HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS DENGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO KOTA PEKALONGAN 2015
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh: Febi Listiyarini NIM.6411411018
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Juli 2015 ABSTRAK Febi Listiyarini. Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Pencegahan Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015, XIV + 64 halaman + 12 tabel + 4 gambar + 18 lampiran Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan cacing filaria dewasa yang hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Tahun 2014 Kelurahan Kertoharjo masih mempunyai Mf-rate 9,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini digunakan Random Sampling. Jumlah sampelnya adalah 70. Hasil penelitian ini didapatkan data responden yang memiliki pengetahuan cukup (24,3%) dan pengetahuan baik (75,7%). Responden yang memiliki sikap cukup (40,0%) dan sikap baik (60,0%). Responden yang memiliki kondisi fisik lingkungan buruk (40,0%) dan baik (60,0%). Tidak ada hubungan pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan dengan pvalue (0,584>0,005) dan ada hubungan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan dengan p-value (0,014<0,005). Saran yang peneliti rekomendasikan adalah meningkatkan sikap tentang pencegahan penularan filariasis yang baik terhadap kondisi fisik lingkungan. Kata Kunci : Filariasis, Kondisi Fisik Lingkungan, Kota Pekalongan. Kepustakaan : 32 (1997-2014).
ii
Public Health Science Departement Faculty of Sport Science Semarang State University July 2015 ABSTRACT Febi Listiyarini. Relationship of Knowledge and Attitudes about Prevention of Transmission of Filariasis with Physical Environment Sub Kuripan Kertoharjo Pekalongan City in 2015, XIV + 64 pages + 12 tables + 4 pictures + 18 attachments Filariasis is a systemic infection caused by adult filarial worms that live in the human lymph nodes and blood transmitted by mosquitoes. In 2014 Kertoharjo have mf-rate 9,7%. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes about the prevention of transmission of filariasis with the physical condition of the environment. This type of research is analytic with cross sectional approach. In this study used random sampling. The number of samples is 70. From the results of this study, the data of respondents who have enough knowledge (24.3%) and a good knowledge (75.7%). Respondents who has enough attitude (40.0%) and a good attitude (60.0%). Respondents who have poor physical environmental conditions (40.0%) and good (60.0%). there is no relationship of knowledge about the prevention of transmission of filariasis with the physical condition of the environment with a p-value (0.584> 0.005) and there was a relationship attitudes about the prevention of transmission of filariasis with the physical condition of the environment with a p-value (0.014 <0.005). Suggestions researchers recommend is to improve understanding attitude on the prevention of transmission of filariasis well to the physical condition of the environment. Keywords : Filariasis, Physical Environment, Pekalongan. Bibliography : 32 (1997-2014).
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasik pekerjaan saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian manapun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan dalam daftar pustaka.
Semarang,
Penulis
iv
Agustus 2015
v
MOTTO dan PERSEMBAHAN Motto: Berdoa dan berusaha keras untuk sebuah cita-cita. (Penulis)
Persembahan: 1. Untuk yang tercinta Ayah yang tak hentinya memberikan kasih sayang, dukungan, serta doa penuh harapan. 2. Untuk yang tersayang Almh. Ibu yang pernah hidup untuk memberikan seluruh kasih sayang dan pengorbanannya. 3. Kakakku, semua saudara dan semua sahabatku.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015” dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini sudah tentu banyak pihak yang telah turut serta memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Bapak Dr. H. Harry Pramono, M.Si. atas ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes atas persetujuan penelitian. 3. Penguji I, Bapak Sofwan Indarjo, S.KM, M.Kes atas arahan dan persetujuan penelitian. 4. Penguji II, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S,KM, M.Kes atas arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi. 5. Dosen Pembimbing, Ibu Arum Siwiendrayanti, S.KM, M.Kes atas bimbingan dan arahan dalam menyesaikan skripsi.
vii
6. Lurah Kuripan Kertoharjo, Bapak Bilal, S.Sos atas ijin dilakukannya penelitian oleh penulis. 7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Raminto dan Almarhumah Ibu Sudjinah serta kakakku Subandi dan Siswoyo atas motivasi, doa, kasih sayang, dan dukungan materiil selama perkuliahan hingga selesai. 8. Teman-teman Novia, Emy, Ina, Gilang, Mumun, Wulan yang telah terlibat dalam penelitian. 9. Teman-teman D’Kepo Fika, Dyas, Tyas, Exa, Dinda, Yuyun, Izza yang selalu memberikan semangat. 10. Dan semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyususnan skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis yakin dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Atas saran dan masukan yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih. Semarang,
Penulis
viii
Juli 2015
DAFTAR ISI Halaman JUDUL .......................................................................................................
i
ABSTRAK .................................................................................................
ii
ABSTRACT ...............................................................................................
iii
PERNYATAAN .........................................................................................
iv
PENGESAHAN .........................................................................................
v
MOTTO dan PERSEMBAHAN ..............................................................
vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................
6
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................
7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................
11
2.1 Definisi Filariasis ..................................................................................
11
2.2 Epidemiologi Filariasis .........................................................................
11
2.3 Etiologi Filariasis ..................................................................................
12
2.4 Vektor....................................................................................................
13
ix
2.5 Cara Penularan Filariasis.......................................................................
14
2.6 Tanda dan Gejala Filariasis ...................................................................
16
2.7 Diagnosa Filariasis ................................................................................
17
2.8 Pengobatan Filariasis ............................................................................
18
2.9 Pencegahan Filariasis ............................................................................
20
2.10 Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik Lingkungan .....................
23
2.11 Praktik Pencegahan Filariasis dari Faktor Lingkungan ......................
30
2.12 Kerangka Teori....................................................................................
34
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................
35
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................
35
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................
36
3.3 Hipotesis Penelitian...............................................................................
37
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ..........................
37
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................
39
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................
39
3.7 Sumber Data ..........................................................................................
41
3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ............................
42
3.9 Validitas dan Reliabilitas ......................................................................
43
3.10 Prosedur Penelitian..............................................................................
44
3.11 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................
47
4.1 Gambaran Umum ..................................................................................
47
4.2 Hasil Penelitian .....................................................................................
49
BAB V PEMBEHASAN ...........................................................................
54
5.1 Pembahasan ...........................................................................................
54
x
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ...................................................
59
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................
60
6.1 Simpulan ...............................................................................................
60
6.2 Saran ......................................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
62
LAMPIRAN ...............................................................................................
65
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1: Keaslian Penelitian ....................................................................
7
Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran..............................
37
Tabel 3.2: Pembagian Sampel Masing-masing RW ...................................
40
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur .......................
48
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Pekerjaan ........
48
Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan ..............
48
Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan .................
49
Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pencegahan Penularan Filariasis ...................................................................................................... 50 Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi Sikap tentang Pencegahan Penularan Filariasis 50 Tabel 4.7: Distribusi Frekuensi Kondisi Fisik Lingkungan ........................
51
Tabel 4.8: Hubungan antara Pengetahuan tentang Pencegahan Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan .............................................................. 51 Tabel 4.9: Hubungan antara Sikap tentang Pencegahan Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan ........................................................................... 52
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.3: Tiga Spesies Cacing Filaria ....................................................
13
Gambar 2.5: Siklus Penularan Filariasis .....................................................
16
Gambar 2.11: Kerangka Teori ....................................................................
34
Gambar 3.1: Kerangka Konsep ...................................................................
35
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Surat Tugas Pembimbing .......................................................
65
Lampiran 2: Ethical Clearance ...................................................................
66
Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ..........................................
67
Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari Ristekin ..........................................
68
Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari Dinkes Kota Pekalongan ................
69
Lampiran 6: Surat Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................
70
Lampiran 7: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................
71
Lampiran 8: Kuesioner Penelitian ...............................................................
72
Lampiran 9: Tabulasi Skor Uji Validitas Pengetahuan ...............................
76
Lampiran 10: Tabulasi Skor Uji Validitas Sikap ........................................
77
Lampiran 11: Data Pengetahuan Responden ..............................................
78
Lampiran 12: Data Sikap Responden ..........................................................
81
Lampiran 13: Data Hasil Penelitian ............................................................
84
Lampiran 14: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan .................
87
Lampiran 15: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap ............................
89
Lampiran 16: Analisis Chi Square Data Pengetahuan dengan Kondisi Fisik Lingkungan ................................................................................................. 91 Lampiran 17: Analisis Chi Square Data Sikap dengan Kondisi Fisik Lingkungan ..................................................................................................................... 93 Lampiran 18: Dokumentasi .........................................................................
xiv
95
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan cacing filaria dewasa yang hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki (elephantiasis), pembesaran lengan, payudara, dan alat kelamin pada wanita maupun laki-laki. Penyakit ini menyebabkan produktifitas penderitanya penurun dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit akibat kehilangan jam kerja yang disebabkan penyakit tersebut (Akhsin Zulkoni, 2011:55). Data WHO menunjukkan bahwa 1,3 milyar penduduk dunia yang tinggal di 83 negara berisiko tertular filariasis dan 60% kasus berada di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara jumlah kasus mencapai 851 juta penderita dan Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi. Di Indonesia pada tahun 2005 sampai dengan 2009 berturut-turut jumlah kasus klinis yaitu 8.242, 10.427, 11.473, 11.699, dan 11.914 (Kemenkes RI, 2010:5). Pada tahun 2011 di Jawa Tengah jumlah kasus 537 dengan 141 kasus baru yang mana 125 kasus ditemukan di Kota Pekalongan dan sisanya tersebar di 8 Kabupaten/Kota lain (Dinkes Provinsi Jateng, 2011:29). Pada tahun 2012 jumlah kasus 565 penderita (Dinkes Provinsi Jateng, 2012:26). Kota Pekalongan adalah daerah dengan jumlah kasus terbanyak di Jawa Tengah. Kasus filariasis di Kota
1
2
Pekalongan ditemukan tahun 2002. Pada tahun 2004 mulai dilakukan Survei Darah Jari (SDJ) yang menunjukkan bahwa Kota Pekalongan endemis filariasis karena Mf-rate (Microfilaria-rate) >1% (Dinkes Kota Pekalongan, 2012). Angka kasus filariasis tahun 2010 berjumlah 63 kasus yang terdiri dari 55 kasus klinis dan 8 kasus kronis. Pada tahun 2011 menjadi 117 kasus yang terdiri dari 110 kasus klinis dan 7 kasus kronis. Pada tahun 2012 jumlah kasus menjadi 66 penderita yang terdiri dari 59 kasus klinis dan 7 kasus kronis dan tahun 2013 7 kasus klinis (Dinkes Kota Pekalongan , 2013). Program pencegahan penularan filariasis yang sudah dicanangkan Kota Pekalongan adalah Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP). Hasil pelaksanaan POMP menunjukkan pada tahun 2011 sampai 2013 berturut-turut 3,79%; 3,81%; dan 4,26% penduduk tidak minum obat. Pada tahun 2013 penduduk tidak minum obat dengan alasan 60% bepergian, 11% menolak, 2% meninggal, dan 27% dengan alassan lain (Dinkes Kota Pekalongan, 2013). Survei pemeriksaan darah jari yang dilakukan dari tahun 2009 sampai 2012 terdapat Mf-rate>1% yaitu Kelurahan Tegalrejo 2,3%, Kelurahan Pabean 3,39%, Kelurahan Bandengan 2,39% dan Kelurahan Kertoharjo 4,18%. Tahun 2011 Kelurahan Kertoharjo hasil Mf-rate-nya >1 % yaitu sebesar 3,5%. Tahun 2014 Kelurahan Kertoharjo masih mempunyai Mf-rate 9,7%. Artinya bahwa Kelurahan Kertoharjo yang sekarang menjadi RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo masih menjadi daerah endemis filariasis. Program pencegahan filariasis tidak hanya pengobatan masal tetapi pengendalian vektor dan peran serta
3
masyarakat juga menjadi perhatian untuk mencegah penularan filariasis (Widoyono, 2008:141). Oleh karena itu untuk mengurangi perkembangan vektor penularan filariasis perlu adanya pengendalian lingkungan. Banyak faktor risiko yang dapat menimbulkan kejadian filariasis. Salah satunya adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kepadatan vektor penularan filariasis. Faktor lingkungan dapat menunjang kelangsungan hidup vektor sehingga pengendalian dari faktor lingkungan masih sangat diperlukan. Oleh karena itu pengendalian vektor penularan filariasis perlu dikendalikan untuk membuat kondisi lingkungn tidak cocok sebagai perkembangan dan peristirahatan nyamuk, dimana pemberantasan tempat perkembangan nyamuk melalui pembersihan saluran pembuangan air, pengaliran air yang tergenang, penebaran bibit ikan pemakan jentik. Pemberantasan tempat peristirahatan nyamuk melalui pembersihan semak-semak dan pembersihan kandang ternak (Widoyono, 2008:141). Kondisi fisik lingkungan tercipta dari perilaku yang dipengaruhi dari praktik seseorang, perubahan perilaku seseorang diikuti tahapan antara pengetahuan, sikap, dan praktik. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu, untuk menciptakan kondisi lingkungan fisik yang diharapkan diperlukan pendirian yang kuat untuk mencegah penularan filariasis dari kondisi fisik lingkungan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:140). Terbentuknya sikap didasari pengetahuan yang didapat untuk mengetahui tujuan dan manfaat bagi kesehatan. Pengetahuan tentang pencegahan penularan dengan kondisi fisik lingkungan yang
4
dimiliki diharapkan seseorang akan membentuk perilaku yang akan langgeng bahkan selama hidup dilakukan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:18). Menurut Risky Amalia (2013:1) tentang faktor risiko kejadian filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan tahun 2013, OR tempat perindukan nyamuk 8,556, OR keberadaan kandang disekitar rumah 11, OR kondisi sanitasi sekitar rumah 8,556, OR tingkat pengetahuan 10,714,. Menurut Ardias (2012:202) tentang faktor lingkungan dan perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Sambas bahwa OR habitat nyamuk 11,074 dan OR resting place 4,840. Hasil survei pendahuluan pada tanggal 12 Februari 2014 pada 20 rumah menunjukkan bahwa kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo 90% terdapat semak-semak, 70% terdapat saluran pembuangan air limbah yang terbuka dan limbah tidak mengalir, 25% terdapat genangan air, 10% terdapat ternak disekitar rumah, dan 45% dari 20 responden pernah mengikuti penyuluhan filariasis. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015”. Penelitian ini bagian dari penelitian hibah bersaing yang berjudul “Program Aktif-Mandiri (Aksi Tindakan Filariasis-Media Baca Hindari Filariasis) Sebagai Penyempurna Akselerasi Eliminasi Filariasis Dalam Menurunkan Mf-rate Wilayah Endemis Filariasis di Kota Pekalongan”.
5
1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Rumusan Masalah Umum Adakah hubungan pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015? 1.2.2 Rumusan Masalah Khusus 1. Adakah hubungan pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015? 2. Adakah hubungan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015.
di Kelurahan Kuripan
6
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 2. Untuk mengetahui hubungan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 1.4 MANFAAT HASIL PENELITIAN Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1.4.1 Untuk Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Pekalongan untuk mengambil kebijakan dalam menanggulangi filariasis. 1.4.2 Untuk Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Sebagai bahan pustaka di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakt dan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri semarang dalam pnegembangan ilmu di bidang Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 1.4.3 Untuk Peneliti Manfaat penelitian untuk peneliti adalah:
7
1. Dapat memperoleh ilmu, pengalaman serta penerapan materi yang telah diperoleh dalam perkuliahan dan penelitian dapat dilakukan untuk tugas akhir atau skripsi. 2. Penerapan pengetahuan tentang Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang dimiliki terhadap kenyataan dilapangan. 3. Sebagai upaya pengembangan pribadi dalam berfikir logis, terstruktur, dan tersistematis. 4. Dapat diketahui seberapa penting penerapan Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku di Masyarakat. 1.5 KEASLIAN PENELITIAN Keaslian penelitian ini merupakan matrik yang memuat tentang judul, penelitian, nama peneliti, tahun, tempat penelitian, desain penelitian, variabel, dan hasil penelitian (Tabel 1.1). Tabel 1.1: Keaslian Penelitian No
Judul Penelitian
Nama Peneliti
Tahun dan Tempat Penelitian
Rancangan Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2013, Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan
Explanatory Research, cross sectional
Variabel Bebas: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan, sikap, persepsi,
Variabel faktor yang berhubungan dengan praktik pencegahan filariasis adalah tingkat pendidikan p=0,041; jenis pekerjaan
1.
Faktor-Faktor Dina yang Agustiantin Berhubungan ingsih dengan Praktik Pencegahan Filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan
8
Selatan Kota Pekalongan Tahun 2013
sosialisasi pengobatan masal dari Dinas kesehatan, dukungan kepala keluarga, dukungan tenaga pelaksana eliminasi, dan pemeliharaan hewan ternak
p=0,047; tingkat pengetahuan p=0,000; sikap p=0,000; persepsi p=0,000; dan dukungan kepala keluarga p=0,000.
Variabel Bebas: praktik menutup kasa ventilasi, tempat perindukan nyamuk, kebiasaan keluar rumah malam hari, kebiasaan menggunakan obat nyamuk oles, kondisi sanitasi sekitar rumah, tingkat pengetahuan filariasis, jenis pekerjaan, kebiasaan menggunakan baju dan celana panjang pada malam hari, praktik minum obat filariasis, keberadaan kandang ternak,
Variabel faktor yang berhubungan dengan faktor risiko filariasis adalah praktik menutup kasa ventilasi p=0,034; tempat perindukan nyamuk p=0,015; kebiasaan keluar rumah malam hari 0,006; kebiasaan menggunakan obat nyamuk oles p=0,002; kondisi sanitasi sekitar rumah p=0,015; tingkat pengetahuan filariasis p=0,012; jenis pekerjaan p=0,034;
Variabel yang tidak berpengaruh Variabel adalah umur, Terikat: praktik jenis kelamin, pencegahan tingkat penyakit pendapatan, filariasis sosialisasi pengobatan masal, dukungan TPE, dan memelihara hewan ternak 2.
Faktor Risiko Risky Kejadian Amelia Filariasis Di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan Tahun 2013
2013, Kelurahan Kertoharjo Pekalongan Selatan
Case Control
9
jenis kelamin Variabel Terikat: kejadian filarisis
kebiasaan menggunakan baju dan celana panjang pada malam hari p=0,002; praktik minum obat filariasis p=0,005 Variabel yang tidak berpengaruh adalah keberadaan kandang ternak dan jenis kelamin.
3.
Faktor-Faktor Arry yang Kurniyanti Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Desa Bringin Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun 2007
2008, Desa Cross Bringin Sectional Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
Variabel Bebas: kebersihan lingkungan, keluar rumah malam hari, menutup ventilasi dengan kasa, obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot, obat anti nyamuk oles, kelambu, baju dan celana panjang pada malam hari, obat anti nyamuk oles saat kerja, pekerjaan, bekerja dengan baju panjang, bekerja dengan celana panjang
Ada hubungan antara faktorfaktor dengan kejadian filariasis dengan p<0,05
Variabel Terikat: kejadian filariasis
Dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan terdapat beberapa perbedaan yaitu sebagai berikut:
10
1. Penelitian menjelaskan mengenai faktor pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 2. Variabel yang berbeda dengan penelitian terdahulu adalah kondisi fisik lingkungan. 3. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional. 1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.6.1 Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan. 1.6.2 Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Agustus 2015. 1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan Pengambilan data ini termasuk dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan kajian Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015”.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI FILARIASIS Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan cacing filaria dewasa yang hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki (elephantiasis), pembesaran lengan, payudara, dan alat kelamin pada wanita maupun laki-laki. Penyakit ini menyebabkan produktifitas penderitanya penurun dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit akibat kehilangan jam kerja yang disebabkan penyakit tersebut (Akhsin Zulkoni, 2011:55). Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular pada saluran dan kelenjar kemih yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat manahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009:1). 2.2 EPIDEMIOLOGI FILARIASIS Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa. Di Indonesia filariasis banyak ditemukan di pedesaan. Di kota hanya Wuchereria Bancrofti yang
11
12
ditemukan di kota Jakarta, Tangerang, Pekalongan, Semarang, dan kota lain (Inge Sutanto, 2009:40). Survei prevalensi filariasis yang telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan menunjukkkan bahwa prevalensi infeksi cukup tinggi, mulai dari 0,5% sampai 19,46%. Prevalensi dapat berubah dan pada umumnya kondisi akan berubah dengan adanya kemajuan dalam pembangunan yang menyebabkan perubahan lingkungan. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor-faktor seperti hospes, hospes reservoir, vektor, dan keadaan lingkungan yang sesuai untuk menunjang kelangsungan hidup masing-masing (Inge Sutanto, 2009:40). Sebagai vektor filariasis, perilaku nyamuk merupakan penentu penyebaran filariasis dan timbulnya daerah endemis filariasis. Perilaku vektor tersebut yaitu: (1) derajat infeksi alami yang dapat diketahui dengan hasil pembedahan nyamuk yang tersebar dialam (2) sifat antropofilik dan zoofilik yang meningkatkan jumlah sumber infeksi (3) umur nyamuk yang panjang hingga mampu mengembangkan pertumbuhan larva mencapai stadium infektif untuk ditularkan (4) dominasi terhadap spesies nyamuk lain (5) mudah menggunakan tempat pengandung air sebagai tempat perindukan nyamuk dari telur sampai dewasa (Rosdiana Safar: 2010:246). 2.3 ETIOLOGI FILARIASIS Penyebab filariasis disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009:2), yaitu:
13
2.3.1
Wuchereria Bancrofti Wuchereria Bancrofti dewasa berbentuk seperti rambut, berwarna putih
susu. Panjang tubuh cacing jantan sekitar 4 cm, ekor yang melengkung dilengkapi spikulum yang tidak sama panjang. Panjang cacing betina sekitar 10 cm, mempunyai ekor yang runcing (Soedarto, 2011:221). 2.3.2
Brugia Malayi Brugia Malayi betina panjangnya dapat mencapai 55 mm, sedangkan cacing
jantan hanya sekitar 23 mm (Soedarto, 2011:225). 2.3.3. Brugia Timori Brugia Timori betina sekitar 39 mm, sedangkan cacing jantan panjangnya sekitar 23 mm (Soedarto, 2011:225).
Gambar 2.3: Tiga Spesies Cacing Filaria (Sumber: Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009:2) 2.4 VEKTOR Menurut Akhsin Zulkoni (2011:58) banyak spesies nyamuk yang menjadi vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing filarianya. Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk yang diketahui bertindak sebagai vektor yaitu dari genus Mansonia, Culex, Anopheles, Aedes dan Armigeres. Oleh karena itu filariasis menular sangat cepat. Dijelaskan bahwa vektor nyamuk itu sebagai berikut:
14
1) Wuchereria Bancrofti perkotaan dengan vektor Culex Quinquefasciatus yang tempat perindukannya air kotor dan tercemar (Inge Sutanto, 2009:41). Selain itu dapat hidup pada tempat yang berair jernih dan permukaan dapat ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan air (Rosdiana Safar, 2010:245). Artinya bahwa kondisi lingkungan dengan keadaan saluran air pembuangan limbah yang tidak mengalir,rawa-rawa dan genangan air sangat berpotensi menjadi penularan filariasis. 2) Wuchereria Bancrofti pedesaan dengan vektor Anopheles, Aedes, dan Armigeres. 3) Brugia Malayi dengan vektor Mansonia sp, dan Anopheles Barbirostris. Mansonia dapat berkembang biak dalam rawa-rawa. 4) Brugia Timori dengan vektor Anopheles Barbirostris. Vektor ini dapat berkembang biak di daerah sawah, baik didekat pantai maupun didaerah pedalaman. 2.5 CARA PENULARAN FILARIASIS Penularan filariasis pada seseorang terjadi gigitan nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva. Nyamuk mendapat cacing filaria kecil (mikrofilaria) ketika menghisap darah penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria (Akhsin Zulkoni, 2011:59). Menurut Ditjen P2 & PL Depkes RI (2009:3) siklus penularan filariasis yaitu sebagai berikut:
15
2.5.1
Tahap Perkembangan Dalam Tubuh Nyamuk (Vektor) 1) Nyamuk menghisap darah penderita (mikrofilaremia) beberapa mikrofilaria ikut terhisap dan masuk lambung nyamuk. 2) Setelah berada dalam lambung nyamuk, mikrofilaria melepas selubung kemudian menembus dinding lambung menuju rongga badan dan selanjutnya ke thoraks. 3) Didalam thoraks, larva stadium I berkembang menjadi larva stadium II dan selanjutnya berkembang menjadi larva stadium III yang infektif. Waktu perkembangan dari larva stadium I ke stadium III untuk W. Bancrofti antara 10-14 hari dan untuk B. Malayi dan B. Timori 7-10 hari. 4) Lava stadium III menuju alat tusuk (probosis) nyamuk dan akan berpindah ke manusia jika nyamuk tersebut menggigit. 5) Mikrofilaria dalam tubuh nyamuk hanya mengalami perubahan bentuk dan tidak berkembangbiak sehingga diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya infeksi.
2.5.2
Tahap Perkembangan Dalam Tubuh Manusia (Hospes Reservoir) 1) Larva stadium III dalam tubuh manusia menuju sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa jantan atau betina. 2) Cacing betina menghasilkan mikrofilaria dalam darah melalui kopulasi. Secara periodik akan mengeluarkan 50.000 larva setiap hari.
16
3) Perkembangan larva stadium III menjadi cacing dewasa dan menghasilkan mikrofilaria untuk W. Bancrofti selama 9 bulan dan untuk B. Malayi dan B. Timori selama 3 bulan.
Gambar 2.5: Siklus Penularan Filariasis (Sumber: http://www.dpd.cdc.gov/dpdx) 2.6 TANDA DAN GEJALA FILARIASIS Menurut Ditjen PP & PL Depkes RI (2009:5), tanda dan gejala filariasis terdiri dari: 2.6.1
Tanda dan Gejala Klinis Akut
1) Demam berulang selama 3-5 hari. Demam akan hilang setelah istirahat dan akan timbul setelah bekerja berat.
17
2) Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa luka), di lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas, dan sakit. 3) Radang saluran kelenjar getah bening yang berasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. 4) Abses filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah. 5) Pembengkakan tungkai, lengan, payudara, skrotum yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (limfadema dini). 2.6.2
Tanda dan Gejala Klinis Kronis Pembengkakan yang menetap pada tungkai, lengan, payudara, dan skrotum.
2.7 DIAGNOSA FILARIASIS Menurut Inge Sutanto (2009:35), diagnosa filariasis dapat dipastikan dengan pemeriksaan: 2.7.1
Diagnosis Parasitologi
1) Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah. Pengambilan darah harus dilakukan pada malam hari yaitu pukul 20.00 s.d 02.00 waktu setempat (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009:5). Pada pemeriksaan histopatologi, kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan kelenjar limfe dari jaringan yang dicurigai sebagai tumor. 2) Teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit melaui DNA parasit menggunakan reaksi rantai polimerase (Polymerase Chain Reaction/ PCR). Teknik ini mampu memperbanyak DNA sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi parasit pada crytic infection.
18
2.7.2
Diagnosis Radiologi
1) Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah bening akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak terutama untuk evaluasi hasil pengobatan. Pemeriksaan ini hanya bisa digunakan untuk infeksi filaria W. Bancrofti. 2) Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan adanya zat radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik sekalipun pada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia. 2.7.3
Diagnosis Imunologi Deteksi
antigen
dengan
immunochromatographic
test
(ICT)
yang
menggunakan antibodi monoklonal telah dikembangkan untuk mendeteksi W. Bancrofti dalam sirkulasi darah. Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah. Deteksi
antibodi
dengan
menggunakan
antigen
rekombinan
telah
dikembangkan untuk mendeteksi antibodi subklas IgG4 pada filariasis Brugia. Kadar antibodi IgG4 meningkat pada penderita mikrofilaremia. Deteksi antibodi tidak dapat membedakan infeksi lampau dan infeksi aktif. Pada stadium obstruktif, mikrofilaria sering tidak ditemukan lagi di dalam darah. Kadang mikrofilaria tidak dijumpai di dalam darah, tetapi ada di dalam cairan hidrokel atau cairan kiluria. 2.8 PENGOBATAN Menurut Widoyono (2008:141) dan Akhsin Zulkoni (2011:60), pengobatan filariasi dapat diberikan obat sebagai berikut:
19
2.8.1
Diethilcarbamazyne (DEC) Pada kasus yang masih bersifat subklinis (gejalanya belum tampak)
sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis dengan terapi suportif misalnya dengan antipiretik dan analgesik. Sedangkan jika sudah mikrofilaremia negatif, yaitu ketika cacing dewasa sudah terlihat, barulah DEC menjadi acuan obat utama. Penggunaan standar DEC yaitu 6 mg/kgBB (total dosis 72 mg) selama 12 hari yang mampu membunuh parasit-parasit yang ada didalam tubuh. Biasanya penggunaan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan Albendazole atau Ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif. Penggunaan DEC diberikan oral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih. 2.8.2
Ivermecitin (Mectizan) Ivermecitin diberikan 400 mg dua kali sehari selama 21 hari, obat ini
merupakan alternatif yang mampu menunjukkan hasil yang baik. 2.8.3
Albendazole Albendazole diberikan 400 mg dua kali sehari selama 21 hari, obat ini
merupakan alternatif yang mampu menunjukkan hasil yang baik. 2.8.4
Doksisiklin Doksisiklin bekerja terhadap bakteri simbiotik yaitu Wolbacia yang hidup
dalam cacing filaria. Jika bakteri tersebut dibunuh maka cacing tersebut juga mati. Doksisiklin telah terbukti efektif terhadap cacing Wuchereria sp.
20
2.9 PENCEGAHAN Menurut Widoyono (2008:141), pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan: 2.9.1 Pengobatan Masal Pengobatan massal dilakukan didaerah endemis dengan Mf-rate >1% dengan menggunakan Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albendazole sekali selama 5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah demam dari reaksi obat diberikan Paracetamol. Pengobatan massal diikuti seluruh penduduk di daerah endemis yang berusia 2 tahun ke atas. Pengobatan dapat ditunda pada orang yang sedang sakit, anak-anak di bawah usia 2 tahun, dan wanita hamil (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009:6). 2.9.2 Pengendalian Vektor Pengendalian vektor adalah pemberantasan tempat perkembangan nyamuk melalui saluran pembuangan air limbah, pengaliran air yang tergenang, penebaran ikan pemakan jentik, menghindari dai gigitan nyamuk dengan memasang kelambu, menggunakan obat nyamuk oles, memasang kasa pada ventilasi rumah, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau semprot Menurut Inge Sutanto (2009:275) pengendalian vektor dibagi menjadi (1) pengendalian secara alami dan (2) pengendalian secara buatan. 2.9.2.1 Pengendalian Secara Alami Pengendalian secara alami berhubungan dengan faktor ekologi, adanya gunung, lautan, sungai. Ketidakmampuan mempertahankan hidup vektor pada
21
daerah dengan ketinggian tertentu dari permukaan laut. Perubahan musim, iklim yang panas, udara dingin, udara kering, angin, curah hujan, dan tanah tandus yang tidak memungkinkan perkembangbiakan vektor. Adanya burung, katak, cicak yang dapat memakan vektor. 2.9.2.2 Pengendalian Secara Buatan Pengendalian secara buatan yang dapat dilakukan atas usaha manusia adalah: 1) Pengendalian lingkungan (environment control), yaitu dilakukan dengan cara mengelola lingkungan, dengan memodifikasi atau manipulasi lingkungan sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok untuk yang dapat mencegah atau membatasi perkembangan vektor. Cara ini paling aman karena tidak merusak keseimbangangan alam dan tidak mencemari lingkungan. Dalam modifikasi lingkungan yaitu mengubah sarana fisik yang bersifat permanen, misalnya (1) mengatur irigasi, (2) menimbun tempat yang dapat menampung air atau mengalirkan genangan air, (3) pengubahan rawa menjadi sawah, (4) dan mengubah hutan menjadi tempat pemukiman. Dalam manipulasi lingkungan dapat dilakukan dengan cara pembersihan atau pemeliharaan sarana yang ada supaya tidak menjadi tempat perindukan vektor dan hasilnya tidak bersifat permanen. Misalnya (1) membersihkan tanaman air, (2) melancarkan saluran pembuangan air limbah. 2) Pengendalian kimiawi menggunakan bahan kimia untuk membunuh vektor. Kelebihannya dapat membunuh vektor dengan segera sehingga dapat menekan populasi dalam waktu singkat. Kekurangannya pengendalian ini bersifat
22
sementara dan menyebabkan pencemaran lingkungan dan kemungkinan timbul resistensi pada vektor. Misalnya (1) pemakaian paris green, temefos, dan fention untuk membunuh larva nyamuk, (2) penggunaan herbisida untuk membunuh tanaman air untuk perkembangan nyamuk, dan (3) penggunaan insektisida residual spray untuk membunuh nyamuk dewasa. 3) Pengendalian mekanik dilakukan dengan alat yang langsung membunuh, menangkap, menghalau, menyisir vektor. Misalnya, (1) menggunakan baju lengan panjang, menggunakan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. 4) Pengendalian fisik menggunakan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan, dan penggunaan alat listrik untuk pengadaan angin dan penyinaran. Misalnya, (1) memasang hembusan angin keras pada pintu masuk, (2) memasang lampu kuning untuk menghalau nyamuk. 5) Pengendalian biologik dengan memperbanyak pemangsa sebagai musuh alami bagi vektor. Pemangsa yang efktif untuk nyamuk yaitu ikan yang dapat memangsa larva nyamuk. 6) Pengendalian genetika bertujuan untuk mengganti populasi vektor yang berbahaya dengan populasi yang baru dan tidak berbahaya. Caranya yaitu dengan memandulkan dengan bahan kimia. 7) Pengendalian legislatif yaitu untuk mencegah tersebarnya vektor berbahaya dari suatu daerah. Misalnya karantina dipelabuhan laut dan udara untuk mencegah masuknya vektor penyakit. Di Indonesia jika melanggar peraturan tersebut akan dikenakan sanksi oleh pemerintah.
23
2.9.3 Peran Serta Masyarakat Ketersediaan masyarakat dalam pemeriksaan survei darah jari, bersedia meminum obat anti filariasis secara teratur sesuai dengan ketentuan petugas, memberitahukan kepada petugas kesehatan jika menemukan penderita filariasis, dan bersedia membersihkan sarang nyamuk atau tempat perkembangan nyamuk. 2.10 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI FISIK LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat menularkan filariasis. Kondisi fisik lingkungan di daerah endemis sangat diperlukan untuk mencegah penularan filariasis. Filariasis didaerah endemi dapat diduga jenisnya dengan melihat keadaan lingkungan. (Inge Sutanto, 2009:41). Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:137).Menurut Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo (2012:18) bahwa perilaku untuk mewujudkan kondisi lingkungan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 2.10.1 Faktor Predisposisi (predisposing factors) 2.10.1.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang terhadap objek tertentu melalui pengindraan yang dimiliki. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan. Pengetahuan sesorang terhadap objek mempunyai tingkatan yang berbeda. Tingkatan pengetahuan meliputi 6 bagian, yaitu:
24
1) Tahu (know) Untuk mengetahui sesorang tahu atau tidak dapat diukur menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Apakah masyarakat mengetahui bagaimana cara mencegah filariasis dari faktor lingkungan. 2) Memahami (comprehention) Seseorang dapat dikatakan memahami suatu objek maka harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui. 3) Aplikasi (application) Aplikasi adalah pengaplikasian prinsip dari pemahaman yang diketahui pada situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan kemudian mencari hubungan komponen yang terdapat dalam objek yang diketahui. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk meringkas dengan kata-kata sendiri dari materi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan sesorang untuk menilai dari suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang pencegahan filariasis diperlukan sebagai dasar membentuk perilaku pencegahan terhadap kondisi fisik lingkungan. Diharapkan dengan memiliki pengetahuan tentang pencegahan filariasis mengenai bagaimana lingkungan itu tidak menjadi tempat perindukan dan peristirahatan nyamuk, maka perilaku menjaga kondisi fisik lingkungan dapat dilakukan selama seumur hidup.
25
Menurut Rizky Amelia (2014:8) bahwa pengetahuan mengenai penyakit filariasis sangat penting sebagai penunjang keberhasilan upaya pemberantasan penyakit filariasis yang dilakukan. Upaya pencegahan yang dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan yang aplikatif dan sederhana dilakukan seperti pencegahan filariasis dengan pengendalian vektor untuk membentuk kondisi lingkungan supaya tidak cocok sebagai perindukan dan peristirahatan nyamuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang filariasis berisiko 10,714 kali dengan kejadian filarisis. Dalam penelitian Dina Agustiantiningsih (2013:194) bahwa hubungan pengetahuan dengan praktik pencegahan filariasis berhubungan (p-value=0,000). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukann dengan wawancara yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dalam subjek penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:140). 2.10.1.2 Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap objek tertentu. Sikap meliputi faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan untuk mengungkapkan dari objek tertentu. Menutut Newcomb dalam Soekidjo Notoatmojdo (2012:140), bahwa sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksaan motif tertentu. Menurut Alport dalam Soekidjo Notoatmodjo (2012:141) sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1) Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
26
Komponen-komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi merupakan hal yang sangat penting. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012:141) sikap mempunyai 4 tingkat dalam intensitasnya, yaitu: 1) Menerima (receiving) diartikan bahwa seseorang mau menerima stimulus yang diberikan. 2) Menanggapi (responding) diartikan memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan 3) Menghargai (valving) diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek 4) Bertanggung jawab (responsible) adalah bertanggung jawab apa yang telah diyakininya. Sesorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Sikap merupakan cerminan suka tidaknya seseorang terhadap obyek tertentu. Untuk membentuk kondisi fisik lingkungan sebagai upaya pencegahan filariasis diperlukan pendirian atau keyakinan yang kuat bahwa kondisi fisik lingkungan dapat mencegah penularan filariasis. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang objek yang bersangkutan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:142). Dalam penelitian
27
Dina Agustiantiningsih (2013:194) bahwa hubungan sikap dengan praktik pencegahan filariasis berhubungan (p-value=0,000). 2.10.2 Faktor Pemungkin (enabling factors) Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan perilaku sesorang. Faktor pemungkin meliputi sarana dan prasana yang mendukung untuk perilaku kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:19). 2.10.2.1 Sosialisasi Pencegahan Penularan Filariasis Sosialisasi pencegahan penularan merupakan kegiatan pencegahan filariasis. Sosialisasi ini merupakan upaya yang dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya filariasis. Menurut Dina Agustiantinisngsih (2013:195) bahwa sosialisasi pengobatan masal merupakan inti dari kegiatan pengobatan masal supaya orang mau minum obat untuk mencegah filariasis. Maka sosialiisasi mengenai kondisi lingkungan fisik perlu di lakukan supaya masyarakat tidak berisiko untuk tertular filariasis. 2.10.3 Faktor Penguat (reinforcing factors) Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat meliputi dukungan tenaga pelaksana eliminasi dan dukungan keluarga. 2.10.3.1 Dukungan Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) Dukungan tenaga pelaksana eliminasi (TPE) sangat berengaruh terhadap pencegahan penularan filariasis. Karena TPE memiliki tugas dalam pemberantasan nyamuk penular filariasis. Tugasnya yaitu memberi contoh cara memberantas nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk, menggerakkan masing-masing keluarga binaannya untuk meniadakan tempat berkembang biak nyamuk secara teratur
28
dirumah
dan
lingkungan
sekitarnya,
dan
mengajak
bergotong
royong
membersihkan tempat berkembang biak nyamuk dalam lingkungan pemukoman (Ditjen P2 & PL Depkes RI, 2008:6). 2.10.3.2 Dukungan Keluarga Dukungan terdiri dari informasi yang menuntun orang bahwa ia diurus, disayangi, memiliki rasa nyaman, dipedulikan, dihargai, dan dibantu atau di dukung (Eunike R. Rustiana, 2005:80). Dukungan yang diberikan orang tua adalah dasar perilaku terutama perilaku kesehatan
bagi
anak-anak mereka
(Soekidjo
Notoatmodjo, 2012:44). Dukungan keluarga dapat diberikan kepada anggota keluarganya yang dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan kepada keluarga yang lainnya. Semakin tinggi pengetahuan maka akan semakin efektif dalam mendukung keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan melalui kondisi fisik lingkungan. Pada hasil penelitian bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan praktik pencegahan filariasis (p-value=0,000) (Dina Agustiantiningsih, 2013:195). 2.10.4 Karakteristik individu 2.10.4.1 Pendidikan Pendidikan adalah upaya agar masyarakat berperilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, memberi informasi, memberikan kesadaran, dan lain sebagainya. Mengenai dampak yang timbul dari pendidikan terhadap perubahan perilaku memakan waktu lama, tetapi bila perilaku dapat diadopsi oleh masyarakat maka akan langgeng bahkan seumur hidup (Soekidjo Notoadmodjo, 2012:18). Karena pendidikan yang semakin tinggi akan mudah menyerap informasi yang diberikan. Pendidikan mempunyai hubungan dengan praktik pencegahan
29
filariasis (p-value=0,041) (Dina Agustiantiningsih, 2013:193). Pendidikan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan kata lain mengupayakan agar perilaku masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2013:18). 2.10.4.2 Umur Umur atau usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (A Wawan, 2010:17). Dalam penelitian ini ditentukan usia dewasa yaitu umur 18 sampai 55 tahun. 2.10.4.3 Jenis pekerjaan Kebiasaan bekerja pada malam hari perlu diperhatikan karena berkaitan dengan intensitas kontak dengan vektor. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena umumnya laki-laki lebih sering kontak dengan vektor karena pekerjaannya (Ditjen P2 & PL Depkes RI, 2008:18). Menurut Dina Agustiantiningsih (2013:193) jenis pekerjaan berhubungan dengan praktik pencegahan filariasis (p-value=0,047). Responden yang bekerja sebagai buruh sering bekerja lembur pada malam hari. Kebiasaan bekerja lembur pada malam hari tersebut dapat meningkatkan intensitas kontak dengan vektor filariasis. Artinya terjadi peningkatkan tindakan pencegahan penyakit filariasis jika pekerjaan yang dilakukan responden tidak dilakukan pada siang hari sebaliknya jika pekerjaan yang dilakukan pada malam hari maka tindakan pencegahan terhadap penyakit rendah.
30
2.10.5 Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan mempunyai pendekatan yang menetapkan sasaran ketersediaan, keterjangkauan, dan ketepatan. Pelayanan kesehaatan meliputi preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif untuk mencapai kesehatan. Selain itu melibatkan pendidikan atau promosi pola perilaku peningkatan kesehatan. Pelayanaan kesehatan memberikan prioritas pada orang yang membutuhkan, memberikan perhatian pada masalah kesehatan utama di suatu komunitas (Eunike R. Rustiana, 2005:5). 2.11
PRAKTIK
PENCEGAHAN
FILARIASIS
DARI
FAKTOR
LINGKUNGAN Lingkungan sangat berpengaruh terhadap distribusi kasus filariasis dan mata rantai penularannya. Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik, lingkungan biologi, lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya (Ditjen P2 & PL Depkes RI, 2008:16). 2.11.1 Lingkungan Fisik Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim, geografis, dan struktur geologi. Lingkungan fisik sangat berkaitan dengan kehidupan vektor, sehingga berpengaruh terhadap penularan filariasis. Lingkungan fisik dapat menciptakan perindukan dan beristirahatnya
nyamuk.
Suhu
dan
kelembaban
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan, masa hidup serta keberadaan nyamuk. Lingkungan fisik sebagai tempat perindukan (breeding place) dan peristirahatan nyamuk (resting place) adalah:
31
2.11.1.1 Kondisi saluran pembungan air limbah (SPAL) Dalam penelitan Santoso (2011:3) bahwa jenis dan kondisi tempat penampungan air limbah dengan kejadian filariasis berhubungan (p-value=0,000). Penderita yang tidak mempunyai SPAL akan membiarkan air limbah mengalir begitu saja, dan mengakibatkan genangan air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan berpotensi tejadinya kejadian filariasis. Menurut Rizky Amelia (2014:6) tempat perindukan nyamuk sebaiknya ditiadakan dengan cara selalu menjaga kebersihan lingkungan, secara rutin membersihkan SPAL, tidak membiarkan sampah menumpuk, dan minimal seminggu sekali sebaiknya dibersihkan untuk pengendalian vektor. Hasil penelitian bahwa tempat perindukan nyamuk (breeding place) berisiko 8,556 kali terhadap kejadian filariasis. 2.11.1.2 Kondisi genangan air Genangan air disekitar rumah atau tempat tinggal memiliki risiko terhadap kejadian filariasis karena genangan air tersebut sebagai habitat vektor filariasis. Genangan air mempunyai risiko 38,031 kali terhadap kejadian filariasis (Ardias dkk, 2012:203). Menurut Mulyono dalam Ardias dkk (2012:203) bahwa genangan air merupakan faktor risiko untuk terjadinya filariasis sebesar 4,12 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki genangan air. Oleh karena itu untuk memutus rantai penularan filariasis diperlukan penimbunan genangan air supaya tidak menjadi habitat vektor filariasis. Menurut Ike Ani Windiastuti dkk (2013:54) bahwa habitat nyamuk dengan kejadian filariasis didapatkan nilai (pvalue=0,003). Responden yang rumahnya terdapat habitat nyamuk memiliki risiko
32
8,707 kali lebih besar menderita filariasis dibandingkan dengan responden yang rumahnya tidak memiliki habitat nyamuk, karena genangan air menjadi habitat nyamuk Cx. Quinquefasciatus diluar rumah, dengan jumlah air (50 cc) nyamuk sudah dapat menggunakannya sebagai habitat. 2.11.1.3 Kondisi kandang ternak Menurut Bagus Febrianto, dkk (2008:53) keberadaan kandang ternak mempunyai hubungan dengan kejadian filariasis (p-value=0,02). Keberadaan kandang ternak di dekat rumah mempunyai dampak yang besar untuk tertular filariasis. Kandang ternak mempunyai temperatur dan kelembaban ideal untuk perkembangbiakan vektor. 2.11.1.4 Kondisi semak-semak Tempat peristirahatan yamuk Cx. Quinquefasciatus diluar rumah adalah semak-semak karena sifatnya terlindung dari matahari dan lembab. Cx. Quinquefasciatus merupakan vektor filariasis di Kota Pekalongan. Semakin dekat jarak rumah dengan semak-semak maka semakin besar peluang untuk tertular filariasis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semak-semak berisiko 2,170 kali tertular filariasis (p-value=0,025) (Ike Ani Windiastuti dkk, 2013:55). Menurut Mulyono dalam Ike Ani Windiastuti dkk (2013:55) bahwa semak-semak berisiko 4,194 kali terhadap kejadian filariasis. Dalam penelitian Ardias, dkk (2012:202) bahwa resting place berhubungan dengan kejadian filariasis (p-value=0,006), (OR 4,840).
33
2.11.2 Lingkungan Biologi Menurut Mukono (2000:11) dalam hubungannya dengan penyakit maka dari sektor lingkungan biologi dapat dibagi dalam beberapa hal sebagai berikut: 1. Agen penyakit yang infeksius 2. Reservoir (manusia atau binatang) 3. Vektor pembawa penyakit (lalat, nyamuk, dll) 4. Tumbuhan dan binatang Lingkungan biologi dapat menjadi rantai penularan filariasis. Contoh lingkungan biologi adalah tanaman air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk Mansonia sp. Dalam penelitian Santoso (2011:6) bahwa keberadaan ternak berhubungan dengan kejadian filariasis (p-value=0,000). Keberadaan ternak dapat menjadi penghambat untuk terjadinya penularan filariasis, yaitu dapat menjadi penghambat agar nyamuk tidak menggigit manusia bila kandang ternak terletak diantara tempat perkembangbiakan dan rumah pemiliknya. 2.11.3 Lingkungan Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Lngkungan sosial, ekonomi dan budaya adalah lingkungan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi manusia, termasuk perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan dan tradisi penduduk. Kebiasaan bekerja pada malam hari perlu diperhatikan karena berkaitan dengan intensitas kontak dengan vektor. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena umumnya laki-laki lebih sering kontak dengan vektor karena pekerjaannya.
34
2.12 Kerangka Teori Karakteristik Individu 1. Umur 2. Pendidikan 3. Jenis pekerjaan
Faktor predisposisi (predisposing factors) 1. Pengetahuan pencegahan filariasis 2. Sikap pencegahan filariasis Faktor pemungkin (enabling factors) 1. Sosialisasi pencegahan penularan filariasis
Pelayanan Kesehatan
Praktik pencegahan filariasis terhadap kondisi fisik lingkungan
Kondisi fisik lingkungan
Pelayanan kesehatan
Faktor Penguat (reinforcing faktor) 1. Dukungan TPE 2. Dukungan keluarga
Gambar 2.1: Kerangka Teori (Sumber: Modifikasi Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo (2012:18), Dina Agustiantiningsih(2013), Rizky Amelia (2014), Eunike R. Rustiana (2005), A. Wawan (2010), Depkes RI (2008), Santoso (2011), Ardias, dkk (2012), Ike Ani Windiastuti, dkk (2013), Bagus Febrianto, dkk (2008), Mukono, (2000)).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA KONSEP Kerangka konsep adalah suatu uraian dan konsep serta variabel yang akan diukur atau diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:22).
Variabel Terikat: Kondisi Fisik Lingkungan
Variabel Bebas: 1. Pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis 2. Sikap tentang pencegahan penularan filariasis
Variabel Perancu: 1. Tingkat pendidikan 2. Umur
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
35
36
3.2 VARIABEL PENELITIAN Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010:103), yang dimaksud variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain. Pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu: 3.2.1 Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel risiko atau sebab (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:104). Variabel bebas yang diteliti adalah pada penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap pada masyarakat RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan. 3.2.2 Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:104). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kondisi fisik lingkungan di RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan. 3.2.3 Variabel Perancu Variabel perancu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tetapi bukan variabel antara (Sudigdo Sastroasmoro, 1995:158). Variabel perancu dalam penelitian ini dikendalikan dengan restriksi. Restriksi yaitu menyingkirkan variabel perancu dari setiap subyek penelitian (Sudigdo Sastroasmoro, 1995:163). 1. Pendidikan diambil pendidikan minimal lulusan SMA 2. Umur, batasan umur mulai 18 tahun sampai 55 tahun
37
3.3 HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:105). 3.3.1 Hipotesis Mayor Ada hubungan pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 3.3.2 Hipotesis Minor 1) Ada hubungan pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 2) Ada hubungan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 3.4 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel penelitian. Adapun definisi operasional penelitian (Tabel 3.1). Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel No
Variabel
(1) 1.
(2) Pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis
Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Operasional (3) (4) (5) (6) Kemampuan Kuesioner 0. Pengetahuan Ordinal responden untuk kurang, jika: menjawab benar <56% pertanyaan tentang jawaban benar cara pencegahan (skor 1-5) penularan filariasis 1. Pengetahuan cukup, jika: 56-75% jawaban benar (skor 6-7) 2. Pengetahuan
38
2.
Sikap tentang pencegahan penularan filariasis
Kemampuan Kuesioner responden dalam menanggapi pertanyaan upaya pencegahan penularan filariasis
3.
Kondisi Fisik Keadaan lingkungan Lembar Lingkungan. fisik tempat tinggal Observasi responden meliputi syarat kondisi fisik lingkungan dan halhal yang perlu diperhatikan didalam kondisi fisik lingkungan yaitu (1) keberadaan kandang ternak serumah dengan responden (2) keberadaan genangan air karena tidak memiliki SPAL/tampungan air hujan/kolam tanpa ikan/tampungan air pada pot tanaman dalam radius 100 m (3) keberadaan semaksemak/tanaman hias rimbundalam radius 100 m (4) Kondisi SPAL yang terbuka dan tidak mengalir.
baik, jika: 76100% jawaban benar (skor 810) (Arikunto dalam A Wawan, 2010:18) 0. Sikap kurang, Ordinal jika skor <60% (skor 15) 1. Sikap cukup, jika skor 60%80% (skor 68) 2. Sikap baik, jika skor >80% (skor 910) (Yayuk dalam Febrina 2013) 0. Buruk, jika Ordinal skor ≤ 2 1. Baik, jika skor >2
39
3.5 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik. Penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena antar faktor risiko dengan faktor efek. Sedangkan pendekatan yang digunakakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antar faktorfaktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:37). 3.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.6.1 Populasi Penelitian Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan yang berjumlah 3.334 penduduk (Rekapitulasi jumlah penduduk Kelurahan Kuripan Kertoharjo, Februari 2015). 3.6.2 Sampel Penelitian Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:118). Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus:
40
dibulatkan menjadi 66 Keterangan: n = besar sampel N = besar populasi P = target populasi (0,5) d = derajat kesalahan yang diterima 10% (0,1) = standar deviasi normal untuk 1,64 dengan confidence interval 90% (Stanley Lemeshow, 1997:54). Pengambilan sampel dilakukan setelah restriksi, untuk mengendalikan variabel perancu tingkat pendidikan minimal lulusan SMA dan umur 18-55 tahun, diharapkan kriteria tersebut memiliki pemahaman tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan. Pengambilan sampel yang dipilih berdasarkan metode acak proporsional berdasarkan jumlah penduduk dari setiap RW. Masing-masing RW V sebesar 11, RW VI sebesar 11, RW VII sebesar 11, RW VIII sebesar 8, RW IX sebesar 13, RW X sebesar 12 yang dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 3.2: Pembagian Sampel Masing-masing RW No. (1)
RW (2)
Jumlah Penduduk (3)
1.
V
530
2.
VI
551
Jumlah Sampel (4)
41
3.
VII
575
4.
VII
395
5.
IX
674
6.
X
609
Jumlah 3.7 SUMBER DATA
3334
66
Sumber data penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data penelitian ini yaitu: 3.7.1 Data Primer Data primer yaitu pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti (Eko Budiarto, 2002:5). Data primer diperoleh melaui kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi melalui jawaban dari responden mengenai pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis. 3.7.2 Data Sekunder Data sekunder yaitu pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain dan tidak dilakukan oleh penelliti sendiri (Eko Budiarto, 2002:5). Data sekunder yang diambil diperoleh dari buku, jurnal, instansi, referensi lain yang berkaitan dengan tema penelitian.
42
3.8 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA 3.8.1 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah perangkat yang digunakan untuk mengungkap data (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:87). Instrumen dalam penelitian ini adalah: 3.8.1.1 Kuesioner Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengetahuan dan sikap responden mengenai upaya pencegahan filariasis di RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015 dengan masing-masing skor pengetahuan sebanyak 10 dari 10 soal dan skor sikap sebanyak 10 dari 10 soal. 3.8.1.2 Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk membuktikan kondisi fisik lingkungan dalam upaya pencegahan filariasis di RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015 dengan skor total 6 dari 6 soal. 3.8.2 Teknik Pengambilan Data 3.8.2.1 Wawancara Wawancara secara langsung untuk memperoleh data pengetahuan dan sikap responden tentang pencegahan penularan filariasis di RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 3.8.2.2 Observasi Observasi digunakan untuk pengumpulan data untuk membuktikan kebenaran kondisi fisik lingkungan responden untuk upaya pencegahan penulalaran filariasisi di RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015.
43
3.9 VALIDITAS DAN RELIABILITAS 3.9.1 Validitas Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dapat dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor seriap variabel dengan skor totalnya. Suatu pertanyaan dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan yaitu dengan korelasi “product moment”:
Keterangan: = koefisien korelasi antara X dan Y N = jumlah subjek X = skor item Y = skor total ∑X = jumlah skor item ∑Y = jumlah skor total ∑X2 = jumlah kuadrat skor item ∑Y2 = jumlah kuadrat skor total (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:166). Pengujian validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan di masyarakat Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan dengan N=20 taraf signifikansi 5% diketahui r tabel Pearson Product Moment 0,444. Setelah dilakukan perhitungan dari 12 butir soal pengetahuan yang diujikan, terdapat 2 butir soal yang tidak valid yaitu nomor 5 dan 6. Sedangkan soal sikap yang diujikan dengan jumlah soal 10 butir, semua soal valid.
44
3.9.2 Reliabilitas Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas yaitu “Spearman Brown”: r1= Keterangan: r1 = reliabilitas internal seluruh instrumen rb
=
korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua (Sugiyono,
2010:185). 3.10 PROSEDUR PENELITIAN Dalam penelitian diperlukan prosedur penelitian agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana. Adapun tahapannya sebagai berikut: 1) Tahap persiapan, meliputi: 1. Uji coba alat ukur ( kuesioner) dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. 2) Tahap pelaksanaan, meliputi: 1. Pemilihan subyek penelitian yang sudah di retriksi. 2. Subjek penelitian yang terpilih kemudian dilakukan wawancara dan observasi langsung guna mendapatkan informasi/data penelitian. 3. Tahap penulisan dilaksanakan setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis data baik secara univariat dan bivariat.
45
3.11 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 3.11.1 Teknik Pengolahan Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan, diolah sesuai dengan tujuan dan kerangka konsep penelitian.
Setelah data terkumpul, kemudian
dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 3.11.1.1 Editing Sebelum diolah data yang sudah terkumpul perlu diperiksa terlebih dahulu. Data atau keterangan yang telah dikumpulkan yang berupa daftar pertanyaan dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data. 3.11.1.2 Coding Data yang sudah dikumpulkan dapat berupa kalimat yang pendek atau panjang, untuk memudahkan analisa, maka jawaban tersebut perlu diberi kode. Cara memberikan kode yaitu dengan memerikan angka pada tiap jawaban. 3.11.1.3 Scoring Yaitu memberikan skor atau nilai pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden 3.11.1.4 Tabulasi Tabulasi dimaksudkan untuk memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur angka sehingga dapat dihitung dalam berbagai kategori. 3.11.1.5 Entry Data Data yang telah dikode kemudian di masukkan ke dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.
46
3.11.2 Analisis Data 3.11.2.1 Analisis Univariat Analisis univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:182). Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan sikap serta variabel terikat yaitu kondisi fisik lingkungan. 3.11.2.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yag diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:183). Analisi bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan sikap serta variabel terikat yautu kondisi fisik lingkungan. Selanjutnya diuji dengan analisis statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square, karena skala variabel berbentuk kategorik. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% atau taraf kesalahan 0,05. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai observed-nya bernilai nol, dan sel yang digunakan mempunyai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka dilakukan dilanjutkan uji alternatifnya. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas <0,05 maka Ho ditolak. Ini berati kedua variabel ada hubungan. Akan tetapi jika probabilitas >0,05 maka Ho diterima, berarti variabel tersebut tidak ada hubungan.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan maka disimpulkan bahwa: 1) Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015 2) Ada hubungan antara sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015 6.2 SARAN 6.2.1 Bagi masyarakat Kelurahan Kuripan Kertoharjo Diharapkan ada peningkatan peran serta masyarakat mengikuti kegiatan sosialisasi dalam pencegahan penularan filariasis yang di berikan dari puskesmas atau dinas kesehatan.
60
61
6.2.2 Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Terkait Bagi tenaga kesehatan diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan ke masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan penyuluhan ke masyarakat menjadi 2 tahun sekali tentang pencegahan penularan filariasis terhadap kondisi fisik lingkungan di wilayah Kuripan Kertoharjo. 6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis, namun dengan menambahkan variabel lainnya terutama yang berkaitan dengan perilaku atau praktik pencegahan penularan filariasis di Kelurahan Kuripan Kertoharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Akhsin Zulkoni, 2011, Parasitologi, Nuha Medika, Yogyakarta. Ardias, dkk, 2012, Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Volume XI, No 2, Oktober 2012, hlm. 199207. Arry Kurniyanti, 2007, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Desa Bringin Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun 2007, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. A. Wawan dan Dewi M, 2010, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta. Bagus Febianto, dkk, 2008, Faktor Risiko Filariasis di Desa Samborejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, Buletin Penelitian Kesehatan, Volume 36, No 2, Tahun 2008, hlm. 48-58. Dina Agustiantiningsih, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pencegahan Filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan Tahun 2013, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. _______, Praktik Pencegahan Filariasis, 2013, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume VIII, No 2, Januari 2013, hlm. 190-197. Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, 2012, Laporan P2P Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Dinkes Kota Pekalongan, Pekalongan. _______, 2013, Laporan P2P Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Dinkes Kota Pekalongan, Pekalongan. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah, 2011, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010, Dinkes Provinsi Dati I Jateng, Semarang. _______, 2012, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, Dinkes Provinsi Dati I Jateng, Semarang. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Epidemiologi Filariasis, Ditjen P2 & PL Depkes RI, Jakarta. _______, 2008, Pedoman Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) Filariasis, Ditjen P2 & PL Depkes RI, Jakarta.
62
63
_______, 2009, Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah), Ditjen P2 & PL Depkes RI, Jakarta. Eko Budiarto, 2001, Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta. Endang Puji Astuti, dkk, Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Filariasis di Tiga Desa Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013, Volume 24, No 4, Desember 2014, hlm. 199-208. Eunike R. Rustiana, 2005, Psikologi Kesehatan, Universitas Negeri Semarang Press, Semarang. Febrina Winda Lusika Sidauruk, 2013, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Program Eliminasi (Minum Obat) Filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekallongan Selatan Kota Pekalongan Tahun 2013, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Ike Ani Windiastuti, dkk, 2013, Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah, Sosial Ekonomi, dan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Filariasis di Pekalongan Selatan Kota Pekalongan, Volume XII, No 1, April 2013, hlm. 51-57. Inge Sutanto, dkk, 2009, Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit UI, Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Filariasis di Indonesia, Kemenkes RI, Jakarta. Mukono, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya. Risky Amalia, 2014, Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Filariasis, Unnes Journal of Public Health, Volume III, No 1, Maret 2014, hlm. 1-12. _______, 2013, Faktor Risiko Kejadian Filariasis Di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan Tahun 2013, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Rosdiana Safar, 2010, Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Entomologi, dan Helmintologi, Yrama Widya, Bandung. Santoso, 2007, Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Kasus Filariasis di Masyarakat (Analisis Lanjut Hasil Riskesdas 2007), Volume III, No 1, Tahun 2011, hlm. 1-7. Soedarto, 2011, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Sagung Seto, Jakarta. Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
64
_______, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Stanley Lemeshow, dkk, 1997, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kuaitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung. Widoyono, 2008, Penyakit Tropis epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasan, Erlangga, Semarang. www.dpd.cdc.gov/dpdx diakses tanggal 16 Februari 2015.
65
Lampiran 1: Surat Tugas Pembimbing
66
Lampiran 2: Ethical Clearance
67
Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas
68
Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari Ristekin
69
Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari Dinkes Kota Pekalongan
70
Lampiran 6: Surat Uji Validitas dan Reliabilitas
71
Lampiran 7: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
72
Lampiran 8: Instrumen Penelitian KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS DENGAN KONDISI FISIK KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO KOTA PEKALONGAN 2015 Nomor Responden : Tanggal Penelitian : I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden : Alamat/RT/RW : Umur : Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan Terakhir : 1. Tamat SMA/MA/SMK 2. Tamat Perguruan Tinggi Pekerjaan : II. PENGETAHUAN PETUNJUK PENGISIAN: Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap benar. 1. Apakah penyakit filariasis itu? a. Penyakit yang menyebabkan pembengkakan di kaki,tangan, payudara, dan kemaluan b. Pennyakit yang menyebabkan pembengkakan di kaki saja c. Penyakit keturunan 2. Apakah penyebab penyakit filariasis (penyakit kaki gajah)? a. Nyamuk b. Cacing c. Tikus 3. Apakah penyakit filariasis merupakan penyakit menular? a. Ya b. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 5) 4. Penyakit filariasis (penyakit kaki gajah) ditularkan oleh? a. Nyamuk b. Cacing c. Tikus 5. Lingkungan yang berisiko untuk penularan filariasis (penyakit kaki gajah) adalah a. Terdapat pohon besar didekat rumah b. Terdapat tempat rekreasi didekat rumah c. Terdapat semak-semak didekat rumah
73
6. Lingkungan yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk adalah, kecuali a. Air yang menggenang pada kaleng bekas b. Saluran irigasi sawah yang tidak mengalir c. Sungai d. Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir 7. Dimanakah letak kandang ternak kambing/sapi/kerbau untuk mencegah penularan filariasis (penyakit kaki gajah)? a. Kandang ternak menjadi satu dengan rumah b. Kandang ternak dipisah dengan rumah c. Tanpa kandang 8. Kondisi saluran pembuangan air limbah yang baik untuk mencegah penularan filariasis (penyakit kaki gajah) adalah a. Tertutup, mengalir b. Terbuka, tidak mengalir c. Tanpa saluran pembuangan 9. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah filariasis (penyakit kaki gajah) adalah a. Mengalirkan atau menimbun genangan air b. Menguras bak mandi 1 bulan sekali c. Menampung air hujan 10. Kegiatan untuk menjaga lingkungan supaya tidak menjadi tempat perindukan nyamuk, a. Menanam bunga b. Membakar sampah c. Mengubur kaleng bekas
74
III. SIKAP PETUNJUK PENGISIAN: 1. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap benar dengan memberi tanda (√) pada kotak yang disediakan 2. Pilihlah jawaban S (setuju), TS (tidak setuju). Jawaban Skor No. Pertanyaan S TS 1. Jika ada salah satu anggota keluarga yang menderita filariasis, untuk mencegah penularan filariasis anggota keluarga yang lain berusaha mencegah gigitan nyamuk 2. Dalam suatu pertemuan disampaikan bahwa penderita filariasis disarankan untuk berobat ke dokter. Tetapi penderita tidak mau periksa ke dokter karena nantinya takut ketahuan bahwa dia menderita filariasis 3. Pada suatu pertemuan RT disampaikan bahwa seluruh masyarakat dihimbau untuk mengikuti kerja bakti tiap bulan untuk memberantas perindukan nyamuk agar mengurangi penularan filariasis 4. Kondisi SPAL yang menggenang dan tersumbat sampah, maka sumbatan tersebut dibiarkan saja agar airnya dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman 5. Keberadaan kandang ternak dalam satu rumah, maka pemilik ternak diminta untuk memisah kandang ternak dari rumah yang ditempatinya 6. Dihalaman rumah terdapat semak-semak yang rimbun, pemilik rumah diminta untuk membersihkan semak-semak agar tidak menjadi tempat peristirahatan nyamuk 7. Dengan adanya kasus filariasis pada suatu daerah, maka kegiatan 3M (menutup, menguras, mengubur) tidak seharusnya dilakukan karena tidak dapat mencegah filariasis 8. Setelah terjadi hujan terdapat genangan air disekitar rumah, genangan tersebut tidak harus ditimbun/dialirkan karena genangan itu nantinya akan kering sendiri 9. Barang bekas yang sudah tidak digunakan dapat menampung air hujan, barang bekas tersebut harus dibalik untuk mencegah timbulnya perindukan nyamuk 10. Saluran air di area persawahan tidak mengalir, maka harusnya diadakan kegiatan kerja bakti untuk mengalirkan saluran di area persawahan untuk mencegah perindukan nyamuk
75
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS DENGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO KOTA PEKALONGAN 2015 Nomor Responden Tanggal Penelitian
: :
No.
Kondisi Fisik Lingkungan
1.
Keberadaan kandang ternak serumah dengan responden Keberadaan genangan air karena tidak memiliki SPAL/tampungan air hujan/kolam tanpa ikan/tampungan air pada pot tanaman air dalam radius 100 m Keberadaan semaksemak/tanaman hias rimbun dalam radius 100 m Keberadaan SPAL Kondisi SPAL tertutup Kondisi SPAL mengalir
2.
3.
4. 5. 6.
Hasil Observasi Ya Tidak
Keterangan
76
Lampiran 9: Tabulasi Skor Uji Validitas Pengetahuan TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PENGETAHUAN NOMOR RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NAMA AZAM ROMLAH AHMAD ROZI SOFIATUN ELY RINA FITRIALISTIANA FAHAT KUSUMAWATI NIKMATUL MASRUROH MAEMUNAH M.LUTFI FITROTUN USWATUN MAHI DINDA FIKI RIDWANA KHAIR ZUDIN MUSABAH
P1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
P2 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
P3 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
P4 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
P5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
P6 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
P7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
P8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
P9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
P10 P11 P12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
77
Lampiran 10: Tabulasi Skor Uji Validitas Sikap TABULASI SKOR UJI VALIDITAS SIKAP NOMOR RESPONDEN NAMA P1 P2 P3 P4 P5 1 AZAM 1 1 1 1 1 2 ROMLAH 1 1 1 1 1 3 AHMAD ROZI 1 0 1 0 1 4 SOFIATUN 0 0 0 0 1 5 ELY 1 1 1 1 1 6 RINA 1 1 1 1 1 7 FITRIALISTIANA 1 1 1 1 1 8 FAHAT 0 0 1 1 1 9 KUSUMAWATI 0 0 1 0 0 10 NIKMATUL 1 1 1 1 1 11 MASRUROH 1 0 1 0 1 12 MAEMUNAH 1 1 1 1 1 13 M.LUTFI 1 1 1 1 1 14 FITROTUN 1 1 1 1 1 15 USWATUN 1 1 1 1 1 16 MAHI 0 1 1 1 1 17 DINDA 1 0 1 1 1 18 FIKI RIDWANA 1 0 0 1 1 19 KHAIR ZUDIN 0 0 1 1 0 20 MUSABAH 1 1 1 1 1
P6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
P7 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
P8 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
P9 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
P10 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
78
Lampiran 11: Data Pengetahuan Responden HASIL PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS NOMOR RESPONDEN
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
SKOR
KATEGORI
R1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
5
0
R2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R5
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
9
2
R6
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
6
1
R7
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R8
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
8
2
R9
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R10
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
8
2
R11
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R12
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R13
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R15
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
8
2
R16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R17
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R18
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R19
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R20
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
7
1
R21
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R22
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
79
R23
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R24
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R25
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
8
2
R26
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
8
2
R27
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R28
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
8
2
R29
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R30
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R31
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R32
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R33
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R34
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
6
1
R35
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R36
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R37
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
6
2
R38
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R39
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
7
1
R40
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R41
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R42
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R43
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R44
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R45
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
5
0
R46
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
7
1
80
R47
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R48
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R49
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
8
2
R50
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R51
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
7
1
R52
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R53
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
2
R54
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R55
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
6
1
R56
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
7
1
R57
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
6
1
R58
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
8
2
R59
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
6
1
R60
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R61
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
7
1
R62
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
5
0
R63
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
6
1
R64
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
7
1
R65
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R66
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R67
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R68
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
5
0
R69
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
8
2
R70
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
81
Lampiran 12: Data Sikap Responden HASIL PENELITIAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS NOMOR RESPONDEN
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
SKOR
KATEGORI
R1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R3
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R7
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R8
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
6
1
R9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R13
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R14
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R15
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R19
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R20
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R22
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
82
R23
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R24
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R25
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R26
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R27
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R28
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R29
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R30
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R31
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R32
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R33
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R34
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
6
1
R35
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R36
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R37
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
6
1
R38
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R39
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R40
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R41
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R42
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R43
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R44
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R45
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R46
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R47
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
83
R48
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R49
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
2
R50
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R51
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R52
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R53
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R54
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R55
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R56
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R57
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
7
1
R58
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
9
2
R59
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R60
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R61
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R62
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R63
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R64
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R65
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R66
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7
1
R67
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
R68
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
8
1
R69
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
2
R70
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
8
1
84
Lampiran 13: Data Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS DENGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO KOTA PEKALONGAN 2015 NOMOR RESPONDEN
NAMA RESPONDEN
ALAMAT
R1
Zaenal
RT 1 RW 5
35
R2
Yusron
RT 1 RW 5
R3
Nur Khomawati
RT 1 RW 5
R4
Masbihin
R5
PENGETAHUAN
JENIS KELAMIN
PENDIDIKAN
Laki-laki
Tamat SMA
53
Laki-laki
35
Perempuan
RT 1 RW 5
45
Agus
RT 1 RW 5
R6
Eka Putri Sofiani
R7
UMUR
SIKAP
HASIL OBSERVASI
PEKERJAAN SKOR
%
KATEGORI
SKOR
%
KATEGORI
SKOR
KATEGORI
Pegawai Swasta
5
50%
0
10
100%
2
3
1
Tamat PT
Pegawai Swasta
10
100%
2
10
100%
2
3
1
Tamat PT
Tdak Bekerja
10
100%
2
8
80%
1
2
0
Laki-laki
Tamat PT
PNS
10
100%
2
10
100%
2
3
1
34
Laki-laki
Tamat SMA
Pegawai Swasta
9
90%
2
10
100%
2
1
0
RT 1 RW 5
21
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
6
60%
1
10
100%
2
3
1
Yuyun
RT 1 RW 5
42
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
9
90%
2
10
100%
2
3
1
R8
Hidayah
RT 1 RW 5
27
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
8
80%
2
6
60%
1
3
1
R9
Syafa'atun
RT 2 RW 5
43
Perempuan
Tamat SMA
Pegawai Swasta
9
90%
2
10
100%
2
3
1
R10
Hapri
RT 2 RW 5
30
Laki-laki
Tamat SMA
Wirausaha
8
80%
2
10
100%
2
3
1
R11
Agung
RT 2 RW 5
24
Laki-laki
Tamat SMA
Pegawai Swasta
8
80%
2
10
100%
2
3
1
R12
Hidayah
RT 1 RW 6
28
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
8
80%
2
10
100%
2
3
1
R13
Dimyanto
RT 1 RW 6
52
Laki-laki
Tamat PT
PNS
8
80%
2
7
70%
1
3
1
R14
Sutrisno
RT 1 RW 6
27
Laki-laki
Tamat PT
Pegawai Swasta
10
100%
2
7
70%
1
2
0
R15
Tri Yuniarti
RT 1 RW 6
18
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
8
80%
2
8
80%
1
2
0
R16
Ratnawati
RT 1 RW 6
44
Perempuan
Tamat PT
PNS
10
100%
2
10
100%
2
3
1
R17
Ely
RT 1 RW 6
28
Perempuan
Tamat PT
PNS
9
90%
2
10
100%
2
3
1
R18
Diariyah
RT 2 RW 6
39
Perempuan
Tamat SMA
Buruh
9
90%
2
10
100%
2
3
1
R19
Yayuk
RT 2 RW 6
43
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
10
100%
2
10
100%
2
3
1
R20
Sufi
RT 2 RW 6
34
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
7
70%
1
10
100%
2
3
1
R21
Karima
RT 2 RW 6
23
Perempuan
Tamat PT
Wirausaha
8
80%
2
10
100%
2
3
1
85
R22
Ikrilah Khairunnisa
RT 2 RW 6
18
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
10
100%
2
10
100%
2
3
1
R23
Umi Kulsum
RT 1 RW 7
40
Perempuan
Tamat SMA
PNS
10
100%
2
10
100%
2
2
0
R24
Adil Amri
RT 1 RW 7
33
Laki-laki
Tamat SMA
Pegawai Swasta
10
100%
2
10
100%
2
2
0
R25
Riza
RT 1 RW 7
20
Perempuan
Tamat PT
Tdak Bekerja
8
80%
2
8
80%
1
3
1
R26
Nur Hikmah
RT 1 RW 7
35
Perempuan
Tamat SMA
PNS
8
80%
2
7
70%
1
2
0
R27
Nasrudin
RT 1 RW 7
37
Laki-laki
Tamat PT
PNS
9
90%
2
10
100%
2
3
1
R28
Siti Rohmah
RT 2 RW 7
49
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
8
80%
2
9
90%
2
3
1
R29
Nurma
RT 2 RW 7
34
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
10
100%
2
10
100%
2
3
1
R30
Uliyah
RT 2 RW 7
26
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
10
100%
2
10
100%
2
3
1
R31
Dwi
RT 2 RW 7
23
Laki-laki
Tamat SMA
Buruh
10
100%
2
10
100%
2
1
0
R32
Dani
RT 2 RW 7
20
Laki-laki
Tamat SMA
Pegawai Swasta
8
80%
2
10
100%
2
3
1
R33
Nurul Athasp
RT 2 RW 7
29
Laki-laki
Tamat PT
Wirausaha
9
90%
2
10
100%
2
3
1
R34
Saidin
RT 1 RW 8
45
Laki-laki
Tamat SMA
Wirausaha
6
60%
1
60
60%
1
3
1
R35
Pujiati
RT 1 RW 8
51
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
8
80%
2
7
70%
1
3
1
R36
Maslihah
RT 1 RW 8
25
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
8
80%
2
7
70%
1
3
1
R37
Masatus Sholihah
RT 1 RW 8
19
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
6
60%
2
6
60%
1
3
1
R38
Zar'ah
RT 1 RW 8
32
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
8
80%
2
7
70%
1
2
0
R39
Mila
RT 2 RW 8
25
Perempuan
Tamat SMA
Buruh
7
70%
1
8
80%
1
1
0
R40
Umi
RT 2 RW 8
51
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
8
80%
2
7
70%
1
3
1
R41
Surono
RT 2 RW 8
47
Laki-laki
Tamat SMA
Pegawai Swasta
9
90%
2
8
80%
1
3
1
R42
Sri Kaum
RT 2 RW 8
47
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
9
90%
2
10
100%
2
2
0
R43
Amalia
RT 2 RW 8
28
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
9
90%
2
8
80%
1
2
0
R44
Razaq
RT 1 RW 9
25
Laki-laki
Tamat PT
Pegawai Swasta
10
100%
2
10
100%
2
3
1
R45
M. Karimu Sidiq
RT 1 RW 9
32
Laki-laki
Tamat SMA
Wirausaha
5
50%
0
9
90%
2
3
1
R46
Lutfinnisa
RT 1 RW 9
24
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
7
70%
1
10
100%
2
2
0
86
R47
Dairul Hasanah
RT 1 RW 9
38
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
10
100%
2
10
100%
2
3
1
R48
Sabit Muqasid
RT 1 RW 9
20
Laki-laki
Tamat SMA
Buruh
10
100%
2
9
90%
2
3
1
R49
Rofiatul Maulida
RT 1 RW 9
21
Perempuan
Tamat SMA
Pegawai Swasta
8
80%
2
9
90%
2
4
1
R50
Risjayanti
RT 1 RW 9
27
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
10
100%
2
10
100%
2
3
1
R51
Prihartati
RT 1 RW 9
31
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
7
70%
1
8
80%
1
1
0
R52
Fitriani
RT 1 RW 9
26
Perempuan
Tamat PT
PNS
9
90%
2
10
100%
2
3
1
R53
Muslimin
RT 1 RW 9
41
Laki-laki
Tamat SMA
Wirausaha
8
800%
2
10
100%
2
2
0
R54
Dian
RT 1 RW 9
25
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
10
100%
2
10
100%
2
2
0
R55
M. Jitni Wafa
RT 1 RW 9
19
Laki-laki
Tamat SMA
Buruh
6
60%
1
10
100%
2
2
0
R56
Khosari
RT 2 RW 9
48
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
7
70%
1
7
70%
1
3
1
R57
Riana
RT 2 RW 9
30
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
6
60%
1
7
70%
1
3
1
R58
Ivana
RT 2 RW 9
32
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
8
80%
2
9
90%
2
3
1
R59
Darsono
RT 1 RW 10
50
Laki-laki
Tamat SMA
Pegawai Swasta
6
60%
1
8
80%
1
1
0
R60
Irwanto
RT 1 RW 10
44
Laki-laki
Tamat SMA
PNS
10
100%
2
7
70%
1
3
1
R61
Rina
RT 1 RW 10
34
Perempuan
Tamat SMA
Wirausaha
7
70%
1
7
70%
1
3
1
R62
Eka Khoirul P.
RT 1 RW 10
26
Perempuan
Tamat PT
PNS
5
50%
0
10
100%
2
3
1
R63
Sri kalsum
RT 1 RW 10
49
Perempuan
Tamat PT
PNS
6
60%
1
10
100%
2
3
1
R64
Nurul Fadhilah
RT 1 RW 10
33
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
7
70%
1
10
100%
2
3
1
R65
Ari Kusnita
RT 1 RW 10
39
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
10
100%
2
8
80%
1
3
1
R66
Ari
RT1 RW 10
33
Perempuan
Tamat SMA
Tdak Bekerja
10
100%
2
7
70%
1
3
1
R67
Ma'ripah
RT 2 RW 10
39
Perempuan
Tamat PT
PNS
9
90%
2
8
80%
1
2
0
R68
Slamet Barullah
RT 2 RW 10
52
Laki-laki
Tamat PT
PNS
5
50%
0
8
80%
1
2
0
R69
Anisah
RT 3 RW 10
35
Perempuan
Tamat PT
PNS
8
80%
2
10
100%
2
3
1
R70
Ahmad Zumroni
RT 3 RW 10
29
Laki-laki
Tamat PT
PNS
10
100%
2
8
80%
1
2
0
87
Lampiran 14: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENGETAHUAN Case Processing Summary N Cases
Valid
% 20
100.0
0
.0
20
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .859
12
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
.70
.470
20
P2
.65
.489
20
P3
.80
.410
20
P4
.80
.410
20
P5
.85
.366
20
P6
.80
.410
20
P7
.95
.224
20
P8
.95
.224
20
P9
.90
.308
20
P10
.95
.224
20
P11
.90
.308
20
P12
.95
.224
20
88
Item-Total Statistics Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1
9.50
5.421
.625
.843
P2
9.55
5.418
.594
.846
P3
9.40
5.516
.688
.837
P4
9.40
5.516
.688
.837
P5
9.35
6.555
.171
.873
P6
9.40
6.358
.234
.871
P7
9.25
6.197
.685
.845
P8
9.25
6.197
.685
.845
P9
9.30
6.011
.600
.845
P10
9.25
6.197
.685
.845
P11
9.30
6.011
.600
.845
P12
9.25
6.197
.685
.845
Scale Statistics Mean 10.20
Variance 7.011
Std. Deviation 2.648
N of Items 12
89
Lampiran 15: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SIKAP Case Processing Summary N Cases
Valid
% 20
100.0
0
.0
20
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .906
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
.75
.444
20
P2
.60
.503
20
P3
.90
.308
20
P4
.80
.410
20
P5
.90
.308
20
P6
.85
.366
20
P7
.80
.410
20
P8
.85
.366
20
P9
.80
.410
20
P10
.80
.410
20
90
Item-Total Statistics Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1
7.30
7.168
.509
.908
P2
7.45
6.471
.724
.894
P3
7.15
7.503
.581
.902
P4
7.25
7.250
.524
.906
P5
7.15
7.608
.515
.905
P6
7.20
7.326
.563
.903
P7
7.25
6.513
.905
.881
P8
7.20
7.116
.679
.896
P9
7.25
6.513
.905
.881
P10
7.25
6.724
.791
.889
Scale Statistics Mean 8.05
Variance 8.576
Std. Deviation 2.929
N of Items 10
91
Lampiran 16: Analisis Chi Square Pengetahuan ANALISIS CHI SQUARE DATA PENGETAHUAN DENGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Pengetahuan * Kondisi Fisik
70
Lingkungan
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 70
Pengetahuan * Kondisi Fisik Lingkungan Crosstabulation Kondisi Fisik Lingkungan Buruk Pengetahuan
Kurang
Count
Baik
3
4
1.2
2.8
4.0
5
8
13
Expected Count
3.9
9.1
13.0
Count
15
38
53
15.9
37.1
53.0
21
49
70
21.0
49.0
70.0
Count
Expected Count Total
Count Expected Count
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.754
Likelihood Ratio
.546
2
.761
Linear-by-Linear Association
.101
1
.750
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
.564
70
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,20.
Total
1
Expected Count Cukup
Baik
100.0%
92
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Pengetahuan * Kondisi Fisik
70
Lingkungan
N
Total
Percent
100.0%
0
N
Percent
.0%
70
100.0%
Pengetahuan * Kondisi Fisik Lingkungan Crosstabulation Kondisi Fisik Lingkungan Buruk Pengetahuan
Kurang*cukup
Baik
Count
Total
6
11
17
Expected Count
5.1
11.9
17.0
Count
15
38
53
15.9
37.1
53.0
21
49
70
21.0
49.0
70.0
Expected Count Total
Baik
Count Expected Count
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.584
.059
1
.808
.294
1
.588
.300 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.762 .295
1
.587
70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,10. b. Computed only for a 2x2 table
.396
93
Lampiran 17: Analisis Chi Square Sikap ANALISIS CHI SQUARE DATA SIKAP DENGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN Case Processing Summary Cases Valid N Sikap * Kondisi Fisik Lingkungan
Missing
Percent 70
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Sikap * Kondisi Fisik Lingkungan Crosstabulation Kondisi Fisik Lingkungan Buruk Sikap Cukup Count Expected Count Baik
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Baik
Total
13
15
28
8.4
19.6
28.0
8
34
42
12.6
29.4
42.0
21
49
70
21.0
49.0
70.0
Percent 70
100.0%
94
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
5.998a
1
.014
4.765
1
.029
5.947
1
.015
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.018 5.912
1
.015
.015
70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,40. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Sikap (Cukup / Baik)
3.683
1.263
10.738
For cohort Kondisi Fisik Lingkungan = Buruk
2.438
1.163
5.107
For cohort Kondisi Fisik Lingkungan = Baik
.662
.455
.963
N of Valid Cases
70
95
Lampiran 18: Dokumentasi DOKUMENTASI
Gambar 1: Wawancara dengan responden
Gambar 2: Kondisi SPAL yang terbuka dan tergenang
96
Gambar 3: Semak-semak di sekitar rumah responden
Gambar 4: Semak-semak di belakang rumah responden