Skripsi diajukan untu.< memenuhi sebagi·3n persynratan dalam rnernperoleh gelar Sarjana Psikolog1
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
IS~!\~'
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH .JAKARTA
1428 H I 2C07 fv1
HUrlUNGAN SELF EFFICACY DE NGAN STRES ANAK YANG MENGHADAPi UJIAN KENAIKAN TINGl
Skripsi Diajukan keped2 Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat IVlemperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
MAYASARI NIM: 199070016120
~)
Di bawah bimbingan:
Pembim in\;! 1
Pernbimbing 2
J
,~/~ /
Ora. H»
Liany Luzvinda, M. Si
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVEKSITAS ISU\M NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 HI 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN STRES ANAK YANG MENGHADAPI UJIAN KENAIKAN TINGKAT OLAHRAGA BELA DIRI TAEKWONDO telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Mei 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta,24Mei2007 Sidang Munaqasyah
Ketua Merar gkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
!
M.Si
Anggota Penguji I
IP: 150215938
Pemb~ .
~,
/~~,/
Liany Luzvinda, M.Si 15938
ckground
: The children who follow TaE:kwondo have to test process to get
the next level. At the test, their attitude will seen, that is self efficacy and stress. In prepare to test, they will get the matter for the test, like physical exercise and the name of the steps. Background of family, education, environment and the other activities were influence their self efficacy and stress. In this research. the writer will research about the correlation of self efficacy and stress the children who follow the Taekwondo test for increase tr e psychology knowledge, most importand fpr sport psychology. S£Jlf efficacy is the ability of someone to facing activity process and and stress is subjective feeling from the uncontrol conditioning or threatening, in this research, stress was included a scare or fear 1
: The aim of this research was to investigate is trere correlation between self efficacy and stress of children who gwt examine of Taekwondo. And to know that self efficacy quality influence rating stress of them.
nple
: Fifty children for try out and forty four children fo1· research, they
are thirty four boys and ten girls. thods
: Technic used Non Probability Sampling. Metl1od useci Descriptive
Correlation with appliance of data collecting in the form of L.ikert Scale. :lings
:In this research used Pearson Correlation. Correlation between self efficacy and stress finding 0,710. Correlation is si9nific:ant dl 0,01
level (2-tailed) its mean believe level is 99 %.
KATA PENGANTAR
1ahirrahmaanirrahiim, Suci Engkau Ya Allah Ya 'Aziz, yang dengan nikmat-Mu kami ada dan memang tidak ada ia-sia pada setiap yang Engkau ciptakan, Puji dan Syukur hanya bagi-Mu Ya Rabb, yang telah jarkan kami ilmu dengan mencintainya dalarn pengamalan. Salam se1 cmat sejahtera pada nrnad Saw. ya Rasul Allah beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia .wah dalam perilaku hingga akhir zarnan. i ini penulis beri judul "HUBUNGAN SELF EFF'JCACY DENGAN STRES ANAK YANG rHADAPI UJIAN KENA/KAN TINGKAT OLAHRAGA BELADIRI TAEKWONDO", dengan d untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Saijana Psikologi pada Fakultas ogi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga diharapkan dapat bermanfimt dan memberikan 1asi bagi hazanah penelitian dibidang psikologi terutama Psikologi Ola!1raga, meskipun s menyadari skripsi ini jauh dari scmpurna. esaikannya skripsi ini, tentu:nya berkat do'a, dorongan semangat, bimbing'!n serta bantuan dari c pihak, terutama Ayah (H. Mansur lb.) dan Ummi (IL Nurul llayu:ti) scpnsang hamba Allah elah diamanahkan ananda :;ebagai anaknya dan yang pertama kali meng.ajarkan cinta, kasih ~. pengorbanan dan perjuangan hid up hingga penulis rnenjadi seperti sekarang ini. Begitu juga 1 kakak-adik&keluarga besar penulis dalam do'a dan akwan yang selalu menyayangi penulis. 1 kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa tc:rimakasih yang sebesarya dai1 do'a yang setulus hati dengan untaian airmata bahagia kepada: mda Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah carta dan juga sebagai onmg tua penulis di ka'l.pus nasehatnya yang, menguatkan hati penulis, caligus pembimbing penulis dalam menyusun skripsi. l Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku Pudek II Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidaya,ullah ca1ia atas segala keceriaan !bu serta bimbingannya. :pak Drs. Ahmad Syahid, M.Ag selaku Pembimbing Akademik yang ramah, mudah ditemui n tidak bosan menandatangani KRS dan buku bimbingan renulis. ! Uany Luzvinda, M.Si. selaku kakak clan pembimbing penulis de.lam mer.yusun skripsi ini ngan segala masukkan-masukkan dan curhatannya tentai1g kehidupan. k Asep atas ide judul skripsi yang berhubungan dengan Taekwondo dan Para Dosen, l&Bapak Guru dari SD yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu, alas Tiua ilmu dan bekal yang diberikan kepada penulis, hanya Allah SWT yang bisa membalas. k Bambang Suryadi, Ph. D selaku penguji yang membuat penulis kagum alas ketelitian beliau. ra Staf Akademik Fakultas Psikologi dan Akademik Pusat yang telah banyak membantu nulis demi kelancaran menyelesaikan program S-1 ini. ra Taekwondoin (Sabam Supri&keluarga, Ustadz Musholli&keluarga, teman-teman sesama latih khususnya Ghofur&Fahmi, clan murid-muricl di Unit Beladiri Baitul Quran (UB2Q). nmi Atikah-Ummi Jamilah&kduarga, Ayah-Bunda&keluarga, Pak Syam, Cek m&keluarga, Cek Mehrab&keluarga. Vida-Hafid&keluarga, Bg Agam-Bg Elfi&keluarga, 'eopleWithLittleSmile&TSP, LDK, PKS, FOBA crew, 5 D+K STIS, X Zellon+Any, Balans ~w, kakak&adik angkat l
DAFTAR ISi
aman Judul aman persetujuan aman pengesahan :to ;tract a Pengantar tar lsi tar Tabel tar Lampiran
B 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah ......................................................... .. ldentifikasi masalah ................................................................. . Pembatasan dan perumusan masalah .................................... .. 1.3.1. Pembatasan masalah ................................................. . 1.3.2. Perumusan masalah ................................................. . Tujuan dan manfaat penelitian ................................................ .. 1.4.1. Tujuan penelitian ........................................................ . 1.4.2. Manfaat penelitian .................................................... . Sistematika Penulisan ............ .. ........................................... .
ii iii iv v vii viii x xi
1-14
1 10 11 11 12 12 12 12 ·13
,B 2 KAJIAN PUST Al
49- 62 B 3 METODOLOGI PENELITIAN 49 Jen is penelitian ........................................................................... . 3.1.1. Pendekatan Penelitian ................................................... . 49 49 3.1.2. Metode Penelitian .... .. . .. . .. ......................................... . . Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ............................. . 50 50 3.2.1. Variabel Penelitian ............................................................ . 50 3.2.2. Definisi Operasional .......................................................... . . Pengarnbilan Sarnpel ................................................................. .. 53 53 3.3.1. Populasi dan Sampel ......................................................... . 53 3.3.2. Tehnik Pengambilan Sampel ............................................. . 54 3.3.3. Karakteristik Subjek Penelitian ........................................... . 55 . Tehnik Pengurnpulan Data .......................................................... .. . lnstrumen Pengumpulan Data ..................................................... . 56 3.5.1. Skala Self Efficacy ............................................................ .. 56 58 3.5.2. Skala Stres ........................................................................ . 60 . Prosedur Penelitian ..................................................................... . 33-85 B 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA . Gamba ran Um urn Subjek Penelitian ............................................ . 63 . Presentasi Data .......................................................................... . 64 4.2.1. Uji lnstrumen Penelitian ..................................................... . 64 4.2.1.1. Uji Validitas ........................................................ . 64 4.2.1.2. Uji Reliabilitas ..................................................... . 70 4.2.2. Uji Persyaratan........ .......................................... .. 72 72 4.2.2.1. Uji Norrnalitas.. .. .. ................................. . 4.2.2.2. Uji Hornogenitas ................................................ .. 73 4.2.3. Uji Korelasi ....................................................................... . 74 i. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ....................................... . 77 •B 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 81 - 86 . Kesimpulan ................................................................................. . 81 :. Diskusi ......................................................................................... . 82 I. Saran .......................................................................................... . 85
\FT AR PUST AKA ,MP I RAN
87 - 90
LAMPI RAN
;piran 1
: Skala Self Efficacy untuk Try Out
1piran 2
: Skala Stres untuk Try Out
1piran 3
: Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Skala Self Efficacy
1piran 4
: Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Skala Stres
1piran 5
: Skala Self Efficacy untuk Penelitian
ipiran 6
: Skala Stres untuk Penelitian
ipiran 7
: Data mentah hasil penelitian Skala Self Efficacy
ipiran 8
: Data mentah hasil penelitian Skala Stres
ipiran 9
: Tabel Frekuensi Skala Self Efficacy
ipiran 10 : Tabel Frekuensi Skala Stres 1piran 11 : Histogram Self Efficacy 1piran 12 : Histogram Stres ipiran 13 : Explore jenis kelamin ipiran 14 : Test of Normality ipiran 15 : Test of Homogeneity of Variance 1pir:.:ir, 16 : Q-Q Plots of Self Efficacy ipiran 17 : Q-Q Plots of Stres
BAf~
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan jasmani dan ruhani adalah karunia terindah cJari Yan9 ME1ha Kuasa, karena bila kesehatan kita terganggu maka akan menghambat segala aktifitas. Menjaga kesehatan baik jasmani atau pisik dan rohani atau psikis, bertujuan agar ada kekuatan pada diri kita dan tidak bersikap mc:,'as serta lemah menjalani kehidupan. Seperti firman Allah SWT. berikut ini:
,.-
.,,
I
,I
)
,-
,,
.,.15
"4
,I J
f:
V*:iJ.: _,d 0J 0)l.i-:il ~lj
•
) ,,"'~•
_,
'
,I
_,
/
1~;i~- :lj 1~ :lj
Artinya "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kumu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tin£1gi (derajat)-nya jika kamu orang-orang yang beriman."(QS. Ali lmran [3]: '139, Alquran Dan Terjernah Al-'Aliyy, Depertemen Agama f
D
2
' kemampuan dirinya dan juga menguatkan hatinya agar 1egar dan siap menjalani kehidupan ini dengan memberi yang terbaik pada jasmani dan ruhaninya, salah satunya tentu dengan menjaga kesehatan.
Ada empat pola hidup sehat, yaitu: pertama, makanan yang dikonsumsi sehat; kedua, istirahat yang cukup; ketiga, berpikir positif; dan yang keempat olahraga teratur (Buku Format Presentasi, Lion Network International Suprort System, 2002) keempat pola hidup tersebut saling berkaitan. Seperti yang dikatakan sebuah pepatah 'didalam tub uh yang kuat terdapat jiwa yang sehat'. Untuk menjaga kesehatan dan kekuatan
tuL~.,
dapat dengan banyak
cara, salah satunya adalah berolahraga teratur.
Banyaknya bidang dalam olahraga membuat beraneka-ragamnya pilihan yang berbeda bagi setiap orang, baik hanya untuk menjaga kebugaran tubuh, atau sekedar mengisi waktu luang, dijadikan hobi dan bahkan digeluti secara professional. Salah sat~ bentuk dari banyaknya bidaiig dalam olahraga adalah olahraga bela diri.
Setiap jenis olahraga memiliki ciri khasnya termasuk tuntutan psikologis. Fokus pembinaan bervariasi bergantung pada ciri khas dan pengelompokkannya ke dalam olahraga individual atau regu (Gunarsa, Singgih D. et. Al, 1996).
3
Olahraga bela diri secara psikologis menarik dan diminati banyak orang, dari mulai anak-anak sampai dengan orang dewasa, ini dikarenakan selain dapat untuk menjaga kesehatan dan kesegaran tubuh, olahraga bela diri dapatjuga berguna sebagai alat untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kejahatan yang akan mengganggu kita. Dari sekian banyak bentuk olahraga beladiri, Taekwondo yang berasal dari Korea diperkirakan memiliki peminat yang cukup besar di negara asalnya bahkan sampai ke dunia lnternasional termasuk di Indonesia.
Taekwondo yang sekarang ini dikenal luas oleh masyarakat dunia termasuk masyarakat Indonesia sebenarnya merupakan hasil sebuah perjalanan yang panjang dari suatu seni bela diri tradisional. Tehnik-tehnik irang digunakan merupakan perpaduan dari kecepatan, ketepatan, gerakan lurus (yang merupakan ciri khas bela diri Jepang) dan gerakan memutar (yang merupakan ciri khas bela diri Tionghoa). Satu lagi kekhasan Taekwondo sebagai sebuah olahraga bela diri khas Korea (Korea Selatan-red.) adalah tehnik-tehnik serangannya banyak menggunakan tendangan. Dan disamping pengembangan aspek fisik, Taekwondo juga mengembani;1kan mental dan moral para murid-muridnya. Nama Taekwondo berasal dari bahasa Korea yang secara harfiah dapat diartikan sebagai berikut: Tae berarti "menendang" atau "menyerang dengan kaki"; Kwon berarti "meninju" atau "menyerang dengan tangan"; Do berarti "disiplin" atau "seni". Jadi kata Taekwondo berarti
4
"Seni menendang dan meninju" atau dengan kata lain dapat disebut juga "sebuah seni pertarungan tanpa senjata". Namun nama Taekwondo sebenarnya mulai muncul pada tahun 1950-an, sedangkan pada awal mulanya, seni bela diri ini bernama Taek Kyon. Taekwondo yang mensinergikan antara gerakan kaki dan tangan dengan tehnik-tehnik yang beragam dapat membentuk tubuh yang atletis serta menarik untuk dijadikan hobi atau bahkan profesi. Dalam olahraga bela diri Taekwondo ini ada beberapa jenjang tingkatan yang harus dilalui, jenjang tingkatan ini ditandai dengan ikat pinggang atau biasa disebut sabuk, dengan warna yang berbeda pada setiap tingkatannya. Untuk dapat naik ketingkat atau jenjang yang lebih tinggi, setiap Taekwondo In (sebutan bagi individu yang berlatih Taekwondo) harus melaluinya dengan melaksanakan ujian kenaikan tingkat (H. Suryana P. dan Dadang Krisdayati, 2004).
Ujian kenaikan tingkat dalam Taekwondo biasanya diadakan empat bulan sekali atau sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun. Setiap Taekwondo In yang baru bergabung dalam olahraga ini pasti memakai sabuk putih, karena sabuk putih adalah menandakan tingkatan paling awal. Usia berapapun bila baru bergabung dalam Taekwondo pasti menggunakan sabuk putih, dan kebanyakan pemula adalah anak-anak usia sekolah dasar.
5
Menghadapi Ujian Kenaikan Tingkat tentunya berbeda dengan latihan biasa yang menjadi aktivitas rutin. Berbeda yang dimaksud adalah dalam hal yang berhubungan dengan pola berpikir dan aktivitas mental, seperti adanya perasaan cemas pada kemampuan diri dan meragukannya, stres menjelang atau pada saat ujian, kurang percaya diri, dan banyak lagi :sikap mental lain yang mungkin hadir pada saat menghadapi ujian kenaikan tingkat tersebut.
Dari sekian banyak aktivitas mental yang mungkin hadir pada saat ujian kenaikan tingkat pada olahraga bela diri Taekwondo baik yang positif atau negative, penulis akan mendalami tentang self efficacy dan stres serta hubungan diantara keduanya, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar.
Dalam bukunya Davis dan Newstrom memberikan pengertian self efficacy is
the belief that one has the necessary capabilities to perform task, fulfill role expectation, or meet a challenging situation successfully (Keith Davis & John W.Newstrom, 1997) dari pengertian tersebut dapat dilihat self efficacy sebagai keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kemampu:an untuk mengerjakan suatu tugas, memenuhi harapan-harapan akan perannya, atau menghadapi situasi menantang.
Self efficacy sebagai 'judgments that people make concerning their ability to execute behaviour relevant to a specific task or situation" (Hjelle Larry A &
6
Daniel J. Ziegler, 1992), dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa self efficacy merupakan besarnya keyakinan individu untuk dapat menerapkan
keterampilan-keterampilan yang dimiliki dalam mengatasi suatu situasi tertentu.
Keyakinan seperti self efficacy ini muncul dari persepsi yang bersifat subyektif, sehingga self efficacy tidak bergantung pada kernampuan objektif yang dimiliki individu, tetapi lebih berkaitan dengan keyakinan individu mengenai kemampuannya (Duans Brown & Linda Brooks, 1990).
Dari uraian di atas tergambarkan bahwa self efficacy melihat kemampuan diri dalam kapasitasnya menghadapi sebuah proses dari suatu pengalaman aktivitas, dimana setiap individu bisa mengalami perubahan pada self efficacy-nya bila dihadapkan pada situasi yang berbeda karena keyakinan
akan kemampuan diri menghadapi satu pengalaman akan berbeda bila menghadapi pengalaman lain yang tidak selevel dengan pengalaman aktivitas sebelumnya, bila ini terjadi maka kemungkinan besar potensi stres akan datang, terutama bila situasi yang dihadapi terasa lebih berat untuk dihadapi. Seperti halnya di Taekwondo, situasi pada saat latihan rutin tentunya berbeda dengan situasi pada saat ujian kenaikan tingkat.
7
Pada saat menghadapi suatu situasi yang menuntut kehadliran self efficacy lebih besar dari situasi lain, namun ternyata yang ada adalah perasaan tidak mampu dikarenakan situasi tersebut lebih sulit untuk dihadapi, maka yang hadir adalah stres.
What is stress? In the simplest and most general sense, stress occurs when there are demand on the person which tax exceed his adjustive resources. (Richard S. Lazarus, 1976). Apa itu stres? suatu keadaan atau situasi yang rumit pada akhirnya dirasakan sebagai keadaan yang menekan dan mengancam serta mampu melampaui sumber daya yang climiliki individu untuk mengatasinya, maka situasi atau keadaan tersebut clinamakan stres.
Hans Selye (1980), seorang Ahli yang meneliti tentang streis dan teorinya, menyatakan bahwa "Stress, like relativity, is a scientific concept which has suffered from the mixed blessing of being too well known and too little understood" (Hans Selye (1980), dalam Philip L. Rice, 1999), menurutnya stres bersifat relatif seperti pengertiannya dalam konsep keilmuan yang menyatakan bahwa stres adalah percampuran antara banyaknya hal yang ingin diketahui dan sedikitnya pemahaman.
Dikutip dari buku yang sama, dalam kamus Webster's New Twentieth Century Dictionary, mendefinisikan stres sebagai "strain; pressure;
8
especially ... force exerted upon a body, that tends to strain or deform its shape. This variation in terminology suggests that stress wears many masks."
(Philip L. Rice, 1999), maksud pengertian ini menjelaskan bahwa stres adalah adanya ketegangan, tekanan, terutama yang bersifat pemaksaan terhadap tubuh, kecenderungan pada tegangan itu dapat berubah bentuk. Variasi ini dalam gambaran terminologi stres tersebut memiliki beberapa bentuk, yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam macam-macam stres pada bab yang membahas tentang teori.
Pengertian-pengertian yang dilontarkan oleh para ahli tentang berbagai makna dari self efficacy dan stres yang merupakan aktivitas mental yang terdapat dalam kognitif dan afektif yang akhirnya tergambar dalam perilaku. Seperti misalnya pada saat menghadapi ujian kenaikan tingkat pada olahraga bela diri Taekwondo, disini dapat diamati gejala self efficacy dan stres yang hadir pada saat menghadapi ujian.
Self efficacy akan tampak pada anak yang sedang melaksanakan ujian
kenaikan tingkat Taekwondo bila selama proses latihan sebelum ujian, dijalaninya dengan rutin dan bersemangat. Begitu juga dengan stres akan terlihat pada anak yang sedang melaksanakan ujian kenaikan tingkat Taekwondo, misalnya pada saat penguji memberikan ujian tentang nama
9
sebuah gerakan seperti jurus tendangan tapi anak yang diuji tidak mengetahui atau lupa gerakan tersebut, sehingga menbuatnya terlihat stres. Lalu pertanyaannya adalah apakah ada hubungan antara self efficacy dengan stres pada situasi seperti tersebut diatas?
Merasa tertarik dengan anak-anak yang baru bergabung di olahraga bela diri Taekwondo dan yang akan menghadapi ujian kenaikan tingkat serta ingin meneliti lebih lanjut tentang self efficacy serta hubungannya dengan stres, maka penulis berminat untuk melakukan penelitian tersebut sebagai tugas akhir kuliah pada tingkat Strata 1 Psikologi ini dengan judul "Hubungan Self Efficacy dengan Stres Anak yang menghadapi Ujian Kcmaikan Tingkat
Olahraga Bela diri Taekwondo"
Dalam hal ini penulis yang juga sebagai pelatih Taekwondo pada sebuah klub Taekwondo di Kota Depok, yang bernama Klub Unit Bela Diri Baitul Quran (UB2Q), Cimanggis, Depok, Jawa Barat, tentu saja penulis berasumsi bahwa ada hubungan antara self efficacy dan stres pada anak yang sedang menghadapi ujian tersebut.
10
'
1.2. ldentifikasi Masalah Mengamati judul penelitian diatas dan pemaparan dari latar belakang masalah, maka ada beberapa identifikasi masalah yang akan muncul dari t0ma penelitian tersebut, antara lain: 1.
Apakah ada hubungan self efficacy yang mempengaruhi stres anal\ yang akan menjalani ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo?
2.
Bagaimana pengaruh self efficacy terhadap kognitif, afektif dan konatif anak yang akan menjalani ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo?
3.
Seberapa pentingkah kehadiran self efficacy pada anak yang akan bertemu dengan situasi yang tidak terkendali seperti ,Jroses menjalani ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo?
4.
Apakah kualitas self efficacy akan berpengaruh pada tingl
5.
Apakah stres dalam bentuk distress atau eustress yang sering muncul pada anal< yang alrnn menjalani ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo?
6.
Bagaimana pengaruh stres terhadap perasaan subjektif anak berupa rasa takut terhadap kondisi yang tidak terkendali atau mencekam seperti moment ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo?
11
'
1.3. 1.3.1.
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah Pembatasan masalah.
Dalam penelitian ini ad1 beberapa pembatasan masalah yang diharapkan dapat membuat penelitian ini lebih terkonsentrasi dan mengenai sasaran yang diinginkan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Self efficacy yang dimaksud adalah kemampuan diri dalam menjalani suatu proses aktifitas, jadi self efficacy akan diteliti dalam penelitian ini adalah yang pengaruhnya terhadap kognitif, afektif dan konatif subjek dalam ujian Taekwondo.
b. Stres yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah adanya perasaan subjektif berupa rasa takut responden pada situasi yang tidak terkendali atau mengancam saat ujian Taekwondo.
c. Subjek yang menjadi sampel penelitian ini adalah anak yang termasuk kedalam kelompok akhir masa kanak-kanak (/at 0 childhood) (Elizabeth B. Hurlock, 1980) yaitu sekitar usia 6-12 .tahun. Dan subjek adalah anak yang baru berlatih Taekwondo minimal empat bulan pada Klub Unit Bela Diri Baitul Quran (UB2Q) Depok, serta akan mengikuti ujian kenaikan tingkat dari sabuk putih ke sabuk kuning.
12
' 1.3.2
Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka rumusan permasalahan yang akan diteliti adalah: adakah hubungan self efficacy dengan stres anal< yang menghadapi ujian kenaikan tingkat pada olahraga bela diri Taekwondo?
1.4. Tujuan dan Man'faat Penelitian 1.4.1.
Tujuan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan stres pada anak yang akan menjalani ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri, serta untuk men!Jetahui apakah kualitas 'self efficacy akan berpengaruh pad a tingkat stres anak yang menjalani ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo.
1.4.2.
Manfaat Penelitian.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dari teori psikologi pada umumnya, dan psil
Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis lain yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang hubungan self
14
' mempengaruhinya, hubungannya dengan stres dan bagaimana potensinya pada anak. Kedua, tecri tentang stres, meliputi pengertiannya, jenisnya, hubungannya dengan self efficacy, dan bagaimana potensinya pada anak. Ketiga, teori akhir masa kanakkanak, ciri-cirinya, hubungannya dengan self efficacy dan stres. Pembahasari dilihat dari perspektif Psikologi, Olahraga, dan ls:am.
Bab 3
METODOLOGI PENELITIAN Mengemukakan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari (1) Uraian mengenai subjek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, (2) Variabel penelitian, (3) lnstrumen penelitian, (4) Pengambilan data, (6) Tehnik analisis data.
Bab4
HASIL. PENELITIAN Berisi analisa data yang terdiri dari prosedur penelitian, gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil (deskripsi dan interpretasi data).
Bab 5
PENUTUP Merupakan penutup yang berisi kesimpu::-" oeneitian, juga membahas diskusi antara hasil analisis data dHngan teori, dan saran-saran.
'
BAB2 KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Deskripsi Teoritik
Penelitian ilmiah dilandasi oleh teori-teori yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini ada beberapa pernyataan teori sebagai kajian pustaka.
2.1.1. Self Efficacy 2.1.1.1.
Definisi Self Efficacy.
Self efficacy merupakan komponen utama scsial kognitif karena pengaruhnya pada pikiran, motivasi dan tingkah laku manusia (Bandura, dalam O' Neill & Mone, 1998) Bandura memberikan batasan tentang self efficacy sebagai "people's judgments of their capability to organize and execute courses of action required to attain designated types of petformanc9" (Bandura, 1986) maksud pengertian diatas adalah yang diutamakan dalam self efficacy adalah penilaian seseorang tentang apa yang dapat ia lakukan dengan keterampilan apapun yang dimilikinya, dalamnya hal ini Taekwondo, clengan latihan rutin dan ujian kenaikan tingkat maka seorang atlit diharapkan akan mempunyai penilaian terhadap kemampuan dirinya dajam berlatih Taekwondo.
16
Dalam hal ini self efficacy adalah menilai bagaimana perasaan seorang anak dalam menjalani proses ujian kenaikan tingkat, jadi s0/f 17fficacy bukanlah penilaian tentang keterampilan apa yang dimiliki seorang anak melainkan bagaimana anak tersebut dapat menghadapi situasi yang menantang pada keterampilan yang dimilikinya.
Self Efficacy Bandura's concept referring to an individual's belief that he or she can execute the behavior required to produce certain response outcomes (i3andura dalam Hjelle Larry A & Daniel J. Ziegler, 1992),konsep self efficacy menurut Bandura adalah berhubungan keyakinan individu bahwa pribadiny:'I dapat melaksanakan suatu perbuatan yang diperlukan untuk mendapatkan suatu hasil yang diharapkan.
Tingkat self efficacy yang dimiliki individu dalam menghadapi berbagai aktivitas berbeda kualitasnya pada setiap peristiwa atau kasus yang harus dihadapinya. Menurut Bandura, tingkat self efficacy yang tinggi sangatlah penting dimiliki individu dalam menghadapi berbagai tugas, terutama aktivitas yang kompleks dan penuh hambatan. (Bandura, 1986)
Lebih lanjut, Bandura (dalam lsnan1ah, 1998) mengemukakan bahwa seeseorang dengc;n self efficacy tinggi pad a suatu aktivitas akan merasa yakin bahwa ia mampu rnelakukan aktivitas tersebut Dengan sukses.
17
' Kalaupun terjadi kegagalan, maka ia akan mengatribusikan kegagalannya itu lebih pada usahanya yang kurang, sehingga untuk tugas berikutnya ia akan berusaha lebih keras agar dapat melakukan aktivitas ternebut dengan bail<. Sebaliknya seseorang yang memiliki derajat keyakinan yang rendah pada kemampuannya untuk melakukan suatu aktivitas rnerasa tidak yakin bahwa ia dapat melakukan tugas tersebut dengan sukses. lndividu yang memiliki
self efficacy rendah menganggap keberhasilannya dalam tugas itu tergantung dari faktor di luar diriny<.:, seperti faktor keberuntungan, dan bila mengalami kegagalan maka ia menganggap itu adalah karena kesulitan tugas tersebut. Contoh penilaian self efficacy ini berpengaruh pada kognitif.
Self efficacy refers to a person's evaluation of his or her ability of competency to perform a task, reach a goal, or overcome an obstacle (Bandura, 1997) Bandura menyatakan self efficacy menunjukan penilaian individu terhadap kesanggupan atau kompetensinya untuk memenuhi tugas, mencapai target, atau mengatasi rintangan. lni adalah self efficacy yang penilaiannya mempenuaruhi konatif.
Self efficacy berbeda dengan self esteem, keducinya sering disamakan, mungkin karena ketika individu memiliki self efficacy yan~1 rendah maka self
esteem-nya pun ikut rendah. Perbedaannya adalah self efficacy lebih a situasi spesifik daripada self esteem. Misalnya sesc~~"n9 yang memiliki
18
' keterampilan renang dan bulutangkis, bila di renang self efficacy-nya tinggi tapi di bulutangkis self efficacy-nya rendah, namun self esteem-nya tetap. Perasaan self efficacy tidak selalu dapat digeneralisasikan dari situasi satu ke situasi lain (Bandura, dalam Baron & byrne, 1997) meskipun cenderung digeneralisasikan pada situasi-situasi lain yang mi rip- dan berhubungon (Bandura, 1986).
Selain tidak dapat selalu digeneralisasikan, self efficacy juga dapat berubah. Increasing a person's of self efficacy. Self efficacy is by no means fixed and unchanging. When a person receives positive feed back about his or her skills (even false feed back), self efficacy is likely to rise (Bandura, 1986) jelaslah disini bahwa self efficacy bukannya sesuatu yang bersifat baku melainkan dapat berkembang atau berkurang, terutama bila individu mendapatkan reward yang positif dari tindakannya maka self efficacy dapat meningkat atau sebaliknya dapat berkurang bila yang didapat adalah timbal balik yang negative seperti funisment.
Salah satu kemampuan yang mempengaruhi proses dalam sebuah tugas adalah kemampuan berkonsentrasi menghadapi tugas tersebut, menurut Singgih Gunarsa "Kerr.3mpuan berkonsentrasi pada tugasjuga merupakan tuntutan psikologis yang penting untuk olahraga renang dan semua olahraga atletik di samping kemampuan mengatur intensitas kegairahan sesuai
19
' kebutuhan sesaat serta daya tahan (endurance)" (Gunarsa, Singgih D. et. Al, 1996) dalam hal ini untuk olahraga bela diri Taekwondo, kemampuan dalam berkonsentrasi terutama pada saat ujian adalah hal penting yang perlu dimiliki setiap atlet.
Apapun bidang olahraga yang digeluti secara professional oleh seorang olahragawan, maka memiliki rasa kemampuan diri dan kesanggupan adalah suatu yang harus ada dalam diri olahragawan atau atlet. Hal ini dapat dicapai apabila seorang atlet memiliki program yang tepat, seperti program latihan pasif dan aktif, ditambah kemauan yang kuat. Untuk menjalani program tersebut tentunya diperlukan peran seorang pelatih.
Bila program berjalan dengan baik dan benar maka dampaknya akan mempengaruhi prestasi dari setiap perkembangan olahraga yang dijalani sang atlet. Seperti pendapat dari Leonard "Didalam menfngkatkan prestasi at/et, seorang pelatih dapat menyusun program bagi at/et untuk be/ajar pasif, yaitu at/et sekedar menuruti instruksi pelatih; dapatjuga pelatih menyusun program be/ajar aktif, yaitu at/et berpartisipasi meningkatkan prestasi sesuai minat o/ahraganya" (Leonard (1990) dalam Gunarsa, Singgih D. et. Al, 1996).
Dalam Taekwondo peran seorang pelatih begitu besar, selain menyiapkan program latihan dan memperl<enalkan setiap geral
20
,. atau sederhana sampai yang rumit atau komplek, pelatih juga menjadi panutan bagi para Taekwondoin atau murid-muridnya, karena bila perilal
Pad a dasarnya perasaan l<emampuan diri rnenjalani ·proses adalah karena secara ticlak langsung c.. ia penilaian yang berhubungan clengan kesanggupan pada individu yang memiliki skills yang terlatih untuk menghaclapi tuntutan situasi, seperti yang clinyatakan oleh Bandura "As defined earlier, secondary appraisal is concerned with whether we have the skills needed to meet the demands of the situation (Bandura, 1977). Pendapat Bandura tersebut merupakan penjabaran tentang self efficacy yang mempen(Jaruhi afektif.
Proposed a related notion. Self efficacy is the perception of capability, the belief that we process the personal skills and petiormance abilities. That will enable us to act correctly and successfully in given situation. It is a self schema about personal competency and mastery (Philip L. Rice, 1999) ada pengertian serupa dengan beberapa definisi tentang self efficacy, yaitu self
21
' efficacy adalah persepsi tentang kemampuan yang percaya pada proses mengasah skills dan kesanggupan yang dimiliki individu.
Maka self efficacy sebagai persepsi tentang kemampuan diri kemungkinan besar akan menghadirkan adanya keyakinan bahwa individu dapat melakukan suatu tindakan dengan baik dan sukses. lni adalah gambaran tersendiri tentang kemampuan individu yang luar bias.'1.
Lokce dkk berpendapat "perceived self efficacy is a signifh,3nt determinant of
performance that operates partially independently of underlying skills (Lokce, Frederic!(, Lee, & Bobko, 1984; Schunk, 1984) pengertian selfefficacydisini adalah perasaan kemampuan diri sebagai suatu ketetapan penting dari penampilan yang rnengendalikan sebagian perilaku secaira bebas dari skills atau keterampilan yang rriandasarinya.
Berhubungan dengan anak yang akan menjalankan ujian kenaikan tingkat Taekwondo, maka dapat dilihat bahwa dengan memiliki keterampilan dasar Taekwondo, tentunya dengan latihan rutin yang biasa dilakukan, dapat berperan penting dalam menampilkan kemampuannya yaitu dengan melaksanakan ujian kenaikan tingkat, untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari tingkatan yang sekarang sedang dijalaninya.
22
' 2.1.1.2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Eff.icacy.
Kehadiran self efficacy dalam suatu aktivitas tentu ada yang mempengaruhinya, menurut Bandura (1989b, 1989c) suggests tf1at self efficacy is acquired tf1rough any one or a combination of four sources: performance accomplishments, vicarious experiences, vHrba/ persuasion, and states of bodily (emotional) arousal. Eac/7 of the four now will be described.
(Bandura dalam Hjelle Larry A & Daniel J. Ziegler, 1992) Bandura menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi s.e/f efficacy yang diperoleh dari 4 sumber informasi utama yaitu: hasil yang dicapai secara nyata, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan keadaan reaksi frsiologis. Lebih lengkapnya Bandura menjelaskan sebagai berikut:
1. Hasil yang dicapai secara nyata (Persona/ Performance Accomplishment) Bandura argues tf1at the most important source ..,,' 0 fficacy is past experiences of success and failure in attempts to achieve desired outcomes. Self efficacy yang dipengaruhi oleh personal performance accomplisf1ment adalah hasil yang diperoleh secara nyata merupakan
sumber informasi yang paling penting, karena didasarkan pada pengalaman otentik yang telah dikuasai. Keberhasilan akan meningkatkan self efficacy dan sebaliknya kegagalan akan mengurangi self efficacy
pada individu.
23
' 2. Pengalaman orang lain (Vicarious Leaming) Although not as influential as actual past performances, vicarious experiences can also serve as a source of efficacy expectations. Maksud
pengertian ini adalah bahwa pengalaman orang lain yang dianggap memiliki kompetensi yang sama dapat mempengaruhi self efficacy seseorang. Bila orang lain tersebut berhasil maka hal itu akan diproyeksikan pada pribadinya untuk meyqkinkan bahwa ia juga akan berhasil, begitu juga bila orang lain tersebut mengalami kegagalan maka hal itu akan mengurangi penilaian terhadap dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena orang lain yang dianggap sepotensi dengannya dijadikan pembanding terhadap dirinya.
3. Persuasi Verbal (Verbal Persuasion) Efficacy expectation may also acquired and or modifit1d through convincing people that possess the capabilities needeid to accomplish their goals. Persuasi verbal yang dinyatakan oleh Bandura adalah
digunakan secara luas sebagai usaha untuk mencoba meyakinkan orang lain bahwa ia memiliki kemampuan yang dapat digunakan untuk meraih apa yang ia inginkan. Maka individu yang diyakinkan secara verbal akan berusaha mengeluarkan kemampuannya lebih besar daripada individu yang rnerasa tidak yakin akan kemampuannya dan tidak diyakinkan secara verbal. Tentunya persuasi verbal ini digunakan secara
24
' proporsional karena bila tidak justru akan menyebabkan menurunnya tingkat self efficacy yang merasa diyakinkan terlalu berlebihan diluar kemampuannya.
4. Keadaan dan reaksi fisiologis (Emotional Arousa~
Finally, since people monitor their level of efficacy by reference to their level of emotional arousal in the face of stressful or threatening situation, any method that lowers arousal will incn>ase efficacy expectation. Artinya tanda-tanda fisiologis, seperti detak jantung dan keringat ding in juga dapat memberikan informasi mengenai keyakinan akan kemampuan diri seseorang. Dengan mengetahui informasi dari data fisiologis ini maka individu dapat belajar untuk mengurangi tingkat stresnya terutama pada aktivitas yang menggunakan tenaga fisik lebih besar.
Keempat informasi ini kemudian ditimbang dan disatukan oleh individu hingga membentuk persepsi mengenai kemampuan yang dimilikinya (Bandura dalam Hjelle Larry A & Daniel J. Ziegler, 1992).
Masih menurut Bandura menyatakan bahwa ketika individu memutuskan untuk menampilkan suatu tindakan ia akan ierdorong untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya.
25
2.1.1.3.
Fungsi Self Efficacy.
Self Efficacy berfungsi :-iada penampilan. Penampilan baik secara fisik maupun dalam tugas akademik dapat ditingkatkan dengan adanya persepsi tentang self efficacy.
Seperti pendapat Bandura berikut "Performance as a function of Self Efficacy.
Performance in both physical and academic tasks is enhanced by feelings of self efficacy. Salah satu alasan kenapa self efficacy mernbawa efek paca tub uh, karena self efficacy dapat menjadi stimulus bagi tubuh untuk memproduksi endogenous opioids yang berfungsi sebagai penawar rasa sakit yan9 alami (Bandura (1988) dalam Robert A. Baron & Donn Byrne).
Penampilan secara fisik misalnya aktivitas yang berhubungan dengan kinerja fisik, seperti berolah raga, bermain drama, dan lain-lain. Sebagai contoh 8dalah seorang atlet dalam penampilannya akan lebih memiliki daya tahan yang lebih lama, bila perasaan self efficacy yang dimilikinya tinggi dan menjadi bagian dalam menjalani tugasnya. Sementara penampilan secara akademik dapat diambil contoh seorang murid yang memiliki tingkat self
efficacy yang tinggi akan berusaha melakukan tugas sekolahnya dengan sebaik mungkin dan akan mengevaluasi pribadinya secara positif.
26
Self efficacy dibedakan dengan self esteem (kepercayaan diri) karena self efficacy lebih kepada situasi yang spesifik atau khusus, seperti dalarn pandangan Bandura sebagai berikut: In Bandura view, self efficacy, or perceived ability to cope with specific situation, influences several aspects, of psychosocial functioning. Specifically, self-percepts of efficacy can enhance or impair people's choices of which activities to engange in, how much effort they will expend in the face of obstacles and frustrations, how Jong they will persist in the face of difficult circumstances, and their emotional reactions while anticipating a task or while involved in it. In short, self-judged efficacy influences behavior patterns, motivation, petformance, and emotional arousal (Bandura dalarn Hjelle Larry A & Daniel J. Ziegler, 1992, p.353)
Maksud pengertian diatas adalah Bandura rnernandang self efficacy atau perasaan rnarnpu untuk rnengatasi situasi khusus, rnernpengaruhi beberapa aspek dari fungsi psikososial. Khususnya, pandangan tentang efficacy yang dapat rneningkat atau berkurang pada saat individu rnernilih aktifitas yang akan dilakukan, sejauh rnana rnereka dapat rnernandang k.esulitan dan frustasi, sejauh rnana rnereka dapat terus rnernandangan tentang perputaran kesulitan, dan reaksi ernosional rnereka pada saat rnengantisipasi tugas atau pada saat sedang rnenjalaninya.
Singkatnya penilaian tentang self efficacy rnernpengaruhi kognitif berupa keyakinan pada kernarnpuan diri, afektif berupa perasaan individu yang rnarnbangkitkan ernosional, dan konatif berupa kecenderungan perilakunya.
27
' Self efficacy bukanlah hal yang menetap pada suatu keadaan tertentu, ada dua hal yang diperlukan agar kemampuan berfungsi efektif, yaitu keterampilan dan self efficacy.
Untuk itu bila mengharapkan memiliki self efficacy yang baik diperlukan peningkatan subskill-subskill yang berkesinambungc.1, "'"hingga self efficacy berfungsi dalam berbagai proses keadaan yang akan dihadapi individu, karena bila menemukan suatu keadaan yang berubah dan akhirnya hadir elemen-elemen yang ambigu maka dikhawatirkan potensi stres akan timbul.
Penilaian terhadap self efficacy dapat menentukan pilihan tingkah laku yang akan dilakukan dan diusahakan individu serta reaksi emosional yang akan dirasakannya.
Bab pendahuluan diatas menyatakan keyakinan akan kemampuan diri yang dimiliki individu bisa juga memberikan dampak kepada aktivitas fisik dan mental dalam berperilaku dan pola berpikir, perasaan positif seperi bersemangat atau mungkin sebaliknya perasaan negatif seperti stres.
28
2.1.1.4.
Alat Ukur Self Efficacy.
Dalam setiap penelitian ilmiah dengan pendekatan kuantitatif, biasanya terdapat pengukuran yang menggunakan suatu alat ukur guna mencari jawaban dari permasalahan pada penelitian ilmiah tersebut, begitu juga dalam penelitian ini.
Pengukuran adalah bagian esensial kegiatan keilmuan. psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang relatif masih muda harus banyak berbuat dalam hal pengukuran ini agar eksistensinya, baik dilihat dari segi teori maupun aplikasinya makin mantap.
Banyak sekali alat (tes) psikologi, yang dapat digunakan untuk memprediksikan kondisi psikologis seseorang, seperti tes minat, tes perhatian, tes motivasi, skala sikap, tes inteligensi, tes bakat matematik, tes bakat mekanik, tes bakat verbal, tes matematika, tes bahasa lnggris, tes bahasa Indonesia, dan sebagainya.
Dari banyaknya alat ukur psikologis tersebut, ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengukur self efficacy, antara lain tes minat, tes motivasi dan skala sikap (Sumadi Suryabrata, 2000).
29
' Ada beberapa bentuk pengukuran Self Efficacy, yaitu sebagai berikut:
1)
Physical Self Efficacy Scale (PSE) dari Rycman (1982) Pengukuran ini digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi fisik yang dirasakan dan didasari pula adanya asumsi bahwa harapan individu terhadap kehebatan dirinya memiliki pengaruh yang signifikan pada aspek kognitif, afektif dan konatif.
2)
Self Efficacy Scale (SES) dari Sherer (1982) Bentuk pengukuran ini digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan secara umum pada kemampuan diri seseorang. SES merupakan scala yang digunakan untuk mengukur harapan terhadap keyakian diri secara umum yang tidal< terikat pada situasi atau tingkah laku tertentu.
3)
Skala Self Efficacy dari Bandura (1982) Dalam pengukuran ini ingin dilihat kondisi tinggi rendahnya Efficacy diri yang dikelompokan kedalam tiga golongan, real sure (sangat yakin), pretty sure (yakin), dan not sure (tidak yakin).
Dalam penelitian ini pengukuran terhadap self efficacy akan menggunakan skala sikap model Likert berupa angket dengan bentuk pengukurannya mengacu pada Physical Self Efficacy Scale (PSE) dari Rycman (1982).
30
' Adapun aspek-aspek kognitif, afektif dan konatif yang diukur dalam alat ukur tersebut diatas memiliki indikator-indikator yang dijelaskan oleh Mann (1969) sebagai berikut:
1. Kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan (nilai dan pengalaman dasar), persepsi dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontroversial.
2. Afoldif Kompenen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini.lah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh ya .. g mungkin al
3. Konatif Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.
.31
2.1.2. 2.1.2.1.
Stres Definisi Stres.
Kata stres sudah diadopsi kedalam Bahasa Indonesia dari Bahasa Perancis, seperti yang dinyatakan oleh Keefe sebagai berikut: The term stress is derived from the latin "strictus" and the Old French "etrece". In the past term has been used to designate both a stimulus (a force or pressure that causes distress) and a response to that stimulus (adversity, affliction) (Keefe (1998) dalam Stephen M. Auerbach & Sandra E. Gramling).
Pemaparan diatas menjelaskan bahwa istilah stres diambil dari bahasa latin "st/ictus" dan bahasa Perancis kuno "etrace". lstilah ini dulu digunakan untuk menunjukan dua stimulus (pemRksaan atau tekanan yang disebabkan oleh distress) dan respon terhadap stimulus tersebut (penderitaan, kemalangan).
Stress is the subjective feeling produced by events that are uncontrollable or threatening (Randy J. Larsen) Pengertian stres disini adalah adanya perasaan subjektif dari kondisi yang tidak terkendali atau mengancam.
Stres menurut Safarino adalah "The condition that result when person environment transaction lead the individual to perceive a discrepancy whether real or not- between the demands of situation ai ,J the resources of the person's biological, psychological, or social system." (Safarino, 1990).
32
Yaitu suatu kondisi yang ditimbulkan ketika transaksi lingkungan seseorang menuntun individu untuk merasakan ketidaksesuaian --apakah perasaan itu nyata atau tidak-- antara tuntutan-tuntutan situasi dan sumber-sumber jasmani, ruhani, atau sistem. Jadi pada saat ketidaks2suaian antara harapan yang tinggi dan hasil yang diharapkan bernilai rendall maka keadaan ini dapat menimbulkan stres.
The term stress is something used to mean stressful! stimulus or stressor. In other contexts, it refers to the effect, or t!Je response. In t/Je literature, t/Je term stress /Jas come to preempt a field previously shared by a number of other concepts, including anxiety, conflict, and trauma (H.G Confer & Appley (1964 dalam Dorothy H. G. Cotton) Stres secara terminologi adalah sesuatu yang digunakan untuk mengartikan makna dari sebuah stimulus atau disebut juga stressor. Dalam artian lain stres dapat d1sebut sebagai dampak atau respon. Dalam kepustakaan, istilah stres tel8h ada dan dikenal sebelum beberapa konsep yang lain muncul, yaitu didalamnya kecemasan, konflik, dan trauma.
Dalam pengantar redal<si sebuah Rubrik Konsultasi Psikologi pada sebuah Koran lbukota, yang akhirnya dibukukan, menyatakan bahwa "Sala/J satu
cetusan dari fekanan kehidupan yang makin kompleks itu adala/J stres. Manusia tidak mungkin meng/Jindarkan diri sepenu/Jnya dari stress" (Laila CH
33
Budiman, 2000). Masih dalam rubrik konsultasi psikologi yang sama, Laila CH Budiman menyatakan bahwa stres adalah tantangan setiap hari dengan kadar dan intensitas yang berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang lain. Namun, stres itu harus direspon dengan positif sehingga tidak menjadi kontraproduktif dalam hidupnya.
Walter Cannon, seorang psikolog dari Harvard, membagi rnakna stres menjadi tiga pengertian yang berbeda, yaitu:
In contemporary scientific literature, stress has at least three distinct meanings. First it may refer to any event or environm1mtal stimulus that causes a person to feel tense or aroused. In this sense, stress is something external. Second, stress may refer to a subjective response. In this sense, stress is the internal mental state of tension or arousal. Finally, stress may be the body's physical reaction to demand or damaging intrusions (Cannon (1932) dalam Laila CH Budiman, 2000).
Dalam literatur keilmuan terkini, stres kurang lebih mempunyai tiga arti: pertama; stres bisa diartikan sebagai kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan sseorang merasakan ketegangan atau menimbulkan perasaan tegang tersebut, dalam hal ini stres adalah sesuatu yang eksternal, kedua; stres dapat diartikan respon atau tanggapan yang subjektif, maksudnya stres adalah ketegangan dari keadaan internal mental seseorang, ketiga; stres dapat diartikan reaksi fisik dari tubuh seseorang karena adanya tuntutan atau gangguan dari dalam tubuh. Dalam hal ini Cannon dan Selye memiliki pendapat yang sama.
34
2.1.2.2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Stres.
Dalam menjalankan kehidupan manusia pasti akan berinteraksi dengan manusia lain dalam satu lingkungan maupun dengan linnkungan lain, disinilah potensi stres akan hadir bila manusia tidak dapat menyikapi interaksinya dengan bijak.
Hadirnya stres tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya keberadaannya, faktor-faktor tersebut berupa stressor. Dari beberapa definisi di atas dapat dilihat bahwa stres adalah hasil penilaian individu terhadap keadaan lingkungannya atau penilaian terhadap stressor, peni:aian yang berbeda pada setiap individu membuat tingkat stres yan9 dimiliki setiap individt.i juga berbeda sekalipun menghadapi situasi yan!J sama, yang oleh Lazarus dkk (dalam Safarino, 1990) disebut sebagai penilaian-penilaian kognitif (cognitive appraisals). yang terdiri dari dua penilaian, yaitu:
1. Penilaian primer (primary appraisal)
Penilaian primer adalah evaluasi awal terhadap situasi atau peristiwa, yang hadirnya adalah berasal dari salah satu tiga penilaian yaitu:
a.Tidak berhubungan (irrelevant) Yaitu peristiwa yang dinilai tidak akan mempengarul1i keadaan dirinya.
35
' b.Berpengaruh secara positif (benign-positive) Yaitu peristiwa yang dinilai dapat meningkatkan kesejahteraan bagi dirinya, atau
c.Mengancam (stressful) Yaitu peristiwa yang dianggap berdampak buruk dan mengancam bagi dirinya.
2. Penilaian sekunder (secondary appraisa!) Penilaian sekunder yaitu evaluasi individu atas kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi peristiwa yang dihadapi.
Penilaian-penilaian yang tidal< seimbang antara penilaian primer dan penilaian skunder inilah yang menyebabkan munculnya stres atau biasa disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi stres.
2.1.2.3.
Macam-macam Strns.
Menu rut Hans Selye (The Grand Master of Stress Research and Discover of The General Adaptation Syndrome) menyatakan bahwa jenis stres ada dua macam, yaitu Distress atau stres yang negatif dan Eust·ess atau stres yang positif.
36
Macam stres yang pertama adalah Distress, menurut Hans selye "Distress is "damaging or unpleasant stress" Expressed in these terms, stress is much the same as a state of anxiety, fear, worl]I, or agitation. The core of the psychological experience is negative, painful, something to be avoided (Hans
Selye (1979) dalam Philip L. Rice, 1999). Dalam pengertian tersebut distress adalah stres yang merusak atau tidal< menyenangkan.Telah diungkapkan istilah stres sama saja dengan ketegangan, kelakulan, kekhawatiran alau kegelisahan. lntinya adalah pengalaman psikologis yang negalif, penderilaan, sesuatu yang perlu dicegah. Distress inilah yang biasanya kebanyakan orang sering menyebulnya dengan sires, walaupun pada kenyataannya stres hadir dalam benluk lain yang berdampak positif, yang disebut dengan Eustress.
Macam stres yang kedua adalah Eustress atau sires yang memiliki dampc.k posilif, seperti yang digambarkan oleh Hans Selye lentang Eustress sebagai berikut: "Pleasure, satisfying experiences come from what Se/ye (1979) calls Eustress" (Hans Selye (1979) dalam Philip L. Rice, 1999). Stres dengan jenis
ini berupa kesenangan, pengalaman yang memuaskan, pengertian ini datang pada apa yang disebul oleh Selye sebagai Eustress.
Dalam pengertian diatas jelaslah bahwa dampak positif sires dapat dirasakan seperti dalam menyambut pernikahan, kelahiran anak, ketjatangan orang yang dicinta atau suatu peristiwa yang akhirnya stres menjadi bagian yang
37
' dapat dinikmati dan dirasakan sebagai suatu yang menyenangkan dan bahkan diharapkan kehadirannya.
Masih menurut Selye. "People perform best with at least some pressure. Too
little stress is just as bad as too much The aim of stress management, then, is not to aliminate stress entirely but to control it so an optimal level of arousal is present. Se/ye (1974 said that "Complete freedom from stress is death" (p.32) (Hans Selye (1979) d:;ilam Philip L. Rice, 1999).
Maksud pengertian diatas adalah masyarakat rnena[1lp1l:mn yang terbaik walaupun ada sedikit ketegangan. Stres yang sedikit sarna saja dengan yang banyak: Tujuan dari manajemen stres adalah dengan tidal< menghilangkan keseluruhan stres tetapi dengan mengkontrol perasaan 8tres tersebut, jadi tingkat ketegangan tertinggi dari stres adalah terlihat dalam perilaku.
Hampir sama dengan pendapat dari Davidson & Neale ('1997) "a rang of
psychological procedures that help people control and reduce theirs or anxiety" yang menyatakan bahwa manajemen stres diartikan sebagai serangkaian prosedur psikologis untuk mengontrol dan mengurangi stres.
Selye menggambarkan bahwa dalam tingkatan stres yang masih tergolong ringan, tidal< akan membawa pengaruh yang terlalu buruk selagi masih bisa
38
' diatasi dengan baik, namun bila tingkat stres sudah
ting~Ji
dan kompleks
maka pengaruhnya akan sangat buruk sehingga menurut Selye satu-satunya cara membebaskan diri dari stres yang luar biasa k;:"loleks tersebut adalah kematian.
2.1.2.4.
Sumber-sumber Stres
Menurut Maramis (1993) keadaan sires dapat disebabkan oleh empat sumber yaitu dari tekanan (pressure), frustasi (frustration), konflik (conflict) dan krisis (crisis).
Diperkuat dengan pendapat Kaplan & Stein (1969) mengungkapkan empat jenis stressor, berdasarkan kondisi-kondisi psikologis penyebab timbulnya stres, yaitu:
1. Frustration (frustasi) Frustasi adalah suatu kondisi dimana ada hambatan dalam pencapaian suatu tujuan.
2. Conflict (konflik) Konflik adalah suatu kondisi simana indiv1du dihadapkankan pada alternatif dan harus menentukan pilihan.
39
' 3. Pressure (tekanan) Tekanan adalah suatu kondisi dimana ada tuntutan-tuntuta;1 yang datang dari luar ataupun dari dalam diri sendiri.
4. Deprivation (deprivasi) Deprivasi adalah suatu kondisi individu yang sangat memerlukan sesuatu.
2.1.2.5.
Alat Ukur Stres.
Pengukuran terhadap stres berguna untuk mengetahui apakah individu mengalami suatu gejala stres atau tidak. Adapun beberapa bentuk pengukuran terhadap stres antara lain:
1. Impact of Event Scale (Horowiz, 1979) Bentuk pengukuran stres ini dengan pengelompokan stres dalam kondisi trauma. Impact of Event Scale (IES) memastikan dua macam kategori dari pengalaman menghadapi kondisi stres: pengalaman tersendiri seperti ide, perasaan, atau mimpi buruk, pengelakan, pengenalan dan pencegahan pada ide-ide tertentu, perasaan dan situasi.
Impact of Event Scale (IES) sudah menunjukan sensitif terhadap suatu perubahan, ini sangat baik untuk memonitor proses penyembuhan klien (Horowiz, 1979).
40
' 2. General Well-Being Schedule (Facio, 1977) Psychological well-being misalnya: kekhawatiran terhadap kesehatan fisik, kepuasan dan minat terhadap hidup, mood depresi, kemampuan mengontrol emosi dan tingkah laku, relaks atau tegangnya seseorang (Facio, 1977).
3. Stressful Situation Questionaring (William & James, 1970) Bentuk pengukuran ini mengukur stres yang berupa rasa takut yang akan terjadi dan perhatian pad2 situasi-situasi stres, tingkat rasa takut atau kecemasan. Analisa faktor dari ala! ukur ini rnenghasilkan empat faktor yang digunakan sebagai bagian untuk mengukur rasa takut dalam bahaya fisik·, rasa takut dikelas dan kemampuan berbicara, iasa takut dalam kegagalan sosial dan akademis, dan rasa takut ketika berkencan (William
& James, 1970).
Dalam penelitian ini penulis akan mengukur tingkat sires pada subjek dengan pengukuran yang mengacu pada bentuk Stressful Situation Questionaring (SSQ) oleh {William & James, 1970), namun tidak memasukkan aspek rasa takut ketika berkencan karena .:ispek ini dinilai tidak berkaitan dengan pengukuran pada penelitian ini. Jadi yang akan diukur adalah aspek rasa takut dalam bahaya fisik, aspek rasa takut dikelas dan kemampuan berbicara, dan aspek rasa takut dalam kegagalan sosial dan akademis.
41
' Tentang perasaan takut yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan kegelisahan. Seperti yang disampaikan oleh Freud dalam Ricky Emanuel (2002) bahwa ada dua jenis kegelisahan, yaitu kegelisahan primer dan kegelisahan isyarat. Kegelisahan primer at8U kegelisahan otomatis menandakan suatu jenis
rea"~'
"oontan yang berkaitan
dengan perasaan takut.
Sementara kegelisahan isyarat berfungsi untuk memastikan bahwa kegelisahan primer tidak akan pernah dialami dengan memerintahkan ego untuk melakukan langkah-langkah defensif. Kegelisahan dirasakan sebagai suatu kenaikan ketegangan ragawi atau mental. Dengan demikian, kegelisahan memiliki satu fungsi penting dalam mempertahankan organisme terhadap ancaman bahaya fisik ataupun psikis.
Freud dan beberapa ahli lainnya menghubungkan kegelisahan ini dengan perasaan takut akan insting kematian atau agresi yang terjadi didalamnya, juga dengan suatu kegagalan dalam penanganan masalah.
Dari pemaparan diatas, maka penjelasan terhadap aspek-aspek yang akan diukur pada skala stres dalam penelitan ini indikatornya adalah sebagai berikut:
42
' 1. Aspek rasa takut dalam bahaya fisik Aspek rasa takut dalam bahaya fisik berupa kenaikan ketegangan ragawi terhadap ancaman fisik (dalam penelitian ini adalah kekhawatiran akan mengalami kecelakaan atau cedera pada badan pada saat ujian kenaikan tingkat Taekwondo).
2. Aspelk rasa takut dilapangan dan kemampuan berbicara Aspel<, rasa takut dilapangan dan kemampuan berbicara berupa kegelisahan dalam bentuk re.aksi spontan (dalam hal ini sikap dalam situasi ujian kenaikan tingkat Taekwondo).
3. Aspek rasa takut dalam kegagalan sosia! dan akademis Aspek rasa takut dalam kegagalan sosial dan akademis adalah berupa kegelisahan mental atau psikis akan kegagalan (dalarn hal ini adalah gaga! dalam bersosialisasi dan secara akademis gaga! dalam menjawab materi pada saat ujian kenaikan tingkat Taekwondo).
2.1.3.
Akhir Masa Kanak-kanak
2.1.3.1.
Definisi Akhir Masa Kanak-ltanak.
Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan
43
' akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian soc;al anal<.
2.1.3.2.
Ciri-ciri Akhir Masa Kanak-kanak.
Hurlock menyatakan bahwa orang tua, para pendidik, dan ahli psikologi memberikan berbagai label kapada periode ini, dan itu rnencerminkan ciri-ciri penting dari periode akhir masa kanak-kanak ini, seperti pelabelan sebagai. berikut:
1. Label yang digunakan oleh orang tua. Bagi banyak orang tua akhir masa kanak-kanak merupakan usia yang menyulitkan- suatu masa di mana anak tidak mau lagi menuruti perintah
dan di mana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lain. ,(arena kebanyakan anak kurang memperhatikan kerapian terutama anak laki-laki, maka usia akhir masa kanak-kanak disebut juga usia tidak rapi/1.
2. Label yang Digunakan oleh Para Pendidik. Para pendidik melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan usia seko/ah dasar. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa; dan mempelajari pelbagai keterampilan penting
44
tertentu, bail< keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi-suatu masa dimana anal< membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses.
3. Label yang Digunakan Ahli Psikologi. Bagi ahli psikologi, akhir masa kanak-kanak adalai, · 1sia berkelompoksuatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama ke'ompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku. Keadaan ini mendorong ahli psikologi untuk menyebut periode ini sebagai usia penyesuaian diri.
Anak pada periode ini senang dengan keterampilan yang menggunakan fisik dalam aktualisasinya, seperti dalam bidang olahraga bela diri, yang sudah jelas dalam perkembangannya komponen utamanya adalah fisik yang harus terus dilatih agar kemampuannya dalam berprestasi dapat meningkat.
Muhammad Rasyid Dimas dalam bu:
Mempengaruhi .Jiwa dan Akal Anak, menyatakan jika Anda ingin anak yang cerdas secara intelegensi dan emosional maka berilah kegiatan seperti
45
permainan yang imajinatif, rnembaca buku cerita dan buku-buku fiksi-ilmiah, melukis dan menghias yang akan menunjukkan fase pertumbuhan akalnya, bermain drama anak-anak atau teater yang mempunyai andil besar dalam meningkatkan kematangan karakter anal<, kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantu pembentukan kebiasaan, keterampilan, norma-norma, dan metoda berpikir yang harus ada guna melanjutkan proses belajar dan keterlibatan dalam belajar (Muhammad Rasyid Dimas, 1999).
Kegiatan eksrakurikuler seperti olahraga dapat meningkatkan kesegaran dan postur tubuh yang baik, membangkitkan keceriaan dan clapat meningkatkan gairah kerja dan produktifitas anal<, membaca yang sebaiknya dijadikan posisi paling depan dalam perhatian manusia karena membaca merupakan sarana utama bagi anal< dalam mengeksplorasi lingkungan, hobi dan kegiatan hiburan yang penting bagi pertumbuhan dan perkernbangan kepribadian anak, menghafal Al-Qur'an dan memahami maknanya secara sempurna akan mengantarkan seseorang pada tingkat kecerdasan yang sangat maju.
Secara fisik akhir masa kanak-kanak sedang tumb;;" dan bersamaan dengan itu banyak aktivitas yang rnenarik untuk diamati pada periode ini seperti aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan yang menggunakan
46
' kernampuan organ tubuhnya, serta secara psikis sedan(! berkembang fungsi kognitif, afektif, dan psi~omotoriknya. Dari sinilah penelitian ini berawal.
2.1.3.3.
Peranan Olah raga bagi akhir masa kanak··kanak.
Dalam mengamati berbagai aktivitas anak-anak yang termasuk kedalam katagori akhir masa kanak-kanak tentunya akan terlihat .aktivitas apa saja yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas kognitif, afektif dan psikomotoriknya, seperti: bermain; berlomba; menggambar; membaca buku; olah raga; dan masih banyak lagi.
Dari sisi mentalitas, olah raga dapat meningkatkan kesabaran, tanggung jawab, keberanian, dan jiwa tolong menolong, kita tahu bahwa kompetisi olah raga menuntut pemanfaatan seluruh fungsi otak, termasuk di dalamnya fungsi berfikir. (Muhammad Rasyid Dimas, 1999).
Menurut Piaget bahwa akhir masa kanak-kanak berl\c'.'lampuan berpikir sesuatu yang mungkin dilakukan dengan melakukan hip()tesa serta menarik kesirnpulan.
Untuk mengatasi masalah-masalah rnereka, anak-anak yang berada dalarn rnasa ini akan menggunakan pendekatan dengan metode ilmiah yang mereka ketahui. (lnhelder and Piaget, 1958)
47
'
2.2. Kerangka Berpikir
l-IUBUNGAN SELF EFFICACY DE NGAN STRES ANAK YANG MENGHADAPI UJIAN f<ENAIKAN TING KAT OLAl-IRAGA BELA DIRI TAEKWONDO
0
Self Efficacy
Kognitif Afektif Konatif
~cisa takut dalam bahaya fisik Rasa takut di lapangan dan kemampuan berbicara Rasa takut dalam kegagalan sosial dan akader.1is
Dalam penelitian ini memungkinkan adanya beberapa hubungan antara self efficacy dengan stres, seperti hubungan sea rah dan hubungan yang
berlawanan, yaitu:
a) Semakin tinggi self efficacy maka semakin kecil sires. b) Semakin rendah self efficacy maka semakin besar sires. c) Semakin linggi self efficacy maka semakin besar sires.
d) Semakin rendah self efficacy maka semakin kecil sires.
48
'
2.3. Hiipotesis Berdasarkan kajian pustaka yang berisi teori-teori dan kerangka berpikir yang terurai diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
Ha
: Ada hubungan antara self efficacy dan stres anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Tae:;·:u1ndo.
Ho
: Tidak ada hubungan antara self efficacy dan stms anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo.
'
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian 3.1.1.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Pada
umumnya
penelitian
kuantitatif
banyak
dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, serta penampilan dari hasil penelitiannya (Arikunto, 2002).
3.1.2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, :2002).
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
deskripsi
korelasi
untuk
mengetahui adakah hubungan antara self efficacy ...:"riqan stres anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo.
50
'
3.2.
Variabel Penelitian da111 Definisi Operasional Variabel
3.2.1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua varibel yang akan dikorel2-;ikan, yang selanjutnya akan dianalisis untuk mencari hubungan satu varibel dengan variabel lain. Adapun dua variabel tersebut adalah:
1. lndependen Variabel lndependen variabel atau variabel bebas adalah variabel yang diperkirakan mempengaruhi atau penyebab dari dependen variabel. lndependen variabelnya adalah self efficacy.
2. Dependen Variabel Dependen variabel adalah variabel yang diperkirakan terpengaruh oleh independen variabel, dependen variabel penelltian ini adalah stres.
3.2.2. Definisi Operasional Variabel Untuk dapat mengukur varibel self efficacy dan stres, perlu ade.nya definisi operasional variabel agar dapat melihat skor dari hasil penelitian ini dengan cara menetapkan rincian indikator yang akan digunakan dalam pengukuran. Adapun clefinisi operasional dari self efficacy dan stres b<~rupa indikatorindikator yang batasan-batasannya adalah sebagai berikut:
51
a. Batasan operasional variabel self efficacy mengacu pad a bentuk pengukuran PSE dari Rycman (1982) dan indikator-indikatornya penulis kutip dari yang dikemukakan oleh Mann (1969) sebagai berikut:
Tabel 1 Aspek-aspek dan lndikator Self Efficacy No.
1.
lndikator
Aspek
Kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan (nilai dan pengalaman dasar), persepsi dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontroversial.
2.
Afektif
Kompenen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut 111asalah emosi seperti merasa senang atau merasa tertekan. A:spek inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
~
sikap
dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap individu.
3.
Konatif
Komponen konatif merupakan aspek kec:enderungan berperilaku tertentu yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihaclapi.
52
' b. Batasan operasional variabel tentang stress, jabaran indikatornya dari pendapat Freud & para ahli lainnya (dalam Ricky Emanuel, 2003) yaitu: Tabe~2
Aspek-aspek dan lndikator Stres. No. 1.
lndikator
Aspe!< Rasa takut
Aspek rasa takut dalam bahaya fisik berupa
dalam bahaya
kenaikan ketegangan ragawi terhadap ancaman
fisik
fisik (dalam penelitian ini adalah kekhawatiran akan mengalami kecelakaan atau cedera pada badan pada saat ujian l<enaikan tingkat Taekwondo)
2.
3.
· Rasa takut
Aspek rasa takut dilapangan clan kemampuan
dilapangan dan
berbicara berupa kegelisahan dalam bentuk
kernampuan
reaksi spontan (dalam hal ini sikap dalam situasi
berbicara
ujian kenaikan tingkat Taekwondo)
Hasa takut
Aspek rasa takut dalam kegagialan sosial dan
dalam
akademis adalah berupa kegelisahan mental atau
kegagalan
psikis akan kegagalan (dalam hal ini adalah gag'll
sosial dan
dalam bersosialisasi dan secara akademis gaga!
akademis
dalam menjawab materi pada saat ujian kenaikan tingkat Taekwondo)
L..-..-.-.-.---... - - - · · · - - - - . , - -
- ····-----------
--·-·----·--------·-··-----··------------
53
3.3. Pengambilan Sampel 3.3.1.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang mengikuti Olahraga Seni Beladiri Taekwondo di Unit Beladiri Baitul Quran (UB2Q) yang berlokasi di Komplek Timah, Masjid Al-Huda, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, dengan populasi yang berjumlah lebih dari 100 orang.
UB2Q memiliki tiga tempat berlatih Taekwondo, ketiganya masih berada dalam satu kawasan yaitu Perumahan Griya Tugu Asri, Sekolah Nurul Fikri dan Masjid Al-Huda, dimana setiap murid boleh berlatih dimanapun dari ketiga tempat latihan tersebut. Pada saat pengisian try out sabjek diambil di Sekolah Nurul Fikri dengan jumlah 50 orang, namun pada saat penelitian sampel diambil di Masjid Al-Huda dengan jumlah 44 orang, yang ternyata ada beberapa murid yang sudah pernah menjadi pengisi try out. Semua sampel dianggap mewakili karakter populasi karena sampel penelitian ini berdasarkan jenis populasi homogen.
3.3.2.
Tehnik Pengambilan Sampel
Dalam memilih subjek, penulis mendatangi siswa peserta ujian kenaikan tingkat Taekwondo yang dapat ditemui dan bersedia menjadi sampel penelitian yang opininya dapat memberikan informasi yang diharapkan,
54
tentunya subjek memenuhi kriteria yang telah ditetapkan d.alam penelitian ini. Tehnik pengambilan sampel ini bersifat insidental.
3.3.3.
Karakteristik Subjek Penelitian
Untuk mendapatkan sampel yang representatif dalam penelitian ini, maka peneliti menentukan beberapa karakteristik yang akan digunakan untuk memilih sampel, antara lain sebagai berikut:
a. Subjek adalah Taekwondo In yang berlatih dalam sebulan minimal tiga kali dan dalam empat bulan, hal ini mempengaruhi pen!~etahuan subjek tentang proses latihan sampai menjelang ujian dan terkait dengan alat penelitian berupa skala sikap yang diharapkan subjek dapat mengisi pernyataan-pernyataan yang ada didalamnya.
b. Subjek mengikuti ujian kenaikan tingkat yang akan diadakan bertepatan dengan waktu penelitian ini dilaksanakan.
c.
Subjek adalah Taekwondo In yang mengikuti ujian kenaikan tingkat dari sabuk putih menjadi sabuk kuning polos.
55
3.4. Tehnik Pengumpulan Data Untuk mernperoleh data dalarn penelitian ini, peneliti rnengunakan alat pengurnpulan data dalarn bentuk skala untuk rnendapatkan hasil pengukuran terhadap self efficacy dan stres. Pengukuran dalarn penelitian ini rnenggunakan dua ska la, yaitu skala self efficacy dan skala stres.
Skala ini rnengukur tingkat self efficacy dan tingkat stres yang rnendeskripsikan sikap positif dan negatif subjek terhadap objek sikap yang terlihat rnelalui derajat persetujuan dan ketidak setujuan dalarn lernbar pernyataan sikap.
Skala atau instrurnen penelitian ini akan disebarkan langsung kepada subjek yang rnenjadi sarnpel dalarn penelitian ini yaitu siswa-siswi yang baru sekitar ernpat bulanan mengikuti Olahraga Seni Beladiri Taekwondo di Unit Beladiri Baitul Quran (UB2Q) yang berlokasi di Kornplek Tirnah, Masjid Al-Huda, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Siswa-siswi tersebut adalah Taekwondoin (sebutan bagi rnereka yang berlatih Takewondo) yang baru akan rnengikuti ujian kenaikan tingkat Olahraga Seni Beladiri Taekwondo dari sabuk putih ke sabuk kuning.
56
3.5. lnstrumen Penelitian
3.5.1.
Skala Self Efficacy
Skala self efficacy ini digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi fisik yang dirasakan dan didasari pula adanya asumsi bahwa harapan individu terhadap kehebatan dirinya memiliki pengaruh yang signifikan pada aspek kognitif, afektif dan struktur tingkah laku atau konatif.
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan peneliv.ian ini maka metode atau cara yang digunakan adalah dengan instrume1nt penelitian berupa angket atau daftar pernyataan, angket yang digunakan pada penelitian ini berbentuk Skala Model Likert dalam bentuk angket yang akan digunakan untuk mengukur tingkat self efficacy pada anal< yang menjalani ujian kenaikan tingkat olah raga beladiri Taekwondo, skala ini dipilih karena untuk pengolahan data dianggap lebih mudah dari skala yang lain. Skala ini terdiri dari 66 item, yang masing-masing mewakili aspek-aspek self
efficacy yang menurut Bandura merupakan komponen utarna sosial karena pengaruhnya pada kognitif, afektif dan struktur tingkah laku atau konatif, yaitu hampir sama aspek-aspek self efficacy yang dikemukakan oleh Rycman
(1982) diatas dengan pengukuran self efficacy yang Physical Self Efficacy Scale (PSE).
meng~1unakan
bentuk
57
Tabel3 Blue Print Skala Self Efficacy (Pra Try Out)
No.
Aspek
Favourabel
Un Favciurabel
Total
1.
Kognitif
1, 7, 13, 19, 25, 31,
4, 10, 16, 22, 28,
22
37,43,49,55,61
34, 40, 46, 52, 58, 64
2.
Afektif
2,8, 14,20,26,32,
5, 11, 17, 23, 29,
38,44, 50, 56,62
35, 41, 47, 53, 59,
22
6"'
-·
3.
Konatif
3, 9, 15, 21, 27, 33,
6, 12, 18, 24, 30,
39,45, 51, 57,63
36, 42, 48, 54, 60,
22
6Ei
Total
66
Skala ini menggunakan empat alternatif jawaban dengan meniadakan jawaban netral (N), hal ini untuk menghindari subjek melakukan proteksi dengan selalu memberikan jawaban netral, karena hal ters13but dapat menyebabkan subjek tidak dapat menentukan sikapnya secara pasti.
Keempat alternatif jawaban tersebut adalah sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Dan
58
nilai setiap pilihan jawaban untuk pernyataan favorabel adalah: SS=4, S =3, TS =2, dan STS =1. Sedangkan untuk setiap pilihan jawaban untuk pernyataan unfavorabel adalah: SS =1, S =2, TS =3, dan STS =4.
3.5.2.
Skala Stres
Skala stres digunakan untuk mengukur stres dari aspek rasa takut atau kecemasan, yang indikator-indikatornya dalam penelitian ini akan menggunakan pengukuran yang berdasarkan Teori dari William & James (1970) yang menghasilkan empat faktor sebagai bagian untuk pengukuran terhadap: pertama, rasa takut dalam bahaya fisik; kedua, rasa takut dilapangan dan kemampuan berbicara; ketiga, rasa takut clalam kegagalan sosial dan akademis.
Pengukuran stres pada anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat pada olah raga beladiri Taekwondo ini diperkuat dengan pengertian stres yang disampaikan oleh Safarino, yang menyatakan bahwa stres adalah dampak atau respon dan yang termasuk didalamnya adalah kecemasan, konflik, dan trauma. Jadi 50 item yang ada dalam skala yang berbentuk angket ini diharapkan akan mewakili komponen stres tersebut.
59
Tabe14
Blue Print Skala Stres (Pra Try Out)
No.
Aspek
Favorabel
Un Favorabel
Total
1.
Rasa takut dalarn
1, 7, 13, 19, 25,
4, 10, 16, 22,
18
31, 37, 43, 49.
28, 34, 40, 46,
bahaya fisik
50.
2.
Rasa takut dilapangan
2, 8, 14, 20, 26,
5, 11, '17, 23,
dan kernarnpuan
32, 38, 44.
29, 35,41,47
16
berbicara
3.
Rasa takut dalarn
3, 9, 15, 21, 27,
6, 12, 18, 24,
kegagalan sosial dan
33, 39, 45.
30, 3!3,42,48
16
akadernis Jumlah
50
Sarna seperti self efficacy, skala stres ini rnenggunakan ernpat alternatif jawaban dengan rneniadakan jawaban netral (N), hal ini untuk rnenghindari subjek rnelakukan proteksi dengan selalu rnemberikan jawaban netral, karena hal tersebut dapat menyebabkan subjek tidak dapat rnenentul
60
Keempat alternatif jawaban tersebut adalah sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Dan nilai setiap pilihan jawaban untuk pernyataan favorabel adalah: SS=4, S =3, TS =2, dan STS =1. Sedangkan untuk setiap pilihan jawaban untuk pernyataan unfavorabel adalah: SS =1, S =2, TS =3, dan STS =4.
Kedua skala tersebut akan meminta subjak untuk merespon item-item pernyatan yang terdapat dalam skala tersebut, dengan cara memilih salah satu alternatif jawaban yang menggambarkan tentang dirinya sendiri dan bukan pendapat orang lain tentang suatu pernyataan. Skala akhir subjek merupal
Skala self efficacy dan skala stres tersebut lalu diuji cobakan kepada 50 orang responden di Unit Beladiri Baitul Quran (UB2Q), Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
3.6. 1.
Prosedur Penelitian T ahap Persiapan •
Menyusun proposal penelitian
•
Memilih problematika dan judul penelitian
•
Menentukan rumusan dan batasan masalah
61
2.
3.
4.
•
Menentukan variabel penelitian
•
Merurnuskan hipotesis penelitian
•
Menyusun landasan penelitian dan kajian pustaka
•
Menentukan subjek penelitian
•
Menentukan instrurnen pengurnpulan data penelitian
Tahap Pengarnbilan Data •
Menyusun intrurnen penelitian
•
Menyiapkan subjek penelitian
•
Melaksanakan uji coba instrurnen penelitian
•
Merevisi instrurnen penelitian
•
Melaksanakan tes
Tahap Pengolahan Data •
Melakukan scoring
•
Menghitung hasil
•
Mernbuat tabulasi data
Tahap Analisis •
Menganalisa data yang telah diperoleh
•
Mernbuat hasil analisa
•
Mernbuat kesirnpulan dan saran
62
5.
Tahap Penyusunan Laporan Penelitian •
Menuliskan keseluruhan prosedur penelitian beserta hasil dan analisanya.
BAB4 PRESENTASI DAN ANALIS.1~. DATA
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah anak-anak yang berlatih Taekwondo atau biasa disebut Taekwondoin, semuanya berlatih Taekwondo di Unit Beladiri Baitul ('
Quran (UB2Q), Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Sampel penelitian ini melibatkan 50 orang subjek pada saat try out, namun pada saat penelitian berlangsung yang ada hanya 44 orang subjek, yang terdiri dari 34 orang anak Jaki-laki dan 10 orang anak perempuan yang semuanya tergolong kedalam kelompok akhir masa kanak-kanak, pada umumnya adalah anak-anak yang sedang menjalani pendidikan di tingkat tingkat Sekolah Dasar (SD), interval usia subjek antara 6 sampai 13 tahun. Tabel8 Subjek
Jumlah
I
Persentase
Laki-laki
34
77,27 %
Perempuan
10
22,72 %
Jumlah total
- - - -1 - - - 44
-
100 %
-
64
' 4.~.
Presentasi Data
4.2.1. Uji lnstrumen Penelitian 4.2.1.1.
Uj1 Validitas Skala
Pengujian validitas skala dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai denga; 1 tujL'an pengukurannya. Validitas
:::l~ala
sikap banyak disandarka1 pada relevans; isi
pernyataan yang cisusun berdasarkcin rancangan yang tepal. Kcirisna skala yang disusun berdasarlrnn kawasan ukur yang teridentifif;asi dens;an baik dan dibatasi dengan jelas secara teoritik akan valid (Azwar, 2003).
Untuk menentukan besarnya validitas item-item yang telah diujicoba, digunakan formula koefisien i\orelasi produc!-momen/ Pearson dengan rumus:
Keterangan: r xy
= angka indeks Korelasi "r" Product Moment
N
= Jumlah subjek
x
= Skor item
y
= Jumlah skor total subjek
65
' Bila koefisien korelaslnya rendah mendekati nol berarti fungsi item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik.
a. lndeks validitas skala self efficacy Dari data try out indeks validitas item skala self efficacy, yang diujicobakan pada Taekwondoin (n = 50) diperoleh hasil lndeks validitas skala self efficacy bergerak dari 0,055 sampai dengan 0,610.
Dari 66 item yang diujicobakan, terdapat 31 item yang gugur atau tidal< valid yaitu item nomor: 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 26, 32, 33, 35, 36, 39, 43, 44, 49, 51, 55, 59, 61, 63, dan 65. Item-item tersebut gugur karena tidal< memenuhi standar koefisien validitas yang dianggap memuaskan sebesar minimal 0,30.
Sedangkan untuk item yang valid atau item yang memiliki korelasi item total mencapai 0,30 atau lebih, diperoleh 35 item, yaitu item-item yang bernomor: 1, 9, 11, 13, 16, 19, 23, 24, 25,27,28, 29, 30, 31, 34, 37, 38,40,41,42,45, 46, 47, 48, 50, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 60, 62, 64, dan 66.
35 item pernyataan tersebut dikatakan layak digunakan untuk penelitian ba,ik pada taraf kepercayaan ·95% maupu11 taraf kepercayaan 99%.
66
' Hasil try out ska la self efficacy dan blue print ska la self efficacy pasca try out dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: Tabel5
Total item Keterangan: * Signifikan pada taraf 0,05 (1 tailed) ** Signifikan pada taraf 0,01 (2 tailed)
Tabel6
Blue Print Skala Self Efficacy (Pasca No.
Aspek
Favourabel
Tr.v Out)
Un Favourabel
L:
item valid .
1.
Kognitif
1, 13, 19,25,31,37
16,28,34,40,46,52,58,t34
14
2.
Afektif
38, 50, 56,62
11,23, 29,41,47, 53
10
3.
Konatif
9,27,45, 57
24, 30,42,48,54, 60,66
1 ·1
Total
35 -
57
' Dari 35 item skala self efficacy yang valid kemudian disusun kembali untuk digunakan dalam penelitian Penyusunan ska la self efficacy untuk penelitian adalah sebagai berikut: Tabel7 Blue Print Skala Self Efficacy untuk Penelitian
I
No.
Aspek
No. item
1.
Kognitif
1, 4, 5, 6, 9, 11, 14, 15, 16, 18, 22, 26. 31, 34
14
2.
Afektif
2, 3,7, 12, 17, 19,23,25,27,29,33
11
.
3.
Konatif
8, 10, 13,20,21,24,28, 30, 32, 35
10
Total item
35 .
b. lndeks validitas skala stres Dari data try out indeks validitas item skala stres, yang diujicobakan pada Taekwondoin (n = 50) diperoleh hasil indeks validitas skala stres bergerak dari 0,'183 sampai dengan 0,793.
Dari 50 item yang diujicobakan terdapat 11 item yang gugur atau tidak valid yaitu item-item nomor: 1, 3, 7, 12, 13, 16, 21, 25, 32, 37 dan 46. Item-item tersebut gugur karena tidak memenuhi standar koefisien validitas yang dianggap memuaskan sebesar minimal 0,30.
68
' Sedangkan untuk item-item yang valid atau item yang memiliki korelasi item total mencapai 0,30 diperoleh 39 item, yaitu item-item nomor: 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 17, 18, 19,20,22,23,24,26,27,28,29, 30, 31, 33,34,35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 49, dan 50. 39 item pernyataan tersebut dikatakan layak digunakan untuk penelitian bailc pada taraf kepercayaan 95% maupun taraf kepercayaan 99%
Ada pun has ii try out skala stres, blue print ska la stres pasca try out dan blue print skala stres untuk penelitian dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel10 Blue Print Skala Stres untuk Penelitian No.
Aspek
1.
Rasa takut dalam bahaya fisik
2.
Ras a
takut
dilapangan
dan
2,7, 13, 15,20,23,2!5,30,33,38,39
11
1, 3, 5, 8, 9, 11, 14, 16, 18, 21, 26,
15
kemampuan berbicara
--3.
28, 31, 34, 36
Ras a takut dalam kegagalan
4,6, 10, 12, 17, 19,22,24,27,29,
sosial dan akademis
-
13
32, 35, 37 Total ittim
--
z::1
No. item
-
.
---·
39 --- ~--
70
4.2.1.2.
Uji Reliabilitas Skala
Setelah uji validitas dilakukan pada ska la self efficacy dan skala stres, maka item-item yang valid dari kedua skala tersebut selanjutnya diuji reliabilitasnya dengan menggunakan pendekatan Cronbach's Alpha.
Dan untuk mengetahui reliabilitas ska la self efficacy dan
s~:ala
stres dapat
dilihat pada kaidah reliabilitas Guilford:
Tabel 11 Kaidah Reliabilitas Guilford
Kriteria
Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel
> 0,9
Reliabel
> 0,7 - Cl,9
Cukup Reliabel
> 0,4-0,7
Kurang Reliabel
> 0,2 - Cl,4
Tidak Reliabel
<0,2
Rumus Cronbach's Alpha yang digunakan untuk menguji mliabilitas instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:
71
Dirnana: r11
=Koefisien Reliabilitas
k
= Jumlah Aitem
L..:0~
= Standar Deviasi Total
0;
= Standard Deviasi Aitem
a. Dari uji reliabilitas ska la self efficacy pada 35 item yang valid diperoleh koefisien alpha Cronbach sebesar 0,88066252. Perhitungan ini berarti menyatakan bahwa skala tersebut reliabel atau rt'lpat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian.
b. Uji Reliabilitas pada skala stres yang berjumlah 39 item pernyataan yang valid, diperoleh koefisien alpha Cronbach sebesar 0,729558399 ini berarti skala tersebut reliabel atau dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian.
Lebih lengkapnya penjabaran hasil perhitungan dari uji validitas dan uji reliabilitas terdapat pada lembar lampiran-lampiran.
72
·' 4.2.2. Uji Persyaratan Sebelum menuju ke uji hipotesa, peneliti menyajikan uji persyaratan penggunaan sebuah uji llipotesis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan uji korelasi product moment.
4.2.2.1.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati normal atau tidak, untul< mengetahui apakah skala self efficacy dan skala stres normal atau tidak normal, maka dapat dilihat dari
proses perhitungan dengan menggunakan SPSS 11,5 dalam tabel berikut:
Tabel12 Uji Normalitas Tests of Nonnality ienis kelamin
-
Kolmogorov-Smimov(a) Statistic
self efficacy
laki-laki Perempuan
Stress
laki-laki
-
Perempuan
.149 .105 .118 .200
Df
Siq.
34 10 34 10
.055 .200(*) .200(') .200(*)
I I
Shaoiro-Wilk Statistic
.919 .9fl1 .9Ei8 .944
df
Sio.
34 10 34 10
.015 .972 .408 .598
* This 1s a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil penghitungan di atas didapat hasil bahwa, pada skala self efficacy data berdistribusi normal karena nilai probabilitas. yang dihasill
baik pada kelompok responden laki-laki (0.055) maupun pada kelompok
73
responden perempuan (0.200) berada di atas nilai probabilitas 5% (0.05). Demikian juga pada skala stres, data berdistribusi normal baik pada kelompok responden laki-laki (0.200) maupun kelompok responden perempuan (0.200) sebab nilai probabilitas yang dihasilkan lebih besar dari probabilitas 5% (0.05). lni berlaku pada kedua metode penghitungan, baik Kolmogorov-Smirnov maupun metode Shapiro-Wilk.
Adapun gambarannya dapat dilihat pada grafik-grafik Normal QQ plot dan Detrended Normal Q-Q Plots pada kedua skala tersebut, sebagai berikut:
4.2.2.2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji yang dilakukan untuk
men~1uji
apakah rata-
rata dari beberapa sampel atau varian berbeda atau tidak. Tahap-tahap uji homogenitas dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel13 Explore Jenis Kelamin Case Processing Summary
ienis kelamin
Cases
Valid N
Percent
self efficacy
laki-laki
34
stress
Perempuan laki-laki
34
Perempuan
10
10
Total· · - - -
Missina
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Percent
N
0 0 0 0
.Oo/o .0% .0°/o .0°/o
N
Percent
34 10 34
10
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
74
Tabel14 Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variance
I self efficacy
Stress
Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
Levene Statistic .010 .008
df1 1 1
42 42
Sia. .919 .930
.008
1
41.918
.930
.008
1
42
.929
1.484 1.484
1 1
42 42
.230 .230
1.484
1
39.285
.230
1.524
1
42
.224
clf2
Berdasarkan hasil penghitungan di atas didapat bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari varians yang sama, sebab nilai probabilitas yang dihasilkan dari penghitungan di atas lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 (5%) baik pada variabel self efficacy (0.919) maupun pada variabel stres (0.230).
4.2.3. Uji Korelasi Untuk menganalisa data yang diperoleh dan mengetahui ada atau tidak korelasi antara dua variabel, penelitian menggunakan tehnik statistik korelasi product moment Pearson dengan rumus:
75
Keterangan: r xy
= angka indeks korelasi "r" Product Moment
N
= Jumlah subjek
x
=skor skala 1
y
= skor skala 2
Jika hasil perhitungannya lebih besar dari r table, maka korelasinya dianggap signifikan, dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak. Tetapi jika hasil perhitungannya lebih kecil dari r tabel maka korelasi dianmiap tidak signifikan atau Ha ditolak dan Ho diterima.
Penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan system komputerisasi program SPSS versi 11.5 yang akan diinterpretasikan den~ian mengacu pada tabel koefisien korelasi product moment.
Dalam penelitian korelasional, besar atau tingginya hubun£1an antar variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Di dalam penelitian deskriptif koefisien korelasi menerangkan sejauh mana hubungan dua atau lebih variabel berkorelasi.
76
Dari pengolahan data pada skala ska la self efficacy dan ska la stres yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dan stres anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat olahra(Ja beladiri Taekwondo, hasilnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel15 Korelasi antara Self Efficacy dan Strei;
Self Efficacy
Pearson Correlation
Self Efficacy
Stress
1
'110·· ,000
Sig. (2-tailed) N Stress
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
44
44
,710''*
1
,000
44
44
**Correlation 1s significant at the 0,01 level (2-tailed)
Dari olahan data statistik untuk mengetahui korelasi antara skala self efficacy dan skala stres dengan menggunakan rumus Pearson Correlation diatas, didapatlah hasil penelitian sebesar 0,710 dengan korelasi signifikan antara self efficacy dan stres pada taraf kepercayaan 99% yang rnenyatakan bahwa
ada hubungan diantara kedua variabel tersebut.
77
4.3. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Pada pembahasan hasil pengujian hipotesis ini menjelaskan hasil perhitungan analisa data dan membandingkannya dengan kriteria pengujian hipotesis.
Dari uji hipotesis didapat hasil bahwa penelitian ini menolalk Ho (hipotesis nol) yang menyatakan tidak ada hubungan antara self efficacy dan stres anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo, dan menerima Ha (hipotesis alternatif) yang menyatakan ada hubungan antara
self efficacy dan stres anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo. Korelasi signifikan pada taraf kepercayaan 99%.
Pemaparan tentang analisa data untuk melihat skor subjek pada skala self
efficacy dan skala stres dalam penelitian ini, urutannya dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini:
Tabel16 Frekuensi Subjek
N
Self Efficacy
Stress
Valid
44
44
Missing
0
0
78
Jumlah subjek yang mengisi angket penelitian adalah 44 orang, satu orang subjek mengisi dua angket, yaitu angket yang akan mengukur self efficacy dan angket yang akan mengukur stres.
Nilai terendah dari self efficacy adalah 35 (didapat dari :35 dikali 1) karena item untuk penelitian pada skala self efficacy adalah berjumlah 35 dan nilai tertinggi adalah 140 (didapat dari 35 dikali 4), sementara nilai terendah untuk stres adalah 39 (didapat dari 39 dikali 1) karena item untuk penelitian pada skala stres adalah berjumlah 39, dan nilai tertnggi adalah 156 (didapat dari 35 dikali 4).
Pembagian kategori untuk skor dari hasil analisa data pada skala self efficacy adalah sebagai berikut:
Tabel17
Kategori untuk Skor pada Self Efficac.v
Skor
Kategori
35-87
Rendah
88-140
Tinggi
79
Keterangan tabel diatas adalah bahwa subjek yang mendapatkan skor antara 35 - 87 masuk kategori seseorang yang memiliki self efficacy rendah, sebaliknya subjek yang mendapatkan skor antara 88 - 140 masuk kategori seseorang yang memiliki self efficacy tinggi.
Pembagian kategori untuk skor dari hasil analisa data pada skala stres adalah sebagai berikut:
Tabel 18
Kategori untuk Skor pada Stres
Skor
Kategori
39-97
Kecil
98-156
Besar
Tabel diatas menjelaskan bahwa subjek yang mendapatkan skor antara 3997 masuk kategori seseorang yang memiliki stres kecil, sebaliknya subjek yang mendapatkan skor antara 98 - 156 masuk kategori memiliki stres besar.
st~seorang
yang
80
Tabel19 Statistik Deskriptif Skor Self Efficacy dan Stres
Self Efficacy
•\4
Stress
44
Valid N (listwise)
44
Dari tabel diatas, diketahui bahwa dari f;ubjek penelitian yang berjumlah 44 orang tersebut dapat dilihat skor dari self efficacy dan stres yaitu: Subjek dengan skor terrendah pada self efficacy adalah 97 dan subjek dengan skor tc:rtinggi pada self efficacy adalah 131, dengan nilai rata-rata sebesar 117,40 dan standar deviasinya adalah 8,90340. Sementara subjek dengan skor terkecil pada stres adalah ·114 dan subjek dengan skor terbesar adalah 144, dengan nilai rata-rata sebesar 130,6818 dan standar deviasinya 5,90535.
Dengan melihat hasil perhitungan skor pada skala self efficacy dan skala stres diatas, maka dapac dinyatakan bahwa hubungan dari self efilcacy dan stres adalah hubungan searah, karena skor yang dimiliki oleh semua subjek oada kedua skala adalah berjalan searah, yaitu semakin tin<;:JQi self efficacy maka akan semakin besar sires
BABS PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan analisa data serta pengujian hipotesis yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya mengenai pengukuran pada dua variabel dalam penelitian ini yaitu self efficacy dan stres yang alat ukurnya berupa pernyataan-pernyataan yang dibuat dalam bentuk skala Model Likert serta diujicobakan dan diteliti pada murid-murid Taekwondo di Unit Beladiri Baitul Quran (UB2Q), Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, maka jawaban dari masalah dan tujuan dalam penelitian ini yang perhitungannya menggunakan rumus Pearson Correlation didapat hasil sebesar 0,710 dengan korelasi signifikan antara self efficacy dan stres pada taraf kepercayaan 99%.
Kesimpulan penelitian ini menerima hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada hubungan antara self efficacy dan stres anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo dan menolal< hipotesa nol (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan antara self efficacy dan stres anak yang menghadapi ujian kenaikan tingkat olahraga beladiri Taekwondo.
82
Melihat Dari hasil analisa data dalam penelitian ini juga didapat t <1hwa hubungan antara self efficacy dan stres adalah hubungan searah, yaitu semakin self efficacy tinggi rnaka stres semakin besar.
5.2. Diskusi Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang disampaikan oleh Safarino yang menyatakan "The condition that result when person environment transaction
lead the individual to perceive a discrepancy -whether real or not- between the demands of situation and the resources of the person's biological, psychological, or social system." (Safarir·o, 1990). Menu rut Safarino stres yaitu suatu kondisi yang timbul ketika transaksi lingkungan seseorang menuntun individu untuk merasakan ketidaksesuaian --apakah perasaan itu riyata atau tidak-- antara tuntutan-tuntutan situasi dan sumber -surnber jasmani, ruhani, atau sistem. Jadi pada saat ketidaksesuaian antara harapan yang tinggi dan hasil yang diharapkan bernilai rendah rnaka keaciuan ini dapat rnenimbulkan stres. Maksudnya individu yang memiliki se.'f efficacy tinggi akan rnemiliki harapan yang tinggi pada keberhasilan, ser1entara pada saat dilapangan rnenjelang uj1an Taekwondo, subjek dihadapka•l pada situasi yang rnencekam namun dituntut juga untuk lulus ujian, sehingga kognitifnya rnulai berpikir takut akan rnengalami kegagalan, sehingga self etricacy yang tinggi dapat menyebabkan stres yang sernakin besar.
83
Semua subjek yang ingin diukur self efficacy dan stres memiliki sKor yang tinggi pada kedua variabel tersebut, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi antara lain yaitu hampir semua subjek yang berlatih Tael<wondo di Unit Beladiri Baitul Quran (UB2Q) ini rata-rata bertempat tinggal di kawasan elite dan bersekolah di sekolall dengan standar kualitas yang tinggi dan aktivitas yang diikuti adalah aktivitas. yang bertujuan mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual seperti belajar membuat karya ilmiah, mengikuti kajian rutin keagaamaa11 dan i:>erbagai kursus, dirumah pun orangtua mereka biasanya mielatih dengan kemandirian serta pmktik aktivitas ibadah yang rutin dilaksanakan terus dan dipantau perkembangannya, sehingga sekalipun subjek masuk kedC\lam kelompok kanak-kanak akhir namun mi:n.,2!ka memiliki kualitas diri yang baik.
Jug.3 kemungkinan aclany
Vicarious Learning (Bandura dalam Hjelle Larry A & Daniel ,I. Ziegler, 1992). Yaitu menceritakan pengalaman orang lain pada individu yang dianggap memiliki potensi yang sama, karena faktor tersebut dapat menin Jkatkan self
efficacy subjek serta subjek melihat dan mencontoh dari para pE latih yang memberikan support dan selalu berdiskusi dengan mereka setiap habis selesai latihan. Biasanya seorang pelatih akan menggatakan ba'lwa setiap Taekwondoin (individu yang berlatih Taekwondo) punya pot1:msi yang sama.