Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Pola Asuh dan Asupan Zat Gizi
HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS 1
1
1
2
Hendrayati , Nadimin , Sirajuddin Siti Uswatun Hasanah 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2 Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar Abstract Background: Undernutrition (stunting and wasting) is one of the factors of most of the morbidity and mortality events in Indonesia, especially children Maros city with 11.4% incidence of wasting and stunting of 15.8%. One of the causes of Undernutrition on baduta nutrient intake that is less and less appropriate parenting. The purpose of this study was to determine the relationship of parenting and nutrient intake in children of stunting and wasting in the village Allepolea, sub lau, Maros. Objective: The purpose of this study was to determine the relationship of pattern parenting and nutrient intake in children of stunting and wasting in the village Allepolea, sub Lau, Maros. Methods: This research is analytic. Samples amounted to 37 people chosen by purposive sampling. Examined nutrient intake of energy and protein was obtained from the nutrient intake recall 2x24 hours. Nutritional status was obtained from anthropometric measurements. To determine the relationship between variables Chi Square test. Results: The results showed that the number of children in Sub Allepolea wasting is 20 people (54.1%) while the child stunting are 18 people (48.6%). The results of the analysis of parenting variables with the incidence of wasting indicates p value = 0.295, parenting with the incidence of stunting p = 0.909, wasting energy intake with the incidence of p = 0.211, energy intake with stunting keadian ie p = 0.13 and protein intake with the incidence of wasting namely p = 0.02 and protein intake with the incidence of stunting is p = 0.420. Conclusion: Concluded that research parenting and nutrient intake showed no significant relationship with the incidence of wasting or stunting Suggestion: is recommended for mothers with pattern parenting less to improve parenting, starting from attention to nutrient intake of children, and child care needs, because parenting is one of the factors that may affect the nutritional status of children Keywords: Pattern Parenting, energy intake, protein intake, stunting and wasting
PENDAHULUAN Status gizi merupakan salah satu faktor penentu dalam menilai kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Gangguan status gizi pada awal kehidupan akan menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik, mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas dimasa dewasa (Supariasa dkk, 2001). Malnutrisi terutama Undernutrition (stunting dan wasting masih menjadi penyebab kematian anak,. (Arisman, 2004). Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah menurunkan angka kematian anak. 52
Target MDGs adalah untuk mengurangi dua pertiga dari angka kematian anak pada tahun 1990 yaitu 97 kematian per 1.000 kelahiran hidup menjadi 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup.. Tujuan MDGs tersebut tidak akan tercapai apabila masalah undernutrition belum berhasil diatasi (Dwi, 2013). PBB mengungkapkan bahwa stunting mempengaruhi hampir sepertiga dari anak di bawah 5 tahun, dengan prevalensi yang lebih tinggi di negara-negara berkembang seperti Afrika dan Asia Selatan (Rah et al, 2010 dalam Dwi, 2013).
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Pada tahun 2011, sekitar 101 juta anak usia di bawah lima tahun (balita) di berbagai belahan dunia mengalami kekurangan berat badan (underweight), 165 juta mengalami hambatan pertumbuhan atau kekerdilan (stunting), dan 52 juta mengalamai penyusutan (wasting) karena kekurangan gizi (undernutrition) (Unicef, 2013).Indonesia menempati peringkat kelima dengan kasus stunting terbanyak, dan peringkat keempat dengan kasus wasting terbanyak dari 88 negara di dunia (Unicef, 2013). United Nation Childrens Fund (Unicef) memperkirakan sekitar 7,5 juta balita di Indonesia mengalami hambatan pertumbuhan sehingga tampak stunting atau memiliki tinggi kurang dari harapan di usianya. Angka ini menunjukkan, sekitar 4,5% prevalensi stunting pada balita di seluruh dunia terjadi di Indonesia. Sementara itu, sekitar 5,4% prevelensi penyusutan pada balita secara global juga terjadi di Indonesia. Sekitar 2,8 juta balita di Indonesia mengalami penyusutan sehingga tampak wasting karena memiliki berat badan kurang dari harapan sesuai usianya (Unicef, 2011). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010, status gizi Balita di Indonesia dengan indikator BB/U menunjukkan prevalensi gizi buruk yaitu 4,9 %, gizi kurang 13,0 %, dan gizi lebih 5,8 %. Balita stunting sebanyak 23,1%, balita stunting kronis sebanyak 15,8%, serta balita wasting adalah 7,2% dan 4,8% balita wasting kronis. Kasus gizi buruk di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 mencapai 286 kasus. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya 150 kasus (Riskesdas, 2010). Kabupaten Maros memiliki masalah gizi pada balita dengan sebaran; balita gizi buruk 3,9%, balita gizi kurang 12,9%, balita wasting sebanyak 10,3% dan balita wasting kronis sebanyak 11,4% (Riskesdas, 2007). Faktor yang mempengaruhi status gizi diantaranya adalah asupan zat gizi, pola pengasuhan anak, dan pendapatan keluarga. Salah satu hal yang menentukan status gizi anak balita adalah besarnya asupan makanan dan pola pengasuhan anak (Depkes RI, 2001). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sarah dkk, tahun 2012 menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh dan status gizi (Sarah dkk, 2012). Asupan zat gizi yang diperoleh dari makanan merupakan faktor langsung yang dapat menentukan status gizi anak balita. Status gizi sangat berperan terhadap
Pola Asuh dan Asupan Zat Gizi
kesehatan anak balita, dimana anak balita yang mengalami status gizi kurang bahkan buruk akan berdampak pada kesehatan anak, kecerdasan dan produktivitas anak dimasa yang akan datang (Unicef,1990). Sari Purwaningrum melaporkan bahwa balita yang memiliki asupan energi kurang, memiliki peluang mengalami status gizi kurang sebesar 2-3 kali lebih besar dibandingkan balita yang memiliki asupan energi cukup (Sari Purwaningrum, 2012). Berdasarkan uraian diatas, maka journal ini menguraikan hasil penelitian tentang hubungan pola asuh dan asupan zat gizi pada baduta stunting atau wasting di kelurahan Allepolea kecamatan Lau kabupaten Maros. METODE PENLITIAN Penelitian ini adalah penelitian analitik yang akan menilai hubungan pola asuh dan asupan zat gizi pada baduta stunting dan atau wasting di Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Waktu penelitian pada bulan Desember 2013 sampai bulan Juni 2014. Sampel penelitian ini adalah baduta stunting atau wasting, yang memenuhi kriteria sebagai berikut : Responden bersedia untuk terlibat dalam pe nelitian ini, Anak dan ibu dalam kondisi sehat, Merupakan Penduduk yang tinggal menetap pada wilayah penelitian dan berada ditempat pada saat penelitian dilakukan Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Purpossive Sampling yaitu salah satu teknik pengumpulan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti. Instrumen penelitian yang digunakan adalah menggunakan lembar kuesioner dan alat ukur Timbangan berat badan merk seca, type digital dengan tingkat ketelitian 0.1 kg dan Pengukur tinggi badan merk seca, dengan tingkat ketelitian 0.1 cm. Data pola asuh dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara terhadap responden dengan instrumen kuesioner. Data asupan zat gizi dikumpulkan dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam. Penilaian status gizi dilakukan dengan pengukuran antropometri yaitu melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan, Indeks yang dipergunakan BB/TB dan TB/U. Data kemudian diolah serta disajikan dalam bentuk tabulasi dan narasi.
53
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
HASIL PENELITIAN Umur anak Tabel 01 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur anak di Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Kabupaten Maros Umur Anak 6 – 11 bulan 12 – 24 bulan Total
n 10
% 27.0
27
72.9
37
100
Tabel 01 menunjukkan bahwa dari 37 sampel yang paling banyak adalah sampel denga umur 12-24 bulan sebanyak 27 orang (27.9%). Jenis Kelamin Tabel 02 Distribusi Sampel Berdasarkan jenis kelamin anak di Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Kabupaten Maros Jenis Kelamin Anak laki-laki perempuan
n 17 20
% 45.9 54.1
Total
37
100
Tabel 02 menunjukkan bahwa dari 37 sampel yang paling banyak adalah sampel dengan jenis kelamin perempuan yaitu 20 orang (54.1%). Pola Asuh Tabel 03 Distribusi sampel berdasarkan pola asuh ibu Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Kabupaten Maros Pola Asuh Baik Kurang Total
n 25 12
% 67.6 32.4
37
100
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 37 sampel yang pola asuhnya baik adalah sebanyak 25 orang (67.6%)
Pola Asuh dan Asupan Zat Gizi
Asupan Energi Tabel 04 Distribusi sampel berdasarkan asupan energi Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Kabupaten Maros Asupan Energi Baik Kurang Total
% 86.5 13.5 100
Tabel 04 menunjukkan bahwa dari 37 sampel yang memiliki asupan energy yang baik adalah sebanyak 32 orang (86.5%). Asupan Protein Tabel 05 Distribusi Sampel Berdasarkan asupan protein di Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Kabupaten Maros Asupan Protein Baik Kurang
n 23 14
% 62.2 37.8
Total
37
100
Tabel 05 menunjukkan bahwa dari 37 sampel yang memiliki asupan protein yang baik adalah sebanyak 23 orang (62.2%). Status gizi dengan indikator BB/TB Tabel 06 Distribusi Sampel Berdasarkan Status gizi dengan indikator BB/TB di Kelurahan Allepolea Indikator BB/TB Normal Wasting
n 17 20
% 45.9 54.1
Total
37
100
Tabel 06 menunjukkan bahwa dari 37 sampel yang terkategori wasting adalah sebanyak 20 orang (54.1%). Status gizi dengan indikator TB/U Tabel 07 Distribusi Sampel Berdasarkan Status gizi dengan indikator TB/U di Kelurahan Allepolea Indikator TB/U Normal
n 19
% 51.4
Stunting
18
48.6
37
100
Total
54
n 32 5 37
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Pola Asuh dan Asupan Zat Gizi
Tabel 07 menunjukkan bahwa dari 37 sampel yang terkategori stunting adalah sebanyak 18 orang (48.6%). Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi BB/TB Tabel 09 Distribusi Sampel Berdasarkan hubungan pola asuh dengan status gizi (BB/TB) di Kelurahan Allepolea
Pola asuh Baik Kurang Total
Status Gizi normal wasting n % n % 15 60.0 10 40.0 5 41.7 7 58.3
n 25 12
% 67.6 32.4
20
37
100
54.1
17
45.9
Balita yang memiliki pola asuh baik lebih banyak pada anak dengan status gizi normal (60.0%). Namun, anak dengan pola asuh yang kurang cenderung mengalami kekurangan gizi (kurus/wasting). Berdasarkan
Total Nilai p
0.295
hasil analisis statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p= 0.295 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan status gizi(BB/TB).
Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi TB/U Tabel 14 Distribusi sampel Berdasarkan hubungan pola asuh dengan status gizi TB/U di Kelurahan Allepolea Status Gizi normal stunting n % n % 12 48.0 13 52.0
n 25
% 67.6
Kurang
6
50.0
6
50.0
12
32.4
Total
18
48.6
19
51.4
37
100
Pola asuh Baik
Balita yang memiliki pola asuh baik lebih banyak pada anak dengan status gizi normal (48.0%). Namun, anak dengan pola asuh yang kurang memiliki nilai yang sama antara status gizi normal dan stunting.
Total
Nilai p
0.909
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p= 0.909 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan status gizi (TB/U).
55
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Pola Asuh dan Asupan Zat Gizi
Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi BB/TB Tabel 15 Distribusi sampel berdasarkan hubungan asupan energy dengan status gizi BB/TB Kelurahan Allepolea Status Gizi normal wasting n % n %
n
%
Baik Kurang
16 4
50.0 80.0
16 1
50.0 20.0
32 5
86.5 13.5
Total
20
54.1
17
45.9
37
100
Asupan energi
Balita yang memiliki pola asuh baik pada anak dengan status gizi normal memiliki nilai yang sama yaitu (50.0%). Namun, anak dengan asupan energi yang kurang mengalami status gizi normal. Berdasarkan
Total
Nilai p
0.211
hasil analisis statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p= 0.211 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi(BB/TB).
Asupan Energi dengan status gizi TB/U Tabel 16 Distribusi Sampel Berdasarkan hubungan asupan energi dengan status gizi TB/U Kelurahan Allepolea
Asupan energi Baik Kurang Total
Status Gizi normal stunting n % % 14 43.8 18 56.3 4 80.0 1 20.0 18 48.6 19 51.4
Balita yang memiliki asupan energi baik lebih banyak pada anak dengan status gizi pendek (43.8%). Namun, anak dengan asupan energi yang kurang mengalami status gizi normal. Berdasarkan hasil analisis statistik
Total n 32 5 37
% 86.5 13.5 100
Nilai p
0.132
dengan uji chi square diperoleh nilai p= 0.132 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi(TB/U).
Asupan Protein dengan status gizi BB/TB Tabel 17 Distribusi Sampel Berdasarkan hubungan asupan protein dengan status gizi BB/TB Kelurahan Allepolea
Asupan protein Baik Kurang Total
Status Gizi normal wasting n % n % 14 60.9 9 39.1
n 23
% 62.2
Nilai p
3 17
14 37
37.8 100
0.02
21.4 45.9
11 20
Balita yang memiliki asupan protein baik lebih banyak pada anak dengan status gizi normal (60.9%). Namun, anak dengan
56
78.6 54.1
Total
asupan protein yang kurang mengalami kekurangan gizi (kurus/wasting). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi square
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Pola Asuh dan Asupan Zat Gizi
diperoleh nilai p= 0.02 artinya ada hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan status gizi(BB/TB). Asupan Protein dengan status gizi TB/U Tabel 18 Distribusi Sampel Berdasarkan hubungan asupan protein dengan status gizi TB/U Kelurahan Allepolea
Asupan protein Baik Kurang Total
Status Gizi normal stunting n % n % 13 56.5 10 43.5 6 42.9 8 57.1 19 51.4 18 48.6
Balita yang memiliki asupan protein baik lebih banyak pada anak dengan status gizi pendek (56.5%). Namun, anak dengan asupan protein yang kurang mengalami status gizi normal. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p = 0.420 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status gizi(TB/U). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square pada variabel pola asuh dengan kejadian stunting menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p> 0.05). Hal ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa pola pengasuhan merupakan salah satu pendukung untuk mencapai status gizi yang baik bagi anak. Hal ini disebabkan bahwa banyak faktor langsung yang lebih dominan dalam membentuk status gizi anak, Pola pengasuhan merupakan faktor pendukung yang bersifat tidak langsung (Milis. I, 2004 di dalam Silfiya dkk, 2005). Pada anak stunting ditemukan hasil bahwa pola asuh kurang pada anak stunting memiliki nilai yang sama dengan anak dengan status gizi norma. Hal ini menunjukan bahwa sama saja pola asuh pada anak stunting dan anak normal dikabupaten Maros. Unicef,1990 mengungkapkan bahwa pola asuh ibu dapat mempengaruhi status gizi anak. Namun demikian pada anak stunting pola asuh bukan merupakan faktor langsung yang dominan. (Soekirman, 2000). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square pada variabel asupan energi dengan kejadian wasting menunjukkan nilai dimana ditemukan hasil
Total n 23 14 37
% 62.2 37.8 100
Nilai p 0.420
bahwa asupan energy baik pada anak dengan status gizi wasting memiliki nilai yang sama dengan anak dengan status gizi normal yang artinya tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan bahwa asupan bukan merupakan faktor tunggal yang dapat mempengaruhi status gizi namun ada faktor lain, berdasarkan teori Unicef,1990 bahwa status gizi di pengaruhi secara langsung oleh asupan dan penyakit infeksi, Gangguan gizi pula disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan dan kebiasaan makan yang salah. Adapun faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zatzat gizi tidak sampai pada sel-sel tubuh setelah makanan di konsumsi (kelainan pencernaan) (Almatsier, 2001). Selain itu pula asupan energi merupakan hasil dari rangkaian metabolisme protein dan lemak dan bukan merupakan zat gizi yang berdiri sendiri (almatsier,2001). Sedangkan pada variable asupan energi dengan kejadian stunting tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang dikatakan oleh IOM, 2002 dalam Hadi riyadi, 2013 bahwa energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik.Pada anak-anak kebutuhan energy selain untuk aktifitas juga untuk pertumbuhan (Almatsier, 2001). Berdasarkan hasil analisis pada variabel asupan protein dengan kejadian wasting menunjukkan nilai dimana ditemukan hasil bahwa asupan protein baik pada anak 57
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
dengan status gizi wasting memiliki nilai lebih besar yaitu 8.1% dibandingkan pada anak dengan status gizi normal secara statistik hubungan keduanya bermakna (p<0.05). Penelitian ini sejalan dengan pendapat Supariasa, 2002 yang mengatakan bahwa Kekurangan energi dan protein (KEP) merupakan kekurangan gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Asupan protein sampel di Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Kabupaten Maros lebih dominan baik hal ini dikarenakan meskipun daerah tersebut bukan merupakan daerah penghasil sumber protein terbesar namun daerah tersebut memiliki akses yang cukup baik untuk memperoleh makanan sumber protein, misalnya tersedianya trasportasi yang terjangkau untuk berbelanja ke pasar dan hal lain yang mempengaruhi adalah cukup banyaknya masyarakat yang berternak ayam sehingga mempermudah sampel untuk mendapatkan sumber asupan protein. Namun pada analisis asupan protein dengan kejadian stunting tidak terdapat hubungan yang signifikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chandra, 2011 diperoleh bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kejadian stunting yaitu dari sisi genetik orang tua terutama ayah, jarak kelahiran <2 tahun, riwayat anak BBLR dan kondisi sosial ekonomi orang tua anak. KESIMPULAN 1. Pola asuh bukan merupakan faktor pendukung kejadian wasting pada anak balita 2. Pola asuh bukan merupakan faktor pendukung kejadian stunting pada anak balita 3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian wasting 4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian stunting 5. Ada hubungan yang bermakna antara Asupan Protein dengan kejadian wasting 6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian stunting SARAN Disarankan untuk ibu-ibu dengan pola asuh kurang untuk memperbaiki pola asuh anak, dimulai dari memperhatikan asupan zat
58
Pola Asuh dan Asupan Zat Gizi
gizi anak, perawatan anak dan kebutuhannya, karena pola asuh yang salah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak secara tidak langsung. DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S, dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC . Candra, Aryu (2011) faktor risiko stunting pada anak 1-2 tahun di perkotaan. Masters thesis, Program Pascasarjana Unversitas Diponegoro. Depkes RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010 www.litbang.depkes.gi.id.pdf (diakses, 27 Desember 2013). Depkes RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. www.litbang.depkes.gi.id.pdf (diakses, 27 Desember 2013). Dwi sisca K,dkk. 2013. Faktor langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak umur 6-59 bulan di Indonesia : jurnal kesehatan masyarakat,Balitbangkes,Kementerian RI. Endang Suwiji. 2006. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status gizi pada Balita Usia 4–12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kabupaten Blora tahun 2006. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. Hadiriyadi. 2013. Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Karbohidrat, Lemak, serat .files.wordpress.com/2013/03/ pdf. (diakses 17 Desember 2013). Kemendikbud, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. http://www.google.com.online.(diakses ,15 Desember 2013). Nadimin, dkk, 2011. Bahan Ajar Metodologi Penelitian Gizi. Makassar : Poltekkes Gizi. Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nurmiati, 2006.GangguanpertumbuhanLinear(stunting). Http//respository.ejurnalIPB.ac.id/bitstream/handle(diaks es,29 Desember 2013).
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014
Milis. I, 2004. Pola pengasuhan terhadap gangguan pertumbuhan bayi. http://ejournal.litbang.depkes.go.id(di akses,16 juli 2014) Purwaningrum dkk. 2012.Hubungan antara asupan makanan dan status kesadaran gizi keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas: jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. Sarah,Brigitte dkk, 2012.Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting anak usia 623 bulan di wilayah pesisir kecamatan Tallo Kota Makassar : jurnal
Pola Asuh dan Asupan Zat Gizi
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. Sirajuddin,dkk. 2012. Survei Konsumsi Makanan. Makassar : Poltekkes Gizi Soekirman. 2000. Penanggulangan gizi makro di Indonesia. http://www.slideshare.net (diakses,16 juli 2014) United Nation of Children’s Fund (Unicef), 2013. Persoalan Pangan Indonesia.http://m.kompasiana.(diakse s,17 Desember 2013). WHO. 2004. Gizi Buruk Anak Didunia. http ://www .google .com/url WHO2004GIZIBURUK-buruk.html (diakses,17 Desember 2013)
59