HUBUNGAN FAKTOR KELUARGA DAN ANAK DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK SEKOLAH DASAR INPRES CILALLANG KOTA MAKASSAR TAHUN 2013
RELATION FACTOR FAMILY AND CHILD WITH OCCURENCE ANAEMIA AT ELEMENTARY SCHOOLCHILD OF INPRES CILALLANG TOWN MAKASSAR YEAR 2013
¹Muhammad Syafri, ²Saifuddin Sirajuddin, ³Abubakar Tawali
¹Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur ²Bagian Laboratorium Terpadu Universitas Hasanuddin ³Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Alamat Koresponden: Jl. Batua Raya, Lr. Mandengeng No. 9 Hp.085342577799 Email:
[email protected]
Abstrak Penyebab utama anemia gizi adalah konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor keluarga dan anak dengan kejadian anemia pada anak sekolah dasar Inpres Cilallang Kota Makassar Tahun 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study dengan tujuan untuk mengetahui hubungan faktor keluarga dan anak dengan kejadian anemia. Sampel penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar dengan pengambilan sampel secara exchaustic sampling dengan jumlah 96 sampel. Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,332) > 0,05, ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,031) < 0,05, tidak ada hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,305) > 0,05, ada hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,026) < 0,05, ada hubungan sikap ibu dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,021) < 0,05, tidak ada hubungan tindakan ibu dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,194) > 0,05, ada hubungan perhatian dan dukungan ibu dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,008) < 0,05, tidak ada hubungan rangsangan psikososial dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,917) > 0,05, tidak ada hubungan perawatan kesehatan anak dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,186) > 0,05, tidak ada hubungan penyakit infeksi dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,142) > 0,05, dan ada hubungan riwayat penyakit dengan kejadian anemia dengan nilai p (0,000) < 0,05. Kata Kunci: Anemia, Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan, Pendapatan, Sikap.
Abstract The root cause anemia nutrient is insufficient ferrum consumption and low ferrum absorsi and pattern eat mostly consist less multifarious menu and rice of manner. Target at this research is to know family factor relation and child with occurence of anaemia at elementary schoolchild of Inpres Cilallang Town of Makassar Year 2013. This research is executed by in Elementary School of Inpres Cilallang Town of Makassar year 2013. Research type the used is analytic observasional with approach study sectional cross as a mean to know family factor relation and child with occurence of anaemia. this Research Sample is Elementary School student with intake of sample by exchaustic sampling with amount 96 sample. Result of research obtained that there no relation education mother with occurence of anaemia with value of p ( 0,332) > 0,05, there is knowledge relation with occurence of anaemia with value of p ( 0,031) < 0,05, there no work type relation with occurence of anaemia with value of p ( 0,305) > 0,05, there is relation earnings family with occurence of anaemia with value of p ( 0,026) < 0,05, there is mother attitude relation with occurence of anaemia with value of p ( 0,021) < 0,05, there no mother action relation with occurence of anaemia with value of p ( 0,194) > 0,05, there is attention relation and mother support with occurence of anaemia with value of p ( 0,008) < 0,05, there no excitement relation of psikososial with occurence of anaemia with value of p ( 0,917) > 0,05, there no relation treatment health of child with occurence of anaemia with value of p ( 0,186) > 0,05, there no relation disease of infection with occurence of anaemia with value of p ( 0,142) > 0,05, and there is disease history relation with occurenceanaemia with value of p ( 0,000) < 0,05. Keyword: Anemia, Education, Knowledge, Work, Earnings, Attitude
PENDAHULUAN Tercapainya pembangunan nasional dibutuhkan antara lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh, mandiri dan berkualitas. Perhatian terhadap dunia kehidupan anak-anak tidak dapat diabaikan karena anak-anak merupakan modal dalam pembangunan. Oleh karena itu perlu perhatian sedini mungkin karena ia masih dalam proses pertumbuhan, perkembangan, baik jasmaniah, rohaniah, maupun sosial sehingga di masa yang akan datang mereka dapat diharapkan menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab, berguna bagi bangsa dan negara. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi dewasa banyak sekali faktor yang mempengaruhinya dan salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor makanan. Makanan yang sehat dan mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas akan membuat seorang anak tumbuh dan berkembang dengan baik karena makanan karena makanan yang sehat dan mencukupi, mengandung zat-zat gizi yang cukup untuk pertumbuhannya, (Baliwati, F., 2004). Pertumbuhan dan perkembangan anak juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu keadaan kesehatan, keadaan sosial, ekonomi dan budaya. Selanjutnya dikatakan bahwa salah satu golongan yang sensitif adalah anak sekolah (Depkes, 1999). Permasalahan gizi yang menonjol pada anak sekolah dasar adalah kekurangan zat besi (anemia gizi) kondisi ini menurunkan daya tahan tubuh, siswa cepat lelah, geraknya lamban, kurang gairah belajar serta kurang tanggap (Gustina, 2002). Malnutrition membawa dampak bukan hanya pada kehidupan anak-anak yang masih berusia muda, akan tetapi dapat terjadi pada semua golongan usia. Dampak buruk ini dapat termanifestasi dalam bentuk ringan atau berat. Gangguan tumbuh kembang fisik, rendahnya daya tahan terhadap penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang dari seharusnya, prestasi kerja dan prestasi olahraga yang rendah adalah bentuk manifestasi dampak keadaan gizi yang tidak optimal, (Berg, A., 1986). Dengan kata lain, kekurangan gizi membawa dampak yang tidak menguntungkan terhadap berbagai aspek kehidupan suatu bangsa, (Almatsier, S., 2001). Penyebab utama anemia gizi adalah konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Selain itu keberadaan cacing tambang memperberat keadaan anemia yang diderita pada daerah–daerah tertentu terutama daerah pedesaan (Husaini, 1989). Anemia gizi juga dipengaruhi oleh faktor–faktor lain seperti sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan, fasilitas kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi. Anemia kekurangan zat
besi sebenarnya tidak perlu terjadi bila makanan sehari-hari cukup mengandung zat besi. Namun sumber makanan kaya besi umumnya terdapat pada protein hewani seperti; hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia. Terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi, seperti daun singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya, namun zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi yang besar dari sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam sehari, dan jumlah porsi tidak mungkin terkonsumsi. Dalam kondisi kebutuhan akan zat besi tidak terpenuhi dari makanan tersebut apabila berlanjut akan menimbulkan terjadinya anemia kekurangan zat besi. Untuk memberikan makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek, seperti ekonomi, sosial, budaya, agama, disamping aspek medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, Protein dan Lemak. Karena besarnya variasi kebutuhan makanan pada masing-masing anak, maka dalam memberikan nasehat makanan pada anak tidak boleh terlalu kaku. Pemberian makanan pada anak tidak boleh dilakukan dengan kekerasan tetapi dengan persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Pemberian makan yang baik harus sesuai dengan jumlah, jenis dan jadwal pada umur anak tertentu. Ketiga hal tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara keseluruhan, bukan hanya mengutamakan jenis tapi melupakan jumlahnya atau sebaliknya memberikan jumlah yang cukup tapi jenisnya tidak sesuai untuk anak, contoh, pemberian makanan jumlahnya sudah cukup banyak tapi jenis makanannya kurang mengandung nilai gizi yan baik. Pada usia sekolah sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat kebutuhan mereka yang berbeda. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga memerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi harus memenuhi sebanyak ¼ kalori sehari. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur; satu porsi bubur ayam; satu gelas susu dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak sempat sarapan pagi sebaiknya anak dibekali dengan makanan/snack yang berat
(bergizi lengkap dan seimbang) misalnya : arem-arem, mi goreng atau roti isi daging. Makan siang biasanya menu makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak terbatas. Makan malam merupakan saat makan yang menyenangkan karena bisa berkumpul dengan keluarga. Data menunjukkan bahwa penderita anemia di kalangan anak-anak tergolong tinggi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, jumlah penderita anemia pada anak usia 5-11 tahun mencapai 24 persen. Angka ini cukup menurun drastis bila dibandingkan hasil survei yang sama pada tahun 2001 yakni 47 persen anak-anak usia balita menderita anemia. Sedangkan Data Dinas Kesehatan propinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2007 dengan klasifikasi anemia ringan 40,56%, anemia sedang 43,67%, dan anemia berat 15,90% (Muhilal, dkk. 2004). Dari sisi lain anak didik sebelum berangkat ke sekolah mereka bangun pagi tanpa ada waktu sarapan pagi, oleh karena itu mereka jajan di sekolah, sementara jajan yang dibeli kurang bergizi. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan berlarut-larut makan akan mengakibatkan kurang gizi (anemia gizi) pada diri anak dan akan berdampak pada sumber daya manusia dimasa yang akan datang (Siswono, 2007). Penelitian mengenai analisis kejadian anemia pada kelompok anak sekolah dasar yang dilakukan di Kota Makassar masih terbatas dan penelitian ini juga akan menganalisis hubungan karakterisitik keluarga dan anak terhadap kejadian anemia pada anak sekolah dasar masih jarang dilakukan di Indonesia. Selain itu, RISKESDAS 2010 juga menyediakan data-data yang berhubungan dengan kejadian anemia sesuai dengan teori-teori yang telah ada. Berdasarkan pertimbangan ini, peneliti tertarik menganalisis secara lebih mendalam mengenai analisis faktor keluarga dan anak terhadap kejadian anemia pada anak di Sekolah dasar Inpres Cilallang Kota Makassar pada tahun 2012. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor keluarga dan anak dengan kejadian Anemia pada anak Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar Tahun 2013.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan salah satu jenis rancangan penelitian yang sifatnya analitik. Sebagai variabel independent adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan, sikap, tindakan, pola Asuh, penyakit infeksi dan riwayat penyakit. Sedangkan
variabel dependent adalah kejadian anemia gizi pada anak sekolah dasar. Kedua jenis variabel tersebut dieksplorasi secara bersamaan, selanjutnya dilakukan analisis mengenai hubungan variabel independen terhadap variabel dependennya. Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kantor tata usaha Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar yang meliputi data terkait dengan penelitian. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dilapangan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden sejujurnya dan wawancara secara langsung dengan orang tua siswa oleh peneliti dengan menggunakan pedoman wawancara. Tehnik Pengumpulan Data, Observasi yaitu proses melakukan pengamatan langsung di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar guna mengamati secara langsung. Kuesioner (angket) adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan dan disebarkan kepada responden untuk dijawab sesuai dengan pendapatnya tentang anemia gizi dan makanan jajanan. Analisa Data Analisis
Univariat,
untuk
melihat
secara
umum
variabel
penelitian
dengan
mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan variabel yang diteliti. Analisis Bivariat, untuk menilai besarnya hubungan antara variabel independent secara terpisah dengan variabel dependent. Uji yang digunakan adalah Chi-Square. Analisis Multivariat, Variabel yang berhubungan dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan analisis multivariat untuk mengetahui kekuatan dari masing-masing variabel sejauh mana hubungannya dengan kejadian anemia pada anak sekolah dasar. Variabel yang dilakukan uji multivariat adalah variabel dengan nilai p < 0,05 setelah dilakukan analisis bivariat hubungan dengan kejadian anemia dengan variabel bebasnya, secara substansial diduga mempunyai hubungan yang erat. Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik yaitu dengan menggambarkan hubungan antara variabel independent dengan satu set variabel dependent sebagai berikut: In[P/(1-P)]=a+b₁x₁+ b₁x₁+ b₁x₁…bᵢxᵢ atau P=1/(1+e^(-(a+b₁x₁+ b₁x₁+ b₁x₁…bᵢxᵢ)) ) Keterangan :
P
= Peluang terjadinya efek
x₁ sampai xᵢ
= Variabel prediktor atau perancu
b₁ sampai bᵢ
= Koefisien regresi
a
= Konstanta
e
= Nilangan Natural (2,718)
Sumber : (Sastroasmoro, S 1995)
HASIL Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara deskriptif dari tiap-tiap variabel yang diteliti. Tingkat sebaran hasil penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana distribusi frekuensi dari semua variabel penelitian berdasarkan karakteristik jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan,pengetahuan ibu, jenis pekerjaan, pendapatan keluarga, sikap ibu, tindakan ibu, perhatian dan dukungan ibu, rangsangan psikososial, perawatan kesehatan anak, penyakit infeksi dan riwayat penyakit . Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 96 siswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 52,1% dan perempuan sebanyak 47,9%. Analisis Bivariat Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 9 ibu siswa yang memiliki pendidikan rendah terdapat yang menderita anemia sebanyak 33,3%, sedangkan dari 87 ibu siswa yang memiliki pendidikan tinggi terdapat yang menderita anemia sebanyak 19,5%. Hasil analisis statistik diperoleh nilai ² hitung (0,941) <
² tabel (3,841) dan nilai p (0,332) > 0,05, ini berarti pendidikan ibu tidak
berhubungan dengan kejadian anemia di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar tahun 2013. Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 42 ibu siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat yang menderita anemia sebanyak 31,0%, sedangkan dari 54 ibu siswa yang memiliki pengetahuan baik terdapat yang menderita anemia sebanyak 13,0%. Hasil analisis statistik diperoleh nilai
² hitung (4,636) >
² tabel (3,841) dan nilai p (0,031) < 0,05, ini berarti
pengetahuan ibu siswa berhubungan dengan kejadian anemia di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar tahun 2013.
Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel yang paling berhubungan dengan kejadian anemia, setelah dianalisis dengan variabel lainnya. Variabel yang masuk kedalam model adalah yang bermakna secara statistik (nilai p < 0,05). Berdasarkan model akhir regresi logistik terlihat bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian anemia adalah variabel pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, sikap ibu, perhatian dan dukungan ibu, dan riwayat penyakit. Tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu siswa (nilai p = 0,031), pendapatan keluarga (nilai p = 0,026), sikap ibu (nilai p = 0,021), perhatian dan dukungan ibu (nilai p = 0,008) dan riwayat penyakit (nilai p = 0,000) berhubungan dengan kejadian anemia pada siswa. Dari kelima variabel tersebut, variabel yang paling berhubungan dengan kejadian anemia adalah variabel riwayat penyakit.
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 ibu siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat yang menderita anemia sebanyak 31,0%, sedangkan dari 54 ibu siswa yang memiliki pengetahuan baik terdapat yang menderita anemia sebanyak 13,0%. Hasil analisis statistik diperoleh nilai
² hitung (4,636) >
² tabel (3,841) dan nilai p (0,031) < 0,05, ini
berarti pengetahuan ibu siswa berhubungan dengan kejadian anemia di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar tahun 2013. Menurut Notoadmojo ( 1993), bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, media poster, kerabat dekat yang dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan bias didapat dari berbagai sumber informasi, seperti media cetak, Elektronik, maupun provider atau petugas kesehatan. Pengetahuan ibu siswa mengenai penyakit yang timbul akibat jajan adalah sakit perut, muntaber, sakit gigi dan batuk, kebiasaan makan yang diperoleh dari rumah bias saja telah terkontaminasi oleh bakteri E.Coli, Enterobacter dan lain – lain. Kebiasaan jajan pada anak sekolah penting untuk ditangani dan diperhatikan oleh orang tua sebagai usaha pencegahan terjadinya penyakit dimasa yang akan datang, kesadaran tentang pola hidup sehat harus dipupuk sejak dini yaitu sejak usia sekolah atau bahkan sejak usia pra
sekolah. Kebiasaan jajan di kalangan anak sekolah sudah dianggap lumrah, bahkan orang tua telah menganggap biasa apabila anak – anak mereka meminta uang jajan ketika akan berangkat kesekolah. Kelebihan dari kebiasaan jajan adalah sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi), sebagai bentuk cara untuk pengenalan berbagai jenis makanan yang akan menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman pangan sejak kecil, meningkatkan rasa gengsi anak di mata teman – temannya di sekolah. Menurut pengetahuan ibu mengenai makanan
yang dikatakan bersih adalah yang
tertutup, agar tidak kotor/terkena debu dan tidak di hinggapi lalat. Makanan yang sehat adalah makanan yang disajikan di warung sekolah dan mempunyai ciri – ciri tertentu yaitu bebas dari lalat, semut, kecoa dan serangga lain. Bebas dari debu atau kotoran, diolah menggunakan panas yang cukup, disajikan menggunakan wadah yang bersih dan sudah dicuci terlebih dahulu dengan air bersih,kecuali makanan yang dibungkus dengan plastic atau daun. Pengetahuan tentang kesehatan terutama mengenai gizi akan memberikan pengaruh terhadap perilaku kebiasaan Makan.Walaupun pengetahuan merupakan bagian dari kawasan perilaku namun tidak akan menjamin bahwa seorang dengan pengetahuan cukup memiliki perilaku yang sama. Penelitian Friedman menunjukkan bahwa makanan keluarga yang berpenghasilan relatif baik tidak banyak berbeda mutunya jika dibandingkan dengan makanan keluarga yang berpenghasilan Rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ketidak tahuan akan faedah makanan bagi kesehatan makanan merupakan salah satu sebab kurangnya mutu gizi yang dikonsumsi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Annis Hamka tahun 2008 di SMUN 1 Wotu Kabupaten Luwu Timur menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia pada siswa Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian Arnaningsih tahun 2005 bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu siswa dengan kejadian anemia. hal ini di kemukakan bahwa tingkat pengetahuan bukanlah hal yang mendasar untuk merubah tingkat perilaku siswa terhadap makanan yang dikonsumsi dengan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumardi Sudarman tahun 2011 di SD Negeri Galangan Kapal Kecamatan Tallo Kota Makassar bahwa hasil analisis statistik diperoleh
nilai
² hitung (8,571) >
² tabel (3,841) dan nilai p (0,003) < 0,05, ini berarti pengetahuan ibu
siswa berhubungan dengan kejadian anemia. Pengetahuan responden secara bermakna berhubungan dengan praktek responden dalam pencegahan anemia gizi besi siswa
di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar / motivasi untuk bertindak. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Notoatmodjo bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (praktek) seseorang, dan praktek akan bersifat langgeng apabila didasari oleh pengetahuan yang positif. Dalam penelitian Ngraheni 1998 Perilaku dalam bentuk pengetahuan berkaitan erat dengan kejadian anemia siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN Pendidikan ibu siswa, Jenis pekerjaan ibu siswa, tidak berhubungan dengan kejadian anemia gizi. Sedangkan Pengetahuan ibu siswa, Pendapatan keluarga siswa, Sikap ibu berhubungan dengan kejadian anemia gizi. Dalam melaksanakan program pencegahan anemia, khususnya anemia gizi besi anak Sekolah Dasar, faktor interaksi petugas kesehatan dan pengetahuan ibu siswa untuk mendapatkan perhatian, mengingat interaksi petugas kesehatan dan pengetahuan ibu pengaruhnya sangat tinggi terhadap praktek ibu siswa dalam pencegahan anemia gizi besi pada anak Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S., (2001). Pengaruh Pendekatan Belajar, Status Anemia Gizi & Tambahan Zat Besi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Info Pangan dan Gizi: Jakarta. Baliwati, F., (2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Penerbit Penebat Swadaya, Jakarta. Berg, A., (1986). Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. PT. Rajawali. Jakarta Depkes RI., (1999). Indonesia Sehat Tahun 2010. Jakarta Gustina N., (2002). “Perilaku Jajan Anak Sekolah dan Prevalensi Anemia Gizi Di Sekolah Dasar Negeri 029 Kecamatan Bukit Raya Kotamadya Pekanbaru”. Medan, http://www.Repository.usu.ac.id/ diakses tanggal 10 April 2012. Husaini, M., (1989). Anemia Gizi Suatu Komplikasi Informasi Dalam Menunjang Kebijaksanaan Nasional dan Pengembangan Program. Puslitbang Gizi Depkes. Jakarta Muhilal, dkk. (2004). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Widya Karya Pangan & Gizi VIII. LIPI, Jakarta Notoadmojo, S., (1993). Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta Sastroasmoro, S. Ismael, Sofyan, (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta Siswono, (2007). Kampanye Indonesia Bebas Anemia 2006 – 2008. http/www. Medicastore.com
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Siswa di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar Tahun 2013 Jenis Kelamin Laki-Laki
n 50
Persentase 52,1
Perempuan
46
47,9
Jumlah
96
100,0
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar Tahun 2013 Status Anemia
Pendidikan Ibu
Anemia
²
Tidak Anemia
Jumlah (p)
n
Persen
n
Persen
Rendah
3
33,3
6
66,7
9
Tinggi
17
19,5
70
80,5
87
0,941
Jumlah
20
20,8
76
79,2
96
(0,332)
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan kejadian Anemia di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar Tahun 2013 Status Anemia
Pengetahuan
Anemia
Ibu
²
Tidak Anemia
Jumlah (p)
n
Persen
n
Persen
Kurang Baik
13
31,0
29
69,0
42
Baik
7
13,0
47
87,0
54
4,636
Jumlah
20
20,8
76
79,2
96
(0,031)
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 4. Analisis Multivariat Status Anemia pada Siswa di Sekolah Dasar Inpres Cilallang Kota Makassar tahun 2013
Variabel
B
Sig
Exp (B)
95% C for Wald
EXP (B) Lower
Upper
Pengetahuan Ibu
1,059
0,097
2,885
2,757
0,826
10,074
Pendapatan
1,448
0,041
4,253
4,175
1,061
17,055
Sikap Ibu
0,866
0,236
2,377
1,405
0,568
9,946
Perhatian dan
1,728
0,033
5,627
4,557
1,152
27,489
Riwayat Penyakit
2,238
0,002
9,377
9,549
2,267
38,780
Constant
-10,351
0,000
0,000
13,925
Keluarga
Dukungan Ibu
Sumber : Data Primer, 2013