I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kacang panjang ( Vigna sinensis L. ) merupakan salah satu komoditi yang banyak diusahakan oleh Masyarakat. Tanaman yang berasal dari India dan Afrika Tengah ini banyak diminati oleh orang-orang Indonesia. Sudah dibudidayakan selama berabad-abad, tajuk lembut, daun, polong muda, biji muda segar, dan biji kering adalah produk yang dapat dimakan. Kacang-kacangan berperan penting dalam penyediaan sumber protein nabati bagi manusia. Kebutuhan protein bagi tubuh manusia tidak dapat disediakan hanya dari protein hewani saja, tetapi juga protein nabati (Haryanto E. et al, 2003). Protein merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh Manusia. Di samping sebagai salah satu sumber gizi, pada prisipnya protein berperan dalam menunjang keberadaan setiap sel tubuh dan berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Umumnya orang lebih suka memilih sumber protein hewan (daging, ayam atau ikan) untuk memenuhi kebutuhan protein. Selain bergizi, protein nabati lebih aman dan sehat dibandingkan dengan protein hewani (Sunarjono H., 2012). Kacang panjang merupakan sayuran polong yang digemari oleh masyarakat luas di dunia. Bentuk kultur pembudidayaan tanaman kacang panjang umumnya masih bersifat tanaman sambilan, yaitu ditanam dalam skala kecil (sempit) di lahan pekarangan, tegalan, pematang-pematang kolam dan sawah tanpa perawatan yang intensif. Oleh karena itu produksi 1
rata-rata nasional masih rendah yakni, sekitar 2,21 ton/hektar. Pada hal potensi yang dapat dicapai oleh varietas unggul yang dikelola secara intensif yakni sekitar 20 ton polong muda/hektar. Pada skala penelitian, daya hasil kacang hibrida dapat mencapai antara 4-5 ton polong muda/hektar (Rukmana R., 1995). Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat meningkatkan produktivitas tanaman karena bahan organik tersebut dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Penggunaan bahan organik telah terbukti banyak meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Sutanto, 2002). Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson,1994). Selain pemupukan agar pertumbuhan kacang panjang dapat berproduksi sehingga menghasilkan buah yang berkualitas, maka pemangkasan perlu dilakukan, pemangkasan merupakan suatu tindakan umum yang dilakukan pada tanaman hortikultura yang bertujuan untuk mendapatkan
kualitas
dan
kuantitas
serta
poduksi
yang
tinggi.
Pemangkasan pada tanaman kacang panjang adalah pemangkasan pucuk cabang. Jenis pemangkasan pucuk cabang akan memberi pengaruh berbeda terhadap tingkat perkembangan tanaman dan dapat menaikkan kualitas serta produksi (Rukmana, 1995).
2
Sesuai dengan penjelasan tersebut maka, aplikasi penggunaan pupuk organik dan pemangkasan secara
mendalam,
untuk
adalah suatu hal yang perlu dikaji
mengatasi
masalah
makin
langkanya
ketersediaan hara dan produktivitas kacang panjang nasional mengalami laju pertumbuhan yang cenderung menurun. Karena itu, dilakukan penelitian dengan judul Aplikasi Pupuk Organik dan Umur Pemangkasan Terhadap Produksi
Kacang Panjang (Vigna sinensis L.).
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pupuk organik
terhadap produksi kacang
panjang 2. Bagaimana pengaruh umur pemangkasan terhadap produksi kacang panjang C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk organik
terhadap produksi
kacang panjang. 2. Untuk mengetahui pengaruh umur pemangkasan terhadap produksi kacang panjang.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Kacang Panjang 3
Sistematika (taksonomi) tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut: Divisi : Spermathophyta, Sub Divisi : Angiospermae, Class : Dycotyledoneae, Ordo : Leguminales, Famili : Papiolinaceae, Genus : Vigna, Spesies : Vigna spp.
B. Syarat Tumbuh Tanaman kacang panjang memiliki daya adaptasi yang cukup luas terhadap lingkungan tumbuh. Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
(pengunungan)
± 1.500 meter dari permukaan laut (dpl), tetapi paling baik adalah di dataran rendah. Lahan yang cocok budidaya adalah sawah berpengairan teknis dengan ketinggian tempat sekitar 600 m dpl, suhu 25-350C, pH tanah 5,5-6,5 dengan struktur tanah yang gembur dan kaya bahan organik. Media tanam yang cocok untuk budidaya tanaman kacang panjang adalah hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, tetapi yang paling baik adalah tanah Latosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan
drainasenya
baik. Musim yang tepat untuk budidaya kacang panjang pada musim kemarau. Iklimnya kering, curah hujan antara 600 - 1.500 mm/tahun (Rukmana R., 1995).
C. Budidaya
4
Kacang panjang merupakan tanaman sayuran yang banyak dibutuhkan untuk kebutuhan sayuran setiap hari. Pada umumnya kacang panjang banyak diusahakan di lahan sawah dan sangat jarang dibudidayakan di lahan kering. Pada pengusahaannya kebanyakan petani hanya menggunakan pupuk kimia saja, sehingga apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan terjadi ketergantungan akan pupuk kimia dan penurunan kualitas lahan. Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti Indonesia. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap seperti protein (2.7 g), lemak (0.3 g), karbohidrat (7.8 g), kalsium (4.9 mg), besi (0.7 mg), vitamin A (335 µg), vitamin B1(0.13 µg), Vitamin C(21 µg) dan kalori(44) (Sunarjono H., 2012). Sentra penanaman kacang panjang didominasi oleh Pulau Jawa terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DI Aceh, Sumatra Utara, Lampung dan Bengkulu. Spesies kacang panjang yang umum dibudidayakan antara lain: 1. Kacang panjang tipe merambat (Vigna sinensis var. sesquipedalis) yang kita kenal sebagai kacang panjang biasa. Varietas yang ditanam adalah varietas unggul KP1 dan KP2, varitas lokal Purwokerto, no 1494 Cikole, Subang, Super Subang , Usus hijau Subang dll.
5
2. Kacang panjang tipe tegak yaitu kacang tunggak/tolo/dadap/sapu (Vigna unguiculata L.), dan kacang uci/ondel (Vigna umbellata ). Varitas unggul adalah KT1, KT2, KT3. 3. Kacang panjang hibrida (Vigna sinensis ssp. Hybridus) seperti kacang bushitao. Varitas yang dirilis adalah No. 10/a, 12/a, 13/a, 14/a, 17/a, 18/a dan EG BS/2. Kacang panjang bermanfaat sebagai buah yang berbentuk polong adalah sumber protein, energi dan mineral yang berguna untuk memenuhi gizi (Rukmana R., 1995). D. Pupuk Organik Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus, akhirnya dalam kurun waktu terakhir ini hasil panen menjadi turun dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Ternyata tahun demi tahun hasil panen semakin merosot dan tanaman yang semula subur menjadi kerdil. Untuk mengatasi gejala ini, penambahan dosis pemupukan kimia terus ditambah dengan harapan adanya peningkatan hasil panen. Namun, usaha penambahan dosis ini ternyata sia-sia, hasilnya tetap turun dan terus turun. Bahkan , tanah yang semula hitam kecokelatan dan gembur, berubah warnanya menjadi pucat, putih keabu-abuan, dan sangat liat (Yuwono, 2005). . Keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah sebagai berikut : 1. Mempengaruhi sifat fisik tanah. Warna tanah dari cerah akan berubah menjadi kelam. Hal ini dipengaruhi baik pada sifat fisik tanah. Bahan 6
organik membuat tanah menjadi gembur dan lepas-lepas, sehingga aerasi dan lebih mudah ditembus perakaran tanaman. 2. Mempengaruhi sifat kimia tanah Kapasitas Tukar kation (KTK) dan ketersediaan hara meningkat dengan menggunakan bahan organik. Asam yang dikandung humus akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. 3. Mempengaruhi sifat biologi tanah. Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah. Tanah yang kaya bahan organik akan mempercepat perbanyakan pungi, bakteri, mikro flora dan mikro fauna tanah lainnya. 4. Mempengaruhi kondisi sosial. Daur ulang limbah perkotaan maupun permukiman
akan
mengurangi
dampak
pencemaran
dan
meningkatkan penyediaan pupuk organik. Meningkatkan lapangan kerja melalui daur ulang yang menghasilkan pupuk organik sehingga akan meningkatkan penghasilan (Sutanto, 2002).
D. Pemangkasan Pemangkasan pada tanaman kacang panjang perlu dilakukan bila terlalu subur atau banyak cabang yang kurang produktif. Pada tanaman yang normal tidak perlu pemangkasan. Tujuan pemangkasan untuk merangsang terbentuknya cabang baru yang produktif agar terbentuknya bunga secara maksimal (Haryanto, et al, 1994). Pemangkasan pucuk cabang dilakukan satu kali sebelum tanaman berbunga, yakni pada umur 3-4 minggu setelah tanam. Bila pemangkasan 7
dilakukan sampai dua kali atau lebih biasanya akan tumbuh semakin rimbun. Hal ini justru akan mengurangi hasil buahnya. Cara pemangkasan adalah dengan memotong pucuk sekitar 2-3 ruas dengan menggunakan pisau tajam. Pucuk daun kacang panjang yang dipangkas dapat dimanfaatkan untuk sayur (Haryanto E. et al, 2003).
E. Hipotesis 1. Terdapat pengaruh pupuk organik terhadap produksi kacang panjang. 2. Terdapat pengaruh umur pemangkasan
terhadap produksi kacang
panjang. F. Kerangka Pikir Kacang Panjang
Produksi kacang panjang rendah
Konsumsi / unsur vitamin Peningkatan produksi dengan intensifikasi
Pupuk kotoran ayam
Memperbaiki sifat-sifat tanah
Pemangkasan
Titik tumbuh untuk peningkatan produksi
Produksi kacang panjang optimal
8
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Kelurahan
Romanglompoa,
Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Kegiatan Penelitian ini berlangsung pada Maret sampai September 2013. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih hibrida (Cap Panah Merah), pupuk organik (kotoran ayam), pestisida nabati. Peralatan yang digunakan adalah meteran, hand sprayer, ember, timbangan, label, cangkul, skop, linggis, lanjaran dan alat tulis menulis. C. Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor yaitu Pupuk kotoran ayam (P) dan Umur Pemangkasan (U). Petak Utama adalah Pupuk kotoran ayam yaitu 7 t ha-1 (P1), 14 t ha-1 (P2), dan 21 t ha-1 (P3) dan Anak Petak adalah Umur Pemangkasan yaitu tanpa pemangkasan (Uo), pemangkasan umur 17 hari setelah tanam (17 HST) (U1), 34 HST (U2), dan 51 HST (U3) . Adapun luas petak penelitian adalah ukuran bedengan lebar 120 cm dan panjang 350 cm. kedua faktor tersebut dikombinasikan sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 36 petak penelitian sebagai berikut :
9
Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan antara dosis pupuk kotoran ayam dan umur pemangkasan kacang panjang.
1
Kombinasi Perlakuan P1 U0
Dosis pupuk Organik ( Ton/ha ) 7
2
P1 U2
7
34
3
P1 U1
7
17
4
P1 U3
7
51
5
P3 U1
21
17
6
P3 U0
21
0
7
P3 U3
21
51
8
P3 U2
21
34
9
P2 U1
14
17
10
P2U0
14
0
11
P2U2
14
34
12 P2U3 14 Keterangan : HST (Hari setelah Tanam)
51
No
Umur ( HST ) 0
Pengamatan dilakukan pada tiga rumpun pada setiap petak percobaan yang dipilih secara acak. Data di analisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan analisa Uji BNT (Gomez dan Gomez, 1983).
D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengolahan Tanah Kegiatan
sebelum
pengolahan
tanah
yang
dilakukan
yaitu
membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak dengan traktor hingga tanah menjadi gembur. Pembuatan
bedengan dengan
ukuran lebar 120 cm dan panjang bedengan 350 cm, jarak antara
10
bedengan 50 cm, tinggi 30 cm. Bedengan terbentuk dua minggu sebelum pertanaman agar supaya kondisi tanah menjadi gembur.
2. Penanaman Jarak lubang tanam adalah 50 x 80 cm. Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai, Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis yang telah dicampur dengan pupuk kompos. Pada umur 1 - 2 minggu setelah tanam ditinggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya baik.
3. Penyulaman Benih kacang panjang akan tumbuh 3 - 5 hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam, agar pertumbuhan tanaman tetap optimal. 4. Pemasangan Lanjaran Pemasangan lanjaran dilakukan seawal mungkin sekitar 1 - 2 minggu setelah tanam. Lanjaran biasanya terbuat dari belahan bambu dengan ketinggian ± 2 m. Fungsi lanjaran untuk menambatkan tanaman kacang panjang agar dapat tumbuh tegak lurus ke atas dan menopang polong yang letaknya bergantungan. 5. Penyiangan Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 - 3 minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di lahan penanaman. 11
Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored. 6. Pemangkasan Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga. Pemangkasan pucuk cabang dilakukan pada sore hari. Pemangkasan ini disesuaikan dengan perlakuan yang akan diuji, yakni pada umur 0, 17, 34 dan 51 HST. 7. Pemupukan Pemupukan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pupuk organik dari kotoran ayam
yang diaplikasikan bersamaan pada saat
pembentukan bedengan.
8. Pengairan Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya disesuaikan kondisi iklim. 9. Pengendalian Hama dan Penyakit Dalam penelitian ini, pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan dengan sistem PHT. Caranya dengan menyemprot dengan pestisida nabati atau mengambil dan memijat langsung hama yang ada dipertanaman.
12
10. Panen
Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol. Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 1,5 – 2.5 bulan. E. Pengamatan Parameter yang akan diamati adalah : 1. Jumlah daun (helai), dihitung banyaknya daun saat tanaman berumur 2 Minggu Setelah Tanam (2 MST), 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST, 8 MST dan 9 MST. Perhitungan dilakukan pada tiga
rumpun
tanaman yang dipilih secara acak dari setiap satuan petak percobaan. 2. Jumlah cabang (buah), dihitung pada fase generatif tanaman. Pengamatan dilakukan tiga rumpun yang dipilih secara acak dari setiap satuan percobaan. 3. Jumlah Tangkai (buah), dihitung pada fase generatif tanaman. Pengamatan dilakukan tiga rumpun yang dipilih secara acak dari setiap satuan percobaan 4. Jumlah polong (buah), dihitung pada fase generatif tanaman. Pengamatan dilakukan tiga rumpun yang dipilih secara acak dari setiap satuan percobaan.
13
5. Panjang polong (cm), dihitung pada fase generatif tanaman. Pengamatan dilakukan tiga rumpun yang dipilih secara acak dari setiap satuan percobaan 6. Berat polong (g), diperoleh dari penimbangan pada saat panen. Pengamatan dilakukan tiga rumpun yang dipilih secara acak dari setiap satuan percobaan. 7. Produksi per ha, diperoleh dari hasil panen satuan kg/petak percobaan selanjutnya dikonversi dalam t/ha.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Jumlah Daun Hasil pengamatan jumlah daun umur 8 MST dan analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel lampiran 7a – 7b. Hasil pengamatan jumlah daun pada 8 MST disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa, perlakuan U1 memberikan hasil yang tertinggi dengan rata–rata jumlah daun 60.52 helai, sedangkan pada perlakuan pupuk kotoran ayam, P3 memberikan hasil yang tertinggi sebesar 59.86 helai.
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun (helai) pada umur 8 MST pada berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam Perlakuan
P1
P2
P3
Rata-Rata
U0
60,89
57,78
57,56
58,74
U1
53,89
60,67
67,00
60,52
U2
53,33
57,78
56,67
55,93
U3
48,22
62,54
58,22
56,33
Rata-rata
54,08
59,69
59,86
Grafik pertumbuhan
jumlah daun umur 2 MST sampai 8 MST
disajikan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa, perlakuan umur
15
pemangkasan 17 HST (U1) memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Jumlah daun (helai)
70 60 50 40
U0
30
U1
20
U2
10
U3
0 2
3
4
5
6
7
8
Minggu
Gambar 1. Grafik Jumlah daun (helai) kacang panjang pada umur 2 MST sampai 8 MST pada umur pemangkasan Grafik pertumbuhan
jumlah daun umur 2 MST sampai 8 MST
disajikan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa, perlakuan dosis pupuk kandang kotoran ayam 21 t ha-1 (P3) memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Jumlah Daun (helai)
70 60 50 40
P1
30
P2
20
P3
10 0 2
3
4
5
6
7
8
Minggu
Gambar 2. Grafik Jumlah daun (helai) kacang panjang pada umur 2 MST sampai 8 MST pada dosis pupuk kandang kotoran ayam 16
2. Jumlah Cabang Hasil pengamatan jumlah cabang pada akhir percobaan dan analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel lampiran 9a – 9b. Hasil pengamatan jumlah cabang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa, perlakuan U1 memberikan hasil yang tertinggi dengan rata–rata jumlah cabang 8.52 buah, sedangkan pada perlakuan pupuk kotoran ayam, P3 memberikan hasil yang tertinggi sebesar 7,83 buah. Tabel 3. Rata-rata jumlah cabang (buah) pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam Perlakuan
P1
P2
P3
Rata-Rata
U0
6,89
6,78
7,11
6,93
U1
9,67
7,44
8,44
8,52
U2
7,00
5,67
7,78
6,82
U3
5,22
6,44
8,00
6,55
Rata-rata
7,20
6,58
7,83
Grafik pertumbuhan jumlah cabang pada akhir percobaan disajikan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa, perlakuan umur pemangkasan 17 HST (U1) memberikan hasil yang tertinggi sedangkan perlakuan dosis pupuk kandang kotoran ayam 21 t ha-1 (P3) memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
17
Jumlah cabang (buah)
JC 10 8 6 4 2 0
JC U0
U1
U2
U3
P1
P2
P3
Perlakuan
Gambar 3. Grafik Jumlah cabang (buah) kacang panjang pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam 3. Tangkai Polong Hasil pengamatan tangkai polong pada akhir percobaan dan analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel lampiran 10a – 10b. Hasil uji Duncan taraf 0.05 pengamatan tangkai polong pada Tabel 4 menunjukkan bahwa, perlakuan U1 memberikan hasil yang tertinggi dengan rata–rata tangkai polong (18.89 buah ) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan pupuk kotoran ayam, P2 memberikan hasil yang tertinggi sebesar (18.72 buah) berbeda nyata pada P3 dan tidak berbeda nyata pada P1.
18
Tabel 4. Rata-rata tangkai polong (buah) pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan berbagai dosis pupuk organik Perlakuan
P1
P2
P3
Rata-Rata
U0
17,89
18,56
13,44
16,63a
U1
17,22
21,78
17,67
18,89a
U2
20,78
20,11
15,44
18,78a
U3
13,78
14,44
16,44
14,89a
Rata-rata
17,42x
18,72x
15,75y
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf 0.05 Grafik pertumbuhan tangkai polong pada akhir percobaan disajikan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa,
perlakuan umur pemangkasan 17
HST (U1) memberikan hasil yang tertinggi sedangkan dosis pupuk kandang kotoran ayam 14 t ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Jumlah Tangkai (buah)
JT 20 15 10 5
JT
0 U0
U1
U2
U3
P1
P2
P3
Perlakuan
Gambar 4. Grafik Jumlah tangkai (buah) kacang panjang pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam 19
4. Jumlah Polong Hasil pengamatan jumlah polong pada akhir percobaan dan analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel lampiran 11a – 11b. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur pemangkasan memberikan pengaruh yang tidak nyata. Sedangkan perlakuan dosis pupuk kotoran ayam memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji Duncan taraf 0.05 pengamatan jumlah polong pada Tabel 5 menunjukkan bahwa, perlakuan U1 memberikan hasil yang tertinggi dengan rata–rata jumlah polong 38.91 buah dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan P, P2 memberikan hasil yang tertinggi sebesar 43.04 buah, berbeda nyata pada P1 dan tidak berbeda nyata pada P3. Tabel 5. Rata-rata jumlah polong (buah) pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam Perlakuan
P1
P2
P3
Rata-Rata
U0
30,22
41,06
37,27
36,18a
U1
27,50
45,83
43,40
38,91a
U2
30,66
41,50
41,89
38,02a
U3
28,29
43,77
36,46
36,17a
Rata-rata
29,17y
43,04x
39,76x
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf 0.05
20
Grafik jumlah polong pada akhir percobaan disajikan pada Gambar 5 menunjukkan bahwa,
perlakuan umur pemangkasan 17 HST (U1)
memberikan hasil yang tertinggi sedangkan dosis pupuk kandang kotoran ayam 14 t ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Jumlah Polong (buah)
JP 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
JP
U0
U1
U2
U3
P1
P2
P3
Perlakuan
Gambar 5. Grafik Jumlah polong (buah) kacang panjang pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam
5. Panjang Polong Hasil pengamatan panjang polong pada akhir percobaan dan analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel lampiran 12a – 12b. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur pemangkasan dan perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang nyata. Hasil pengamatan panjang polong
pada Tabel 6 menunjukkan bahwa, 21
perlakuan U3 memberikan hasil yang tertinggi dengan rata–rata panjang polong 60.89 cm dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan P, P2 memberikan hasil yang tertinggi 61.62 cm dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Tabel 6. Rata-rata panjang polong (cm) pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam Perlakuan
P1
P2
P3
Rata-Rata
U0
57,47
60,40
64,09
60,65
U1
57,99
60,50
57,45
58,65
U2
56,13
62,79
62,25
60,39
U3
57,95
62,78
61,95
60,89
Rata-rata
57,39
61,62
61,44
Grafik panjang polong pada akhir percobaan disajikan pada Gambar 6 menunjukkan bahwa,
perlakuan umur pemangkasan 51 HST
(U3) memberikan hasil yang tertinggi sedangkan dosis pupuk kandang kotoran ayam 14 t ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
22
Panjang polong (cm)
PP 62 60 58 56
PP
54 U0
U1
U2
U3
P1
P2
P3
Perlakuan
Gambar 6. Grafik panjang polong (cm) kacang panjang pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam 6. Berat Polong Hasil pengamatan berat polong pada akhir percobaan dan analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel lampiran 13a – 13b. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur pemangkasan dan perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat polong. Hasil pengamatan panjang polong
pada Tabel 7
menunjukkan bahwa, perlakuan U3 memberikan hasil yang tertinggi dengan rata–rata 875.70 (g) dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya,
sedangkan pada perlakuan P, P2 memberikan hasil yang
tertinggi, yaitu 881.74 (g) dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
23
Tabel 7. Rata-rata berat polong (g) pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan berbagai dosis pupuk kotoran ayam Perlakuan
P1
P2
P3
Rata-Rata
U0
615,2
814,96
791,06
740,41
U1
588,14
956,29
694,81
746,41
U2
558,38
850,48
845,55
751,47
U3
574,37
905,21
1147,52
875,70
Rata-rata
584,02
881,74
869,74
Grafik berat polong pada akhir percobaan disajikan pada Gambar 7 menunjukkan bahwa,
perlakuan umur pemangkasan 51 HST (U3)
memberikan hasil yang tertinggi sedangkan dosis pupuk kandang kotoran ayam 14 t ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
BP Berat Polong (g)
1000 800 600 400
BP
200 0 U0
U1
U2
U3
P1
P2
P3
Perlakuan
Gambar 7. Grafik berat polong (g) kacang panjang pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam
24
7. Produksi Hasil pengamatan produksi pada akhir percobaan menunjukkan bahwa perlakuan umur pemangkasan dan perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi. Hasil pengamatan produksi pada Tabel 8 menunjukkan bahwa, perlakuan U3 memberikan hasil yang tertinggi dengan rata–rata 2.09 (ton) dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan P, P2 memberikan hasil yang tertinggi, yaitu 2.10 (ton) dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Tabel 8.Rata-rata produksi per hektar (ton) pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan berbagai dosis pupuk kotoran ayam
Perlakuan
P1
P2
P3
U0
1,46
1,94
1,88
1,76
U1
1,40
2,28
1,65
1,78
U2
1,33
2,03
2,01
1,79
U3
1,37
2,16
2,73
2,09
Rata-rata
1,39
2,10
2,07
Grafik
Rata-Rata
produksi pada akhir percobaan disajikan pada Gambar 8
menunjukkan bahwa,
perlakuan umur pemangkasan 51 HST (U3)
memberikan hasil yang tertinggi sedangkan dosis pupuk kandang kotoran ayam 14 t ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya 25
Produksi Produksi per ha (ton)
2.5 2 1.5 1
Produksi
0.5 0 U0
U1
U2
U3
P1
P2
P3
Perlakuan
Gambar 8. Grafik produksi per hektar (ton) kacang panjang pada akhir percobaan berbagai umur pemangkasan dan dosis pupuk kotoran ayam B. Pembahasan
1. Respon kacang panjang Terhadap Bahan Organik
Tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup dan berimbang. Apabila unsur hara diberikan dalam dosis yang berlebihan atau dosis rendah akan menyebabkan berat segar tanaman akan menurun. Kelebihan atau kekurangan unsur hara yang diberikan pada tanaman mengakibatkan proses fotosintesis tidak berjalan efektif dan fotosintat yang
dihasilkan
berkurang,
menyebabkan
jumlah
fotosintat
yang
ditranslokasikan ke polong menjadi berkurang. Ketersediaan unsur hara dalam tanah secara berimbang memungkinkan pertumbuhan dan produksi tanaman berlangsung dengan baik menurut Gardner et al., (1991).
26
Pengaruh komposisi kandungan pupuk kandang ayam yang Posphornya tinggi dan melampaui persentase kandungan nitrogen sehingga
memacu
pertumbuhan
tunas
samping
(lateral)
seperti
pertumbuhan cabang atau tunas dibanding pertumbuhan meristematik. Komposisi kandungan pupuk kandang ayam adalah nitrogen 1,7%, posphor 1,9% dan kalium 1,7% (Novisan, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dosis pupuk kandang kotoran ayam (10, 15, 20, 25 t ha-1) Faktor pertama dan Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK 15:15:15 (230, 345, 460, 575 kg/ha). Pemberian pupuk kandang kotoran ayam dengan 20 t ha-1 pada kondisi beberapa dosis pupuk NPK 15:15:15 memberikan hasil yang lebih baik pada jumlah polong segar per tanaman dan bobot polong segar per tanaman. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 575 kg/ha pada kondisi beberapa dosis pupuk kandang kotoran ayam memberikan hasil yang lebih baik pada jumlah polong segar per tanaman dan bobot polong segar per tanaman kacang panjang. Pemberian pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis 20 t ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk NPK 575 kg/ha dapat mengoptimalkan kebutuhan hara tanaman kacang panjang sehingga mernberikan hasil yang maksimal (Chariatma A.J., 2008). Hasil penelitian menunjukkan pada parameter jumlah daun dan jumlah cabang pada penggunaan pupuk kandang kotoran ayam 21 t ha -1 (P3) memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan perlakuan P1 dan P2. Pada Parameter tangkai polong, jumlah polong, panjang polong, 27
berat
polong, dan produksi per hektar
kandang kotoran ayam
pada
penggunaan
pupuk
14 t ha-1 (P2) memberikan hasil yang lebih baik
dibanding perlakuan yang lain. 2. Pengaruh Umur Pemangkasan Berdasarkan
hasil
penelitian
perlakuan
umur
pemangkasan
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 15, 25 dan 35 HST, jumlah cabang 15 HST, jumlah polong basah per tanaman. Pemangkasan pada umur 35 HST (U3), memberi hasil tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan pemangkasan 15 HST (U1) berdasarkan peubah jumlah cabang 15 HST, panjang polong dan jumlah polong. Sementara pada berat polong basah per tanaman pemangkasan tertinggi dijumpai pada 25 HST (U 2) dan berbeda dengan 35 HST (U3) dan 15 HST (U1). Pada pemangkasan 35 HST (U3) memberikan respon yang paling baik, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya cabang produktif yang terbentuk (Yufni, 2010). Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang lebih baik pada perlakuan umur pemangkasan 17 HST (U1) pada parameter jumlah daun, jumlah cabang, tangkai polong dan jumlah polong, sedangkan pada perlakuan umur pemangkasan 51 HST (U3) pada parameter panjang polong, berat polong, dan produksi per hektar menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding dengan perlakuan lainnya.
28
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian pupuk kandang kotoran ayam 21 t ha-1 memberikan hasil yang lebih baik pada parameter jumlah daun dan jumlah cabang. Pada pemberian pupuk kandang kotoran ayam 14 t ha -1 memberikan hasil yang lebih baik pada parameter tangkai polong, jumlah polong, panjang polong, berat polong, dan produksi per hektar. 2. Perlakuan umur pemangkasan 17 HST memberikan hasil yang lebih baik pada parameter jumlah daun, jumlah cabang, tangkai polong dan jumlah polong, sedangkan pada perlakuan umur pemangkasan 51 HST memberikan hasil yang lebih baik pada parameter panjang polong, berat polong, dan produksi per hektar.
B. Saran Diperlukan adanya penelitian lanjutan, khususnya penggunaan dosis pupuk kandang kotoran ayam dan umur pemangkasan pada tanaman kacang panjang, sehingga diperoleh pertumbuhan dan produksi kacang panjang yang optimal.
29
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013. Tujuan Pemangkasan Tanaman. (Online), (http://galihstarblog.blogspot.com/2013/06/tujuan-pemangkasantanaman.html , di akses 25 Oktober 2013). Chariatma A.J., 2008. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kotoran Ayam Dan Pupuk NPK (15:15:15) Terhahap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). (Online), (http://repository.unand.ac.id/6036/ , diakses 30 Oktober 2013). Gardner, F.P., R.P. Brent,dan R.L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Universitas Indonesia Press. Gaspersz, V., 1994. Metode Perancangan Percobaan. Armico, Bandung. Gomez,K.A. dan A.A. Gomez., 1983. Statistical Procedures for Agricultural Research. Second Edition, John Wiley and Sons, New York. Haryanto, E., Suhartini, T., Rahayu, E, 1994. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta. (Online), (http://muhammadalqamari.blogspot.com/2012/01/pengaruh-pupuk-kandang-danpupuk-cair.html , diakses 25 Maret 2013). Haryanto, E., Suhartini, T., Rahayu, E, 2003. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta. Novisan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Rubatzky, Vincent E dan Mas Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. Bandung: ITB Bandung. (Online), (http://www. suryabrainsmart.blogspot.com/2010/02/pengaruh-pengaturan-jaraktanam.html , diakses 25 Maret 2013). Rukmana R.,1995. Bertanam Kacang Panjang. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sunarjono H., 2012. Kacang Sayur. Penerbit Penebar swadaya. Jakarta. Sutanto R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Stevenson, F. J. 1992. Humus Chemistry Genesis, Composition and Reaction. John Wiley and Sons, New York.
30
Yufni, 2010. Pengaruh dosis pupuk phosfat dan umur pemangkasan terhadap pertumbuhan dan hasil Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.). (Online), (http://zainulbakri.blogspot.com /2012/05/ pengaruh-dosis-pupuk-phosfat-dan-umur.html , diakses 29 maret 2013). Yuwono D., 2005. Kompos. Penerbit Penebar swadaya. Jakarta.
31
LAYOUT PENELITIAN I
III
P1
II
P3
P2
Uo
U3
U2
U2
U2
U1
U1
U0
U3
U3
U1
U0
P3
P2
P1
U2
U1
U3
U0
U3
U2
U3
U2
U0
U1
U0
U1
P2
U
P1
P3
U1
U2
U0
U0
U3
U1
U2
U1
U3
U3
U0
U2
RINCIAN BIAYA PENELITIAN No
Uraian
I
Alat dan baAhan Penelitian a. Bambu
Satuan
10
batang
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
20.000
200.000 32
b. c. d. e. f.
Pupuk Kompos 500 kg Gembor 1 buah Tali Rapiah 1 gulung Cangkul 2 buah Bibit kcg. 1 bungkus panjang
2.000 125.000 25.000 50.000 25.000
Jumlah 1 II
Perjalanan a. Survei Lokasi b. Pengambilan Data
III a.
III a. b. c. d. e.
f.
Jumlah 2 Analisis tanah dan Tanaman Pengujian sampel tanah (fisik, kimia dan biologi tanah) Jumlah 3 ATK dan Admistrasi Kertas HVS Kuarto 70 gram Catridge Hitam canon Catridge Warna canon Penggandaan Seminar proposal dan hasil Laporan Jumlah 4
Jumlah (1 + 2 + 3 + 4)
1.000.000 125.000 25.000 100.000 25.000
1.475.000 4 8
OH OH
300.000 300.000
1.200.000 2.400.000
3.600.000
10
sampel
50.000
500.000
500.000
3
rim
35.000
105.000
1
buah
178.500
178.500
1
buah
223.000
223.000
40 40
eks peserta
5.000 25.000
200.000 1.000.000
5
eks
50.000
250.000 1.956.500 7.531.500
33
34