HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA HIPERTENSI Taukhit1 ABSTRACT
Background: The prevelence of hypertension in society increasingly nowdays. Uncontrolled hypertension can cause multiple complication diseases, such as cardiovascular, diabetes mellitus, renal failure, etcetera. Monitoring of rising blood pressure was related to the behaviour hypertension patients within treatment of hypertension with farmacologist and non farmacologist. Objective: To find out the correlation between knowledge levels and attitude with behaviour of preventing complication among hypertension patients in Salam Subdistrict, the Regency Magelang. Method: The study was descriptive correlational using cross sectional design that was done from April to May 2009. The subject of this study were citizen in Salam Subdistrict which diagnosed hypertension. The amount of subject were 89 person who were taken by simple random sampling. Data was collected by knowledge, attitude, and behaviour questionnaire. Result: Knowledge levels of respondents in good category (58,4%), 29,3% respondents in adequate category and 12,3% respondents in less category. The attitude that supportive was about 49, 4% and not supportive about 50,6%. The behaviour or respondents was good (18%), adequte (54%), and less (29%). The result of Spearmant Rank Correlation test showed p = 0,378 for the correlation between knowledge and behaviour, and p= 0,379 for the correlation between knowledge and attidute and and behaviour. From logistic regression showed there was correlation between knowledge and attitude and behaviour of preventing hypertension complication. Conclusion: There was significant correalation between knowledge levels and attitude with behaviour of preventing hypertension complication Keywords: knowledge, attitude, behaviour, hypertension
PENDAHULUAN Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), diperkirakan jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun (Setiawan, 2006). Pravelensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan sekitar 1520%, sedangkan hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18%. Di Indonesia, pravelensi penyakit hipertensi terjadi peningkatan yaitu dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995, menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun 2001 (Suryati, 2005) . Hipertensi yang tidak terkendali beresiko besar untuk mengalami penyakit kardiovaskular (PKV) yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia (Kodim, 2005). Dari hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 dilaporkan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia meningkat menjadi 25,5% dibandingkan dengan SKRT 1992 yaitu sebesar 16,4%. 4 Oleh karena itu hipertensi merupakan salah satu faktor utama risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian (WHO, 2001). Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penting yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Kerusakan organ target seperti jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah dapat terjadi akibat tingginya tekanan darah (Prodjosudjadi, 2000). Tingginya tekanan darah yang lama akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, terutama pada mata, jantung, ginjal, dan otak. Oleh karena itu akibat yang ditimbulkan dari hipertensi yang tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, dan stroke (Brunnert & Suddart, 2002). Menurut Data Umum dan Hasil Kegiatan Puskesmas Salam Tahun 2007 jumlah penderita hipertensi primer di wilayah kecamatan Salam Kabupaten Magelang adalah sebesar 753 orang. Adapun jumlah kunjungan penderita hipertensi di Puskesmas Salam selama tahun 2007 sebanyak 1566 kunjungan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 612 orang adalah kunjungan baru dan sisanya adalah kunjungan lama. Adapun secara total jumlah penderita hipertensi yang tercatat sebanyak 753 orang. Melihat masih banyaknya jumlah kunjungan lama tersebut, menunjukkan bahwa masih banyak penderita hipertensi di Kecamatan Salam yang tekanan darahnya masih belum terkontrol. Keberhasilan pengontrolan kenaikan tekanan darah berkaitan dengan kepatuhan penderita hipertensi dalam melaksanakan tatalaksana pengendalian kenaikan tekanan darah dengan pengobatan farmakologi dan non farmakologi. Adapun perilaku penderita hipertensi tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap penderita tentang pencegahan kenaikan tekanan darah.
74
METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang terdaftar di Puskesmas Salam dan bertempat tinggal di Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 753 orang penderita hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan dengan sampling stratified untuk masing-masing desa dan kemudian dilanjutkan dengan simpel random sampling untuk menentukan sampel responden di masing-masing desa sebanyak 89 orang. Adapun kriteria inklusi sebagai berikut menderita hipertensi, usia kurang dari 85 tahun, bersedia menjadi responden, dan dapat berkomunikasi dengan baik Kriteria eksklusi adalah belum mengalami salah satu penyakit komplikasi hipertensi, seperti penyakit kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, gagal ginjal dan lain sebagainya. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data hasil penelitian kemudian diuji secara statistik menggunakan analisis univariat deskriptif, uji bivariat dengan Speraman Rank dan analisis regresi logistik untuk uji multivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik Responden
No 1
2
3
4
5
Tabel 1. Karakteristik Responden Penderita Hipertensi Karakteristik Responden Frekuensi (f) Jenis Kelamin
Persentase (%)
-
Laki-laki
34
38, 2
-
Perempuan
55
61, 8
Usia - Di bawah 40 th
8
9
-
40-49 th
12
13,5
-
50-59 th
31
34,8
-
60-69 th
26
29,2
-
70-79 th
10
11,3
-
80-89 th
2
2,2
Agama -
Islam
82
92,1
-
Katolik
7
7,9
- Tidak Tamat SD
15
16,9
- Tamat SD
37
41,5
- Tamat SLTP
17
19,2
- Tamat SLTA
16
17,9
- Tamat D3/PT
4
4,5
7
7,8
Pendidikan
Pekerjaan - PNS - Pegawai Swasta
5
5,6
- Wiraswasta
15
16,8
- Petani
15
16,8
- Ibu Rumah Tangga
25
28
- Lain-lain
22
24,7
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 55 responden (61,8%). Hal itu menunjukkan bahwa hipertensi banyak ditemukan pada kelompok penderita dengan jenis kelamin wanita (Pontolumiju, 2007). Sebagian besar dari responden berusia di atas 40 tahun yaitu sebanyak 91 % responden. Usia diatas 40 tahun akan meningkatkan risiko hipertensi (Nugraha dkk, 2005). Sebagian besar responden beragama islam yaitu sebanyak 82 responden (92,1%). Tingkat pendidikan responden sangat beragam dengan pendidikan terendah adalah tidak tamat SD dan tertinggi adalah tamat D3 atau Perguruan Tinggi. Sebagian besar pendidikan responden dalam penelitian ini adalah SD yaitu sebanyak 37 responden (41,5%). Dari katagori pekerjaan dapat dilihat cukup bervariasi. 75
Gambaran Pengetahuan tentang Pencegahan Komplikasi Hipertensi Distribusi dan presentase pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2 Pengetahuan Responden tentang Pencegahan Komplikasi Hipertensi No Kategori Pengetahuan 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang
Frekuensi (f) 52 26 11
Persentase (%) 58,4 29,3 12,3
Dari tabel 2 diatas dapat diketahui sebagian besar responden (58,4%) memiliki pengetahuan baik. Berdasarkan hasil wawancara, bahwa sebagian besar responden sudah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan hipertensi di Posyandu Lansia atau saat berobat di Puskesmas. Adapun responden yang memiliki pengetahuan kurang (12%) umumnya berasal dari dusun yang belum memiliki Posyandu Lansia dan jarang periksa ke Puskesmas. Selain itu kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Berdasarkan tabel karakteristik responden dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan sebagian besar responden diatas SD. Hasil penelitian Rogers menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoadmodjo, 2007). Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi strategi koping penderita hipertensi adalah tingkat pengetahuan (Effendi, 2007).
Gambaran Sikap tentang Pencegahan Komplikasi Hipertensi Tabel 3. Sikap Responden Tentang Pencegahan Komplikasi Hipertensi No Kategori Sikap frekuensi (f) Persentase (%) 1 Mendukung 44 49,4 2 Tidak Mendukung 45 50,6
Pada tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa sikap responden antara yang mendukung dan tidak mendukung pencegahan komplikasi hipertensi hampir sama. Bahkan sikap responden yang tidak mendukung lebih tinggi, yaitu sebesar 50,6%. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak responden dalam penatalaksanaan hipertensi. Pengontrolan tekanan darah berkaitan dengan pengubahan gaya hidup yang sehat, sehingga sebagian responden merasa berat untuk mengubah gaya hidup yang tidak sehat selama ini. Menurut Allport ketiga komponen keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak responden secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh . Perbedaan sikap tentang kesehatan akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk bertindak dalam menjaga kesehatan. Sikap merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan perilaku (Mubarak, 2006). Sikap seseorang terhadap penyakit berhubungan signifikan dengan perilaku seseorang dalam pencarian pengobatan. Sikap mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan kontrol ke Puskesmas (Susilawaty, 2005) Gambaran Perilaku Responden Pencegahan Komplikasi Hipertensi Tabel 4. Gambaran Perilaku Responden Tentang Pencegahan Komplikasi Hipertensi No Kategori Perilaku Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Baik 16 18 2 Cukup 48 54 3 Kurang 25 28
Dari Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa sebagian responden memiliki perilaku yang cukup baik dalam pencegahan kenaikan tekanan darah, yaitu sebanyak 48 responden (54%). Menurut teori Green tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Mubarak dkk, 2006). Perilaku pengendalian kenaikan tekanan darah yang tepat akan mampu mengurangi resiko komplikasi dari hipertensi. Penyakit hipertensi tergolong di dalam klasifikasi penyakit sub akut dan kronik yang memerlukan penanganan rutin dan kesadaran dari penderitanya agar tekanan darah selalu terkontrol dengan cara monitoring pribadi secara rutin. Hipertensi disebut the silent killer karena tidak menimbulkan tanda dan gejala dalam 76
beberapa tahun. Tetapi hipertensi dapat menyebabkan kematian secara mendadak (Pasorong, 2007). Hipertensi adalah faktor risiko utama yang dapat diobati dan dikendalikan untuk tidak terjadi stroke. Dilaporkan hipertensi tidak terkendali di Indonesia adalah 95,9%. Telah dibuktikan hipertensi tidak terkendali sebagai faktor risiko yang dominan untuk terjadi stroke. Penurunan tekanan darah sistolik 5 mmHg sampai 6 mmHg dengan obat-obat antihipertensi terbukti dapat menurunkan risiko terjadi stroke sebanyak antara 36% sampai dengan 42%( Lamsudin, 2000) . Pengobatan hipertensi dapat berupa pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik (Bakri & Ariadnyana, 1991). Pengobatan non farmakologik berupa modifikasi gaya hidup, diantaranya adalah kontrol berat badan, olah raga, pembatasan asupan garam, manajemen stress, pengaturan aktivitas fisik, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok. Pada sebagaian kasus hipertensi ringan, dengan pengobatan non farmakologik saja tekanan darah dapat terkontrol, sedangkan pada kasus hipertensi berat pengobatan non farmakologik dapat mengurangi kebutuhan atau dosis obat antihipertensi (Bakri & Ariadnyana, 1991); Prodjosudjadi, 2000). Pengobatan farmakologik dilakukan apabila pengobatan non farmakologik tidak mencapai target tekanan darah. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Komplikasi Hipertensi Dari hasil uji korelasi Spearman-Rank antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan diperoleh nilai significancy 0,000 yang menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,378 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pecegahan komplikasi hipertensi. Hasil penelitian Rogers menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoadmodjo, 2007). Faktor yang dominan mempengaruhi strategi koping penderita hipertensi adalah tingkat pengetahuan (Effendi, 2007). Masyarakat umum untuk menjalani diet atau mengontrol makanan yang beresiko pada penyakit yang diderita masih kurang mengerti, disebabkan karena kurangnya informasi tentang bahan makanan yang perlu dihindari dan bahan makanan yang harus dikonsumsi untuk penderita hipertensi (Suwarni, 2007). Konseling gizi memiliki pengaruh terhadap asupan zat gizi lemak,natrium, kalium, magnesium, dimana telah terjadi penurunan asupan lemak, natrium dan pada kalium, magnesium terjadi peningkatan asupan. Ada pengaruh konseling gizi terhadap tekanan darah, dimana konseling gizi diberikan leaflet lebih baik dari pada yang hanya diberi leaflet tanpa konseling gizi (Suwarni, 2007). 3.6. Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Komplikasi Hipertensi Dari hasil uji korelasi Spearman-Rank antara sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi diperoleh nilai significancy 0,000 yang menunjukkan bahwa korelasi antara sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,379 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pecegahan komplikasi hipertensi. Hasil penelitian ini sesuai dengan perilaku dari Green yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap yang dimiliki seseorang. Sikap mempunyai hubungan yang disignifikan terhadap perilaku pencarian kesehatan. Hal ini karena sikap merupakan predisposisi dari sebuah tindakan (Effendi, 2007) . Ada perbedaan sikap tentang kesehatan akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk bertindak dalam menjaga kesehatan. Sikap merupakan faktor yang paling dominant dalam menentukan perilaku, dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa sikap seseorang terhadap penyakit berhubungan signifikan dengan perilaku seseorang dalam pencarian pengobatan. Sikap mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan kontrol ke Puskesmas (Effendi, 2007). Hasil analisis regresi logistik untuk mencari hubungan antara pengeatahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi maka diperoleh nilai p = 0,029 untuk pengetahuan dan nilai p = 0,011 untuk sikap. Oleh karena nilai p < 0,05 pada kedua variebel, maka secara statistik terdapat hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan. Dengan demikian, pengetahuan yang semakin tinggi akan menyebabkan perilaku juga 77
semakin baik. Sikap yang semakin tinggi akan berakibat perilaku juga semakin baik. Demikian sebaliknya, pengetahuan dan sikap semakin rendah akan berakibat perilaku semakin rendah. Adapun kekuatan hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi dapat dilihat dari nilai OR (EXP {B}). Kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan perilaku sebesar (OR) = 2, 257, sedangkan nilai kekuatan antara sikap dengan perilaku sebesar (OR) = 3, 204. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor yang lebih berpengaruh antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi adalah sikap. Sikap merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan perilaku, dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa sikap seseorang terhadap penyakit berhubungan signifikan dengan perilaku seseorang dalam pencarian pengobatan. Sikap mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan kontrol ke Puskesmas (Sarwiyatun, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Ketika seseorang mempunyai pengetahuan yang benar dan mengetahui manfaat suatu tindakan maka hal ini akan mempengaruhi dirinya sehingga tindakan yang dilakukan akan lebih langgeng (Notoadmodjo, 2007). Faktor yang mempengaruhi perilaku kontrol pasien hipertensi ke Puskesmas ada dua yaitu pengetahuan dan sikap terhadap hipertensi (Sarwiyatum, 2007). Perubahan perilaku kesehatan memerlukan pendidikan kesehatan untuk merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku, yaitu faktor predisposing, faktor enabiling, faktor reinforcing atau social support (dukungan sosial) yang dilakukan oleh petugas kesehatan, pamong/pemimpin masyarakat, teman atau anggota keluarga (Utami, 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian di atas dapat simpulkan bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang seimbang antara responden yang mendukung dan tidsk mendukung pencegahan komplikasi hipertensi. Adapun untuk gambaran perilaku pencegahan komplikasi hipertensi sebagian besar responden memiliki perilaku yang cukup. Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi. Pengetahuan yang semakin tinggi akan menyebabkan perilaku juga semakin baik. Sikap yang semakin tinggi akan berakibat perilaku juga semakin baik. Demikian sebaliknya, pengetahuan dan sikap semakin rendah akan berakibat perilaku semakin rendah. Disarankan kepada instansi pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas sebaiknya melaksanakan Posyandu lansia dan program penyuluhan pada masyarakat tentang penyakit hipertensi dan perawatannya secara rutin sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat. Bagi pemerintah tingkat desa dan dusun diharapkan ikut berpartisipasi dalam upaya pelaksanaan program penyuluhan kesehatan tentang hipertensi. Bagi pasien hipertensi dan keluarga, diharapkan mempunyai semangat tinggi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hipertensi dan perawatannya agar dapat melakukan perawatan mandiri sehingga tekanan darah dapat dikendalikan. Bagi peneliti sendiri dan peneliti lain diharapkan adanya penelitian lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi dalam penatalaksanaan atau perawatan hipertensi. Selain itu perlu adanya penelitian hubungan peran keluarga dengan penatalaksanaan hipertensi.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimaksih kepada Puskesmas Salam Kabupaten Magelang yang telah membantu dalam pelaksanaan dan pengambilan data penelitian. Selain itu juga kepada Masyarakat di wilayah Kecamatan Salam kabupaten Magelang yang telah bersedia sebagai responden penelitian, untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA Bakri, S., and Ariadnyana, I.B. (1991). Pengobatan Non-Farmakologik pada Hipertensi. Medika.; 17 (1): 4352. Brunner, Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Data Umum dan Hasil Kegiatan Puskesmas Salam Tahun 2007. 78
Depkes RI. (1997).Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Jakarta. Effendi, W. (2007).Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping pada Penderita Hipertensi Di Dusun Bakalan dan Jumeneng Kidul Desa Sumberdadi Mlati Sleman [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Kodim, N. (2005). Analisis Kontekstual: Hubungan Lingkungan Sosiodemografi dengan Hipertensi Yang tidak Terkendali. Majalah Kedokteran Indonesia.; 55(2): 52-60. Lamsudin, Rusdi. (2000). Pengendalian Hipertensi sebagai Faktor Risiko Stroke dan Manajemen Hipertensi pada Penderita Stroke Akut. Berkala Neuro Sains.; 1 (3): 127-132. Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah.( 2006).Ilmu Keperawatan komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Ke luarga. Jakarta: Sagung Seto. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007).Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nugraha, S, Setyawati. B., Ginova. N. (2005). Kebisingan dan Hipertensi pada karyawan Laki-laki Di Plant 34 PT "I". Majalah Kedokteran Indonesia.; 55 (12): 714-717. Pasorong, MB. (2007). Hubungan antara Kadar Plumbun (Pb) dan Hipertensi pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Manado [Tesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Pontolumiju. (2007). Pendidikan Kesehatan Melalui Diskusi Kelompok dan Ceramah untuk Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Makan Penderita Hipertensi. [Tesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Prodjosudjadi, Wiguno. (2000). Hipertensi Mekanisme dan Penatalaksanaan. Berkala Neuro Sains.; 1 (3): 133-138. Sarwiyatum, E. (2007). .Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kontrol Pasien Hipertensi Ke Puskesmas Di Wilayah Kerja Puskesmas II Sawangan Magelang [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Setiawan, Z. ( 2006). Pravelensi dan determinan Hipertensi Di Pulau Jawa tahun 2004. Jurnal kesehatan Masyarakat Nasional.;l 1 (2): 57-62. Susilawaty. (2005.). Hubungan Pengetahuan dan sikap Ibu tentang TB dengan Perilaku Pencarian Pengobatan Anak Beresiko Di Kota Bengkulu [Thesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Suryati, A. (2005). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi Essenstial Di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2005. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.; 1 (2): 183-193. Suwarni. (2008). Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Zat Gizi dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara [Tesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Utami, Sri. (2002). Pendidikan Kesehatan pada Anggota Keluarga dan Dukungan Sosialnya pada Perilaku Makan Penderita Hipertensi [Tesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. WHO. (2001). Pengendalian Hipertensi: Laporan Komisi Pakar WHO. Bandung : Penerbit ITB.
79