HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA LAKI-LAKI USIA PRODUKTIF DI NOTOYUDAN RW 25 PRINGGOKUSUMAN GEDONGTENGEN YOGYAKARTA
Sucika Setiawati, Shanti Wardaningsih
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh: SUCIKA SETIAWATI 070201102
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011
i
The Correlation between Stress Level and Smoking Behaviour Among Males of Productive Age at Notoyudan, Pringgokusuman Sub District Number 25, Gedongtengen District, Yogyakarta¹ Sucika Setiawati , Shanti Wardaningsih ABSTRACT Background: Smoking behaviour among males of productive age appears to increase along with their developmental stages. This is marked by the increase of smoking frequency and intensity, and it often causes nicotine addict. Beside of its detrimental effect to the smokers’ health, smoking habit also gives similar effect to the economic and psychological aspect. Research Objective: the almof this research are to finding the relation between stress level and smoking behaviour among males of productive age at Notoyudan, Pringgokusuman Sub District Number 25, Gedongtengen District, Yogyakarta in 2011. Research Period: This research was conducted in March – july 2011. Research Method: This was a non-experimental research that employed correlational-descriptive method with cross-sectional time approach. The respondents of this research comprised of 35 students whose data on level stress and smoking behaviour were collected at the same time. Data collection was carried out through questionnaires distribution. The validity and reliability of variables in the questionnaires on the relation between stress level and the smoking behavior among males of productive age was examined with Kendall’s Tau. Result: Data analysis with SPSS method showed that P values was 0.033; this meant that there was a significant, positive correlation between the two variables. It could be concluded that there was a correlation between stress level and smoking behaviour among males at productive age. Recommendation: the Smokers who live in Notoyudan sub district were suggested to ban smoking so that the detrimental effect of smoking to the health could be minimized.
Keywords: stress level, smoking behaviour among males of productive age Reference: 20 books (2000-2010), 2 journal, 2 thesis, 1 website
1 2
3
Title of Thesis Student of School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
Lecturer of School of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta
ii
PENDAHULUAN Perilaku merokok disebut sebagai
untuk mengatasi masalah emosional yang
suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi
sedang dihadapinya. Bila ada satu orang
dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco
yang merokok didalam suatu kelompok anak
dependency atau ketergantungan tembakau.
muda yang tidak merokok, anak-anak yang
Perilaku merokok muncul karena adanya
lain cenderung untuk ikut merokok karena
faktor internal (faktor biologis dan faktor
terdorong oleh rasa ingin tahu dan setia
psikologis,
kawan
seperti
perilaku
merokok
(Indonesian
Forum
of
dilakukan untuk mengurangi stres) dan
Parliamentarians
faktor eksternal (faktor lingkungan sosial,
Development,
seperti terpengaruh oleh teman sebaya).
Tembakau di Indonesia ¶ 3, www.ifppd.org
on
Population
2008,
and
Pengendalian
diakses tanggal 30 Desember 2008). Selain karena krisis psikososial dan Jumlah
kepuasan psikologis, perilaku merokok pada
perokok
di
Indonesia
usia produktif juga dapat timbul karena
ternyata masih cukup tinggi. Survei Sosial
pengaruh emosi yang menyebabkan seorang
Ekonomi Nasional 2004 (Depkes, 2006)
individu
menunjukkan bahwa
mencari
relaksasi.
dianggap
dapat
berkonsentrasi,
memperoleh
yang
menyenangkan,
mengurangi
Merokok
usia
15
memudahkan
tahun ke atas yang merokok tercatat
pengalaman
sebanyak 34,44%, terdiri dari merokok
relaksasi,
ketegangan
penduduk
atau
setiap hari 28,35% dan kadang-kadang
dan
6,09%.
stres
Riset
Kesehatan
Dasar
(2007)
(Aritonang, 2000 dalam Komalasari &
menunjukkan bahwa penduduk usia lebih
Helmi, 2002).
dari 10 tahun yang merokok setiap hari sudah mencapai 23,7%. Secara nasional
Pada
mulanya
perilaku
mereka prosentase yang merokok tiap hari tampak
terjadi saat individu berusia remaja, dan tinggi pada kelompok umur produktif 25-64 kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut tahun dengan rentang rerata 29% sampai sampai remaja tersebut memasuki masa 32%. dewasa. Biasanya seseorang yang merokok 1
Hasil
penelitian
terhadap
sektor
informal
(Bambang
Setiaji,
keluarga. Badan kesehatan dunia
2006)
menunjukkan bahwa 85% tukang ojek dan
Health
pekerja
mempunyai
memperkirakan jumlah kematian di dunia
kebiasaan merokok. Rata-rata jumlah rokok
akibat konsumsi rokok pada tahun 2030
yang dihisap
akan
ekonomi
rendah
adalah 11 batang rokok
Organization
World
mencapai
10
juta
(WHO)
orang
setiap
perhari, dengan rata-rata pengeluaran untuk
tahunnya, dan sekitar 70% diantaranya
rokok
mencapai
Rp
7.500,-.
terjadi di negara berkembang termasuk
mereka
(85%)
pernah
Indonesia. Diperkirakan rakyat Indonesia
mengalami kesulitan uang untuk berobat.
pada tahun 2007 membakar uang untuk
Mereka mencari uang untuk berobat dengan
merokok senilai lebih dari Rp 120 triliun
cara meminjam (39%), meminta bantuan
(Thabrany, 2008).
perhari
Sebagian
besar
saudaranya (37%), menjual barang/harta Telah banyak artikel dalam media (17%), dan minta kartu SKTM (7%). cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, Hampir semua yaitu 97% merasa khawatir wawancara baik di radio maupun televisi bila suatu saat mereka sakit. Menurut serta penyuluhan mengenai bahaya merokok sebagian besar mereka (73%) kekhawatiran dan kerugian yang di timbulkan rokok. yang timbul adalah tidak punya uang dan Berbagai kebijakan dan aturan yang memuat hilangnya
kesempatan
mencari
nafkah. sanksi bagi para perokok dipublikasikan
Sebagian besar (86%) mengatakan bila sakit secara terus menerus, bahkan setiap tanggal akan mengganggu pekerjaan sehari-harinya, 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia World kurang lebih selama 4 hari. Perkiraan rataHealth Organization (WHO) menetapkan rata kehilangan pendapatan selama sakit sebagai hari tanpa tembakau sedunia (World kurang lebih Rp 83.000,- . No Tobacco Day). Melalui peringatan hari Berbagai hasil penelitian baik dalam
tanpa rokok sedunia ini, diharapkan menjadi
maupun luar negeri menunjukkan bahwa
kesempatan bagi kita untuk berfikir kembali
perilaku merokok terbukti dapat berdampak
dan menyadari akan bahaya dan dampak
buruk terhadap kesehatan dan ekonomi
2
rokok baik perokok itu sendiri maupun
Tujuan
lingkungan sekitarnya.
mengetahui
penelitian
hubungan
ini
untuk
tingkat
stres
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dengan perilaku merokok laki-laki usia
dilakukan penulis pada tanggal 27 Oktober
produktif di Notoyudan RT 92 RW 25
2010 di daerah Notoyudan RT 92 RW 25
pringgokusuman
pringgokusuman Gedongtengen Yogyakarta,
Yogyakarta.
Gedongtengen
di dapatkan data dari ketua RT jumlah kk di
METODE PENELITIAN RT 92 adalah sebanyak 60 kk . dari hasil wawancara produktif
terdapat yang
35
laki-laki
mempunyai
Penelitian ini adalah deskriptif
usia
korelasi yaitu mendiskripsikan, memberi
perilaku
merokok karena ekonomi, pekerjaan dan
gambaran obyek yang diteliti melalui
menghilangkan kejenuhan.
data sampel atau populasi yang bertujuan
Dari
hasil
wawancara
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
dengan
dua variabel pada situasi atau kelompok
beberapa responden 10 dari 35 laki-laki usia produktif mengatakan dengan sehari dapat
objek.
menghabiskan 2 bungkus rokok bahkan
menggunakan non eksperimen dengan
lebih, dan jika ditanya kenapa merokok
metode cross sectional dimana data
mereka
beralasan
tentang
mereka
beranggapan
karena
faktor
dengan
stres,
merokok
Rancangan
tingkat
stres
penelitian
dan
perilaku
merokok dikumpulkan dalam satu waktu
semua masalah dapat di atasi mereka merasa
bersamaan (Notoatmodjo, 2002).
rileks dan dapat melakukan aktivitasnya
Populasi dalam penelitian ini
dengan baik. jika tidak merokok sehari saja
adalah semua laki-laki usia produktif di mereka mengatakan kepala pusing, mulut
wilayah Notoyudan RT 92 RW 25 terasa pahit dan yang lebih parah mereka
Pringgokusuman
mengatakan lebih baik tidak makan daripada
GedongTengen
Yogyakarta yang merokok. Sedangkan
tidak merokok.
sampel dalam penelitian ini adalah 3
populasi yang memenuhi kriteria inklusi
sebelumnya telah digunakan oleh Santi
dan eksklusi dalam penelitian berikut ini:
Novitasari dan sudah di uji validitas
Kriteria inklusi:
secara baku.
a) Laki-laki
usia
produktif
yang
Analisis
berusia 20 – 60 th
data
mengkorelasikan
data
yaitu
dari
variabel
b) Berprilaku merokok
bebas dan variabel terikat yang terbentuk
c) Bersedia menjadi responden
skala data ordinal dengan ordinal dengan
Kriteria eksklusi:
menggunakan uji statistik korelasi yaitu
a) Tidak mengidap penyakit kronis
uji statistik kendal tau (Sugiyono 2005).
b) Tidak mengalami gangguan mental c) Tidak sedang berada di rumah sakit
HASIL DAN PEMBAHASAN
d) Bisa membaca dan menulis
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran
Sampel dalam penelitin ini sebanyak 35
laki-laki
usia
produktif.
umum
tempat
penelitian
Cara
Wilayah
pengambilan sampel dalam penelitian ini
Notoyudan
adalah purposive sampling yaitu penentuan
merupakan tempat yang terletak
sampel
di
pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2008).
kecamatan
Gedongtengen
yang memiliki tiga RT dan satu dalam
RW yaitu RT 90, RT 91, RT 92
daftar
dan yang diteliti oleh peneliti
pertanyaan tentang identitas subyek
adalah RT 92. Terdapat 60 orang
penelitian, kuesioner skala Holmes dan
laki-laki
Rahe untuk mengukur tingkat stres,
diantaranya
untuk
perilaku merokok.
Alat penelitian
yang ini
mengukur
menggunakan
digunakan meliputi
:
perilaku
merokok
kuesioner
yang
4
usia
produktif,
yang
35
mempunyai
Wilayah terrpencil
ini
k karena
t termasuk
perrilaku merrokok itu sendiri.
teempatnya
Lakki-laki usiia produktiif yang
dibbawah jalaan raya yaang sulit
berrada
dikketahui,
maayoritas
diddaerah
k kondisi
linngkungan
tersebut
kurang
diw wilayah m memiliki
perilaku
merokok yangg dalam sehaari dapat
meemadai kaarena rumaah-rumah
mengahabiskaan
yanng dihuni penduduk setempat
em mpat bungkuus rokok.
berrdempet-deempetan
tersebut
sampai
dua
ukuran
rum mah rata-raata 3x4 m2, namun
2. Karrakteristik rresponden a. Karakteristtik
suddah terdapaat masjid yaang aktif diggunakan unntuk beribaadah, air
reesponden
berdasarkaan umur
miinum yang bersih, unttuk laki34,3%
UMUR 20%
lakki usia prodduktif yang merokok 20‐35
sanngat tinggi diwilayah d teersebut. Menurrut
ketuua
36‐55 56‐65
RT
diw wilayah terrsebut tidakk pernah dillakukan
p penelitian
tentang
kesehatan
terutama
tentang
Distribusi Frreksuensi Gambar 4. D Menurrut Umur
perrilaku merookok dan jugga belum perrnah
dilakkukan
Berrdasarkan
pennyuluhan
4.1 dapat dilihat um mur yang
kesehatan tenntang damppak dari perrilaku
m merokok,
paling bannyak adalah 20 – 35
sehingga
sebanyak
bannyak wargga khususnnya pada
16
reesponden
(45,71%), dan umu ur yang
lakki-laki usiaa produktif belum
paling seddikit adalah h 56- 65
meengetahui dampak-dam d mpak dari
sebanyak 7 responden n (20%). 5
gambar
Berrdasarkan tabel t 4.3 dapat dilihhat pekerjaaan yang paling bannyak adalah h buruh 14,,3%
b. Karakteris reesponden 11,5% stik Pend didikan berdasarkaan pendidikkan
yaitu sebaanyak 22 reesponden (62,9%), dan yang paling
28,6%
SD
sedikit adaalah PNS sebanyak s
SMP
5 respondeen (14,3%).
SMA
45,7%
47,7% %
PT
d. Karakteristtik reesponden berdasarkaan agama
Gam mbar 4.2 Disstribusi Frekuensi Menurut M Penddidikan
9%
Agam ma
6% %
Beerdasarkan tabel t 4.2 dapat dilihhat pendidikkan yang
islam k kristen
paling baanyak adalaah SMA
k khatolik
sebanyak
16
reesponden
85%
(45,7%), dan yangg paling sedikit adalah SD sebbanyak 4
Gambar 4.4 Distrib busi Freksuensi M F Menurut Agam ma
respondenn (11,5%). Berrdasarkan
gambar
4.4 dapat dilihat agam ma yang reesponden c. Karakterisstik berdasarkaan pekerjaaan 14,3 % 2 22,8%
paling bannyak adalaah islam
Pekerjaaan
sebanyak (85%)
30 ddan
reesponden yang
paling
Buruh Wiraswaasta PNS
sebanyak 2 responden n (6%).
62,,9% mbar 4.3 Disstribusi Gam Freksuensi Menurut M Pekkerjaan
6
sedikit addalah kristeen yaitu
e. Karakterisstik reesponden berdasarkaan pendapattan
Tabel 4.1 Distribusi D Freeksuensi perrilaku merokok Dataa primer 2011
Berdassarkan datta pada
P Pendapa atan
16 % 22 %
tabel 4.1 diataas, dapat diketahui d bahhwa dari 335 respondeen yang
300‐60 00Ribu
diteeliti ternyaata sebagiaan besar
800‐1,5 5 juta
62 %
unttuk perilakuu merokok k berada
> 1,5 ju uta
padda katagori berat sebaanyak 16 respponden (455,57%), sedangkan
Gambbar 4.5 Distriibusi Freeksuensi Meenurut Pendappatan
palling Beerdasarkan
sedikkit
beradaa
pada
gambar kattegori
rinngan
sebaayak
6
4.5 dapat dilihat penndapatan respponden (17,14%). yang paliing banyakk adalah 300-600 ribu sebannyak 22 4. Disstribusi streess
d yang respondenn (62%) dan paling sedikit adalaah > 1,5 yaiitu
juta
sebannyak
Tabel 4.2 Distribusi D Freeksuensi ting gkat stres Tingkkat stres Frekuenssi Persenntase B Berat 21 60% % Seedang 10 28,577% Riingan 11,422% 4 Juumlah 100% % 35 Datta primer 20111
5
respondenn (16%), menurut UMR
daerah
bberdasarkan tingkat
istimewa
yogyakartta adalah 8000,000. 3. Distribusi meerokok Perilakuu Merokook Berat Sedangg
Berdassarkan datta pada
beerdasarkan perilaku
tabel 4.2 diattas dapat diketahui d
Frekuuensi
Perssentase
bahhwa dari 335 respondeen yang
166
45,71% 37,14%
diteeliti ternyaata sebagiaan besar
6 35
17,14% 1000%
13 Ringann Jumlahh
unttuk tingkat stres beraada pada kattagori 7
berrat
sebany yak
21
responden (60 %), sedangkan paling
sedikit
katagori
berada
ringan
B. Pembahasan
pada
sebanyak
Pada tabel 4.3 di dapatkan
4
data 21 responden yang berada pada
responden (11,42%).
kategori berat karena tingkat stres tinggi dengan perilaku merokok yang
5. Tabel silang antara Tingkat Stres dengan Prilaku Merokok di Notoyudan RT 92 RW 25 Pringgokusuman Gedongtengen Yogyakarta 2011.
berat. Hal ini berarti dengan adanya hubungan tingkat stres yang tinggi terhadap 35 responden maka perilaku
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah
Tingkat stres Perilaku merokok Ringan
F
%
F
%
F
%
F
2
5, 71
0
0
2
5, 71
4
Sedang
0
0
10
0
0
10
Berat
4
11 ,4 2 17 ,1 4
3
28 ,5 7 8, 57
14
40
21
16
45 ,7 1
35
Jumlah
6
13
37 ,1 4
% 11 ,4 2 28 ,5 7 60
P
R
0 , 0 3 3
0 , 3 3 6
merokoknya
termasuk
dalam
kategori yang berat. Sedangkan yang berada pada kategori tingkat stres
10 0
tinggi dengan perilaku merokok ringan di dapatkan data 2 responden. Dari
Berdasarkan tabel 4.3 dari
tabel
4.3
dapat
tingkat
diketahui bahwa tingkat stres yang
stresnya berat dan perilakunya
tinggi dapat mempengaruhi perilaku
berat sebanyak 21 responden
merokok ini karena faktor ekonomi,
(60%), tingkat stresnya sedang
lingkungan,
perilakunya rendah sebanyak 13
dilakukan
responden (47,14), dan tingkat
kejenuhan, ketegangan, dan sebagai
stresnya
relaksasi sebagai pengalihan rasa
35
responden
merokok
yang
rendah rendah
perilaku sebanyak
individu.hal untuk
ini
menghilangkan
stres itu sendiri.
6
Menurut
responden (17,14%).
Fink
(2007)
keterhubungan stres dengan perilaku merokok secara klinis dan teoritis
8
memang terdapat hubungan yang
membuat
signifikan antara perilaku merokok,
cenderung
stres, dan coping. Individu dengan
kepribadian
masalah seperti masalah ekonomi,
dengan stres.
tertentu
individu
mengembangkan yang
Menurut
lingkungan dan individu dengan trait kepribadian
seorang
trait
berhubungan
Parrot
(2004),
mengenai hubungan anatara stres dan
yang
menyebabkan mereka lebih sering
merokok
mengalami
lebih
menyatakan adanya perubahan emosi
mungkin untuk merokok. Contoh
selama merokok. Merokok dapat
dari hal tersebut adalah tekrait
membuat orang yang stres menjadi
kepribadian
tidak stres lagi. Perasaan ini tidak
distres
pribadi
neuroticism
pada
laki-laki
dewasa
untuk
akan lama, begitu selesai merokok
mengalami perasaan negatif dan
mereka akan merokok lagi untuk
stres) ternyata berhubungan dengan
mencegah agar stres tidak terjadi.
tingginya
perilaku
Keinginan untuk merokok embali
merokok. Beberapa hasil penelitian
timbul karena ada hubungan antara
terhadap keluarga, saudara kembar,
persaan negatif dengan rokok, yang
dan molekul genetis memperlihatkan
berarti bahwa para perokok merokok
bahwa faktor genetis memainkan
kembali agar menjaga mereka untuk
peran
tidak stres.
(kecenderungan
umum
prevalensi
penting
dalam
perilaku
merokok dan respon terhadap stres. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa
KESIMPULAN DAN SARAN
terdapat banyak gen yang berperan
A. Kesimpulan
ganda, individu
mempengaruhi untuk
Berdasarkan hasil analisa dan
seorang
merokok
pembahasan terhadap penelitian yang
dan
9
dilakukan,
maka
dapat
diambil
B. Saran 1. Bagi responden
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Informasi
1. Sebagian besar tingkat stres pada
merokok
laki-laki
usia
prodiktif
sejak
di
sebaiknya
awal,
perilaku diberikan
agar
masyarakat
Notoyudan Yogyakarta berada
mengrtahui dampak dari perilaku
pada katagori berat
merokok
2. Bagi
laki usia produktif di Notoyudan Yogyakarta
termasuk
dan
petugas
Perlunya analisis
mudah
kesehatan
diwilayah kota Yogyakarta
dalam
katagori berat. 3. Berdasarkan
tidak
terpengaruh untuk merokok
2. Sebagian perilaku merokok laki-
promosi
kesehatan
yang lebih optimal dan lebih
data
menggunakan rumus kendal tau
mengena
terdapat hubungan tingkat stres
Dengan demikian diharapkan
dengan perilaku merokok laki-
masyarakat
laki usia produktif dimana nilai
perilaku yang positif terhadap
p>0,05. Semakin tinggi tingkat
merokok,
stres
maka perilaku merokok
merokok di masyarakat dapat
juga
akan
dikendalikan.
Demikian
semakin pula
tinggi.
kepada
masyarakat.
bisa
memiliki
sehingga
perilaku
3. Bagi peneliti selanjutnya
sebaliknya
semakin rendah tingkat stres
Diharapkan penelitian ini dapat
maka kemungkinan seseorang
memberikan
tersebut untuk
peneliti-peneliti
merokok akan
untuk
semakin rendah.
10
mengenai
manfaat
melakukan
bagi
selanjutnya penelitian
sejenis dengan variabel yang lebih variasi.
KEPUSTAKAAN Arikunto,
S., 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ed. revisi. Rineka Cipta, Jakarta.
Komasari & Helmi. 2002. Faktor-Faktor
Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja.Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta, Jakarta.
Parrot, A., 2004. Does Cigarete Smoking Cause Stres. Journal of Clinican. Sugiyono, (2007). Statistika Penelitian, Alfabeta; Bandung.
Untuk
11