I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa mengenal lelah. Terlebih-lebih mereka mengalami penderitaan yang amat sangat dilakukan oleh kaum penjajah. Hal ini mulai terasa adanya perubahan-perubahan setelah masuknya kekuatan barat yang tanpa memperdulikan kepentingan pribumi. Dalam mengahadapi kekuasaan penjajah yang membawa penderitaan, rakyat memiliki cara-caranya tersendiri untuk melawan penjajah yaitu dalam gerakan tradisional.
Perjuangan rakyat yang bersifat tradisional itu kemudian berubah setelah berdirinya perkumpulan-perkumpulan yang dipelopori para pemuda pelajar untuk merebut kemerdekaan bersama-sama dengan daerah lain. Melihat keadaan yang demikian, baik rakyat maupun para tokoh pejuang Jawa Timur tidak tinggal diam. Pada tahun 1944 mereka bergerak membentuk berbagai organisasi massa seperti Angkatan Muda Surabaya (AMS), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Angkatan Muda Penataran Angkatan Laut (AMPAL) dan sebagainya. Pada saat yang demikian puncak semangat rakyat itu tampak begitu besar setelah adanya rapat besar tanggal 1 Juli 1945 yang diprakarsai oleh AMS, yang membuktikan bahwa para pemuda benar-benar mempertaruhkan jiwa raganya demi kemerdekaan
2
Indonesia. Berawal dari peristiwa tersebut diatas berbagai aksi sengaja diciptakan oleh pemuda dan masyarakat dalam mempertahankan kemerdekaan. Bentrok dengan tentara Jepang bukannya dihindari melainkan diciptakan. Setelah jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki keadaan pertahanan maupun militer Jepang semakin buruk serta produksi perang merosot yang mengakibatkan kurangnya persediaan senjata dan amunisi. Setelah lama berjuang menentang penjajah, pada tanggal 17 agustus 1945 rakyat Indonesia dengan proklamasi menyatakan dirinya sebagai bangsa yang merdeka. Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan oleh Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 ini memiliki makna bahwa perjuangan rakyat Indonesia telah memasuki episode baru yaitu zaman Republik Indonesia yang merupakan hasil dari perjuangan rakyat selama tiga abad lebih dalam membebaskan diri dari penjajahan Belanda dan Jepang yang merdeka dan berdaulat. Diproklamasikannya kemerdekaan, rakyat Indonesia memasuki era baru perjuangan guna untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh yaitu era perang kemerdekaan.
Perjuangan pada masa revolusi kemerdekaan mengandung tujuan untuk mempertahankan kemerdekaan, perjuangan yang didukung bangsa Indonesia walaupun dengan corak yang beraneka ragam. Berita proklamasi tersebut, juga sempat menggocangkan rakyat Surabaya pada hari sabtu dan minggu. Dan baru pada hari senin tanggal 20 agustus 1945 harian Soeara Asia yang terbit di Surabaya memuat proklamasi Indonesia merdeka sebagai berita utama, dan disamping memuat proklamasi juga memuat berita tentang undang-undang dasar.
3
Setelah Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia harus bersusah payah untuk membangun kembali kondisi, sosial, politik, agar lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan Belanda ingin kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Negara Republik Indonesia tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh yang belum dapat dinikmati seperti harapan semula. Di Jawa Timur khususnya di Surabaya, proklamasi kemerdekaan Indonesia disambut aksi pengibaran bendera Merah Putih.
Namun didalam aksi pengibaran bendera tersebut, rakyat Jawa Timur selalu berhadapan dengan tentara Jepang yang kalah perang saat itu dan telah menjadi pihak yang dikuasai oleh tentara sekutu untuk memelihara status quo yang artinya tidak boleh berubah sedikitpun juga dari keadaan pada waktu Jepang menyerah kepada sekutu. Sehingga aksi-aksi pengibaran bendera itu adalah pelanggaran terhadap status quo tersebut. Pada tanggal 19 september 1945 terjadi bentrokan antara pemuda dengan orang-orang Belanda yang berusaha mengibarkan bendera Belanda di puncak Hotel Yamato.
Semua orang yang merasa dirinya berdarah muda, baik yang berkantor atau mereka yang kebetulan berada didekat-dekat tempat itu tanpa ada yang memerintah segera datang berlarian-berlarian menuju hotel Yamato. Beberapa pemuda berhasil menurunkan bendera Belanda dan merobek warna birunya kemudian mengibarkan kembali sebagai Bendera Merah Putih. Setelah insiden itu, para pemuda Surabaya melancarkan serangan terhadap kedudukan Jepang di Surabaya. Pada oktober 1945 gedung kompetai berhasil direbut oleh para pemuda,
4
peristiwa ini tujuannya untuk merebut kekuasaan guna menegakkan kedaulatan Republik serta untuk memperoleh senjata. Mulai saat itulah Surabaya memulai revolusi, sasaran pokoknya adalah gudang-gudang penyimpanan senjata.
Usaha-usaha yang pada mulanya hanya bersifat perorangan untuk merebut senjata tentara Jepang, kemudian meningkat menjadi gerakan massa yang teratur untuk melucuti kesatuan-kesatuan tentara Jepang setempat, yang dipelopori oleh para pemuda, pelajar SMP, SMA, Mahasiswa, bekas anggota Heiho dan badan-badan perjuangan yang ada di Surabaya. (Ahmadani G. Martha, 1984; 11)
Semua elemen-elemen masyarakat berjuang bahu membahu dalam hal ini para pemuda / pelajar dan mahasiswa memegang peranan penting, Menyadari hal tersebut para pelajar segera membentuk organisasi agar perjuangan lebih terkoordinasi. Maka dibentuklah Barisan Keamanan Rakyat Pelajar (BKR Pelajar) tanggal 22 agustus 1945. Kemudian BKR ini tak bertahan lama dan berganti nama menjadi TKR Pelajar (Tentara Keamanan Rakyat Pelajar) tanggal 19 oktober 1945 yang diresmikan oleh komandan Soengkono. Barisan pelajar ini aktif terjun dalam pertempuran-pertempuran di Surabaya baik dalam kota maupun luar kota.
Setelah TKR berganti lagi menjadi TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) yang merupakan basis perjuangan pelajar-pelajar yang akan menuju garis terdepan untuk mempertahankan kemerdekaan dan perebutan senjata dari tangan Jepang itu berlangsung antara tanggal 23 september sampai tanggal 30 oktober 1945. (Marwati Djoened P dan Nugroho Notosusanto, 1990; 107)
Kedatangan Sekutu yang mendarat dalam kesatuan Southeast Asian Command (SEAC) dibawah Laksamana Lord Louis Mounbatten. Pasukan serikat yang bertugas di Indonesia ini merupakan komando khusus dari SEAC yang diberi nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang mempunyai tiga divisi
5
dibawah kepemimpinan Letnan Jendral Sir Philip Christison. Divisi India ke 26 didaratkan di Sumatera, divisi ke 23 di Jawa Barat dan divisi ke 5 didaratkan di Jawa Timur dan pasukan-pasukan mulai mendarat tanggal 15 oktober 1945. Semula kedatangan Sekutu disambut netral oleh Indonesia.
Tetapi setelah terbukti bahwa kedatangan mereka membawa juga orang-orang Belanda dalam Netherlands Indies Civil Administration (NICA)
yang
berkeinginan untuk menegakkan kembali India Belanda, rakyat Indonesia di Jawa Timur memberikan reaksi. Pertempuran ini tak bisa terelakkan lagi dan bulan oktober, november, dan desember tercatat sebagai masa konflik bersenjata antara pihak Belanda dengan Sekutu dan NICA.
Pada tanggal 25 oktober 1945 tentara sekutu yang tergabung dalam brigade 45 dibawah pimpinan Brigadir AWS. Mallaby tiba di Surabaya. Tindakan selanjutnya dari tentara sekutu adalah menduduki gedung-gedung penting seperti : RRI Surabaya, Rumah Sakit di Jl. Darmo Raya, Gedung Internatio di Jembatan Merah dan lain-lain. Mengenai kedatangan sekutu, A.H Nasution mengemukakan pendapat sebagai berikut :
Tetapi tentara Belanda menjadikan tentara Sekutu sebagai alat atau unsur untuk kembali menjajah indonesia karena Belanda semula belum mampu untuk mengandalkan kemampuan sendiri, sehingga pendudukan tentara disetiap jengkal tanah air indonesia itu berarti pelanggaran terhadap Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus 1945 yang kemudian berkembang menjadi provokasi terhadap kedaulatan dan ketentraman umum bangsa Indonesia. (A.H. Nasution, 1977; 21)
Maka kedatangan sekutu di Indonesia telah memberi peluang dan kesempatan seluas-luasnya kepada Belanda untuk mengembalikan kekuasaan penjajahannya
6
di Indonesia. Pada tanggal 27 oktober 1945, sekutu mendaratkan kembali pasukannya di pelabuhan Tanjung Perak. Dibeberapa tempat mereka bertindak provokatif. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya dan akhirnya terjadi pertempuran tiga hari di Surabaya yaitu tanggal 28 hingga 30 oktober 1945. Rakyat Surabaya yang terdiri dari TKR, TKR Pelajar, badan-badan perjuangan seperti: PRI (Pemuda Republik Indobesia), BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia) dan lain-lain menggemparkan semua kedudukan tentara sekutu, dalam pertempuran tersebut Brigadir Jendral AWS. Mallaby terbunuh.
Terbunuhnya Mallaby, Sekutu menuduh para pemuda sebagai penyebabnya. Panglima divisi ke 5 Sekutu menyampaikan ultimatum supaya semua penduduk Indonesia di Surabaya menyerahkan senjata selambat-lambatnya pikul 06.00 tanggal 10 november 1945, tetapi rakyat Surabaya menghadapinya dan pertempuranpun terjadi. Pengalaman dan peralatan senjata Sekutu yang sangat unggul tidaklah menyebabkan rakyat gentar.
Ditangan rakyat dan pemudalah dari segala suku dan lapisan soaial bahu membahu berjuang. Terbunuhnya Mallaby tersebut melatar belakangi terjadinya pertempuran 10 november 1945. Pertempuran yang dilakukan rakyat dan para pemuda Surabaya tersebut menunjukkan kesediaannya berkorban jiwa dan raga untuk menegakkan kemerdekaan bangsa dan negara dengan penuh keberanian. Hingga pemuda Jawa Timur membentuk organisasi kelompok bersenjata maka terbentuklah TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) Jawa Timur, yang pada umumnya para pemuda yang sadar akan bahaya kelangsungan hidup negara dan bangsa, terjun mempertahankan tanah air dan melawan penjajah. Bersamaan
7
dengan hal tersebut terjadilah penyerangan gudang senjata di Don Bosco, perebutan senjata di Markas Tobu Jawa Boetai, peristiwa di Hotel Yamato, peristiwa tiga hari di Surabaya, pertempuran di Wonokromo, pertempuran di Gunung Sari, dan pertempuran di Surabaya yang dilakukan oleh pemuda, usaha yang demikian adalah untuk mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah mencatat, bahwa kaum pemuda umumnya kaum terpelajar khususnya senantiasa terpanggil mempelopori perjuangan bangsanya baik pada masa penjajahan maupun setelah kemerdekaan yaitu pada masa revolusi fisik (1945-1949). Pada masa kebangkitan nasional kaum pelajar menjadi penggerak semangat persatuan dan kebangsaan sedangkan pada masa revolusi fisik kaum terpelajar turut serta memanggul senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan musuh baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. (Amri Imran dan Ariwiadi, 1985;19)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perjuangan rakyat Indonesia dalam mewujutkan kemerdekaan 2. Adanya upaya Bangsa Belanda untuk kembali menguasai Indonesia pasca kekalahan Jepang dan proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia. 3. Munculnya reaksi
rakyat Indonesia di sejumlah daerah terhadap
kedatangan tentara Sekutu dan Belanda
8
4. Munculnya perlawanan secara fisik terhadap kedatangan tentara Sekutu dan Belanda di Jawa Timur 5. Usaha pemuda Jawa Timur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya permasalahan yang muncul dalam penelitian membuat pembahasan semakin luas. Untuk itu, peneliti membatasi masalah pada “Usaha pemuda Jawa Timur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949”. Diharapkan dengan adanya pembatasan masalah tersebut, peneliti dapat menyusun sebuah penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
D. Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan di teliti semakin jelas , maka peneliti perlu merumuskan masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah usaha pemuda Jawa Timur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perjuangan pemuda Jawa Timur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949 2. Untuk mengetahui Bagaimanakah Usaha Pemuda Jawa Timur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949?”
9
F. Kegunaaan Penelitian
Bagi peneliti, para pembaca maupun pihak lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita terhadap perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Selain itu mengingatkan kita kembali betapa susahnya memperoleh kemerdekaan dan mempertahankannya hingga sekarang. Penelitian juga diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang Perjuangan Masyarakat Jawa Timur Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945-1949.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Subjek penelitian
: Perjuangan Masyarakat Jawa Timur Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945-1949
Objek penelitian
: Usaha Pemuda Jawa Timur Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945-1949
Tempat penelitian
: Perpustakaan Universitas Lampung, Perpustakaan Daerah Lampung dan sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian
Waktu penelitian
: Tahun 2011
Bidang ilmu
: Sejarah
Temporal
: 1945-1949