Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi HUBUNGAN METODE PEMBERIAN TUGAS PRAKTIK DAN METODE TUTOR SEBAYA DALAM PENGAJARAN REMEDIAL Yunita Marliana (Dosen tetap pada Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Mataram) Email:
[email protected]) Yudin Citriadin (Dosen tetap pada Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Mataram) Email:
[email protected] Abstrak Proses belajar dan pembelajaran di sekolah, sudah menjadi harapan setiap guru agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya, namun pada kenyataannya banyak siswa yang menunjukkan tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan itu karena tidak adanya motivasi untuk belajar. Hasil belajar yang yang telah dicapai siswa merupakan tolak ukur kemampuan belajar siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada SMAN 1 Jonggat terdapat hubungan yang signifikan tentang metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pelajaran IPS sedangkan pada MAN 2 Praya tidak ada hubungan yag signifikan antara metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pelajaran IPS tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Kata kunci: metode pemberian tugas praktik dan metode tutuor sebaya, pengajaran remedial. A. Pendahuluan Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu upaya yang paling mendasar dalam rangka mengembangkan potensi bangsa adalah melalui jalur pendidikan, baik itu pendidikan prasekolah maupun pendidikan luar sekolah. Dalam hal ini pendidikan memegang peranan yang cukup penting dalam mencerdaskan bangsa dan pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas, handal dan mandiri.
68
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Hal ini berdasarkan UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Proses belajar dan pembelajaran di sekolah, sudah menjadi harapan setiap guru agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya, namun pada kenyataannya banyak siswa yang menunjukkan tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan itu karena tidak adanya motivasi untuk belajar. Hasil belajar yang yang telah dicapai siswa merupakan tolak ukur kemampuan belajar siswa. Keberhasilan itu tergantung pada keaktifan siswa dalam mencari informasi sendiri (Ahmadi, 2005). Menurut Buchori (1994) belajar bukan hanya belajar sesuatu yang kongkrit tetapi juga mempelajari sesuatu yang abstrak, selain itu belajar bertingkat dari yang mudah ke tingkat yang lebih komplek lagi sehingga memerlukan daya analogi dan penalaran untuk dapat memahaminya. Kenyataan yang ada di lapangan, justru sebaliknya hasil belajar kurang bermakna, sering terjadi guru memaksakan dan menjejali siswa dengan materimateri baru dengan alasan pencapaian target kurikulum, hal ini disebabkan pula oleh sistem pada saat ini, guru tidak memiliki kebebasan dalam melakukan tes akhir kegiatan belajar. Gambaran itu akan tanpak semakin jelas dengan hasil ulangan umum dimana soal dibuat bukan oleh guru, tetapi oleh sebuah tim work pembuat soal kabupaten, yang nota bene lebih banyak memunculkan soal-soal teks book salah satu penerbit buku. Sehingga bertolak belakang dengan hasil belajar sehari-hari yang mencakup sumber belajar di luar buku paket atau pelengkap. Untuk mata pelajaran IPS memiliki karakteristik pemakaian lingkungan sebagai sumber belajar, akan lebih banyak menampilkan sisi kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran lebih menarik. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan khusus SMAN 1 Jonggat dan MAN 2 Praya di kabupaten Lombok Tengah, proses pembelajaran ini belum
Yunita Marliana & Yudin Citriadin
|
69
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi diberikan secara optimal dan cenderung masih dominannya kegiatan ceramah, Tanya jawab buku-buku pelajaran. Dengan demikian kreativitas guru untuk memberikan pembelajaran ideal yang menarik, tidak menjenuhkan siswa, jadi terabaikan. Kemampuan awal yang dimiliki siswa tidak tersentuh sama sekali. Berdasarkan catatan di atas makna pembelajaran IPS perlu ditingkatkan kualitasnya dengan memfungsikan pendidikan ini sebagai media pengembangan kemampuan psikomotorik terutama di SMAN 1 Jonggat dan MAN 2 Praya yang dirasa masih jauh dari pembelajaran sesungguhnya. Berdasarkan uraian di atas, permasalahannya adalah masih kurang terciptanya memaksimalkan tentang metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pada matapelajaran IPS. B. Pengajaran Remedial Tujuan utama dalam proses belajar mengajar mengalihkan pengetahuan kepada siswa sehingga pengetahuan itu benar-benar menjadi milik siswa. Dari karakteristik siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda (kecerdasan, bakat, kemampuan belajar) mengakibatkan hasil belajar yang berbeda pula. Sebagian siswa dimungkinkan memperoleh hasil yang cukup baik, tetapi tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan atau tidak berhasil. Kegagalan tersebut dapat diakibatkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya pengetahuan siswa dalam memahami konsep yang berakibat terjadinya kesalahan konsep dan miskonsepsi, tentunya hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, harus dicari jalan keluarnya secara dini. Salah satu yang dilakukan oleh guru adalah melakukan pengejaran remedial. Sesuai dengan pernyataan Natawidjaja (1994) bahwa pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat menjadi lebih baik. Penelitian ini pengajaran remedial ini akan dilakukan secara klasikal terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar pada pelajaran IPS. Sesuai dengan sifat dari pengajaran remedial maka metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan remedial mulai dari langkah identifikasi kasus, lokalisasi jenis-jenis atau sifat kesulitan, sampai dengan langkah tindak lanjut penyembuhan dapat digunakan antara lain: (1) pemberian tugas; (2) diskusi; (3) tanya jawab; (4) kerja kelompok; (5) tutor sebaya; dan (6) pengajaran individual (Simatupang, 1986; Natawidjaja,
70
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
1994). Dalam hal ini pengajaran remedial akan dilakukan dengan pemberian tugas praktik dan tutor sebaya C. Tutor Sebaya Belajar adalah proses yang banyak memerlukan waktu, pengalaman merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan usaha belajar mengajar. Pengalaman merupakan suatu sendi bagi suatu pengetahuan, dalam hal profesi pengalaman kerja merupakan bagian dari latihan kerja. Bertambahnya latihan di dalam kerja akan meningkatkan produktivitas kerja seseorang. John Locke seperti dikutip oleh Purwanto (1994) dalam Visi (Nomor 10/ th/2001: 39-41) menyatakan bahwa “makin sering seseorang mengulangi sesuatu, makin bertambahlah kecakapannya mengenai hal tersebut dan ia dapat lebih menguasai hal tersebut”. Kemudian Surakhmad (1996) mengemukakan bahwa “untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan yang memadai diperlukan latihan yang berkali-kali atau terus menerus terhadap apa yang dipelajari. Hanya dengan melakukanya secara teratur, pengetahuan tersebut dapat disempurnakan dan disiap siagakan”. Sardiman mengungkapkan (1996) bahwa “segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan, pengalaman penyelidikan dan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknik”. Berbagai pernyataan di atas, apabila dikaikan dengan tugas-tugas atau peranan tutor/guru, yang disebut dengan pengalaman adalah pengalaman mengajar. Melalui pengalaman tutor/guru akan memperolah informasi dalam bidang tugasnya juga dalam menjalankan peranannya dan mereka berusaha memahaminya sehingga dapat dialihkan kepada anak didiknya guna mencapai sesuatu tujuan yang telah dirumuskan. Berikut ini dikemukakan pengertian mengajar berkaitan dengan pengalaman tutor/guru menurut Marrison seperti yang disimpulkan oleh Citriadin (2007) “mengajar adalah kontak yang intim antara orang yang sudah lebih dewasa kepribadiannya dengan yang kurang dewasa, dengan tujuan agar yang kurang dewasa akan bertambah luas pendidikannya”. Disini mengajar dipandang sebagai suatu proses yang adatif, yaitu proses mengadakan hubungan/penyesuaian dengan lingkungan. Dengan kata lain mengajar merupakan kegiatan tutor/guru membimbing dan mendorong murid untuk memperoleh pengalaman yang berguna bagi perkembangan semua potensi yang dimilikinya semaksimal mungkin.
Yunita Marliana & Yudin Citriadin
|
71
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Pada hakikatnya pengalaman mengajar yang dimaksud disini adalah lamanya tutor/guru yang bersangkutan telah mengajar (bertugas) sebagai guru/tutor dengan menggunakan metode mengajar tertentu. Tutor/guru yang dapat terus menerus tumbuh dan berkembang secara profesional, akan mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang dinamis di kelas. Berkembangnya profesionalitas seseorang tutor/guru akan sangat tegantung pada sikap dan cara tutor/guru merealisasikan dan memanfaatkan pengalaman dan pengetahuanya dalam melaksanakan tugas dan peranannya serta relevensinya dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya budang pengetahuan dan pengajaran. Pengetahuan yang harus dikuasai oleh tutor/guru dalam bentuk kompetensi dasar profesional menurut Darmodiharjo seperti yang dikuti oleh Masidjo (1995) meliputi 10 hal, yang masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Penguasaan bahan pelajaran dari setiap mata pelajaran yang diambilnya dan pengalaman melalui perpustakaan sehingga dapat menjadi informatori yang merupakan sumber informasi kegiatan pengajaran. 2. Pengelolaan program belajar mengajar dari setiap matapelajaran yang diambilnya 3. Pengelolaan kelas dengan mengatur tata ruang kelas yang menciptakan iklim belajar mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. 4. Pemakaian media dan sumber belajar. Agar variasi belajar bisa optimal, tutor/ guru harus mampu menggunakan berbagai media dan sumber, baik berupa alat bantu pelajaran sederhana maupun laboratorium dan perpustakaan. 5. Pengelolaan interaksi belajar mengajar. Seseorang tutor/guru harus mampu megelola interaksi belajar mengajar. Ia harus memahami hakekat belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, bagaimana proses belajar berlangsung dan ciri-ciri belajar dalam berbagai bidang yakni pengetahuan, pemahaman, perasaan, minat, sikap, nilai dan keterampilan. 6. Penguasaan landasan-landasan kependidikan yang tampak dalam peranya sebagai pribadi dan pendidik dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar 7. Pengenalan program dan funngsi bimbingan dan konseling di sekolah 8. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah baik sebgai proses maupun sebagai bidang garapan 9. Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran
72
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
10.Penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran Myrick dan Bowman (1981) mengatakan bahwa tutor sebaya adalah individu yang masih bersekolah yang menggunakan konsep dan kemahiran menolong untuk membantu pelajar lain, bukan seorang guru/konselor. Sedangkan Ermey (dalam Saragih, 2007) tutor sebaya adalah seorang individu yang mengambil berat (cares) tentang orang lain dan boleh berbincang dengannya tentag perasaan dan pandangan mereka, bukan pemberi nasihat dan menyelesaikan masalah orang lain, tetapi mereka adalah pendengar yang peka dan berupaya menggunakan kemahiran berkomunikasi untuk melakukan pemahamandiri dan membuat keputusan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya bertujuan untuk menolong membina perkembangan diri, pencapaian akademik serta melakukan hubungan positif dan sehat. Tutor sebaya memiliki ciri-ciri: senang bergaul, memiliki keterampilan berkomunikasi, senang memberi bantuan kepada orang lain, bukan pemberi nasehat, bukan guru/konselor, dan bukan orang yang menyelesaikan masalah. Di samping memiliki kemampuan seperti di atas, kemampuan yang tak kalah pentingnya harus dimiliki oleh tutor sebaya adalah kemampuan akademik khususnya pelajaran IPS sehingga siswa yang mengalami kesulitan diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada secara bersama-sama. Dalam kegiatan pembelajaran, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian siswa. Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan pembelajaran bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis siswa. Oleh karena itu, disinal kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Surachmad (2005) mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar yaitu: 1) tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya; 2) siswa yang berbagai-bagai tingkat kematangannya; 3) situasi yang berbagai-bagai keadannya; 5) pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda. Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar siswa yang bisa terjadi ketika siswa yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu siswa yang lain yang kurang mampu. Caranya, setiap hari alokasikan waktu khusus agar siswa dapat saling membantu dalam belajar. Misalnya: matematika atau IPS, baik satu ataupun dalam kelompok kecil. Tutor sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi
Baharudin
|
73
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi kebutuhan siswa. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina diantara peserta didik melalui kerja sama. Tutor sebaya akan merasa bangga atas perannyadan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperoleh atas tanggung jawab yanag dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan ”tutor sebaya”, siswa juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Dikarenakan, siswa melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab. D. Fungsi dan Peran Tutor Dalam Pembelajaran Seorang tutor dituntut menguasai pengetahuan dalam bidang mata pelajaran yang dibimbingnya, tanpa itu pelaksanaan proses belajar membelajarkan akan mengalami kesulitan, sebab pengetahuan tutor merupakan faktor penting dalam mengkaji dan memahami tutor tersebut. Kemampuan seorang tutor dalam menyampaikan pengetahuan atau materi bahan belajar bergantung pada penguasaan bidang studi oleh tutor (guru) itu sendiri, maka ia perlu mengalami keputusan bagi pemantapan penguasaan materi itu. Efektifitas proses belajar membelajarkan dalam pendidikan luar sekolah tidak hanya ditentukan oleh penguasaan tutor tentang bidang studi yang dibimbingnya akan tetapi faktor pendekatan dan strategi yang dikuasai oleh tutor, hal ini dapat dipahami bahwa tutor itulah yang palng dekat dengan warga belajar dan merekalah yang paling berusaha untuk mempengaruhi warga belajar agar mau belajar dengan sungguh-sungguh. Peranan tutor dalam memahami kebutuhan belajar dan menerapkan strategi belajar amatlah menentukan bagi pekembangan belajar warga belajar dalam mengikuti program belajar yang diikuti. Konsep Roger (dalam Saragih, 2007) mengemukakan tutor atau guru adalah tanggung jawab untuk mencipatakan suatu struktur kelompok dimana ia memainkan peranan sebagai anggota kelompok dan sebagai pimpinan yang luwes. Pimpinan mencipatakan suasana bagi anggota kelompok melalui berbagai cara berkomuniksi. Dalam perananya sebagai pemimpin, kegiatan belajar mempunyai tugas yaitu:
74
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
Pertama, memotivasi peserta didik atau warga belajar agar tumbuh kepercayaan diri akan kemampuan dan meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan pembalajaran; Kedua, memerjelas tujuan belajar yang dikatkan dengan kebutuhan belajar warga belajar; Ketiga, menumbuhkan dan memelihara situasi belajar kelompok; Keempat, membentu kelompok belajar mendapatkan sumber belajar lain; Kelima, sebagai penengah apabila terjadi beda pendapat antara warga balajar. Sedangkan menurut pihak BPKB Diklusepora Jabar (1999/2000) dalam Saragih (2007): peran-peran tutor dalam pengajaran remedial adalah: 1. Menyusun persiapan mengajar 2. Melaksanakan proses belajar mengajar melalui kegiatan bermain 3. Memotivasi orangtua siswa 4. Membentu pengelola dalam mengisi buku administrasi dan memelihara sarana belajar 5. Melakukan penilaian perkembangan kemampuan waraga belajar 6. Membuat laporan proses belajar Ada beberapa manfaat dari metode tutor sebaya, antara lain: 1) adakalanya hasil lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan pada guru; 2) bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahu kepada siswa yang lain, seolah-olah ia menelaah serta menghapalkannya kembali; 3) bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran; 4) mempercepat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Dengan demikian metode tutor sebaya adalah bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa yang berprestasi dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan kepada teman sebaya mereka yang kurang berprestasi sehingga siswa yang kurang berprestasi bisa mengatasi ketertinggalan E. Perencanaan Belajar Tuntas Perencaan merupakan prokondisi belajar tuntas yang dikenal sebagai strategi Bloom dalam Hamalik (2001) yang menyatakan perencanaan program belajar tuntas berdasarkan asumsi bahwa sebagian besar siswa dapat belajar dengan baik, dan guru, mampu mengajar dengan baik (Hamalik, 2001) perencanaan belajar tantas disusun dengan langkah-lmgkah sebagai berikut:
Yunita Marliana & Yudin Citriadin
|
75
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi 1. Merumuskan tujuan bidang pengajaran. Terlebih dahulu membatasi apa yang diharapkan dari pada siswa. Hal ini berkenaan dengan perumusan tujuan intruksional khusus (TIK) dan penentuan standar perilaku yang diharapkpn tercapai oleh siswa. 2. Mempersiapkan alat evaluasi, Para siswa akan dinilai berdasar alat evaluasi tersebut pada akhir pelajaran mengenai bahan pelajaran tertentu. Hasilnya dibandingkan dengan standar prilaku yang ditetapkan sebelumnya. 3. Menjabarkan atau memecahkan bahan pelajaran menjadi suatu urutan unit-init pelajaran yang kecil, masing-masing diperlukan untuk jangka waktu dua minggu dalam rangka pencapain TIK 4. Mengembangkan prosedur koreksi dan upan balik bagi setiap unit pelajaran. 5. Menyusun tes untuk siswa dalam rangka memperoleh informasi atau balikan bagi guru terhadap siswa tentang perubahan yang terjadi sebagai hasil pelajaran sebelumnya sesuai dengan unit pengajaran. 6. Mengembangkan suatu himpunan materi pengajaran alternatif atau learning corrective sebagai alat unluk mengoreksi hasil belajar, yang bersumber pada setiap pokok uji satuan tes. 7. Setiap siswa harus menentukan kesulitannya sendiri dalam mempelajari bahan pengajaran. Siswa harus bisa menemukan cara belajar alternatif mengenai bahan yang belum dikuasainya, kemudian memilih cara belajarnya sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar tuntas ini merupakan salah satu cara guru untuk meningkatkan prestasi siswa, dan secara bersamaan guru akan dapat secara mudah untuk melihat kemampuan siswa dalam menguasai materi. Dan jika tidak berhasil maka tugas guru selanjutnya memberikan perbaikan pada siswa tersebut serta melihat kesulitan apa yang dihadapi dalam mempelajari bahan pengajaran. Kemudian guru mencari bahan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya yaitu dengan jalan memberikan kebebasan pada siswa untuk bisa menemukan cara belajar alternatif mengenai bahan yang belum dikuasai, dan memilih belajarnya sendiri F.
Strategi Belajar Tuntas
Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi berbagai komponen yaitu meteri, metode, media, dan sebagainya yang terjadi pada diri siswa untuk mencapai tujuan belajar. Untuk setiap topik atau pokok pembahasan, siswa harus mencapai taraf penguasaan yang ditetapkan, yaitu maksimal 75%.
76
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
Untuk topik atau pokok bahasan dan kegiatan kurikuler dalam satu semester, harus diperoleh taraf penguasaan minimal 60%, besarnya taraf penguasaan tersebut, dapat diketahui dari penilaian baik formatif maupun sumatif. Apabila hasil penilaian formatif dan sumatif lebih besar atau sama dengan 75% maka dapat dikatakan siswa telah tuntas di dalam belajarnya. Untuk mencapai ketuntasan dalam belajar kondisi proses belajar mengajar harus diatur sedemikian, sehingga menunjang tercapainya tujuan. Ini berarti belajar untuk mencapai ketuntasan merupakan suatu strategi belajar mengajar. Dalam pelaksanaan belajar tuntas, bila siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, siswa diberi program perbaikan sampai mencapai ketuntasan. Sebaliknya para siswa yang telah mencapai ketuntatasan yang ditetapkan, dapat diberikan program pengayaan. Berbeda dengan strategi belajar tunas, dalam srategi belajar tradisional tidak ada keharusan siswa mencapai taraf penguasaan tertentu. karenanya dalam straegi belajar tradisional tidak dikenal program perbaikan dan program penggayaan. Ada beberapa pendapat para ahli tentang strategi belajar tuntas seperti yang diungkap oleh Hamalik (1987), yaitu: Strategi belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (Group-based approach). Pendekan ini memungkinkan para siswa belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan pelajaran yang harus dipelajri oleh siswa, sampai tingkat tertentu penyediaan waktu belajar yang cukup, dan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sedangkan menurut Suryosubroto (1997) menyatakan dalam kondisi proses belajar mengajar yang tepat, hampir semua siswa dapat menguasai materi pelajaran, kondisi ini dapat dicapai dengan: 1. Memberikan tujuan belajar yang je1as kepada para siswa 2. Memperhatikan adanya perbedaan individual siswa pada saat proses belajar mengajar 3. Mengadakan penilaian secara kotinu atas dasar criteria 4. Melaksanakan program perbaikan dan penggayaan 5. Menggunakan prinsip CBSA 6. Membagi materi pelajaran menjadi unit-unit kecil. Soemanto (1997) mengutip pendapat Bloom yang mengemukakan bahwa penguasaan belajar murid kebanyakan (90%) dapat menguasai apa yang harus Yunita Marliana & Yudin Citriadin
|
77
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi diajarkan oleh guru kepada mereka. Berikut ini sebuah penjelasan strategi belajar tuntas menurut Bloom (1971) yang dikutip Citriadin (2007) yaitu: 1. Pelajaran dibagi atas unit-unit kecil untuk satu atau dua minggu pelajaran. 2. Bagi masing-masing unit, tujuan instruksional dirumuskan dengan jelas. 3. Learning tasks dalam masing-masing unit diajarkan dengan pengajaran kelompok regular 4.`Pada tiap-tiap akhir unit belajar diselenggarakan tes-tes diagnostik (formative tests) untuk menentukan apakah murid-murid menguasai unit belajar, jika belum apa yang masih harus dikerjakan oleh murid 5. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan belajar, dapat dipakai prosedur bekerja kelornpok dalam kelompok-kelompok kecil, membaca kembali bagian-bagian tertentu, menggunakan bahan-bahan terprogram dan audio-visual, serta penambahan, waktu belajar. Setelah itu dapat diadakan retesting. 6. Bilamana unit-unit terselesaikan suatu tes akhir diselenggarakan untuk menentukan nilai pelajaran pada si murid. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar tuntas ini adalah dapat menumbuhkan minat belajar siswa secara bersama atau kelompok dengan penyediaan waktu yang cukup serta memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Soemanto (1997) yang menyatakan bahwa: program-program belajar tuntas mengembangkan minat dan sikap positif terhadap mata pelajaran F.
Kebaikan dan Kelemahan dalam Belajar Tuntas
Lebih lanjut Hamalik (2001) menjelaskan bahwa di dalam proses belajar tuntas juga mempunyai beberapa kebaikan dan kelemahannya antara lain: 1. Strategi ini sejalan dengan pandangan psikoiogi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual belajar kelompok. 2. Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.
78
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
3. Dalam strategj ini, guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuatif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lain. 4. Strategi ini berorientasi kepada peningkatan prodentivitas hasil belajar yakni siswa yang menguasai bahan pelajaran secara tuntas, menyeluruh, dan utuh. 5. Pada hakekatnya, strategi ini tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau tidak naik kelas karena siswa yang ternyata mendapat hasil yang kurang Memuaskan atau masih di bawah target hasil yang diharapkan, terusmenerus dibantu oleh rekannya dan oleh guru. 6. Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi sebab, penilaian dilakukan oleh guru, rekan sekelas, dan oleh guru sendri langsung secara berlanjut serta berdasarkan ukuran keberhasilan (standar perilaku) yang jelas dan spesifik 7. Pengajaran tuntas berdasarkan perencanaan yang sistematik, yang memiliki derajat koherensi yang tinggi dengan garis-garis besar program pengqjaran bidang studi. 8. Strategi ini menyediakan waktu yanng cukup sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing individu siswa sehingga memungkinkan mereka belajar secara lebih leluasa. 9. Strategi ini mengaktifkan guru-guru sebagai suatu regu yang harus bekerja sama secara efektif sehingga kelangsungan proses belajar siswa dapat terjamin dan berhasil optimal. 10.Strategi belajar tuntas berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada strategi belajar mengajar lainnya, yang berdasarkan pendekatan kelas saja atau kelompok saja, atau individualisasi saja Pengajaran tuntas juga mengandung beberapa kelemahan Hamalik (2001) yaitu: 1. Guru-guru pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester di samping penyusunan satuan-satuan pelalaran yang lengkap dan menyeluruh. 2. Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macarn kemampuan yang memadai. 3. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara lama akan rnengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.
Yunita Marliana & Yudin Citriadin
|
79
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi 4. Strategi ini sudah tentu meminta berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dan waktu yang cukup besar, sedangkan sekolah-sekolah kita umumnya masih langka dalam. segi sumber-sumber teknis seperti yang diharapkan 5. Diberlakukan sistem ujian (EBTA dan ABTANAS) yang menuntut penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan para siswa untuk menempuh ujian, mungkin menjadi satu satu unsur penghambat pelaksanaan belajar tuntas yang diharapkan. 6. Untuk melaksanakan strategi ini yang mengacu pada penguasaan materi belajar secara tuntas pada gelirannya menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Hal itu menuntut para guru agar belajar lebih banyak dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas. (Hamalik, 2001). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar tuntas ini memungkinkan siswa untuk selalu belajar aktif dengar cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah dengan menemukan dan bekerja sendiri. Dalam belajar tuntas bahwa guru dan siswa selalu diminta untuk kerjasama dalam proses belajar mengajar maupun dalam proses bimbingan. Lebih lanjut lagi Soemanto (1987) menjelaskan bahwa perbedaan individual akan mempengaruhi keputusan-keputusan metodologi guru. Prinsip-prinsip dan analisa tugas terlaksana dengan berhasil berbagai macam murid diberbagai situasi belajar. Untuk mengadakan analisa tugas, guru harus mengetahui tujuan instruksional G. Pembahasan Perkembangan mental peserta didik di sekolah, antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan pengajaran di sekolah dengan baik sehingga mampu menjadi seorang guru yang profesional maka guru harus mampu untuk
80
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
menguasai keterampilan dasar mengajar sebagai dasar awal dalam melaksanakan pengajaran. Sehingga pengajaran yang dilakukan dengan baik dan juga peserta didik dapat mengerti dengan apa yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompoleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan dan penggunaan berbagai metode, diantaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar dan metode-metode pembelajaran yag sesuai dengan pelajaran yang diajarakan antara lain metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya. Pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah variabel kondisi, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran adalah mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa adanya. Yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. Variabel metode pembelajaran adalah mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk dalam variabel ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Sedangkan variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran. Inmti dari rencana pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metodepembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan. Setelah itu, barulah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang diambil dari perancang pembelajaran setelah mempunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dan hasil pembelajaran yang diharapkan.
Yunita Marliana & Yudin Citriadin
|
81
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran yaitu: 1. Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi. 2. Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran. 3. Kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pembelajaran. Hasil analisis pada SMAN 1 Jonggat yaitu antara nilai metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial diperoleh korelasi antara keduanya yaitu bahwa jumlah rhitung = 0,439 lebih besar dari pada rtabel = 0,396 sehingga menjadikan antara keduanya signifikan. Dari korelasi tersebut bahwa metode pemberian tugas dan metode tutor sebaya sangatlah berperan penting dalam meningkatkan proses pembelajaran terutama dalam program pengajaran remedial. Sedangkan pada MAN 2 Praya hasil analisis antara nilai rhitung = 0,144 lebih kecil dari pada rtabel = 0,396 sehingga menjadikan antara keduanya tidak signifikan. Jadi dapat dibandingkan antara SMAN 1 Jonggat dengan MAN 2 Praya terdapat perbandingan yang sangat signifikan dalam penggunaan metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pelajaran IPS. Penggunaan metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial harus benar-benar melihat sejauh mana penggunaan metode tersebut diaplikasikan oleh peserta didik dan guru menilai keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasil peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pada MAN 2 Praya penggunaan metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya hasilnya sangat rendah, salah satu penyebabnya adalah lambannya belajar. Lamban belajar (slow learning) merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami kesulitan dalam memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam rangka memahami dan mengenal latar belakang peserta didik, sebagai upaya melengkapi informasi yang sudah ada, perlu ditempuh cara lain di samping
82
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
mempelajari data pribadi peserta didik. Cara lain ini dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Home visit (kunjungan rumah), yakni mengadakan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi keluarga, dan lingkungannya. 2. Tes psikologi, untuk memahami kemampuan psikisnya. Misalnya: tes inteligensi, tes bakat, dan tes minat. 3. Wawancara dengan orangtua atau temannya. Kegiatan wawancara ini bisa dilakukan bersamaan dengan kunjungan rumah, bisa juga memanggil atau mengundang orang tua murid ke sekolah. 4. Observasi terhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan tugas kelompok untuk memahami hubungan sosial dengan temantemannya. Guru dituntut kesabarannya dalam menghadapi peserta didik yang lambat belajar, karena ciri-ciri, sifat dan perilakunya selalu lambat. Tanpa kesabaran guru, peserta didik akan menjadi mudah putus asa, apalagi jika usaha-usaha bantuan yang diberikan tidak segera menampakka hasilnya. Lebih dari itu guru yang tidak sabar dan kurang telaten akan segera meninggalkan tugas dan bimbingan dan membiarkan peserta didiknya terlantar. Bentuk bimbingan yang diberikan kepada slow learner bergantung kepada kemungkinan masalah atau latar belakang masalah masing-masing. Sesuai dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh peserta didik lambar belajar dan latar belakang peserta didik, maka bimbingan yang diberikan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pemberian informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, baik cara belajar di sekolah maupun di rumah. Misalnya: cara belajar yang efektif membuat singkatan, dan cara menggunakan waktu atau mengisi waktu senggang. 2. Bantuan penempatan (placement), yakni menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan yang sesuai seperti kelompok belajar, kelompok diskusi, dan kelompok kerja. Bantuan penempatan ini dapat pula berfungsi sebagai perbaikan terhadap masalah dan kesulitan sosial yang dialami peserta didik. 3. Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari cara-cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar peserta didik giat belajar, dan cara-cara melayani atau memperlakukan peserta didik di rumah. Yunita Marliana & Yudin Citriadin
|
83
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi 4. Memberikan pembelajaran remidi yakni mengadakan pembelajaran kembali atau pembelajaran ulang secara khusus bagi para peserta didik yang lamban untuk mengajarkan ketinggalan dari kawan-kawannya. 5. Menyajikan pembelajaran secara konkrit dan aktual kepada peserta didik yang lamban, yakni dengan menggunakan berbagai variasi media dan variasi metode pembelajaran, untuk membantu mereka dalam memahami konsep-konsep pembelajaran. 6. Memberikan layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapi kesulitankesulitan emosional, serta hambatan-hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing. 7. Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha untuk membangkitkan motivasi dan kreativitas belajarnya, misalnya melalui hadiah dan pujian. Pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan adanya kemampuan guru yang dimilki tentag dasar-dasar mengajar sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Dalam pelaksanaan metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial, seorang guru harus menguasai seluruh aspek yang mendukung proses terjadinya interaksi belajar mengajar antara anak didik dengan gurunya atau anak didik dengan anak didik lainnya. Dalam hal ini seperti metode tutor sebaya dimana peserta didik mengajarkan kepada teman-teman yag lainnya sehingga terjadi interkasi dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang pendidik, guru harus memenuhi beberapa syarat khusus, untuk mengajar guru dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar (Sardiman, 2005). Oleh karena itu metode pemberian tugas dan tutor sebaya akan memberikan dampak pada peningkatan pemahaman siswa terhadap apa yag dipelajarinya. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian bahwa pada SMAN 1 Jonggat memiliki nilai rata-rata cukup bagus dan perlu ditingkatkan terus dengan menggunakan metodemetode pembelajaran yang berbeda yang disesuaikan materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil perhitungan koefesien korelasi product moment pada SMAN 1 Jonggat diperoleh harga korelasi atau rhitung adalah 0, 439, sedangkan rtabel yang diuji pada taraf signifikan 5% dengan jumlah sampel sebanyak 25 siswa adalah 0,396. Sedangkan pada MAN 2 Praya harga korelasi adalah 0,144 dengan taraf signifikan 5% dengan jumlah sampel 25 siswa adalah 0,396. Dan adapun pengujian hipotesa apabila rhitung lebih besar dari harga rtabel maka hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nol (H0) ditolak dan apabila rhitung lebih kecil dari harga rtabel maka hipotesa alternatif (Ha) ditolak dan hipotesa nol (H0) diterima.
84
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya
Edisi xi, April 2014
H. Kesimpulan Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada SMAN 1 Jonggat terdapat hubungan yang signifikan tentang metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pelajaran IPS sedangkan pada MAN 2 Praya tidak ada hubungan yag signifikan antara metode pemberian tugas praktik dan metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa pelajaran IPS tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Kegagalan dalam belajar siswa bukan berarti kegagalan untuk semuanya tetapi masih banyak cara untuk melakukan proses belajar mengajar yang efektif. Peserta didik sudah pasti mengenal metode mengajar dan kegiatan belajar yang umum digunakan. Biasanya guru menyajikan informasi kepada sejumlah siswa dengana menggunakan metode ceramah, berbicara dengan informal, menulis dipapan tulis, memperagakan, dan menggunakan bahan pandang dengar. Siswa belajar mandiri sesuai dengan kecepatannya dengan cara membaca, mengerjakan tugas pada lembar kerja, memecahkan masalah, menulis laporan praktikumdan barangkali menonton film serta menggunakan bahan pandang dengar lain. Interaksi antar guru dengan siswa dan antar siswa terjadi melalui tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil, tugas yang harus diselesaikan, dan laporan. Ketiga pola ini (penyajian di kelas, belajar mandiri, dan interaksi guru-siswa) adalah kategori yang mengelompokkan sebagian besar metode pengajaran dan pembelajaran. Setiap kegiatan pengajaran, apakah yang ditentukan guru atau yang diperuntukkan bagi murid untuk belajar mandiri, ada hubungannya dengan salah satu dari ketiga pola ini.
Yunita Marliana & Yudin Citriadin
|
85
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka setia. Buchori, Mochtar. 1994. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam Renungan. IKIP Muhamadiyah Jakarta Press. Citriadin, Yudin. 2007. Belajar dan Pembelajaran di Kelas. Mataram: Mahani Persada Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar di Sekolah Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. Masidjo. 1995. Motivasi dan Penerapannya. Dep. P dan K, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai. Myrick, R.D and Boyman. 1981. Becoming a Frendly Helper: A Handbook for Student Facilitators Education. Media Corp. Minnesota. Natawidjaja, R. 1994. Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud. Purwanto, Ngalim. 1994. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya. Saragih, Sahat. 2007. Upaya Memperbaiki Miskonsepsi Pembelajaran Analisis Real Melalui Pengajaran Remedial dengan Bantuan Media Peta Konsep dan Tutor sebaya. Jurnal Pendidikan dan Budaya. Edisi Khusus I Tahun Ke-13. Agustus 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Depdiknas. Sardiman, Arief S dkk. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Simatupang, B. 1986. Pengajaran Remedial. IKIP Medan. Medan. Soemanto, Wasti. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Menajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
86
|
Hubungan Metode Pemberian Tugas Praktik Dan Metode Tutor Sebaya