I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA sebagai produk yang meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA, serta IPA sebagai proses yang meliputi keterampilan dan sikap-sikap (sikap ilmiah) untuk memperoleh dan mengembangkan produk IPA. Hakekat IPA sebagai proses ini sesuai dengan pengertian dari keterampilan proses sains (KPS). Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun IPA yang menekankan proses keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalamnya.
Paradigma pendidikan yang berpusat pada siswa atau student centred menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran, dan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Salah satu pembelajaran kimia yang sesuai dengan hakekat IPA sebagai proses salah satunya adalah melalui metode praktikum. Metode praktikum merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar kimia. Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari pembelajaran sains. Melalui kegiatan praktikum, keterampilan proses sains dapat dikembangkan dan digunakan, seperti kemampuan berpikir kritis dan keterampilan dasar praktikum siswa yang pada akhirnya akan tertanam sikap ilmiah dalam diri siswa.
2
Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi dan berhasil tidaknya proses pembelajaran, serta digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran. Penilaian ini mencakup tiga ranah, yaitu penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif. Salah satu bentuk penilaian psikomotor adalah penilaian yang dilakukan saat kegiatan praktikum berlangsung. Kegiatan praktikum merupakan salah satu bentuk proses pembelajaran yang terdiri dari beberapa komponen penilaian. Penilaian praktikum biasanya hanya terbatas pada penilaian hasil tes tertulis dan penilaian laporan kelompok maupun laporan individu yang merupakan produk dari praktikum (Lestari, 2008). Selain penilaian-penilaian tersebut, ada aspek lain yang menjadi penilaian dalam praktikum, yakni aspek proses berupa kinerja siswa (psikomotor) selama kegiatan praktik berlangsung yang dinilai dalam bentuk penilaian kinerja. Penilaian kinerja direkomendasikan sebagai penilaian yang sesuai dengan hakekat sains yang mengutamakan proses dan produk yang menilai secara otentik kemampuan siswa dalam menerapkan konsep pada situasi nyata. (Rustaman, 2006).
Slavin (Diawati, 2010) menyatakan pengertian kinerja sebagai tes yang melibatkan demonstrasi pengetahuan atau keterampilan yang aktual dalam kehidupan nyata. Penilaian kinerja merupakan tes yang digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan praktik, misalnya praktik di laboratorium (Depdiknas, 2006). Selanjutnya, Stiggins (Diawati, 2010) menerangkan bahwa penilaian kinerja melibatkan siswa dalam aktivitas yang menunjukkan keterampilan–keterampilan tertentu dan atau menciptakan produk yang spesifik. Penilaian kinerja ini dapat
3
melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu hingga proses tersebut berakhir.
Guru mempunyai batasan dalam menilai kinerja siswanya (Boud, 1995). Faktanya, penilaian kinerja praktikum jarang dilakukan oleh guru karena menuntut guru untuk mengobservasi setiap aktivitas siswa selama kegiatan praktikum berlangsung. Selain itu, perbandingan antara jumlah guru dan siswa yang tidak seimbang, menyebabkan luputnya perhatian guru terhadap kinerja siswa yang muncul. Hal ini tentu saja sangat memberatkan tugas guru sebagai penilai dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dicari bentuk penilaian lain yang dapat menutupi keterbatasan guru, yang salah satu bentuknya adalah penilaian sendiri (self assessment). Self assessment merupakan cara penilaian hasil belajar yang berpusat pada siswa (Zulharman, 2000). Dengan kata lain, self assessment merupakan salah satu keterlibatan siswa dalam proses penilaian yang hasilnya selain dapat memberikan umpan balik untuk perbaikan belajar juga membantu guru untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dan kemajuan belajarnya.
Sebagian besar materi kimia dibelajarkan melalui metode praktikum. Materi elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satunya. Di dalam prosesnya tentu terdapat berbagai aspek kinerja laboratorium yang dapat dikembangkan siswa, seperti aspek persiapan praktikum, pelaksanaan praktikum, dan kebersihan setelah praktikum. Lebih luas, setiap aspek kinerja dapat diuraikan ke dalam beberapa kriteria penilaian kinerja. Kriteria kinerja siswa yang muncul saat praktikum dapat terungkap dan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja yang tepat.
4
Hasil penelitian Rolheiser dan Ross (2003) mengenai penggunaan self assessment sebagai salah satu alternatif assessment, menunjukan bahwa self assessment mampu memberikan informasi mengenai kemampuan secara menyeluruh, membuat siswa belajar lebih banyak, menyediakan informasi mengenai kekurangan siswa, dan membuat siswa lebih memperhatikan aspek penilaian. Race (2005) mengungkapkan bahwa self assessment penting dilakukan siswa agar siswa mempelajari kualitas suatu kerja yang baik, bagaimana menilai hasil belajar mereka sendiri berdasarkan standar yang telah ditentukan, belajar merevisi kembali pekerjaan mereka sendiri dan kemudian menilai kerja mereka yang bertujuan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Wenzel (Aprilianti, 2009) menyatakan bahwa penerapan self assessment mampu mengembangkan sikap jujur, kritis, objektif, dan berpikir kritis siswa. Selanjutnya, hasil penelitian Lestari (2008) menyatakan bahwa penerapan self assessment dapat mengungkap kinerja siswa SMA pada praktikum uji urin. Penelitian serupa oleh Aprilianti (2009) menyatakan bahwa self assessment dapat diterapkan untuk menilai laporan siswa SMA pada praktikum penjernihan air.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah seorang guru kimia SMAN 5 Bandar Lampung, metode praktikum telah dilakukan di sekolah ini, namun penilaian praktikumnya hanya terbatas berupa penilaian produk. Sedangkan penilaian kinerja siswa saat praktikum tidak pernah dilakukan oleh guru. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dirasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai penerapan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa kelas X5 SMAN 5 Bandar Lampung dalam praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan self assessment untuk mengungkap kemampuan kinerja siswa dalam kegiatan praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit?” Rumusan masalah ini dapat dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah self assessment dapat mengungkap kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit? 2. Bagaimanakah kemampuan self assessment siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit? 3. Bagaimanakah pelaksanaan self assessmnent siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa kelas X5 SMAN 5 Bandar Lampung dalam praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Kemampuan self assessment dalam mengungkap kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit. 2. Kemampuan self assessment siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.
6
3. Pelaksanaan self assessmnent siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi siswa a. Melatih siswa untuk menilai secara objektif. b. Melatih kepercayaan diri siswa dalam menilai dirinya sendiri. c. Memperoleh umpan balik sehingga siswa dapat meningkatkan kinerjanya dalam kegiatan praktikum selanjutnya. 2. Bagi guru a. Mempermudah guru dalam proses penilaian terhadap siswa. b. Sebagai cara alternatif dalam kegiatan penilaian. c. Mengetahui penerapan self assessment pada proses penilaian kinerja siswa dalam kegiatan praktikum. 3. Bagi peneliti lain a. Sebagai informasi mengenai kelebihan dan kekurangan self assessment dalam pembelajaran. b. Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa. c. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
7
E. Ruang Lingkup Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Self assessment merupakan bentuk penilaian yang melibatkan siswa untuk menilai kinerja mereka sendiri. 2. Kinerja merupakan kemampuan kerja siswa dalam pelaksanaan praktikum. 3. Praktikum adalah suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok.