawasan bahan bakar minyak dan penggunaan alat-alat dan mesin pengolahan e. Pengawasan pembuatan laporan pengolahan jurnal kegiatan proses pengolahan harian f. Meningkatkan mutu kerja karyawan berserta bimbingannya, serta menbina kerja sama yang baik dengan dinas yang terkait Sistem pengolahan teh hitam yang ada di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI adalah sistem orthodox, yang mempunyai beberapa stasiun pengolahan.
15
Bagan sistem pengolahan unit Usaha Danau Kembar dengan sistem orthodox dapat dilihat pada Gambar 1:
Gambar 1. Bagan Pengolahan Teh Hitam Danau Kembar
16
III. PELAKSANAAN PKPM 3.1. Waktu Dan Tempat 3.1.1. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan PKPM ini selama kurang lebih 3 bulan dimulai pada tanggal 16 maret 2015 s/d 30 mei 2015. 3.1.2. Tempat Pelaksanaan Tempat dilaksanakannya PKPM ini adalah di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. 3.2. Metoda Pelaksanaan Dalam pelaksanaan PKPM di PT. Perkebunan Nusantra VI ini mahasiswa melaksanakan kegiatan di pabrik pengolahan teh, yang dilaksanakan setiap hari senin sampai Jum’at dan kegiatan dimulai pada pukul 07.00 sampai pada pukul 16.00 WIB dan pada hari Sabtu dimulai pada pukul 07.00 sampai pada pukul 12.30 WIB. Untuk pengambilan data yang dibutuhkan dilakukan pengamatan secara langsung dilapangan sambil melakukan diskusi dengan operator, mandor, asisten dan karyawan. 3.3. Proses Pengolahan Teh Hitam Ortodox 3.3.1. Penerimaan pucuk segar (fresh Leaf) Berikut beberapa hal yang harus di perhatikan dalam penerimaan pucuk Segar : a. Truk yang berisi pucuk segar (standar pengisian
3000 kg), truk lansung di
timbang pada jembatan timbangan.
17
b. Pucuk dari truk di bongkar lalu di naikkan ke kursi monorail dan segera di distribusikan ke WT (withering trought) dengan kapasitas WT 1500 kg sampai dengan 2080 kg. c. Sebelum melakukan pembeberan/pengiraban di WT terlebih dahulu dilakukan pengambilan sample secara acak untuk analisis mutu pucuk segar halus—kasar dilakukan oleh petugas pabrik yang telah ditunjuk dan dilakukan dengan cara : 1. Pucuk untuk dianalisis diambil dari 9-10 fish net sebanyak 1 kg/mandoran. 2. Kumpulkan pucuk segar dalam keranjang plastik, aduk sampai rata dan dibagi secara kwartering (menjadi 4 bagian) di atas meja analisa. 3. Sampel diambil 2 (dua) bagian secara diagonal, ditimbang sebanyak 250 gr untuk bahan analisis. 4. Kemudian pisahkan pucuk yang halus dan yang kasar. 5. Pemisahan dilakukan dengan mematahkan internoda (tangkai). Jika patahannya getas tidak berserat, maka pucuk masuk katagori halus dan bila patahannya liat berserat berarti pucuk masuk katagori kasar 6. Pucuk yang tidak masuk kategori halus dan kasar (daun sobek, rumput, daun kering dikeluarkan dari analisa. 7. Timbang bagian pucuk yang halus (= a gram) 8. Timbang bagian pucuk yang kasar (= b gram) 9. Cara perhitungan analisa persentase mutu pucuk halus
d. Segera lakukan pembeberan/pengiraban pucuk segar di WT agar panas dan air yang terdapat pada permukaan pucuk segera hilang sehingga kerusakan pucuk akibat terperam dapat dihindari, dengan menghidupkan kipas (fan).
18
Pembeberan/pengiraban yang benar akan menghasilkan pucuk dengan tingkat layu yang merata. e. Pelaksanaan pembeberan/kirab pucuk segar di WT dilakukan sebagai berikut : a. Pembeberan/kirab baru dilaksanakan setelah WT terisi penuh. b. Pembeberan/kirab dimulai dari ujung WT yang paling dekat dengan fan mengarah ke ujung WT yang lain. c. Pembeberan/kirab dilakukan oleh 2 orang secara bersamaan dan saling berhadapan d. Mandor daun basah mencatat di papan informasi di setiap WT yang berisi :
Afdeling penghasil pucuk
Nama mandor kongsi
Penimbangan ke ...
isian WT
Tanggal petik
Nama petugas pembeber/pengirab
e. Pada waktu pelaksanaan pembeberan/kirab, pucuk yang jatuh tercecer agar segera dibersihkan dengan sapu lidi dan dinaikkan ke atas WT. f. Pada saat pucuk segar dibeber/dikirab di WT, udara segar dialirkan untuk membantu kemudahan proses pembeberan/pengiraban. Dengan adanya udara segar maka panas pada pucuk dapat dikurangi. -
Jumlah isian pucuk segar di dalam WT sangat menentukan keberhasilan homogenitas tingkat kelayuan pucuk. Estimasi berat pucuk segar dalam WT dihitung berdasarkan : Luas
19
permukaan WT : Estimasi berat pucuk dalam WT adalah 25-32 kg/m Harus ada tanda (skala pengukur yang dibuat secara empiris) untuk mengetahui estimasi volume/berat isian pucuk segar dalam WT. -
Kapasitas Fan WT : Volume udara yang dibutuhkan untuk proses pelayuan adalah 18-20 Cubic Feet per—Minute (CFM) per—kg pucuk Contoh : Fan berkapasitas 40.000 CFM dapat melayukan pucuk segar sebanyak 40.000/20 = 2.000 kg pucuk segar
g. Seluruh pekerja di stasiun penerimaan pucuk segar diharuskan memakai alat K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) 3.3.2. Pelayuan. Tujuan utama pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air yang ada pada permukaan atau bagian dalam pucuk secara merata. Berkurangnya kadar air menjadikan pucuk layu dan lentur sehingga pada saat berada di proses penggulungan pucuk lebih mudah untuk di gulung. Tujuan pelayuan adalah sebagai berikut : a. Menjadikan daun lemas, supel/liat, tidak mudah patah/tidak rapuh sehingga dapat digulung dengan baik. b. Dengan berkurangnya kadar air dalam daun berarti konsentrasi cairan sel daun menjadi lebih pekat, sewaktu terjadi pemulasan dan pemerasan daun layu dalam gulungan, cairan sel yang tidak mengandung zat-zat penting yang menentukan kualitas tidak terbuang. c. Meletakkan dasar fermentasi sehingga dapat berlangsung dengan 20
sempurna untuk memperoleh inner quality yang baik, dan juga sebagai dasar untuk memperoleh bentuk luar yang baik. Mengurangi jumlah air yang harus diuapkan dalam proses pengeringan. Pelayuan menggunakan Heat Exchanger (HE) sebagai sumber udara panas. baru dihidupkan jika kelembaban nisbi (RH) di ruang pelayuan >70%. Poses pelayuan dilakukan pada suhu udara campuran maksimal 30°C selama 16-18 jam. Isian WT harus berpedoman pada ketentuan yang berlaku biasanya antara 25 – 32 Kg/meter² disesuaikan dengan kemampuan kipas WT. (Optimum 30 Kg/meter²). Waktu membeber, daun harus dikirab dengan baik, jangan ada yang masih bergumpal-gumpal. Selama pelayuan, pembalikan pucuk dilakukan 2 kali sehari selama pembalikan juga harus dikirap dengan baik. Sedapat mungkin dihindari perlakuan yang berulang-ulang terhadap pucuk yang sedang dilayukan karena akan menyebabkan daun merah. Udara yang dipakai untuk melayukan harus mempunyai kelembaban nisbi yang rendah atau beda suhu basah kering minimal 3 - 4°C. Suhu udara tidak boleh lebih dari 30 °C. Kebersihan dan kesehatan ruang pelayuan harus dijaga dengan baik. Akhir pelayuan ditandai dengan dicapainya syarat layu yang baik, yaitu : -
Jika pucuk layu dikepal dan dilepas akan mengembang perlahan ke segala arah
-
Gagang lentur dan jika dibengkokkan tidak patah
-
Tercium aroma yang khas seperti buah masak
21
-
Jika gumpalan pucuk layu diremas tidak menimbulkan bunyi seperti ranting patah
-
Jika pucuk ditekan dengan ujung jari akan meninggalkan bekas Seluruh pekerja di stasiun pelayuan diharuskan memakai alat K3, agar tidak
terhirup debu/pasir yang terikut pucuk (terutama pada saat mengirab di WT). Adapun alat dan bahan yang diguakan pada saat pelayuan adalah : a.
WT ( withering trought )
b.
Monorail
c.
Heat Exchanger
d.
Dutching Chamber
Pada pelayuan ini terdapat 24 buah WT ini akan mampu menampung hingga 40 ton pucuk teh/hari, dengan masing –masing kapasitas WT nya adalah 30 kg/m2. Dan untuk menguji kualitas teh maka diadakan penganalisaan pucuk teh dengan mengambil beberapa sampel dari pucuk atau daun teh yang akan diolah. Pada saat pelayuan pembalikan pucuk dilakukan 2 – 3 kali, pembalikan dilakukan setiap 4 jam sekali. a. WT ( withering trought ) WT ( withering trought ) merupakan bak segi empat persegi panjang yang di depannya di pasang kipas (fan). Alat ini berfungsi sebagai tempat penampungan pucuk sementara/tempat terjadinya proses pelayuan pucuk. Tebal hamparan isian WT rata-rata 30-40 cm, tetapi disesuikan juga dengan kondisi cuaca.
22
WT ( withering trought ) dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. WT (withering trought) Spesifikasi : Panjang
: 32,48 m
Lebar
: 1,830 m
Tinggi
: 0,372 m
Luas
: 59,43
Isian
: 1500-2080 kg
Elektromotor
: 1450 RPM
D Fan
: 48”
b. Monoail Monorail berfungsi sebagai alat transportasi pucuk dari truk ke WT. Waktu yang dibutuhkan oleh monorell untuk satu putaran adalah 9 menit. Monorail dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Monorail
23
c. Heater Exchanger Heat exchanger berfungsi sebagai sumber udara panas yang diperlukan untuk proses pelayuan dan pengeringan. Di perusahaan ini mempunyai 4 unit mesin heat exchanger Gambar 4.
Gambar 4. Heater Exchanger d. Dutching Chamber Merupakan alat yang digunakan untuk mengalirkan udara panas dari heat exchanger ke WT dan chamber digunakan untuk mengatur udara panas yang mengalir. 3.3.3. Turun Daun Layu Merupakan proses pemindahan pucuk dari ruang pelayuan ke ruang penggulungan. Pengambilan pucuk layu dengan menggunakan tong-tong yang diletakkan pada monorail, kemudian pucuk dimasukkan ke lorong yang terdapat 5 buah menuju mesin OTR (Open Top Roller) pada stasiun penggulungan.Tugas turun
daun
dikoordinasikan
oleh
mandor
turun
daun,
dalam
proses
pelaksanaannya mandor turun daun memeriksa kondisi pucuk untuk masingmasing WT sehingga dapat menentukkan pucuk mana yang akan diturunkan terlebih dahulu. Jumlah pucuk layu yang akan diturunkan mengacu pada jumlah kapasitas OTR yaitu 350-375 Kg.
24
3.3.4. Stasiun Penggulungan Tujuan dari proses penggulungan yaitu memeras cairan sel daun untuk memberi kesempatan terjadinya reaksi antara plasma,inti dan vacaula sel daun dan mengecilkan partikel daun dengan bentuk daun yang bergulung sebagai peletakan dasar untuk fermentasi,pengeringan dan sortasi. Dengan pelayuan yang baik,cairan sel yang pekat yang diperas keluar dari dari sel daun tidak akan menetes/mengalir keluar, tetapi akan tetap lengket dan meresap kembali pada partikel-partikel bubuk,dan hasil teh jadi akan menggulung ,mengkilat dengan inner quality yang baik. Berikut adalah skema Penggulungan unit usaha danau kembar dapat dilihat pada Gambar 5. Keterangan Gamabar : 1. Biru – Mesin Penggulung. 2. Putih – Mesin Pengayak 3. Hijau – Bubuk Teh dan lama waktu fermentasi 4. Merah – Lama waktu penggulungan
Gambar 5. Skema Penggulungan unit usaha danau kembar Hal –hal yang harus diperhatikan pada waktu penggulungan antara lain: 1. Suhu ruangan penggulungan sedapat mungkin diperhatikan 200 C – 250 C.
25
2. Kelembaban nisbi diatas 950 C. 3. Lantai,alat pengolahan (DIBN, OTR, PCR) harus selalu bersih. 4. Setiap selesai membongkar fraksi gulungan,mesin penggulungan harus dibersihkan,demikian juga mesin ayakan. Skema giling yang telah ditentukan harus bener-bener dipatuhi.Adanya jam dinding agar skema penggulungan dapat dilaksanakan tepat jadwal Penggulungan dilakukan dalam suhu ruangan 20-29°C. Pada tahap ini terdapat beberapa proses pengoperasian mesin untuk pengolahan teh, dimana tahap tersebut diolah pada beberapa mesin yang berbeda. masing – masing mesin akan melakukan pengoperasian dengan tujuan yang berbeda. Skema penggulungan adalah OTR - PCR – RV - RV, sedangkan proses penggulungannya adalah sebagai berikut: Proses penggulungan dimulai dari mesin OTR (Open Top Roller) sebanyak 5 unit, mesin ini menampung daun yang sudah layu yang berasal dari hasil proses pelayuan dengan kapasitasnya adalah 350-375 kg/seri, waktu untuk memproses daun atau menggulung daun membutuhkan waktu sebanyak 45 menit dan waktu untuk memasukkan daun 5 menit. Setelah selesai proses penggulungan pada OTR ini kemudian hasilnya dibongkar dan diangkut ke DIBN untuk proses pengayakan selam 10 menit dan ini akan menghasilkan bubuk 1. Kasaran bubuk I kemudian diproses dengan PCR (Press Cup Roller) selama 35 menit, hasil press dari PCR ini diayak melalui comveyor pada DIBN II selama 10 menit, ini akan menghasilkan bubuk II. Kasaran bubuk II diolah melalui rotor vane selama 10 menit dan diayak di DIBN I selama 10 menit, ini akan menghasilkan bubuk III, Kasaran bubuk III diproses lagi melalui rotor vane II dan diayak di DIBN II
26
selama 10 menit, ini akan menghasilkan bubuk IV, dan kasaran bubuk IV akan menghasilkan badag. Alat dan mesin yang digunakan dalam proses Penggulungan, sortasi basah dan fermentasi yaitu: a. OTR ( Open Top Roller) b. Comveyor c. Tambir d. PCR (Press Cup Roller) e. RV (Rotor Vane) f. DIBN ( Double Indian ballbreaker Nestrosrteerder) g. Kereta Bubuk 1. OTR (open top roller) OTR (open top roller) tempat penampungan teh yang di turunkan dari lubang turun daun. Pada OTR terjadi proses penggulungan pucuk, proses penggulungan terjadi karena OTR berputar secara terus menerus selama 45 menit dengan kecepatan 45 Rpm yang digerakkan oleh motor listrik 20 HP. OTR menggunakan mata pisau yang bulat pada bagian pinggirnya yang bertujuan agar pucuk tergulung dan pecah akan tetapi tidak terpotong sedangkan, jika OTR menggunakan mata pisau yang tajam maka pucuk akan terpotong. 1) Bagian-bagian dari OTR antara lain: a. Silinder (Jubung) Bagian silinder berfungsi untuk menampung pucuk layu yang dimasukkan dari bagian atas pucuk silinder. Silinder ini terbuat dari stainless steel dengan tinggi 200 cm dan diameter 1150cm.
27
b. Conus Bagian conus berfungsi untuk menjamin kesempurnaan pembalikan pucuk-pucuk dalam silinder. Conus berbentuk kerucut dan terletak pada bagian dasar silinder. c. Batten Bagian batten berfungsi untuk menggulung dan memotong pucuk teh. Batten berbentuk seperti pisau tumpul yang melengkung dan berada disekeliling conus. d. Pintu keluaran Bagian pintu keluaran berfungsi untuk mengeluarkan bubuk teh yang sudah tergiling. Pintu keluaran ini menjadi satu dengan conus dan terletak ditengahtengah meja giling. Pintu keluaran dapat dibuka dengan memutar handle yang berada dibagian depan dari OTR. Untuk lebih jelas Mesin OTR dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. OTR (open top roller) Spesifikasi : Diameter selinder
: 47”
Kapasitas
: 350-375 kg/seri
Elektromotor
: 20 HP, 1440 Rpm, 380 / 660 V
Putaran Engkol
: 45 RPM
28
2. Comveyor Berfungsi sebagai penyalur bubuk dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Conveyor dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Comveyor Spesifikasi: Kapasitas
: 900-1000 kg/jam
Elektromotor
: 0,5 HP, 1370 RPM
3. Tambir Tempat menampung bubuk yang keluar dari DIBN tambir dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Tambir 4. PCR (press cup roller) PCR (press cup roller) tempat penggulungan kasaran bubuk I proses penggulungan terjadi karena PCR berputar secara terus menerus selama 35 menit dengan kecepatan 45 Rpm yang digerakkan oleh motor listrik 25 HP. Selama didalam PCR dilakukan pengepressan agar kasaran bubuk I agar lebh halus. PCR menggunakan mata pisau yang bulat dan conus yang bertujuan agar pucuk 29
tergulung dan pecah akan tetapi tidak terpotong sedangkan, jika PCR menggunakan mata pisau yang tajam maka pucuk akan terpotong. Mesin PCR dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. PCR (press cup roller) Spesifikasi : Diameter selinder
: 47”
Kapasitas
: 350-375 kg/seri
Elektromotor
: 25 HP, 1440 Rpm, 380 / 660 V
Putaran Engkol
: 45 RPM
30
5. Rotor Vane Berfungsi untuk memperhalus kasaran bubu II dan kasaran bubuk III Mesin Rotor Vane dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Rotor Vane Spesifikasi Rotor Vane : Nama
: Rotor Vane 15”
Kapasitas
: 800- 1000 kg/jam
Elektromotor
: 25 HP, 18,5 Kw 1450 Rpm
Putaran Poros
: 37 RPM
Ratio gearbox
: 20 : 1
6. DIBN (Double Indian Ballbreaker Netsorteerder) Berfungsi sebagai pengayak bubuk agar menghasilkan jenis bubuk yang sama ukurannya. DIBN dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. DIBN (Double Indian Ballbreaker Netsorteerder)
31
7. Gerobak bubuk Berfungsi untuk mengangkut bubuk dari OTR ke comveyor dan dari DIBN I ke PCR dan dari PCR ke compayor DIBN II. Gerobak bubuk dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Gerobak bubuk 3.3.5. Stasiun fermentasi Fermentasi atau lebih tepatnya oksidasi enzimatis sangat berpengaruh terhadap mutu teh jadi terutama dalam hal strength, colour, quality, dan brisk pada air seduhan. Proses oksidasi enzimatis pada teh merupakan proses senyawa polifenol dengan dengan bantuan enzym polifenol oksidasi menghasilkan substansi tehaflavin dan thearubigin. Proses oksidasi ini ditentukan oleh faktorfaktor berikut ini diantaranya kadar air, suhu, kadar enzim dan substratnya. Diantara faktor-faktor tersebut faktor suhu dan kadar air (kelembaban) yang bisa dikendalikan. Suhu maksimal bubuk yaitu 26,7ºC dengan kisaran ketebalan hamparan bubuk dalam tambir tidak melebihi 6 cm dengan kisaran suhu ruangan 22-24ºC dan kelembaban udara 95%. Selama proses oksidasi enzimatis, terjadi perubahan pada senyawa polifenol yaitu katektin. Katektin yang mengalami perubahan yaitu epigalokatekin dan epigalokatekin dengan adanya oksigen dari udara dan polifenol oksidase. 32
Katektin akan mengalami reaksi oksidasi enzimatis membentuk ortoquinon. Sebagian ortoquinon diendapkan oleh protein ortoquinon akan terkondensi menjadi bisflavanol. Dan kemudian mengalami kondensasi lagi membentuk tehaflavin yang berwarna kuning dan akan mengalami kondensasi lagi membentuk thearubigin yang berwarna merah dan coklat. Waktu Fermetasi dapat dilihat pada Tabel 2 : JenisBubuk Bubuk I Bubuk II Bubuk III Bubuk IV Badag
Waktu Fermentasi (Menit) Penggulungan Fermentasi 50 70 90 30 110 15 130 5 – Langsung 130 5 – Langsung
Total Waktu 120 120 125 130 130
Tabel 2. Waktu Fermentasi. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan distasiun fermentasi seperti berikut : 1. Humidifire Berfungsi untuk melakukan pengabutan mengatur kelembaban udara dalam ruang pengolahan basah agar sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan yaitu berkisar antara 90% - 98% pada saat fermentasi. Prinsip kerja Humidifire gerakan putar dari elektromotor mengakibatkan kipas ikut berputar. Pada saat yang bersamaan air dipompakan dan menyembur pada bagian piringan. Air ini kemudian akan terpecah merata sehingga akan tampak seperti kabut tebal. Humidifire dapat dilihat pada gambar 13.
Gambar 13. Humidifire
33
2. Trollys Berfungsi sebagai tempat tersusunya tambir dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Trollys 3. Tambir Tempat menampung bubuk yang keluar dari DIBN dapat dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Tambir
34
4. Termometer stick berfungsi untuk mengukur suhu bubuk dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Termometer Stick 5. Termometer dry and wett. Berfungsi untuk mengukur kelembaban ruangan dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Termometer Dry And Wett
3.3.6. Stasiun pengeringan Tujuan pengeringan adalah menghasilkan kegiatan oksidasi anzimatis dan menurunkan kadar air bubuk menjadi 2,5-3%. Pengeringan merupakan proses pengaliran udara panas pada bubuk hasil fermentasi sehingga diperoleh bubuk
35
yang kering. Pengeringan pada pengolahan teh hitam di pabrik danau kembar dilakukan menggunakan 3 mesin pengering yang terdiri dari 2 mesin TSD (Two Stage Drier) dan 1 mesin FBD (Fluid Bed Drier), dengan kapasitas terpasang yaitu 200 kg/jam untuk mesin pengering tipe TSD dan 350 kg/jam. Udara panas yang digunakan untuk pengeringan berasal dari udara luar yang dipanaskan dengan heat exchanger yang menggunakan bahan bakar cangkang sawit. Prinsip kerja mesin pengering tipe TSD adalah dengan menggunakan trays (rantai) yang bergerak berlawanan dengan aliran udara panas dari Heat Exchanger (HE). Energi yang digunakan oleh mesin TSD berasal dari bahan bakar padat (cangkang sawit). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah suhu masuk dan keluar, kecepatan trays (kecepatan pengeringan), ketebalan bubuk yang dikeringkan. Fluidized Bed Dryer (FBD) ini adalah pengering yang menggunakan prinsip fluidisasi. Prinsip kerja mesin pengering ini adalah penghembusan udara panas oleh main fan melalui suatu saluran ke atas bak pengering yang menembus hamparan bahan sehingga bahan tersebut dapat bergerak dan memiliki sifat seperti fluida. Proses pengeringan pada pengolahan teh hitam memiliki tujuan yaitu : 1. Menghentikan proses oksidasi enzimatis. 2. Menjaga sifat-sifat spesifik teh pada saat teh mencapai kualitas optimum. 3. Menurunkan kadar air sampai mencapai 2,5–3,0 % sehingga teh hitam mempunyai daya simpan yang lama. 4. Selain itu, pengeringan pada pengolahan teh hitam juga dapat membunuh adanya mikrobia karena pada suhu tinggi mikrobia tidak tahan dan mati.
36
Proses Pengeringan Dapat dilihat pada gambar 18 dibawah ini :
Gambar 18. Proses Pengeringan
Sumber panas Heat Exchanger Heat Exchanger digunakan sebagai sumber panas untuk proses pengeringan pada FBD maupun TSD. Cara kerja alat ini menggunakan cangkang sawit sebagai bahan bakar sumber panasnya. Panas yang dihasilkan dari ruang pembakaran disalurkan melalui pipa api dan terjadi pertukaran panas dengan udara yang masuk ke dalam pipa api. Udara panas yang dihasilkan tersebut disalurkan ke mixing chamber dengan menggunakan main fan. Mesin pengering pada PTPN VI Unit Usaha Danau Kembar terdapat 3 mesin yang memiliki fungsi masing-masing, mesin tersebut terdiri dari 1 unit FBD, 2 unit TSD dan Heat Exchanger sumber panas dari 3 mesin tesebut. Cara kerja mesin pengeroing : a. FBD (Fluid Bed Drier) Pada mesin FBD ini bubuk dimasukkan kedalam conveyor menuju ruangan dengan mekanisme kerja FBD memakai sistem laju udara panas secara
37
langsung, lama pengeringan didalam FBD adalah 18 - 20 menit, Temperatur inlet 92°C- 110°C sedangkan temperatur outletnya adalah antara 70 -80°C. Mesin FBD akan memproses dan mengolah bubuk I dan II. FBD dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. FBD (Fluid Bed Drier) Spesifikasi : Merek
: Thea
Kapasitas
: 320/jam
b. TSD (Two Stage Drier) Mesin TSD menggunakan sistem tress dengan bentuk atau pengolahan zig zag dengan 2 tingkat, tingkat –tingkat ini memiliki panas bertahap 1. Tingkat 1 memiliki suhu in let 98° – 100 °C 2. Tingkat 2 memiliki suhu out let 65° - °C TSD ini terdiri dari 2 unit, masing- masing unit memiliki waktu yang sama dalam proses tingkat kematangan bubuk, lama pengeringan didalam TSD adalah 18-20 menit. TSD ini memeiliki dua tingkat, temperatur outlet pada TSD adalah 60 - 65°C untuk tingkat satu dan tingkat dua inlet 98 - 100°C sedangkan kapasitas masing – masig TSD adalah 199 - 220 kg.
38
Mesin TSD dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. TSD (Two Stage Drier) Spesifikasi TSD Adalah : Spesifikasi : Merek
: Teha
Kapasitas
: 190/jam
c. HE (Heat Exchanger) Pengeringan menggunakan Heat Exchanger dilakukan selama 18 – 20 Menit. Panas inlet pengeringan untuk TSD tingkat satu 60°C-65°C dan Tingkat dua Out 98°C-100°C , untuk FBD inlet 92°C-110°C dan suhu Out 70°C-80°C . Heat Exchanger berfungsi sebagai sumber udara panas yang diperlukan untuk proses pelayuan dan pengeringan.
39
Heat Exchanger dapat dilihat pada gambar 21.
Gambar 21. Heat Exchanger 3.3.7. Stasiun sortasi Bubuk hasil dari proses pengeringan baik yang keluar dari pengering FBD ataupun TSD ditransfer menuju stasiun sortasi menggunakan belt conveyor. Tujuan dari sortasi kering ini yaitu mendapatkan ukuran dan warna partikel teh yang seragam sesuai dengan standar setiap jenis mutu yang diinginkan konsumen. Secara umum alur proses pada sortasi kering dibedakan menjadi 2 yaitu sortasi langsung tanpa melewati proses cutting dan sortasi melewati proses cutting (untuk bubuk badag/corong samping).
40
Skema sortasi dapat dilihat pada gambar 22.
Gambar 22. Skema Sortasi Proses skema sortasi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Bubuk 1 dan II diolah dengan menggunkan Midletone 2 sedangkan bubuk III,IV dan badag di olah dengan menggunakan midletone 1.semua bubuk ini kemudian diolah menggunakan vibro blank dengan tujuan untuk membersihkan bubuk kulit dan kayu yang ada pada bubuk. 2. Setelah melewati vibro blank Bubuk diolah dengan Van Demmer dengan tujuan untuk memperkecil partikel-partikel . 3. Selanjutnya bubuk tersebut diolah dengan menggunakan Indian Sortier, hasil dari pengolahan Indian Sortier ini akan menghasilkan jenis bubuk . 41
4. Bubuk hasil pengolahan Indian Sortier ini diolah melalui siliran, siliran terbagi dua yaitu siliran Besar (Winnower) dan Siliran Kecil. Siliran besar mengolah bubuk selain dari bubuk jenis Dust seperti BOP sedangkan Siliran kecil hanya akan mengolah bubuk jenis Dust. Siliran Besar memiliki 13 Corong, kalau seandainya dimasukan BOP, BOPF, PF dan lainya maka setiap corong tertentu akan menghasilkan jenis bubuk tertentu pula sebagai berikut : a. Corong I menghasilkan pasir b. Corong 2,3 menghasilkan BOP c. Corong 4,5,6,7 menghasilkan BT d. Keluaran bubuk dari corong 8,9,10,11,12,13 akan dipress ulang di Van Demeer. 5. Keluaran dari Siliran (Winower) akan diolah kembali melalui Vibro Finish yang terdiri dari 3 buah mesin, masing –masing Vibro Finish memiliki fungsi keluaran yang berbeda. Vibro finish 5 akan menghasilkan jenis bubuk Dust 1, Dust II, Dust III, Dust IV, PF, PF II dan BOPF. Vibro Finish 6 akan menghasilkan BOP, BT, BP, BP II dan BT II, sedangkan Vibro Finish 7 menghasilkan PF II, Dust IV, BM, Fann II, fann IV. Keseluruhan hasil sortasi ini akan menghasilkan grade yang terdiri dari Grade 1, Grade II dan Grade III. Sortasi dibedakan menjadi beberapa grade, yaitu: a. Grade I 1. BOP
(Broken Orange Pecco)
2. BOPF
(Broken Orange Pecco Fanning)
3. PF
(Pecco Fanning)
4. Dust 5. BP
(Broken Pecco) 42
6. BT
(Broken Tea)
b. Grade II 1. PF
(Pecco FanningII)
2. Dust II 3. BP
(Broken PeccoII)
4. BT
(Broken TeaII)
5. Dust III c. Grade III 1. Fann II
(Fanning II)
2. Fann III
(Fanning III)
3. Fann IV
(Fanning IV)
4. BM
(Broken Mix)
5. Dust IV 6. Fluff Ketiga Grade ini dibedakan berdasrakan warnanya, Grade I bewarna hitam bersih, Grade II agak coklat dan Grade III agak merah. Hasil sortase kemudian ditimbang dan disimpan diBin / peti miring supaya warna dan aroma tidak hilang. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan proses sortasi sebagai berikut : 1. Ember Ember berfungsi sebagai tempat penampung bubuk teh setelah disortasi sebelum dimasukkan kedalam peti miring / bin.
43
Ember dapat dilihat pada gambar 23.
Gambar 23. Ember 2. kereta bubuk3. karung4. bubuk yang telah di keringkan5. comcveyor Berfungsi untuk mendistribusikan bubuk dari pengeringan ke sortasi. Comveyor dapat dilihat pada gambar 24.
Gambar 24. Comveyor 44
6. Midletone Berfungsi untuk mengayak bubuk pertama kali setelah keluar dari pengeringan yang memisahkan bubuk yang benar – benar berasal dari pucuk dengan bubuk yang berasal dari batang daun.
Midletone dapat dilihat pada
gambar 25.
Gambar 25. Midletone 7. Vibro blank Berfungsi untuk memisahkan bubuk yang rngan dengan bubuk yang berat. Bubuk yang berat akan lanjut ke proses selanjutnya, sedangkan bubuk yang ringan akan terangkat dan melekat ke roll yang berputar kemudian masuk kedalam ember penampung di bagian samping. Vibro blank dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 26. Vibro blank 45
8. Van demmer Berfungsi untuk menghaluskan bubuk yang keluar dari vibro blank. Van demmer dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Van demmer 9. Indian sortir Berfungsi untuk mengayak bubuk yang telah dihaluskan oleh ven demmer dan memisahkan teh sesuai dengan jenisnya. Indian sortir dapat dilihat pada Ggambar 28.
Gambar 28. Indian sortir
46
10. Siliran / winower Berfungsi untuk membersihkan bubuk teh dari kotoran seperti, debu, pasir, batu, dan benda – benda berat lainnya. Siliran dapat dilihat pada Gambar 29.
Gambar 29. Siliran / winower 11. Cutter / pemotong Berfungsi untuk memperhalus batang daun yang terpisah pada midletone. Cutter dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. cutter / pemotong 12. Vibro finish Adalah langkah terakhir dari stasiun sortasi yang Berfungsi untuk jenis – jenis teh yang di hasilkan.
47
Vibro dapat dilihat pada gambar 31.
Gambar 31. Vibro finish 3.3.8. Stasiun Pengepakan BIN/peti miring digunakan untuk menampung bubuk teh kering hasil sortasi sebelum dikemas. Tujuan dari penyimpanan dalam BIN ini yaitu untukmenjaga agar kadar air pada teh tidak meningkat. Tiap – tiap jenis teh dalam BIN yang sudah 1 (satu) Chop harus segera dilakukan pengepakan. Sebelum masuk kedalam paper sack teh dimasukkan kedalam Tea Bulker agar teh dalam chop tersebut seragam. Bulker yang digunakan pada unit usaha danau kembar adalah jenis tabung statis dengan 8 segmen / ruang dan harus digunakan secara tepat untuk mendapat hasil blanding yang optimal. Pada saat proses pengepakan diambil sample yang akan dikirim untuk auction dengan cara sebagai berikut: a. Pada saat pengepakan contoh diambil sebanyak 2 kali yaitu pada saat papersack setengah dan saat papersack penuh b. Contoh yang diambil kemudian dikumpulkan dan kemudian campur hingga rata.
48
c. Chop sample dibuat sebanyak 56 buah, 56 gr per chop yang dimasukkan kedalam amplop metalizing. Teh bersifat higroskopis terhadap uap air/udara serta bau–bauan, maka kondisi ruang penyimpanan teh tidak boleh lembab dan jauhkan teh dari bendabenda yang berbau. Proses Pengepakan 1.
Bubuk teh yang disimpan di Bin / peti miring, untuk memulai pengepakan bubuk tersebut diangkut melalui compeyor
2.
Bubuk disaring di Blender
3.
Dialirkan ke Dendy untuk mengisi paper sack untuk pengepakan.
4.
Teh yang sudah dipacking ditimbang beratnya , berat packingan tergantung kepada jenis teh yang dipacking.
5.
Masing –masing sak teh yang telah dipacking kemudian dipress guna untuk meratakan sak. Ketentuan ukuran Sack, ketebalan dan berat masing –masing sak
ditentukan, untuk ketebalan sak adalah 20,5 Cm – 21 Cm sedangkan untuk berat Sak disesuaikan dengan jenis bubuk teh yang dimasukan. Didalam pengepakan ada dua jenis sak yang dibedakan pada penamaan pada setiap sak, yaitu : 1. Merek sak menggunakan nama Gunung Talang bearti bubuk teh tersebut berasal dari plasma (Gut), artinya bubuk teh tersebut merupakan teh yang berasal dari perkebunan masyarakat. 2. Merek sak menggunakan nama Danau Kembar berarti teh tersebut berasal dari teh inti (Dar), artinya bubuk teh tersebut merupakan hasil dari perkebunan teh PTPN IV Danau Kembar.
49
Syarat–syarat ruang penyimpanan adalah sebagai berikut : a.
Tidak lembab
b.
Tidak berbau Standar density dari KPB dapat dilihat pada Tabel 3 :
Tabel 3. Tabel standar density dari KPB
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengepakan sebagai berikut : 1. Bin / peti miring Berfungsi sebagai tempat penyimpanan teh yang telah disortasi.
50
Bin dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 32. bin / peti miring 2. Comveyor Berfungsi sebagai alat transportasi teh dari bin / peti miring ke bin hopper / blender. Conveyor dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Conveyor 3. Bin hopper / Blender Berfungsi sebagai tempat pengaduk / pencampur bubuk teh agar teh lebih rata.
51
Bin dapat dilihat pada gambar 34.
Gambar 34. Bin hopper / Blender 4. Dendy Adalah mesin yang berfungsi mempermudah proses pengepakan teh kedalam paper sack. Mesin dendy dapat dilihat pada Gambar 35.
Gambar 35. Dendy 5. Timbangan Berfugsi untuk menimbang berat teh yang telah dimasukkan kedalam paper sack.
52
Timbangan dapat dilihat pada Gambar 36.
Ganbar 36. Timbangan 6. Mesin getar Berfungsi untuk memadatkan isi paper sack. Mesin getar dapat dilihat pada Gambar 37.
Gambar 37. Mesin getar
53
7. Conveyor press Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang ada didalam paper sack dan mempress paper sack agar tinggi paper sack sama semuanya. Conveyor press dapat dilihat pada gambar 38.
Gambar 38. Conveyor press 8. Gudang penyimpanan Berfungsi sebagai tempat penyimpanan teh yang sudah di packing. Dapat dilihat pada gambar 39.
Gambar 39. Gudang penyimpanan
54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Stasiun Pengeringan Pengeringan adalah menurunkan kadar air bubuk menjadi 2,5-3%. Pengeringan merupakan proses pengaliran udara panas pada bubuk hasil fermentasi sehingga diperoleh bubuk yang kering. Pengeringan pada pengolahan teh hitam di pabrik danau kembar dilakukan menggunakan 3 mesin pengering yang terdiri dari 2 mesin TSD (Two Stage Drier) dan 1 mesin FBD (Fluid Bed Drier), dengan kapasitas terpasang 200 kg/jam dan untuk mesin pengering tipe TSD 350 kg/jam. Udara panas yang digunakan untuk pengeringan berasal dari udara luar yang dipanaskan dengan heat exchanger yang menggunakan bahan bakar cangkang sawit. Prinsip kerja mesin pengering tipe TSD adalah dengan menggunakan trays (rantai) yang bergerak berlawanan dengan aliran udara panas dari Heat Exchanger (HE). Energi yang digunakan oleh mesin TSD berasal dari bahan bakar padat (cangkang sawit). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah suhu masuk dan keluar, kecepatan trays), ketebalan bubuk yang dikeringkan. Proses pengeringan pada pengolahan teh hitam memiliki tujuan yaitu : 1. Menghentikan proses oksidasi enzimatis. 2. Menjaga sifat-sifat spesifik teh pada saat teh mencapai kualitas optimum. 3. Menurunkan kadar air sampai mencapai 2,5–3,0 % sehingga teh hitam mempunyai daya simpan yang lama. 4. Selain itu, pengeringan pada pengolahan teh hitam juga dapat membunuh adanya mikrobia. Karena pada suhu tinggi mikrobia tidak tahan dan mati.
55
Proses pengeringan dapat dilihat pada Gamabar 40.
Gambar 40. Proses pengeringan 4.2 Mesin Pengeringan Teh Hitam Orthodox Pada pengeringan teh hitam orthodok terdapat 3 mesin yang memiliki fungsi masing-masing, mesin tersebut terdiri dari 1 unit FBD dan 2 unit TSD dan Untuk sumber uap panas kedua mesin tersebut berasal dari Heat Exchanger yang bahan bakarnya berasal dari cangkang sawit. Cara Kerja : 1. FBD (Fluid Bed Dryer) Fluid Bed Dryer (FBD) ini adalah pengering yang menggunakan prinsip fluidisasi. Prinsip kerja mesin pengering ini adalah bubuk masuk ke dalam ruang FBD menggunakan conveyor, bubuk teh masuk kedalam ruang pengeringan ke atas plat/tray FBD. Pada FBD terdapat ball breaker untuk menghacurkan bubuk teh yang masih mengumpal, didalam ruang pengering bubuk akan di bolak balik oleh ascilator yang berbentuk segi tiga, kemudian penghembusan udara panas
56
oleh main fan melalui suatu saluran ke bawah bak pengering yang menembus hamparan bahan dari bawah bak pengering sehingga bahan tersebut dapat bergerak dan memiliki sifat seperti fluida pada saat bubuk bergerak kadar air bubuk akan berkurang secara perlahan. Mesin ini memiliki tiga bagian ruang, ruang yang pertama adalah ruang bubuk belum matang, dan ruang yang ke dua adalah ruang tempat bubuk separuh matang dan yang ketiga adalah ruang tempat bubuk sudah matang Bubuk yang sudanh matang akan keluar sendiri tertiup oleh udara melalui pintu ke luar seterusnya masuk ke konveyor menuju bin untuk penyimpanan sementara sebelum di bawa dengan coveyor keruang sortasi kering. Sketsa FBD (Fluid Bed Drier) dapat dilihat pada Gambar 41 di babawah ini. Sketsa FBD (Fluid Bed Drier) :
Gambar 41.Sketsa FBD (Fluid Bed Drier) Keterangan Gambar : 1. Hopper – Tempat bubuk sebelum di trasfer ke ruang FBD. 2. Conveyor – Pentrasfer bubuk ke ruang FBD. 3. Ruang 1 FBD – Tempat bubuk basah . 57
4. Ruang 2 FBD – Tempat bubuk separuh matang. 5. Ruang 3 FBD – Tempat bubuk sudah matang/kering sudah mencapai kadar air 2.5 % - 3 %. 6. Comveyor bubuk kering – Untuk mentrasper bubuk kering peti bin dan untuk mentransfer bubuk kering ke ruang sortasi kering. 7.
Heat exchanger – Tungku sumber panas pengeringan.
8. Ascilator – Plat besi segitiga pembalik bubuk. 9. Ruang debu dan pipa saluran debu. 10. Siklon – Penghisap debu kotoran teh untuk di bawa keruang pembuangan debu. 11. Main fan – Penghisap udara panas untuk di salurkan keruang FBD. 12. Lantai FBD – Tempat Berkumpul udara panas sebelum ke ruangan FBD. 13. Katup udara panas – Untuk mengatur udara panas masuk. 14. Pipa penyalur ke ruangan debu. 15. Motor – Untuk menggerakkan spinder, compeyor, dan ascilator. 16. Spinder – Pengatur ketebalan bubuk pengering. 17. Trays – Tempat bubuk. 18. Pintu keluar bubuk kering. 19. Bal Breaker – Penghancur bubuk yang masih bergumpal. Pada mesin FBD ini lama pengeringan didalam adalah 18 - 20 menit, temperatur inlet 100 - 110°C sedangkan temperatur outletnya adalah antara 75 80°C. Mesin FBD akan memproses dan mengolah bubuk I dan II Mesin FBD dapat dilihat pada gambar 42.
Gambar 42. FBD (Fluid Bed Drier)
58
2. TSD (Two Stage Drier) TSD (Two Stage Drier) ini adalah mesin yang menggunakan prinsip kerja pengeringan dua tahap. Mesin TSD menggunakan sistem tress dengan bentuk pengolahan 2 tingkat, tingkat –tingkat ini memiliki panas bertahap yaitu : 1. Tingkat 1 memiliki suhu in let 98° – 100 °C 2. Tingkat 2 memiliki suhu out let 60° - 65°C Sketsa Mesin TSD (Two Stage Drier) dapat dilihat pada Gambar 43 di bawah ini . Sketsa TSD (Two Stage Drier) :
Gambar 43.Sketsa TSD (Two Stage Drier) Keterangan Gambar : 1. Besi Plat – Tempat Pemasukan Bubuk Basah. 2. Spinder – Pengatur ketebalan bubuk pengering. 3. Trays –
Tingkat
2 TSD Tempat bubuk dan pembawa bubuk saat
pengeringan menuju ke tingkat 1. 4. Trays – Tingkat 1 TSD tempat pembawa bubuk saat pengeringan dan membawa bubuk kering ke compeyor untuk di trasper ke ruang sortasi. 5. Comveyor – Pentrasper bubuk kering ke ruang sortasi kering. 6. Heat exchanger – Tungku sumber panas pengeringan. 7. Main fan – Penghisap panas untuk di salurkan ke bawah TSD. 59
8. Sproket – Gigi penggerak Trays. 9. Lantai TSD – Untuk menyalurkan panas keatas pengeringan bubuk. 10. Plat Besi – Tempat berdiri operator saat memasukan bubuk ke TSD. 11. Motor – Untuk menggerakkan spinder Dan trays. TSD ini terdiri dari 2 unit, masing- masing unit memiliki waktu yang sama dalam proses tingkat kematangan bubuk, lama pengeringan didalam TSD adalah 18-20 menit. TSD ini memeiliki dua tingkat, temperatur outlet pada TSD adalah 60 - 65°C untuk tingkat satu dan tingkat dua inlet 98 - 100°C sedangkan kapasitas masing – masig TSD adalah 199 - 220 kg. Mesin TSD dapat dilihat Pada Gambar 44:
Gambar 44. TSD (Two Stage Drier) Spesifikasi TSD dan FBD dapat dilihat pada tabel 4: N Nama Mesin
Merk/Tahun
o
Kap. Terpasang/Jam
Temp. Main
Waktu
BBM Per Jam
teh kering
Fan (C)
Proses
Minyak
BBC
1
FBD
TEHA/1991
350 Kg
120 – 150
15-20
60-70
250
2
TSD I
TEHA/1991
200 Kg
120 – 150
18-22
50-55
200
3
TSD II
TEHA/1998
200 Kg
120 – 150
18-22
50-55
200
Jumlah
3
750 Kg
Tabel 4 . Spesifikasi TSD dan FBD
60
3. Tombol control Tombol control adalah tombol untuk menghidup dan mematikan motor pada bagian-bagian FBD dan TSD, tombol control dapat dilihat pada Gambar 45.
Gambar 45. Tombol Control. 4.3. Sumber Panas Pengering Teh Hitam Orthodox 1. Cangkang Sawit Cangkang sawit Adalah bahan bakar yang digunakan untuk pengeringan pada stasium pengeringan yang di simpan di gudang sebelum di digunakan, cangkang sawit dibawa dari gudang ke ruang HE menggunkan conveyor lalu cangkang sawit dimasukan kedalam hopper sebelum masuk kedalam tunggku, Hopper dilengkapi dengan katup otomatis yang di gerakan menggunkan motor listrik supaya takaran cangkang sawit cukup untuk masuk ke ruang bakar.
61
Cangkang sawit dapat dilihat pada Gambar 46.
Gambar 46. Cangkang Sawit 2. HE (Heat Exchanger) Heat Exchanger adalah tempat pembakaran cangkang swait sebagai sumber panas untuk pengeringan teh, pada dinding heater dilapisi dengan aluminium dan busa untuk penahan panas. Pengeringan menggunakan Heat Exchanger dilakukan selama 18 – 20 Menit. Panas inlet pengeringan untuk TSD 98°C-100°C, untuk FBD 92°C-110°C dan suhu pada HE cangkang 95°C-120°C. Panas outlet pengeringan untuk TSD 60°C-65°C, untuk FBD 70°C-80°C dan suhu pada HE cangkang sesui inlet TSD. Heater berfungsi sebagai sumber udara panas yang diperlukan untuk proses pelayuan dan pengeringan. Di perusahaan ini mempunyai 4 unit mesin heat exchanger.
62
HT (Heat Exchanger) dapat dilihat Pada Gambar 47:
Gambar 47. HE (Heat Exchanger) Spesifikasi Heat Exchanger dapat dilihat pada tabel 5:
Tabel 5. Spesifikasi Heat Exchanger a. Prinsip kerja Heat Exchanger Heat Exchanger mula-mula sumber panas dihasilkan oleh pembakaran cangkang sawit. Setelah panas, udara panas dari ruang pembakaran melalui pipa api tersedot oleh main fan dan bercampur dengan udara segar dari luar Udara panas yang dihasilkan tersebut disalurkan ke mixing chamber yang lansung ke bawah FBD Dan TSD dengan menggunakan main fan. Sedangkan asap sisa pembakaran dihisap oleh exhaust fan selanjutnya dibuang ke cerobong asap. b.
Bagian-bagian Heat Exchanger antara lain:
63
Pipa saluran merukan tempat saluran udara panas. Main fan berfungsi untuk mendorong udara panas ke FBD dan TSD Ruang bakar tempat pembakaran cangakang sawit adalah sumber panas yang digunakan pada proses pengeringan. mixing chamber adalah untuk pencampuran udara panas dan udara segar. Exhaust fan berfungsi untuk menghisap asap ke corong pembuangan dan menghisap udara segar.
64
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pelaksanaan pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) di PT. Perkebunanan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. PT. Perkebunanan Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Danau Kembar hanya memproduksi teh hitam dengan pengolahan sistem Orthodox. 2. Proses pengolahan teh hitam orthodox dimulai dari pemetikan pucuk, pelayuan, penggulungan,
fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga
pengepakan hasil teh jadi. 3. Pengeringan adalah mengurangi kadar air bubuk sampai 2,5-3 %. Dalam proses pengeringan heat exchanger/tungku dengan bahan bakar cangakang 4. udara panas. 5. Suhu pada saat pengeringan untuk mesin FBD suhu inlet 92°C-100°C dan suhu outlet 75°C-80°C, untuk TSD suhu inlet 98°C-100°C dan suhu outlet 60°C-65°C. 5.2. Saran 1. Perawatan yang diperlukan pada mesin harus sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan 2. Demi keselamatan dalam bekerja alat pelindung diri (APD) harus selalu dipakai dalam bekerja demi menjaga keselamatan kerja. 3. Kematangan teh dalam pengeringan harus mencapai kadar air 2,5 % s/d 3 % karena kurang dari yang telah ditentukan akan menurunkan kualitas teh terutama cita rasa.
65
DAFTAR PUSTAKA Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Setiawati, I Dan Nasikun. (1991). Teh Kajian sosial- ekonomi. Yokyakarta: Aditya Media. Setyamidjaja. D. 2000. Budidaya dan pengolahan pasca panen tanaman teh. Kanisius. Yokyakarta. Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi, Coklat Internasional. Gramedia. Jakarta Yamanishi, T. 1995. Flavor of tea. Food review international special issue on tea. Vol II.NO.31.7396-7401.
66