HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
ROTUA YULIANTI SIMARMATA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI KARYA TULIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014
Rotua Yulianti Simarmata NIM I14100038
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR (Relationship between breakfast habit and nutritional status and academic performance of student in SMA Negeri 1 Pangururan, Samosir regency) Rotua Yulianti Simarmata1, Hadi Riyadi2 1
Mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680 E-mail:
[email protected] 2 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680 ABSTRACT The aim of this study was to analyze the correlation of student’s breakfast habit to nutritional satus and academic performance. A cross sectional study was conducted in this study. Subjects were 35 female student and 35 male student. The result showed that male student (77.14%) and female student (85.71%) have normal nutritional status. The level of nutrition knowledge of male student (82.86) and female student (82.86%) were classified good. Breakfast frequency of female student (65.71%) more regular than male student (51.43%). Most of subjects were don’t have enough time to breakfast. Energy and protein adequacy were 25.25% and 18.26% from breakfast. Subjects academic level (58.57%) were classified as good category. Spearman rank correlation showed a not significantly correlation between nutrition knowledge and nutritional status (p>0.05). However, there was a significant correlation between breakfast and academic performance (p<0.05) Keywords: Academic performance, breakfast, nutrition knowledge, nutritional status ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan sarapan siswa terhadap status gizi dan prestasi akademik. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah 70 siswa yang terdiri dari 35 siswa perempuan dan 35 siswa laki-laki. Status gizi contoh laki-laki (77.14%) dan contoh perempuan (85.71%) memiliki status gizi normal. Pengetahuan gizi contoh laki-laki (82.86%) dan perempuan (82.86%) memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tergolong baik. Frekuensi sarapan perempuan (65.71%) memiliki kebiasaan yang lebih teratur daripada laki-laki (51.43). Sebagian besar contoh memiliki alasan tidak cukup waktu untuk melakukan sarapan di rumah. Tingkat kecukupan energi dan protein yang diperoleh dari sarapan contoh adalah 25.25% dan 18.26%. Prestasi belajar contoh (58.57%) tergolong ke dalam kategori baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan status gizi (p>0.05). Namun terdapat hubungan yang signifikan antara sarapan dengan prestasi belajar (p< 0.05). Kata kunci: Pengetahuan gizi, prestasi belajar, sarapan, status gizi
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
ROTUA YULIANTI SIMARMATA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir Nama : Rotua Yulianti Simarmata NIM : I14100038
Disetujui oleh
Dr Ir Hadi Riyadi, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaKuasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 ini ialah sarapan, dengan judul Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tidak lupa penulis ucapkan kepada : 1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan. 2. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji siding skripsi. 3. Keluarga tersayang : Ibu (Megawati Lubis), Ayah (Maringan Simarmata), serta adik-adik (Yosi Olivia Simarmata, Lidya Idesma Simarmata, Sari Namarito Simarmata, Jojor Delima Simarmata, Golda Theresia Simarmata, Yulien Simarmata) dan seluruh keluarga atas segala doa, dukungan moril, dan kasih sayangnya. 4. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, para guru dan staf yang telah memberi dukungan selama penelitian berlangsung 5. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Pangururan yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. 6. Teman-teman Gizi Masyarakat 47 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Bogor, Desember 2014
Rotua Yulianti Simarmata
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
KERANGKA PEMIKIRAN
2
METODE PENELITIAN
3
Desain, Tempat, dan Waktu
3
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh
4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
8
Karakteristik contoh
9
Karakteristik sosial ekonomi keluarga
10
Status gizi
11
Pengetahuan gizi
12
Sarapan
13
Hubungan antar variabel
18
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
RIWAYAT HIDUP
25
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Cara pengumpulan data penelitian Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia Sebaran contoh berdasarkan uang saku Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua Sebaran contoh berdasarkan status gizi Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan di rumah Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak sarapan Sebaran contoh berdasarkan waktu sarapan Sebaran contoh berdasarkan jenis menu sarapan Asupan dan kontribusi sarapan contoh Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan protein 17 Sebaran contoh berdasarkan data prestasi belajar
6 9 9 10 10 11 11 12 13 13 14 14 15 15 16 17 18
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi dan prestasi belajar siswa
3
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kesepakatan yang ingin dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh PBB yaitu mencapai kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Modal awal dalam pencapaian kesepakatan tersebut adalah dengan adanya sumber daya manusia yang cerdas dan berkompeten. Salah satu sumber daya manusia adalah remaja. Remaja merupakan aset yang akan menjadi generasi penerus pembangunan bangsa. Prestasi belajar remaja dapat dijadikan sebagai salah satu indikator sumber daya manusia yang berkualitas. Prestasi belajar dapat diukur melalui skor prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran. Menurut Judarwanto (2004) skor prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran tertentu yang diwujudkan dalam bentuk angka. Prestasi yang memuaskan dapat dicapai dengan memperhatikan pola makanan dan aktifitas fisik. Sarapan menjadi salah satu hal penting yang mendukung proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Mhurchu et al.(2010) tentang kebiasaan menunda sarapan ternyata berdampak negatif pada kemampuan kognitif, prestasi akademik, kehadiran sekolah, fungsi psikologi dan perasaan anak atau remaja. Dengan kata lain, sarapan memiliki dampak positif terhadap kegiatan akademik siswa di sekolah. Hasil analisa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, menyatakan bahwa masih banyak Anak Usia Sekolah (AUS) yang tidak terbiasa sarapan sehat, yaitu sekitar 35000 Anak Usia Sekolah yang hanya sarapan dengan minuman dan asupan energi sarapan kurang dari AKG energi. Sarapan sehat terdiri dari makanan dan minuman yang mengikuti Pedoman Gizi Seimbang (PGS) (Pergizi 2014). Dalam pemilihan menu sarapan terkadang para remaja belum terlalu memperhatikan menu makanan. Tidak disediakannya sarapan dirumah menjadi kendala remaja tidak menyempatkan sarapan di rumah dan lebih memilih untuk jajan di sekolah sebagai pengganti sarapan. Menurut penelitian Hermina et al. (2000) di Desa Ciheuleut, menyebutkan ada sebagian siswa (35%) membeli sendiri makanan jajanan di sekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (pukul 06.00-07.00), jenis makanan yang dikonsumsi berupa bubur nasi, nasi uduk, buras/lontong dan gorengan. Namun bagi siswa yang tidak tahu memilih makanan jajanan untuk sarapannya, makanan yang meraka pilih memiliki kandungan energi yang sangat rendah dan kurang baik bagi kesehatan. Kurangnya pengetahuan mengenai sarapan menjadi salah satu faktor remaja memiliki kebiasaan sarapan yang kurang baik. Menurut penelitian Kleinman et al (2002), sarapan juga dapat meningkatkan dan memperbaiki asupan zat gizi sejalan dengan peningkatan prestasi akademik maupun fungsi psikologis serta dapat menurunkan rasa lapar. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai kebiasaan sarapan serta hubungannya terhadap status gizi dan prestasi belajar siswa.
2
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menganalisis kebiasaan sarapan dengan status gizi dan prestasi siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh yang terdiri dari umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, status gizi, uang jajan, dan pengetahuan gizi 2. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi orangtua contoh 3. Mengidentifikasi kebiasaan sarapan siswa SMA N 1 Pangururan 4. Mengidentifikasi prestasi siswa di SMA N 1 Pangururan 5. Mengidentifikasi asupan zat gizi siswa SMA N 1 Pangururan 6. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, status gizi dengan prestasi siswa SMA N 1 Pangururan Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan kebiasaan sarapan terhadap status gizi serta prestasi siswa di SMA N 1 Pangururan. Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa maupun pihak sekolah yang bersangkutan mengenai sarapan. Bagi siswa diharapkan dapat mengetahui pentingnya mengkonsumsi sarapan yang beragam dan berimbang agar dapat berkorelasi positif terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah.
KERANGKA PEMIKIRAN Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna (Khomsan 2002). Menurut Pergizi (2014), sarapan yang sehat terdiri dari makanan dan minuman yang mengikuti Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yaitu terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran dan buah-buahan. Kebiasaan sarapan remaja dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya frekuensi sarapan, watu sarapan, alasan tidak sarapan, serta menu yang dikonsumsi saat sarapan. Anak atau remaja yang menunda sarapan cenderung memiliki intake yang lebih rendah dibanding anak atau remaja yang sarapan. Sehingga secara tidak langsung sarapan dapat mempengaruhi status gizi anak dan remaja (Desmukh 2010). Selain sarapan, status gizi juga dipengaruhi oleh konsumsi pangan ynag dapat menunjukkan tingkat kecukupan gizi apakah sudah memenuhi kategori normal atau defisit. Sarapan juga menjadi salah satu hal penting yang mendukung proses pembelajaran sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Mhurchu et al. (2010), tentang kebiasaan menunda sarapan ternyata memiliki dampak negatif pada
3 kemampuan kognitif, prestasi akademik kehadiran sekolah, fungsi psikologi dan psikologi anak atau remaja.
Karakteristik Contoh - Jenis kelamin - Usia - Berat badan - Tinggi badan - Uang saku
Karakteristik sosial ekonomi keluarga - Besar keluarga - Pekerjaan orangtua - Pendapatan orangtua
Pengetahuan gizi
Kebiasaan sarapan - Frekuensi sarapan - Waktu sarapan - Alasan tidak sarapan - Menu sarapan
Konsumsi pangan
Status gizi
Prestasi belajar
Gambar 1 Kerangka pemikiran Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Pangururan
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Pangururan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive
4 (sengaja) dengan alasan SMA N 1 Pangururan merupakan salah satu SMA terbaik di Kabupaten Samosir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014- Agustus 2014. Penelitian ini mengkaji kebiasaan sarapan, kebiasaan jajanan, status gizi serta prestasi siswa SMA N 1 Pangururan.
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1. Pertimbangan pemilihan SMA N 1 Pangururan sebagai sampel karena SMA tersebut merupakan salah satu SMA terbaik di Kabupaten Samosir. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA. Pemilihan kelas dilakukan secara purposive yaitu semua kelas XII IPA dengan kriteria inklusi siswa yang memiliki 1) status aktif sebagai siswa di SMA N 1 Pangururan jurusan IPA, 2) bersedia menjadi contoh dalam penelitian, 3) bersedia diukur, dan 4) tidak dalam keadaan sakit selama penelitian berlangsung. Pemilihan kelas XII IPA dilakukan karena hanya melihat prestasi belajar contoh pada mata pelajaran bidang IPA yaitu fisika, kimia, dan biologi. Besar contoh dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin (Singarimbun & Effendi 1995) sebagai berikut. 𝑛=
𝑁 1 + 𝑁(𝑑 2 )
Keterangan: n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%) Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 69 contoh dari jumlah populasi sebanyak 230 orang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis dan data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang diisi oleh contoh (siswa SMA) setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Data sekunder diperoleh dari sekolah. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah jumlah siswa, lokasi, keadaan umum sekolah, serta data prestasi contoh. Jenis data primer yang dikumpulkan yaitu karakteristik contoh, berat badan dan tinggi badan, status gizi, data pengetahuan gizi siswa, serta kebiasaan sarapan. Data karakterisitk contoh meliputi nama, berat badan, tinggi badan, usia, uang saku, status gizi, pengetahuan gizi serta konsumsi pangan siswa. Data jenis kelamin, usia serta uang saku contoh diperoleh dengan cara mengisi kuesioner yang dipansu peneliti. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran secara langsung (berat badan diukur dengan timbangan sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan stature). Sedangkan data kebiasaan sarapan meliputi frekuensi sarapan, waktu sarapan, jenis makanan sarapan, dan alasan tidak sarapan diperoleh dengan mengisi kuesioner yang terdapat pertanyaan mengenai kebiasaan sarapan. Data status gizi diperoleh dengan menggunakan
5 antropometri dengan menimbang berat badan contoh menggunakan alat timbangan berat badan sedangkan data tinggi badan diperoleh dengan cara mengukur tinggi badan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan. Data pengetahuan siswa tentang kebiasaan sarapan diperoleh dengan menggunakan kuisioner tentang kebiasaan sarapan pagi yang berisi 10 pertanyaan mengenai kebersihan individu dan makanan, kriteria makanan yang dijual di sekolah, sarapan yang sehat dan bergizi, jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh, alasan perlunya sarapan, serta yang terjadi jika tidak sarapan. Data praktik kebiasaan sarapan siswa diperoleh dengan menggunakan kuisioner tentang kebiasaan sarapan yang berisi 4 pertanyaan yaitu kebiasaan sarapan setiap hari, frekuensi sarapan dalam seminggu, alasan tidak sarapan dan jenis sarapan yang sering dikonsumsi. Data sekunder lain yang dikumpulkan adalah data prestasi siswa. Prestasi belajar meliputi nilai Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester yaitu ratarata dari 5 mata pelajaran, yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (Biologi, Kimia, serta Fisika). Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan program SPSS versi 16.0 for windows dengan analisa deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan meliputi editing, coding, cleaning, dan analyze. Rincian pengelompokan data disajikan pada Tabel 1. Data karakteristik contoh meliputi jenis kelamin dibagi ke dalam 2 kategori yaitu lakilaki dan perempuan. Data umur dikelompokkan berdasarkan sebaran contoh. Data uang saku dihitung dikategorikan berdasarkan sebaran uang saku contoh yang diolah dengan cara statistik dengan mencari nilai rata-rata, minimum, dan maksimum. Data status gizi dihitung dengan menggunakan metode antropometri melalui perhitungan indeks masa tubuh dibandingkan dengan umur (IMT/U). Klasifikasi status gizi yang digunakan adalah menurut Kemenkes RI (2010) yang mengkategorikan status gizi menjadi 5 kategori yaitu : sangat kurus (<3SD),kurus (-3 ≤ SD < -2), normal (-2 ≤ SD <+1), gemuk (1≤ SD <2) dan obesitas (> +2 SD). Data karakteristik sosial ekonomi keluarga yang disajikan meliputi besar keluarga, pekerjaan orangtua, serta pendapatan orangtua contoh. Data besar keluarga contoh dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan BKKBN (1998) yaitu <4 orang, 5-7 orang, serta >8 orang dalam satu rumah tangga. Data pekerjaan orangtua dikelompokkan berdasarkan sebaran pekerjaan orangtua contoh. Data pendapatan orangtua contoh yang diperoleh diubah menjadi pendapatan perkapita per bulan. Pendapatan perkapita dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
Rp240310 per bulan (tidak miskin). Data pengetahuan gizi siswa tentang kebiasaan sarapan diukur dengan penilaian masing-masing pertanyaan akan diberi skor 1 jika tepat dan skor 0 jika tidak tepat. Selanjutnya total nilai pengetahuan gizi tentang kebiasaan sarapan akan dikategorikan menjadi pengetahuan kurang jika skor <60%, pengetahuan
6 sedang jika skor 60%-80%, dan pengetahuan baik jika skor >80% (Khomsan 2000). Recall konsumsi makanan dilakukan untuk mengetahui kebiasaan sarapan siswa dalam satu hari. Dilakukan recall 2 x 24 jam pada hari libur dan hari sekolah. Data yang diperoleh akan diolah dari jenis makanan yang dikonsumsi oleh responden. Jumlah makanan dalam bentuk gram/URT kemudian dikonversi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Data asupan zat gizi diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat kecukupan zat gizi untuk membandingkan konsumsi aktual siswa dengan angka kecukupan gizi berdasarkan WNPG tahun 2013. Rumus umum untuk menghitung konsumsi adalah : KGij = ((Bj/100) x (Gij) x (BDDj/100)) Keterangan : KGij : Kandungan zat gizi-I dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) Bj : Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) Gij : Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj : Persen bahan makanan-j yang dapat dimakan (%BDD) Tingkat Kebutuhan Gizi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus : TKG = (Konsumsi/AKGi) x 100% Keterangan : TKG : Tingkat Kecukupan Gizi AKGi : Angka Kecukupan zat gizi yang dianjurkan Tingkat kecukupan energi dan protein berdasarkan Depkes (1996) dikategorikan ke dalam 5 kategori yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), dan kelebihan (>120%). Data prestasi belajar diperoleh dari nilai UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester) yang kemudian diperoleh rata-rata dari kedua nilai tersebut. Adapun mata pelajaran yang diikutkan adalah nilai dari mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Data prestasi siswa diolah secara statistik untuk memperoleh nilai rata-rata, minimum, dan maksimum. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16,0 for windows. Uji satistik yang dilakukan adalah uji korelasi Pearson dan rank Spearman untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan sarapan jajanan dengan status gizi serta prestasi siswa. Tabel 1 Cara pengolahan data penelitian Aspek Variabel Pengelompokan Acuan Karakteristik Usia remaja 1. Remaja (15-18 tahun) Brown contoh (2005) Status gizi 1. Sangat kurus (z-score < -3) Kemenkes RI 2. Kurus (-3 < z-score < -2) (2010) 3. Normal (-2 < z-score < +1) 4. Gemuk (+1 < z-score < +2) 5. Obesitas (z-score U +2) Uang saku 1. < Rp 25984 Ketentuan 2. Rp 25984 –Rp 86827 peneliti 3. >Rp 86827
7 Tabel 1 Cara pengumpulan data penelitian (lanjutan) Karakteristik sosial ekonomi keluarga
Kebiasaan sarapan
Ukuran rumah tangga Pekerjaan orangtua
Pendapatan orangtua Pengetahuan gizi Frekuensi sarapan Alasan tidak sarapan Waktu sarapan
Menu sarapan
1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
Tingkat kecukupan
TKE dan TKP
Prestasi
Nilai rapor
4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4.
Kecil (<4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar (> 8 orang) Petani Wiraswasta PNS Pegawai swasta Tidak bekerja Miskin (< Rp 240310) Tidak miskin (Rp 240310) Kurang (< 60) Sedang ( 60-80) Baik (>80) Teratur ( > 4x/minggu) Tidak teratur ( < 4x/minggu) Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak sempat < 06.00 06.00 – 07.59 08.00 – 10.00 > 10.00 Makanan pokok + lauk hewani Makanan pokok + lauk hewani + lauk nabati Makanan pokok + lauk hewani + sayur Roti + susu Buah Jajanan Defisit berat (< 70% AKG) Defisit sedang ( 70-79% AKG) Defisit ringan ( 80-89% AKG) Normal (90-119% AKG) Kelebihan (> 120% AKG) Kurang (< 60) Cukup (60–70) Lebih dari cukup (71-80) Baik ( > 80)
BKKBN (1998) Ketentuan peneliti
BPS Samosir (2013) Khomsan (2000) Yang et. al (2006) Ketentuan peneliti Ketentuan peneliti
Ketentuan peneliti
Depkes (1996)
Ketentuan peneliti
Defenisi Operasional Contoh adalah siswa kelas XII IPA SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir Karakteristik Contoh adalah ciri khas yang dimiliki siswa berupa umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, besaran uang saku.
8 Karakteristik sosial ekonomi keluarga adalah ciri khas yang dimiliki keluarga berupa pekerjaan orang tua, pendapatan orangtua dan besar keluarga. Pendapatan orangtua adalah jumlah pendapatan orangtua (ayah dan ibu) yang diperoleh dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan dalam bentuk uang dalam sebulan. Besar keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dirumah dan tercantum dalam kartu keluarga. Besar keluarga dikategorikan menjadi tiga yaitu kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Pengetahuan kebiasaan sarapan adalah pemahaman siswa tentang kebersihan individu dan makanan, pengertian makanan bergizi, jenis dan fungsi zat gizi, pengertian sarapan, fungsi sarapan, alasan tidak sarapan, dampak tidak sarapan bagi tubuh, yang diukur dari skor jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner. Sarapan adalah kegiatan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang dan memenuhi 25%-30% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang dilakukan pada pagi hari oleh siswa sebelum kegiatan belajar disekolah. Prestasi Belajar adalah hasil belajar siswa yang diukur dengan menggunakan nilai rata-rata ulangan harian, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Status gizi yaitu keadaan tubuh contoh yang ditentukan berdasarkan perhitungan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U), mengacu pada Kemenkes RI (2010) yang diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu sangat kurus (<-3 SD), kurus (-3≤ SD <-2 ), normal (-2≤ SD <+1), overweight (1≤ SD<+2) dan obese (>+2 SD).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian SMA N 1 Pangururan terletak di jalan dr. Hadrianus Sinaga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Sekolah Menengah Atas ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Sekolah ini sedang dalam tahap pembangunan renovasi sekolah yang berlangsung sejak tahun 2011 hingga saat ini, sehingga banyak ruangan kelas yang direnovasi. Namun, renovasi tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa. Sekolah Menengah Atas ini memiliki ruangan kelas sebanyak kurang lebih 24 kelas dengan sarana penunjang laboratorium kimia, laboratorium fisika, ruang komputer serta ruang perpustakaan. Selain ruangan penunjang kegiatan belajar, terdapat lahan terbuka di dalam sekolah yang digunakan untuk lapangan sepak bola, lapangan upacara serta lahan parkir. SMA Negeri 1 Pangururan dikepalai oleh bapak Marhuasas Simbolon, ST, MM. Sekolah ini memiliki guru pengajar tetap dan guru honorer. Jumlah siswa yang mengemban studi di SMA Negeri 1 Pangururan lebih dari 900 siswa. SMA Negeri 1 Pangururan memiliki kelas unggulan yang merupakan program dari
9 kabupaten Samosir untuk siswa yang berprestasi. Kelas unggulan tersebut diterapkan pada siswa kelas XI IPA dan kelas XII IPA. Kegiatan pendidikan di sekolah ini tidak hanya terpaku pada kegiatan belajar mengajar di kelas, terdapat beberapa kegiatan ekstrakurikuler di luar jam kegiatan belajar mengajar sekolah yang dapat mengembangkan potensi diri siswa lebih baik. Sekolah ini tidak mengenakan biaya iuran per bulan kepada siswa. Karakteristik contoh Jenis kelamin dan Usia Jumlah contoh dalam penelitian ini berjumlah 70 orang terdiri dari 35 lakilaki dan 35 perempuan. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia Usia 16 17 18 Total Rata- rata + SD
Laki-laki n % 12 34.29 23 65.71 0 0.00 35 100.0 16.66 + 0.47
Perempuan n % 9 25.71 24 68.57 2 5.71 35 100.0 16.80 + 0.53
Total n % 21 30.00 47 67.14 2 2.86 70 100.0 16.73 + 0.51
Usia contoh dalam penelitian ini berada pada rentang usia 15 hingga 18 tahun. Menurut Brown (2005), rentang usia 15 tahun hingga 18 tahun merupakan usia remaja pertengahan. Berdasarkan Tabel 2, persentase terbesar pada contoh laki-laki (65.71%) dan perempuan (68.57%) berada pada usia 17 tahun. Pada contoh perempuan terdapat beberapa contoh yang berusia 18 tahun. Uang saku Uang saku merupakan uang yang diterima siswa setiap bulan atau per hari dari orangtua sebagai pegangan untuk keperluan pribadi. Uang saku contoh dibagi menjadi 3 kategori yaitu Rp86827 per minggu. Besaran uang saku pada contoh disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan uang saku Uang saku < Rp 25984 Rp 25984 –Rp 86827
>Rp 86827 Total Rata-rata + SD
Laki-laki n % 1 2.86 28 80.00 6 17.14 35 100 60771.43+ 30412.93
Perempuan n % 7 20.00 22 62.86 6 17.14 35 100 53285 + 30911.23
Total n % 8 11.43 50 71.43 12 17.14 70 100 56405.80 + 30421.41
Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar contoh laki-laki (80.00%) dan contoh perempuan (71.43%) memiliki uang saku yang berada pada kisaran Rp 25984 – Rp 86827.Menurut Mardayanti (2008), semakin besar uang saku yang diterima
10 tidak mempengaruhi konsumsi energi dan tingkat gizi, karena alasan uang saku yang dikeluarkan bukan sebagian besar untuk membeli makanan, tetapi untuk transportasi, membeli hadiah, buku, dan pakaian. Menurut penelitian yang dilakukan Prabandari (2010) disimpulkan bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima. Karakteristik sosial ekonomi keluarga Besar keluarga Besar keluarga menggambarkan keseluruhan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan tercatat dalam satu kartu keluarga. Besar keluarga terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu besar keluarga dengan jumlah anggota > 4 orang, 5-7 orang, dan lebih dari atau sama dengan 8 orang. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Laki-laki Total Perempuan n % n % n % 3 8.57 7 10.00 <4 orang 4 11.43 22 62.86 43 61.43 5 – 7 orang 21 60.00 10 28.57 20 28.57 >8 orang 10 28.57 35 100.00 70 100.0 Total 35 100.00 6.45 + 1.56 6.47 + 1.52 Rata-rata + SD 6.51 + 1.44 Berdasarkan Tabel 4, sebagian besar contoh laki-laki (62.86%) dan contoh perempuan (60.00%) memiliki besar anggota keluarga 5 sampai 7 orang. Terdapat contoh laki-laki (28.57%) dan contoh perempuan (28.57%) yang memiliki besar anggota keluarga >8 orang. Hanya sebagian kecil contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang. Menurut Syahriil (2003) dinyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga maka akan semakin kecil pula pengeluaran rumah tangga tersebut untuk konsumsi pangannya. Besar keluarga
Pekerjaan orangtua Pekerjaan orangtua dibagi menjadi 5 kelompok yaitu, petani, wiraswasta, PNS (Pegawai Negeri Sipil), pegawai swasta, serta tidak bekerja. Sebaran contoh berdasarkan bekerjaan orangtua dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua Pekerjaan Petani Wiraswasta PNS Pegawai Swasta Tidak Bekerja Total
Ayah n 37 16 11 2 4 70
% 52.85 22.85 15.17 2.85 5.71 100
Ibu n 33 17 14 0 6 70
% 47.14 24.28 20.00 0.00 8.57 100
11 Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar orangtua contoh bekerja sebagai petani baik ayah maupun ibu. Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai petani (52.85%), sedangkan ibu contoh sebagian besar bekerja sebagai petani (47.14%). Sebanyak 22.85% ayah contoh bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan sebanyak 24.28% ibu yang bekerja sebagai wiraswasta. Ayah dan ibu yang bekerja sebagai PNS hanya sebanyak 15.17% dan 20.00%. Hanya sebagian kecil orangtua yang bekerja sebagai pegawai swasta bahkan yang tidak bekerja. Pendapatan orangtua Pendapatan orangtua merupakan penghasilan yang didapatkan orangtua per bulan untuk menghidupi kebutuhan keluarga baik pangan maupun non pangan. Pendapatan orangtua yang didapat selama sebulan diubah menjadi pendapatan perkapita per bulan. Pendapatan orangtua dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu miskin jika pendapatan perkapita per bulan < Rp 240310, dan tidak miskin jika pendapatan perkapita per bulan > RP 240310 (BPS Samosir 2013). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua Penghasilan Miskin ( < Rp 240310) Tidak miskin (>Rp 240310) Total Rata-rata + SD
Laki-laki n % 10 28.57 25 71.43 35 100 445735+ 322474
Perempuan n % 5 14.29 30 85.71 35 100 519410+ 287006
Total n % 15 21.43 55 78.57 70 100 482573+ 305299
Berdasarkan Tabel 6, didapat bahwa sebagian besar pendapatan orangtua contoh berada dalam kategori tidak miskin (78.57%). Sebanyak 21.43% pendapatan orangtua contoh berada dalam kategori miskin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prabandari (2010) disimpulkan bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima. Status gizi Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi (Almatsier 2006). Pengukuran IMT pada remaja sangat berhubungan dengan usianya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi dan densitas tubuh. Oleh karena itu, penilaian status gizi contoh dihitung dengan menggunakan IMT/U karena usia contoh masih berada pada rentang usia 15-18 tahun. Sebaran status gizi contoh secara lengkap disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi Status Gizi Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
Laki-laki n % 1 2.86 4 11.43 27 77.14 3 8.57
Perempuan n % 0 0.00 0 0.00 30 85.71 5 14.29
Total n 1 4 57 8
% 1.43 5.71 81.43 11.43
12
Obesitas Total Rata- rata + SD
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (lanjutan) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 35 100 35 100 70 100 -0.71+ 1.24 0.03 + 0.88 -0.4 + 1.1
Sebagian besar contoh laki-laki (77.14%) dan perempuan (85.71%) memiliki status gizi normal. Namun, pada sebagian kecil contoh laki-laki masih ada yang memiliki status gizi kurus (11.43%) bahkan terdapat 1 contoh laki-laki yang memiliki status gizi sangat kurus (2.86%). Pada contoh perempuan, sebagian besar memiliki status gizi normal (85.71%), sebagian kecil memiliki status gizi gemuk (14.29%). Dapat dilihat bahwa status gizi laki-laki lebih cenderung kurus daripada perempuan. Perempuan lebih cenderung memiliki status gizi gemuk. Berdasarkan data RISKESDAS (2010), bahwa prevalensi status gizi laki-laki kurus (9.5%) lebih besar daripada perempuan (4.4%) sementara prevalensi status gizi gemuk pada perempuan (1.5%) lebih tinggi daripada laki-laki (1.3%). Pengetahuan gizi Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup sehat (Notoatmojo 2003). Pengetahuan gizi contoh diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan mengenai pengetahuan gizi umum dan sarapan. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi No
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kebiasaan mencuci tangan yang benar Kriteria makanan yang dijual di sekolah Sarapan yang sehat dan bergizi Makanan dan minuman yang tesrcemar Efek makanan dan minuman yang tercemar Makanan yang bergizi Jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh Alasan perlu sarapan Yang terjadi jika tidak sarapan Kebiasaan sarapan yang baik
Laki-laki n % 30 82.86 34 97.14 34 97.14 31 88.57 35 100.00 33 94.29 34 97.14 35 100.00 35 100.00 34 97.14
Perempuan n % 27 77.14 35 100.00 34 97.14 32 91.43 35 100.00 34 97.14 35 100.00 35 100.00 35 100.00 33 94.29
Berdasarkan Tabel 8, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden dapat menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan. Semua responden dapat menjawab dengan benar pertanyaan mengenai efek makanan dan minuman yang tercemar, alasan perlunya sarapan, serta akibat yang terjadi jika tidak sarapan.
13 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Kategori
n 1 5 29 35
Kurang (< 60%) Sedang (60-80%) Baik (>80%) Total
Laki-laki % 2.86 14.29 82.86 100
Perempuan n % 0 0.00 6 17.14 29 82.86 35 100
Total n 1 11 58 70
% 1.43 15.71 82.86 100
Menurut Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi contoh dapat dikategorikan menjadi pengetahuan kurang (<60%), pengetahuan sedang (60% 80%), dan pengetahuan baik (>80%). Pada Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik. Tingkat pengetahuan contoh laki-laki (82.86%) dan contoh perempuan (82.86%) tergolong dalam tingkat pengetahuan yang baik. Hanya sebagian kecil contoh yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang maupun kecil. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam meilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Khomsan et al. 2007). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Ruka et.al (2005), dinyatakan bahwa pengetahuan gizi yang baik dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang baik pada remaja. Sarapan Kebiasaan sarapan Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002). Pada tabel berikut akan disajikan contoh yang menyempatkan diri untuk sarapan di rumah dan yang tidak menyempatkan sarapan di rumah. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan di rumah Kebiasaan sarapan
Laki-laki n %
Perempuan n %
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Total
11 24 0 35
8 27 0 35
31.43 68.57 0.00 100
22.86 77.14 0.00 100
Total n 19 51 0 70
% 27.14 71.86 0.00 100
Berdasarkan Tabel 10, sebagian besar contoh laki-laki (68.57%) tidak selalu setiap hari melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah, namun terdapat 31.43% contoh laki-laki yang selalu melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah. Sementara itu pada sebagian besar contoh perempuan (77.14%) tidak setiap hari sarapan di rumah, dan terdapat 22.86% contoh perempuan yang melakukan sarapan di rumah sebelum berangkat menuju sekolah.
14 Frekuensi sarapan Frekuensi sarapan merupakan kebiasaan individu untuk melakukan sarapan setiap hari. Menurut Yang et.al (2006) menyatakan bahwa sarapan dikatakan teratur apabila > 4 kali, dan dikatakan tidak teratur apabila hanya melakukan sarapan sebanyak 3 kali. Data frekuensi sarapan yang diperoleh berkisar 1 hingga 7 kali. Berikut disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan Frekuensi sarapan < 4 kali/minggu > 4 kali/minggu Total
Laki-laki n % 17 48.57 18 51.43 35 100
Perempuan n % 12 34.29 23 65.71 35 100
Total n 29 41 70
% 41,43 58.57 100
Sebagian besar contoh laki-laki (60%) melakukan sarapan > 4 kali dalam seminggu, sama halnya dengan contoh perempuan, sebagian besar (65.71%) melakukan sarapan > 4 kali dalam seminggu. Namun terdapat 48.57% contoh laki-laki dan 34.29% contoh perempuan yang sarapan kurang dari 4 kali dalam seminggu. Terdapat berbagai alasan siswa sehingga tidak sempat melakukan sarapan. Menurut Khomsan (2005), alasan tidak sarapan, yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan cepat turun. Giovannini et al. (2010) menyatakan bahwa sarapan yang teratur dapat mempengaruhi pemilihan diet dan pemilihan menu makanan yang lebih baik setiap hari. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak sarapan Alasan tidak sarapan Tidak disediakan di rumah Tidak nafsu makan Tidak sempat Total
Laki-laki n % 3 8.57 11 31.43 21 60.00 35 100
Perempuan n % 0 0.00 12 34.29 23 65.71 35 100
Alasan tidak sarapan contoh diperoleh berdasarkan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, sehingga diperoleh tiga alasan yang paling banyak dijawab oleh contoh, yaitu tidak disediakan di rumah, tidak selera makan, serta tidak sempat. Sebagian besar contoh laki-laki (60.00%) dan perempuan (65.71%) menyatakan tidak sempat sebagai alasan tidak sarapan. Sebanyak 31.43% contoh laki-laki dan 34.29% contoh persen contoh perempuan tidak mempunyai selera makan untuk sarapan pada pagi hari. Dan sebagian kecil contoh menyatakan tidak sempat sarapan karena tidak disediakan di rumah, hal tersebut dikarenakan sebagian contoh tidak tinggal di rumah bersama orang tua (kos). Nicklas et.al (2004) menyatakan bahwa anak yang suka melewatkan sarapan meningkatkan resiko kekurangan zat gizi. Dalam penelitian Murphy (2007) seseorang yang suka melewatkan sarapan lebih sering menunjukkan gejala kekurangan zat besi (anemia).
15
Waktu sarapan Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada pagi hari (Khomsan 2002). Pada penelitian ini waktu sarapan dikategorikan ke dalam 4 bagian, yaitu sebelum pukul 06.00, pukul 06.01 – 08.00,pukul 08.01-09.59 serta diatas pukul 10.00 pagi. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan waktu sarapan Waktu sarapan < 06.00 06.01- 08.00 08.01- 09.59 > 10.00 Total
Laki-laki n % 8 22.86 25 71.43 1 2.86 1 2.86 35 100
Perempuan n % 3 8.57 30 85.71 0 0.00 2 5.71 35 100
Total n 11 55 1 3 70
% 15.71 78.57 1.43 4.29 100
Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar waktu sarapan contoh laki-laki (71.43%) dan perempuan (85.71%) melakukan sarapan antara pukul 06.01 hingga pukul 08.00. Sebagian besar contoh telah melakukan sarapan sesuai dengan waktu yang dianjurkan yaitu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00 pagi (Khomsan 2002). Jenis sarapan Jenis sarapan pada penelitian ini di kategorikan menjadi 6 kelompok yaitu, makanan pokok + lauk hewani, makanan pokok + lauk hewani + sayur, makanan pokok + lauk hewani + lauk nabati, roti + susu, buah, serta jajanan. Jenis menu sarapan akan lebih baik apabila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut Khomsan (2002), sarapan dengan aneka ragam pangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk, buah dan susu dapat memenuhi kenutuhan akan vitamin dan mineral. Dalam Tabel 14 disajikan jenis menu sarapan yang dikonsumsi contoh. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis menu sarapan Jenis sarapan Makanan pokok + lauk hewani makanan pokok + lauk hewani + lauk nabati makanan pokok + lauk hewani + sayur roti + susu buah jajanan Total
Laki-laki 10 28.57 3 0.00 6 17.14 6 17.14 0 0.00 10 28.57 35 100
Perempuan 11 31.43 13 37.14 4 11.43 2 5.71 5 14.29 0 0.00 35 100
Total 21 30.00 16 22.86 10 14.29 8 11.43 5 7.14 10 14.29 70 100
Berdasarkan Tabel 14 sebagian besar contoh (30.00%) mengonsumsi makanan pokok + lauk hewani sebagai menu sarapan. Sebanyak 22.86% mengonsumsi makanan pokok + lauk hewani + lauk nabati sebagai menu sarapan, dan tidak sedikit contoh (14.29%) yang mengonsumsi jajanan sebagai menu sarapan. Sebanyak 28.57% contoh laki-laki mengkonsumsi jajanan sebagai
16 sarapan. Tidak ada contoh perempuan yang mengkonsumsi jajanan sebagai sarapan. Jajanan yang dikonsumsi sebagai menu sarapan dapat dipengaruhi oleh waktu sarapan dimana contoh sudah berada di sekolah saat melakukan sarapan. Dalam penelitian Matthys et al. (2006) contoh yang diberi perlakuan konsumsi sarapan yang berkualitas memiliki asupan yang lebih baik daripada contoh yang diberi perlakukan sarapan dengan kualitas yang kurang. Florence et al. (2008) menyatakan bahwa ada kaitan antara pemilihan menu makanan dan diet dengan prestasi akademik siswa. Menurut Florence et al. (2008) sarapan sebaiknya tidak mengonsumsi satu jenis zat gizi (single nutrient) melainkan dengan mengombinasikan makanan dengan aneka ragam zat gizi. Asupan dan kontribusi makanan sarapan Menurut Hardinsyah (2012), sarapan merupakanan makan di awal hari biasanya dilakukan di pagi hari berupa makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang dikonsumsi di pagi hari menyediakan energi dan zat gizi yang cukup agar perasaan, berpikir, dan bekerja atau stamina yang lebih baik. Sarapan sebaiknya menyediakan 15-25% kebutuhan gizi sehari. Tabel 15 Asupan dan kontribusi sarapan contoh Energi Asupan kontribusi sarapan (kkal/hari) Kontribusi terhadap asupan sehari (%) Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%) Protein Asupan kontribusi sarapan (g/hari) Kontribusi terhadap asupan sehari (%) Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%)
Laki-laki
280 27.32 10.79
Perempuan 249 24.00 11.33
Total 257 25.25 11.68
9.6 20.38 14.79
7.9 17.07 14.42
8.4 18.26 16.21
Pada Tabel 15, asupan energi dari sarapan pada contoh laki-laki (280 kkal) lebih besar daripada asupan energi perempuan (249 kkal). Kontribusi sarapan terhadap asupan energi sehari pada laki-laki sebesar 27.32% lebih besar daripada perempuan sebesar 24.00%. Pada asupan protein dari sarapan pada contoh lakilaki sebesar 9.6 gram lebih besar daripada perempuan sebesar 7.9 gram. Berdasarkan tabel 15, sarapan yang dikonsumsi contoh memberikan asupan 257 + 102 kkal/hari. Menurut Hardinsyah (2012), konsumsi makanan sarapan sebaiknya memenuhi 300-500 kkal/hari. Sarapan yang dikonsumsi memberikan kontribusi energi (25.25%) terhadap asupan total sehari. Kontribusi sarapan yang dikonsumsi memberikan kontribusi energi (11.68) terhadap kecukupan gizi. Rata-rata asupan protein yang dikonsumsi contoh dari sarapan (8.4 + 3.1 g/hari). Asupan protein dalam sarapan sebaiknya memenuhi 6-10 g/hari (Hardinsyah 2012). Sarapan yang dikonsumsi memberikan kontribusi (18.26%) terhadap asupan total sehari dan memberikan kontribusi protein (16.21%) terhadap kecukupan gizi. Dalam hasil penelitian Murphy (2007) disebutkan bahwa seseorang yang melewatkan sarapan memiliki kekurangan intake zat gizi terutama vitamin dan mineral. Matthys et al. (2006) juga menunjukkan bahwa melewatkan sarapan menyebabkan lapar di pagi hari dan cenderung lebih banyak mengkonsumsi
17 jajanan, sementara jajanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gula dan lemak yang tinggi dan rendah vitamin dan mineral. Dalam penelitian C. Matthys et al. (2006) juga disebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada contoh yang diberi sarapan yang berkualitas dan yang tidak berkualitas. Konsumsi pangan dan kecukupan gizi Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu (Kusharto & Sa’adiyah 2006). Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan protein disajikan pada tabel 16. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan protein TKE Tingkat kecukupan
TKP
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
n
Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih
32 2 0 0 1
91.43 5.71 0.00 0.00 2.86
28 3 1 3 0
80.00 8.57 2.86 8.57 0.00
Total
35
100
35
100
Total
%
n
%
n
%
n
%
60 5 1 3 1
85.71 7.14 1.43 4.29 1.43
21 4 1 5 4
60.00 11.43 2.86 14.29 11.43
9 4 5 13 4
25.71 11.43 14.29 37.14 11.43
30 8 6 18 8
42.86 11.43 8.57 25.71 11.43
70
100
35
100
35
100
70
100
Sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan gizi yang tergolong defisit berat. Sebanyak 85.71% contoh memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit berat. Terdapat 7.14 % contoh berada pada kategori defisit sedang, sebanyak 1.43% berada pada kategori defisit ringan. Hanya sebagian kecil contoh (4.29%) berada pada kategori normal. Pangan yang menghasilkan energi yang paling sering dikonsumsi contoh adalah nasi dan mie. Selain nasi dan mie, contoh juga sering mengkonsumsi ikan mujahir, ikan mas, dan ikan teri sebagai lauk hewani. Sawi, kangkung dan buncis sebagai sayur yang paling sering dikonsumsi. Porsi yang kurang tentunya berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi contoh. Menurut Soekirman (2000), kekurangan konsumsi energi dari kecukupan yang diperlukan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan dan bila terus berkelanjutan dapat mengakibatkan seseorang menjadi kurus. Tingkat kecukupan protein sebagian besar contoh (42.86%) tergolong dalam kategori defisit berat. Terdapat sebanyak 25.71% contoh yang tergolong dalam kategori normal untuk tingkat kecukupan protein. Namun sebanyak 11.43% contoh berada dalam kategori lebih untuk tingkat kecukupan protein. Sebagian besar contoh mengkonsumsi pangan golongan ikan seperti ikan mujahir, ikan mas, dan ikan teri sebagai sumber penghasil protein. Selain ikan, contoh juga mengkonsumsi daging ayam dan telur ayam sebagai penghasil protein. Prestasi belajar Menurut Atkinson et.al (2000), prestasi belajar adalah hasil pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, prestai belajar siswa diperoleh dari nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
18 Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Nilai diperoleh dengan merata-ratakan ke enam mata pelajaran. Data prestasi contoh disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan data prestasi belajar Prestasi belajar
Laki-laki n
%
Perempuan n % 0 0.00 0 0.00 7 20.00 28 80.00 35 100 83 + 3
Total n % 0 0.00 0 0.00 29 41.42 41 58.57 70 100 82 + 3.67
0 0.00 0 0.00 21 60.00 14 40.00 35 100 81 + 4 Berdasarkan Tabel 17, sebagian besar contoh (58.57%) memiliki prestasi belajar dengan kriteria nilai yang baik. Terdapat contoh (41.42%) yang memiliki kriteria lebih dari cukup terhadap prestasi belajar. Pada Tabel 17, dapat disimpulkan bahwa contoh perempuan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dinyatakan dengan nilai rata- rata 83 + 3 lebih tinggi daripada contoh laki-laki dengan nilai 81 + 4. Sebagian besar contoh perempuan memiliki nilai prestasi belajar yang tergolong baik (80.00%), berbanding terbalik dengan laki-laki yang sebagian besar memiliki prestasi belajar yang tergolong lebih dari cukup (60.00%). Kurang (<60) Cukup (60 -70) Lebih dari cukup (71-80) Baik (> 80) Total Rata-rata + SD
Hubungan antar variabel Hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi dan sarapan Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi siswa (p=0.710; r= 0.044). Semakin baik pengetahuan gizi seseorang tidak menjamin seseorang memiliki status gizi yang semakin baik. Sedangkan hasil uji korelas Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan sarapan (p=0.499 ; r=-0.082). Dalam penelitian (2008) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan status gizi. Hubungan yang tidak signifikan dapat disebabkan karena hampir seluruh hasil pengetahuan gizi contoh tergolong baik. Homogennya hasil pengetahuan gizi dapat menunjukkan hasil yang signifikan jika menggunakan analisis statistik. Menurut Rohayati (2003) pengetahuan gizi yang baik belum tentu mempunyai kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan lingkungan terdekat dapat memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kebiasaan sarapan maupun kebiasaan makan anak atau remaja. Hubungan sarapan dengan status gizi Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sarapan dengan status gizi siswa (p=0.786; r=0.033). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik seseorang sarapan tidak menjamin bahwa status gizi seseorang semakin baik pula. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian Mariza et al. (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi. Faktor yang mempengaruhi antara lain asupan makanan dan infeksi (Riyadi 2001). Namun dalam studi yang dilakukan oleh Gleason et
19 al.(2009) secara tidak langsung sarapan dapat menekan resiko terjadinya status gizi obes. Hubungan status gizi dengan prestasi belajar Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar (p=0.157; r=0.171). Semakin baik status gizi seseorang tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar yang semakin baik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Mutiah (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubugan yang nyata antara prestasi dengan status gizi. Namun hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2012) mengenai hubungan status gizi dan prestasi belajar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara status gizi dan tingkat prestasi belajar. Hal ini disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi diantaranya faktor psikologi (minat, bakat, motivasi), faktor sosial, dan pendekatan belajar (metode dan strategi belajar) yang lebih kuat daripada status gizi yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Agustini et al. (2013) status gizi berdasarkan IMT/U bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak, karena masih bannyak faktor lain yang mempengaruhi. Seorang siswa yang bersikap conserving (apatis) terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang sisea yang berintelegendi tinggi dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya, mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran (Syah 2010). Agustini et al. (2013) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang paling banyak berpengaruh pada prestasi belajar. Hubungan sarapan dengan prestasi belajar Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antar sarapan dengan prestasi belajar (p=0.027; r=0.264). Semakin baik kualitas sarapan yang dilakukan setiap hari maka prestasi belajar seseorang akan semakin baik. Menurut Khomsan (2001), bagi anak sekolah sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar dapat menjadi lebih baik. Dalam penelitian Murphy (2007) sarapan dapat menghasilkan energi dalam jangka yang singkat maupun panjang selama proses belajar di sekolah. Individu yang melewatkan sarapan sebenarnya dapat meningkatkan kemampuan belajar akan tetapi selama proses belajar mereka pasti memiliki memori dan konsentrasi yang kurang karena energi yang sedikit. Kleinman et al (2002) juga menemukan bahwa anak yang memiliki intake yang kurang memiliki indeks prestasi yang rendah. Dalam penelitian yang dilakukan Basch (2011), menyatakan bahwa siswa yang melakukan sarapan meningkatkan kemampuan belajar dan menurunkan kelambanan siswa dalam berfikir. Siswa yang melakukan sarapan pada pagi hari akan memiliki energi yang cukup yang secara tidak langsung meningkatkan kadar glukosa darah yang menurun pada malam hari. Dengan meningkatknya glukosa sehingga memiliki cukup energi untuk melakukan aktifitas pada pagi hari, termasuk belajar. Energi yang dihasilkan sebanyak 25%-30% dapat membantu siswa untuk menjaga konsentrasi pad apagi hari. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Suntari dan Widiyanah (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kalori sarapan dengan konsentrasi. Anak yang memiliki
20 kebiasaan sarapan cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada anak yang tidak memiliki kebiasan sarapan. Kalori sarapan yang baik menunjukkan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi. Ketersediaan kalori yang didapat bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis tubuh terutama otak untuk melangsungkan proses metabolisme dan menghasilkan ATP sehingga kemampuan kerja otak menjadi optimal. Kebiasaan sarapan yang baik akan meningkatkan gairah dan kemampuan konsentrasi. Optimalnya zat-zat gizi akan memperbaiki status gizi anak dan kemampuan konsentrasi anak sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Usia contoh berkisar antara 16- 18 tahun. Semua contoh merupakan siswa kelas XII IPA. Orangtua contoh memiliki pekerjaan yang bervariasi yaitu petani, wiraswasta, PNS, serta pegawai swasta. Rata-rata uang saku contoh berkisar antara Rp25984 –Rp86827 per minggu. Contoh memiliki besar keluarga yang berkisar antara 4 hingga 7 orang. Sebagian besar pendapatan orangtua contoh lebih dari Rp 240310 per kapita per bulan. Status gizi contoh laki-laki (77.14%) dan contoh perempuan (85.71%) memiliki status gizi normal. Pengetahuan gizi contoh laki-laki (82.86%) dan perempuan (82.86%) memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tergolong baik. Frekuensi sarapan perempuan (65.71%) memiliki kebiasaan yang lebih teratur daripada laki-laki (51.43). Sebagian besar contoh memiliki alasan tidak cukup waktu untuk melakukan sarapan di rumah. Tingkat kecukupan energi dan protein yang diperoleh dari sarapan contoh adalah 25.25% dan 18.26%. Prestasi belajar contoh (58.57%) tergolong ke dalam kategori baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan status gizi (p>0.05). Namun terdapat hubungan yang signifikan antara sarapan dengan prestasi belajar (p< 0.05).
Saran Kebiasaan sarapan pada siswa perlu lebih ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Penyuluhan berupa pengetahuan gizi terkait sarapan perlu diterapkan pada siswa di beberapa daerah terpencil. Penyuluhan dapat dimulai dari siswa SD, SMP, maupun SMA. Pendidikan gizi berupa penyuluhan akan dapat meningkatkan kesadaran siswa yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pola msakan siswa tersebut. Penyuluhan yang diberikan hendaknya mencerminkan nilai-nilai Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Selain penyuluhan, baiknya instansi terkait memantau ketersediaan pangan di kabupaten Samosir.
21
DAFTAR PUSTAKA Agustini, CC, Nancy SHM, Rudolf BP. 2013. Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing Kecamatan Tuminting Kota Manado [skripsi]. Manado (ID) : Universitas Sam Ratulangi Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Mardayanti. 2008 Atkinson RL, RC Atkinson, EE Smith, DJ Bem. 2000. Pengantar Psikologi, SN Hoeksema, penerjemah. Batam : Interaksara. Terjemahan dari : The Psychology of Learning and Motivation Advanced in Research and Theory. Basch, C. E. (2011). Breakfast and the achievement gap among urban minority youth. Journal of School Health, 81(10), 635-640. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. 2013. Pembangunan Manusia. Samosir. [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN Brown, et al. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. Second Edition.WadsworthInc. USA. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). 2013 [Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga Deshmukh-Taskar, P. R., Nicklas, T. A., O'Neil, C. E., Keast, D. R., Radcliff e, J. D., & Cho, S. (2010). The relationship of breakfast skipping and type of breakfast consumption with nutrient intake and weight status in children and adolescents: the National Health and Nutrition Examination Survey 1999-2006. Journal of the American Dietetic Association, 110(6), 869-878. Effendi, F. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Indramayu [skripsi]. Yogyakarta (ID) : Universitas Negeri Yogyakarta. Florence MD, Asbridge M, Veugelers PJ. 2008. Diet quality and academic performance. Journal of School Health. 78 (4). 209-215.doi: 10.1111/j.17461561.2008.00288.x Giovannini M, Agostoni C, Shamir R.2010. Symposium overview: Do we all eat breakfast and is it important?. Critical Reviews in Food Science & Nutrition. 50(2). 97-99. doi : 10.1080/10408390903467373. Gleason, P. M. & Dodd, A. H. (2009). School breakfast program but not school lunch program participation is associated with lower body mass index. Journal of the American Dietetic Association, 109(2 Supplement 1), S118-S128. Hardinsyah.2012. Healthy Breakfasat [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada : www. persagi.org Hermina et al. 2000. Perilaku Makan Murid Sekolah Dasar Penerima PMT-AS Di Desa Ciheuleut dan Pasar Gaok Kabupaten Bogor. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.
22 Intan NR. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Remaja di SMA Islam Terpadu Nurul Fikri Depo Tahun 2008 [skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia Judarwanto. W. 2004. Mengatasi Kesulitan Makan Anak. Jakarta : Puspaswara. Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Khomsan, Ali. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kleinman R.E, S.Hall, H.Green, D. Korzec-Ramirez, K. Patton, M.E. Pagano, and J.M. Murphy. 2002. Diet, Breakfast, and Academic Performance in children.[Suppl.1]. Annals of Nutrition Metabolism. 46. 24-30. doi : 10.1159/000066399.Murchu, C.N et al. 2010. Effects of a free school breakfast programme on school attendance, achievement, psychosocial function, and nutrition : a stepped wedge cluster randomized trial. BMC Public Health 10. 738. Kusharto CM, Sa’adiyah NY. 2006. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Mariza Yuni Yanti, Kusumastuti, Aryu Candra. 2013. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasra di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro Matthys C, De Henauw S, Bellemans M, De Mayer M, De Baker G. 2006. Breakfast habit affect overall nutrient profiles in adolescents. Public Health Nutrition. 10940. 413-421.doi: 10.1017/S1368980007248049. Murchu CN et al. 2010. Effects of a free school breakfast programme on school attendance, achievement, psychosocial function, and nutrition : a stepped wedge cluster randomized trial. BMC Public Health 10.738 Murphy JM. 2007. Breakfast and learning : An updated review. Journal of Current Nutrition & Food Science. 3(1). 3-36. Mutiah W. 2012. Konsumsi ikan, status gizi dan prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IV di daerah pantai dan daerah non pantai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Notoatmojo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [Pergizi] Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia. 2014. Deklarasi Pekan Sarapan Nasional [Internet]. [2014 12 15]. Tersedia pada www.pergizi.org Prabandari IO. Studi perbandingan perilaku gizi mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Mayor Teknologi Pangan, dan Mayor Statistika Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rampersaud, G. C., Pereira, M. A., Girard, B. L., Adams, J., & Metzl, J. D. (2005). Breakfast habits, nutritional status, body weight, and academic performance in children and adolescents. Journal of the American Dietetic Association, 105(5), 743-760.
23 Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi Antropometri. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rohayati I. 2009. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan dan prestasi belajar siswa SD 2 Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus [skripsi], Semarang (ID) : Universitas Diponegoro Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Suntari NLPY, Widianah L. 2012. Hubungan Kalori Sarapan dengan Kemampuan Konsentrasi Anak Usia Sekolah di SD Negeri 3 Canggu [skripsi]. Bali (ID) : Universitas Udayana. Syah, M. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Syahril, M. 2002. Tinjauan Pola Makan Keluarga Pada Suku Batak Toba dan Suku Jawa di Kecamatan Percut Sei Tuan [skripsi]. Medan (ID) : Universitas Sumatera Utara [WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2013. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta (ID) : LIPI Yang RJ, Wang EK, Hsieh YS, Chen MY. 2006. Irregular Breakfast Eating and Health Status Among Adolescents in Taiwan. BMC Public Health. 6 (295)
24
.
25
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 16 Juli 1992 dari ayah Maringan Simarmata dan ibu Megawati Lubis. Penulis adalah putri pertama dari tujuh bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pangururan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat. Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten praktikum Pendidikan Gizi pada tahun ajaran 2013/2014, asisten praktikum Gizi Olahraga pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga pernah aktif dalam berbagai organisasi kampus. Penulis pernah menjabat sebagai Staf Divisi Hubungan Masyarakat di Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI), Staf Divisi Olahraga non Atletik pada Klub Gizi Olahraga (Gizor), Sektretaris Komisi Persekutuan PMK. Penulis berkesempatan mengikuti Kuliah Kerja Profesi di Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut pada bulan Juli hingga Agustus 2013. Penulis juga mengikuti kegiatan Internship Dietetik di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong pada bulan Februari-Maret 2014. Penulis juga pernah mengikuti seminar nasional Nutrition Fair 2014.. Penulis juga pernah mengikuti berbagai macam kepanitiaan, diantaranya Nutrition Fair 2013 sebagai divisi Keamanan, Olimpiade Mahasiswa IPB sebagai divisi keamanan, MUBES ILMAGI sebagai divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi, Fieldtrip Himagizi sebagai Ketua pelaksana, serta Divisi Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi dalam acara Malam Sukacita Paskah dan Kebaktian Awal Tahun ajaran.