HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI RB KARTINI PUTRA MEDIKA KLATEN Sri Wahyuni ABSTRAK Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Ada beberapa tahapan selama proses persalinan normal berlangsung yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV. Posisi meneran saat kala II berlangsung ada beberapa macam diantaranya posisi merangkak/ miring ke kiri, jongkok/ berdiri, duduk/ setengah duduk dan terlentang/ supine. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat persalinan berlangsung. Ruptur perineum dapat terjadi pada persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara posisi meneran dengan ruptur perineum di RB Kartini Putra Medika Klaten. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 33 ibu bersalin pada bulan April – Mei 2012. Pengambilan sampel dengan cara total sampling. Hasil penelitian 18 (54.5%) ibu memilih posisi terlentang/supine dan yang mengalami ruptur perineum sebanyak 22 ibu (66,7%). Simpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara posisi meneran dengan ruptur perineum,dengan hasil pengujian metode chi square menunjukkan nilai X2 hitung 9.750 dengan taraf signifikan pvalue = 0,008 (p<0,05) dengan demikian ada hubungan yang bermakna. Saran bagi ibu hamil diharapkan dapat menambah wawasan dan diharap mematuhi anjuran bidan dalam memilih posisi meneran saat proses persalinan sehingga dapat mengurangi resiko ruptur perineum. Kata kunci
: Kehamilan, Posisi meneran, Ruptur perineum.
Sri Wahyuni, Hubungan Posisi ….
I.
59
PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di sebuah negara dari sisi kesehatan masyarakatnya. Menurut SDKI 2007, Angka Kematian Ibu berkisar 228 per 100.000 kelahiran (SDKI, 2007).Millennium Development Goals (MDG’s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak – hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 tujuan MDG’s. Tujuan ke-5 dari MGD’s adalah meningkatkan kesehatan ibu. Meningkatnya angka kesehatan ibu ditandai dengan semakin turunnya angka kematian ibu karena proses persalinan serta masih tetap dilaksanakannya program keluarga berencana, hal tersebut tercermin dengan menurunnya AKI (Depkes RI, 2007). Dalam hal menurunkan angka kematian ibu akibat dari proses persalinan berlangsung, pemerintah pusat telah melatih banyak bidan dan mengirim bidan ke seluruh penjuru Indonesia. Para bidan desa mungkin tidak mendapatkan pelatihan yang cukup atau mungkin kekurangan peralatan dalam memberikan pelayanan kesehatan di lingkup desa binaannya(Depkes RI, 2007).Ruptur perineum merupakan penyebab kedua perdarahan post partum setelah atonia uteri. Ruptur perineum dapat terjadi pada persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya (Saifuddin, 2002). Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Keluhan ruptur perineum tidak hanya berperan atau menjadi bagian penting dari proses persalinan, tetapi juga di perlukan untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil, menjaga aktifitas peristaltik normal (dengan menjaga tekanan intra abdomen) dan fungsi seksual yang sehat (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, 2008) Menurut Sarwono (2002), penyebab ruptur perineum antara lain umur, paritas, berat bayi lahir dan posisi meneran. Wanita yang melahirkan anak pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini di karenakan pada usia < 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar. Dampak persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam, akan tetapi kadang – kadang bisa timbul perdarahan banyak.
60 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
Faktor lain yang berpengaruh adalah berat bayi lahir, semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum dari pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan sekitar 2500 – 4000 gr (Prawirohardjo, 2006). Disamping itu,posisi meneran ada beberapa macam antara lain posisi merangkak/tidur miring, posisi jongkok atau berdiri, posisi duduk/setengah duduk dan posisi terlentang/supine. Meneran dengan posisi miring dapat mengurangi risiko terjadinya ruptur perineum. Sedangkan meneran dengan posisi terlentang risiko terjadinya ruptur perineum lebih besar (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, 2008). II. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik yang bertujuan untuk menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaannya, kemudian data yang dikumpulkan pada penelitian observasional ini dipakai untuk melakukan penelitian analitik, dimana peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel dan apabila ada seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2006). Metode pengambilan data berdasarkan pendekatan waktu dengan menggunakan metode cross sectional yaitu metode pengambilan data yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan subyek yang ada. Metode ini bertujuan agar diperoleh data yang lengkap dalam waktu yang relatif cepat (Notoatmodjo, 2003). 2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek yang dijadikan sasaran penelitian (Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan jumlah 33 ibu bersalindi RB Kartini Putra Medika Klaten pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2012. b. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan obyek yang diteliti atau sasaran penelitian yang dianggap mewakili populasi (Arikunto, 2006). Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RB Kartini Putra Medika Klaten pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2012 dengan jumlah 33 ibu bersalin. c. Teknik Sampling Tehnik sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan total sampling yaitu mengambil semua populasi yang ada dijadikan sebagai sampel (Notoatmodjo, 2007).
Sri Wahyuni, Hubungan Posisi …. 61
3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari individu yang diteliti. Data primer disini adalah data yang didapat dari ibu yang sedang melahirkan sepengetahuan peneliti dan langsung diambil datanya di wilayah kerja RB Kartini Putra Medika Klaten dengan lembar observasi (check list) mengenai ruptur perineum dan posisi meneran ibu bersalin. 4. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini yaitu secara observasi langsung dengan check list untuk menilai posisi meneran ibu saat kala II serta ruptur perineum pada ibu bersalin di RB Kartini Putra Medika Klaten. 5. Analisa Data Analisa data dilakukan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interprestasikan. Analisa data yang digunakan adalah analisa data yang disesuaikan dengan variabel yang akan diuji. Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas (posisi meneran) dan variabel terikat (ruptur perineum) yang berskala nominal maka digunakan rumus Chi Square. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi RB Kartini Putra Medika Klaten terletak di Desa Ngolodono Karangdowo Klaten dengan luas tanah 238 m2. Mempunyai tenaga dokter 3 orang, bidan 4 orang dan perawat 4 orang. RB Kartini Putra Medika Klaten mempunyai fasilitas kamar VK 1 dan ruang perawatan nifas 5 serta melayani ANC, pertolongan Persalinan, Imunisasi, USG ibu hamil, EKG dan pemeriksaan laboratorium. A. Hasil a. Analisa Univariat 1. Umur Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur Responden < 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun Total
Jumlah 2 27 4 33
Sumber : Data Primer Tahun 2012
Prosentase (%) 6,1 87,9 12,1 100
62 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
2. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Responden Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendididkan Tinggi Total
Jumlah 15 15 3 33
Prosentase (%) 45,5 45,5 9,1 100
Sumber : Data Primer Tahun 2012 3. Paritas Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Paritas Responden Jumlah Primipara 11 Multipara 19 Grandemultipara 3 Total 33 Sumber : Data Primer Tahun 2012
Prosentase (%) 33,3 57,6 9,1 100
4. Berat Bayi Lahir Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Bayi Lahir Berat bayi lahir Jumlah Prosentase (%) BBLN 33 100 BBLR 0 0 Total 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2012 5. Posisi Meneran Tabel 4.5 Distribusi Responden BerdasarkanPosisi Meneran Posisi meneran Jumlah Prosentase (%) Merangkak/ berbaring ke kiri 3 9,1 Jongkok/ berdiri 0 0 Duduk/ setengah duduk 12 36,4 Terlentang/ supine 18 54,5 Total 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2012 6. Ruptur Perineum Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Ruptur Perineum Ruptur Perineum Jumlah Prosentase (%) Tidak ruptur 11 33,3 Ruptur 22 66,7 Total 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2012
Sri Wahyuni, Hubungan Posisi …. 63
b. Analisa Bivariat Hubungan Posisi Meneran Dengan Ruptur Perineum Di RB Kartini Putra Medika Klaten. Tabel 4.7 Hubungan Posisi Meneran Dengan Ruptur Perineum Di RB Kartini Putra Medika Klaten. Posisi Meneran
Ruptur Perineum Tidak Ruptur ruptur 0 3
Merangkak/ berbaring ke kiri Jongkok/ berdiri 0 Duduk/ setengah duduk 8 Terlentang/ supine 3 Total 11 Sumber data primer Tahun 2012 “
0 4 15 22
Total
3
X2
9.750
p
0,008
0 12 18 33
B. Bahasan Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 33 responden ibu bersalin di RB Kartini Putra Medika Klaten dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia 20 – 35 tahun sebanyak 27 orang (81,8%). Hal ini menunjukkan bahwa umur respondennya sebagian dalam kategori reproduksi sehat dimana umur ibu antara 20 – 35 tahun dimana organ reproduksi sudah matang (Wiknjosastro, 2002). Berdasarkan pendidikan responden penelitian ini sebagian besar adalah Pendidikan Dasar dan Menengah masing – masing sebanyak 15 orang (45,5%). Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pendidikan akan mempengaruhi wawasan berpikir dan pengetahuan serta perilaku, dalam perilaku juga harus didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan bersifat permanen. Dapat disimpulkan pendidikan merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi pola pikir seseorang, termasuk didalam tindakan ibu bersalin untuk memilih posisi meneran saat proses persalinan kala II berlangsung. Sedangkan berdasarkan paritas sebagian responden multipara sebanyak 19 orang (57,6%). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali (sampai 5 kali) (Mochtar, 2000). Ibu yang bersalin di RB Kartini Putra Medika semua memasuki usia hamil aterm (37 - 42 minggu). Pada periode ini, bayi sudah siap. Di lihat dari bayi yang telah dilahirkan dari 33 responden semua bayi memiliki berat badan lahir normal (BBLN) dimana berat badan antara 2500 – 4000 gram (Wiknjosastro, 2007). Kejadian ruptur perineum dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum sebanyak 22 orang (66,7%) Ruptur
64 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
perineum sering terjadi karena kepala janin terlalu cepat lahir, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, sebelumnya terdapat banyak jaringan parut pada perineum dan persalinan dengan distosia bahu (Saifuddin, 2007). Dari hasil penelitian di ketahui bahwa pertolongan persalinan dengan posisi terlentang/ supine sebanyak 18 orang (54,5%),. Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan Triwahyuni (2011) sebanyak 16 orang (50%) dari 32 responden memilih posisi meneran terlentang/supine. Hasil analisa data diketahui bahwa mayoritas ibu bersalin memilih posisi terlentang/ supine dan mengalami ruptur perineum sebanyak 15 orang (45,5%),yang tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 3 orang (9,1%). Dengan nilai X2 hitung= 9.750 > X2 tabel = 5,591 ρ= 0,008 < 0,05 sehingga hipotesa penelitian berbunyi ada hubungan antara posisi meneran dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin di RB Kartini Putra Medika Klaten. Hasil ini sesuai dengan penelitian Triwahyuni (2011) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan secara statistik antara posisi meneran ibu saat kala II dengan kejadian ruptur perineum dimana nilai ρ=0,033. Penelitian ini menyatakan bahwa perilaku atau tindakan seseorang berasal dari pengetahuan yang didapatkannya. Posisi terlentang (supine) tidak dianjurkan bagi ibu sebab dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh – pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin. Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, 2008). Sedangkan posisi duduk/ setengah duduk sering dipilih ibu bersalin karena dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari posisi ini adalah adanya gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya sehingga kala II tidak berlangsung lama (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, 2008). Menurut Wiknjosastro (2007) penyebab robekan perineum pada persalinan normal ada beberapa macam diantaranya partus presipitatus dan elastisitas perineum. Partus presipitatus jarang disertai dengan komplikasi maternal yang serius jika serviks mengadakan penipisan serta dilatasi dengan mudah, vagina sebelumnya sudah teregang dan perineum dalam keadaan lemas (relaksasi). Namun demikian, kontraksi uterus yang kuat disertai serviks yang panjang serta kaku, dan vagina, vulva atau perineum yang tidak teregang dapat menimbulkan ruptur uteri atau laserasi yang luas pada serviks,
Sri Wahyuni, Hubungan Posisi …. 65
vagina, vulva atau perineum (Wiknjosastro, 2007). Dalam penelitian ini disadari terdapat keterbatasan penelitian antara lain masalah teknik pengambilan data secara primer dengan lembar observasional check list dengan teknik total sampling dalam pengambilan sampel dari total seluruh jumlah populasi yang ada.Sebaiknya apabila suatu saat peneliti lain melakukan penelitian yang sama hendaknya lebih memperhatikan populasi serta sampel yang diambil sehingga informasi penelitian lebih bervariat. IV. Simpulan dan Saran a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RB Kartini Putra Medika Klaten dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Posisi Meneran ibu bersalin di RB Kartini Putra Medika Klaten sebagian besar berposisi terlentang/ supine sebanyak 18 orang (54,5%). 2. Kejadian Ruptur Perineum di RB Kartini Putra Medika Klaten sebanyak 22 orang (66,7%) ibu bersalin mengalami ruptur perineum. 3. Berdasarkan uji statistik dengan teknik korelasi Chi Square dapat disimpulkan Ada Hubungan Antara Posisi Meneran Dengan Ruptur Perineum Di RB Kartini Putra Medika Klaten. b. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diberikan sebagai berikut : 1. Bagi Institusi Pendidikan Bagi Institusi Pendidikan di harapkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang macam – macam posisi meneran saat kala II berlangsung. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Khusus bagi ibu bidan/ penolong persalinan diharapkan dapat lebih meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan pertolongan persalinan memberikan pendidikan kesehatan bagi ibu hamil trimester III tentang berbagai macam posisi meneran saat persalinan dan memberikan arahan posisi meneran yang benar dan tepat sehingga tidak terjadi ruptur perineum saat kala II berlangsung. 3. Bagi Ibu Bersalin Untuk menambah wawasan khususnya para ibu bersalin diharapkan mematuhi anjuran bidan dalam memilih posisi meneran saat proses persalinan sehingga dapat mengurangi resiko kejadian ruptur perineum. 4. Bagi Peneliti Untuk penelitian berikutnya perlu diteliti lebih lanjut tentang faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya ruptur perineum pada saat persalinan.
66 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Rineka Cipta. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2003. Populasi & Vital Statistik. Dikutip dari : www.bps.go.id. Diakses pada Februari 2012. Budiarto, E. 2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. ECG. Dahlan M S. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Edisi III. Jakarta : Salemba Medika. Depkes,
2007. Every Year 30,000 Die by www.depkes.go.id/en/2102ev.htm, diakses 6 Maret 2012.
Measles,
2008. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Dikutip dari : www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 15 Februari 2012. Dinkes Jawa Tengah, 2008. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dikutip dari : www.dinkes-jateng.go.id. Diakses pada tanggal 15 Februari 2012. Herdiana. 2007. Tips pijat perinium,(http://.www.klikdokter.com). Kesehatan Reproduksi. 2009. (http://reproduksijiumj.blogsport.com) Lestari. 2007. Hubungan Paritas Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Puskesmas Mergansan Yogyakarta Tahun 2007. Masri Sinaribun,2006. Metode Penelitian LP3IS. Jakarta Nasution, Nur’aisyah. 2008.Faktor – faktor Yang Brhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Di RSU Dr. Pringadi Medan Periode Januari – Desember 2007. Notoadmodjo, S. 2002. Metodelogi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta. 2007. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta.
Sri Wahyuni, Hubungan Posisi …. 67
Purnawati. 2009. Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Di Ruanga Kebidanan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 2009. Riwidikdo, S. 2008. Statistik Kesehatan. Mitra Cendikia. Jogjakarta. Saifuddin, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta SDKI.
2007. Kematian Maternal Di Indonesia. http://noeytamalanrevolute.blogspot.com/2008/12/kematianmaternal.html.
Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Gravindo Persaja. Jakarta. Sugiono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. CV Alfa Beta. Bandung. Triwahyuni, Yuli.2011.Hubungan Posisi Meneran Dengan kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin di RB Boyolali. Wiknjosastro, Hanafi. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
68 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
A. POSISI MENERAN Petunjuk pengisian : Berilah tanda chek (√ ) pada kolom jawaban yang telah disediakan. Macam Posisi Meneran
Posisi Ibu Bersalin Yang Dipilih
Merangkak dan berbaring ke kiri
Jongkok atau berdiri
Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi terlentang (supine)
B. ROBEKAN PERINEUM Petunjuk pengisian : Berilah tanda chek (√ ) pada kolom jawaban yang telah disediakan. Perineum Utuh Perineum Ruptur