HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG
Manuscript
Oleh : Atik Nur Shoumah G2A009025
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013 PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul
Hubungan Depresi dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Kota Semarang
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, 27 September 2013
Pembimbing I
Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB
Pembimbing II
Ir. Rahayu Astuti, M. Kes
HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG Atik Nur Shoumah1, Yunie Armiyati2, Rahayu Astuti3 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS Dosen Keperawatan Medikal Bedah S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS 3 Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS 2
Abstrak Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan penurunan fungsi ginjal dalam mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit. PGK memerlukan terapi pengganti ginjal yang antara lain hemodialisis (HD). Masalah yang paling sering dihadapi pasien adalah peningkatan volume cairan. Pasien HD dianjurkan untuk membatasi cairan untuk mencegah kenaikan berat badan pada periode interdialitik (Interdialytic Weight Gain / IDWG). Penyesuaian ini dapat menimbulkan stress pada pasien, stress dalam jangka waktu lama dapat menyababkan depresi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien PGK yang menjalani HD. Metode penelitian ini adalah deskriptif korelasi, dilakukan selama bulan Agustus – September 2013 di RSUD Kota Semarang. Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti yaitu berjumlah 51 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan linear positif, semakin berat tingkat depresi semakin tinggi IDWG pasien dengan nilai p=0,000. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat untuk mengurangi tingkat depresi pada pasien sehingga meminimalkan kenaikan IDWG. Kata kunci : hemodialisis, Interdialytic Weight Gain (IDWG), depresi Daftar Pustaka : 45 (1999-2013)
Abstract Penyakit Ginjal Kronik (PGK) is decline in kidney function to defend the metabolism fluid and electrolyte balance. PGK requires renal replacement therapy, among others Hemodialysis (HD). The most common problem faced by patients is hypervolemia. Patients with hemodialysis are recommended to restrict fluids to prevent weight gain on interdialytic period (Interdialytic Weight Gain / IDWG). Stress can arise in patients because this adjustment, if in the long term can lead to depression. The purpose of this study for analyze correlation of Depression with Interdialytic Weight Gain (IDWG) on patient hemodialysis. Methods the result was a descriptive correlation conducted during August – September 2013. Samples are selected according to inclusion and exclusion criteria set by the researchers that amounted to 51 people . The result showed a significant correlation between depression the value of Interdialytic Weight Gain (IDWG) p= 0,000. It is recommended to develop health to to reduce the level of depression from the patien so that minimizing the increase of IDGW.
Keywords Reference
: hemodialysis, Interdialytic Weight Gain (IDWG), depression : 45 (1999-2013)
PENDAHULUAN Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan yang bersifat progresif dan irreversible, dimana ginjal mengalami gangguan fungsi dan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit. Akibatnya pada ginjal menyebabkan uremia, ditandai dengan proteinuria, hipertensi, dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) hingga < 15 ml/menit disertai kondisi pasien yang memburuk (Smeltzer & Bare, 2008). PGK saat ini merupakan masalah kesehatan yang penting mengingat insiden dan prevalensinya yang semakin meningkat. Insiden PGK mempengaruhi sekitar 1016% orang dewasa di seluruh dunia khususnya di benua Asia, Eropa, Australia, dan Amerika. Di negara berkembang diperkirakan kurang lebih 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun. Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 20.000 kasus dalam setahun (Neliya, 2012). PGK di Jawa Tengah tahun 2010 sekitar 435 kasus, sedangkan di RSUD Kota Semarang pasien PGK berjumlah 67 orang tahun 2013.
PGK mengakibatkan perubahan fisiologis yang tidak dapat diatasi lagi dengan cara konservatif sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal yang antara lain adalah dengan hemodialisis (HD). Meskipun dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, HD tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap akan mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi (Smeltzer & Bare, 2008).
Masalah yang paling sering dihadapi pasien adalah kelebihan volume cairan. Kelebihan cairan pada pasien PGK mengakibatkan edema, hipertensi, hipertropi ventrikuler kiri, dan mempengaruhi lama hidup pasien, oleh karena itu pasien HD dianjurkan untuk mengendalikan intake cairan yaitu cairan dibatasi sebanyak “insensible water losses” ditambah jumlah urin (Smeltzer & Bare, 2008).
Pembatasan cairan mempunyai tujuan untuk mencegah peningkatan berat badan pada periode interdialitik (Interdialytic Weight Gain/ IDWG) (Thomas, 2003) dalam (Istanti, 2009).
IDWG merupakan peningkatan volume cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan. IDWG menjadi dasar untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik. IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 3% dari berat kering yaitu berat tubuh tanpa adanya kelebihan cairan. Berat badan pasien secara rutin diukur sebelum dan sesudah hemodialisis untuk mengetahui kondisi cairan dalam tubuh, kemudian IDWG dihitung berdasarkan berat badan kering setelah hemodialisis (Neumann, 2013).
Beberapa penelitian menyebutkan banyak faktor yang mempengaruhi IDWG. Penelitian Suryarinilsih (2010) menyebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi penambahan berat badan antar dua waktu dialisis, antara lain masukan cairan, rasa haus, dan stress. Penelitian lain oleh Istanti (2009) menyebutkan faktor- faktor yang berkontribusi terhadap IDWG ada lima yaitu intake cairan, rasa haus, dukungan sosial dan keluarga, self efficacy, dan stress. Sementara itu penelitian Stan (2009) menyebutkan bahwa stress tidak ada hubungannya dengan IDWG.
Stress pada pasien yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat menimbulkan depresi. Pasien depresi umumnya mengalami gangguan keadaan emosi, motivasi, dan perilaku. Penelitian Wijaya (2005) menyebutkan bahwa depresi sering timbul pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis, namun masih sedikit perhatian praktisi kesehatan terhadap depresi tersebut. HD memiliki konsekuensi luas terhadap berbagai aspek kehidupan pasien, meliputi aspek fisik, biologis, dan psikologis. Konsekuensi perubahan perilaku pasien hemodialisis yang depresi antara lain terkait perilaku pembatasan cairan, sebagian pasien patuh untuk membatasi intake cairan dengan mengurangi konsumsi air, atau pasien tidak patuh sehingga minum banyak tidak sesuai anjuran (Wijaya, 2005).
Wawancara yang dilakukan terhadap 3 pasien hemodialisis menggunakan instrumen BDI II di RS Kota Semarang menunjukkan bahwa semuanya mengalami stress dan depresi akibat penyakitnya. Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan 2 dari 3 pasien yang depresi tersebut (67%) memperlihatkan perubahan perilaku dalam membatasi cairan yaitu sama sekali tidak mau minum. Sementara itu 1 orang pasien (33%) menunjukkan perilaku banyak minum. Wawancara pada perawat menyebutkan bahwa edukasi telah diberikan, tetapi masih banyak pasien yang tidak mengikuti anjuran perawat. Melihat fenomena perilaku pasien HD yang depresi, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana aspek psikologis (depresi) berpengaruh terhadap aspek fisik (IDWG), depresi yang berat akan menimbulkan dampak pada tingginya IDWG. Upaya perawat dalam manajemen depresi juga perlu dilakukan antara lain berikan terapi suportif berupa pengertian, empati, dan optimistik. Terapi kognitif juga sangat bermanfaat untuk pasien yaitu memberikan latihan keterampilan dan menghilangkan pikiran negatif pasien (Tomb, 2003).
METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan secara cross sectional. Jumlah populasi 58 orang, sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti sebanyak 51 orang. Penelitian ini terdiri atas pengukuran depresi menggunakan kuisioner Beck Depression Inventory (BDI) II yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, dan pengukuran berat badan antara dialisis (post HD dan pre HD). Penelitian dilaksanakan pada minggu keempat tanggal 28 Agustus – 06 September 2013 di ruang Hemodialisis RSUD Kota Semarang. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (korelasi Person Product Moment).
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Kota Semarang Berdasarkan Interdialytic Weight Gain (IDWG) periode Agustus-September 2013 (n= 51) Kategori IDWG Ringan Sedang Berat Total
Frekuensi
Prosentase (%)
31 14 6 51
60,8 27,5 11,8 100,0
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami peningkatan IDWG ringan sebesar 60,8%, hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami penambahan cairan tidak terlalu banyak. Hasil penelitian menunjukkan masih ada pasien yang mengalami IDWG berat sebanyak 6 orang (11,8%). Adanya pasien yang mengalami IDWG berat perlu mendapat perhatian perawat karena IDWG yang tinggi dapat menimbulkan berbagai komplikasi akibat kelebihan cairan diantaranya edema, sesak nafas. Peran perawat perlu memberikan edukasi yang terstruktur agar IDWG dalam rentang normal sehingga pasien tidak akan mengalami komplikasi akibat kelebihan cairan. Jika kelebihan cairan dapat diantisipasi maka kualitas hidup pasien akan meningkat.
Pasien yang depresi akan terasa sulit untuk menyesuaikan diri terhadap anjuran pembatasan cairan, kemungkinan mereka putus asa dan akibatnya melanggar regimen pembatasan cairan yang dianjurkan oleh perawat, hal ini sesuai dengan hasil analisis Istanti (2009) didapatkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap IDWG salah satunya adalah masukan cairan (r=0,541, p=0,000).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Umur periode Agustus-September 2013 (n= 51) Kategori Umur Remaja Dewasa Lansia Manula Total
Frekuensi 1 21 28 1 51
Prosentase (%) 2,0 41,2 54,9 2,0 100,0
Tingkat depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis dalam penelitian ini berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan sebagian besar responden berada dalam tingkat depresi sedang yaitu sebanyak 19 orang (37,3%), bahkan sebagian ada yang depresi berat yaitu sebanyak 13 orang (25,5%), Pasien dalam depresi berat akan berpengaruh terhadap koping menjadi tidak efektif, sehingga pasien akan merasa putus asa, merasa gagal dan mungkin akan membenci dirinya sendiri, hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Christensen dan Ehlers (2002) menunjukkan bahwa 12 – 40 % pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal kronik memenuhi kriteria diagnostik gangguan depresi berat.
Hasil tabulasi silang (terlampir) menunjukkan bahwa depresi sedang dan berat sering dialami pasien PGK yang menjalani HD lebih dari 6 bulan, lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9. Seperti penelitian Fadlilah (2013) tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan depresi pada penderita PGK didapatkan bahwa semakin lama hemodialisis pada pasien PGK semakin besar peluang gangguan depresi yang dialami oleh responden. Adanya depresi pada pasien ini perlu mendapat perhatian perawat karena depresi yang semakin berat dapat mengganggu kejiwaan pasien, selain itu pasien yang mengalami depresi juga akan menjadi tidak patuh terhadap regimen terapeutik. Pasien depresi berat akan berpengaruh terhadap koping menjadi tidak efektif, sehingga pasien akan merasa putus asa, merasa gagal dan mungkin akan membenci dirinya sendiri.
Mengingat masih banyak pasien PGK yang mengalami depresi perlu adanya solusi untuk menurunkan depresi melalui tindakan yang tepat. Perawat berperan penting untuk selalu memberikan informasi kepada pasien, selain itu keluarga juga dapat memberikan dukungan emosi, spriritual pada pasien. Tabel 4.7 Hubungan Depresi dengan IDWG Responden Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Kota Semarang bulan Agustus – September 2013 (n=51) Variabel Independen Depresi
Variabel Dependen Interdialytic Weight Gain (IDWG)
Korelasi (r)
Nilai Signifikan
0,700
0,000
Uji korelasi menggunakan Person product moment didapatkan hasil nilai signifikan sebesar 0,000 dengan nilai r = 0,700. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara depresi dengan interdialytic weight gain (IDWG). Arah hubungan linear positif semakin berat tingkat depresi pasien, semakin tinggi IDWG yang dialami pasien. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Wijaya (2005) tentang depresi yang dialami pasien PGK, semakin rendah tingkat depresi akan mempengaruhi perilaku pasien untuk mematuhi anjuran perawat dan dokter juga akan meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil penelitian didapatkan r2= 0,49, artinya depresi berpengaruh terhadap IDWG sebesar 49% dan sisanya 51% dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi IDWG selain depresi seperti intake cairan, rasa haus, dukungan sosial dan keluarga (Istanti, 2009). Pasien dengan depresi sampai tingkat berat dapat mengakibatkan koping individu tersebut menjadi tidak efektif, pasien menjadi putus asa, bebeberapa pasien bahkan menyampaikan ingin mengakhiri hidup.
Beberapa pasien dengan IDWG yang tinggi mengalami sesak nafas ketika dilakukan dialisis, bahkan beberapa pasien terpaksa dihentikan dialisisnya sebelum waktunya. Pasien yang mengalami depresi akan lebih sulit termotivasi
untuk mengikuti anjuran perawat dalam pembatasan cairan, hal ini akan berkontribusi terhadap Interdialytic Weight Gain (IDWG). Beberapa pasien ditemukan sesak nafas saat dialisis akibat IDWG yang berat, bahkan ada pasien yang terpaksa berhenti dialisis sebelum waktu yang ditentukan karena mengalami hipotensi. Seperti yang disampaikan oleh Istanti (2009) bahwa pasien yang depresi terhadap penyakitnya dapat menyebabkan pasien berhenti mematuhi regimen monitoring intake cairan, bahkan ada juga yang berhenti melakukan tindakan hemodialisis. Jika pasien tidak patuh maka menyebabkan akumulasi cairan dan zat-zat toksik hasil sisa metabolisme yang dapat menimbulkan kelebihan volume cairan termasuk IDWG.
Melihat adanya hubungan yang signifikan antara depresi dengan IDWG, maka peran perawat cukup besar untuk mengatasi tingkat depresi pada pasien. Tingkat depresi yang semakin ringan akan mempengaruhi IDWG dan sekaligus akan meningkatkan kualitas hidup pasien sehingga angka kesakitan juga akan menurun. Sesuai dengan penelitian Riyanto (2011) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara penambahan berat badan diantara dua waktu hemodialisa dengan kualitas hidup (p=0,000).
PENUTUP Hasil penelitian diperoleh ada hubungan antara depresi dengan interdialytic weigth gain (IDWG) pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis di RSUD Kota Semarang dengan nilai p= 0,000. Beberapa pasien dengan IDWG yang tinggi mengalami sesak nafas ketika dilakukan dialisis, bahkan beberapa pasien terpaksa dihentikan dialisisnya sebelum waktunya.
Melihat adanya hubungan yang signifikan antara depresi dengan IDWG, maka peran perawat cukup besar untuk mengatasi tingkat depresi pada pasien. Tingkat depresi yang semakin ringan akan mempengaruhi IDWG dan sekaligus akan meningkatkan kualitas hidup pasien sehingga angka kesakitan juga akan menurun.
Sesuai dengan penelitian Riyanto (2011) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara penambahan berat badan diantara dua waktu hemodialisa dengan kualitas hidup (p=0,000). Bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat depresi pada pasien hemodialisis. Bagi rumah sakit perlu digeneralisasi tentang adanya penatalaksanaan gangguan psikososial antara lain depresi.
DAFTAR PUSTAKA Arnold, T.L. (2007). Retrieved maret 19, 2013, from Predicting fluid adherence in hemodialysis patient via the illness perception questionarerevised..http://www.etd.gsu.eduthesesavailableetd11122007020016unrestr ictedarnold_tava_1_200708_phd.pdf diunduh tanggal 16 Maret 2013 Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Istanti, Y. P. (2009). Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap interdialytic weight gains (IDWG) pada Pasien chronic kidney Disease (CKD) di Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyaarta. Jurnal Universitas Indonesia , 2. http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-125543.pdf diunduh tanggal 14 Februari 2013. Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Nursuryawati. (2002). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Klien Hemodialisis Secara Reguler dalam melakukan Pembatasan Intake Cairan. Jurnal FIK Universitas Indonesia. http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/dataIdentifier.jsp?id=20276216 diunduh tanggal 21 Maret 2013 Neliya, S. W. (2012). Hubungan Pengetahuan tentang Asupan Cairan dan Cara pengendalian Asupan cairan terhadap Penambahan Berat Badan. Jurnal Nursing Studies , 1. http://repository.unri.ac.id/handle/123456789/1872 diunduh tanggal 26 Maret 2013 Neumann, C. (2013). Body Weight Telemetry is Useful to Reduce Interdialytic weight Gain in Patients with End- Stange Renal Failure on Hemodialysis.
Journal of the American Telemedicine http://www.ncbi.nlm.nih.gov/.pdf diunduh tanggal 04 April 2013
Vol.1.
Rani, A. (2011). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Indonesia . Sari, Y. (2011). Hubungan Tingkat Stress dan Strategi Koping pada Pasien yang Menjalani Terapi Hemodialisa. England journal . http://academia.edu/3401185/hubungan_tingkat_stress_pasien_hemodialis a1835089000653 diunduh 19 April 2013 Smeltzer, S.C,. Bare,B.G., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 2 (Ed 8). Jakarta: EGC. Suryarinilsih, Y. (2010). Hubungan Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Dialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol.6 , 8-10. http://lontar.ui.ac.id/=digital/137263-T%20Yosi%20Suryarinilsih.pdf diunduh tanggal 28 Februari 2013 Wijaya, A. (2005). Kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi. Jurnal FIK Universitas indonesia Vol.6 .http://www.digilib.ui.ac.id diunduh tanggal 17 April 2013 Yetti, K. (2001). Pengaturan Cairan Secara Mandiri pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Indonesia , Vol 2 (2). diunduh tanggal 23 Maret 2013