I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan jumlah penduduk dan ketersediaan air menjadi masalah baru konflik global di abad ini. Sumberdaya air tidak ada substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global terhadap kelangkaan air karena adanya prediksi Gardner-Outlaw Engelman (1997) yang didukung PBB, bahwa pada tahun 2050 diprediksi satu dari empat orang akan terkena dampak dari kekurangan air bersih1. Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan air mencapai 2.530 km3/tahun dan salah satu negara yang memiliki cadangan air terkaya di dunia. Isu kelangkaan air harus menjadi perhatian khusus bagi Indonesia karena pada musim kemarau terlihat sangat kontras bahwa kelangkaan air menjadi isu krusial. Kelangkaan air dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, eksploitasi besarbesaran air tanah yang dilakukan oleh gedung-gedung, rumah sakit, pusat pembelanjaan, apartemen, pemukiman, dan bangunanan lainnya. Kedua, pembangunan gedung tidak mematuhi perbandingan lahan terpakai dan lahan terbuka, sehingga mengganggu proses penyerapan air hujan ke dalam tanah. Selain itu Indonesia sebagai negara agraris membutuhkan penggunaan air dalam tahap budidaya padi, kebutuhannya mencapai satu per tiga total kebutuhan air selama budidaya. Pada saat ini, air kurang mencukupi bahkan tidak tersedia pada saat pengolahan tanah. Hal ini terjadi karena mundurnya musim penghujan
1
http://artikel-media.blogspot.com/2010/03/bencana-kelangkaan-air-di-perkotaan.html. Diakses tanggal 1 Desember 2010.
atau musim kemarau yang terlalu panjang, sehingga debet air pada saluran irigasi menyusut atau bahkan kering. Sumber-sumber air semakin langka akibat perubahan kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan tanah menyerap dan menyimpan air. Jika kondisi demikian berlanjut dapat menyebabkan terganggunya produksi padi sehingga menghambat upaya pelestarian swasembada beras. Banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, seperti perbaikan dan pembangunan saluran irigasi baru, perencanaan tata ruang, dan lain-lain. Namun, jika usaha tersebut tidak diimbangi dengan penghematan air diberbagai sektor, termasuk sektor pertanian dalam budidaya padi sawah, tidak akan berarti. Cianjur merupakan Kabupaten di Jawa Barat yang terkenal hasil padinya, lahan pertanian yang subur, dan pengairan terhadap lahan pertanian serta masyarakat yang dominan bekerja di sektor pertanian. Pada saat pengolahan tanah kebutuhan air cukup banyak. Kegiatan pengolahan tanah sawah terdiri dari tahap penggenangan tanah hingga tanah jenuh air, tahap pembajakan, yaitu pemecahan tanah menjadi bongkahan-bongkahan dan pembalikan tanah dan tahap menggaru untuk
menghancurkan
dan melumpurkan
tanah. Ketiga tahap
tersebut
membutuhkan lebih dari satu per tiga total kebutuhan air selama budidaya padi. Penerapan metode konvensional menimbulkan dampak negatif jangka panjang, seperti pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan disebabkan pestisida serta penurunan keanekaragaman hayati (biodiversity), meningkatkan daya tahan
2
organisme pengganggu terhadap pestisida kimia, menurunnya daya produktivitas lahan karena erosi, ketergantungan sumber daya alam yang tidak diperbaharui2. Penerapan System of Rice Intensification (SRI) merupakan kegiatan dalam partisipasi yang dilakukan petani dalam usahatani padi. Sebelumnya petani belum mengetahui penerapan SRI sehingga pertanian menggunakan penerapan konvensional, pada penerapan ini pemeliharaan menggunakan produk kimia, seperti pestisida, herbisida, dan pupuk anorganik. Hal paling mendasar dalam budidaya SRI adalah menerapkan irigasi intermitten artinya siklus basah kering bergantung pada kondisi lahan, tipe tanah dan ketersediaan air. Selama kurun waktu penanaman lahan tidak tergenang tetapi macak-macak (basah tapi tidak tergenang). Cara ini bisa menghemat penggunaan air sebesar tiga puluh persen. Selain itu sedikitnya air juga mencegah kerusakan akar tanaman. Disamping menghemat air, budidaya intensif itu juga menghemat penggunaan bibit, sebab satu lubang tanam hanya ditanam satu bibit. 1.2. Perumusan Masalah Menurut Maltus, populasi penduduk meningkat sesuai deret ukur sedangkan pangan bergerak berdasarkan deret hitung. Ini berpengaruh terhadap kecemasan manusia akan kurangnya pangan, maka di perlukan inovasi baru dalam bidang pertanian agar pangan tidak habis. Penerapan inovasi SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesuburan tanah dan kesehatan penggunaan produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitikberatkan prinsip daur ulang hara 2
http://riaumandiri.net/rm/index.php?option=com_content&view=article&id=14860:menuju-pertanianorganik&catid=61:opini&Itemid=71. Diakses tanggal 1 Desember 2010.
3
melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa kedalam tanah, dan konservasi air mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Pertama kali petani menerapkan SRI di lahan pertanian konvensional adalah penggunaan biaya lebih besar dari manfaat yang digunakan untuk beberapa musim panen karena kondisi tekstur tanah relatif tidak stabil. Ini merupakan salah satu kendala dalam pendapatan usahatani padi. Namun setelah beberapa musim panen terlewati akan memperoleh benefit yang lebih besar dari pada investasi biaya yang dikeluarkan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi SRI dan Konvensional? 2. Bagaimana tingkat pendapatan dan kesejahteraan usahatani padi dengan menggunakan SRI dan konvensional? 3. Adakah pengaruh penerapan metode SRI terhadap lingkungan? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum sasaran penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan usahatani padi dengan menggunakan penerapan SRI dan Konvensional. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi SRI dan Konvensional. 2. Menganalisis pendapatan dan kesejahteraan usahatani padi dengan menggunakan penerapan SRI dan penerapan konvensional 3. Mengidentifikasi pengaruh penerapan metode SRI terhadap lingkungan.
4
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi para pelaku dunia usaha, terutama yang berkecimpung dalam bisnis padi, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk meningkatkan produksi padi. 2. Bagi pemerintah, terutama pemerintah daerah Kabupaten Cianjur dan pemerintahan Provinsi Jawa Barat serta pemerintah Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan bagan pertimbangan dalam menyusun kebijakan. 3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menjadi wadah aplikasi ilmu-ilmu yang selama ini dipelajari di bangku kuliah dalam kasus nyata. 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan usahatani padi dengan menggunakan penerapan SRI dan penerapan konvensional di daerah Kabupaten Cianjur. Lokasi yang ditunjuk sebagai tempat penelitian terbatas hanya di daerah yang penulis teliti. Adapun keterbatasan dari penelitian ini yaitu nilai air tidak dihitung dilokasi penelitian karena air bukan barang yang langka. Petani penggarap di lokasi penelitian adalah petani yang menggarap lahan sawah orang lain namun tidak membayar upah sewa atas lahan yang digarapnya selain itu terdapat petani penyakap dan petani maro. Petani pemilik di lokasi penelitian adalah petani yang memiliki lahan sawah dan bertani disawahnya sendiri.
5