I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam pembelajaran tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar siswa di sekolah saja, tetapi juga dapat melatih cara berfikir siswa untuk memecahkan masalah terutama pembelajaran kimia secara sains. Sains berasal dari natural science atau science saja, biasanya disebut Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu pengetahuan alam merupakan sekumpulan ilmu-ilmu serumpun yang terdiri atas Biologi, Fisika, Kimia, Geologi dan Astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Mengingat bidang kajiannya berbeda, sains selalu menjadi wahana berfikir yang sama. Dalam proses pembelajarannya, siswa dapat diajak berfikir sains berdasarkan metode ilmiah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia SMA Gajah Mada Bandar Lampung diketahui bahwa rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010 adalah 55. Hanya 35 % siswa yang mendapat
65,
sedangkan yang mendapatkan nilai < 65 sekitar 65 %. Perolehan persentase ini merupakan persentase paling rendah dari 2 kelas. Nilai tersebut belum mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan sekolah yaitu 100 % siswa 65, dengan demikian siswa di kelas tersebut belum sepe-
2
nuhnya berhasil pada materi pokok sistem koloid. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi pokok sistem koloid.
Kesulitan yang dialami oleh siswa dikarenakan strategi yang digunakan dalam pembelajaran oleh guru masih kurang tepat yaitu guru lebih memfokuskan pada ketuntasan materi pelajaran, siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa tidak dibimbing untuk menemukan konsep, dan siswa lebih terbiasa menghafal materi yang ada di buku dan dicatatkan guru tanpa memahami konsep materi tersebut dengan baik. Aktivitas lain seperti bertanya, menjawab antar teman, mendiskusikan permasalahan antar teman dan guru juga belum tampak. Bahkan tidak jarang jika siswa merasa jenuh, akhirnya akan mengobrol dan membuat kegaduhan di kelas bahkan keluar masuk kelas. Kesulitan siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk memahami materi juga terjadi pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan semester genap tahun pelajaran 2010-2011 di sekolah tersebut, hal ini terbukti dengan perolehan hasil ujian pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan, dimana rata-ratanya hanya 55 dan hanya 35% siswa yang mencapai KKM.
Selama ini guru juga belum pernah melatihkan keterampilan generik sains yang dikembangkan oleh Brotosiswoyo (2001) kepada siswa secara terprogram. Selain itu, pembelajaran lebih ditekankan untuk mengerjakan soal-soal latihan dalam LKS yang hanya berisi uraian singkat materi system koloid. Bagi siswa yang kemampuannya tinggi, hal ini tidak menjadi masalah, tetapi untuk siswa yang kemampuan akademisnya kurang atau rendah mereka akan merasa kesulitan. Informasi lain yang diperoleh setelah observasi yaitu tidak pernah dilakukan
3
praktikum pada proses pembelajaran, dengan kata lain guru kurang melatih keterampilan generik sains siswa pada setiap pembelajaran yang dilakukan. Padahal seorang guru sangat penting melatihkan KGS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu pengalaman dan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang sangat berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupannya.
Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa pada materi sistem koloid adalah mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan seharihari dan membuat berbagai sistem koloiddengan bahan-bahan yang ada disekitarnya melalui percobaan. Agar siswa dapat mencapai kompetensi dasar ini, siswa harus dilatih keterampilan generik sainsnya seperti pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung saat praktikum , membangun konsep dan melakukan inferensi logika dalam menyimpulkan setiap pemahaman konsep mereka tentang sistem koloid, serta menuliskan bahasa simbolik untuk persamaan reaksi. Oleh karena itu, suatu strategi pembelajaran yang mestinya digunakan guru ialah pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan generik sains dengan bantuan media LKS ( Lembar Kerja Siswa ).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dewi (2009) pada materi pokok sistem koloid menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS KGS memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir menurut sains mereka sendiri. Hasil penelitian Andesta (2009), pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia; menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis keterampilan generik sains memberikan kesempatan
4
kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir berdasarkan pengetahuan sains yang mereka miliki. siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam LKS yang telah diterapkan dan mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan LKS dengan baik.
LKS berbasis keterampilan generik sains adalah LKS yang berisi prosedur dan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung berbagai indikator keterampilan generik sains yang dapat mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi dan meningkatkan keterampilan generik sainsnya. Penggunaan media LKS berbasis keterampilan generik sains adalah untuk memudahkan siswa pada kegiatan praktikum dan non praktikum karena petunjuk dalam LKS dipaparkan secara jelas sehingga akan memudahkan siswa untuk menemukan konsep sistem koloid.
Selain media, model pembelajaran yang digunakan juga harus sesuai yaitu model pembelajaran yang dapat menarik minat dan gairah belajar siswa, sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Akan tetapi, guru kimia kelas XI IPA di SMA Gajah Mada Bandar Lampung belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran guru hanya mengunakan metode ceramah, mengisi soal-soal di LKS dan mencatat, sehingga guru dirasakan belum membantu siswa dalam menemukan dan memahami konsep-konsep. Bila dilihat dari kemampuan heterogen siswa, model
5
pembelajaran kooperatif yang cocok diterapkan di SMA Gajah Mada kelas XI IPA semester genap adalah model kooperatif teknik Numbered Head Togethet (NHT). Model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Head Togethet (NHT) lebih memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Sehingga tidak terjadi suasana belajar siswa yang pasif.
Bila dilihat dari kemampuan yang dimiliki siswa, serta metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang tepat. Dalam proses pembelajaran pernah dilakukan metode diskusi kelompok biasa, tetapi proses belajar tersebut tidak begitu baik. Hal itu dikarenakan terlihat dalam suatu kelompok siswa yang berkemampuan tinggi lebih banyak bicara dan terlalu mendominasi. Sebaliknya ada juga siswa yang pasif dan pasrah saja pada teman yang lebih dominan, sehingga masih ada beberapa siswa yang merasa jenuh dan akhirnya mengganggu kelompok lain bahkan juga masih ada yang keluar masuk kelas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya. Pada situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak tercapai, karena siswa yang pasif menguntungkan dirinya pada teman yang dominan.
Menanggapi permasalahan ini maka akan diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Head Togethet (NHT). Hasil penelitian Rahmayanti (2009) diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif teknik NHT dapat meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok larutan elektrolit dan reaksi redoks. Model pembelajaran kooperatif teknik NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
6
Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2003). Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Teknik NHT lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul : Penerapan Pembelajaran kooperatife teknik numbered Head Together Untuk Meningkatkan Keterampilan membangun Konsep dan Penguasaan konsep Sistem Koloid (PTK pada Siswa Kelas XI IPA2 SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2010-
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif teknik NHT dapat meningkatkan keterampilan membangun konsep siswa pada materi pokok sistem koloid dari siklus ke siklus? 2. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif teknik NHT dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem koloid dari siklus ke siklus? 3. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif teknik NHT dapat meningkatkan persentase siswa yang mencapai KKM pada materi pokok sistem koloid dari siklus ke siklus?
7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskrip-sikan: 1. Peningkatan keterampilan membangun siswa dengan menerapan pembelajaran kooperatif teknik NHT pada materi pokok sistem koloid dari siklus ke siklus. 2. Peningkatan penguasaan konsep siswa dengan menerapan pembelajaran kooperatif teknik NHT pada materi sistem koloid dari siklus ke siklus. 3. Peningkatan persentase siswa yang mencapai KKM pada materi pokok sistem koloid dengan menerapan pembelajaran kooperatif teknik NHT dapat meningkatkan dari siklus ke siklus.
D. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi siswa Melatih siswa aktif dalam pembelajaran, melatih keterampilan generik sains siswa, menumbuhkan rasa tanggung jawab, penerimaan perbedaan antar individu, kemampuan berkomunikasi dengan baik, bekerja sama dengan teman, menumbuhkan rasa ketergantungan positif sesama teman dan membangun konsep. 2. Bagi guru dan peneliti Memberikan pengalaman secara langsung bagi guru mitra dan masukan kepada peneliti dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran kimia dengan
8
menerapkan pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bentuk pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan menumbuhkan keterampilan generik sains siswa pada materi pokok Sistem Koloid. 3. Bagi sekolah Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagai mana yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada: 1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 semester genap SMA Gajah Mada Tahun Pelajaran 2010-2011. 2. Pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif teknik NHT yang memiliki 4 struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama dan pemberian jawaban. 3. Keterampilan membangun konsep adalah suatu kemampuan yang dapat memahami persamaan dan perbedaan dari suatu kejadian sampai terbentuknya suatu konsep. 4. Penguasaan konsep diukur mengunakan tes formatif di setiap akhir siklus. 5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Sistem Koloid yang terdiri dari sub materi pokok sistem koloid, sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan, serta pembuatan koloid dan peranannya dalam kehidupan.
9