1
HUBUNGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE DENGAN PEMILIHAN TEMPAT PERSALINAN DI INDONESIA: ANALISIS LANJUT SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012) Laeli Nur Maeni1, Indang Trihandini2 Biostatistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Masih banyaknya persalinan di rumah merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian maternal di Indonesia. Antenatal care merupakan sarana kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan secara rutin. Melalui antenatal care tenaga kesehatan dapat memotivasi ibu hamil untuk mempersiapkan persalinannya dengan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Komponen antenatal yang lengkap dapat memotivasi ibu hamil untuk kembali memanfaatkan pelayanan tersebut untuk persalinan. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran antenatal care dapat mempengaruhi ibu untuk memilih melahirkan di fasilitas kesehatan. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 dengan mengukur konten-konten ANC yang diterima ibu. Hasil penelitian menunjukkan ada asosiasi positif antara pemanfaatan antenatal care yang adekuat dengan persalinan di fasilitas kesehatan. Ibu dengan ANC adekuat berpeluang 6,6 kali untuk bersalin di fasilitas kesehatan (OR adjusted = 6,6, 95% CI: 4,8 – 9,1). Sedangkan ibu dengan ANC inadekuat berpeluang 2,8 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang tidak ANC (OR adjusted = 2,8, 95% CI: 1,9 – 4,0). Kata kunci: ibu hamil, antenatal care, tempat persalinan
The Association between Antenatal Care Program and Delivery In Health Facilities: Analysis of Indonesian Demographic and Health Survey 2012 Abstract The progress in reducing maternal mortality has been slow in Indonesia. Maternal mortality could be reduced if all women had a skilled institutional delivery. Antenatal care (ANC) is the first and regular contact between pregnant woman and health professionals. The adequate antenatal care may play an indirect role by motivating (encouraging) women to have a skilled institutional delivery. The objective of this study is to investigate the role of antenatal care in motivating women to have a skilled institutional delivery. This cross sectional study measures the adequacy of antenatal care using Indonesian Demographic and Health Survey 2012. This study shows a positive association between adequate ANC and skilled institutional delivery. Women with adequate ANC were significantly more likely to deliver in health facility rather than women with no ANC (OR adjusted = 6,6, 95% CI: 4,8 – 9,1). Meanwhile, women with inadequate ANC were also significantly more likely to deliver in health facility rather than women with no ANC (OR adjusted = 2,8, 95% CI: 1,9 – 4,0). Key words: antenatal care, pregnant women, place of delivery
37 Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Pendahuluan Angka kematian maternal merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan (menegpp.go.id, 2007). Penurunan angka kematian maternal termasuk dalam tujuan pembangunan millennium ke-5 yaitu meningkatan kesehatan ibu. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, angka kematian maternal menunjukkan penurunan dari tahun 1994-2007. Berdasarkan SDKI 2012 angka kematian maternal di Indonesia adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan angka kematian maternal lima tahun lalu yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Sedangkan Indonesia menargetkan penurunan angka kematian maternal menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 mendatang. Dengan penanganan yang adekuat hampir semua kematian ibu dapat dicegah (Depkes RI, 2006). Penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh pendarahan (32%) dan hipertensi dalam kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain (tak langsung) sebesar 32% (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Salah satu penyebab tak langsung yang berkontribusi pada tingginya angka kematian maternal adalah masih banyaknya persalinan yang tidak dilakukan di fasilitas kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), tempat yang ideal untuk persalinan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong bila sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Persalinan minimal dilakukan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED). Proporsi kelahiran di fasilitas kesehatan telah meningkat dari 46% (SDKI 2007) menjadi 63% pada lima tahun terakhir (SDKI 2012). Meskipun demikian, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan bahwa angka kematian ibu (AKI) ԁаn angka kematian bayi (AKB) ԁі Indonesia tinggi kаrеnа persalinan mаѕіh banyak dilakukan ԁі rumah ԁаn usia ibu melahirkan. Oleh karena itu, cakupan persalinan di fasilitas kesehatan harus senantiasa di tingkatkan dari tahun ke tahun untuk menurunkan angka kematian maternal dan angka kematian bayi di Indonesia. Antenatal care mempunyai hubungan positif terhadap tempat persalinan yang aman (Mbuagbaw, Gofin, 2011). Kunjungan antenatal care menjadi salah satu sarana untuk mengarahkan ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas kesehatan dengan pertologan petugas
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
3
kesehatan. Cakupan K4 di Indonesia sudah mencapai 88% (SDKI 2012), namun masih banyak persalinan yang dilakukan di rumah. Selain itu kelengkapan pelayanan yang diterima selama kunjungan antenatal belum memadai. Bahkan di propinsi Yogyakarta dengan cakupan K4 tertinggi, kunjungan antenatal yang dianggap sesuai standar hanya mencapai 58%. Sedangkan menurut Riskesdas 2010, hanya 20% ibu yang mendapat konten pelayanan lengkap saat kunjungan antenatal (UNICEF, 2012). Pada beberapa kasus, ibu hamil memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan tetapi tidak untuk persalinan. Komponen pelayanan yang disedikan mungkin menjadi pertimbangan ibu hamil dalam memilih tempat bersalin (Herber et al, 2007). Waktu dan komponen antenatal care sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi adanya kelainan kehamilan, serta mempersiapkan ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas kesehatan (Wang, Hong, 2013). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh pemanfaatan antenatal care terhadap pemilihan tempat persalinan. Tinjauan Teoritis
Gambar 1: Kerangka Konsep Hubungan Antenatal Care dengan Pemanfaatan Pelayanan Persalinan
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
4
Menurut Bazant (2008), karakteristik individu dan keluarga mempengaruhi keinginan individu untuk mencari dan memanfaatkan pelayanan kehamilan dan persalinan. Selanjutnya pemanfaatan pelayanan persalinan juga dipengaruhi langsung oleh pemanfaatan antenatal care. Perencanaan tempat persalinan biasanya dapat berubah karena adanya hambatan seperti hambatan transportasi dan tidak adanya tetangga atau keluarga yang menemani untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Kerangka pikir penelitian di atas merupakan modifikasi penalitian Bazant (2008) dan kajian literatur untuk menentukan variabel-variabel apa saja yang potensial berhubungan dengan pemilihan tempat persalinan. Variabel-variabel yang dianggap potensial tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam karakteristik sosiodemografi, riwayat kehamilan, dan faktor penghambat ke fasilitas kesehatan. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 2012) dengan desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita usia 15-49 tahun yang pernah melahirkan. Sampel pada penelitian ini adalah wanita pernah melahirkan dengan kelahiran terakhir terjadi selama lima tahun sebelum survei. Berdasarkan data yang ada, besar sampel penelitian adalah sebagai berikut. WUS 15-49 tahun 45.607
WUS pernah melahirkan 32.129
WUS melahirkan anak terakhir dalam waktu 5 tahun sebelum survei 15.262
Gambar 2: Alur Pemilihan Sampel Penelitian
Kemudian terdapat 2 responden yang tidak dapat ditentukan status pemanfaatan ANC karena missing pada semua pertanyaan yang mencakup ANC sehingga tidak diikutsertakan dalam analisis. Besar sampel penelitian menjadi 15.260 responden. Pada proses pengukuran variabel pemanfaatan ANC dilakukan pembentukan variabel komposit yang terdiri dari frekuensi, waktu, dan komponen (konten) ANC yang diterima ibu. Pengukuran pemanfaatan ANC diadaptasi dari penelitian Ram dan Singh (2006) di India. Ram dan Singh (2006) dalam penelitiannya mengukur pemanfaatan ANC berdasarkan komponen atau konten pelayanan yang diterima seperti jumlah kunjungan, waktu kunjungan, pemberian tablet besi, konseling, dan prosedur lainnya. Ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat kualitas antenatal
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
5
care yang diterima oleh ibu hamil. Bobot berbeda harus diberikan untuk setiap komponen ANC yang didasarkan pada seberapa penting komponen tersebut dapat meningkatkan kesehatan ibu. Pada penelitian ini, komponen ANC yang diteliti disesuaikan dengan standar ANC Depkes RI tahun 2007 (7T). Setiap komponen diberi bobot/skor seperti pada tabel 1. Ibu yang menerima pemeriksaan kehamilan bukan dari tenaga kesehatan dianggap tidak ANC (skor ANC: 0). Ibu yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan tapi tidak menerima satu pun konten ANC yang disarankan, maka diberikan skor 0. Jika ibu mendapatkan semua konten ANC yang disarankan, maka skor total ANC ialah 18. Selanjutnya skor total pemanfaatan ANC diklasifikasikan menjadi 3, yaitu tidak ANC, ANC inadekuat, dan ANC adekuat. Ibu dengan skor ANC = 0 dikategorikan sebagai “tidak ANC”, ibu dengan skor ANC 1-9 dikategorikan sebagai “ANC inadekuat”, sedangkan ibu dengan skor ANC 10-18 dikategorikan sebagai “ANC adekuat”. Tabel 1: Skor/Bobot Komponen Pelayanan ANC Sumber: Ram dan Singh, 2006 disesuaikan dengan SPM ANC Depkes, 2007 Komponen Pelayanan Minimal 4 kali kunjungan antenatal (1-1-2) Pemberian tablet Fe Imunisasi TT Pemeriksaan perut Diberitahu tanda bahaya kehamilan Timbang berat badan Pengukuran tekanan darah Konseling/konsultasi Pemeriksaan darah
Skor/Bobot 3 3 2 2 2 2 2 1 1
Kemudian analisis kompleks sampel dilakukan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) dengan tahapan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil Penelitian Gambaran Pemanfaatan Antenatal Care Tabel 2 Gambaran Pemanfaatan Antenatal Care Pemanfaatan ANC Tidak ANC Inadekuat Adekuat Total
n 663 1313 13284 15260
% 4,3 8,6 87,1 100
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
6
Berdasarkan komponen/konten ANC yang diterima ibu, pemanfaatan ANC dikelompokkan menjadi 3 yaitu tidak ANC, ANC inadekuat, dan ANC adekuat. Tabel 5 menunjukkan sebanyak 4,3% ibu tidak melakukan ANC, 8,6% ibu mendapat ANC inadekuat, dan 87,1% ibu mendapat ANC yang adekuat. Tabel 3 Gambaran Pemanfaatan ANC Berdasarkan Komponen Pelayanan Komponen Pelayanan Minimal 4 kali kunjungan antenatal (1-1-2) Pemberian tablet Fe Imunisasi TT Pemeriksaan perut Diberitahu tanda bahaya kehamilan Timbang berat badan Pengukuran tekanan darah Konseling/konsultasi Pemeriksaan darah
Tidak n 3473 3195 5600 267 6807 652 486 2248 8564
% 23,8 21,9 38,3 1,8 46,6 4,5 3,3 15,4 58,6
Ya n 11138 11416 9011 14344 7804 13959 14125 12363 6047
% 76,2 78,1 61,7 98,2 53,4 95,5 96,7 84,6 41,4
Tabel 3 memperlihatkan gambaran komponen/konten ANC pada ibu yang memeriksakan kehamilannya. Sebanyak 23,8% ibu masih melakukan kunjungan antenatal < 4 kali (1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke-2, dan 2 kali pada trimester ke-3). Lebih dari 90% ibu sudah mendapatkan komponen pemeriksaan perut, penimbangan berat badan, dan pengukuran tekanan darah. Sebanyak 84,6% ibu mendapatkan konseling/konusultasi saat pemeriksaan kehamilan. Namun masih ada 46,6% ibu yang tidak diberitahu tentang tanda bahaya (komplikasi) kehamilan. Sebanyak 21,9% ibu tidak mendapatkan tablet FE dan 38,3% ibu tidak mendapatkan imunisasi TT sesuai dengan yang disarankan. Komponen ANC yang paling jarang diterima oleh ibu ialah pemeriksaan darah, 58,6% ibu tidak diperiksa darahnya saat pemeriksaan kehamilan. Gambaran Tempat Persalinan Tabel 4 Gambaran Tempat Persalinan Tempat Persalinan Non Fasilitas Kesehatan: -‐ Rumah ibu -‐ Rumah orang lain -‐ Lain-lain Fasilitas Kesehatan:
Frekuensi 5375 4874 478 23
% 35,4 32,1 3,1 0,2
9827
64,6
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
7
Fasilitas Kesehatan Pemerintah -‐ Rumah sakit/klinik -‐ Puskesmas/pustu -‐ Poskesdes -‐ Polindes -‐ Fasilitas kesehatan pemerintah lain Fasilitas Kesehatan Swasta -‐ Rumah sakit -‐ Rumah sakit bersalin -‐ Rumah bersalin -‐ Klinik -‐ Dokter umum praktek -‐ Dokter kandungan praktek -‐ Bidan praktek -‐ Perawat praktek -‐ Bidan di desa -‐ Fasilitas kesehatan privat lain Total
1743 709 44 167 20
11,5 4,7 0,3 1,1 0,1
1128 728 216 365 13 89 3530 16 1032 27 15202
7,4 4,8 1,4 2,4 0,1 0,6 23,2 0,1 6,8 0,2 100
Tabel 4 memperlihatkan gambaran tempat persalinan ibu saat melahirkan anak terakhir. Masih terdapat 35,4% ibu yang tidak melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, dengan proporsi persalinan di rumah mencapai 35,2%. Sedangkan proporsi ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mencapai 64,4%. Dari berbagai macam jenis fasilitas kesehatan, bidan praktek merupakan tempat yang paling banyak dipilih ibu untuk melahirkan (23,2%). Tabel 5: Gambaran Tempat Persalinan Berdasarkan Pemanfaatan ANC Tingkat Pemanfaatan ANC Tidak ANC Inadekuat Adekuat Total
Persalinan di Fasilitas Kesehatan Tidak Ya N % N % 527 86,8 80 13,2 829 63,2 484 36,8 4019 30,3 9263 69,7 5375 35,4 9827 64,6
Total N 608 1313 13281 15202
% 100 100 100 100
Berdasarkan jenisnya, tempat persalinan dibedakan menjadi bukan fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan. Proporsi ibu yang melahirkan bukan di fasilitas kesehatan paling besar terdapat pada ibu yang tidak ANC yaitu 86,8%. Selain itu, meskipun ibu sudah mendapat ANC yang adekuat, proporsi ibu yang melahirkan di rumah masih tinggi mencapai 30%. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat di lakukan untuk menyeleksi variabel yang akan diimasukkan ke dalam pemodelan multivariat. Berdasarkan tabel 6, variabel perencanaan kehamilan memiliki p-value > 0,25 sehingga variabel terebut tidak dimasukkan ke dalam permodelan multivairat.
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
8
Tabel 6 Seleksi Bivariat Variabel Independen Variabel Pemanfaatan ANC Status ekonomi Umur melahirkan Status kawin Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Pengetahuan ibu
p-value 0,0001 0,0001 0,0001 0,006 0,0001 0,0001 0,0001
Variabel Pekerjaan pasangan/suami Paritas Komplikasi kehamilan Asuransi kesehatan Perencanaan kehamilan Jarak ke fasilitas kesehatan Pendamping ke fasilitas kesehatan
p-value 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,286 0,0001 0,014
Hubungan Pemanfaatan ANC dengan Pemilihan Tempat Persalinan Tabel 7: Poses Permodelan Multivariat
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
9
Tabel 7 memperlihatkan proses permodelan multivariat untuk mengetahui hubungan antenatal care dengan persalinan di fasilitas kesehatan setelah dikontrol karakteristik sosiodemografi dan riwayat kehamilan. Variabel status perkawinan, jarak ke fasilitas kesehatan, dan ketiadaan pendamping ke fasilitas kesehatan dikeluarkan dari permodelan karena memiliki pvalue > 0,05 dan bukan merupakan variabel konfonding. Berdasarkan tabel di atas, variabel paling dominan yang mempengaruhi pemilihan tempat persalinan ialah tingkat pemanfaatan ANC. Ibu dengan pemanfaatan ANC inadekuat berpeluang 2,8 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang tidak ANC. Sedangkan ibu yang mendapat ANC adekuat berpeluang 6,6 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan dengan yang tidak ANC. Nilai OR tersebut telah dikontrol oleh variabel paritas, umur melahirkan, status ekonomi, pekerjaan suami, asuransi kesehatan, riwayat komplikasi kehamilan, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, dan pendidikan ibu. Faktor lain yang berhubungan dengan pemilihan tempat persalinan adalah paritas, umur melahirkan, status ekonomi, pekerjaan suami, asuransi kesehatan, riwayat komplikasi kehamilan, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, dan pendidikan ibu. Ibu yang melahirkan anak pertama mempunyai peluang 2,5 kali lebih besar untuk melahirkan di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang telah melahirkan lebih dari 3 anak. Sedangkan ibu yang melahirkan pada usia > 35 tahun mempunyai peluang 2,4 kali lebih besar untuk melahirkan di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang melahirkan pada usia < 20 tahun. Ibu dengan status ekonomi tinggi berpeluang 3,6 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu dari status ekonomi rendah. Ibu dengan suami yang bekerja sebagai professional/teknisi/manajerial/pejabat pelaksana berpeluang 1,3 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu dengan suami yang bekerja sebagai tenaga penjualan/jasa/pertanian/produksi/lainnya. Sedangkan ibu yang memiliki asuransi kesehatan berpeluang 1,2 kali lebih besar untuk melahirkan di fasilitas kesehatan dibandingkan dengan yang tidak mempunyai asuransi kesehatan. Ibu dengan riwayat komplikasi kehamilan mempunyai peluang 1,7 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat komplikasi pada kehamilan terakhir. Sedangkan ibu dengan pengetahuan tinggi tentang komplikasi kehamilan berpeluang 1,4 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan dengan yang pengetahuannya rendah.
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
10
Ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai peluang 2,1 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu berpendidikan rendah. Ibu yang tidak bekerja berpeluang 1,3 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang bekerja sebagai tenaga penjualan/jasa/pertanian/produksi/lainnya. Namun peluang ibu yang bekerja sebagai profesioanal/teknisi/manajerial/pejabat pelaksana untuk bersalin di fasilitas kesehatan sama dengan ibu yang bekerja sebagai tenaga penjualan/jasa/pertanian/produksi/lainnya. Pembahasan Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan paling besar ditemukan pada ibu dengan ANC adekuat (69,7%). Pada ibu dengan ANC inadekuat, 36,8% ibu bersalin di fasilitas kesehatan. Sedangkan pada ibu yang tidak ANC, hanya 13,2% yang melahirkan di fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil analisis multivariat, variabel paling dominan yang mempengaruhi pemilihan tempat persalinan ialah tingkat pemanfaatan ANC. Ibu dengan pemanfaatan ANC inadekuat berpeluang 2,8 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang tidak ANC. Sedangkan ibu yang mendapat ANC adekuat berpeluang 6,6 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan dengan yang tidak ANC. Nilai OR tersebut telah dikontrol oleh karakteristik sosiodemografi dan riwayat kehamilan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di India yang menyimpulkan bahwa tingkat ANC ibu merupakan faktor paling signifikan terhadap pemanfaatan layanan persalinan. Ibu dengan tingkat ANC adekuat berpeluang 3,3 kali untuk bersalin di fasilitas kesehatan (Ram, Singh, 2005). Dalam penelitian tersebut, kecukupan ANC ibu diukur berdasarkan frekuensi dan waktu kunjungan serta konten ANC yang diberikan. Hasil penelitian lain di Mexico tahun 2006 menyebutkan bahwa wanita yang mendapat konten/prosedur ANC yang adekuat (high quality ANC) memiliki peluang 2,9 kali (95% CI: 1,18 – 4,44) lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan (Barber, 2006). Kualitas ANC dihitung berdasarkan 13 konten standar ANC yang kemudian diubah menjadi indeks komposit. Penelitian serupa di Indonesia menggunakan data Riskesdas 2010 untuk mengetahui hubungan layanan antenatal terhadap pemanfaatan pelayanan persalinan menunjukkan adanya hubungan positif antara keduanya. Dalam penelitian tersebut layanan ANC hanya diukur berdasarkan
frekuesi
kunjungan
ibu.
Namun
begitu
frekuensi
ANC
tidak
selalu
merepresentasikan konten atau kualitas ANC yang didapat. Hal ini dikarenakan frekuensi
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
11
kunjungan ANC ibu dapat dipengaruhi oleh rekomendasi tenaga kesehatan yang berbeda dan adanya komplikasi kehamilan (Tsegay et al, 2013). Dalam penelitian ini tingkat pemanfaatan ANC diukur berdasarkan frekuensi dan waktu kunjungan serta konten ANC yang selanjutnya dijadikan nilai komposit. Kemudian skor ANC dikategorikan menjadi tidak ANC, ANC inadekuat, dan ANC adekuat. Ibu yang mendapat ANC bukan dari tenaga kesehatan dianggap tidak mendapatlan pelayanan antenatal. Untuk itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempelajari asosiasi kompleks antara jumlah kunjungan ANC, provider (penyedia layanan), kelengkapan layanan dan pengaruhnya terhadap tempat persalinan. Hal ini dikarenakan jenis penyedia layanan antenatal juga berhubungan dengan kelengkapan layanan antenatal yang diterima ibu. Penelitian di Zambia menunjukkan pelayanan ANC yang optimum/adekuat lebih banyak ditemukan di rumah sakit dan puskesmas kota. Sedangkan puskesmas desa dan pos kesehatan lebih banyak memberikan layanan antenatal inadekuat (Kyei, Chansa, Gabrysch 2012). Sehingga dari 3 aspek tersebut dapat dibuat alat ukur untuk mengetahui tingkat (kualitas) ANC yang disesuaikan dengan kondisi di wilayah penelitian. Berbagai penelitian menyimpulkan adanya asosiasi positif antara pelayanan selama kehamilan (ANC) dengan pemanfaatan pelayanan persalinan yang aman. Antenatal care menjadi sarana pertama terjadinya kontak yang rutin antara ibu hamil dengan tenaga kesehatan. Dari sini tenaga kesehatan dapat mengarahkan ibu untuk memanfaatkan pelayanan secara berkelanjutan saat hamil hingga melahirkan. Antenatal care bertujuan untuk mengidentifikasi kehamilan berisiko tinggi, memberi pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan serta perotolongan komplikasi, sekaligus mempromosikan pentingnya akses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Ini menunjukkan bahwa konten dari antenatal care menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan agar ANC yang didapat adekuat. Ketika ibu mendapatkan konseling ANC dan pelayanan ANC yang lengkap maka ibu akan lebih tertarik untuk kembali memanfaatkan pelayanan tersebut untuk persalinan (Rockers, Wilson, Mbaruku, Kruk 2009). ANC merupakan komponen sentral untuk mempromosikan persalinan aman dan mengarahkan ibu hamil untuk mengakses pelayanan obstetrik darurat jika terjadi komplikasi. Dalam rangka menurunkan angka kematian maternal pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, mudah diakses, dan berkualitas (Tsegay et al, 2013). Untuk itu pendekatan ANC harus lebih mengarah pada kualitas daripada kuantitas. Kegiatan promosi ANC harus diikuti dengan promosi
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
12
konten standar ANC untuk meningkatkan kualitas layanan (Barber, 2006). Menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu di Indonesia tahun 2010, tenaga kesehatan harus memberikan layanan antenatal sesuai dengan standar yang meliputi timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, hitung denyut jantung janin, presentasi
janin,
imunisasi
TT,
memberikan
tablet
besi,
pemeriksaan
tentukan
laboratorium,
tatalaksana/penanganan kasus, dan KIE efektif (Depkes, 2010). Selain itu, penelitian di Ethiopia juga mempelajari tentang asosiasi positif pemberian konseling ANC dengan persalinan di fasilitas kesehatan. Ibu yang mendapat konseling ANC berpeluang 3,08 kali untuk bersalin di fasilitas kesehatan. Informasi kesehatan merupakan elemen penting ANC. Dalam konseling ANC, ibu diberitahu tentang tanda bahaya kehamilan, persiapan melahirkan, kemana harus mencari pertolongan komplikasi, dan pentingnya persalinan yang aman (keuntungan persalinan di fasilitas kesehatan). Dalam sebuah studi kualitatif menyebutkan bahwa ibu dengan konseling ANC cenderung merasa lebih siap untuk menghadapi persalinan (Tsegay et al, 2013). Di Bangladesh, setiap ibu hamil disarankan mengikuti edukasi kesehatan yang diadakan saat ANC selama kurang lebih 45 menit (Khatun, Rahman, 2007). Di Indonesia, layanan ANC sebaiknya juga memperkuat sistem KIE yang efektif untuk ibu hamil. Menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu di Indonesia, KIE efektif sebaiknya dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, perencanaan persalinan, tanda bahaya kehamilan dan pertolongan komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, tes dan konseling HIV, IMD, KB paska persalinan, imunisasi, dan brain booster. Kesimpulan -
Proporsi ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mencapai 64,4%. Bidan praktek merupakan tempat yang paling banyak dipilih ibu untuk melahirkan (23,2%). Masih terdapat 35,4% ibu yang bersalin tidak di fasilitas kesehatan yakni di rumah.
-
Sebanyak 69,7% ibu dengan ANC adekuat bersalin di fasilitas kesehatan. Pada ibu dengan ANC inadekuat, 36,8% ibu bersalin di fasilitas kesehatan. Sedangkan hanya 13,2% dari ibu yang tidak ANC bersalin di fasilitas kesehatan.
-
Setelah dikontrol oleh karakteristik sosiodemografi dan riwayat kehamilan, ibu dengan ANC adekuat berpeluang 6,6 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
13
dengan yang tidak ANC. Sedangkan ibu dengan ANC inadekuat berpeluang 2,8 kali lebih besar untuk bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu yang tidak ANC. -
Faktor lain yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk persalinan adalah paritas 1 anak, umur > 35 tahun, status ekonomi tinggi, pekerjaan suami professional/teknisi/manajerial/pejabat pelaksana, memiliki asuransi kesehatan, memiliki riwayat komplikasi kehamilan, pengetahuan ibu tinggi, ibu tidak bekerja, dan pendidikan ibu > SMA.
Saran Saran terhadap Program -
Meningkatkan cakupan pelayanan ANC dengan komponen pelayanan yang lengkap. Komponen yang masih perlu ditingkatkan ialah pemberian tablet Fe, imunisasi TT, dan pemeriksaan darah. Untuk menunjang pelayanan yang lengkap diperlukan ketersediaan tenaga pelaksana yang kompeten dan fasilitas yang mendukung. Karena dengan pelayanan yang lengkap ibu lebih tertarik untuk memanfaatkan kembali tempat pelayanan kesehatan untuk persalinan.
-
Dalam pelayanan ANC, konseling atau konsultasi merupakan salah satu elemen penting dari ANC. Lebih dari 80% ibu telah melakukan konseling/konsultasi saat pemeriksaan kehamilan. Namun 46,6% ibu tidak diberitahu tentang tanda komplikasi kehamilan. Untuk itu konten informasi KIE efektif sebaiknya disampaikan secara lengkap, misalnya meliputi tanda bahaya kehamilan, kemana harus mencari pertolongan saat komplikasi, persiapan tenaga penolong persalinan dan tempat persalinan setiap ibu memeriksakan kehamilannya.
-
Berdasarkan hasil penelitian, proporsi persalinan di fasilitas kesehatan lebih rendah pada ibu dengan paritas > 3 anak, pendidikan rendah, status ekonomi rendah, dan pengetahuan rendah. Untuk itu KIE harus lebih fokus pada ibu dengan karakteristik tersebut. Di Bangladesh misalnya, kelas KIE ibu hamil rutin dilaksanakan 45 menit setiap pelayanan ANC.
-
Asuransi kesehatan juga menjadi faktor yang berhubungan dengan pemilihan tempat persalinan. Pelaksanaan jampersal yang optimal dibutuhkan mengingat jampersal sudah meliputi pelayanan ANC yang lengkap, pelayanan persalinan, dan pertolongan komplikasi.
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
14
Saran untuk Peneliti Selanjutnya -
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur kualitas ANC berdasarkan provider, tenaga pelaksana, frekuensi, dan waktu kunjungan, serta konten pelayanan yang diterima. Sehingga dihasilkan alat ukur yang dapat digunakan untuk mempelajari kualitas ANC yang disesuaikan dengan wilayah penelitian.
-
Pengelompokkan variabel tempat persalinan yang lebih bervariasi mungkin diperlukan karena tidak semua jenis fasilitas kesehatan memiliki ketersediaan sarana prasarana (alat kesehatan) yang sama.
Daftar Referensi Admin. (2012). Surveilans Epidemiologi Kematian Ibu dan Target MDGs5. http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/surveilans-kematian-ibu.html diakses 1 Februari 2014 pukul 10.04. Admin. (2013). Penyebab Kematian Ibu. http://pns.web.id/penyebab-kematian-ibu/ diakses 1 Februari 2014 pukul 08.15. Andersen, R. M. (1995). Revisiting the behavioral model and access to medical care: Does it matter? Journal of Health and Social Behavior, 36(1), 1-10. http://search.proquest.com/docview/201658072?accountid=1724 diakses 2 Februari 2014 pukul 14.56. Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara. Barber, S. (2006). Does the Quality of Prenatal Care Matter in Promoting Skilled Institutional Delivery? A Study in Rural Mexico. http://search.proquest.com/docview/220563263/3CA310A400414D38PQ/97?accountid=1724 2 diakses 2 Maret 2014 pukul 14.35. Bazant, E. S. (2008). Women's Place of Delivery and Experience of Quality In Delivery Care: A Quantitative And Qualitative Study In Nairobi's Informal Settlements. (Order No. 3302017, The Johns Hopkins University, School of Public Health and Hygiene). ProQuest Dissertations and Theses, 290-n/a. http://search.proquest.com/docview/304818445?accountid=17242. diakses 10 Februari 2014 pukul 12.56. Badan Pusat Statistik. Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. (2013). diunduh dari http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20Penelitian/Forms/DispForm.aspx?ID=145 diakses 6 September 2013 Pukul 20.54. Depkes RI. (2007). Pedoman Antenatal Care. http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/768/4/BK2007-G59.pdf diakses 28 Februari 2014 pukul 09.45 Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-2009_TTG_SKN-2009.pdf diakses 4 Februari 2014 pukul 10.56. Depkes RI. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
15
Depkes RI. (2011). Misi Untuk Selamatkan Nyawa Ibu. http://kemkes.go.id/downloads/advertorial/adv_jampersal2.pdf diakses 23 Februari 2014 pukul 19.15. Depkes RI. (2012). Peluncuran EMAS “Expanding Maternal and Newborn Survival". http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/02/Newsllater-1-naikcetak-2012.pdf diakses 23 Februari 2014 pukul 19.26. Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2012. http://depkes.go.id/downloads/Profil%20Kesehatan_2012%20(4%20Sept%202013).pdf diakses 4 Februari 2014 pukul 11.14. Depkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Tidak Diminati. https://ropegkemenkes.or.id/pengumuman/PMK%20No%206%20Thn%202013%20ttg%20Kriteria%20Fa syankes.pdf diakses 10 Februari 2014 pukul 16.30. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kemkes. (2011). Informasi Jampersal. https://promkes.depkes.go.id%2Findex.php%2Fpublication%2Fmedia-cetak%2Fpedomandan-buku%3Fdownload%3D7%3Abuku-saku-jampersal diakses 30 Mei 2014 pukul 20.07. Gabrysch, S., Cousens, S., Cox, J., & Campbell, O. M. R. (2011). The Influence Of Distance And Level Of Care On Delivery Place In Rural Zambia: A Study Of Linked National Data In A Geographic Information System. PLoS Medicine, 8(1), e1000394. http://dx.doi.org/10.1371/journal.pmed.1000394 diakses 4 Maret 2014 pukul 19.56. Joshi, C., Torvaldsen, S., Hodgson, R., Hayen, A. (2014). Factors Associated With The Use And Quality Of Antenatal Care In Nepal: A Population-Based Study Using The Demographic And Health Survey Data. http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/3238465861/ diakses 12 Februari 2014 pukul 13.45. Khatun, S., Rahman, M. (2007). Quality of Antenatal Care and Its Dose-Response Relationship with Birth Weight in a Maternal and Child Health Training Institute in Bangladesh. http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/2755399431/ diakses 14 Maret 2014 pukul 13.32. Kitui, J., Lewis, S., & Davey, G. (2013). Factors Influencing Place Of Delivery For Women In Kenya: An Analysis Of The Kenya Demographic And Health Survey, 2008/2009. BMC Pregnancy and Childbirth, 13, 40. http://dx.doi.org/10.1186/1471-2393-13-40 diakses 1 Mei 2014 pukul 13.56. Kyei, N. N. A., Chansa, C., & Gabrysch, S. (2012). Quality Of Antenatal Care In Zambia: A National Assessment. BMC Pregnancy and Childbirth, 12, 151. http://dx.doi.org/10.1186/1471-2393-12-151 diakses 20 Mei 2014 pukul 14.44. Litbang Depkes RI. (2011). Batasan Riset Fasilitas Kesehatan. http://www.rifaskes.litbang.depkes.go.id/batasan diakses 4 Februari 2014 pukul 11.02. Maimunah. (2010). Tesis: Determinan Pemanfaatan Layanan Persalinan (Analisis Data SDKI 2007). FKM UI Depok, 2010. Mbuagbaw, L. C., E., & Gofin, R. (2011). A New Measurement for Optimal Antenatal Care: Determinants and Outcomes in Cameroon. Maternal and Child Health Journal, 15(8), 142734. http://dx.doi.org/10.1007/s10995-010-0707-3 diakses 10 Maret 2014 pukul 10.09. Rockers, P. C., Wilson, M. L., Mbaruku, G., Kruk, M., E. (2009). Source of Antenatal Care Influences Facility Delivery in Rular Tanzania: A Population-Based Study http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/1879992201/ diakses 14 Maret 2014 pukul 20.05.
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014
16
Rokhmah, Dewi. (2011). Kesehatan Ibu: Sebuah Perspektif Gender (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember). http://fkm.unej.ac.id/files/Semnas2011/07.pdf diakses 1 Februari 2014 pukul 09.55. Ronsmans, C., Scott, S., Qomariyah, S. N., Achadi, E., Braunholtz, D., Marshall, T., Graham, W. J. (2009). Professional assistance during birth and maternal mortality in two indonesian districts. World Health Organization.Bulletin of the World Health Organization, 87(6), 41623. http://search.proquest.com/docview/229662536?accountid=17242 diakses 1 Juni 2014 pukul 11.07. Shrestha, S. K., Banu, B., Khanom, K., Ali, L., Thapa, N., Stray-Pedersen, B., & Devkota, B. (2012). Changing Trends on the Place of Delivery: Why do Nepali Women Give Birth at Home? Reproductive Health, 9, 25. http://dx.doi.org/10.1186/1742-4755-9-25 diakses 14 Mei 2014 pukul 12.34. Singh, A., Ram, F. (2005). Is Antenatal Care Effective in Improving Maternal Health in Rural Uttar Pradesh? Evidence from a District Level Household Survey. http://search.proquest.com/docview/203922795/140E111231043A91E27/1?accountid=17242 # diakses 5 Maret 2014 pukul 15.45. Statistics Indonesia, National Population and Family Planning Board, Ministry of Health, Jakarta, Indonesia and MEASURE DHS, ICF International, Calverton, Maryland. (2013). Indonesia Demographic and Health Survey 2012. http://www.dhsprogram.com/publications/publication-FR275-DHS-Final-Reports.cfm diakses 2 Februari 2014 pukul 14.04. Statistics Indonesia, National Population and Family Planning Board, Ministry of Health, Jakarta, Indonesia and MEASURE DHS, ICF International, Calverton, Maryland. (2007). Indonesia Demographic and Health Survey 2007. http://www.measuredhs.com/Publications/Publication-Search.cfm diakses 2 Februari 2014 pukul 14.04. Titaley, C. R., Dibley, M. J., & Roberts, C. L. (2010). Factors Associated With Underutilization Of Antenatal Care Services In Indonesia: Results Of Indonesia Demographic And Health Survey 2002/2003 And 2007. BMC Public Health, 10, 485. http://dx.doi.org/10.1186/14712458-10-485 diakses 12 Februari 2014 pukul 10.09. Tsegay, et al. (2013). Determinants of Antenatal and Delivery Care Utilization in Tigray Region, Ethiopia: A Cross-sectional Study. http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/2979506011 diakses 20 Mei 2014 pukul 17.09. UNDP. (2004). Tujuan 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu diunduh dari http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf diakses 4 februari 2014 pukul 10.45. UNFPA. (2005). Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. http://indonesia.unfpa.org/application/assets/publications/Kebijakan_Strategi_Nasional_Kese hatan_Reproduksi_di_Indonesia.pdf.pdf diakses 10 Februari 2014 pukul 16.46. UNICEF. (2012). Ringkasan Kajian Kesehatan. http://www.unicef.org/indonesia/id/A5__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf diakses 8 Februari 2014 pukul 14.45 Wang, W., Hong, R. (2013). Continuum of Care for Maternal and Newborn Health in Cambodia: Who Drops Out? http://www.measuredhs.com/pubs/pdf/FA85/FA85.pdf diakses 14 Februari 2014 pukul 19.05. Wardah. (2012). Tesis: Hubungan Layanan Antenatal dengan Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Saat Persalinan di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010). FKM UI Depok, 2012.
Hubungan Pemanfaatan..., Laeli Nur Maeni, FKM UI, 2014