I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ilmu dan tekonologi begitu pesatnya, laju perkembangan itu demikian luasnya hingga hampir mencakup seluruh kehidupan manusia. Khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi inilah yang melatar belakangi perlunya penerapan TIK di bidang pendidikan. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang mencetak kader-kader pembangunan bangsa dituntut dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang sedang terjadi saat ini. Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan anak-anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalannya akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah yang melatarbelakangi perlunya penerapan iptek di bidang pendidikan. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang mencetak kaderkader pembangunan bangsa dituntut dapat menyesuaikan dengan perubahanperubahan yang sedang terjadi saat ini. Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan anak-anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalannya akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya media pembelajaran yang memberi
kemudahan bagi individu untuk mempelajari materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu juga gaya belajar atau learning style merupakan suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil bagi pembelajar yang merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar. Ada kemungkinan rendahnya nilai kompetensi siswa disebabkan oleh strategi penyampaian pelajaran kurang tepat. Guru mungkin kurang atau tidak memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Diantaranya guru dalam menyampaikan pengajaran sering mengabaikan penggunaan media, padahal media itu berfungsi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan siswa. Peranan media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (1971:285) ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan yang dimiliki media yaitu : (1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, (2) media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan (3) media mempunyai kemampuan utuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna. Perlu disadari bahwa mutu pendidikan yang tinggi baru dapat dicapai jika proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas efektif dan fungsional bagi pencapaian kompetensi yang dimaksud. Oleh sebab itu usaha meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari usaha memperbaiki proses pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan aktivitas yang terdiri atas komponen- komponen yang bersifat sistemik. Artinya komponen-komponen dalam proses pembelajaran itu saling berkaitan secara fungsional dan secara bersama-sama menentukan optimalisasi proses dan hasil pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut menurut Mudhoffir (1999) dijabarkan atas pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Sedangkan menurut Winkel (1999), komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, kondisi awal, prosedur didaktik, pengelompokan siswa, materi, media, dan penilaian. Selanjutnya Winkel (1999), menegaskan bahwa tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai : (1) organisator, (2) fasilitator, (3) dinamisator, dan (4) evaluator. Secara operasional, tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran meliputi seluruh penanganan komponen pembelajaran yang meliputi proses pembuatan rencana pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan, dan penilaian, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan membuahkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi terhadap materi yang diajarkan dan kompetensi dalam hal memberdayakan semua komponen pembelajaran, sehingga seluruh elemen pembelajaran dapat bersinergi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud. Sebagi upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi
daya cerna siswa terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan. Pemerintah telah lama menyadari bahwa peran media dalam proses pembelajaran amat penting. Oleh karena itu telah banyak dana diinvestasikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melalui pengadaan atau pendistribusian berbagai macam media pembelajaran ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses belajar mengajar di kelas perlu diperhatikan dua komponen utama yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua komponen ini saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Penggunaan dan pemilihan salah satu metode mengajar tertentu mempunyai konsekuensi pada penggunaan jenis media pembelajaran yang sesuai. Fungsi media dalam proses belajar mengajar yaitu untuk meningkatkan rangsangan peserta didik, dengan penggunaaan media secara tidak langsung terjadi komunikasi antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Media dikatakan berhasil membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan kualitas dalam diri siswa.
Prestasi pembelajaran matematika selama ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain,hal juga yang melatarbelakangi mengapa penulis memilih pembelajaran matematika untuk diteliti. Dominasi guru dalam proses pembelajaran masih sangat tinggi hal ini berakibat siswa kurang dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal termasuk dalam memahami, menganalisis, dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Materi pada mata pelajaran matematika bersifat spiral hirarki artinya seorang siswa tidak
dapat mempelajari dan memahami konsep abstrak sebelum menguasai yang konkrit, tidak akan mungkin menguasai konsep yang rumit sebelum menguasai konsep yang lebih sederhana. Peserta didik tidak akan dapat memahami hal-hal yang bersifat abstrak sebelum ia memahami hal-hal yang bersifat semi abstrak. Peserta didik tidak akan memahami sesuatu yang bersifat semi abstrak sebelum ia memahami hal-hal konkrit dan berpikir konkrit. Dengan kata lain kemampuan awal yang dimiliki siswa akan berpengaruh pada tingkat berpikir dalam pemahaman konsep selanjutnya (yang lebih bersifat abstrak). Karenanya perlu adanya media pembelajaran yang bersifat konkrit (nyata). Keberhasilan kegiatan pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran matematika tingkat penguasaan konsep yang dipelajari sangat tergantung dari penguasaan konsep sebelumnya dan kenyamanan dalam belajar baik suasana lingkungan maupun perasaan peserta didik. Guru memegang peran yang amat penting yaitu kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif ”Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi”(Surya,2006). Menurut Rauf (2004:10),” strategi pembelajaran dalam matapelajaran matematika yang diterapkan sebagian guru cenderung masih didominasi oleh strategi di mana guru sebagai sumber informasi, siswa sebagai penerima apa kata guru tidak bisa berbuat banyak, dan metode ceramah masih merupakan strategi utama dalam pembelajaran”.
Kekurangtepatan guru memilih dan menentukan strategi pembelajaran, kurangnya menggunakan media atau alat peraga juga dapat menyebabkan
kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan tidak efisien dan tidak efektif. Kurangnya guru memahami karakteristik siswa menyebabkan guru memperlakukan seluruh siswa sama tanpa memandang adanya perbedaan pribadipribadi siswa termasuk perbedaan latar belakang keluarga, budaya, kemampuan pada diri siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa dalam mempelajari, memahami dan menguasai konsep matematika tidak dapat optimal sehinga berakibat pada rendahnya prestasi belajar matematika terutama materi Geometri. Menurut Abdulgani (2004:2) dalam penelitiannya, ”selama ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat dikatakan selalu rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Salah satu faktor yang penyebabnya adalah kurang tepatnya strategi yang digunakan oleh guru matematika, termasuk menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan topik yang diajarkan”.
Rendahnya kemampuan siswa menguasai konsep matematika, ini terlihat dari banyaknya soal-soal yang tidak dapat di selesaikan baik di SMP Negeri 7 Bandar lampunng maupun secara nasional ( lampiran 1). Rendahnya perestasi belajar matematika di SMP Negeri 7 Bandar Lampung dapat dilihat dari nilai ratarata mata pelajaran matematika hasil ujian semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 adalah: a. Kelas VII adalah 52,68, siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
hanya
48 %, KKM mata pelajaran matematika kelas VII = 65. b. Kelas VIII adalah 56,40, persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah 41 %, KKM mata pelajaran matematika kelas VIII = 65. c. Kelas IX adalah 54,47, persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah 43 %, KKM mata pelajaran matematika kelas IX = 65.
Begitu juga Jawahir (2004:1) menyatakan, ”rendahnya hasil belajar matematika siswa antara lain disebabkan oleh ketidak mampuan siswa dalam menganalisa atau memahami permasalahan yang terdapat dalam soal. Selain itu, guru belum memanfaatkan siswa yang berprestasi tinggi untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas”. Masalah yang dihadapi, bukan hanya masalah rendahnya prestasi belajar siswa tetapi juga masalah rendahnya kualitas proses pembelajaran yang berlangsung. Keberhasilan belajar tidak saja ditentukan oleh peningkatan kemampuan para guru maupaun kelengkapan sarana dan prasarana yang ada namun faktor internal dan external dari dari dalam yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar yang berasal dari dalam individu siswa itu sendiri seperti minat dan motivasi belajarnya. Motivasi merupakan faktor pendorong yang menyebabkan seorang siswa menjadi bergairah dan lebih bersemangat melakukan kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 7 Bandar lampung kebanyakan guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran dan metode ceramah masih merupakan strategi utama dalam pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran masih sangat kurang hal ini disebabkan sarana dan prasana yang tidak tersedia, begitu juga dengan media komputer yang hanya tersedia sangat terbatas dengan kondisi yang kurang baik pula. Faktor-faktor lain yang diduga penyebab kurang maximalnya prestasi belajar matematika yaitu gangguan perasaan emosi, rendahnya motivasi belajar matematika, latar belakang sosial dan ekonomi yang tidak mendukung,dan kebiasaan belajar yang tidak baik. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Anggapan bahwa matematika itu sulit membuat siswa secara
fisokologis sudah tidak berminat untuk mempelajarinya apalagi termotivasi. Motivasi dapat mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar, baik motivasi internal maupun eksternal. Menurut Sardiman (2000: 73) motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam belajar siswa. Dengan demikian minat belajar pada diri siswa harus ditumbuhkan sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik. Motivasi adalah penggerak dalam hati siswa agar melakukan kegiatan belajar .
Rendahnya motivasi belajar siswa di SMPN 7 terlihat dari kondisi siswa yang terkesan masak bodoh dengan pelajaran matematika yakni: 1) sebagian besar siswa tidak berminat membaca buku pelajaran matematika, siswa membaca buku matematika hanya bila disuruh oleh gurunya saja , 2) Siswa hanya mengerjakan latihan soal saat berlangsung pelajaran matematika di sekolah saja, 3) Kondisi siswa dalam kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung kurang aktif. Sebagian besar siswa hanya memperhatikan penjelasan guru dan mencatat, selain itu siswa kurang berani bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, 4) Apabila di berikan PR sebagian besar siswa tidak mengerjakan di rumah melainkan mencontek dari teman di sekolah, 5) Siswa tidak tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan matematika, karena matematika dianggap sulit, 6) Jumlah siwa yang mengambil tambahan belajar/ privat mata pelajaran
matematika sangat sedikit sekali, 7) Siswa tidak memanfaatkan matematika dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari kaerna tidak mengerti manfaat belajar matematika.
Siswa kurang tertarik untuk belajar matematika, karena siswa sudah menganggap matematika itu sulit dan tidak menarik, yang berpengaruh negatif secara psikologis terhadap anak, daftar pengunjung perpustakaan rata-rata dalam satu hari kurang dari 40 orang siswa itupun belum tentu ada siswa yang mencari buku yang berkaitan dengan matematika dan apabila komulasikan dalam satu bulan hanya sektar 2% saja yang mencari buku yang berkaitan dengan matematika. motivasi siswa untuk belajar matematika belajar matematika masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari data kehadiran siswa yang tercatat dalam buku kesiswaan; terlambat hadir 3 %, tidak hadir tanpa keterangan 1 %, izin 1,5 %, dan sakit 0,80% . Dikatakan oleh Su’udy (2006:1), bahwa” kenyataan di lapangan menunjukkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Upaya mengatasi kenyataan ini, pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan dalam suasana belajar yang menyenangkan.”
Di SMPN 7 dalam setiap penyelenggaraan UN ketidak lulusan siswa masih banyak disebabkan oleh rendahnya nilai pelajaran matematika yang tidak mencapai nilai standar yang ditetapkan., nilai matematika tersebut masih dibawah standar Nasional. Berikut adalah tabel perolehan nilai EBTANAS/UN mata pelajaran matematika yang didapat dari hasil observasi di SMPN7 Bandar Lampung dalam lima tahun terakhir seperti yang terdapat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 DAFTAR PEROLEHAN RERATA NILAI UJIAN NASIONAL DI SMPN7 BANDAR LAMPUNG (TP 2005 s/d 2009)
Tahun
NTT
NTR
NRR
2005
9,14
2,47
4,88
2006
9,33
2,67
5,44
2007
9,67
2,33
67,9
2008
10,00
2,33
5,74
2009
10,00
3,50
8,19
NTT : Nilai tertinggi NTR : Nilai terendah NRR: Nilai rata-rata Demikian pula dalam perolehan nilai UN matematika secara keseluruhan persentasi penguasaan materi soal matematika di SMP 7 TP 2007/2008 ditingkat sekolah masih sangat rendah dibandingkan dengan tingkat rayon, tingkat propinsi dan secara nasional.( dapat dilihat dalam lampiran 1). Perolehan nilai pada setiap pokok materi masih sangat rendah,sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika sehingga siswa mengalami kesulian dalam menyelesaikan soal-soal matematika .esulitan dalam pemahaman materi pembelajaran dirasakan masih sangat tinggi. Dalam belajar siswa hanya memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru saja dan sesekali mengerjakan latihan soal.
Untuk mendapatkan kondisi yang diharapkan yaitu agar siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang baik, maka seorang guru hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih metode ataupun pendekatan yang tepat yaitu suatu cara yang dapat mengaktifkan siswa belajar sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan karena metode atau pendekatan dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan ,sehingga siswa akan aktif dan senang mengikuti proses pembelajaran. Smith dalam Lutfri (2005:50) menyatakan bahwa pengajaran yang baik mempunyai dua tujuan pokok: “(1) mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap materi dan (2) meningkatkan keterampilan berfikir kritis.” Menurut petunjuk pengisian rapor KTSP (2007:5), bahwa kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dalam pembelajaran matematika mencakup: (a) Pemahaman konsep; (b) Penalaran; (c) Pemecahan masalah; (d) Mengkomunikasikan gagasan (e) Menghargai kegunaan matematika. Agar pelajaran matematika tidak membosankan diperlukan adanya penggunaan media pembelajaran yang tepat agar siswa berminat sehingga motivasi belajar menjadi tinggi. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan. Komponen ini tidak dapat di abaikan selama proses pembelajaran berlangsung, karena media pembelajaran memiliki peranan penting. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan konsep materi pelajaran yang harus difahami siswa, sehingga memudahkan siswa untuk dapat memahami atau menguasai konsep yang di sampaikan. Media pendidikan adalah alat, metoda dan tehnik yang digunakan
dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran yang dapat digunakan sangatlah beragam, oleh karena itu seorang guru harus dapat menentukan,mencari, menemukan dan memilih media pembelajaran yang tepat dan dapat memudahkan pemahaman konsep yang akan disampaikan, serta dapat membantu dalam mencapai tujuan pembelajatan yang sudah di tentukan. Penggunaan jenis media untuk suatu proses pembelajaran biasanya sudah di tentukan dan tercantum didalam silabus. Pada umumnya penggunaan media pembelajaran sudah diintegrasikan dengan tujuan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran berbasis multimedia dalam hal ini adalah komputer sebagai media audiovisual . Sampai saat ini media audiovisual masih jarang dipergunakan oleh guru dalam pelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya tidak adanya sarana yang dapat mendukung, disamping kurangnya pengetahuan guru itu sendiri tentang penggunan alat komputer atau dengan kata lain kurang kesiapan SDM dalam pembelajaran yang dibantu dengan multimedia (Computer Assisted Instruction atau CAI) Selanjutnya dengan pembelajaran yang dibantu multimedia diharapkan Proses pembelajaran akan lebih efektif, menumbuhkan minat belajar dan siswa akan lebih termotivasi dalam memahami konsep-konsep matematika. Karena pembelajaran berlangsung dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan anak masing-masing, dengan multimedia penjelasan dapat diulang-ulang sampai anak menjadi jelas dan mengerti. Untuk itu dalam penelitian ini akan mengkaji
proses pembelajaran berbasis multimedia dengan menggunakan komputer sebagai media pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika di tinjau dari motivasi dan prestasi belajar siswa .
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Dominasi guru sangat tinggi dalam kegiatan pembelajaran 2. Multimedia(CAI) belum dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran matematika. 3. Siswa kurang tertarik belajar matematika, karena siswa sudah menganggap matematika itu sulit dan tidak menarik. 4. Minat belajar siswa masih rendah 1. Motivasi siswa belajar matematika masih sangat rendah. 2. Kekurangefisienan guru memanfaatkan waktu dalam proses pembelajaran. 3. Kekurangtepatan guru memperlakukan siswa sebagai pribadi-pribadi yang berbeda. 4. Rendahnya kemampuan siswa menguasai konsep matematika yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar matematika siswa di SMPN 7 .
1.3 Pembatasan Maslah
Agar penelitian ini tidak menjadi bias dan permasalahan menjadi lebih fokus maka penelitian ini hanya dilakukaan terhadap : 1. Pengaruh persepsi siswa atas pembelajaran matematika berbasis multimedia (Computer Assisted Instruction atau CAI) terhadap motivasi belajar siswa 2. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika 3. Pengaruh persepsi siswa atas pembelajaran matematika berbasis multimedia (Computer Assisted Instruction atau CAI) terhadap prestasi belajar matematika
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagimana pengaruh persepsi siswa atas pembelajaran matematika berbasis multimedia (Computer Assisted Instruction atau CAI) terhadap motivasi belajar siswa? 2. Bagimana pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika?
3. Bagimana pengaruh persepsi siswa atas pembelajaran matematika berbasis multimedia (Computer Assisted Instruction atau CAI) terhadap prestasi belajar matematika?
1.5
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi siswa atas pembelajaran matematika berbasis multimedia (Computer Assisted Instruction atau CAI) sebagai variabel bebas (X1) dan motivasi (X2) terhadap prestasi belajar matematika (Y) siswa kelas VIII di SMPN 7 Bandar lampung. Secara khusus Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:. 1. Pengaruh persepsi siswa atas pembelajaran matematika berbasis multimedia (Computer Assisted Instruction atau CAI) terhadap motivasi belajar siswa 2. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.. 3. Pengaruh persepsi siswa atas pembelajaran matematika berbasis multimedia (Computer Assisted Instruction atau CAI) terhadap prestasi belajar matematika.
1.6
Kegunaan Penelitian
1. 6.1 Secara praktis
Pembelajaran berbasis multimedia(CAI) dilakukan agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang terjadi pada siswa dalam memahami materi pembelajaran matematika akibat pesan yang disampaikan kurang jelas ataupun kesalahan penafsiran, terutama untuk pesan-pesan yang bersifat abstrak dengan penggunaan multimedia(CAI) akan dapat dikemas dan disajikan menjadi lebih konkrit. Penelitian ini diharapkan dapat : 1. Menemukan langkah-langkah pembelajaran matematika berbasis multimedia dengan menggunakan komputer . 2. Meningkatkan gairah belajar siswa sehingga lebih aktif dan kritis . 3. Memberikan kemudahan pada peserta didik agar lebih nyaman dalam belajar dan memanfaatkan media yang tersedia secara tepat. 4. Memberikan sumbangan pikiran bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 5. Memberikan pengalaman baru tentang model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari.
1.6.2
Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya Teknologi Pendidikan kawasan pengelolaan dan pemanfaatan dimana multimedia bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.